hlmn bwh.doc
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Masalah
Bimbingan dan konseling merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan
oleh konselor sekolah kepada individu agar individu dapat memahami dirinya,
lingkunganya, serta dapat menyesuaikan dan mengarahkan diri pada lingkungan
untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal. Bimbingan dan konseling di
sekolah melibatkan banyak pihak, mulai dari siswa, guru, orang tua siswa maupun
segala elemen yang ada di sekloah.
Sedangkan persepsi merupakan proses menafsirkan informasi yang diterima oleh
alat indra manusia. Dalam proses bimbingan dan konseling tidak lepas dari persepsi
pihak yang bersangkutan. Persepsi dari berbagai pihak ini berpengaruh terhadap
keberhasilan proses konseling.
Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan memaparkan persepsi yang
terjadi dalam bimbingan dan konseling di sekolah.
1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan persepsi?
2. Apakah pengertian bimbingan dan konseling di sekolah?
3. Bagaimana persepsi siswa dalam bimbingan dan konseling di sekolah?
1.3 Tujuan PenulisanAdapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan persepsi.
2. Untuk mengetahui pengertian bimbingan dan konseling di sekolah
3. Untuk mengetahui persepi siswa dalam bimbingan dan konseling di sekolah.
1
1.4 Manfaat PenulisanDengan mempelajari persepsi dalam bimbingan dan konseling di sekolah,
maka kita dapat mengetahui proses persepsi yang terjadi pada berbagai pihak yang
berkaitan dalam proses konseling tersebut.
2
BAB II
PEMBAHASAN2.1 Pengertian Persepsi2.1.1 Konsep Persepsi Diri dan Persepsi Sosial
Berikut adalah pengertian persepsi menurut beberapa ahli:
Menurut Walgito (2010: 99), persepsi merupakan proses yang didahului oleh
proses pengindraan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu
melalui alat indra atau juga disebut proses sensoris. Namun, proses itu tidak berhenti
begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan
proses persepsi.
Desiderato yang dikutip oleh Rahmat (Sugiyo, 2005: 33) mengemukakan
persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Calhoun dan Acocella (dalam Sugiyo, 2005: 33-34) mengemukakan bahwa
persepsi mempunyai tiga dimensi yaitu (a) pengetahuan tentang pribadi orang lain,
(b) pengharapan yaitu gagasan kita tentang orang itu, (c) evaluasi yaitu kesimpulan
kita tentang seseorang didasarkan pengharapan kita.
Zanden (dalam Sugiyo, 2005: 34) mengemukakan bahwa persepsi sebagai
penafsiran pesan atau informasi yang diperoleh.
Sugiyo (2005: 34) menyimpulkan bahwa persepsi adalah proses
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan yang diperoleh melalui alat indra.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan
proses menafsirkan atau menyimpulkan informasi dari objek atau peristiwa yang
diterima melalui alat indra.
Menurut Sugiyo (2006: 32), persepsi dibagi menjadi 2, yaitu persepsi diri dan
persepsi sosial. Persepsi diri merupakan persepsi yang timbul dari stimulus yang
dating dari individu yang bersangkutan. Sedangkan persepsi sosial merupakan suatu
proses seseorang untuk mengetahui, menginterprestasikan, dan mengevaluasi orang
3
lain tentang sifat-sifatnya, kualitas dan keadaan yang lain yang ada dalam diri orang
lain tersebut.
2.1.2 Proses Terjadinya Persepsi
Menurut Walgito (2010: 102) proses terjadinya persepsi berawal dari objek
menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indra atau reseptor. Proses
stimulus mengenai alat indra ini disebut dengan proses kealaman/fisik. Stimulus yang
diterima alat indra diteruskan oleh syaraf sensorik ke otal. Proses ini disebut sebagai
proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran
sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang
diraba yang disebut dengan proses psikologis.
DeVito (dalam Sugiyo 2006: 29-30) mengemukakan bahwa proses persepsi
melalui tiga tahap, yaitu: (a) stimulasi sensori terjadi, proses ini merupakan proses
sensori yang diterima melalui alat indra, (b) stimulasi organisasi terorganisasi, tahap
ini merupakankelanjutan dari tahap pertama dan pada tahap ini akan memperoleh
pemahaman tertentu dengan prinsip-prinsip: kedekatan dan kesamaan/kemiripan, (c)
stimulasi sensori diinterprestasikan, maksudnya bahwa apa yang telah diterima
melalui sensori diberi makna atau ditafsirkan.
2.1.3 Faktor-Faktor yang Berperan dalam Persepsi
Menurut Walgito (2010: 101) ada 3 faktor yang berperan dalam persepsi,
yaitu sebagai berikut:
1. Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indra atau reseptor.
Stimulus dapat datang dari luar maupun dari dalam diri individu. Namun, sebagian
besar stimulus datang dari luar individu.
2. Alat indra, syaraf, dan pusat susunan syaraf
Alat indra atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping
itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang
diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran.
Sebagai alat untuk melakukan respon diperlukan syaraf motoris.
4
3. Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya
perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka
mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh
aktivitas individu yang ditunjukkan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.
2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut Jamaludin Rahmat (dalam Sugiyo 2006: 35-37) faktor yang
mempengaruhi persepsi diantaranya:
1. Faktor Situasional
Faktor situasional yang mempengaruhi persepsi orang antara lain sebagai berikut:
2. Deskripsi verbal
Deskripsi verbal menyatakan bahwa rangkaian kata sifat mempengaruhi
persepsi orang lain. Kata sifat yang dikatakan dari orang lain (misalnya pandai,
cantik, humoris, dan lain-lain) akan mempengaruhi persepsi seseorang terhadap orang
yang diberi kata sifat tersebut.
3. Petunjuk Proksemik
Prosemik merupakan studi tentang jarak penggunaan jarak/ruang dan waktu
dalam menyampaikan pesan. Petunjuk proksemk menyatakan bahwa jarak/ruang dan
waktu mempengaruhi persepsi seseorang. Misalnya, dua orang yang kerap bersama
akan dipersepsi bahwa mereka memiliki hubungan dekat.
4. Petunjuk Kinestik
Perunjuk kinestik adalah suatu petunjuk dalam mempersepsi orang lain
berdasarkan gerakan orang tersebut, misalnya bertopang dagu berarti bosan.
5. Petunjuk Wajah
Petunjuk wajah biasanya menimbulkan persepsi yang universal artinya semua
orang akan memberikan persepsi yang sama dan konsisten terhadap petunjuk wajah
yang dierikan orang lain. Misalnya, tersenyum berarti kebahagiaan, dan lain
sebagainya.
5
6. Petunjuk Paralinguistik
Petunjuk paralinguistic berdasarkan bagaimana cara orang mengucapkan
lambang-lambang verbal. petunjuk ini berupa kata-kata yang diucapkan misalnya
nada suara, dalam penekanan kata-kata tertentu, dan memberikan saat-saat behenti
dalam kalimat.
7. Petunjuk Artifaktual
Petunjuk artifaktual meliputi segala macam penampilan tubuh, kosmetik yang
dipakai, baju, tas, pangkat, dan atribut – atribut lain.
8. Faktor Personal
Faktor personal yang secara langsung mempengaruhi kecermatan persepsi
diantaranya adalah pengalaman, motivasi, kepribadian, intelegensi, dan kemampuan
untuk menarik kesimpulan.
2.2Pengertian Bimbingan dan Konseling di Sekolah2.2.1 Pengertian Bimbingan dan Konseling
Menurut Prayitno (2004: 99) bimbingan adalah proses pemberian bantuan
yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu,
baik anak-anak, ramaja, maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat
mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri; dengan memanfaatkan
kekuatan individudan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-
norma yang berlaku.
Sedangkan konseling menurut Prayitno (2004: 107) adalah proses
memberikan bantuan yang dilakukan melaluin wawancara konseling oleh seseorang
ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah
(disebut konselor) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.
Ada beberapa bidang konseling, diantaranya dalah konseling pranikah,
konseling perkawinan, konseling keluarga, dan konseling pendidikan. Konseling
pranikah, pkonseling perkawinan, dan konseling keluarga hanya bisa dilakukan oleh
6
konselor yang mengambil program profesi konselor. Namun, apabila konseling
pendidikan dapat dilakukan oleh konselor yang telah menempuh pendidikan sarjana
dan bergelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.). konseling pendidikan umumnya dilakukan
di sekolah.
Bimbingan dan konseling menurut Anas Salahudin (2012:16) adalah suatu
proses pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis, yang
dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus untuk itu, dengan
tujuan agar individu dapat memahami dirinya, lingkungannya, serta dapat
mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk mengembangkan
potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan
masyarakat.
Bimbingan konseling di sekolah adalah proses pemberian batuan yang
diberikan konselor kepada siswa. Bimbingan dan konseling di sekolah mengacu
kepada pola 17 plus yang terdiri dari wawasan bimbingan dan konseling (konsep
dasar, fungsi, landasan, dan asas), 6 bidang bimbingan (pribadi, sosial, belajar, karir,
keluarga, keagamaan), 9 layanan bimbingan (orientasi, informasi, penempatan dan
penyaluran penguasaan konten, konseling perorangan, konseling kelompok,
konsultasi, dan mediasi), dan 6 kegiatan pendukung (aplikasi instrumentasi,
himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah, alih tangan kasus, dan tampilan
kepustakaan).
2.2.2 Kedudukan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan
Heru Mungiarso (2010: 10-11) menyatakan bahwa pelayanan bimbingan dan
konseling dalam jalur pendidikan formal telah dipetakan secara tepat dalam
kurikulum 1975, meskipun ketika itu masih dinamakan layanan bimbingan dan
penyuluhan pendidikan dan layanan di bidang pembelajaran yang dibingkai dalam
kurikulum yang mencangkup:
1. Wilayah Managemen dan Kepemimpinan
Wilayah ini meliputi berbagai fungsi berkenaan dengan tanggung jawab dan
pengambilan kebijaksanaan serta bentuk-bentuk kegiatan pengelolaan dan
7
managemen sekolah seperti perencanaan, pengadaan, dan pengembangan staf,
prasarana, dan sarana fisik dan pengawasan.
2. Wilayah Pembelajaran yang Mendidik
Wilayah ini meliputi semua bentuk pengembangan kurikulum dan
pelaksanaan pengajaran yaitu penyampaian dan pengembangan pengetahuan,
keterampilan sikap, dan keterampilan komunikasi peserta didik.
3. Wilayah Bimbingan dan Konseling yang Memandirikan
Wilayah ini meliputi berbagai fungsi dan kegiatan yang mengacu pada
pelayanan kesiswaan serta individual agar masing-masing peserta didik dapat
berkembang sesuai dengan bakat, minat, potensi, dan tahap-tahap perkembangannya.
2.2.3 Komponen Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Berikut adalah pihak-pihak yang berperan dalam bimbingan dan konseling di
sekolah:
1. Kepala Sekolah bersama Wakil Kepala Sekolah
Kepala sekolah sebagai penanggung jawab pendidikan pada satuan
pendidikan secara keseluruhan, termasuk penanggungjawab dalam membuat
kebijakan pelayanan bimbingan dan konseling. Sedangkan wakil kepala sekolah
bertugas membantu kepala sekolah dalam mengkoordinir, wakil kepala sekolah
dibagi menjadi empat, yaitu: kurikulum, kesiswaan, sarana prasarana, dan hubungan
masyarakat.
2. Koordinator Guru Pembimbing (Konselor)
Koordinator guru pembimbing (konselor) bertugas mengkoordinir konselor,
guru mata pelajaran, maupun staff lain demi kelancaran proses bimbingan dan
konseling di sekolah.
3. Guru Pembimbing (Konselor)
Guru pembimbing (konselor) merupakan pihak yang secara langsung
memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa.
8
4. Guru Mata Pelajaran
Guru mata pelajaran membantu konselor sekolah dalam memperhatikan siswa
serta memberikan informasi tertentu kepada konselor demi kelancaran proses
konseling.
5. Wali Kelas
Wali kelas bertugas menghimpun data dan bertanggungjawab terhadap murid
binaannya. Wali kelas juga berperan membantu konselor dalam memberikan
informasi tertentu dan ikut dalam memperhatikan peserta didik.
6. Staff Tata Usaha/Administrasi
Staff tata usaha/administrasi membantu konselor dalam menghimpun data
siswa demi kelancaran proses bimbingan dan konseling.
7. Siswa
Siswa merupakan objek khusus dari lalayan bimbingan dan konseling di sekolah.
8. Komite Sekolah dan Wali Murid
Komite sekolah bertindak sebagai pengawas seluruh kegiatan sekolah termasuk
kegiatan bimbingan konseling. Sedangkan wali murid merupakan komponen yang
penting karena berkaitan langsung dengan peserta didik dan biasanya memiliki ikatan
emosional yang tinggi dengan peserta didik.
2.3Persepsi Siswa dalam Bimbingan dan Konseling di Sekolah 2.3.1 Persepsi Siswa dalam Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling setiap siswa pasti memiliki
persepsi yang berbeda-beda baik sebelum, ketika, maupun setelah proses bimbingan
dan konseling. Persepsi ini bermacam-macam, mulai dari persepsi terhadap konselor
sekolah hingga persepsi terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling itu sendiri.
Persepsi siswa terhadap konselor bermacam-macam. Persepsi tersebut dapat
dikategorikan menjadi dua, yaitu persepsi positif dan persepsi negatif. Persepsi positif
adalah ketika siswa menganggap konselor sekolah adalah orang yang menyenangkan,
9
baik hati, ramah, dan hal-hal positif lainnya. Sedangkan persepsi negatif menganggap
bahwa konselor adalah orang yang menyebalkan, pemarah, tidak menyenangkan, dan
hal negatif lainnya.
Persepsi siswa terhadap konselor ini dapat berubah tergantung pada sikap
konselor dan pendapat dari masing-masing siswa itu sendiri. Selain itu, persepsi juga
dapat berubah seiring dengan berjalanannyaa proses bimbingan dan konseling itu
sendiri. Misalnya, pada aw alnya siswa mempersepsi bahwa konselor sekolah (guru
bimbingan dan konselingnya) jahat dan pemarah. Namun, setelah dia melakukan
proses konseling, dia mulai menyadari bahwa konselor tersebut ternyata ramah,
periang, dan baik hati, sehingga persepsinya berubah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Willi Purwanti, dkk menunjukkan
bahwa persepsi siswa terhadap konselor dalam pelaksanaan asas kerahasiaan layanan
konseling perorangan adalah negatif. Lain lagi dengan penelitian yang dilakukan oleh
Vera Muthiah, menunjukkan bahwa persepsi siswa terhadap konselor dalam layanan
bimbingan kelompok adalah positif. Dari beberapa penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa persepsi siswa terhadap masing-masing layanan bimbingan dan konseling
berbeda-beda, tergantung pada jenis layanan dan bagaimana konselor melakukan
layanan itu sendiri.
2.3.1 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Siswa di Sekolah
2.3.1.1 Faktor Situasional
1. Deskripsi Verbal
Persepsi siswa terhadap bimbingan dan konseling sekolah dapat dipengaruhi
oleh cerita-cerita dari teman-temannya. Misalnya setelah melakukan proses konseling
temannya bercerita bahwa Bu Anni (guru bimbingan dan konseling) menyenangkan,
baik hati, ramah, dan dapat membantunya menyelesaikan masalahnya. Dengan begitu
persepsi terhadap Bu Anni akan baik.
2. Petunjuk Proksemik
Peserpsi siswa terhadap bimbingan dan konseling di sekolah dipengaruhi oleh
penggnaan jarak/waktu dalam menyampaikan pesan. Misalnya, Andi melihat bahwa
10
Toni, seorang pengurus OSIS selalu melaporkan temannya yang melanggar kepada
guru bimbingan dan konseling, sehingga teman-temannya mendapatkan sangsi. Hal
ini menimbulkan persepsi bahwa guru bimbingan dan konseling sebagai polisi
sekolah hanya mau dekat dengan siswa dari pengurus OSIS.
a. Petunjuk Kinestik
Persepsi siswa terhadap bimbingan dan konseling sekolah dapat dipengaruhi
oleh gerakan-gerakan yang dilakukan oleh konselor. Misalnya, ketika mengahadapi
murid yang terlambat guru bimbingan dan konseling selalu melipat tangannya
pertanda marah. Hal ini menimbulkan persepsi bahwa guru bimbingan dan konseling
merupakan polisi sekolah yang marah ketika menjumpai siswanya yang terlambat.
b. Petunjuk Wajah
Persepsi siswa terhadap bimbingan dan konseling sekolah dapat dipengaruhi
oleh raut muka yang ditunjukkan konselor. Misalnya, ketika bertemu konselor selalu
tersenyum, hal ini menimbulkan persepsi bahwa konselor tersebut ramah.
c. Petunjuk Paralinguistik
Persepsi siswa terhadap bimbingan dan konseling sekolah dapat dipengaruhi
oleh bagaimana intonasi konselor dalam berbicara. Misalnya, ketika menjumpai
murid yang terlambat konselor cendrung berbicara dengan nada yang tinggi. Hal ini
menimbulkan persepsi bahwa guru bimbingan dan konseling merupakan polisi
sekolah yang marah ketika menjumpai siswanya yang terlambat.
d. Petunjuk Artifaktual
Persepsi siswa terhadap bimbingan dan konseling sekolah dapat dipengaruhi
oleh bagaimana cara konselor berpenampilan. Siswa akan lebih merasa nyaman
berkonsultasi dengan konselor yang berpenampilan rapi dari pada yang
berpenampilan serampangan.
2. Faktor Personal
Persepsi siswa terhadap bimbingan dan konseling di sekolah dipengaruhi oleh
keadaan dari masing-masing individu. Apabila siswa dapat berpikiran lebih postif
11
maka akan mempersepsi dengan pikiran yang positif, sebaliknya apabila siswa
berpikiran negatif, maka akan timbul persepsi yang negatif pula.
Persepsi siswa terhadap bimbingan dan konseling di sekolah sebenarnya
sangat mempengaruhi kelancaran dalam proses pelayanan bimbingan dan konseling
itu sendiri. Apabila persepi siswa positif, maka pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling akan berjalan baik dan lancar, namun apabila persepsi siswa negatif, maka
pelaksanaan bimbingan dan konseling cenderung terhambat.
2.3.2 Cara Miningkatkan Persepsi Siswa yang Baik
2.3.2.1.Strategi Mengurangi Ketidakpastian
Menurut Charles Berger dan James Bradac (dalam Sugiyo 2005: 47-48)
terdapat 3 macam strategi, yaitu:
a. Passive strategies
Passive strategies yaitu mengoservasi orang lain tanpa mereka sadari.
Konselor dapat melihat tingkah laku siswanya, memperhatikan tingkah laku
kesehariaanya. dengan begitu konselor akan mengetahui karakteristiknya. Dengan
mengetahui karakteristik siswanya tersebut konselor dapat mendekati siswa yang
bersangkutan sehingga dapat timbul persepsi yang baik dari siswa tersebut.
b. Active strategies
Active strategies yaitu secara aktif mencari informasi tentang orang lain tanpa
mereka sadari. Koselor mencari-cari informasi tentang siswa yang bersangkutan
dengan teman, guru, atau keluarganya sehingga mengetahui karakter dan sifat siswa
yang bersangkutan. Dengan begitu, konselor dapat mendekati siswa tersebut sehingga
dapat timbul persepsi yang baik dari siswa yang bersangkutan.
c. Interactive strategies
Interactive strategies yaitu berinteraksi dengan orang lain untuk belajar
memahami tentang mereka. Konselor disini berinteraksi secara langsung dengan
siswa, memahami siswanya, dan membantu siswa untuk mengembangkan potensi
yang dimilikinya. Apabila siswa merasa nyaman dengan hal tersebut maka akan
timbul persepsi yang baik dari siswa.
12
2.3.2.2 Meningkatkan Ketepatan dalam Mempersepsi
Meningkatkan ketepatan dalam mempersepsi dengan jalan mencari berbagai
macam petunjuk memformulasi hipotesis dari petunjuk yang kontradiktif menunda
untuk memformulasi kesimpulan menghindari pemakaian perasaan terlalu dalam
2.3.2.3. Empati
Empati adalah melihat dan merasakan sesuatu yang dilakukan orang lain.
Sikap empati hendaknya dimiliki oleh konselor. Dengan empati konselor akan dapat
mendengarkan secara efektif, mampu memahami dunia orang lain sehingga dapat
membantu untuk meningkatkan kecermatan dalam persepsi antar pribdi.
13
BAB III
PENUTUP3.1 Simpulan
Persepsi siswa dalam bimbingan dan konseling disekolah ada dua, yaitu persepsi
siswa terhadap konselor sekolah (guru bimbingan dan konseling) dan persepsi siswa
terhadap layanan bimbingan dan konseling itu sendiri. Persepsi siswa tersebut timbul
dari berbagai macam faktor, baik faktor situasional maupun faktor personal. Proses
bimbingan dan konseling di sekolah akan berjalan dengan lancar apabila baik siswa
maupun konselor memiliki persepsi yang positif terhadap satu sama lain.
3.2 SaranKonselor sekolah hendaknya menunjukkan sikap yang positif dan dapat
memberikan layanan bimbingan dan konseling yang maksimal agar persepsi siswa
menjadi positif dan proses bimbingan dan konseling dapat berjalan dengan baik.
Penulis meminta maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat berbagai
macam kekurangan. Penulis menerima kritik dan saran yang membangun demi
kelancaran penulisan makalah dikemudian hari.
14