hole problem dan penanggulangannya.pdf
TRANSCRIPT
4
HOLE PROBLEM
2.1 Shale Problem
Shale Problem merupakan masalah pada proses pemboran dimana
pemboran menembus lapisan shale yang dapat menyebabkan lubang bor runtuh.
Runtuhnya lubang bor pada lapisan shale dapat disebabkan karena lubang bor
membesar, saat pembersihan lubang bor, pipa bor terjepit, bridges dan fill-up,
kebutuhan lumpur bertambah, penyemenan yang kurang sempurna, kesulitan saat
pelaksanaan logging dan sebagainya.
Shale merupakan hasil endapan didalam marine basin yang terdiri dari
lumpur, silts, dan clays. Karena teksturnya yang lunak, maka disebut clay. Jika berada
pada tekanan dan temperatur yang tinggi maka endapan ini mengalami perubahan
bentuk (consolidation) yang disebut sebagai shale. Perubahan bentuk yang
disebabkan proses metamorfoce sehingga disebut slate, phyllite atau mica schist. Jika
shale mengandung banyak pasir maka disebut arenaceous shale sedangkan shale
yang mengandung banyak material organik disebut carbonataceous shale. Shale
problem memiliki berbagai jenis yaitu Pressure Shale, Mud making Shale, Stressed
Shale.
2.1.1 Penyebab Shale Problem
Jika dilihat secara mekanis, penyebab masalah shale problem antara lain:
Erosi, disebabkan kecepatan lumpur yang terdapat annulus terlalu tinggi.
Gesekan pipa bor terhadap dinding lubang bor.
Adanya penekanan (pressure sluge) atau penyedotan (swabbing) saat
pencabutan atau pemasangan pahat (trapping).
Adanya tekanan dari dalam formasi
Adanya air filtrasi atau lumpur yang masuk ke dalam formasi
5
Secara umum dapat dikatakan bahwa pembesaran lubang bor dan
masalaha shale problem berkaitan dengan masalah pokok, yaitu tekanan formasi
dan kepekaan terhadap lumpur atau air filtrasi. Gejala-gejala yang sering muncul
saat menghadapi shale problem antara lain adanya perubahan lumpur sehingga
menjadi kental, bertambahnya serbuk bor (cuttings). Bertambahnya air filtrasi,
bridges dan fill-up, torsi bertambah besar, bit balling.
2.1.2 Penanggulangan Shale Problem
Berdasarkan penjelasan mengenai masalah –masalah saat shale
problem dapat ditanggulangi, diantaranya:
Mengatur densitas lumpur pemboran agar mampu menahan tekanan formasi
Mengatur pH lumpur (8,5 – 9,5)
Filtrasi lumpur rendah
Mengurangi kecepatan aliran lumpur di annulus
Mengurangi atau menghindari kemiringan bor
Menghindari swabbing atau pressure sluge saat pencabutan atau saat
masuknya pahat
6
2.2 Hilang Lumpur
Hilang lumpur merupakan peristiwa hilangnya lumpur pemboran yang
masukn ke dalam formasi. Hilang lumpur dapat terjadi jika tekanan hidrostatis lumpur
lebih besar dari tekanan formasi.
2.2.1 Penyebab Terjadinya Hilang Lumpur
Jika ditinjau dari segi formasi, hilang lumpur (loss circulation) dapat
terjadi di formasi sebagai berikut:
a. Coarseley Permeable Formation
Jenis dari formasi ini adalah pasir dan gravel, tidak semua jenis
formasi ini dapat menyerap lumpur sehingga untuk menyerap lumpur perlu
berada di keadaan saat tekanan hidrostatis lebih besar dari tekanan formasi,
formasi permeabel atau pori-pori/celah cukup besar sehingga lumpur dapat
masuk kedalam formasi.
b. Cavernous Formation
Hilangnya lumpur dalam keadaan reef, gavel ataupun retakan
didalam formasi yang mengandung banyak gua-gua. Gua-gua tersebut
biasanya banyak terdapat pada formasi batu kapur (lime stone dan dolomite)
c. Fissure, Fractures and Faults
Terdapat celah-celah atau retakan didalam formasi yang dapat
menyebabkan hilangnya lumpur pemboran Fracture dapat terbentuk secara
ilmiah dan dapat terbentuk juga akibat adanya pressure sluge saat masuknya
pahat ataupun karena kenaikan tekanan karena drilling practice yang tidak
benar, contohnya tekanan pompa terlalu tinggi, lumpur terlalu kental, gel
strength terlalu besar dan dapat juga terjadi karena perlakuan yang tidak
sesuai lainnya.
7
2.2.2 Penanggulangan Loss Circulation
Cara mengatasi hilangnya lumpur pemboran bergantung pada
penyebab terjadinya, sifat formasi dan sebagainya. Berikut akan dijelaskan
penanggulangan loss circulation dengan keadaan-keadaan yang dihadapi:
a. Bahan Penyumbat
Dalam mengatasi hilang lumpur dapat menggunakan bahan
penyumbat, diantaranya menggunakan:
- Granular material, seperti nut shells, nut pkug, tuff plug
- Fibrous material, seperti leather floe, fiber seal, chip seal
- Flakes, seperti mica, cellophane
- Kombinasi dari bahan-bahan tersebut.
- Heat expanded material
- Bahan-bahan khusus, seperti High Filter Foss Slurry, Bentonite Diesel Oil
Slurry atau Bentonite Diesel Cement Slurry.
b. Seepage Losses
Seepage Losses merupakan hilangnya lumpur pemboran dalam
jumlah yang relatif kecil, kurang dari 15 bbl/jam. Upaya pencegahannya
dapat dilakukan sebagai berikut:
- Melanjutkan pemboran dan mengurangi berat lumpur, dengan tujuan
agar serbuk bor dapat menyumbat pori-pori tempat hilang lumpur
- Menambahkan penyumbat yang halus.
- Bila belum berhasil, mengangkat pahat sampai casing shoe dan ditunggu
tanpa adanya sirkulasi, dengan tujuan agar serbuk bor dapat
menyumbat.
- Menghindari pressure sluge
- Mwngurangi tekanan pompa
8
c. Partial Loss
Partial loss merupakan keadaan hilangnya lumpur pemboran dalam
jumlah yang lebih besar, lebih dari 15 bbl/jam. Usaha yang dapat dilakukan
untuk mengantisipasi keadaan ini, antara lain dengan mengurangi berat
lumpur dan tekanan pompa. Atau dapat menggunakan bahan penyumbat
dengan Batch Method. Jika memungkinkan dapat menggunakan High Filter
Loss Slurry.
d. Complete Loss of Returns
Complete Loss of Returns merupakan keadaan dimana lumpur tidak
keluar kembali dari lubang bor tetapi lubang bor tetap penuh. Hal yang
dilakukan jika berada dikeadaan seperti ini dapat menggunakan High Filter
Loss Slurry atau Soft Plug dengan mencampurkan zat aditif seperti Bentonite
Diesel Oil Plug, Bengum Squeze, Bentonite Diesel Oil Cement Plug,
Bentonite Cement, Gilsonite Cement, Cal Seal Class-A Cement Plug,
e. Lumpur tidak sampai ke permukaan
Keadaan ini sangat berbahaya karena terdapat pengurangan tekanan
hidrostatis ;umpur yang dapat menyebabkan well kick. Usaha yang dapat
dilakukan pada keadaan ini yaitu mengisi lubang annulus dengan air yang
jumlahnya harus diperhitungkan, jika lubang bor dapat terisi dengan penuh
dan ketinggian kolom air dapat dihitung maka tekanan hidrostatis seluruh
cairan dapat dihitung sehingga dapat dihitung pula berat lumpur maksimum
yang dapat digunakan unutk menahan formasi dalam keadaan statis.
9
f. Blind Drilling
Blind drilling merupakan metode pemboran tanpa sirkulasi balik.
Metode ini dapat digunakan jika berada dikeadaan dimana pemboran
menembus formasi dengan tekanan yang sangat rendah bahkan dibawah
tekanan hidrostatis air dan lumpur tidak mecapai permukaan.
2.3 Stuck Pipe
Stuck pipe merupakan keadan dimana saat proses drilling, pipa yang berada
didalam lubang bor tidak dapat diputar maupun diangkat.
2.3.1 Penyebab Stuck Pipe
a. Differential Pipe Sticking
Differential pipe sticking disebabkan karena adanya perbedaan
tekanan hidrostatis dengan tekanan formasi yang cukup besar, dimana pipa
pemboran tertekan atau terhimpit ke salah satu sisi dinding lubang bor karena
perbedaan tekanan yang sangat besar. Selain itu pipe sticking dapat terjadi
karena tekanan hidrostatis yang lebih besar akan membentukn mud cake
yang tebal yang biasa terjadi pada lubang miring atau horizontal. Pada zona
permeabel dan porous sering terjadi stuck pipe, sehingga pipa berada pada
keadaan statis saat melewati zona permeabel. Penyebab lainnya antara lain:
- Diameter Drill Collar yang digunakan terlalu besar sehingga clearance
(luas annulus) terlalu sempit.
- Tingginya kecepatan Filtrasi.
- Tingginya padatan didalam lumpur.
b. Mechanical Sticking
Jenis pipa terjepit ini dapat disebabkan oleh:
- Undergauge Hole
10
Hal ini disebabkan karena pemakaian bit yang sudah aus dan
tidak cepat diganti sehingga menyebabkan ukuran lubang lebih kecil
dari yang seharusnya.
- Adanya Junk
Problem ini disebabkan karena adanya bagian-bagian kecil
(junk) dari peralatan bawah permukaan (downhole equipment) yang
jatuh atau benda-benda kecil yang jatuh dari lantai borsehingga
menyebabkan drill string terjepit saat akan ditarik ke atas.
- Adanya Green Cement
Jepitan bisa terjadi jika drill string menembus cement yang
belum mengeras. Karena adanya tekanan dari drill string maka
cement cepat mengeras sehingga dapat menjepit rangkaian pipa bor.
- Adanya Collapsed Casing
Jepitan yang ditimbulkan karena gaya yang ditimbulkan oleh
formasi melebihi collapse strength dari casing.
- Tingginya sudut lubang bor
Karena adanya sudut lubang bor yang terlalu tinggi
menyebabkan batuan yang ditembus tidak dapat menahan beban
batuan diatasnya sehingga dapat runtuh.
d. Key Seat
Stuck pipe jenis ini dapat disebabkan oleh formasi yang dilewati relatif
lunak dan adanya dog leg (lubang bor yang membelok secara mendadak
atau terjadi perubahan sudut kemiringan lubang dan sudut arah lubang
secara mendadak). Sehingga tool joint akan mnegikis dinding lubang
yang membelok secara tiba-tiba tersebut. Tanda-tanda terjadinya key
seating, yaitu:
- Rangkaian drill string tidak bisa diangkat atau dicabut
11
- Tekanan pemompaan lumpur normal
- Naiknya drag
- Bisingnya rotary table
2.3.1 Pencegahan
a. Differential Pipe Sticking
Penanggulangan yang dapat dilakukan saat terjadi differential pipe
sticking, yaitu:
Setelah diketahui gejala terjadinya differential sticking, segera pasang
Kelly atau top drive. Bila BHA dipasang jar, lakukan JAR DOWN.
Lakukan torsi kanan pada saat menurunkan rangkaian atau jar down.
Lakukan Work on pipe sambil sirkulasi.
Bila pada point 1 dan 2 tidak berhasil, tentukan titik jepit dengan
menggunakan rumus pada hal .
Bila menggunakan Lumpur WBM, rendam rangkaian dengan freepipe
agent pada daerah jepitan untuk menghancurkan mud cake, sehingga
mengurangi luas kontak pipa dengan dinding. Lama perendaman
tergantung produk yang digunakan.
Setelah pipa bebas, lakukan sirkulasi untuk membuang sisa pree pipe
agent yang terdapat dalam lubang. Usahakan rangkaian tetap
bergerakdan berputar. Lakukan reaming dan back reaming sekitar
daerah permeable.
b. Key Seat
Penanggulangan yang dapat dilakukan saat terjadi key seat, yaitu:
Bila terjadi gejala over pull lebih dari 15 Ton, hentikan pencabutan pipa
dan turunkan kembali rangkaian pipa.
Bila rangkaian tidak terjepit dan dapat diturunkan, lakukan:
12
- Pasang Kelly / top drive
- Break srkulasi dan angkat rangkaian pelanpelan sasmpai daerahkey
seat.
Beri tarikan / over pull 5000 psi
Pasang slip dan putar sambil angkat rangkaian secara perlahanuntuk
melewatkan BHA melalui bagian diameter lubang yang lebihbesar . Untuk
formasi yang lunak, masih mungkin menghilangkankey seating dengan
menggunakan bagian atas (top) BHA usahamenghilangkan key seat
akan lebih efektif bila menggunakanstabilizer atau reamer / key seat
wiper
Bila rangkaian terjepit dan tidak dapat diturunkan, lakukan:
- Pasang Kelly atau top drive
- Lakukan JAR DOWN (bila BHA menggunakan Jar)
2.4 Fishing Job
Fishing job merupakan suatu pekerjaan tambahan/diluar rencana yang
bertujuan untuk mengambil benda atau alat-alat yang jatuh atau tertinggal di dalam
lubang bor. Fishing job dilakukan antara lain karena kesalahan dalam teknik kerja,
kesalahan alat-alat yang dipergunakan dan sifat formasi.
2.4.1 Penyebab dilakukan Fishing Job
Kesalahan Teknik Kerja
a. Terjatuhnya benda atau alat-alat kedalam lubang bor , seperti kunci-kunci,
baut, kabel bor dan sebagainya.
b. Terjepitnya rangkaian pipa bor dalam lubang, sehingga mengakibatkan
terputusnya stang bor atau kadang kala sebagian dari rangkaian pipa bor
dilepas dengan sengaja dimana bagian yang tertinggal diambil kembali
dengan alat pancing. Bila pelepasan rangkaian bor tidak berhasil maka
13
maka dilakukan pemotongan atau back off terhadap rangkaian pipa bor
tersebut.
c. Pemakaian pahat yang melebihi umur pahat sehingga cone atau bearing
terlepas atau tertinggal didalam lubang. Pahat dapat lepas karena
pengikatannya tidak kuat atau drad tidak baik.
d. Kurang teliti dalam pemilihan alat yang akan sehingga memungkinkan
untuk menggunakan peralatan yang sudah tidak layak.
Kesalahan Alat Yang Digunakan
a. Twist off, yaitu kepayahan dari alat yang disebabkan keausan alat.
b. Kelemahan bahan dari alat atau rangkaian pipa bor itu sendiri.
Sifat Formasi
Keadaan alamiah formasi yang tidak dapat dihindari dari kejadian-
kejadian yang terduga, seperti saat berlangsungnya operasi pemboran
mendadak menembus daerah swelling clay atau memasuki resevoir yang
bertekanan tinggi/rendah atau dengan zona yang memiliki suhu tinggi.
2.4.2 Pencegahan dilakukan Fishing job
Untuk mencegah terjadinya fishing job dapat dilakukan dengan
menghindari kesalahan-kesalahan yang dapat memungkinkan dilakukannya
fishing job, jadi dalam hal ini faktor manusia sangat menentukan, untuk
mencegah jangna sampai benda terjatuh atau tertinggal didalam lubang bor
sehingga dapat menimbulkan kejadian yang fatal. Tindakan-tindakan yang dapat
dilakukan unntuk mencegah dilakukannya fishing job, antara lain:
Faktor Pekerja Rig
a. Job description yang jelas sehingga crew dapat melaksanakan
tugas dengan baik.
b. Pekerja menguasai pekerjaan yang dihadapi.
c. Pekerja mempunyai disiplin kerja dan tanggung jawab.
14
d. Pekerja yang memiliki kemampuan mekanis yang baik
e. Adanya pedoman pekerjaan.
f. Diadakan training bagi para pekerja.
Pemeriksaan dan Pemeliharaan Alat-alat
a. Pemeriksaan alat yang akan digunakan
b. Meletakkan alat-alat pengeboran dengan rapih dan disiplin
c. Memisahkan alat yang sudah aus ditempat khusus
d. Pemeriksaan alat secara periodik
e. Memperhatikan pengikatan pipa bor, sebaiknya pipa bor diikat
dengan kuat.
f. Menutup lubang bor jika lubang bor dalam keadaan kosong, untuk
menghindari jatuhnya alat-alat dari rotary table
Lubang bor
a. Untuk vertical drilling diusahakan agar lubang bor relatif lurus dan
menghindari kemiringan lubang dengan mengatur beban pada
pahat yang sesuai pada kondisi formasi.
b. Untuk directional drilling harus menggunakan susunan drilling
string dengan kombinasi Bottom Hole Assembly yang sesuai
dengan kebutuhan dan menjaga agar dog leg tidak terlalu besar.
c. Melakukan pembersiha lubang dengan mensrkulasikan lumpur
pemboran saat akan mencabut rangkaian bor.
d. Lumpur bor yang dipakai harus sesuai dengan keadaan formasi
yang dilalui.