hiv anak

Upload: nisrina-fariha

Post on 05-Oct-2015

17 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

anak

TRANSCRIPT

Manifestasi Klinis

Presentasi kasusOleh:Dinar syifa (1102010)Nisrina Fariha (1102010207)Sarah Humairah (1102010263)

Pembimbing:Dr. Natalina Soesilawati, Sp.AHIV, DIARE, GIZI BURUK DAN TB PARU

HIV PADA ANAK

DEFINISIHuman Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan penyakit AIDS yang termasuk kelompok retrovirus.

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. Acquired artinya tidak diturunkan, tetapi didapat; Immune adalah sistem daya tangkal atau kekebalan tubuh terhadap penyakit; Deficiency artinya tidak cukup atau kurang; dan Syndrome adalah kumpulan tanda dan gejala penyakit.

PATOGENESIS

FAKTOR PENULARAN HIV

Manifestasi KlinisGejala yang menunjukkan kemungkinan infeksi HIV :Infeksi berulangThrushParotitis kronikLimfadenopati generalisataHepatomegali tanpa penyebab yang jelasDemam yang menetap dan/atau berulangDisfungsi neurologisHerpes zosterDermatitis HIVPenyakit paru supuratif yang kronik (chronic suppurative lung disease).

Gejala yang umum ditemukan pada anak dengan infeksi HIV, tetapi juga lazim ditemukan pada anak sakit yang bukan infeksi HIVOtitis media kronikDiare PersistenGizi kurang atau gizi burukDiduga kuat infeksi HIV jika ditemukan:pneumocystis pneumonia(PCP)kandidiasis esofaguslymphoid interstitial pneumonia(LIP)sarkoma KaposiFistula rekto-vaginal

DiagnosisAntibodi maternal terhadap HIV yang didapat secara pasif mungkin masih ada pada darah anak sampai umur 18 bulanUntuk memastikan diagnosis HIV pada anak dengan usia < 18 bulan, dibutuhkan uji virologi HIV yang dapat memeriksa virus atau komponennya. Pada anak usia 18 bulan, uji antibodi HIV dilakukan dengan cara yang sama seperti dewasa.Anak dengan hasil positif pada uji virologi HIV pada usia berapapun dikatakan terkena infeksi HIV. Anak yang mendapat ASI akan terus berisiko terinfeksi HIV, sehingga infeksi HIV baru dapat disingkirkan bila pemeriksaan dilakukan setelah ASI dihentikan > 6 minggu.Diagnosis HIV dilaksanakan dengan merujuk pada pedoman nasional yang berlaku di Indonesia yaitu dengan strategi III tes HIV yang menggunakan 3 jenis tes yang berbeda dengan urutan tertentu sesuai yang direkomendasikan dalam pedoman atau dengan pemeriksaan virus (metode PCR).

Tes antibodi (Ab) HIV (ELISA ataurapid tests)Rapid test HIV dapat digunakan untuk menyingkirkan infeksi HIV pada anak dengan malnutrisi atau keadaan klinis berat lainnya di daerah dengan prevalensi tinggi HIV. Untuk anak berumur < 18 bulan, semua tes antibodi HIV yang positif harus dipastikan dengan tes virologis sesegera mungkin. Jika tidak tersedia, ulangi tes antibodi pada umur 18 bulan.

Tes virologisTes virologis untuk RNA atau DNA yang spesifik HIV merupakan metode yang paling dipercaya untuk mendiagnosis infeksi HIV pada anak berumur < 18 bulan. Sampel darah harus dikirim ke RS daerah yang menjadi rujukan untuk program perawatan, dukungan dan pengobatan HIV - PDPJika anak pernah mendapatkan pencegahan dengan zidovudine (ZDV) selama atau sesudah persalinan, tes virologis tidak dianjurkan sampai 4-8 minggu setelah lahir. Satu tes virologis yang positif pada 4-8 minggu sudah cukup untuk membuat diagnosis infeksi pada bayi muda. Jika bayi muda masih mendapat ASI dan tes virologis RNA negatif, perlu diulang 6 minggu setelah anak benar-benar disapih untuk memastikan bahwa anak tidak terinfeksi HIV.

Pemeriksaan diagnostik HIV pada bayi yang lahir dari ibu dengan HIV Penularan HIV pada anak dapat terjadi selama masa kehamilan, saat persalinan, dan menyusui.Pemeriksaan serologis anti-HIV dan pemeriksaan virologis HIV RNA (PCR) dilakukan setelah usia 18 bulan atau dapat dilakukan lebih awal pada usia 9-12 bulan, dengan catatan bila hasilnya positif, maka harus diulang setelah usia 18 bulan. Pemeriksaan virologis, seperti HIV DNA (PCR), saat ini sudah dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis HIV pada anak usia di bawah 18 bulan. Pemeriksaan tersebut harus dilakukan minimal 2 kali dan dapat dimulai ketika bayi berusia 4-6 minggu dan perlu diulang 4 minggu kemudian.

Tahapan KlinisTahapan klinis dapat mengenali tahap yang progresif dari yang ringan sampai yang paling beratMembantu mengetahui derajat kerusakan sistem kekebalan dan untuk merencanakan pilihan pengobatan dan perawatanMenentukan kemungkinan prognosis HIVSebagai panduan tentang kapan mulai, menghentikan atau mengganti terapi antiretroviral pada anak dengan infeksi HIVMembantu mengenali respons terhadap ART jika tidak terdapat akses yang mudah dan murah untuk tes CD4 atau tes virologi.

TatalaksanaTujuan pengobatan antiretrovirus adalah untuk memperpanjang masa hidup penderita, menahan perkembangan penyakit, dan menjaga serta memperbaiki kualitas hidup penderita. Tujuan jangka pendek pengobatan adalah untuk menekan seluruh virus yang bereplikasiUmumnya pengobatan antiretrovirus mulai diberikan kepada anak terinfeksi HIV, bila sudah muncul gejala klinis AIDS, tidak tergantung pada hasil hitung sel CD4. Pemberian obat ARV tidak tergantung status gizi penderita.Akan tetapi, beberapa ahli mengatakan sebaiknya obat antiretrovirus diberikan sedini mungkin sebelum gejala penyakit menjadi berat.Tatalaksana anak terinfeksi HIV saat ini sudah menggunakan obat antiretrovirus seperti zidovudin, yang merupakan pengobatan standar pada anak gejala yang jelas.Obat antiretrovirus lain yang sedang digunakan saat ini adalah didanosine (ddI), dideoxycytidine (ddC).ARV diberikan dalam bentuk kombinasi dari dua nucleoside analog dan satu protease inhibitor protokol standar untuk memulai pengobatan anak yang baru didiagnosis dengan sel CD4+ rendah dan muatan virus yang tinggi. Pemberian ARV pada bayi usia di bawah 12 bulan dimulai bila jumlah sel CD4+ 106/mL, sedangkan untuk anak yang berusia >12 bulan bila jumlah partikel RNA >250.000 salinan/mL. Saat ini disarankan untuk memberikan pengobatan ARV secepat mungkin kepada bayi berusia kurang dari 12 bulan bila diagnosis HIV sudah dapat ditegakkan.

Pada anak umur 1218 bulan dengan HIV (Ab) positif, dengan keluhan dan jika diduga kuat HIV berdasarkan klinis, bisa dimulai pemberian ART. ART pada anak yang asimptomatik tidak dianjurkan, karena meningkatkan terjadinya resistensi sejalan dengan waktu. Pengobatan pada umumnya harus ditunda sampai selesai mengobati infeksi akut. Pada tuberkulosis yang seringkali didiagnosis (tetapi umumnya hanya diduga) pada anak dengan infeksi HIV, pengobatan harus ditunda minimal 2 bulan setelah pengobatan anti tuberkulosis dimulai dan lebih baik setelah semua pengobatan anti tuberkulosis tuntas.

CARA KERJA MASING-MASING GOLONGAN OBAT ANTIRETROVIRALObat Golongan NRTI : Golongan obat NRTI adalah penghambat kuat enzim reversetranscriptase dari RNA menjadi DNA yang terjadi sebelum penggabungan DNA virus dengan kromosom sel inang

Obat golongan NNRTI : Menghambat aktivitas enzim reverse-transcriptase dengan mengikat secara langsung tempat yang aktif pada enzim tanpa aktivasi sebelumnya

Obat golongan Protease Inhibitor (PI) : menghambat enzim protease HIV yang dibutuhkan untuk memecah prekursor poliprotein virus dan membangkitkan fungsi protein virus.

Obat golongan fusion inhibitor : menghambat masuknya virus HIV tipe 1 (HIV-1) ke dalam sel target pada orang yang terinfeksi. Obat ini secara spesifik mencegah fusi glikoprotein transmembran gp41 HIV-1 dengan reseptor CD4 pada sel inang.

PemantauanSubset Sel T Persentase dan jumlah absolut sel T CD4+Jumlah Muatan VirusDarah tepi lengkap, tes fungsi hati dan ginjal, kadar amilase, lipid, lipase, laktat dehidrogenase, dan titer immunoglobulin.Pemantauan Lain :Pemeriksaan foto dada Pemeriksaan jantungPenapisan penglihatan.Pemeriksaan neurologi. Pemeriksaan psikososial. Pemeriksaan hemoglobin rutin

PENCEGAHAN PENULARAN HIV IBU ANAKLayanan ANC terpadu termasuk penawaran dan tes HIV Diagnosis HIV Pemberian Terapi Antiretroviral Persalinan amanTatalaksana pemberian makanan bagi bayi/anakMengatur kehamilan dan keluarga berencanaPemberian profilaksis kotrimoksazol pada anakPemeriksaan diagnostik HIV pada bayi yang lahir dari ibu dengan HIV

PROGNOSISInfeksi HIV pada anak biasanya mematikan terutama pada negara berkembang karena keterbatasan ART.

Status gizi , keteraturan pengonsumsian ART serta penyakit penyerta sangat mempengaruhi prognosis infeksi HIV pada anak.

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIENNama: An. MFUmur : 2 Tahun TTL: Bekasi, 22 September 2012Jenis Kelamin: Laki-lakiAgama: IslamAlamat: Kp. Cikedokan Tanggal masuk RS : 28 November 2014Tanggal pemeriksaan: 10 Desember 2014

IDENTITAS ORANGTUA

ANAMNESAAlloanamnesis bersama ibu pasien pada tanggal 10 Desember 2014 di RSUD Kabupaten Bekasi.

Riwayat Penyakit SekarangPasien merupakan pindahan dari RSCM Jakarta dan sudah dirawat di RS tersebut selama 1 hari. Pasien datang bersama ibunya ke RSUD Kab. Bekasi dengan keluhan tidak mau makan sejak 3 bulan yang lalu. Ibu pasien juga mengeluhkan adanya bercak putih pada rongga mulut pasien sejak 1 bulan SMRS. Pasien juga mengalami demam naik turun sejak 2 bulan yang lalu. Menurut ibu pasien, selain demam, pasien juga mengalami batuk sejak 10 bulan yang lalu dan sudah pernah mendapatkan pengobatan paru sejlama 9 bulan. Nafsu makan pasien juga menurun sejak 3 bulan yang lalu. Ibu pasien juga mengeluh anaknya BAB cair, kental, berampas, tanpa darah maupun lendir tiga kali sehari sejak 1 minggu yang lalu.

Riwayat Penyakit DahuluPasien sudah mendapatkan pengobatan paru 9 bulan Pasien sering mengalami diare berkepanjangan sejak usia 1 tahun.Riwayat Penyakit KeluargaIbu dan bapak pasien memiliki riwayat terinfeksi penyakit menular seksual.

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran]Riwayat kehamilanSelama kehamilan Ibu jarang melakukan pemeriksaan kehamilan ke bidan. Ibu tidak pernah menderita sakit selama hamil.Riwayat persalinanAn. MI lahir ditolong oleh bidan, lahir spontan, langsung menangis, lahir cukup bulan. BBL 3400 gram dan panjang badan 80 cm, LK, LLA, LDRiwayat pasca persalinanIbu pasien jarang membawa pasien ke bidan atau posyandu untuk kontrol anaknya.

Riwayat Makanan0 6 bulan: ASI 100%6 bulan 24 bulan : ASI + bubur24 bulan sekarang : susu formula + nasi timRiwayat Imunisasiibu pasien mengaku hanya mendapatkan 3x imunisasi. Imunisasi HepB saat lahir, Polio usia 2 bulan, DPT usia 4 bulan.

Riwayat PertumbuhanIbu menyatakan An. MF lahir cukup bulan, BBL 3400 gram dan PB tidak ingat, BB Sekarang : 6,8 Kg, dengan TB : 80cm.Riwayat PerkembanganMenurut keterangan Ibu An. MF saat usia 11 bulan sudah bisa berjalan seperti anak-anak sebayanya namun tidak begitu aktif. Pasien hanya mampu mengucapkan ma pa hingga usia saat ini.

Sosial Ekonomi dan LingkunganSosial Ekonomi:Pasien tinggal bersama ibu dan bapaknya.ibu pasien merupakan ibu rumah tangga. Bapaknya bekerja sebagai supir truk dengan penghasilan 300.000 500.000 perbulan.Lingkungan:Pasien tinggal di kawasan kontrakan padat penduduk. Dengan tempat tinggal berukuran 4 x 3 m2. Kamar mandi didalam, ventilasi dan pencahayaan kurang. Ibu pasien juga mengaku sanitasi di sekitar tempat tinggalnya kurang baik

Pemeriksaan FisikKU: Sakit SedangKS: Compos mentisNadi: 140 x/menit RegulerPernafasan: 30x/menit RegulerSuhu: 37,50 CBB: 6,9 KgTB: 80 cm

Status Gizi :Antropometris :BB: 6,9 kgTB: 80 cmBB/U: (6 kg) + 2 SD - 2 SDTB/U: ( 80cm) < - 2 SD - 3 SDBB/TB : %Simpulan status gizi : Gizi buruk

Pemeriksaan FisikKulit: pucat, keriput, jaringan lemak subkutis sedikitKepala : rambut merah, mudah tercabut Wajah : wajah seperti orang tua, Mata: cekung, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, refleks cahaya (+/+)Telinga : bentuk normal, simetris, tidak ada sekretHidung: bentuk normal simetris, septum tidak deviasi, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada sekret yang keluarMulut: bibir kering, sianosis (-)Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah beningDada: iga gambangJantung : Bunyi Jantung I-II Reguler, Murmur (-) dan Gallop (-)Paru : Suara Nafas Vesikuler, Rhonki (-), Wheezing (-).Abdomen: supel, bu (+), timpani diseluruh abdomen, turgor kulit kembali lambatEkstremitas: Akral hangat, tidak ditemukan edema dan varises.

Ekskremitas

Anogenital Aksila : rambut belum tumbuhTestis : belum tumbuhRambut pubis : belum tumbuhTungkaiLenganKananKirikananKiriGerakanBaikBaikbaikBaikTrofiAtrofiAtrofiatrofiAtrofiTonusBaikBaikbaikBaikKekuatanBaikBaikbaikBaikKlonus----Ref. FisiologisNormalNormalnormalNormalRef. Patologis----SensibilitasBaikBaikbaikBaikRangsang meningeal----

Pemeriksaan LaboratoriumJenis Pemeriksaan28 November 201410 Desember 2014Hemoglobin10,8 gr/dl9,5 gr/dlLeukosit5100 mm32900 mm3Hematokrit33 %25,5 %Trombosit313.000 /mm3226.000 /mm3LED1650Eritrosit3,963,4Natrium140-Kalium4,5-Chlorida111-GDS74-

Pemeriksaan LaboratoriumJenis Pemeriksaan28 November 201410 Desember 2014Limfosit 23Monosit 5Batang 1Segmen 71 Eosinosil 16Basofil 3,96Anti HIV reagen 1reaktifAnti HIV reagen 2reaktifAnti HIV reagen 3reaktif

Foto thoraxinftrat di suprahiler, perihiler, pericardial kananKesan TB paru

RESUME

prognosisQuo ad vitam: dubia ad malamQuo ad sanactionam : dubia ad malamQuo ad functionam: dubia ad malam

Analisa kasus

THANK YOU !!