histologi ikan kerapu pada bak-bak pemeliharaan …repository.ub.ac.id/6047/1/fariz nur...

69
HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN DENGAN TREATMENT Spirulina platensis DAN INFEKSI PAPARAN VIRAL NERVOUS NECROSIS (VNN) LAPORAN SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN Oleh: FARIZ NUR YAHYA NIM. 135080100111063 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Upload: others

Post on 04-Nov-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN DENGAN TREATMENT Spirulina platensis DAN INFEKSI PAPARAN VIRAL NERVOUS

NECROSIS (VNN)

LAPORAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

Oleh:

FARIZ NUR YAHYA

NIM. 135080100111063

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN DENGAN TREATMENT Spirulina platensis DAN INFEKSI PAPARAN VIRAL NERVOUS

NECROSIS (VNN)

LAPORAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

Oleh:

FARIZ NUR YAHYA NIM. 135080100111063

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 3: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen
Page 4: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

Identitas Tim Penguji

Judul :HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN DENGAN TREATMENT Spirulina platensis DAN INFEKSI PAPARAN VIRAL NERVOUS NECROSIS (VNN)

Nama Mahasiswa : FARIZ NUR YAHYA

NIM : 135080100111063

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

PENGUJI PEMBIMBING:

Pembimbing 1 : Dr. UUN YANUHAR, S.Pi, M.Si

Pembimbing 2 : Ir. KUSRIANI, MP.

PENGUJI BUKAN PEMBIMBING:

Dosen Penguji 1 : Dr. ASUS MAIZAR S. H., S.Pi, M.P

Dosen Penguji 2 : Dr. Ir. MOHAMMAD MAHMUDI, M.S Tanggal Ujian : 31 Juli 2017

Page 5: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam laporan skripsi dengan judul

Histologi Ikan Kerapu Pada Bak-Bak Pemeliharaan Dengan Treatment Spirulina

platensis Dan Infeksi Paparan Viral Nervous Necrosis (VNN) yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan sepanjang pengetahuan

saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan

oleh orang lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam

daftar pustaka.

Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil

penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.

Malang, 29 Juli 2017

Mahasiswa

Fariz Nur Yahya

NIM. 135080100111063

Page 6: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

UCAPAN TERIMAKASIH

Yang Telah Membiayai :

Skema Penelitian BOPTN Unggulan Perguruan Tinggi Nomor :

063/SP2H/LT/DRPM/IV/2017, Tanggal 6 April 2017

Dengan Judul :

Peridinin Chloropyll Cell

Pigmen (PCP) Spesies Penting Mikroalga Laut Untuk Komoditas Unggulan Ikan

Sebagai Ketua Peneliti Dr. Uun Yanuhar, S.Pi., M.Si.

Anggota Tim Penelitian Sebagai Berikut:

1. Akbar Nugraha 13. Yosef Benny Alta

2. Irsyadul Fajri 14. Yuni Septiyani

3. Syamsul Rizal 15. Aji Sanjaya

4. Shabrina Andrawini 16. Fariz Nur Yahya

5. Yunda Deliza 17. Elsa Novan Alfiyanto

6. Mimin Wirawati 18. Dewi Mangshuroh

7. Faisal Nur Fachrudin 19. Amanda Agustina

8. M. Rizky Mustaqim 20. Ahmad Arief Fathoni

9. Gus Aryadi 21. Farouq Syahrondhi M.

10. Linda Ayu Pratiwi

11. Leny Rosiana

12. Wildan Effendy

Ketua Peneliti,

(Dr.Uun Yanuhar,S.Pi,M.Si) NIP. 19730404 200212 2 001

Page 7: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berkontribusi dalam pelaksanaan Penelitian Skripsi sehingga laporan ini dapat

terselesaikan dengan baik. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Dr. Uun Yanuhar, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing pertama yang telah

memberikan arahan serta bimbingan dalam pelaksanaan dan penulisan

laporan Skripsi ini.

2. Ir. Kusriani, MP selaku dosen pembimbing Kedua yang juga telah

memberikan arahan serta bimbingan dalam pelaksanaan dan penulisan

laporan Skripsi ini.

3. Orang tua dan seluruh keluarga yang selalu membantu, mendukung dan

mendoakan penulis.

4. Teman-teman Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan angkatan

2013 atas dukungannya serta pihak lainnya yang secara langsung maupun

tidak langsung telah berperan dalam menyelesaikan laporan ini.

Malang, 19 Juli 2017

Penulis

Page 8: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

RINGKASAN

Fariz Nur Yahya. Histologi Ikan Kerapu Pada Bak-Bak Pemeliharaan Dengan Treatment Spirulina platensis Dan Infeksi Paparan Viral Nervous Necrosis (VNN). (dibawah bimbingan Dr. Uun Yanuhar, S.Pi, MSi dan Ir. Kusriani, MP).

Ikan kerapu adalah ikan laut yang bernilai ekonomis tinggi terdapat di perairan laut Indonesia Di Indonesia kegiatan pemeliharaan ikan kerapu semakin digalakkan berbanding lurus dengan bertambahnya permintaan untuk komoditas ikan tersebut, baik memenuhi permintaan dalam negeri, maupun luar negeri yang semakin hari semakin besar. Pemeliharaan ikan kerapu masih banyak ditemukan berbagai kendala, salah satunya adalah tingkat kematian masih tinggi yang diakibat penyakit infeksi Viral Nervous Necrosis (VNN). Viral Nervous Necrosis (VNN) telah banyak dilaporkan menginfeksi ikan laut yang dibudidayakan di Indonesia dan telah ditetapkan dalam Kepmen nomor 26 tahun 2013 sebagai Hama Penyakit Ikan Karantina (HPIK) Golongan I. Spirulina platensis merupakan salah satu jenis mikroalga sebagai sumber protein sel tunggal karena kandungan proteinnya yang tinggi antara 50 74% perberat kering. Dengan perkembangan bioteknologi penelitian dan pemanfaatan mikroalga diarahakan pada pengembangan produk baru dalam bidang perikanan.

Metode diagnosis pathogen virus dapat dilakukan dengan cara melihat gejala klinis, histopatologi, mikroskop elektron, isolasi agen virus dalam kultur sel yang kemudian diikuti dengan identifikasi secara molekuler atau dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR). Analisa histopatologi dapat digunakan sebagai biomarker untuk mengetahui kondisi kesehatan ikan melalui perubahan struktur yang terjadi pada organ-organ penting ikan kerapu menjadi sasaran utama dari penyakit infikus dan pengobatan dengan antibiotik. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui kualitas histologi ikan kerapu (Cromileptes altivelis) dengan Treatment Spirulina platesis pada bak pemeliharaan infeksi Viral Nervous Necrosis. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan eksperimental dimana prosedur penelitian meliputi meliputi kultur Spirulina platensis, perhitungan kepadatan sel, ekstraksi VNN, aklimatisasi, Treatment mikroalga, analisis kualitas air, prosedur Polymerase Chain Reaction (PCR) dan analisis kualitas histopatologi.

Hasil Pertumbuhan sel Spirulina ditandai dengan bertambah pekatnya warna hijau pada media pemeliharaan ikan kerapu cantang. ertumbuhan S. platensis dilihat dari produksi biomassa pada medium air perlakuan menunjukkan bahwa pertumbuhan pada setiap perlakuan mengalami fase lag. Berdasarkan kualitas histopatologi, Treatment Spirulina tanpa VNN, lebih sedikit mengalami kerusakan jaringan dibandingkan dengan Treatment Spirulina dengan penambahan VNN. Pada Treatment dengan penambahan ekstraksi VNN ditemukan keruskan jaringan seperti nekrosis, kongesti, vakuolisasi dan hemoregge. Untuk hasil kualitas air dari dua parameter fisika dan kimia masih dalam batas yang normal untuk pemeliharaan ikan kerapu cantang.

Page 9: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

KATA PENGANTAR

Segala Puji kepada Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan

Karunia-Nya. Shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad

SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan laporan skripsi yang

berjudul Histologi Ikan Kerapu Pada Bak-Bak Pemeliharaan Dengan Treatment

Spirulina platensis Dan Infeksi Paparan Viral Nervous Necrosis (VNN) sebagai

salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya.

Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih ditemukan banyak

kekurangan. Oleh sebab itu, penulis memohon maaf dan berbesar hati menerima

kritik dan saran apabila pembaca menemukan kesalahan dalam laporan ini.

Semoga laporan ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi kita semua.

Malang, 29 Juli 2017

Penulis

Page 10: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ORISINALITAS .......................................................................... iv

UCAPAN TERIMAKASIH ..................................................................................... v

RINGKASAN ...................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiii

I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 4

1.3 Tujuan ........................................................................................................ 4

1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 4

1.5 Tempat dan Waktu Penelitian..................................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 6 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis) ............. 6 2.2 Habitat dan Kebiasaan Hidup ..................................................................... 7

2.3 Penyakit Pada Ikan Kerapu ........................................................................ 8

2.4 Penyakit disebabkan parasit ....................................................................... 8

2.4.1 Penyakit infeksi bakteri ........................................................................ 9

2.4.2 Penyakit disebabkan virus ................................................................... 9 2.5 Viral Nervous Necrosis ............................................................................. 10

2.5.1 Infeksi Viral Nervous Necrosis ........................................................... 11

2.5.2 Gejala Klinis Terinfeksi VNN .............................................................. 11

2.6 Polymerase Chain Reaction (PCR) .......................................................... 12 2.7 Anatomi Histologi ..................................................................................... 13

2.7.1 Jenis Perubahan Histologi ................................................................. 14

2.8 Parameter Kualitas Air ............................................................................. 16

2.8.1 Suhu .................................................................................................. 16 2.8.2 Salinitas ............................................................................................. 17

2.8.3 pH ...................................................................................................... 17

2.8.4 Dissolve Oxygen (DO) ....................................................................... 18

2.9 Klasifikasi dan Morfologi Spirulina platensis. ............................................ 18 2.10 Pemanfaatan Mikroalga Spirulina sp. ..................................................... 20

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN ........................................................ 21 3.1 Materi Penelitian ...................................................................................... 21

3.2 Alat dan Bahan Penelitian ........................................................................ 21

3.3 Metode Penelitian..................................................................................... 21

Page 11: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

3.4 Data Penelitian ......................................................................................... 22

3.4.1 Data Primer........................................................................................ 22 3.4.2 Data Sekunder ................................................................................... 23

3.5 Prosedur Penelitian .................................................................................. 24

3.5.1 Prosedur Kultur Spirulina platensis .................................................... 24

3.5.2 Prosedur Perhitungan Kelimpahan Sel .............................................. 25 3.5.3 Prosedur Ekstraksi Viral Nervous Necrosis (VNN) ............................. 25

3.5.4 Prosedur Aklimatisasi Ikan Kerapu cantang ....................................... 26

3.5.5 Prosedur Treatment Spirulina platensis Dan Infeksi Viral Nervous

Necrossis (VNN) ................................................................................ 26 3.6 Prosedur Analisis Kualitas Air .................................................................. 28

3.6.1 Prosedur pengukuran Parameter Fisika ............................................. 28

3.6.2 Prosedur Pengukuran Parameter Kimia ............................................. 29

3.7 Prosedur Pengujian Polymerase Chain Reaction (PCR) .......................... 29 3.8 Pembuatan Preparat dan Pengamatan di Mikroskop ................................ 30

3.9 Analisis data ............................................................................................. 32

IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 35 4.1 Treatment Spirulina platensis pada Ikan kerapu ....................................... 35

4.2 Pertumbuhan Spirulina platensis .............................................................. 35

4.3 Status Histologi Organ Mata dan Otak Ikan Kerapu Cantang ................... 36 4.4 Mekanisme Infeksi VNN pada Jaringan Organ Ikan Kerapu ..................... 41

4.5 Manfaat Spirulina dalam Mencegah Penyakit dan Virus ........................... 42

4.6 Analisa Kualitas Air .................................................................................. 43

4.6.1 Suhu .................................................................................................. 43 4.6.2 Salinitas ............................................................................................. 44

4.6.3 pH ...................................................................................................... 46

4.6.4 DO (Oksigen Terlarut) ........................................................................ 47

4.7 Analisis Data ............................................................................................ 49

V. PENUTUP ..................................................................................................... 51 5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 51

5.2 Saran ....................................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 52

LAMPIRAN ........................................................................................................ 56

Page 12: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Spirulina sp...................................................................................... 19

Gambar 2. Grafik pertumbuhan Spirulina .......................................................... 35

Gambar 3. Struktur jaringan mata Ikan kerapu Cantang .................................... 37

Gambar 4. Histologi jaringan otak ikan kerapu .................................................. 40

Gambar 5. Grafik hasil pengukuran suhu .......................................................... 43

Gambar 6. Grafik hasil pengukuran Salinitas .................................................... 45

Gambar 7. Grafik Pengukuran nilai pH .............................................................. 46

Gambar 8. Grafik Hasil Pengukuran nilai DO .................................................... 48

Page 13: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Denah Percobaan Penelitian

Tabel 2. Analisis Sidik Ragam

Tabel 3. Analysis of Varian (ANOVA)

Tabel 4. Hasil Uji ANOVA

Tabel 5. Hasil Uji BNT

Tabel 6. Alat dan Bahan yang Digunakan untuk Kultur dan Perhitungan

Kelimpahan Sel Spirulina platensis

Tabel 7. Alat dan Bahan untuk Ekstraksi Viral Nervous Necrosis (VNN)

Tabel 8. Alat dan Bahan untuk Perlakuan Penelitian

Tabel 9. Alat dan Bahan untuk Pengukuran Kualitas Air

Tabel 10. Prosedur Pengujian Polymerase Chain Reaction (PCR)

Page 14: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Alat dan Bahan Penelitian

Lampiran 2. Prosedur Pengujian Polymerase Chain Reaction (PCR)

Lampiran 3. Perhitungan Pengkondisian Kepadatan Spirulina platensis

Lampiran 4. Data Laju pertumbuhan Spirulina platensis

Lampiran 5. Data Pengukuran Kualitas Air

Lampiran 6. Data Hasil PCR

Lampiran 7. Analysis of Varian (ANOVA) dan Beda Nyata Terkecil (BNT)

Lampiran 8. Dokumentasi Kegiatan

Page 15: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan kerapu adalah ikan laut yang bernilai ekonomis tinggi terdapat di

perairan laut Indonesia. Salah satu penyebab tingginya harga ikan kerapu

dikarenakan ketersediannya yang mulai berkurang di alam bebas. Di Indonesia

kegiatan pemeliharaan ikan kerapu semakin digalakkan berbanding lurus dengan

bertambahnya permintaan untuk komoditas ikan tersebut, baik memenuhi

permintaan dalam negeri, maupun luar negeri yang semakin hari semakin besar.

Beberapa jenis ikan kerapu yang berada di Indonesia yaitu kerapu bebek/tikus,

kerapu lumpur, kerapu macan, kerapu kertang, kerapu sunu. Pada jaman

modern ini penangkapan dan budidaya ikan kerapu akan mengalami dampak

negative terhadap lingkungan laut khususnya rusaknya terumbu karang.

Kegiatan budidaya ikan laut di Indonesia salah satunya ikan kerapu

macan adalah budidaya laut yang memiliki prospek yang tinggi untuk

dikembangkan, karena budidaya ini berperan penting dalam memenuhi

kebutuhan ikan konsumsi, tingginya penghasilan dan penyediaan lapangan kerja

untuk petani ikan maupun nelayan dapat bermanfaat dalam pelestarian sumber

daya ikan laut yang mulai habis (Maghfirah, 2009).

Pemeliharaan ikan kerapu masih banyak ditemukan berbagai kendala,

salah satunya adalah tingkat kematian masih tinggi yang diakibat penyakit infeksi

Viral Nervous Necrosis (VNN). Virus ini umumnya menyerang stadia larva

sampai yuwana dan sasaran organnya yaitu sistem organ syaraf mata dan otak

(Yuasa et al., 2001 dalam Suratmi dan Aryani, 2007). Viral Nervous Necrosis

(VNN) menyerang dengan akut pada ukuran ikan dibawah 50g. Penyakit yang

diakibatkan oleh virus masih merupakan masalah utama dalam budidaya ikan

Page 16: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

kerapu karena menyebabkan kematian ikan hingga 100% dalam waktu yang

singkat (Suratmi, 2007).

Ciri-ciri yang terlihat pada ikan yang terinfeksi Viral Nervous Necrosis

(VNN) tidak sama sesuai dengan umur ikan yang terserang. Ikan yang berumur

kurang dari 20 hari jika terinfeksi Viral Nervous Necrosis (VNN) tidak

menamTreatment gejala klinis kecuali nafsu makan ikan yang menurun, ditandai

sisa rotifer yang terlalu banyak pada air pemeliharaan. Ikan kerapu umur 20-40

hari, cara berenang yang tidak normal yaitu ikan berenang di dekat permukaan

air dan setelah itu terjadi kematian di dasar air pemeliharaan. Pada ikan yang

berumur 2-4 bulan yang terinfeksi tampak diam di dasar perairan. Sedangkan

ikan umur lebih dari 4 bulan terlihat berenang mengambang di atas permukaan

air yang disertai dengan adanya pembesaran gelembung renang pada bagian

tubuhnya (Sugianti, 2005).

Kendala dalam usaha budidaya ikan tersebut yang banyak dikeluhkan

petani salah satunya adalah hama dan penyakit ikan. Salah satu penyakit

berbahaya dan merugikan dalam budidaya ikan adalah yang disebabkan oleh

virus (APEC/SEAFDEC, 2001 dalam Kusharyani et al., 2001). Umumnya ikan

laut budidaya seperti Kerapu Bebek, Kerapu Macan dan Kakap Putih sangat

rentan terhadap penyakit Viral Nervous Necrosis (VNN) (Johny dan Zafran,

2005). Viral Nervous Necrosis (VNN) telah banyak dilaporkan menginfeksi ikan

laut yang dibudidayakan di Indonesia dan telah ditetapkan dalam Kepmen nomor

26 tahun 2013 sebagai Hama Penyakit Ikan Karantina (HPIK) Golongan I.

Metode diagnosis pathogen virus dapat dilakukan dengan cara melihat gejala

klinis, histopatologi, mikroskop elektron, isolasi agen virus dalam kultur sel yang

kemudian diikuti dengan identifikasi secara molekuler atau dengan metode

Polymerase Chain Reaction (PCR).

Page 17: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

Mikroalga memiliki berbagai potensi yang dapat dikembangkan sebagai

sumber makanan, pangan menyehatkan, dan bahan bahan kimia lainnya.

Spirulina platensis merupakan salah satu jenis mikroalga sebagai sumber protein

sel tunggal karena kandungan proteinnya yang tinggi antara 50 74% perberat

kering. Mikroalga Spirulina platensis termasuk ke dalam kelompok sianobakteri

yang digolongkan ke dalam kelas Cyanophyceae karena memilikipigmen biru

kehijauan, multiseluler dan berfilamen. Spirulina bersifat planktonik hidup

diperairan tropis dan sub tropis dengan kisaran pH 8 -11 (Tomaselli, 1997).

Spesies Spirulina yang telah secara baik salah satunya adalah Spirulina

platensis karena kandungan proteinnya mencapai 74% dengan asam amino

yang seimbang, kandungan Vitamin B12 yang tinggi dari jenis Spirulina lain.

Mikroalga Spirulina dapat dikonsumsi langsung oleh manusia. Dengan

perkembangan bioteknologi penelitian dan pemanfaatan mikroalga diarahakan

pada pengembangan produk baru dalam bidang perikanan khususnya dalam

mengatasi hama dan penyakit yang dapat menurunkan produktifitas perikanan

nasional.

Perubahan histopatologi telah digunakan secara luas sebagai biomarker

dalam mengevaluasi kerusakan pada kesehatan ikan yang terpapar oleh

berbagai kontaminan. Organ yang telah berhasil digunakan sebagai biomarker

histopatologi dalam pengamatan lingkungan, adalah insang, hati dan ginjal

(Martinez dan Camargo, 2007). Organ-organ tersebut bertanggung jawab atas

fungsi respirasi, ekskresi, akumulasi, dan biotransformasi xenobiotic pada ikan.

Pemeriksaan histopatologis merupakan suatu teknik pemeriksaan dengan

mempelajari perubahan abnormal sel atau jaringan yang digunakan untuk

menentukan peneguhan diagnosa penyakit pada ikan (Mohammadi et al., 2012).

Penanggulangan memodifikasi lingkungan untuk penyakit infeksi dirasa

kurang efektif dalam proses penyembuhanya, melihat perkembangan penyakit

Page 18: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

yang diakibatkan oleh viral Nervous Necrosis (VNN) sangat cepat menyebar dan

mematikan ikan target. Analisa histopatologi dapat digunakan sebagai biomarker

untuk mengetahui kondisi kesehatan ikan melalui perubahan struktur yang terjadi

pada organ-organ penting ikan kerapu menjadi sasaran utama dari penyakit

infikus dan pengobatan dengan antibiotik. Penggunaan biomarker histopatologi

dapat juga digunakan sebagai monitoring perubahan yang terjadi pada jaringan

organ ikan dengan mengamati organ tersebut yang memiliki fungsi penting dalam

metabolisme tubuh sehingga dapat menjadi diagnosis awal terjadinya gangguan

kesehatan pada suatu organisme.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah di uraikan diatas, adapun

rumusan masalah penelitian yaitu:

Bagaimana menganalisis kesehatan ikan dilihat dari histologi ikan kerapu bebek

(Cromileptes altivelis) dengan Treatment Spirulina platesis pada kolam

pemeliharaan infeksi paparan Viral Nervous Necrosis?

1.3 Tujuan

Adapun Tujuan dari penelitian berdasarkan rumusan masalah di atas

adalah sebagai berikut :

Untuk menganalisis kondisi kesehatan ikan dilihat dari histologi ikan kerapu

(Cromileptes altivelis) dengan Treatment Spirulina platesis pada bak

pemeliharaan infeksi paparan Viral Nervous Necrosis.

1.4 Manfaat Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai

kualitas histologi ikan kerapu pada media pemeliharaan yang infeksi Viral

Nervous Necrosis (VNN) dengan Treatment Spirulina platesis dan sebagai bahan

Page 19: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

rujukan mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi tentang kerusakan organ ikan

kerapu yang terinfeksi Viral Nervous Necrosis (VNN).

1.5 Tempat dan Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian skripsi ini dilaksanakan pada tanggal 05 15 Juni

2017 yang berlokasi di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Kec.

Panarukan, Klatakan, Situbondo, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.

Page 20: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis)

Ikan kerapu adalah komoditas perikanan Indonesia yang diunggulkan dan

mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, mempunyai harga yang mahal serta

merupakan komoditas ekspor. Saat ini budidaya ikan kerapu sudah berkembang,

maka perlu ketersediaan benih secara kontinu, untuk mencukupi kebutuhan

benih perlu adanya usaha pembenihan ikan kerapu, yang teknologinya sudah

dapat diaplikasikan (Ismi, 2011).

Menurut Weber dan Beofort (1940), klasifikasi kerapu tikus adalah

sebagai berikut :

Phylum : Chordata Sub phylum : Verterbrata Class : Osteichtyes Sub class : Actinoperigi Ordo : Percomorphi Sub ordo : Percoidea Famili : Serranidae Genus : Cromileptes Spesies : C. altivelis Kerapu tikus bertubuh agak pipih dan warna dasar kulit tubuhnya abu-abu

dengan bintik-bintik hitam diseluruh permukaan tubuh. Kepala berukuran kecil

dengan moncong agak meruncing. Karena kepala yang kecil mirip bebek, maka

jenis ini popular sebagai kerapu bebek. Namun, ada pula yang menyebutnya

sebagai kerapu tikus karena bentuk moncongnya yang meruncing menyerupai

moncong tikus. Kerapu tikus digolongkan sebagai ikan konsumsi bila bobot

tubuhnya telah mencapai 0.5 2 kg/ekor (Kordi, 2001).

Kerapu tikus memiliki bentuk sirip yang membulat. Sirip punggung

tersusun dari 10 jari-jari keras dan 19 jari-jari lunak. Pada sirip dubur, terdapat 3

jari-jari keras dan 10 jari-jari lunak. Ikan ini bisa mencapai panjang tubuh 70 cm

Page 21: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

atau lebih, namun yang dikonsumsi, umumnya berukuran 30-50 cm. kerapu

bebek tergolong ikan buas yang memangsa ikan-ikan dan hewan-hewan kecil

lainnya. Kerapu bebek merupakan salah satu ikan laut komersial yang telah

dibudidayakan baik dengan tujuan pembenihan maupun pembesaran (Hemstra

dan

2.2 Habitat dan Kebiasaan Hidup

Daerah penyebaran kerapu tikus yaitu Afrika Timur sampai Pasifik Barat

Daya. Di Indonesia kerapu tikus banyak ditemukan di perairan Pulau Sumatera,

Jawa, Sulawesi, Buru dan Ambon. Salah satu indikator adanya kerapu tikus

adalah perairan karang yang terhampar hampir diseluruh perairan pantai di

Indonesia. Setianto (2011) mengemukakan bahwa pada umumnya siklus hidup

kerapu tikus muda hidup di perairan karang pantai dengan kedalaman 0,5 - 3

meter selanjutnya saat masa dewasa beruaya ke perairan yang lebih dalam

antara 7 - 40 meter, pada umumnya perpindahan ini berlangsung pada siang hari

dan senja hari, telur dan larva bersifat pelagis sedangkan kerapu muda hinggga

dewasa bersifat demersal.

Menurut Subyakto et al. (2003), kerapu bersifat hermaprodit protogini,

yakni pada tahap perkembangan mencapai dewasa (matang gonad) berjenis

kelamin betina kemudian berubah menjadi jantan setelah tumbuh besar atau

ketika umurnya bertambah tua. Kebiasan makan kerapu tikus, yang termasuk

dalam keluarga serranidae merupakan ikan nokturnal dimana ikan ini mencari

makan dimulai saat hari mulai gelap. Ikan-ikan tersebut digolongkan sebagai ikan

soliter di mana aktivitas makan dilakukan secara individu, gerakannya lambat

cenderung diam dan arah gerakannya tidak begitu luas serta lebih banyak

menggunakan indera perasa dan indera penciuman (Subyakto et al

Page 22: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

2.3 Penyakit Pada Ikan Kerapu

Penyakit ikan merupakan salah satu masalah serius yang harus dihadapi

dalam pengembangan usaha budidaya ikan. Menurut Supriyadi (2007) kematian

yang ditimbulkan oleh penyakit ikan sangat tergantung pada jenis parasit ikan

yang menyerang, kondisi ikan dan kondisi lingkungan. Apabila kondisi lingkungan

menurun maka kematian yang diakibatkan oleh wabah penyakit sangat tinggi,

tapi sebaliknya apabila kondisi lingkungan baik maka kematian akibat infeksi

suatu penyakit lebih rendah.

Penyakit parasit yaitu penyakit akibat infeksi jasad parasitik seperti

golongan protozoa maupun metazoa. Protozoa yang sering ditemukan sebagai

organisme parasitik meliputi sporozoa, ciliata dan flagellata, sedangkan metazoa

meliputi: crustacea, isopoda dan helminth (cacing). Jasad parasit tersebut dapat

menginfeksi ikan air tawar maupun ikan laut (Taukhid, 2006).

2.4 Penyakit disebabkan parasit

Parasit yang paling banyak ditemukan pada sampel ikan Kerapu Cantang

adalah dari genus Dactylogyrus dan Benedenia yang keduanya dari kelas

monogenea. Parasit Benedenia dan Dactylogyrus menginfeksi hanya pada

permukaan tubuh ikan (sirip, operculum, dan permukaan tubuh) atau dinamakan

ektoparasit. Tempat hidup ektoparasit Benedenia adalah di kulit ikan sedangkan

ektoparasit Dactylogyrus hidup di insang. Dactylogyrus didapatkan menginfeksi

di permukaan tubuh Kerapu Cantang disebabkan memiliki prohaptor yaitu alat

menghisap bercabang empat dan memiliki ujung kelenjar yang dapat

mengeluarkan semacam cairan kental yang berfungsi untuk penempelan

maupun pergerakan pada permukaan tubuh inang. Oleh karena itu Dactylogyrus

dapat berpindah tempat dari insang ke permukaan tubuh atau sebaliknya. Selain

itu didapatkannya parasit Dactylogyrus bukan di organ insang kemungkinan

Page 23: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

parasit ini berasal dari inang (ikan) lain yang berenang dan akan menginfeksi

benih ikan Kerapu Cantang (Nurhayati et al., 2015).

2.4.1 Penyakit infeksi bakteri

Kemampuan menimbulkan penyakit dari bakteri Aeromonas hydrophila

cukup tinggi. Gejala yang menyertai serangan bakteri ini antara lain ulser yang

berbentuk bulat/tidak teratur dan berwarna merah keabu-abuan, inflamasi dan

erosi di dalam rongga dan di sekitar mulut seperti penyakit mulut merah (red

mouth disease). Tanda lain adalah haemorhagi pada sirip dan eksopthalmia (pop

eye) yaitu mata membengkak dan menonjol (Nitimulyo et al., 1993). Selain itu

ciri-ciri lainnya adalah pendarahan pada tubuh, sisik terkuak, borok, nekrosis,

busung, dan juga ikan lemas sering di permukaan atau dasar kolam (Angka,

1990).

Bakteri A. salmonicida juga dimasukkankan ke dalam kelompok bakteri

gram negatif dengan ciri-ciri berbentuk batang, non motil, serta terdapat

diperairan air tawar, payau, dan laut, penyebab utama penyakit pada ikan

salmonid dengan penyakit yang dikenal dengan nama furunkulosis. Tanda-tanda

klinis serangan A. salmonicida antara lain adanya hemorrhage pada otot tubuh

dan bagian tubuh lainnya, jaringan subkutan seperti melepuh dan berkembang

menjadi borok yang dalam (ulcerative dermatitis). Pada beberapa kasus

septicemia terjadi pembengkakan limpa, ginjal, dan ascites, necrosis pada

jaringan, serta akumulasi sel bakteri dan sel inflamatori (sel fagositosis) akibat

eksotoksin leukositolitik (Angka, 2005).

2.4.2 Penyakit disebabkan virus

Hakim et al, (2015), Terdapat tiga jenis virus yang sering ditemukan pada

usaha budidaya kerapu yaitu Viral Nervous Necrosis Virus (VNNV), Grouper

Iridovirus (GIV) dan Lympocyscvirus. Viral Nervous Necrosis Virus (VNNV)

Page 24: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

menyebabkan kematian massal pada stadia larva dan benih, sedangkan

kematian yang disebabkan oleh infeksi GIV terjadi pada stadia larva, benih

maupun ikan dengan ukuran besar. Kematian akibat infeksi Lympocyscvirus relaf

rendah, walaupun demikian berpotensi menurunkan kualitas produk akibat lesi

yang ditimbulkan pada permukaan tubuh.

2.5 Viral Nervous Necrosis

Viral Nerveus Necrosis (VNN) (istilah alternatif: virus encephalopathy dan

retinopathy (VER) adalah penyakit yang terdaftar oleh The Office International

des Epizooties (OIE), menjadi masalah utama di dalam produksi perikanan laut di

dunia. Identifikasi virus penyebab VNN ini adalah anggota family Nodaviridae

diperoleh dengan menyelidiki asam nukleat dan protein struktural dari larva virus

Pseudocaranx dentex. Keluarga Nodaviridae terdapat dua jenis yaitu jenis

Alphanodavirus dan Betanodavirus, kedua jenis ini sangat ganas dalam

menginfeksi ikan. Betanodaviruses (family Nodarideae) adalah agen penyebab

serangan viral nerveus necrosis (VNN) pada budidaya ikan laut. Betanodaviruses

adalah virus kecil, berbentuk bola, tidak punya kapsid dengan genome yang

terdiri atas dua ikatan tunggal (Yukio, 2007).

Piscine nodaviruses dapat digolongkan ke dalam 4 genotypes berdasar

pada urutan nucleotide protein mantel gen: SJNNV (striped jack nervous necrosis

virus), RGNNV (redspotted grouper nervous necrosis virus), TPNNV (tiger puffer

nervous necrosis virus), and BFNNV (barfin flounder nervous necrosis virus).

Infeksi Piscine nodavirus telah dihubungkan dengan angka kematian tinggi pada

jenis ikan grouper yang dibudaya di Taiwan, Singapore, Thailand, China, dan

Indonesia. Baru-baru ini telah didokumentasikan perjangkitan VNN antar larva

pada hatchery dari ikan orange-spotted grouper dan Asia Sea Bass di

Philippines. Dengan analisa phylogenetic, isolasi dari ikan orange-spotted

Page 25: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

grouper dan Sea Bass Asia memiliki genotype RGNNV (data tak diterbitkan).

Infeksi Piscine nodavirus merupakan ancaman potensial untuk menyebabkan

kerusakan pada banyak jenis ikan aquakultur di daerah tersebut. Suatu

kebutuhan mendesak untuk menentukan cakupan ikan yang menjadi host dari

virus ini. Virus dari jenis betanodavirus adalah agen yang menyebabkan

encephalopathy karena virus dan retinopathy, juga dikenal sebagai viral necrosis

nerveus (VNN), suatu penyakit yang menghancurkan industri budidaya ikan laut

di seluruh dunia. (Chi, 2006,).

2.5.1 Infeksi Viral Nervous Necrosis

Penyakit budidaya dapat menyebar melalui banyak perantara seperti air,

media pembawa penyakit (produk hasil perikanan) dan Treatment pada

budidaya. Penyebaran penyakit dapat dicegah dengan mendeteksi media

pembawa penyakit yang dilihat dari gejala klinis dan uji Laboratorium.

Keberadaan infeksi penyakit dapat dilihat dari antigen yang terdapat pada darah

atau organ target yang dituju (Lestari dan Sudaryatma, 2014).

Virus ini dapat ditularkan melalui air dari ikan yang terinfeksi ke ikan yang

sehat dalam waktu 4 hari kontak. Nodaviruses juga dapat terdeteksi pada ikan

tanpa tanda-tanda penyakit klinis. Dengan demikian, induk kerapu dapat menjadi

sumber virus untuk larvanya (Roza et al., 2003).

2.5.2 Gejala Klinis Terinfeksi VNN

Gejala klinis umum VNN pada beberapa jenis ikan antara lain perilaku

ikan terserang berenang tak menentu, dan ikan mengapung dengan perut diatas

disebabkan oleh pembengkakan gelembung renang (swim bladder), warna tubuh

terlihat lebih gelap dan selera makan berkurang. Kematian (mortalitas) kumulatif

mencapai 34% dan 56% selama 10 minggu. Ikan yang terkena infeksi VNN

Page 26: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

biasanya memperlihatkan keadaan gangguan saraf yang berhubungan dengan

vakuolisasi (kerusakan) kuat sistem nerves pusat dan retina (Thie´ry et al., 2006).

Menurut Prajitno (2008), diagnose gejala 1 berdasarkan gejala klinis, ikan

yang terserang VNN menunjukan gejala gangguan system saraf seperti

berenang tidak beraturan berputar dan berbalik (whirling), warna ikan menjadi

lebih gelap pada ikan kerapu dan lebih terang pada ikan kakap, kurus, luka,

gelembung renang mengembung dan mata mengalami kebutaan.biasanya ikan

yang terserang VNN menunjukan salah satu atau gabungan dari beberapa gejala

klinis tersebut diatas, tetapi kadang kadang tidak menunjukan gejala klinis sama

sekali.

Gejala klinis ikan kerapu yang terinfeksi VNN tampak berputar-putar dan

perilaku berenang horizontal dan inflasi gelembung renang. Viral nervous

necrosis menyerang otak sehingga menyebabkan ikan berenang berputar,

mengambang di permukaan dengan perut menghadap ke atas dan pigmentasi

yang lebih pekat pada warna ikan. Gambaran histopatologis terlihat banyak

ruang-ruang kosong pada otak, mata dan sumsum tulang belakang, hemoragi di

hati dan limpa, infiltrasi sel radang, terutama mononukleus (Gilda 2009).

2.6 Polymerase Chain Reaction (PCR)

Marker merupakan sebuah penanda genetika berupa gen atau DNA

urutan dengan lokasi yang dikenal pada kromosom yang dapt juga digunakan

pada identifikasi sel sel, individu, atau spesies. Hal ini dapat digambarkan

sebagai variasi (yang mungkin timbul karena adanya mutasi atau perubahan

dalam lokus genomik) yang dapat diamati. Sebuah penanda genetik mungkin

menjadi ururtan DNA pendek, seperti urutan yang mengelilingi sebuah

perubahan pasangan basa tunggal (polimorfisme nukleotida tunggal, SNP), atau

panjang seperti minisatelites. Fungsi marker adalah memainkan peran dalam

Page 27: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

rekayasa genetic, karena mereka dapat digunkan untuk memproduksi normal,

protein berfungsi untuk menggantikan yang rusak. Bagian yang rusak atau cacat

DNA akan dihapus dan digantikan dengan identic, tetapi berfungsi urutan gen

dari sumber lain (Masri, 2013).

Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah metode pendeteksian virus

yang banyak dipakai baik untuk virus pada manusia, hewan maupun tumbuhan.

Keunggulan PCR terletak pada kecepatan, spesivitas dan sensitivitasnya dalam

mendeteksi mikroorganisme pathogen, menjadikan teknik ini sebagai pilihan

untuk deteksi ataupun diagnose penyakit. Selain itu PCR begitu spesifik karena

dapat mendeteksi mikroorganisme pada tingkat DNAnya. Selain itu PCR juga

sangat sensitive karena mampu mendeteksi satu partikel virus di dalam sel yang

terinfeksi dengan cara menigkatkan jumlah DNAnya sampai (Natsir, 2002 dalam

Masri, 2013).

2.7 Anatomi Histologi

Histologi adalah ilmu yang menguraikan struktur dari hewan atau

tumbuhan secara terperinci dan hubungan antara struktur pengorganisasian sel

dan jaringan dan fungsi-fungsi yang mereka lakukan. Unit terkecil untuk makhluk

hidup yang mempunyai fungsi tertentu adalah sel, suatu kesatuan organisasi

yang mampu mempertahankan keutuhannya, daya penyesuaiannya terhadap

lingkungan diluar batas dirinya, serta susunan kimiawinya yang khas. Pada

dasarnya, sel adalah suatu wadah bagi susunan kimiawi yang rumit, yang akan

terganggu sifatnya jika lingkungannya bebas masuk ke dalam sel itu

(Bevelander, 1988).

Histologi mempelajari jaringan penyusun tubuh, kimia jaringan dan sel

dipelajari dengan metode analitik mikroskopik dan kimia. Zat-zat kimia di dalam

jaringan dan sel dapat dikenali dengan reaksi kimia yang menghasilkan senyawa

Page 28: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

berwarna tak dapat larut, diamati dengan mikroskop cahaya atau penghamburan

electron oleh presipitat yang dapat diamati menggunakan mikroskop electron.

Disamping reaksi kimia yang terjadi dalam jaringan, metode lain misalnya

metode fisis sering digunakan, misalnya mikroskop interfensi yang

memungkinkan penentuan massa sel atau jaringan dan mikroskop

spektrofotometri yang memungkinkan penentuan jumlah DNA dan RNA dalam

sel (Harjana, 2011).

Pemeriksaan histologi merupakan suatu teknik pemeriksaan dengan

mempelajari perubahan abnormal sel atau jaringan yang digunakan untuk

menentukan peneguhan diagnosa penyakit pada ikan (mohammad et al., 2012).

Pemeriksaan secara histopatologi merupakan pendukung suatu diagnose dan

dapat menjadi pemeriksaan diagnose utama suatu penyakit dengan

ditemukannya perubahan suatu sel atau jaringan yang patognomonik akibat

suatu penyakit tertentu. Pada saat yang bersamaan pemeriksaan histopatologi

dapat merupakan pemeriksaan lanjutan dari penyakit parasite pada insang ikan.

Hal tersebut karena gejala klinis dan lesi patologis anatomis yang terjadi pada

insang seringkali diakibatkan oleh adanya perubahan lingkungan perairan secra

ekstrim (Sudaryatma dan Eriawati, 2012).

2.7.1 Jenis Perubahan Histologi

Hermoragi (hermorrhage) adalah sebuahh keadaan kehilangan darah

yang abnormal (varney et al., 2004). Suatu zat toksik seperti logam berat dapat

mempengaruhi permeabilitas sel dan mengakibatkan keterbatasan system

transportasi ion sehingga mengganggu trasnportasi cairan dari dan kedalam

membran sel, hal ini juga berakibat pada hancurnya sel darah akibat kerusakan

kapiler darah dan menyebabkan hermorrhage (Hadi dan Alwan, 2012). Lisis

artinya hancurnya sel karena robeknya membrane plasma. Terjadinya lisis

Page 29: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

dikarenakan proses osmosis. Sel yang mempunyai sitoplasma pekat bila berada

dalam kondisi hipotonik akan kemasukan air hingga tekanan osmosis dalam sel

akan menjadi tinggi. Keadaan demikian akan memecah sel tersebut (Noferi,

2010). Sedangkan vakuolisasi inti adalah perubahan keseimbangan cairan dalam

sel akibat bertambahnya cairan. Vakuolisasi ditandai dengan inti yang tampak

membesar dan bergelembung serta khromatinnya jarang dan tidak eosinophil

(simanjutak, 2010).

Thrombosis adalah hsil dari aktivitas kaskade koagulasi dalam pembuluh

darah atau jantung dari hewan hidup. Massa yang dihasilkan adalah thrombus.

Thrombus menyumbat aliran darah, sehingga jaringan kekurangan darah.

Iskemia (kekurangan oksigen darah), mengakibatkan nekrosis pada jaringan.

Thrombus dapat terbagi-bagi, kemudian melepaskan emboli ke dalam sirkulasi.

Pada akhirnya dapat tersangkut di pembuluh darah kecil menghalangi aliran

darah, dan menyumbat nekrosis iskemik (Mumford et al., 2007).

Menurut Sunarto (2007), membedakan dan mengembangkan suatu

metode untuk mengevaluasi tingkat kerusakan yang terjadi pada suatu jaringan

organisme yang berhubungan dengan pengaruh pencernaan, yaitu :

1) Edema merupakan pembengkakan pada jaringan dan terjadi penimbunan

cairan di dalam tubuh.

2) Hiperplasia merupakan pembentukan jaringan secara berlebihan akibat

bertambahnya jumlah dan ukuran sel

3) Fusi merupakan menyatunya jaringan ataupun del tertentu

4) Atropi merupakan penyusutan pada sel maupun jaringan sehingga

tampak lebih kecil dari awalnya

5) Nekrosis hampir seluruh struktur jaringan mengalami kerusakan ataupun

kematian sel (suatu keadaan dimana sel dan jaringan mempunyai aktifitas

yang rendah dan kadang mati).

Page 30: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

6) Kongesti (pembendungan) pada pembuluh darah yaitu meningkatnya

jumlah darah dalam pembuluh yang ditujukan dengan kapiler darah

tampak melebar yang penuh berisi eritrosit.

Kongesti dapat terjadi akibat adanya reaksi peradangan akibat trauma, toksin

atau mikroorganisme.

2.8 Parameter Kualitas Air

2.8.1 Suhu

Suhu adalah faktor yang sangat penting bagi proses metabolisme

organisme di lingkungan perairan. Fluktuasi suhu yang tinggi atau perubahan

suhu yang ekstrim dapat mengganggu kehidupan makhluk hidup dalam air

bahkan dapat mengakibatkan kematian. Suhu di perairan akan mengalami

perubahan yang berbanding lurus dengan musim, letak lintang, ketinggian, waktu

pengukuran, dan kedalaman air. Suhu perairan mempunyai peranan penting

dalam mengatur kehidupan organisme perairan, terutama dalam proses

metabolism yang dilakukannya. Tingginya suhu menyebabkan terjadinya

peningkatan konsumsi oksigen terlarut dalam air, tetapi juga mengakibatkan

turunnya oksigen terlarut dalam air. Maka dari itu pada kondisi tersebut

organisme air seringkali kesulitan dalam memenuhi kadar oksigen terlarut untuk

proses metabolism dan respirasi yang di perlukan untuk bertahan hidup (Effendi,

2003).

Suhu berdampak secara langsung pada pertumbuhan organisme dalam

air, yakni pada proses fotosintesis tumbuhan air, dan proses fisiologis hewan air,

terutama derajat metabolism dan siklus reproduksinya. Suhu secara tidak

langsung berpengaruh terhadap kelarutan karbondioksida yang digunakan untuk

proses fotosintesis dan ketersediaan oksigen terlarut dalam air yang diperlukan

untuk respirasi organisme air. Menurut hukum Vant Hoffs, kenaikan temperatur

Page 31: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

sebesar 10oC akan meningkatkan laju metabolism organisme sebesar 2-3 kali

lipat. Akibatnya laju metabolism meningkat dan menyebabkan konsumsi oksigen

meningkat, sementara itu dengan peningkatan temperature juga akan

mengakibatkan oksigen terlarut dalam air menjadi menurun (Barus, 2004).

2.8.2 Salinitas

Boyd (1982), salinitas adalah kadar seluruh ion-ion yang terlarut dalam

air. Komposisi ion-ion pada air laut dapat dikatakan mantap dan didominasi oleh

ion-ion tertentu seperti khlorida, karbonat, bikarbonat, sulfat, natrium, kalsium

dan magnesium. Salinitas adalah jumlah berat semua garam (dalam gram) yang

terlarut dalam satu liter air, biasanya dinyatakan dengan satuan 0/00 (permil,

gram per liter). Menurut Tim Peneliti Udana (2009), parameter-parameter

ekologis yang cocok untuk pertumbuhan ikan kerapu yaitu salinitas antara 30 33

ppt (Nontji, 1986).

2.8.3 pH

Derajat keasaman (pH) sangat penting sebagai parameter kualitas air

karena mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air.

Selain itu ikan dan mahluk-mahluk akuatik lainnya hidup pada selang pH tertentu,

sehingga dengan diketahuinya nilai pH maka kita akan tahu apakah air tersebut

sesuai atau tidak untuk menunjang kehidupan ikan (Effendi, 2003).

Untuk nilai pH yang sesuai untuk pertumbuhan ikan adalah 6,5-9,5,

sedangkan nilai yang baik untuk oksigen yang terlarut dalam air untuk

menunjang kehidupan organisme di dalam air yaitu minimal 2 ppm dan nilai

moniak yang tidak berbahaya untuk kelangsungan hidup ikan yaitu tidak melebihi

dari 1 ppm (Setyadi, 2007).

Page 32: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

2.8.4 Dissolve Oxygen (DO)

Oksigen dibutuhkan organisme untuk menghasilkan energy yang penting

bagi pencernaan dan asimilasi makanan pemeliharaan keseimbangan osmotic,

dan aktivitas lainnya. Apabila persediaan oksigen terlarut di perairan sedikit maka

perairan tersebut tidak baik bagi kehidupan ikan dan makhluk hidup disekitarnya,

karena akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan organisme air tersebut.

Kandungan oksigen terlarut minimal 2 mg/l sudah cukup mendukung kehidupan

organisme perairan secara normal (Wardana, 1995).

Pengaruh oksigen terlarut terhadap fisiologis organisme air terutama

adalah dalam proses respirasi. Konsentrasi oksigen terlarut berpengaruh secara

mutlak terhadap organisme air yang memang membutuhkan oksigen terlarut

untuk respirasinya. Konsumsi oksigen terlarut bagi organisme air sangat

berfluktuasi mengikuti proses-proses hidup yang dilaluinya. Pada umumnya

konsumsi oksigen terlarut bagi organisme air ini akan mencapai maksimum pada

masa-masa reproduksi berlangsung. Konsumsi oksigen juga dipengaruhi oleh

konsentrasi oksigen terlarut dalam air (Barus, 2004).

2.9 Klasifikasi dan Morfologi Spirulina platensis.

Spirulina sp. merupakan mikroalga yang menyebar secara luas, dapat

ditemukan di berbagai tipe lingkungan, baik di perairan payau, laut dan tawar

(Ciferri, 1983). Ciri-ciri morfologinya yaitu filamen yang tersusun dari trikoma

multiseluler berbentuk spiral yang bergabung menjadi satu, memiliki sel berkolom

membentuk filamen terpilin menyerupai spiral, tidak bercabang, autotrof, dan

berwarna biru kehijauan (Gambar 1).

Bentuk tubuh Spirulina sp. yang menyerupai benang merupakan

rangkaian sel yang berbentuk silindris dengan dinding sel yang tipis, berdiameter

1- Spirulina sp. hidup berdiri sendiri dan dapat bergerak bebas

Page 33: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

(Tomaselli, 1997). Spirulina sp. berwarna hijau tua di dalam koloni besar yang

berasal dari klorofil dalam jumlah tinggi. Spirulina sp. memiliki struktur trichoma

spiral dengan filamen filamen bersifat mortal dan tidak memiliki heterosit. Sel

Spirulina sp. berukuran relatif besar yaitu 110

pemanenan dengan menggunakan kertas saring lebih mudah (Borowitzka M.A.,

1988). Klasifikasi Spirulina sp. menurut Bold dan Wyne (1985) adalah sebagai

berikut:

Kingdom : Protista Divisi : Cyanophyta Kelas : Cyanophyceae Ordo : Nostocales Famili : Oscilatoriaceae Genus : Spirulina Spesies : Spirulina sp.

Gambar 1. Spirulina sp. (Sumber: Henrickson, 1989)

Struktur sel Spirulina sp. hampir sama dengan tipe sel alga lainnya dari

golongan cyanobacteria. Dinding sel merupakan dinding sel gram-negatif yang

terdiri dari 4 lapisan, dengan lapisan utamanya tersusun dari peptidoglikan yang

membentuk lapisan koheren. Peptidoglikan berfungsi sebagai pembentukan

pergerakan pada Spirulina sp. yang membentuk spiral teratur dengan lebar

belokan 26- -sel pada trichoma memiliki lebar 6-

(Eykelenburg, 1977). Bagian tengah dari nukleoplasma mengandung beberapa

Page 34: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

karboksisom, ribosom, badan silindris, dan lemak. Membran tilakoid berasosiasi

dengan pikobilisom yang tersebar disekeliling sitoplasma. Spirulina sp.

mempunyai kemampuan untuk berfotosintesis dan mengubah energi cahaya

menjadi energi kimia dalam bentuk karbohidrat (Mohanty et al., 1997).

2.10 Pemanfaatan Mikroalga Spirulina sp.

Pemanfaatan mikroalga Spirulina sp. sebagai makanan kesehatan sudah

banyak dilakukan. Selain mudah dicerna, mikroalga ini mengandung senyawa-

senyawa yang diperlukan oleh tubuh, seperti protein, lipid, karbohidrat, asam

lemak tidak jenuh, vitamin-vitamin, mineral, asam amino, dan beberapa jenis

pigmen yang sangat bermanfaat. Pada beberapa negara tertentu seperti

Spanyol, Switzerland, Australia, Jepang, dan Amerika, mikroalga telah

dimanfaatkan sebagai obat-obatan dan bubuk keringnya dijadikan sebagai

makanan kesehatan yang dipasarkan (Henricson, 2009).

Analisis kimia dari Spirulina sp. dimulai pada tahun 1970 yang

menunjukkan Spirulina sp. sebagai sumber yang sangat kaya protein, vitamin

dan mineral. Kandungan protein pada Spirulina sp. bekisar antara 60% -70% dari

berat kering, -karoten yang kaya

vitamin B12 dan digunakan dalam pengobatan anemia, kandungan lipid sekitar

4-7%, serta karbohidrat sekitar 13,6% (Carrieri et al., 2010).

Page 35: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1 Materi Penelitian

Materi penelitian ini yaitu kualitas histologi ikan Kerapu pada bak bak

pemeliharaan yang terinfeksi VNN dengan treatmen makroalga Spirulina

platensis. Kualitas air yang dianalisis meliputi suhu, pH, salinitas, dan Dissolved

Oxygen (DO).

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini terdapat pada

Lampiran 1.

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan

eksperimental yang bermaksud untuk membuat gambaran mengenai situasi atau

kejadian-kejadian. Pada metode ini pengambilan data dilakukan tidak hanya

terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data, tapi juga meliputi analisis dan

pebahasan dari data tersebut. Metode ini bertujuan untuk membuat

penggambaran secara sistematis, nyata data akurat mengenai fakta-fakta dan

sifat-sifat populasi suatu daerah tertentu (suryabrata, 1994).

Menurut Jaedun (2011), metode eksperimen merupakan penelitian yang

dilakukan secara sengaja oleh peneliti dengan cara pemberian

treatment/perlakuan tertentu terhadap subjek penelitian guna membangkitkan

sesuatu kejadian/keadaan yang akan diteliti dan bagaimana akibatnya. Metode

eksperimen memiliki beberapa karakteristik yaitu metode eksperimen satu-

satunya metode penelitian yang dianggap paling dapat menguji hipotesis sebab-

akibat, metode eksperimen memberikan pengujian hipotesis yang paling ketat

Page 36: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

dibanding jenis penelitian lainnya dan metode eksperimen digunakan untuk

mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap dampaknya dalam kondisi yang

terkendalikan.

3.4 Data Penelitian

Data adalah informasi atau keterangan mengenai suatu hal yang

berkaitan dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini data yang diambil

meliputi data primer dan data sekunder.

3.4.1 Data Primer

Data primer data yang secara langsung di kumpulkan oleh penelitian dari

sumber pertamanya (suryabrata, 1994). Data ini dapat diperoleh langsung

dengan melakukan pengamatan dari pencatatan hasil observasi, serta

wawancara.

a. Observasi

Metode observasi ini dilakukan dengan cara pengamatan dan pencatatan

secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang diselidiki. Ada tanpa

mengajukan pertanyaan-pertanyaan meskipun objeknya orang (marzuki, 1983).

Observasi dilakukan dengan mengamati dan memotret mengenai

gambaran kerusakan histopatologi pada ikan kerapu yang telah terinfeksi VNN

serta pengukuran parameter kualitas air yang meliputi suhu, pH, Salinitas,

Dissolved Oxygen (DO).

b. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk tujuan tugas tertentu mencoba mendapatkan

informasi secara lisan dari responden dengan berdialog langsung dengan

responden tersebut (Salim, 2009). Dalam hal ini kegiatan wawancara dilakukan

untuk penggalian informasi yang mendalam terkait mengenai penyakit yang

sering menyeran pada media pemeliharaan ikan kerapu, serta wawancara

Page 37: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

secara langsung terhadap para ahli histopatologi pembuatan preparat sampel

histopatologi ikan kerapu dengan pewarnaan HE (Hematoksilin-Eosin).

c. Partisipasi Aktif

Partisipasi aktif adalah melakukan pengamatan dengan cara melibatkan

diri secara langsung atau menjadi bagian dari lingkungan social pada organisasi

yang sedang diamati (indriantoro dan supomo, 1999). Pada penelitian ini,

partisipasi aktif dilakukan dengan melakukan pengukuran secara langsung

kualitas air baik parameter fisika, kimia, dan biologi.

d. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara

mengumpulkan gembar. Teknik ini berguna untuk memperkuat data-data yang

telah diambil dengan menggunakan teknik pengambilan data sebelumnya. Dalam

penelitian ini dilakukan dengan mengambil gambar atau dokumentasi hasil

pengamatan ikan kerapu ketika dilakukan diagnosis dengan menggunakan teknik

polymerase chain reaction (PCR) dan pengamatan histopatologi ikan kerapu

yang terinfeksi VNN dan kegiatan pengukuran kualitas air baik parameter fisika,

kimia, dan biologi.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber yang dapat

dipakai untuk menunjang keberadaan informasi data primer yang dijadikan

informasi utama. Kepentingan data sekunder adalah untuk membuat (a) latar

belakang masalah penelitian, sehingga laporan penelitian lebih memiliki

dukungan data yang dapat memperkuat citra akademisi (b) untuk jenis penelitian

kepustakaan dan studi kajian buku (referensi), maka data sekunder merupakan

informasi utama (Salim, 2009). Data sekunder dalam penelitian ini didapatkan

dari laporan hasil uji (LHU) mengenai uji pendahuluan organ mata dan otak yang

Page 38: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

terinfeksi VNN menggunakan teknik PCR, penyusunan laporan didukung dengan

buku-buku, jurnal, majalah, laporan PKL atau skripsi, situs internet serta data

diperoleh dari instansi.

3.5 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini yaitu meliputi prosedur kultur Spirulina platensis,

prosedur perhitungan kelimpahan sel, prosedur aklimatisasi ikan kerapu cantang

,prosedur Treatment Spirulina platensis dan infeksi Viral Nervous Necrossis

(VNN), prosedur analisis kualitas air, prosedur Polymerase Chain Reaction

(PCR), prosedur analisis histopatologi.

3.5.1 Prosedur Kultur Spirulina platensis

Kultur Spirulina platensis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kultur

skala intermediate menggunakan menggunakan wadah aquarium 150 liter dan

bak fiber 500 liter dan 1000 liter. Menurut Sari dan Abdul (2012), kultur Spirulina

platensis skala intermediate di Balai Peikanan Budidaya Air Payau (BPBAP)

Situbondo yaitu:

1. dibersihkan aquarium, bak fiber, selang dan batu aerasi.

diisi air laut bersalinitas 30-32 ppt dengan selang spiral yang diberi filter bag

sebagai penyaring air laut.

3. disterilisasi air laut menggunakan larutan chlorin (Cl2) 20 ppm kemudian

diaerasi kuat agar chlorin (Cl2) tercampur merata sehingga dapat

mematikan organisme-organisme patogen selama 15 menit.

4. dinetralkan sisa chlorin (Cl2) dalam media dengan natrium thiosulfat

(Na2S2O3) 10 ppm.

5. ditambahkan pupuk walne dengan dosis 1ml/L .

Page 39: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

6. dimasukan starter atau bibit Spirulina platensis dengan kepadatan awal

kultur sekitar 2 juta sel/ml

diamati perkembangannya (perubahan warna,adanya gelembung/berbusa)

selama kultur, karena ruangan yang digunakan semi terbuka sehingga lebih

rentan terjadi kontaminasi.

8. dipanen Spirulina platensis setelah usia kultur 6-7 hari pemeliharaan, namun

apabila sebelum waktunya terjadi perubahan warna atau berbusa maka

segera dilakukan pemanenan.

3.5.2 Prosedur Perhitungan Kelimpahan Sel

Prosedur perhitungan kelimpahan sel Spirulina platensis menggunakan

hemacytometer dan alat bantu handcounter. Hemacytometer merupakan suatu

alat yang terbuat dari gelas dibagi menjadi kotak-kotak pada dua tempat bidang

pandang Sari dan Abdul (2012). Adapun Prosedur Perhitungan kelimpahan sel

Spirulina platensis adalah sebagai berikut:

1. diteteskan kultur sel mikroalga yang akan dianalisa kepadatan selnya

sebanyak satu tetes ke masing-masing dua bagian haemocytometer.

2. ditutup dengan menggunakan slide.

3. diletakan haemocytometer di bawah lensa objektif dan difokuskan hingga

terlihat kisi-kisi tempatperhitungan sel yang terdiri dari lima kisi perhitungan.

4. dihitung jumlah sel plankton menggunakan rumus berikut:

3.5.3 Prosedur Ekstraksi Viral Nervous Necrosis (VNN)

Diambil ikan kerapu yang sudah terinfeksi VNN

2. Digerus menggunakan mortart dan alu sampai halus

3. Ditimbang ikan yang sudah digerus

Page 40: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

4. Ditambahkan Phosphat Buffer Saline 1 : 9 kemudian dihomogenkan

5. Dimasukan kedalam cuvet kemudian di-centrifuge dengan kecepatan 12000

rpm selama 15 menit

6. Dipisahkan supernatan dan pellet

7. Dimasukan supernatan ke dalam media perlakuan

3.5.4 Prosedur Aklimatisasi Ikan Kerapu cantang

Ikan uji yang digunakan yaitu ikan kerapu cantang yang berukuran 7

sampai 10 cm berjumlah 6 ekor dan ikan kerapu cantang ukuran 2-3 cm

sebanyak 10 ekor. Jumlah ikan per media 16 ekor. Aklimatisasi dilakukan di

BPBAP Situbondo. Menurut Yanuhar (2013), prosedur aklimatisasi pada ikan

kerapu tikus yang (Cromileptes altivelis) yaitu, ikan tidak langsung diberikan

Treatment, karena memerlukan adaptasi terhadap media pemeliharaanya yang

baru. Treatment diberikan setelah ikan terlihat sehat dan agresif. Treatment

diberikan secara adlibitum yaitu pemberian Treatment seikit demi sediki sampai

ikan kenyang tujuan nya yaitu menghidnari adanya pengendapan sisa Treatment

yang tidak dimakan pada dasar kolam sehingga mengakibatkan kolam ikan

mengalami penurunan kualitas air, Setelah itu dilakukan pengukuran parameter

kualitas air seperti suhu, salinitas, pH, Oksigen terlarut untuk menjaga agar

kondisi lingkungan ikan kerapu tikus tetap terjaga.

3.5.5 Prosedur Treatment Spirulina platensis Dan Infeksi Viral Nervous Necrossis (VNN)

Untuk melihat pengaruh pemberian Spirulina platensis dan infeksi Viral

Nervous Necrossis (VNN) pada ikan kerapu cantang pada penelitian ini dilakukan

3 perlakuan dan 1 kontrol:

Page 41: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

1. dibuat Ikan kontrol yang merupakan ikan kerapu sehat yang dipelihara

dengan pemberian Treatment seperti biasanya (tidak ada pemberian

Spirulina platensis maupun penginfeksian virus).

2. dibuat perlakuan 1 (ikan kerapu + Spirulina platensis) : ikan kerapu cantang

yang diberi Treatment normal dengan dosis yang disesuaikan dengan berat

badan dan diberi perlakuan Spirulina platensis dengan kepadatan 102 , 104,

dan 106.

3. dibuat perlakuan 2 (ikan kerapu + VNN) : ikan kerapu cantang yang diberi

perlakuan dengan penginfeksian Viral Nervous Necrosis (VNN) dengan

dosis yang disesuaikan dengan berat badan. Penginfeksian dilakukan

dengan memberikan Treatment yang dicampur dengan daging ikan kerapu

positif Viral Nervous Necrosis (VNN) yang telah di ekstraksi terlebih dahulu.

4. dibuat perlakuan 3 (ikan + Spirulina platensis + VNN) : ikan kerapu cantang

yang diberi Treatment Spirulina platensis dengan kepadatan 102 , 104, 106

dan infeksi VNN dengan menambahkan daging ikan positif VNN sebagai

campuran Treatment pada hari ke-3, ke-6, dan ke-9.

Denah percobaan penelitian ini digunakan untuk membuat rancangan

penelitian sebagaimana yang terlihat di Tabel 1.

Tabel 1. Denah Percobaan Penelitian

K S1 S2 S3

V SV1 SV2 SV3

Keterangan : K = Kontrol

S1 = Treatment Pemberian Spirulina platensis 102

S2= Treatment Pemberian Spirulina platensis 104 S3= Treatment Pemberian Spirulina platensis 106

SV1= Treatment Pemberian Spirulina platensis 102 + VNN

SV2= Treatment Pemberian Spirulina platensis 104 + VNN

SV3= Treatment Pemberian Spirulina platensis 106 + VNN V = Treatment Pemberian VNN

Page 42: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

3.6 Prosedur Analisis Kualitas Air

Parameter kualitas air yang dianalisis pada penelitian ini antara lain

parameter fisika dan parameter kimia. Parameter yang diukur meliputi suhu, pH,

Salinitas, dan oksigen terlarut (DO).

3.6.1 Prosedur pengukuran Parameter Fisika

a. Suhu

Langkah langkah untuk mengukur suhu menurut Bloom (1998) sebagai

berikut:

1) Memasukkan thermometer Hg ke dalam perairan sekitar 10 cm dan

ditunggu sekitar 2 menit sampai air raksa dalam skala termometer

menunjuk atau berhenti pada skala tertentu

2) Mencatat dalam skala 0C

3) Membaca skala pada saat thermometer masih di dalam perairan dan

jangan sampai tangan menyentuh termometer.

b. Salinitas

Kordi (2005), menjelaskan pengukuran salinitas dilakukan dengan

menggunakan alat refraktometer, adapun cara pengukuran salinitas adalah:

1. Mengangkat penutup kaca prisma

2. Meletakkan 1-2 tetes air yang akan diukur

3. Menutup kembali denganhati-hati agar jangan sampai terjadi

gelembung udara dipermukaan kaca prisma

4. Melihat kaca pengintai dan akan terlihat pada lensa nilai atau salinitas

dari air yang sedang diukur

5. Membersihkan permukaan prisma setelah selesai digunakan

6. Melihat nilai salinitasnya dari air yang diukur melalui kaca pengintai.

Page 43: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

3.6.2 Prosedur Pengukuran Parameter Kimia

a. pH

Langkah langkah untuk mengukur pH dengan menggunakan alat

berupa pH meter menurut Untung dan Perkasa (2002) sebagai berikut:

1) menyiapkan pH meter

2) masukkan pH meter ke dalam aquades untuk mensterilkan alat dan

mengkalibrasi pH meter, jika layar alat menunjukkan angka kurang atau lebih

dari 7 maka sekrup di bagian belakang alat diputar dengan obeng kecil

hingga layar memperlihatkan tepat angka 7

3) memasukan bagian pH meter ke dalam sampel air yang akan diukur nilai

pHnya

4) tekan tombol pada pH meter

5) pada layar akan tampil angka yang menunjukkan kondisi pH air yang diukur

d. Dissolved Oxygen (DO)

Langkah langkah untuk mengukur DO menurut Rovita et. al., (2012)

sebagai berikut:

1) Memasukkan DO meter ke dalam perairan

2) Ditunggu hingga skalanya stabil

3) Dibaca hasil oksigen terlarutnya pada DO meter

3.7 Prosedur Pengujian Polymerase Chain Reaction (PCR)

Pengujian PCR dilakukan untuk mengetahui ikan sampel positif atau

negatif terinfeksi VNN. Adapun prosedur pengujian Polymerase Chain Reaction

(PCR) yang dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 2.

Page 44: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

3.8 Pembuatan Preparat dan Pengamatan di Mikroskop

Dara pembuatan preparat (slide) jaringan mengacu pada pernyataan

menurut angka, et al. (1990) yaitu :

1) Mengambil sampel organ menggunakan pinset agar jaringan tidak rusak.

Organ ikan disayat membentuk persegi panjang dengan ketebalan 5 mm

agar bahan fiksatif dapat meresap sempurna. Sampel jaringan yang

diperoleh direndam dalam larutan fiksatif selama 48 jam, perendaman

dilakukan sebanyak 15-20 kali volume jaringan dan dilanjutkan dengan

dehidrasi.

2) Membuang larutan fiksatif, kemudian alcohol 70% dimasukkan ke dalam

botol film hingga jaringan terendam, selanjutnya organ diambil dari dalam

botol film dan dibungkus menggunakan kain kasa lalu diikat

menggunakan benang yang dibentuk seperti the celup, agar

memudahkan dalam proses pergantian alkohol setelah 24 jam. Organ

yang dibungkus kain kasa diambil dan ditiriskan di atas kertas tissue lalu

dimasukan ke dalam botl berisi alkohol 80%, 90%, 95% masing-masing

selama dua jam dan alkohol 100% selama 12 jam dengan cara yang

sama. Perendaman dilakukan pada suhu ruang.

3) Proses clearing yaitu merendam jaringan dalam alkohol-xylol (1:1) selama

30 menit, dilanjutkan dengan xylol I, xylol II dan xylol III masing-masing

selama 30 menit. Perendaman dilakukan pada suhu ruang.

4) Tahap impregnasi, yaitu penggantian xylol dengan paraffin cair yang

berlangsung di dalam oven dengan suhu 60 C. Proses ini dilakukan

dengan perendaman jaringan kedalam xylol-parafin (1:1) yang diletakkan

dalam gelas piala selama 45 menit. Mengeblok jaringan yang telah di

embedding dalam paraffin cair lalu diblok (dicetak agar mudah dipotong)

dengan paraffin cair, kemudian dibekukan. Proses ini membutuhkan

Page 45: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

cetakkan yang dapat dibuat dari kertas kaku, seperti kertas kalender

dengan ukuran 2x2x2 cm. Parafin cair dituangkan ke dalam cetakkan

hingga memenuhi 1/8 bagian cetakan dan dibiarkan hingga sedikit

membeku.

5) Menyusun jaringan dalam cetakan dengan bagian sayatan yang

diperlukan menghadap dasar cetakan dan dituangi paraffin cair hingga

material jaringan terendam selanjutnya dibiarkan beku dalam suhu ruang

selama 24 jam. Setelah paraffin beku dengan sempurna, blok paraffin

dikeluarkan dari cetakan lalu dipotong tipis menggunakan silet bermata

satu agar dapat disesuaikan dengan tempat blok pada alat pemotong.

6) Memulai pemotongan jaringan dengan meletakan blok paraffin yang

mengandung preparat pada tempat duduknya di mikrotom. Pita-pita

paraffin yang awal tanpa jaringan dibuang hingga diperoleh potongan

yang mengandung preparat jaringan. Hasil irisan diambil dengan jarum

lalu diletakkan di permukaan air hangat dalam 45 50 0C waterbath

hingga mengembang setelah pita paraffin terkembang dengan baik, pita

paraffin tersebut ditempelkan pada gelas objek yang telah diberi zat

perekat.

7) Memulai dewaxing dengan meletakan gelas objek yang berisi jaringan

dalam keranjang preparat yang ukuranya sesuai dengan gelas objek. Lilin

akan terlepas dari jaringan dan jaringan akan tampak jernih selanjutnya

dilakukan hidrasi yang merupakan proses pemasukan air ke dalam

preparat jaringan pada gelas objek setelah proses dewaxing.

8) Merendam jaringan pada gelas dalam alkohol 100% dalam wadah

perendaman, lalu secara berturur-turut dimasukkan ke dalam alkohol

95%, 90%, 80%, 70%, dan 50% masing masing selama dua menit

Page 46: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

dengan cara yang sama pula selanjutnya preparat jaringan direndam

kedalam akudes selama dua menit,

9) Memberi pewarna hematoksilin-eosin pada preparat jaringan. Merendam

preparat jaringan dengan pewarna hematoksilin-eosin selama 7 menit

kemudian mencuci dengan air mengalir untuk menghilangkan kelebihan

zat warna yang tidak diserap. Merendam preparat jaringan dengan

pewarna eosin selama 3 menit dan dicuci dengan akuades. Preparat

jaringan kemudian direndam dalam alkohol 70%, 855, 90%, dan 100%

masing masing dilakukan selama dua menit, selanjutnya preparat

jaringan direndam dalam xylol I dan Xylo II masing-masing dengan durasi

selama dua menit.

10) Preparat jaringan yang telah diwarnai dapat melakukan pembuatan

preparat yang lebih awet dengan cara mounting menggunakan mounting

agent seperti enthelan. Preparat jaringan ditutup dengan gelas penutup

yang sudah ditetesi enthelan dan dikeringkan dalam oven pada sush 40

0C selama 24 jam.

11) Mengamati preparat histologi dengan menggunakan mikroskop dengan

perbesaran mulai dari 40 kali hingga 1000 kali sesuai dengan kejelasan

objek.

12) Dokumentasi menggunakan kamera untuk dijadikan bahan analisis

deskriptif.

3.9 Analisis data

Analisa data pada penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok

(RAK) dengan 3 kali pengulangan. Langkah awal adalah menghitung banyaknya

kerusakan vakuolisasi, hemorrage dan nekrosis. Selanjutnya data dianalisa

dengan menggunakan cara statistik yaitu analisa keragaman (ANOVA), dengan

Page 47: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

tujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pemberian treatment. Apabila

dari analisa keragaman (sidik ragam) diketahui bahwa perlakuan menunjukkan

pengaruh yang berbeda nyata atau sangat berbeda nyata, maka untuk

membandingkan nilai dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT), untuk

mengetahui perlakuan yang mana yang berbeda. Model persamaan RAK adalah

sebagai berikut:

Keterangan : Yij =respon perlakuan ke-I serta ulangan ke-j I = perlakuan J = Ulangan i = pengaruh kelompok/blok ke -i µ = nilai rata-rata umum i = Pengaruh dari perlakuan ke-i (ij) = komponen acak

Langkah selanjutnya, data yang diperoleh dari penelitian diuji menggunakan

analisa sidik ragam. Tabel analisa sidik ragam untuk desain eksperimen

tersarang disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Analisis Sidik Ragam

Perlakuan Ulangan total Rata-rata 1 2 3

K K1 K2 K3 TK TK/3 V V1 V2 V3 TV TV/3

S 102 (S 102)1 (S 102)2 (S 102)3 TS102 TS1/3

S 104 (S 104)1 (S 104)2 (S 104)3 TS104 TS2/3 S 106 (S 106)1 (S 106)2 (S 106)3 TS106 TS3/3

SV 102 (SV102)1 (SV102)2 (SV102)3 TVS102 TSV1/3 SV 104 (SV104)1 (SV104)2 (SV104)3 TVS104 TSV2/3 SV 106 (SV106)1 (SV106)2 (SV106)3 TVS106 TSV3/3

Total T

Keterangan = 1, 2,dan 3 adalah ulangan (r) 1 = Nekrosis 2 = Vakuolisasi

3 = Hemorrage K,V,S102,S104,S106,SV102,SV104,dan SV106 adalah perlakuan (t) Dari data diatas maka dapat dihitung nilai dari:

Faktor koreksi (FK) = y2/tr = ( yij)2 /tr

Page 48: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

Jumlah kuadrat total (JKT) = yij2 FK

Jumlah Kuadrat kelompok (JKK) =( y.j2)/t FK

Jumlah kuadrat perlakuan (JKP) =( yi.2 )/r FK

Jumlah kuadrat galat (JKG) = JKT JKP

Kuadrat Tengah (KT) =Jumlah Kuadrat /derajat bebas

Berdasarkan perhitungan tersebut, selanjutnya dapat dilakukan analisa

keragaman untuk mengetahui pengaruh perlakuan. Adapun uraian analisa

keragaman dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Analysis of Varian (ANOVA)

Jika F hit > F tabel 5% maka perlakuan berbeda nyata

Jika F hit < F tabel 5% maka tidak berbeda nyata

Apabila sidik ragam diperoleh hasil berbeda nyata atau berbeda sangat

nyata, maka harus dilakukan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dari masing-masing

perlakuan. Rumus perhitungan uji BNT sebagai berikut :

BNT 5% = t tabel 5% DBG x LSD Kesimpulan:

Jika BNT 5% < selisih < BNT 1% maka berbeda nyata

SK DB JK KT Fhit Ftabel

5% Perlakuan i-1 JKP JKP/DBP KTP/KTG DBP,DBS

Kelompok j-1 JKK JKK/DBK KTK/KTS DBK,DSB

Galat Ij (i+j) +1

JKG JKG/DBG

Total ij-1 JKT

Page 49: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Treatment Spirulina platensis pada Ikan kerapu

Treatment yang dilakukan pada media pemeliharaan ikan kerapu

dilakukan selama 2 minggu (14 hari). Ikan kerapu catang berukuran 7-10 cm

yang memiliki berat rata rata 34 gram dijadikan ikan uji. Treatment Spirulina

platensis pada ikan kerapu cantang dilakukan dengan mencampurkan Spirulina

platensis pada media pemeliharaan ikan kerapu cantang. Dosis yang diberikan

pada treatment Spirulina yaitu kepadatan 102, 104, dan 106.

4.2 Pertumbuhan Spirulina platensis

Pertumbuhan sel ditandai dengan bertambah pekatnya warna hijau pada

media pemeliharaan ikan kerapu cantang. Penentuan pola pertumbuhan

Spirulina dilakukan dengan cara sampling untuk menghitung kepadatan sel

menggunakan Haemocytometer. Pertumbuhan didefinisikan sebagai suatu

peningkatan masa sel dan disertai ukurannya oleh sintesis makromolekul yang

menghasilkan struktur baru (Becker 1994).

Gambar 2. Grafik pertumbuhan Spirulina

Page 50: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

Keterangan: S10^4 = bak pemeliharaan ikan keparu Treatment Spirulina platensis

dengan kepadatan 104

S10^6 = bak pemeliharaan ikan kerapu Treatment Spirulina platensis dengan kepadatan 106

SV10^4 = bak pemeliharaan ikan kerapu Treatment S. platensis + Ekstraksi VNN dengan kepadatan 104

SV10^6 = bak pemeliharaan ikan kerapu Treatment S. platensis + Ekstraksi VNN dengan kepadatan 106

Pada keempat perlakuan, pertumbuhan S. platensis dilihat dari produksi

biomassa pada medium air perlakuan menunjukkan bahwa pertumbuhan pada

setiap perlakuan mengalami fase lag terlebih dahulu pada 3-4 hari periode awal

pengamatan. Pada fase lag, sel melakukan penyesuaian dengan lingkungan

baru dan terjadi penundaan pertumbuhan sel (Wijoseno, 2011). Selanjutnya,

biomassa kultur S. platensis mengalami peningkatan hingga hari ke-7 atau sel

memasuki fase eksponensial. Pada fase ini, pertumbuhan dan aktivitas sel dalam

keadaan maksimum dimana sel terus bereproduksi didukung oleh nutrisi, pH,

dan salinitas pada medium yang masih dapat memenuhi kebutuhan fisiologis S.

platensis. Produksi biomassa cenderung konstan hingga hari ke-9, kemudian

mengalami penurunan dimana sel telah memasuki fase kematian. Penurunan

jumlah biomassa sel dapat diakibatkan oleh ketersediaan nutrisi yang semakin

menipis yang menghambat pertumbuhan S.platensis (Suantika dan

Hendrawandi, 2009).

4.3 Status Histologi Organ Mata dan Otak Ikan Kerapu Cantang

Pengamatan histologi mata dan otak kerapu cantang dilakukan dengan

cara membuat preparat tipis yang diwarnai dengan hematoksilin dan eosin,

kemudian diamati menggunakan mikroskop binokuler merk Olympus BX41 dan

difoto dengan menggunakan kamera digital. Analisis dilakukan untuk

menemukan jumlah kerusakan pada sel dan membandingkan dengan kondisi

jaringan pada ikan kontrol dan ikan yang hanya diberi treatment S. platensis.

Page 51: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

Gambar 3. Struktur jaringan mata Ikan kerapu Cantang

Keterangan : K = bak Kontrol V = bak pemeliharaan dengan Virus VNN S102 = bak pemeliharaan ikan keparu Treatment Spirulina platensis

dengan kepadatan 102

S104 = bak pemeliharaan ikan keparu Treatment Spirulina platensis dengan kepadatan 104

S106 = bak pemeliharaan ikan keparu Treatment Spirulina platensis dengan kepadatan 106

SV102 = bak pemeliharaan ikan kerapu Treatment S. platensis + Ekstraksi VNN dengan kepadatan 102

VA

VA

HE

N

N

VA

HE

HE

N

VA

N

Page 52: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

SV104 = bak pemeliharaan ikan kerapu Treatment S. platensis + Ekstraksi VNN dengan kepadatan 104

SV106 = bak pemeliharaan ikan kerapu Treatment S. platensis + Ekstraksi VNN dengan kepadatan 106

Pada mata ikan kerapu dengan perbesaran 40X, mata ikan control dan

mata ikan dengan perlakuan treatment Spirulina saja kerusakan yang terjadi

hanya sedikit saja. Namun pada ikan dengan ekstraksi Viral Nervous Necrosis

(VNN), mengalami Nekrosis (N) serta pada ikan yang berada pada bak bak

pemeliharaan dengan treatment Spirulina platensis dengan kepadatan 102, 104,

serta 106 dan penambahan infeksi paparan Viral Nervous Necrosis (VNN).

Ruang kosong pada sel ini merupakan kerusakan sel berupa Vakuolisasi (VA).

Vakuolisasi terjadi pada semua bak pemeliharaan dengan treatment Spirulina

platensis dengan penambahan ekstraksi VNN pada bak pemeliharaan.

Sedangkan kerusakan berupa hemorage hanya terjadi pada bak pemeliharaan

dengan penambahan ekstraksi VNN dan treatment Spirulina platensis pada

semua kepadatan yaitu 102, 104, dan 106. Kerusakan jaringan yang terjadi pada

mata merupakan akibat dari infeksi ekstraksi VNN yang diberikan pada perlakuan

bak bak pemeliharaan. VNN dapat merusak sel jeringan berupa kerusakan

nekrosis, vakuolisasi, dan hemorage pada ikan yang terserang VNN. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Putri et al. (2013), bahwa Virus VNN menginfeksi ikan

kerapu dengan mengeluarkan toksin yang menyebabkan aliran darah yang

bertugas mengedarkan nutrisi terganggu sehingga suplai nutrisi berkurang dan

menyebabkan pengecilan volume sel (atrofi). Hal itu mengakibatkan pelemahan

pada syaraf mata ikan, selanjutnya mengakibatkan ikan menjadi buta dan

berenang abnormal (menabrak dinding kolam).

Menurut Plumb (1994), nekrosis adalah kematian sel atau suatu jaringan

yang menyertai degenerasi sel pada setiap kehidupan hewan dan merupakan

tahap akhir degenerasi yang irreversibel. Sel yang baru mengalami nekrosis

Page 53: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

akan mengalami pembengkakan. Nekrosis dapat disebabkan oleh trauma, agen-

agen biologis (virus, bakteri, jamur dan parasit), agen agen kimia atau terjadinya

gangguan terhadap penyediaan darah pada suatu daerah pada organ tersebut.

Hemoragi adalah suatu kondisi keluarnya darah akibat adanya kerusakan pada

dinding vaskula pada suatu jaringan (Smith dan Jones, 1961). Sedangakan

Vakuolisasi: merupakan sel yang mengalami kerusakan menyebabkan sel

hancur sehingga tertinggal sebagai ruangan kosong pada jaringan (Putri et al.,

2013).

Analisa histologi juga dilakukan pada jaringan otak. Analisa histologi

jaringan otak ikan kerapu ini bertujuan untuk melihat kerusakan yang ditimbulkan

oleh infeksi virus VNN, biasanya ikan yang terinfeksi Viral Nervous Necrosis VNN

akan mengalami kerusakan syaraf sehingga ikan berenang tidak beraturan. Otak

merupakan organ yang sering terpapar oleh Viral Nervous Necrosis VNN dan

organ penting dalam hubungannya dengan kondisi ikan. Viral Nervous Necrosis

(VNN) dapat masuk ke dalam otak melalui system sirkulasi darah. Apabila terjadi

infeksi ikan akan menunujukan gejala gejala pada tubuh dan tingkah lakunya.

Melalui pengamatan histopatologi akan didapatkan perubahan sel, jaringan dan

organ yang terinfeksi suatu penyakit sehingga dapat diketahui perbedaan sel,

jaringan maupun organ yang terinfeksi dan tidak terinfeksi. Struktur jaringan yang

normal maupun tidak normal dapat dipelajari secara mikroskopik dalam bentuk

preparat jaringan. Preparat ini dibuat melalui proses histopatologi (Panigoro et

al., 2007).

Adapun gambar histologi dari jaringan organ otak ikan kerapu yang

diwarnai dengan hematoksilin dan eosin, diamati dibawah mikrosokop binokuler

merk Olympus BX41 dan difoto dengan menggunakan kamera digital untuk

menentukan kerusakan yang terjadi diakibatkan oleh paparan Viral Nervous

Necrosis (VNN) dapat dilihat pada Gambar 4 yang tertera dibawah ini:

Page 54: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

Gambar 4. Histologi jaringan otak ikan kerapu

Keterangan : K = bak Kontrol V = bak pemeliharaan dengan Virus VNN S102 = bak pemeliharaan ikan keparu Treatment Spirulina platensis

dengan kepadatan 102

S104 = bak pemeliharaan ikan keparu Treatment Spirulina platensis dengan kepadatan 104

S106 = bak pemeliharaan ikan keparu Treatment Spirulina platensis dengan kepadatan 106

SV102 = bak pemeliharaan ikan kerapu Treatment S. platensis + Ekstraksi VNN dengan kepadatan 102

SV104 = bak pemeliharaan ikan kerapu Treatment S. platensis + Ekstraksi VNN dengan kepadatan 104

SV106 = bak pemeliharaan ikan kerapu Treatment S. platensis + Ekstraksi VNN dengan kepadatan 106

VAVA

VA

VA

HE

HE HE

HE

N

N

N

Page 55: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

Gambar 4 diatas menunujukan perbedaan antara perlakuan pada bak yang

terinveksi virus VNN dan tidak terinveksi virus VNN. pada organ yang di tunjukan

ikan kontrol dan perlakuan Spirulina kerusakan tidak begitu nampak. Sedangkan

pada bak yang diperlakukan dengan virus VNN mengalami kerusakan yang

cukup parah. Sel dalam bak perlakuan VNN banyak mengalami Hemorage (H),

Vakuolisasi (V), dan Nekrosis (N). jumlah kerusakan yang diakibatkan juga tidak

sedikit. Hal ini menunjukan bahwa kerusakan yang ditimbulkan oleh virus VNN

merupakan kerusakan yang sangat parah.

Menurut Tanaka et al. (1998), infeksi alami yang disebabkan oleh VNN

termasuk dalam tingkat akut/parah, dan terjangkitnya penyakit ini sangat hebat

ketika virus menyerang pada ikan yang stres akibat kepadatan yang tinggi dan

temperatur air yang tinggi dalam sistem budidaya. Apabila kerusakan terjadi pada

syaraf motorik dapat mengakibatkan terganggunya syaraf yang mengontrol

pergerakan dan keseimbangan ikan dalam berenang, sehingga terjadi perubahan

perilaku gerakan renang ikan menjadi berputar-putar (whirling). Vakuolisasi juga

ditemukan pada otak ikan kerapu tikus (Cromileptes altivelis) yang mengalami

whirling akibatinfeksi bakteri Vibrio alginolyticus (Murdjani,2002).

4.4 Mekanisme Infeksi VNN pada Jaringan Organ Ikan Kerapu

Viral Nervous Necrosis VNN menginfeksi secara langsung terutama pada

organ mata dan otak. Sehingga target organ dari VNN dapat langsung

menimbulkan perubahan lesi histopatologi vakuola dan menimbulkan gejala klinis

ikan berenang berputar. Sel yang mengalami kerusakan (nekrosis) menyebabkan

sel hancur sehingga tertinggal sebagai ruangan kosong pada jaringan otak

karenaa adanya infeksi VNN. Ikan yang terinfeksi virus penyebab VNN

menyerang dengan mereplikasikan diri di sitoplasma atau di nucleus sel otot

kemudian menyebar dan bereplikasi di sistem saraf perifer dimana virus akan

Page 56: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

langsung masuk ke dalam sistem saraf pusat (Sudaryatma et al. 2012). Hal ini

yang menyebabkan virus juga dapat menyebar ke seluruh organ yang bukan

merupakan target organ dari virus penyebab VNN sebagai tempat bereplikasi

virus. Virus menginfeksi larva dan juvenil ikan Halibut Atlantik (Hippoglossus

hippoglossus) pada sel sel saraf, makrofag, limfosit, sel myocardial, pembuluh

darah endothelium endokardial, usus, hati, insang, dan sirip pectoral (Grotmol et

al., 1999).

VNN menginfeksi organ mata ikan kerapu terjadi secara seketika/secara

langsung menyerang reseptor ikan karena VNN adalah virus yang tidak

mempunyai envelope, kemudian virus menyebar ke otak melalui sirkulasi darah.

Menurut Chi (2006), VNN menyerang otak melalui via sirkulasi darah.

Murphy et al. (2008) dalam Yanuhar (2011) menjelaskan bahwa VNN

secara langsung menempel pada reseptor dimana penempelan pada inang, virus

memasukkan materi genetik dalam sel inang atau infeksi intraseluler dengan

meninggalkan mantel protein di luar sel. Mantel protein adalah protein konstituen

struktur virion VNN, sehingga mantel protein adalah struktur penting. Mantel

protein tidak hanya berperan dalam asam nukleat virus VNN tetapi pada waktu

yang sama, protein memiliki status utama dalam proses infeksi pada sel sasaran.

4.5 Manfaat Spirulina dalam Mencegah Penyakit dan Virus

Berdasarkan hasil yang ditampilkan histologi organ kerapu mata dan otak

pada perlakuan ikan kerapu diberi treatment Spirulina platensis efek kerusakan

yang ditimbulkan oleh virus VNN (Viral Nervous Necrosis) masih rendah,

sehingga gejala klinis yang ditimbulkan tidak tampak secara sempurna atau

seluruhnya.

Spirulina mengandung bermacam-macam vitamin seperti vitamin B1, B3,

B6, B12, pro vitamin A dan vitamin E (Venkataraman, 1983). Spirulina platensis

Page 57: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

merupakan alga hijau berfilamen yang sudah banyak digunakan sebagai sumber

Treatment alami untuk pembenihan larva udang, ikan dan krustase karena

memiliki nilai nutrisi yang tinggi. Kandungan protein Spirulina platensis adalah

60-70%, sekitar 85-95% dari protein tersebut dapat dicerna dengan baik,

sedangkan lemaknya cukup rendah yaitu 1,5-12% (Ciferri, 1983).

Berdasarkan kandungan proteinnya yang tinggi Spirulina platensis dapat

meningkatkan gizi ikan, sehingga sistem metabolisme tubuh ikan akan

meningkat, dengan meningkatnya sisitem metabolism tubuh ikan maka akan

mempercepat proses perbaikan sel yang rusak akan lebih baik. Potensi seperti

itu menyebabkan Spirulina dapat mencegah bahkan menyembuhkan beberapa

penyakit salah satunya yaitu Viral Nervous Necrosis (VNN).

4.6 Analisa Kualitas Air

4.6.1 Suhu

Suhu air menjadi faktor pembatas utama yang menentukan pertumbuhan

dan kehidupan ikan. suhu merupakan salah satu faktor penting untuk

kelangsungan kehidupan ikan di suatu perairan. Pada penelitian ini dilakukan

pengukuran suhu sebanyak tiga kali.

Gambar 5. Grafik hasil pengukuran suhu

Keterangan : K = bak Kontrol V = bak pemeliharaan dengan Virus VNN

Page 58: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

S2 = bak pemeliharaan ikan keparu Treatment Spirulina platensis dengan kepadatan 102

S4 = bak pemeliharaan ikan keparu Treatment Spirulina platensis dengan kepadatan 104

S6 = bak pemeliharaan ikan keparu Treatment Spirulina platensis dengan kepadatan 106

SV2 = bak pemeliharaan ikan kerapu Treatment S. platensis + Ekstraksi VNN dengan kepadatan 102

SV4 = bak pemeliharaan ikan kerapu Treatment S. platensis + Ekstraksi VNN dengan kepadatan 104

SV6 = bak pemeliharaan ikan kerapu Treatment S. platensis + Ekstraksi VNN dengan kepadatan 106

Gambar 5 diatas menunujukan hasil pengukuran suhu yang berkisar antara 23

26 oC. suhu terendah didapat pada pengukuran hari ke 9 perlakuan Spirulina

dengan kepadatan 102 dan hari ke 12 pada media kontrol yaitu 23,2 oC,

sedangkan suhu tertinggi didapat pada pengukuran hari ke 0 pada media

perlakuan VNN yaitu 26 oC. Rata rata suhu pada penelitian yang dilakukan pada

hari ke 0 sampai akhir yaitu 24,2 oC. Fluktuasi suhu yang terjadi selama

penelitian masih dianggap normal.

Perubahan temperatur yang terjadi selama penelitian masih dalam batas

layak bagi pertumbuhan Spirulina platensis. Temperatur yang dapat ditoleransi

oleh Spirulina platensis adalah 20-40 oC dengan temperature optimum antara 25-

35 oC. Temperatur mempengaruhi semua aktifitas metabolisme, keberadaan dan

pengambilan nutrient (Vonshak, 1997). Ikan kerapu termasuk kedalam

warmwater fish dengan suhu pemeliharaan optimum 20 30oC, dapat hidup

pada perairan payau dan laut (Mackie, 2000).

4.6.2 Salinitas

Salinitas adalah konsentrasi seluruh larutan garam yang diperoleh dalam

air laut. Salinitas air berpengaruh terhadap tekanan osmotik air. Semakin tinggi

salinitas, akan semakin besar pula tekanan osmotiknya. Biota yang hidup di air

asin harus mampu menyesuaikan dirinya terhadap tekanan osmotik dari

lingkungannya. Pada penelitian yang dilakukan pengukuran salinitas

Page 59: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

menggunakan alat refraktometer. Berikut adalah hasil dari pengukuran salinitas

yang didapatkan.

Gambar 6. Grafik hasil pengukuran Salinitas

Keterangan : K = bak Kontrol V = bak pemeliharaan dengan Virus VNN S2 = bak pemeliharaan ikan keparu Treatment Spirulina platensis

dengan kepadatan 102

S4 = bak pemeliharaan ikan keparu Treatment Spirulina platensis dengan kepadatan 104

S6 = bak pemeliharaan ikan keparu Treatment Spirulina platensis dengan kepadatan 106

SV2 = bak pemeliharaan ikan kerapu Treatment S. platensis + Ekstraksi VNN dengan kepadatan 102

SV4 = bak pemeliharaan ikan kerapu Treatment S. platensis + Ekstraksi VNN dengan kepadatan 104

SV6 = bak pemeliharaan ikan kerapu Treatment S. platensis + Ekstraksi VNN dengan kepadatan 106

Gambar 6 menunjukan hasil pengukuran salinitas pada media pemeliharaan ikan

kerapu cantang yang berkisar antara 29 -37 ppt. hasil terendah pengukuran

salinitas didapatkan pada hari ke 6, 9, 12 perlakuan Spirulina dengan kepadatan

102 yaitu 29 ppt. Sedangkan hasil pengukuran tertinggi terdapat pada hari ke 3

perlakuan ikan kontroil yaitu 37 ppt. dan rata rata yang didapatkan dari

pengukuran salinitas yaitu 31 ppt. Salinitas berpengaruh terhadap organisme

dalam mempertahankan tekanan osmotik dengan lingkungannya.

Page 60: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

Spirulina platensis bersifat euryhaline dengan kisaran salinitas antara 15-

31 ppt (Hastuti dan Djunaidah, 1993). Akbar dan Sudaryanto (2001) menyatakan

bahwa persyaratan kualitas air seperti suhu berkisar antara 27 dan 29 ºC,

salinitas antara 30 dan 33 º/oo, oksigen terlarut > 5 ppm, dan pH antara 8,0 dan

8,2.

4.6.3 pH

Derajat keasamaan lebih dikenal dengan istilah pH. pH yaitu logaritma dari

kepekatan ion-ion H (hydrogen) yang terlepas dalam suatu cairan. Nilai pH juga

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktifitas perairan.

Biasanya nilai pH dalam suatu perairan dapat dijadikan indikator dari adanya

keseimbangan unsur-unsur kimia dan dapat mempengaruhi ketersediaan unsur-

unsur kimia dan unsur-unsur hara yang sangat bermanfaat bagi kehidupan

vegetasi akuatik. Adapun hasil yang didapat dalam pengukuran pH yaitu

Gambar 7. Grafik Pengukuran nilai pH

Keterangan : K = bak Kontrol V = bak pemeliharaan dengan Virus VNN S2 = bak pemeliharaan ikan keparu Treatment Spirulina platensis

dengan kepadatan 102

Page 61: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

S4 = bak pemeliharaan ikan keparu Treatment Spirulina platensis dengan kepadatan 104

S6 = bak pemeliharaan ikan keparu Treatment Spirulina platensis dengan kepadatan 106

SV2 = bak pemeliharaan ikan kerapu Treatment S. platensis + Ekstraksi VNN dengan kepadatan 102

SV4 = bak pemeliharaan ikan kerapu Treatment S. platensis + Ekstraksi VNN dengan kepadatan 104

SV6 = bak pemeliharaan ikan kerapu Treatment S. platensis + Ekstraksi VNN dengan kepadatan 106

Data diatas menunujukan hasil nilai pH yang didapat selama penelitian, nilai pH

pada penelitian yang dilakukan berkisar antara 7,5 8,0. Nilai pH terendah

didapat pada hari ke 0 media kontrol dengan nilai pH 7,5. Sedangkan pH tertinggi

pada hari ke 0 perlakuan Spirulina 102, 104, 106. Nilai rata rata pH yaitu 7,8.

sesuai dengan Amiruddin et al . (2011), pernyataan pH yang optimum untuk

pertumbuhan ikan kerapu antara 7,0-7,8 sehingga dapat derajat keasaman

yang ada di dalam akuarium termasuk kategori yang normal untuk kehidupan

ikan kerapu cantang. Namun berbeda dengan pertumbuhan Spirulina, dalam

pernyataan Habib et al. (2008), S. platensis dapat tumbuh pada medium cair

dengan kondisi basa dengan rentang pH antara 8,5 11,0, sedangkan pH

optimum untuk pertumbuhan S. platensis berkisar antara 9,0-10,0.

4.6.4 DO (Oksigen Terlarut)

Oksigen adalah satu jenis gas terlarut dalam air dengan jumlah yang

sangat banyak, yaitu menempati ururtan kedua setelah nitrogen. Namun jika

dilihat dari segi kepentingan untuk budidaya perairan, oksigen menempati urutan

teratas. Oksigen yang diperlukan biota air untuk pernapasannya harus terlarut

dalam air. Oksigen merupakan salah satu faktor pembatas sehingga bila

ketersedianya di dalam air tidak mencukupi kebutuhan biota budidaya, maka

segala aktivitas biota akan terhambat.

Page 62: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

Gambar 8. Grafik Hasil Pengukuran nilai DO

Keterangan : K = bak Kontrol V = bak pemeliharaan dengan Virus VNN S2 = bak pemeliharaan ikan keparu Treatment Spirulina platensis

dengan kepadatan 102

S4 = bak pemeliharaan ikan keparu Treatment Spirulina platensis dengan kepadatan 104

S6 = bak pemeliharaan ikan keparu Treatment Spirulina platensis dengan kepadatan 106

SV2 = bak pemeliharaan ikan kerapu Treatment S. platensis + Ekstraksi VNN dengan kepadatan 102

SV4 = bak pemeliharaan ikan kerapu Treatment S. platensis + Ekstraksi VNN dengan kepadatan 104

SV6 = bak pemeliharaan ikan kerapu Treatment S. platensis + Ekstraksi VNN dengan kepadatan 106

Data diatas menunjukan nilai dari DO yang didapat selama penelitian.

Nilai DO terendah yaitu 5,1 mg/l, sedangkan nilai DO tertinggi yaitu 6,72 mg/l.

sehingga dapat dikatakan bahwa oksigen terlarut yang terdapat pada bak bak

pemeliharaan ikan kerapu masih tergolong normal hal ini sesuai dengan

penyataan Ahmad et al., (1991) dalam Affan (2012), kisaran oksigen terlarut

optimal untuk pemeliharaan ikan kerapu tikus berkisar 5 8 mg/l.

Page 63: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

4.7 Analisis Data

Analysis of varians (ANOVA) sangat diperlu dilakukan untuk mengetahui

ada atau tidaknya pengaruh perlakuan yang berbeda (perlakuan K = ikan tanpa

pemberian S. platensis dan VNN, perlakuan V = ikan dengan pemberian Virulen

VNN, perlakuan S102 = ikan dengan pemberian S. platensis 102, S104 = ikan

dengan pemberian S. platensis 104, S106 = ikan dengan pemberian S. platensis

106, SV102 = ikan dengan pemberian S. platensis 102 dan virulen VNN, SV104 =

ikan dengan pemberian S. platensis 104 dan virulen VNN dan perlakuan SV106 =

ikan dengan pemberian S. platensis 106 dan virulen VNN) terhadap jumlah

kerusakan jaringan pada organ mata dan otak ikan kerapu. Hasil anova tersaji

pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Uji ANOVA

SK DB JK KT Fhit Ftabel

5% 1%

kelompok 2,00 7,58 3,79 1,53 tn 3,634 6,226

perlakuan 7 360,5 51,5 20,73 ** 2,657 4,026

galat 16 39,75 2,48

total 23,00 407,83

Keterangan :k = Kelompok

p = Perlakuan tn = tidak nyata * = berbeda nyata ** = berbeda sangat nyata

Hasil ANOVA diperoleh pada perlakuan Fhitung (P) > Ftabel. Hal itu

menandakan adanya pengaruh perlakuan yang berbeda terhadap kerusakan

jaringan organ mata dan otak ikan kerapu, dilihat pada taraf uji 5% dan uji 1%

hasilnya berbeda sangat nyata. Setelah diketahui hasil uji anova menunjukkan

adanya pengaruh, maka dapat dilakukan uji selanjutnya berupa uji Beda Nyata

Terkecil (BNT). Uji BNT dilakukan guna mengetahui bagaimana pengaruh dari

perlakuan yang berbeda terhadap jumlah kerusakan jaringan organ mata dan

otak ikan kerapu. Berikut ini hasil uji BNT yang tersaji pada Tabel 5.

Page 64: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

Tabel 5. Hasil Uji BNT

Keterangan : warna merah = berbeda nyata

Hasil uji BNT diketahui bahwa setiap perlakuan memiliki hasil yang

berbeda. Perlakuan yang terbaik adalah perlakuan S104 yaitu ikan sehat dengan

pemberian S. platensis 104, diikuti perlakuan K yaitu Ikan kontrol, lalu perlakuan

S102 yaitu Ikan sehat dengan pemberian S. platensis 102 kemudian perlakuan

S106 yaitu Ikan sehat dengan pemberian S. platensis 106, selanjutnya perlakuan

SV104 yaitu ikan yang diinfeksi dengan virus Viral Nervous Necrosis dan

ditambahkan S. platensis 104 , perlakuan SV106 yaitu ikan yang diinfeksi dengan

virus Viral Nervous Necrosis dan ditambahkan S. platensis 106, kemudian

perlakuan SV102 yaitu ikan yang diinfeksi dengan virus Viral Nervous Necrosis

dan ditambahkan S. platensis 102 dan terakhir perlakuan V yaitu ikan yang

diinfeksi virus Viral Nervous Necrosis tanpa ditambahkan S. platensis. Pada

perlakuan V memiliki jumlah mikronuklei yang paling tinggi, dikarenakan adanya

infeksi virulen VNN yang menyebabkan ikan menjadi stress sehingga jumlah

mikronuklei menjadi meningkat. Sedangkan perlakuan yang paling baik adalah

pemberian S. platensis pada kepadatan 104.

Page 65: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Kualitas histologi ikan kerapu pada

bak pemeliharaan dengan treatment Spirulina platensis dan infeksi Viral Nervous

Necrosis (VNN) dapat disimpulkan sebagai berikut:

Berdasarkan pengamatan histopatologi, Treatment Spirulina tanpa VNN,

lebih sedikit mengalami kerusakan jaringan dibandingkan dengan treatment

Spirulina dengan penambahan VNN. Pada treatment dengan penambahan

ekstraksi VNN ditemukan keruskan jaringan seperti nekrosis, kongesti,

vakuolisasi dan hemoregge. Kerusakan-kerusakan yang terdapat dalam jaringan

otak ikan kerapu akibat infeksi VNN menunjukkan bahwa kerusakan itulah yang

menyebabkan terjadinya pelemahan syaraf pada otak sehingga ikan berenang

memutar (whirling) dan perubahan tingkah laku, serta penurunan nafsu makan

yang pada akhirnya menyebabkan kematian ikan.

5.2 Saran

Penelitian lebih lanjut sangat disarankan mengingat banyaknya kasus

kematian masal yang terjadi akibat Viral Nervous Necrosis ini baik untuk

meminimalisir tingkat infeksi VNN pada ikan kerapu maupun cara

pengobatannya.

Page 66: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

DAFTAR PUSTAKA

Angka, S.L., I. Mokoginta, dan D. Damas. 1990. Pengendalian Penyakit Ikan Hispatologi dan Hematologi Ikan-Ikan Air Tawar yang Dibudidayakan. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor.

Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air

Daratan.Medan: USU Press. Bevelander & Ramaley. 1988. Essentials of Histology, 8th Ed. London: Mosby

Co. Bloom, J. H. 1998. Analisa Mutu Air Secara Kimiawi dan Fisis. Sebuah Laporan

tentang Pelatihan dan Praktek pada Fakultas Perikanan. NUFFIC-UNIBRAW. Malang.

Camargo, M.M.P. and Martinez, C.B.R. 2007. Histopathology of gills, kidney and

liver of a neotropical fish caged in an urban stream. Neotrop. Ichtyol. 5: 327-336.

Carrieri, D., Momot D., Brasg, I.A., Ananyev, G., Lenz, O., Bryant, D.A.

Dismukes, G.C. 2010. Boosting autofermentation rates and product yields with sodium stress cycling: Application to production of renewable fuels by cyanobacteria. Journal Applied and Environmental Microbiology. 76(19): 6455-6462.

Chi, S. C. 2006. Piscine Nodavirus Infections in Asia. First International

Symposium on Viral Nervous Necrosis of Fish International Conference Center, Hiroshima, November 28 to December 1, 2006.

Chi, S.C, 2006, Piscine Nodavirus Infection in Asia, Department of Life Science

and Institute of Zoology, National Taiwan University. Ciferri, O. 1983. Spirulina The Edible Microorganisme. Microbial Review.

American Society. Effendi. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan

Lingkungan Perairan. Yogjakarta: Kanisius. hlm. 17. Grotmol S, Bergh O, Totland GK. 1999. Transmission of viral encephalopathy

and retinopathy (VER) to yolk-sac larvae of the atlantic halibut (Hippoglossus hippoglossus): Occurrence of nodavirus in various organs and a possible route of infection. Disease of Aquatic Organisms 36: 95-106.

the world (Family Serranidae, sub family Epinepheline). An annotated and illustrated catalogue of the grouper, rockod, kind coral grouper and yellowtail species known to date. FAO fisheries synopsis Rome: 125-242.

Page 67: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

Henricson, R. 1989. Earth Food Spirulina. How This Remarkable Blue-Green Algae Can Transform Your Health and Our Planet. Ronore Enterprises Inc. California.

Indiartoro dan Suporno. 1999. Metode Penelitian Bisnis: Untuk Akutansi dan

Bisnis Manajemen. Edisi 1. BPFE. Yogyakarta. Irawan, A., Aminullah, Dahlan, Ismail, Bahri, S., & Fahdian, Y. 2009. Faktor

Faktor Penting dalam Proses Pembesaran Ikan di Fasilitas Nursery dan Pembesaran. Makalah Bidang Kosentrasi Aquaculture Program Alih Jenjang Diploma IV ITB. hlm 1-17.

Ismi . S. dan A. Nirmala 2011. Teknik Pemeliharaan Larva Untuk Peningkatan

Mutu Benih Kerapu Pada Produksi Massal Secara Terkontrol. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur.

Koesharyani I, Zafran, Des Roza, , Fris Johnny, Ketut Mahardika and Kei Yuasa,

2001. Manual for Fish Diseases Diagnosis II. Marine and Crustacean diseases in Indonesia. Gondol Research Station and JICA. 55p

Kordi, M. 2001. Usaha Pembesaran Ikan Kerapu di Tambak. Kanisius.

Yogyakarta. Kordi, K M.G.H dan A. B. Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam

Budidaya Perairan. PT. Rhineka Cipta: Jakarta. Lestari, Artanti Tri dan Putu Eka Sudaryatma. 2014. Studi Imunositokimia Darah

dan Suspensi Organ Kerapu Macan (Ephinephelus fuscoguttatus) yang Diinfeksi Virus Isolat Lapang Penyebab Viral Nervous Necrosis. Jurnal Sain Veteriner ISSN : 0126- 0421.

Maghfirah, H. 2009. Teknik Pemeliharaan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus

fuscoguttatus) di CV. Dewata Laut, Desa Penyabangan. Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali.

Marzuki. 1983. Metodologi Riset. Fakultas Ekonomi. Universitas Islam Indonesia:

Yogyakarta. Mohammadi, F ., Mousavi, S.M. and Rezaie, A. 2012. Histopathological study of

parasitic Infestation of skin and gill on Oscar (Astronotus ocellatus) and discus (Symphysodon discus). AACL Bioflux 5: 88-93.

Nitimulyo, H, Triyanto, S. dan Kamiso, H.N. 1993. Vaksinasi Lele Dumbo (Clarias

gariepinus). Fakultas Pertanian. Universitas Gajah Mada. 72hlm Nontji A.1986. Laut Nusantara. Jakarta: Penerbit Djambatan. Nurhayati, A.P.D., Pratiwi, S., Wahyuono, S., Istriyati., Abdillah, S. 2014. Isolation

and Identification of alkaloid compound of Marine Sponge Cinachyrella sp. (Family Tetillidae). Journal of Advanced Botany and Zoology. Vol.2. Issue 1: 1-4 (ISSN: 2348-7313).

Page 68: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

Purnamawati. 2002. Peranan Kualitas Air Terhadap Keberhasilan Budidaya Ikan di Kolam. Warta Penelitian Perikanan Indonesia. 8(1): 1-34.

Risamasu, F.J.L. 2008. Inovasi Teknologi Penangkapan Ikan Karang denga

Bubu Dasar Berumpon. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 21 hlm. Romimohtarto, K. 2008. Kualitas Air Dalam Budidaya Laut. Freedom eLearningOf

Open Source. 1-16. Rovita, G. D., W. P. Pujiono dan S. Prijadi 2012. Strativikasi Vertikal NO3-N dan

PO4- pada perairan di Sekitar Eceng Gondok (Eichornia crassipes Solm)

dengan Latar Belakang Penggunaan Lahan Berbeda di Rawa Pening. Journal of Management Aquatic Resources. 1(1): 1-7.

Setianto, Adi. 2011. Usaha Budidaya Ikan Kerapu. Pustaka Baru Press.

Yogyakarta.162 hml. Subyakto, Slamet dan Cahyaningasih, S. 2003. Pembenihan Kerapu Skala

Rumah Tangga. Agromedia pustaka. Jakarta. 61 hml. Sudaryatma PE, Artanti TL, Sunarsih NL, Widiarti KS, Nurhidayah SN. 2012.

Imunositokimia streptavidin biotin: deteksi dini viral nervous necrosis pada lendir ikan kerapu macan. Jurnal Sains Veteriner 30(1): 99-109.

Sugianti, B. 2005. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Tradisional dalam

Pengendalian Penyakit Ikan. 1-37. Supriyadi, H. 2007. Pemeriksaan dan Identifikasi Hama dan Penyakit Ikan,

Hama, dan Penyakit Ikan Karantina. Pelatihan Dasar Karantina IkanTingkst Ahli dan Terampil Pusat Karantina Ikan: Jakarta. Hal: 6.

Suratmi, S., Aryani, N.L.T. 2007. Kasus Infeksi Penyakit Viral Nervous Necrosis

(VNN) pada Ikan Kerapu di Pulau Bali. Buletin Teknisi Litkayasa Akuakultur. 7(1):59-63.

Suryabrata, S. 1983. Metodologi Penelitian. Rajawali: Jakarta. 19 hlm. Sutarmat, T.2004. Beberapa Kunci Sukses pada Budidaya Kerapu di Keramba

Jaring Apung. Warta Penelitian Perikanan Indonesia. 10(4): 1-3. Taukhid. 2006. Manajemen Kesehatan Ikan dan Lingkungan. Laboratorium Riset

Kesehatan Ikan: Bogor. Thie´ry, R., J. Cozien, J. Cabon, F. Lamour, M. Baud, and A. Schneemann. 2006.

Induction of a Protective Immune Response against Viral Nervous Necrosis in the European Sea Bass Dicentrarchus labrax by Using Betanodavirus Virus-Like Particles. Jurnal of Virology. 80(20): 10201-10207.

Tomaselli, L. 1978. Morphology Ultrastructure and Taxonomy of Arthospira

(Spirulina) maxima and Arthospira (Spiruline) pltensis. Di dalam V. Avigad (ed) Spirulana platensis (arthospira). Taylor and Francis. London.

Page 69: HISTOLOGI IKAN KERAPU PADA BAK-BAK PEMELIHARAAN …repository.ub.ac.id/6047/1/FARIZ NUR YAHYA.pdf · laporan skripsi program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen

Untung, O dan B. E. Perkasa. 2002. Mencetak Cupang Adu Jagoan. Penebar Swadaya: Jakarta. 36 hlm.

Venkataraman, L. V. 1983. A Monograph on Spirulina platensis Biotechnology

and Aplication. Central Food Technology Researh Institut. Mysore, India Weber, M. And L.F. De Beaufort. 1940. The fishes of the Indo-Australian

archipelago. VIII. Percomhorpi (continued). Cirrhitoidea. Labriformes, Pomacentriformes. Brill. Leiden, p: 484.

Yanuhar, U. 2009. Laporan Riset Unggulan Terpadu (tidak dipublikasikan).

Kementerian Negara Riset dan Teknologi. Yanuhar, U. 2011. The Function of Receptor Protein Humpback Grouper

Cromileptes altivelis in Expression and Proliferation of CD4 and CD8 cells in Defence Immunity of Viral Nervous Necrotic Infection. International Journal of Bioscience, Biochemistry and Bioinformatics, Vol. 1, No. 2.

Yuasa, K.I., Koesharyani, D. Roza, F. Jhony, and Zafran. 2001. Manual for PCR

Procedure; Rapid diagnosis on Viral Nervous Necrosis (VNN) in Grouper. Lolitkanta-JICA Booklet. 13- 35.

Yukio, M., Leobert, D. D. & Erlinda, R. C. 2007. Susceptibility of Fish Species

Cultured in Mangrove. Japan Agricultural Research Quarterly. 41(1). 95-99.