hipertensi.docx

20
TUGAS PKPA DI APOTEK “ SKRINING OBAT HIPERTENSI” Disusun oleh: Muhammad Agus Martjianto 1420272722 FAKULTAS FARMASI PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN XXVII UNIVERSITAS SETIA BUDI

Upload: muhammad-agus-martjianto

Post on 15-Dec-2015

271 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hipertensi.docx

TUGAS PKPA DI APOTEK

“ SKRINING OBAT HIPERTENSI”

Disusun oleh:

Muhammad Agus Martjianto

1420272722

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN XXVII

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2015

Page 2: Hipertensi.docx

Hipertensi

A. Definisi

Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan

diastolik lebih dari 90 mmHg (Wilson LM, 1995). Tekanan darah diukur dengan

spygmomanometer yang telah dikalibrasi dengan tepat (80% dari ukuran manset menutupi

lengan) setelah pasien beristirahat nyaman, posisi duduk punggung tegak atau terlentang paling

sedikit selama lima menit sampai tiga puluh menit setelah merokok atau minum kopi. Hipertensi

yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial. Beberapa penulis

lebih memilih istilah hipertensi primer untuk membedakannya dengan hipertensi lain yang

sekunder karena sebab-sebab yang diketahui. Menurut The Seventh Report of The Joint National

Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC

VII) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal,

prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2 (Yogiantoro M, 2006).

B. Epidemiologi

Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang

berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk

pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam

kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia.

Semakin meningkatnya populasi usia lanjut maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan

besar juga akan bertambah. Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di

negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan

menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita

hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini (Armilawati et al, 2007). Angka-angka

prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan dan menunjukkan di daerah

pedesaan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Baik dari

segi case finding maupun penatalaksanaan pengobatannya. Jangkauan masih sangat terbatas dan

sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Prevalensi terbanyak berkisar

antara 6 sampai dengan 15%, tetapi angka prevalensi yang rendah terdapat di Ungaran, Jawa

Tengah sebesar 1,8% dan Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya sebesar 0,6%

sedangkan angka prevalensi tertinggi di Talang Sumatera Barat 17,8% (Wade, 2003).

Page 3: Hipertensi.docx

C. Etiologi

Sampai saat ini penyebab hipertensi esensial tidak diketahui dengan pasti. Hipertensi primer

tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus. Hipertensi ini disebabkan berbagai faktor yang

saling berkaitan. Hipertensi sekunder disebabkan oleh faktor primer yang diketahui yaitu seperti

kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu, stres akut, kerusakan vaskuler dan lain-lain. Adapun

penyebab paling umum pada penderita hipertensi maligna adalah hipertensi yang tidak terobati.

Risiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko yang dapat

dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi

antara lain faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat

dimodifikasi meliputi stres, obesitas dan nutrisi

(Yogiantoro M, 2006).

Klasifikasi

Tekanan darah diklasifikasikan berdasarkan pada pengukuran rata-rata dua kali atau lebih

pengukuran pada dua kali atau lebih kunjungan.

Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VIII.

Page 4: Hipertensi.docx

Patofisiologi

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I

oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam

mengatur tekanan darah. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah

menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi

angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan

darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormone antidiuretik

(ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal

untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin

yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi

osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan

cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada

akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron

dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada

ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl

(garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan

diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya

akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Patogenesis dari hipertensi esensial merupakan

multifaktorial dan sangat komplek. Faktor-faktor tersebut merubah fungsi tekanan darah

terhadap perfusi jaringan yang adekuat meliputi mediator hormon, aktivitas vaskuler, volume

sirkulasi darah, kaliber vaskuler, viskositas darah, curah jantung, elastisitas pembuluh darah dan

stimulasi neural. Patogenesis hipertensi esensial dapat dipicu oleh beberapa faktor meliputi

faktor genetik, asupan garam dalam diet, tingkat stress dapat berinteraksi untuk memunculkan

gejala hipertensi. Perjalanan penyakit hipertensi esensial berkembang dari hipertensi yang

kadangkadang muncul menjadi hipertensi yang persisten. Setelah periode asimtomatik yang

lama, hipertensi persisten berkembang menjadi hipertensi dengan komplikasi, dimana kerusakan

organ target di aorta dan arteri kecil, jantung, ginjal, retina dan susunan saraf pusat.

Page 5: Hipertensi.docx

Progresifitas hipertensi dimulai dari prehipertensi pada pasien umur 10-30 tahun (dengan

meningkatnya curah jantung) kemudian menjadi hipertensi dini pada pasien umur 20-40 tahun

(dimana tahanan perifer meningkat) kemudian menjadi hipertensi pada umur 30-50 tahun dan

akhirnya menjadi hipertensi dengan komplikasi pada usia 40-60 tahun (Menurut Sharma S et al,

2008 dalam Anggreini AD et al, 2009).

Komplikasi

Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung, gagal jantung

kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal. Hipertensi yang tidak diobati akan

mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya memperpendek harapan hidup sebesar 10-20

tahun. Dengan pendekatan sistem organ dapat diketahui komplikasi yang mungkin terjadi akibat

hipertensi,yaitu:

Sistem organ Komplikasi

1. Komplikasi Hipertensi

2. Jantung Gagal jantung kongestif

3. Angina pectoris

4. Infark miokard

5. Sistem saraf pusat Ensefalopati hipertensif

6. Ginjal Gagal ginjal kronis

7. Mata Retinopati hipertensif

8. Pembuluh darah perifer

9. Penyakit pembuluh darah Perifer

10. Sumber: Hoeymans N, 1999.

Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata, ginjal, jantung dan

otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal

jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat selain kelainan koroner

dan miokard. Pada otak sering terjadi perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya

mikroaneurisma yang dapat mengakibakan kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah

Page 6: Hipertensi.docx

proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara (Transient Ischemic Attack/TIA)

(Anggreini AD et al, 2009).

Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:

1. Target tekanan darah yatiu <140/90 mmHg dan untuk individu berisiko tinggi seperti

diabetes melitus, gagal ginjal target tekanan darah adalah <130/80 mmHg.

2. Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler.

3. Menghambat laju penyakit ginjal.

Terapi dari hipertensi terdiri dari terapi non farmakologis dan farmakologis seperti

penjelasan dibawah ini.

1. Terapi Non Farmakologis

a. Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih.

Peningkatan berat badan di usia dewasa sangat berpengaruh terhadap tekanan darahnya.

Oleh karena itu, manajemen berat badan sangat penting dalam prevensi dan kontrol

hipertensi.

b. Meningkatkan aktifitas fisik.

Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi 30-50% daripada yang aktif.

Oleh karena itu, aktivitas fisik antara 30-45 menit sebanyak >3x/hari penting sebagai

pencegahan primer dari hipertensi.

c. Mengurangi asupan natrium.

Apabila diet tidak membantu dalam 6 bulan, maka perlu pemberian obat anti hipertensi

oleh dokter.

d. Menurunkan konsumsi kafein dan alcohol

Kafein dapat memacu jantung bekerja lebih cepat, sehingga mengalirkan lebih banyak

cairan pada setiap detiknya. Sementara konsumsi alcohol lebih dari 2-3 gelas/hari dapat

meningkatkan risiko hipertensi.

2. Terapi Farmakologis

Page 7: Hipertensi.docx

Terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi yang dianjurkan oleh JNC VII yaitu diuretika,

terutama jenis thiazide (Thiaz) atau aldosteron antagonis, beta blocker, calcium chanel

blocker atau calcium antagonist, Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI),

Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor antagonist/ blocker (ARB).

Page 8: Hipertensi.docx
Page 9: Hipertensi.docx

Resep 1

Page 10: Hipertensi.docx

Skrining Resep

1. Skrining Administrasi

Nama, alamat alamat praktek dokter : Ada

Nama pasien : Ada

Alamat pasien : Tidak Ada

Usia pasien : Ada

2. Skrining Farmasetis

Nama Obat : Jelas

Jumlah, potensi obat : Ada

Aturan penggunaan obat : Ada

Batas penggunaan : Tidak ada

Petunjuk penggunaan : Ada

Laxadine Sirup

Kandungan

Per 5ml : Phenolphtalein 55 mg, liquid paraffin 1.200mg, glycerin 378 mg

Indikasi

Susah buang air besar sebelum dan sesudah operasi, urus-urus (penggosongan usus) untuk

persiapan sebelum pemeriksaan radiologi.

Perhatian

Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan kehilangan air dan elektrolit, otot lemah dan

kehilangan berat badan.

Interaksi Obat : Minyak mineral bias mengganggu penyerapan vitamin yang larut dalam lemak

KSR Tab

Kandungan Kalium Klorida 600 mg

Indikasi Pencegahan hypokalemia spesifik

Kontra Indikasi : Gagal ginjal, penyakit Addison tidak diobati, dehidrasi akut, hyperkalemia,

gangguan saluran cerna

Perhatian : pasien gagal ginjal harus mendapatkan perhatian khusus oleh karena resiko

hyperkalemia.

Page 11: Hipertensi.docx

Efek samping : Mual, muntah, sakit pinggang, dan diare

Plantacid Foter Sirup

Komposisi : Dreid Al. Hydroxide Gel USP 300 (400mg), Mg. Hydroxide 300mg (400mg),

Dimethyl Polysiloxane 30 mg (100mg)/ tab atau 5 ml susp.

Indikasi : Mengurangi gejala-gejala yang berhubungan dengan kelebihan asam lambung, tukak

lambung, tukas usus 12 jari dengan gejala-gejala seperti mual, kembung dan perasaan penuh

pada lambung.

Kontra Indikasi : Gangguan ginjal berat karena dapat meningkatkan risiko hipermagnesemia,

hipersensitif terhadap Al, Mg, dimethyl polysilaxone

Perhatian : Hati-hati pada penderita gangguan fungsi ginjal, penggunaan lebih dari 2 minggu

tidak dianjurkan, kecuali atas petunjuk dokter. Tidak dianjurkan pada < 6 tahun

Interaksi Obat : pemberian bersama cimetidine dan tetracycline dapat mengurangi absorpsi obat

tersebut

Efek samping : Mual, Muntah, Konstipasi, diare. Gejala akan hilang jika penggunaan obat

dihentikan.

Cardivask 5mg

Komposisi:

Amlodipine besylate 5 dan10 mg

Bentuk Sediaan:

Tablet

Farmakologi:

Amlodipine merupakan antagonis calcium golongan dihydropirydine (antagonis ion kalsium)

yang menghambat influks ion calcium melalui membran ke dalam otot polos vaskular dan otot

jantung sehingga mempengaruhi kontraksi otot polos vaskuler dan otot jantung. Amlodipine

menghambat influks ion calcium secara selektif, di mana sebagian besar mempunyai efek pada

sel otot polos vaskular dibandingkan sel otot jantung

Indikasi:

Hipertensi, angina stabil kronik dan vasospastik.

Dosis:

Page 12: Hipertensi.docx

Dosis awal 5 mg/hari, maksimal 10 mg/hari. Titrasi dosis dilakukan tiap 7-14 hari.

Kontraindikasi:

Pasien yang hipersensitif terhadap amlodipine dan golongan dihydropirydine lainnya.

Peringatan dan Perhatian:

Pengawasan ketat pada pasien gangguan fungsi hati dan gagal jantung kongestif.

Efek Samping:

Umum yang sering timbul: edema dan sakit kepala

Farsix

KOMPOSISI

Farsix® 40 Tablet

Tiap tablet mengandung:

Furosemid 40 mg

FARMAKOLOGI

Furosemid menghambat reabsorpsi air dan elektrolit, terutama karena aksinya terhadap bagian

atas dari simpul Henle. Furosemid juga mengurangi reabsorpsi natrium klorida dan

meningkatkan ekskresi kalium pada tubulus distal, dan mungkin memiliki aksi langsung terhadap

transport elektrolit pada tubulus proksimal. Mula kerja pada pemberian I.V adalah 1-10 menit.

INDIKASI

Edema yang berhubungan dengan kegagalan jantung kongestif, sirosis hati, dan penyakit ginjal

(termasuk sindrom nefrotik), dan sebagai tambahan dalam pengobatan edema paru-paru akut.

Digunakan untuk pengobatan hipertensi ringan hingga sedang.

DOSIS DAN CARA PEMBERIAN

Dosis Orang Dewasa

- Diuretik : dosis awal 20-80 mg, diminum sebagai dosis tunggal kemudian dosis

ditingkatkan dengan penambahan 20-40 mg secara bertahap setiap 6-8 jam sampai

tercapai respon yang diinginkan.

- Antihipertensi : dosis awal 40 mg, diminum 2 kali sehari kemudian dosis diatur sesuai

respon pasien.

- Batas dosis yang diperbolehkan untuk dewasa sampai 600 mg/hari. 

- Pasien usia lanjut lebih sensitif terhadap efek dari dosis dewasa

Page 13: Hipertensi.docx

Dosis Anak-anak

- Diuretik: dosis awal 2 mg/kg BB sebagai dosis tunggal kemudian dosis ditingkatkan

dengan penambahan 1-2 mg/kg BB secara bertahap setiap 6-8 jam sampai tercapai respon

yang diinginkan.

- Dosis sebesar 5 mg/kg BB dibutuhkan untuk anak-anak yang memiliki sindrom nefrotik.

Dosis lebih dari 6 mg/kg BB sangat tidak dianjurkan.

PERINGATAN DAN PERHATIAN

Hati-hati jika diberikan kepada pasien: kerusakan fungsi ginjal yang parah, diabetes melitus,

memiliki riwayat gout, hiperurikemia, memiliki riwayat lupus erythematosus

Fargoxin Tablet

Komposisi: Digoxin

Indikasi: Gagal jantung kongestif akut. Takikardia supraventrikuler paroksismal.

Dosis: Tablet : Dewasa : Untuk digitalisasi cepat (24-36 jam) : 4-6 tablet ,

kemudian 1 tablet pada interval tertentu sampai kompensasi tercapai.

Untuk digitalisasi lambat (3-5 hari) : 2-3 tablet/hari dalam dosis terbagi.

Pemeliharaan : 1-3 tablet/hari. Anak : Untuk digitalisasi cepat : 25 mcg/kg

berat badan dengan selang waktu tertentu sampai kompensasi tercapai.

Pemeliharaan : 10-20 mcg/kg berat badan/hari. Prematur atau Bayi baru

lahir sampai 1 bulan : Untuk digitalisasi : total dosis 0.02-0.035 mg/kg

berat badan. Bayi 1 bulan-2 tahun : 0.035-0.06 mg/kg berat badan. Anak 2-

5 tahun : 0.03-0.04 mg/kb berat badan. Anak 5-10 tahun : 0.02-0.035

mg/kg berat badan. Anak > 10 tahun : dosis dewasa. Total dosis diberikan

terbagi dalam 2 dosis atau lebih, tiap 6-8 jam. Umumnya dosis oral 0.01-

0.02 mg/kg berat badan tiap 6 jam, sampai respon tercapai. Pemeliharaan :

1/5 atau 1/3 total dosisi digitalisasi, diberikan 1 kali/hari.

Pemberian Obat: Diberikan sebelum atau sesudah makan.

Kontra Indikasi: Blok AV komplit dan derajat 2, henti sinus, sinus bradikardi yang

Page 14: Hipertensi.docx

berlebihan, takikardi ventrikular dan fibrilasi ventrikular.

Perhatian: Hamil, jantung reumatik, kerusakan fungsi ginjal, blok jantung parsial,

miokarditis akut.

Efek Samping: Gangguan SSP dan GI. Jarang : bingung, disorientasi, afasia, gangguan

denyut jantung, konduksi, ritme, alergi kulit, ginekomastia

Interaksi Obat: Kadar dalam serum ditingkatkan oleh kuinidin. Absorbsi dihambat oleh

antasida, kolestiramin, kolestipol, neomisin, sulfasalazin. Peningkatan

resiko aritmia jantung dengan garam Ca dan antiaritmia. Amfoterisin dan

obat yang menyebabkan hipokalemia yang dapat meningkatkan toksisitas

digoksin.

Carniq

Komposisi:

Coenzyme Q-10 30 mg dan L-carnitine 500 mg

Farmakologi:

L-Carnitine bertugas sebagai molekul pembawa pada transportasi asam lemak rantai panjang

melalui membran mitokondria dan sangat diperlukan untuk pembentukan energi.

CoQ10 merupakan komponen dari rantai transpor elektron dan terlibat dalam proses respirasi sel

untuk menghasilkan energi.

Indikasi:

Memelihara kesehatan jantung dan sebagai antioksidan.

Dosis:

1-2 kaplet sehari (disesuaikan dengan kondisi klinis pasien).

Kontraindikasi:

Hipersensitif terhadap Co-Q10 dan L-carnitine fumarate.

Peringatan dan Perhatian:

Tidak dianjurkan untuk wanita hamil/ menyusui.

Hanya diberikan pada pasien diabetes melitus yang telah ditetapkan oleh dokter.

Page 15: Hipertensi.docx

Efek Samping:

Gangguan saluran cerna ringan pernah dilaporkan seperti kram perut, kembung, diare, mual,

muntah.

Interaksi Obat

Serious – Use Alternative

- aluminium hidroksida + digoxin

aluminium hidroksida akan meningkatkan tingkat atau efek dari digoxin dengan meningkatkan

pH lambung. Hanya berlaku untuk bentuk lisan dari kedua agen. Kemungkinan interaksi serius

atau mengancam jiwa. Memantau secara ketat. Menggunakan alternatif jika tersedia.

Significant - Monitor Closely

- furosemide + digoxin

furosemide meningkatkan efek dari digoxin oleh sinergisme farmakodinamik. Signifikan

interaksi mungkin, memantau secara ketat. Hipokalemia meningkatkan efek digoksin.

- digoxin + furosemide

meningkat digoxin dan furosemide menurunkan kalium serum. Pengaruh interaksi tidak jelas,

gunakan hati-hati. Potensi untuk interaksi, memantau.

Minor

- digoxin + magnesium hidroksida

digoxin menurunkan kadar magnesium hidroksida dengan meningkatkan klirens ginjal. Kecil

atau tidak signifikan interaksi.

- furosemide + magnesium hidroksida

furosemide menurunkan kadar magnesium hidroksida dengan meningkatkan klirens ginjal. Kecil

atau tidak signifikan interaksi.