historisitasi islam untuk dosen

30
HISTORISITAS ISLAM PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW DAN KHULLAFA’URRASYIDIN Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Studi Islam Disusun Oleh : Hafidha Nashihah M. Sarifudin G 1

Upload: hafidha

Post on 09-Nov-2015

228 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

psikologi islam

TRANSCRIPT

HISTORISITAS ISLAMPERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW DAN KHULLAFAURRASYIDINMakalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Studi Islam

Disusun Oleh :Hafidha NashihahM. Sarifudin G

PROGRAM STUDI PSIKOLOGIFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGAYOGYAKARTA2014BAB IPENDAHULUAN

Sejarah merupakan suatu hal yang tidak bisa kita abaikan begitu saja. Dalam Islam, sejarah penyebaran dan kebudayaan yang ada didalamnyapun telah menjadi bahasan yang menarik. Peradaban Islam telah dibangun kembali oleh Rasulullah setelah lamanya hampir 150 tahun bangsa arab tidak memiliki moral yang baik. Ketika Islam masuk ke jazirh arab, dengan perlahan namun pasti merubah sedikit demi sedikit kondisi masyarakat jahiliyah pada masa tersebut.Peradaban islam mulai bangkit setelah masuknya islam baik kemajuan tingkat kecerdasan akal yang dihasilkan, hasil-hasil kesusastraan, ilmu pengetahuan, maupun kemajuan dalam bidang politik atau kekuasaan Islam yang berperan melindungi pandanngan hidup Islam terutama dalam hubungannya dengan ibadah-ibadah, penggunaaan bahasa, maupun kebiasaan-kebiasaan yang sering terjadi dimasyarakat.Islam sebagai agama yang baru pada masa tersebut, membawa perubahan yang sangat signifikan, baik perubahan pada tradisi kebudayaan, keyakinan maupun yang lainnya. Sehingga masyarakat jazirah pada periode islam tersebut menjadi bangsa yang maju. Pada periode awal ini yang kemudian disusul dengan periode klasik (masa raja-raja dan bani) ditandai dengan kemajuaan kepustakaan arab, berbagai hasil pengajaran islam, dan asal usul peradaban kesukuan dan keagamaan, serta arisokratik.Perkembangan peradaban Islam dalam periode tersenut bercirikn perpaduan antara peradaban Islam dengan pola-pola institusi emperium Timur Tengah, pola ekonomi, dan monoteistik yang telah mapan sebelumnya. Perkembangan tersebut telah menjadikan Islam sebagai era mayoritas di Timur Tengah. Dalam periode ini pula umat Islam membentuk Negara baru dan sejumlah institusi kemasyarakatan dan penyusunan pola hubungan antar rezim politik, badan-badan keagamaan. Dalam periode ini pertumbuhan masyarakat berlangsung dalam keselarasan institusi dan agama.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Islam Pada Masa Nabi Muhammad SAW1. Kondisi Masyarakat Arab Sebelum Masuknya Agama IslamBangsa Arab adalah penduduk asli Jazirah Arab. Semenanjung yang terletak dibagin barat daya asia ini, sebagian besar permukaannya terdiri dari padang pasir. Secara umum iklim di Jazirah Arab amat panas[footnoteRef:1], bahkan termasuk yang paling panas dan paling kering di muka bumi. Para ahli geologi memperkirakan, daratan arab dahulu merupakan sambungan padang pasir yang terbentang luas dari Sahara di Afrika sampai gurun Gobi di Asia Tengah. Tidak terdapat satu sungaipun di Jazirah Arab ini, kecuali di bagian selatan, yang selalu berair dan mengalir sampai ke laut, selain wadi-wadi yang hanya berair selama turun hujan.[footnoteRef:2] Padahal hujan hampir tidak perah turun di kawasan padang pasir yang luas ini.[footnoteRef:3] [1: Ibid., hlm. 4-5] [2: Ibid., hlm. 16] [3: Dudung Abdurahman, Sejarah Peradaban Islam: dari masa klasik hingga modern. (Yogyakarta, LESFI, 2012). Hlm. 18]

Bangsa Arab termasuk rumpun bangsa Smit, yaitu keturunan Sam ibn Nuh, serumpun dengan bangsa Babilonia, Kaldea, Asyuria, Ibrani, Phunisia, Aram dan Habsyi. Bangsa Arablah rumpun Smit yang masih bertahan sampai saat ini. Para sejarawan membagi Bangsa Arab menjadi dua kelompok, yaitu Arab baidah dan Arab Baqiyah. Arab Baidah adalah bangsa Arab yang sudah punah jauh sebelum islam lahir, riwayat tentang mereka tidak banyak diketahui, selain yang termaktub dalam kitab-kitab suci agama samawi, semiasal kaum Ad dan kaum Tsamud. Adapun Bangsa Arab Baqiyah terbagi atas Arab Aribah ( disebut pula Qahthaniyyah, dinisbatkn kepada Qahthan yakni moyang mereka, bangsa arab meyakini, bahwa dari ba bahasa Qahthan inilanh bahasa arab lahir)., dan Bangsa Arab Mustaribah (Keturunan Ismail a.s. ibnu Ibrahim a.s., disebut pula ismailiyah).[footnoteRef:4] [4: Dudung Abdurahman, Sejarah Peradaban Islam: dari masa klasik hingga modern. (Yogyakarta, LESFI, 2012). Hlm. 18]

Dari segi pemukimannya, bangsa Arab dapat dibedakan atas ahl al-badawi dan ahl al-hadlar. Kaum Badawi adalah penduduk padang pasir, meraka tidak memiliki tempat tinggal tetap, tapi hidup secara nomaden, berpindah-pindah dari satu tempat menuju tempat lain untuk mencari sumber mata air dan padang rumput. Kehidupan masyarakat Badwi yang nomaden tidak banyak memberikan peluang kepada mereka untuk membangun peradaban, oleh karena itu, sejarah tidak mengetahui keberadaan mereka dengan tepat dan jelas. Sedangkan Ahl al-Hadlar ialah penduduk yang sudah beretempat tinggal tetap dikota-kota atau daerah-daerah pemukiman yang subur.[footnoteRef:5] [5: Dudung Abdurahman, Sejarah Peradaban Islam: dari masa klasik hingga modern. (Yogyakarta, LESFI, 2012). Hlm. 18-19]

Dalam tradisi bangsa Arab, struktur masyarakat mereka menempatkan kabilah sebagai intinya, yakni organisasi besar yang mengikat orang-orang yang masih memiliki garis keturunan yang sama, Selain itu, adakalanya hubungan seseorang dengan qabilahnya disebabkan oleh adanya ikatan perkawinan atau suatu politik atau karena sumpah setia.dimana yang paling tua menunjuk dan memih pemimpin-pemimpin kabilahnya yang disebut Syaikh al-Qabilah.[footnoteRef:6] [6: Dudung Abdurahman, Sejarah Peradaban Islam: dari masa klasik hingga modern. (Yogyakarta, LESFI, 2012). Hlm. 19]

Masa sebelum lahirnya Islam disebut dengan masazaman Jahiliyyah. Zaman ini terbagi atas dua periode, yaitu jahiliyah pertama dan jahiliyah kedua. Jahiliyah pertama meliputi masa yang sangat panjang, tetapi tidak banyak yang bisa diketahui hal ihwalnya dan sudah lenyap sebagian besar masyarakat pendukungnya. Adapun jahiliyah yang kedua berlangsung kira-kira 150 tahun sebelum islam lahir. Disebut zaman jahiliyah dikarenakan pada masa/zaman ini dikarenakan Bangsa Arab yang mana sebelum masuknya islam telah mengetahui dasar-dasar beberapa cabang ilmu pengetahuan, bahkan dalam hal seni dan sastra mereka sangat maju, akan tetapi mereka mengalami kemerosotan dalam hal moral, dari sinilah label jahiliyyah diberikan.[footnoteRef:7] [7: Dudung Abdurahman, Sejarah Peradaban Islam: dari masa klasik hingga modern. (Yogyakarta, LESFI, 2012). Hlm. 19]

Sebagian besar Bangsa Arab jahiliyah adalah penyembah berhala. Setiap Qabilah memiliki patung sendiri, sehingga tidak kurang dari 360 patung bertengger di Kabah yang suci itu. Ada empat patung yang terkenal yaitu Lata, Uzza, Manah[footnoteRef:8] dan Hubal miliki Qabilah Quraisy.sebenarnya mereka percaya kepada Allah sebagai Pencipta,[footnoteRef:9] Pengatur dan Penguasa alam semesta, sekalipun mereka ingakar terhadap kehidupan sesudah mati. Mereka menyembah patung dengan maksud mendekatkan diri kepada Allah SWT.[footnoteRef:10] Kepercayaan kepada Allah itu merupakan sisa ajaran tauhid yang dibawa oleh Ibrahim a.s. Selain menyembah patung/berhala, ada beberapa kabilah yang tergolong shabiah atau binatang, jin, disamping itu mereka juga mempercayai bahwa malaikat adalah anak-anak perempuan Tuhan.[footnoteRef:11] [8: Al Quran: 53; al-Najm, 20, 21] [9: Al Quran: 43; al-Zukhruf, 87] [10: Al Quran: 39; al-Zumar, 3] [11: Dudung Abdurahman, Sejarah Peradaban Islam: dari masa klasik hingga modern. (Yogyakarta, LESFI, 2012). Hlm. 20]

2. Periode Awal Masuknya Islam Di jazirah ArabIslam merupakan agama yang diturunkan sebagai penyempurna dari agama-agama sebelumnya. Agama islam merupakan agama yang mencakup seluruh aturan-aturan dalam kehidupan, dengan Al Quran dan Hadits sebagai sumber pijakannya. Diturunkannya islam menjadi agama penyempurna,dikarenakan agama islam merupakan agama rahmatan lilalamin, yang mana mengandung kemaslahatan untuk pemeluknya dalam setiap aturan dan ajarannya, bahkan mengandung kebaikan bagi alam semesta.Muhammad SAW, merupakan seorang yang dipilih oleh Allah SWT untuk manyempaikan agama penyempurna ini kepada makhluk seluruh alam. Rasulullah SAW lahir dari kalangan Bangsawan Quraisy.[footnoteRef:12] Ayahnya bernama Abdullah ibn Abd al-Muthallib dan ibunya bernama Aminah binti Wahab. Garis nasab ayah dan ibunya bertemu pada kilab murrah. [12: Quraisy adalah gelar yang diberikan kepada anak cucu Kinanah Ibn Huzaimah ibn Mudrikah. Ada dua orang yang disebut-sebut sebagai pemilik nama Quraisy, yaitu Nadlir ibn Kinanah dan cucunya Fihr ibn Nadlir. Lihat Hasan Ibrahim Haaan. Tarikh al-Islam; al-Siyasi wa al-Din wa al-Ijtimai (Kairo: Maktabah al-Nahdliyah al-Misriyah, 1964), hlm. 10.]

Kabilah Quraisy terkenal sebagai pedagang yang menguasai jalur niaga Yaman-Hijaz-Syiria.[footnoteRef:13] Kabilah Quraisy ini bertambah harum ketika Qushai menjadi penguasa di Mekkah setelah berhasil mengalahkan Bani Khuzaah. Hal ini berarti tanggungjawab atas penjagaan dan pemeliharaan Kabah serta pelayanan terhadap para penziarah Kabah kepada keturunan ismail.[footnoteRef:14] [13: Lihat Al-Quran: 106; Quraisy, 1-3] [14: Dudung Abdurahman, Sejarah Peradaban Islam: dari masa klasik hingga modern. (Yogyakarta, LESFI, 2012). Hlm. 21]

Ketika tanggungjawab pemeliharaan Kabah, dan pelayanan terhadap para peziarah ini berada di atas pundak Abd al-Mutholib ibn Hasyim, Mekkah diserang oleh abrahah yang bermaksud meruntuhkan Kabah yang mana pada masa itu memiliki fungsi yang sangat penting baik secara politis, maupun ekonomis. Akan tetapi serangan tersebut gagal, dan pasukan tentara Abrahah diserang wabah penyakit yang mengerikan. [footnoteRef:15] [15: Penyerangan Abrahah ke Makkah diabadikan dalam Al-Quran: 105; al-Fil, 1-5.]

Pada tahun itu pula Rasulullah SAW dilahirkan, yakni pada hari senin 12 Rabiul Awal Tahun Gajah atau bertepatan pada 20 April 571 dalam keadaan yatim karena ayahnya meninggal tiga bulan setelah menikahi ibunya. Kemudian Rasulullah diasuh oleh pamannya yakni Abd al-Muthallib dan diberi nama Muhammad, nama yang sampai pada saat itu tidak lazim dikalangan orang arab saat itu. Muhammad kecil hidup sebagai seorang penggembala kambing, dan pada umurnya yang ke-12 tahun, Muhammad SAW ikut dalam rombongan perjalanan perdagangan kakeknya ke Syiria. Ketika itu pula mereka bertemu dengan pendeta kristen, Buhaira namanya, yang mengatakan bahwa Muhammad merupakan Nabi terakhir yang sudah termaktub didalam kitab suci yang mereka percayai.[footnoteRef:16] Apa yang didengar oleh Muhammad selama perjalanannya tersebut memperkuat keinginannya untuk mencari kebenaran hakiki dibalik semuanya itu.[footnoteRef:17] [16: Dudung Abdurahman, Sejarah Peradaban Islam: dari masa klasik hingga modern. (Yogyakarta, LESFI, 2012). Hlm. 22] [17: Ibid., hlm. 115.]

Pada Umurnya yang ke 15 tahun, terjadi perang antara keturunan Kinanah dan Quraisy di satu pihak melawan kabilah Hawazin di pihak lain yang dikenal dengan perang Fijar yang artinya pendurhakaan. Disebut demikian dikarenakan awal terjadinya perang tersebut disebabkan oleh pelanggaran atas larangan permusuhan pada bulan-bulan suci yang sangat dihormati berdasarkan aturan dan adat istiadat setempat. Secara keseluruhan perang ini berlangsung selama empat tahun, yang akhirnya melahirkan kesepakatan perserikatan yang disebut dengan Hailf al-Fudlul yang artinya adalah sumpah utama, yang mana bertujuan untuk memberikan perlindungan bagi yang teraniaya di Mekkah, baik oleh penduduknya sendiri maupun oleh pihak lain, dalam persyarikatan ini Muhammad merupakan salah satu anggota termuda didalamnya.[footnoteRef:18] [18: Dudung Abdurahman, Sejarah Peradaban Islam: dari masa klasik hingga modern. (Yogyakarta, LESFI, 2012). Hlm. 22]

Pada Umur 24 tahun, Muhammad ditwarkan oleh Abu Thalib kepada Khadijah binti Khuwailidi, yang merupakan saudagar kaya. Hingga akhirnya Muhammad menikahinya pada usia 25 tahun, sedang Khadijah pada saat itu berstatus sebagai janda yang berumur 40 tahun.[footnoteRef:19] [19: Dudung Abdurahman, Sejarah Peradaban Islam: dari masa klasik hingga modern. (Yogyakarta, LESFI, 2012). Hlm. 23-24]

Pada malam senin 17 Ramadhn tahun 13 SH bertepatan dengan 6 Agustus 610 M, selagi Muhammad berkhalwat di gua Hira, malaikat jibril menyampaikan wahyu yang pertama, yaitu QS. Al-Alaq ayat 1-5. Kemudian setelah Muhammad sampai dirumah Khadijah dengan perasaan yang cemas, gemetar dan badanya menggigil ketakutan, dan akhirnya tertidur lelap, turunlah QS. Al-Muddatstsir yat 1-7, turunnya wahyu yang kedua ini menandai penobatan Muhammad sebagai Rasulullah.[footnoteRef:20] [20: Dudung Abdurahman, Sejarah Peradaban Islam: dari masa klasik hingga modern. (Yogyakarta, LESFI, 2012). Hlm. 22]

3. Perkembangan Islam Di Jazirah ArabRsulullah SAW melaksanakan tugas risalahnya selama 13 tahun di Mekah dan 10 tahun di Madinah. Dakwah yang dilakukan sebagai media penyebaran islam di Mekah ditempu melalui tiga tahap. Tahap pertama yakni dakwah secara diam-diam, yang menjadi dasar adalah turunya QS. Al Muddatstsir ayat satu sampai tujuh. Dalam tahap ini Rasulullah mengajak keluarga yang tinggal serumah dan sahabat-sahabat terdekatnya agar meninggalkan agama berhala dan beribadah kepada Allah semata. Dalam fase ini yang pertama kali menyatakan beriman adalah Khadijah, Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin haritsah, dari kalangan shahabat, Abu Bakarlah yang pertama menyatakan berima kemudian diikuti oleh Utsman ibn Affan, Zubair ibn Awam, Said ibn Abi Waqqash, Thalhah ibn Ubaidillah, Abd al-Rahman al-Auf, Abu Ubaidah ibn Jarrah, Arqam ibn Abi al-Arqam, Bilal ibn Rabah. Rasulullah mengajarkan islam di rumah Arqam ibn Al-Arqam, dan mereka menjalankan agama baru ini secara sembunyi-sembunyi selama kurang lebih tiga tahun.[footnoteRef:21] [21: Dudung Abdurahman, Sejarah Peradaban Islam: dari masa klasik hingga modern. (Yogyakarta, LESFI, 2012). Hlm. 25]

Tahap kedua adalah dakwah secara semi terbuka. Dalam tahap ini Rasulullah menyeru keluarganya dalam lingkup yang lebih luas berdasarkan QS. Al-Syams ayat 214. Yang menjadi sasaran utama seruan ini adalah Bani Hasyim. Setelah itu Rasulullah memperluas jangkauan seruannya kepada seluruh penduduk Mekah Setelah turun Ayat 15 Surah Al-Hijr. Langkah ini menandai dimulainya tahap ketiga, yakni dakwah secara terbuka, dan sejak saat itu pula islam menjadi perhatian dan pembicaraan penduduk Mekkah.[footnoteRef:22] [22: Dudung Abdurahman, Sejarah Peradaban Islam: dari masa klasik hingga modern. (Yogyakarta, LESFI, 2012). Hlm. 26]

Ketika gerakan Rasulullah makin meluas jumlah pengikutnya bertambah banyak dan seruanya makin tegas dan lantang, bahkan secara terang-terangan megecam agama berhala dan mencela kebodohan nenek moyang mereka yang memuja-muja berhala itu, orang-orang Quraisy menjadi terkejut dan marah. Mereka bangkit dan menentang Rasulullah dengan berbagai cara untuk menghalanginya. Menurut Syalabi ada lima factor yang menyebabkan orang Quraisy menentang dakwah Rasulullah, yaitu :1. Persaingan pengaruh kekuasaan, mereka belum bisa membedakan antara kenabian dengan kerajaan, merka mengira memenuhi seruan Rasulullah berarti tunduk kepada Abd Al-Muthalib.2. Persamaan Derajat. Rasulullah mengajarkan Persamaan derajat umat manusia, dimana hal ini berlawanan dengan tradisi bangsa Arab Jahiliyah.3. Takut dibangkitkan setelah mati, dikarenakan gambaran kebangkitan kembali setelah mati digambarkan sangat mengerikan dimata pemimpin-pemimpin Quraisy4. Taklid kepada nenek moyang, bangsa Arab menganggap bahwa tradisi nenek moyang merupakan sesuatu yang mutlak dan tidak boleh di ganggu gugat.5. Perniagaan Patung. Yakni meliputi larangan untuk menyembah patung, memahatnya dan memperjualbelikannya.[footnoteRef:23] [23: Ahmad Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam, terj. Muchta Yahya, (Jakarta: Jayamurni, 1970), hlm. 61-64]

Dalam mengatasi hal ini, Rasulullah melakukan siasat politik yang mengagumkan, yakni menghimpun kekuata islam diwilayah lain dengan melakukan hijrah. Setelah Baiah Aqobah kedua, tindakan kekerasan terhadap kaum muslimin semakin meningkat, bahkan musyrikin Quraisy sepakat akan membunuh Rasulullah. Menanggapi sikap ini Rasulullah pun akhirnya melakukan strategi hijrah. Hiijrah yang dilakukan Rasul pertama kali adalah menuju Yastrib. Sesampainya di Yatsrib, Rasulullah mendapat sambutan yang hangat dari kaum Anshar, sejak saat itu yastrib berubah menjadi Madinah al- Rasul atau al-Madinah al-Munawwarah. [footnoteRef:24] [24: Dudung Abdurahman, Sejarah Peradaban Islam: dari masa klasik hingga modern. (Yogyakarta, LESFI, 2012). Hlm. 29-30]

B. Islam Pada Masa Khullafaurrasyidin1. Abu Bakar As-Shiddiq 11-13 H (632-634 M)Namanya adalah Abdullah ibnu Abi Quhafat at Tamimi. Di masa jahiliah bernama Abdul Kabah, lalu ditukar oleh Nabi menjadi Abdullah Kuniyahnya Abu Bakar. Beliau diberi kuniyah Abu Bakar (Pemagi) karena dari pagi-pagi betul beliau telah masuk Islam. Gelarnya As-Shiddiq (yang amat membenarkan). Beliau digelari as-shiddiq karena sangat membenarkan Rasul dalam berbagai macam peristiwa, terutama peristiwa Isra dan Miraj[footnoteRef:25]. [25: A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam 1, (Jakarta: Radar Jaya Offset, 2003), hlm. 195]

Di masa jahiliah, Abu Bakar berniaga. Sesudah masuk agama Islam, ditumpahkannyalah seluruh perhatiannya untuk mengabdi dan menyiarkan agama Islam. Di masa Jahiliah, beliau terkenal sebagai seorang yang jujur dan berhati suci. Tatkala agama Islam masuk datang, segeralah dianutnya, kemudian ikut menyiarkan dan mengenbangkannya. Beliau ikut bersama-sama Nabi hijrah ke Madinah dan bersama-sama pula bersembunyi di Gua Tsur pada malam permulaan hijrah sebelum melanjutkan perjalanan[footnoteRef:26]. [26: Ibid : 195]

Abu Bakar memangku jabatan khalifah berdasarkan pilihan yang berlangsung sangat demokratis di Muktamar Tsaqifah Bani Saidah, memenuhi tatacara perundingan yang dikenal di dunia modern saat ini. Kaum Anshar menekankan pada persyaratan jasa (merit), mereka mengajukan calon Saad Ibn Ubadah. Kaum muhajirin menekankan pada persyaratan kesetiaan, mereka mengajukan calon Abu Ubaidah ibn Thalib menjadi khalifah atas dasar kedudukannya dalam Islam, juga sebagai menantu dan karib Nabi. Hampir saja perpecahan terjadi bahkan adu fisik. Melalui perdebatan dengan beradu argumentasi, akhirnya Abu Bakar disetujui oleh jamaah kaum muslimin untuk menduduki jabatan khalifah[footnoteRef:27]. [27: A. Maman Malik. dkk , Sejarah Kebudayaan Islam (Yogyakarta : Pokja Akademik, 2005), hlm. 76-77]

Kesulitan Yang Dihadapi Abu BakarSesudah Nabi Muhammad wafat, sejarah Tanah Arab semakin surut. Agama Islam menghadapi krisis yang hebat yang hampir saja merobohkannya. Ada golongan yang telah murtad, ada pula pula orang-orang yang mengaku dirinya nabi. Ada pula golongan ketiga, yaitu orang-orang yang tak mau lagi membayar zakat, yang oleh mereka dinamakan upeti atau pajak. Golongan tersebut muncul di sebagian besar Tanah Arab, hanya yang masih tetap patuh kepada agama Islam adalah penduduk Makkah, Madinah, dan Thaif. Penduduk ketiga kota ini tetap memenuhi kewajibannya dengan sebaik-baiknya. Banyak pula nabi-nabi palsu yang muncul pada saat itu, seperti Musailimah Kazzab dari Bani Hanifah di al Yamamah, Sajah dari Bani Tamim, Al Aswad Al Ansi di Yaman, dan Thulaihah ibnu Khuwailid dari Bani Asad[footnoteRef:28]. [28: A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam 1, (Jakarta: Radar Jaya Offset, 2003), hlm. 198-199]

Di dalam kesulitan ini, terlihat kebesaran jiwa dan ketabahan hati Abu Bakar. Dengan tegas dinyatakan seraya bersumpah, bahwa beliau akan memerangi semua golongan yang telah menyeleweng dari kebenaran, baik yang murtad, maupun yang mengaku menjadi nabi ataupun yang tidak mau membayar zakat, sehingga semuanya kembali kepada kebenaran, atau beliau gugur sebagai syahid dalam memperjuangkan kemuliaan agama Allah[footnoteRef:29]. [29: Ibid., 200]

Dalam menghadapi hal ini, Abu Bakar membentuk sebelas pasukan yang masing-masing dipimpin oleh seorang pahlawan. Sebelum melakukan penyerangan, Abu Bakar mengirimkan surat yang berisi nasehat dan peringatan kepada orang-orang yang menyeleweng tersebut agar kembali kepada kebenaran. Nasehat dan peringatan Abu Bakar ada faedah dan kesannya pada sebagian orang-orang yeng telah menyimpang itu, tapi ada pula yang tetap pada kesesatannya. Akhirnya terjadilah peperangan menghadapi golongan kedua itu, dan Musailimah terbunuh oleh Wahsyi (pembunuh Hamzah paman Rasulullah ketika Wahsyi masih musyrik) pada pertempuran itu[footnoteRef:30]. Melalui pertempuran ini, Tanah Arab dapat bersatu kembali dan bertambah kuat berpegang pada Islam. [30: Ibid., 201]

Riwayat Abu Bakar As-ShiddiqAbu Bakar menjadi Khalifah hanya dua tahun. Pada tahun 634 M ia meninggal dunia. Masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri terutama tantangan-tantangan yng ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintahan Madinah. Mereka menganggap bahwa perjanjian yang dibuat dengan Nabi Muhammad, dengan sendirinya batal setelah Nabi Muhammad wafat. Karena itu, mereka menentang Abu Bakar. Abu Bakar menyelesaikan persoalan ini dengan apa yang disebut Perang Riddah (perang melawan kemurtadan). Khalid ibn Al-Walid adalah jenderal yang banyak berjasa dalam perang ini[footnoteRef:31]. [31: Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 36]

Kekuasaan yang dijalankan pada masa Khalifah Abu Bakar tampak sebagaimana pada masa Rasulullah, bersifat sentral; kekuasaan legislative, eksekutif, dan yudikatif terpusat di tangan khalifah[footnoteRef:32]. Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri, barulah Abu Bakar mengirim kekuatan ke luar Arabia. Khalid bin Walid dikirim ke Iraq dan dapat menguasai al-Hirah di tahun 634 M. ke Syiria dikirim ekspedisi di bawah pimpinan empat jenderal, yaitu Abu Ubaidah, Amr bi Ash, Yazid ibn Abi Sufyan, dan Syurahbil. [32: Ibid., 36]

Abu Bakar meninggal dunia, sedangkan barisan depan pasukan Islam sedang mengancam Palestina, Iraq, dan kerajaan Hirah. Ia diganti oleh tangan kanannya, Umar ibn Khattab. Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalya sudah dekat, ia bermusyawarah dengan para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam. Kebijaksanaan Abu Bakar tersebut ternyata diterima masyarakat yang segera secara beramai-ramai membaiat Umar. Umar menyebut dirinya Khalifah Khalifati Rasulillah (pengganti dari penggnti Rasulullah). Ia juga memperkenalkan istilah Amir Al-Muminin (komandan orang-orang yang beriman)[footnoteRef:33]. [33: Ibid., 36-37]

2. Umar ibn Khattab 13-23 H (634-644 M)Umar ibn Khattab putera dari Nufail al Quraisy, dari suku bani Adi. Sebelum Islam, suku Bani Adi ini terkenal sebagai suku yang terpandang mulia, megah, dan berkedudukan tinggi[footnoteRef:34]. [34: A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam 1, (Jakarta: Radar Jaya Offset, 2003), hlm. 203]

Di masa jahiliyah, Umar bekerja sebagai seorang saudagar. Dia menjadi duta kaumnya di kala timbul peristiwa-peristiwa penting antara kaumnya dengan suku Arab yang lain. Sebelum Islam, begitu juga sesudahnya, Umar terkenal sebagai seorang yang pemberani, yang tidak mengenal takut dan gentar, mempunyai ketabahan dan kemauan yang keras, dan yang tiada mengenal bingung dan ragu[footnoteRef:35]. [35: Ibid., 203]

Doa Rasulullah yang artinya,Ya Allah! Kuatkanlah Islam dengan salah seorang dari dua orang Umar, yaitu Amr ibn Hisyam atau Umar ibnul Khattab. Doa Rasullah ini diperkenankan Tuhan dengan Islamnya Umar ibnul Khattab setelah lima tahun lamanya Nabi menyeru kepada agama Islam. Islamnya Umar ini adalah suatu kemenangan yang nyata bagi Islam[footnoteRef:36]. [36: Ibid., 203]

Di zaman Umar gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan) pertama terjadi, ibu kota Syiria, Damaskus, jatuh tahun 635 M, dan setahun kemudian, setelah tentara Bizantium kalah pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syiria jatuh ke bawah kekusaan Islam. Dengan memakai Syiria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan Amr bin Ash dan ke Irak di bawah pimpinan Saad ibn Abi Waqqash. Iskandaria, ibu kota Mesir ditaklukkan tahun 641 M. dengan demikian, Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Al-Qadisiyah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq, jatuh pada tahun 637 M. dari sana, serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, Al-Madain yang jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Mosul dapat dikuasai. Dengan demikian, pada masa kepemimpinan Umar, wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi jazirah Arabia, Palestina, Syiria, sebagian besar wilayah Persia, dan Mesir[footnoteRef:37]. [37: Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, jilid 1, (Jakarta: UI Press, 1985, cetakan kelima), hlm. 58.]

Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar segera mengatur administrasi Negara dengan mencontoh administrasi yang sudah brkembang terutama di Persia. Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah propinsi: Makkah, Madinah, Syiria, Jazirah, Basrah, Kufh, Palestin, dan Mesir. Beberapa departemen yang dipandang perlu didirikan. Pada masanya, mulai diatur dan diterbitkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengdilan didirikn dalam rangka emisahkan lembaga yudikatif dengan eksekutif. Untuk menjaga keamanan dan ketertiban, jawatan kepolisian dibentuk. Demikian pula jawatan pekerjaan umum. Umar juga mendirikan Bait Al-Mal, menempa mata uang, dan menciptkan tahun hijrah[footnoteRef:38]. [38: Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: rajawali Pers, 2010), hlm. 37-38.]

Umar memerintah selama sepuluh tahun (13-23 H/634-644 M). Masa jabatannya berakhir dengan kematian. Dia dibunuh oleh budak dari Persia bernama Abu Luluah. Untuk menentukan penggantinya, Umar tidak menempuh jalan yang dilakukan Abu Bakar. Dia menunjuk enam orang sahabat dan meminta kepada mereka untuk memilih salah seorang diantaranya menjadi khalifah. Enam orang tersebut adalah Usman, Ali, Thalhah, Zubair, Saad ibn Abi Waqqash, dan Abdurrahman ibn Auf. Setelah Umar wafat, tim ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk Usman sebagai khalifah, melalui persaingn yang agak ketat dengan Ali bin Abi Thalib.

3. Utsman Ibn Affan 23-35 H (644-656 M)Beliau adalah Usman ibn Affan ibn Abil Ash ibn Umaiyah. Dilahirkan di wktu Rasulullah berusia lima tahun dan masuk Islam atas seruan Abu Bakar As-Shiddiq. Sebelum agama Islam datang dan sesudahnya juga, beliau terhitung saudagar besar dan kaya, dan sangat pemurah menafkahkan kekayaannya untuk kepentingan agama Islam. Beliau termasuk sahabat yang diberi kabar gembira oleh Rasulullah akan masuk syurga. Usman pernah menjadi utusan Rasulullah kepada Quraisy pada peristiwa Hudaibiah. Hal ini menggambarkan ketinggian kedudukan Usman. Tugasnya sebagai utusan Rasulullah kepada Quraisy telah dijalankannya dengan hasil yang baik[footnoteRef:39]. [39: A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam 1, (Jakarta: Radar Jaya Offset, 2003), hlm. 229]

Di masa pemerintahan Usman, Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan Tabaristan berhasil direbut. Ekspansi Islam pertama berhenti di sini. Pemerintahan Usman berlangsung selama 12 tahun. Pada paroh terakhir masa kekuasaannya, muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan Usman memang sangat berbeda dengan kepemimpinan Umar. Ini mungkin karena umurnya yang lanjut (diangkat di usia 70 tahun) dan sifatnya yang lemah lembut. Akhirnya, pada tahun 35 H/ 655 M, Usman dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang yang kecewa itu[footnoteRef:40]. [40: Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010),hlm. 38]

Salah satu faktor yang menyebabkan banyak rakyat kecewa terhadap kepemimpinan Usman adalah kebijaksanaannya mengankat keluarga dalam kedudukan tinggi. Yang terpenting di antaranya adalah Marwn ibn Hakam. Dialah yang pada dasarnya menjalankan pemerintahan, sedangkan Usman hanya menyandang gelar khalifah. Setelah banyak anggota keluarganya yang duduk dalam jabatan penting, Usman laksana boneka di hadapan kerabatnya itu. dia tidak dapat berbuat banyak dan terlalu lemah terhadap keluarganya. Di juga tidak tegas terhadap kesalahan bawahan. Harta kekayaan Negara, oleh kerabatnya dibagi-bagikan tanpa terkontrol oleh Usman sendiri[footnoteRef:41]. [41: Ibid., 38-39]

Meskipun demikian, Usman berjasa dalam membangun bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembgian air ke kota-kota. Dia juga membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, mesjid-mesjid, dan memperluas mesjid Nabi di Madinah.

4. Ali Bin Abi Thalib 35-40 H (656 M-661 M)Beliau adalah Ali ibn Abi Thalib Ibn Abdil Mutthalib, putera dari paman Rasulullah dan suami dari puteri beliau, Fatimah. Di waktu Muhammad diutus menjadi rasul, Ali termasuk orang yang pertama kali menyatakan imannya dan waktu ia masih kecil. Pada setiap peperangan yang dipimpin Rasulullah, Ali selalu berada di barisan depan. Ali sering merebut kemenangan bagi kaum Muslimin dengan pedangnya[footnoteRef:42]. [42: A. Syalabi, Sejarah Peradaban Islam 1, (Jakarta: Radar Jaya Offset, 2003), hlm. 243]

Setelah Usman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah. Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikitpun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali memecat para gubernur yang diangkat oleh Usman. Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka. dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Usman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada Negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan di antara orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan Umar[footnoteRef:43]. [43: Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 39]

Tidak lama setelah itu, Ali bin Abi Thalib menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair, dan Aisyah. Alasan mereka, Ali tidak mau menghukum para pembunuh Usman dan merek menuntut bela terhadap darah Usman yang telah ditumpahkan secara zalim. Akhirnya, pertempuran pun berkobar. Perang ini dikenal dengan nama Perang Jamal (Unta) karena Aisyah dalam perang ini menunggang unta. Ali berhasil mengalahkan lawannya. Zubair dan Thalhah terbunuh ketika hendak melarikan diri, sedangkan Aisyah ditawan dan dikirim kembali ke Madinah[footnoteRef:44]. [44: Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 39-40]

Bersamaan dengan itu, kebijaksanaan-kebijksanaan Ali juga mengakibatkan timbulnya perlawanan dari Gubernur di Damaskus, Muawiyah, yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan. Setelah berhasil memadamkan pemberontakan Zubair, Thalhah, dan Aisyah, Ali bergerak dari Kufah menuju Damaskus dengan sejumlah besar tentara. Pasukannya bertemu dengan pasukan Muawiyah di Shiffin. Pertempuran terjadi di sini yang dikennal dengan nama Perang Shiffin. Perang ini diakhiri dengan tahkim (arbitrase), tapi tahkim ternyata tidak menyelesaikan masalah, bahkan, menyebabkan timbulnya golonngan ketiga, al-Khawarij, orang-orang yang keluar dari barisan Ali. Akibatnya diujung masa pemerintahan Ali ibn Abi Thalib, umat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik, yaitu, Muawiyah, Syiah (pengikut Ali), dan Khawarij (orang-orang yang kelur dari barisan Ali). Keadaan ini tidak menguntungkan Ali. Munculnya kelompok Al-Khawarij menyebabkan tentaranya semakin lemah, sementara posisi Muawiyah semakin kuat. Pada tanggal 20 Ramadhan 40 H (660 M), Ali terbunuh oleh salah seorang khawarij[footnoteRef:45]. [45: Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010),hlm. 40]

Kedudukan Ali sebagai khalifah kemudian dijabat oleh anaknya, Hasan selama beberapa bulan. Namun, karena Hasan ternyata lemah, sementara Muawiyah semakin kuat, maka Hasan membuat perjanjian damai. Perjanjian ini dapat mempersatukan umat Islam kembali dalam satu kepemimpinan politik, dibawah Muawiyah ibn Abi Sufyan. Di sisi lain, perjanjian itu juga menyebabkan Muawiyah menjadi penguasa absolute dalam Islam. Tahun 41 H/661 M, tahun persatuan itu, dikenal dalam sejarah sebagai tahun Jamaah (am jamaah). Dengan demikian berakhirlah apa yang disebut dengan masa Khulafaur Rasyidin dan dimulailah kuasaan Bani Umayyah dalam sejarah politik Islam[footnoteRef:46]. [46: Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 40-41]

BAB IIIPENUTUPA. KesimpulanPeriode penyebaran dan kemajuan islam pada masa Nabi Muhammad SAW dan Khullafaurrasyidin sangatlah signifikan. Dari penyebaran ini, islam menjadi suatu kekuatan agama bahkan politik maupun ekonomi yang kuat. Sehingga menjadikan masyarakat jazirah arab pada masa tersebut mengalami kemajuan yang pesat dalam berbagai aspek, diantaranya aspek ilmu pengetahuan, politik, kesusastraan dan yang lainnya. Peradaban yang terbangun tersebut menjadikan Jazirah Arab sebagai kiblat dalam banyak hal, khususnya dalam bidang teologi dan ilmu pengetahuan yang lainnya.B. Kritik dan SaranTentunya makalah yang kami susun masih jauh dari kesempurnaan, kritik dan saran yang membangun sangatlah kami harapkan guna kesempurnaan makalah yang kami susun ini. Karena tidak ada yang sempurna kecuali Dzat Yang Maha Segalanya,

Daftar pustakaYatim, Badri. 2010. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta: Rajawali PersSyalabi, A.. 2003. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Radar Jaya OffsetMalik, Maman A., dkk. 2005. Sejarah Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Pokja AkademikAbdurrahman, Dudung. 2012. Sejarah Peradaban Islam Dari Klasik Hingga Modern. Yogyakarta: LESFI. Syalabi, Ahmad.1970. Sejarah Kebudayaan Islam, terj. Muchta Yahya, Jakarta: Jayamurni

19