hipertensi dalam kehamilan

9
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN 1.1 Definisi Definisi hipertensi pada kehamilan berdasarkan nilai tekanan darah absolut (sistolik ≥ 140 atau diastolik ≥ 90 mmHg) dan dibedakan antara kenaikan tekanan darah ringan (140-159/90-109mmHg) atau berat (≥160/110mmHg). Hipertensi pada kehamilan bukanlah kondisi tunggal tapi meliputi: - Hipertensi yang telah ada sebelumnya (hipertensi kronis); hipertensi yang terjadi sebelum kehamilan atau terjadi sebelum 20 minggu kehamilan. Biasanya menetap lebih dari 42 hari setelah melahirkan. Apabila terdapat hipertensi yang tidak terdiagnosa sebelum kehamilan biasanya tekanan darahnyanormal pada awal kehamilan karena pada trimester pertama tekanan darah secara fisiologismenurun sehingga dapat menutupi hipertensi jenis ini dan jika tekanan darahnya terukur meningkat pada saat usia kehamilan > 20 minggu maka sering diinterpretasikan sebagaihipertensi gestasional. - Hipertensi gestasional: terjadi setelah 20 minggu gestasi dan sebagian besar kasus berakhir dalam 42 hari setelah melahirkan - Pre-eklampsia: hipertensi gestasional disertai proteinuria ≥ 0,3 g/24 jam atau creatinine urine ≥ 30 mg/mmol sampel urine acak. Edema tidak lagi menjadi bagian kriteria diagnostik karena edema terjadi pada 60 % kehamilan normal. Pre-eklampsia terjadi lebih sering pada

Upload: maria-tandoro

Post on 17-Jan-2016

3 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hdk

TRANSCRIPT

Page 1: HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

1.1 Definisi

Definisi hipertensi pada kehamilan berdasarkan nilai tekanan darah absolut (sistolik ≥ 140

atau diastolik ≥ 90 mmHg) dan dibedakan antara kenaikan tekanan darah ringan (140-

159/90-109mmHg) atau berat (≥160/110mmHg).

Hipertensi pada kehamilan bukanlah kondisi tunggal tapi meliputi:

- Hipertensi yang telah ada sebelumnya (hipertensi kronis); hipertensi yang terjadi

sebelum kehamilan atau terjadi sebelum 20 minggu kehamilan. Biasanya menetap

lebih dari 42 hari setelah melahirkan.

Apabila terdapat hipertensi yang tidak terdiagnosa sebelum kehamilan biasanya

tekanan darahnyanormal pada awal kehamilan karena pada trimester pertama tekanan

darah secara fisiologismenurun sehingga dapat menutupi hipertensi jenis ini dan jika

tekanan darahnya terukur meningkat pada saat usia kehamilan > 20 minggu maka

sering diinterpretasikan sebagaihipertensi gestasional.

- Hipertensi gestasional: terjadi setelah 20 minggu gestasi dan sebagian besar kasus

berakhir dalam 42 hari setelah melahirkan

- Pre-eklampsia: hipertensi gestasional disertai proteinuria ≥ 0,3 g/24 jam atau

creatinine urine ≥ 30 mg/mmol sampel urine acak. Edema tidak lagi menjadi bagian

kriteria diagnostik karena edema terjadi pada 60 % kehamilan normal. Pre-eklampsia

terjadi lebih sering pada kehamilan pertama, kehamilan multipel, mola hidatidosa atau

penderita diabetes mellitus. Pre-eklampsia sering berhubungan dengan insufisiensi

plasenta, menyebabkan gangguan pertumbuhan janin sertap penyebab utama

terjadinya prematuritas, 25% pada semua neonatus dengan berat bayi lahir sangat

(kurang dari 1500 gram)

Tanda dan gejala pre-eklampsia berat :

a. Nyeri kuadaran kanan atas/epigastic karena edema hati ± hepatic haemorrhage

b. Nyeri kepala ± gangguan penglihatan (edema serebral)

c. Kebutaan lobus occipital

d. Hiperrefleksia ± klonus

e. Sindroma HELLP: haemolisis, peningkatan enzim hati dan trombositopenia

Apabila pre-eklampsia diserta kejang atau koma maka disebut eklampsia. Proteinuria

bias merupakan manifestasi akhir dari pre-eklampsia, sebaiknya kita menduga jika

Page 2: HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

terdapat hipertensi pertama kali yang disertai dengan nyeri kepala, gangguan

pengelihatan, nyeri abdominal atau pemeriksaan laboratorium yang abnormal

terutama trombositopenia dan enzim hati yang tidak abnormal. Direkomendasikan

untuk ditangani sebagai pasien dengan pre-eklampsia.

- Hipertensi yang sebelumnya telah ada bersamaan dengan hipertensi gestasional

dengan proteinuria atau hipertensi kronis dengan superimposed pre-eklampsia; ketika

hipertensi kronis dengan perburukan hipertensinya disertai proteinuria ≥ 0,3 g/24 jam

yang terjadi setelah 20 minggu gestasi.

Penatalaksanaan hipertensi kehamilan

Penatalaksaannya ergantung dari tekanan darah, umur kehamilan dan ada atau tidaknya faktor

resiko maternal dan fetal yang terkait. Sebagian besar wanita dengan hipertensi yang telah

ada sebelumnya, saat hamil mempunyai hipertensi ringan sampai sedang (140-160/90-109

mmHg) dan beresiko rendah terjadinya komplikasi kardiovaskuler dalam suatu periode

singkat semasa hamil. Wanita dengan hipertensi esensial dan fungsi ginjal yang normal

merupakan kandidat terapi non-farmakologis karena tidak ada bukti bahwa dengan pemberian

obat membawa hasil lebih baik untuk neonatus.

Penatalaksanaan Non-farmakologis dan pencegahan hipertensi pada kehamilan berupa

pengawasan ketat, pembatasan aktivitas dan istirahat dengan posisi miring ke kiri.

penanganan ini harus dipertimbangkan untuk pasien dengan tekanan darah sistolik 140-150

mmHg dan atau diastolik 90-99mmHg. Dianjurkan diet normal tanpa disertai

restriksi/pembatasan garam terutama jika mendekati saat melahirkan karena dapat

menyebabkan penurunan volume intravaskular. Pengurangan berat badan tidak dianjurkan

selama kehamilan pada wanita obesitas, karena dapat menyebabkan penurunan berat badan

dan gangguan pertumbuhan janin. Namun, ibu dengan obesitas dapat mengakibatkan dampak

buruk baik bagi ibu sendiri maupun janinnya. Pedoman untuk rentang berat badan sehat pada

kehamilan telah dibentuk dimana pada wanita hamil dengan indeks massa tubuh yang normal

(BMI, 25 kg/m2) maka penambahan berat badan yang dianjurkan adalah 11,2-15,9 kg,

sedangkan untuk ibu hamil dengan kelebihan berat badan (BMI 25,0-29,9 kg/m2)

peningkatannya adalah 6,8-11,2 kg, dan untuk ibu hamil yang obesitas (BMI ≥30 kg/m2)

peningkatan berat badan yang dianjurkan adalah 6,8 kg.

Page 3: HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

Penatalaksanaan Farmakologis dan pencegahan hipertensi pada kehamilan

Walaupun terdapat konsensus bahwa penggunaan obat untuk hipertensi berat pada kehamilan

memberikan manfaat, namun pengobatan untuk kondisi hipertensi ringan masih merupakan

kontroversi karena dapat mengganggu perfusi uteroplasenta dan membahayakan

perkembangan janin meskipun mungkin berguna bagi ibunya yang dapat menurunkan

tekanan darahnya. Obat pilihan pertama untuk hipertensi pada kehamilan adalah alfa

metildopa. Labetolol juga memberikan efektivitas sebanding dengan metildopa dan dapat

diberikan secara iv pada kondisi berat. Pemberian metoprolol juga direkomendasikan.

Calcium Channel blocker seperti nifedipin (oral) atau isradipine adalah obat pilihan kedua

untuk terapi hipertensi. Obat-obatan golongan diatas dapat digunakan pada hipertensi

emergensi atau hipertensi akibat pre-eklampsia. Potensi sinergis dengan magnesium sulfat

dapat menginduksi hipertensi maternal dan hipoksia janin. Uradipil dapat juga digunakan

untuk hipertensi emergensi. Magnesium sulfat iv merupakan obat yang dipilih untuk

mengatasi kejang dan mencegah eklamspsia. Penggunaan diuretik harus dihindari karena

menurunkan aliran darah ke plasenta dan tidak direkomendasikan untuk diberikan pada kasus

pre-eklampsia. Penggunaan ACE inhibitor,

ARB dan inhibitor renin langsung merupakan kontraindikasi saat kehamilan karena bersifat

toksik terhadap fetus terutama pada trimester kedua dan ketiga. Jika tidak sengaja

meminumnya pada saat trimester pertama maka ganti dengan obat yang lain dan dianjurkan

monitoring ketat termasuk dengan usg janin. Tekanan darah sistole ≥ 170mmHg atau diastole

≥ 110mmHg pada wanita hamil merupakan keadaan emergensi dan indikasi untuk rawat inap.

Penatalaksanaan farmakologis dapat dengan labetolol iv atau methyldopa oral atau

nifedipine. Hydralazine iv tidak lagi digunakan karena efek samping perinatal yang lebih

besar dibandingkan obat yang lain. Pilihan utama untuk krisis hipertensi adalah infus sodium

nitroprusside 0.25–5.0 g/kg/min. Pemberian sodium nitroprusside jangka panjang

berhubungan dengan peningkatan terjadinya keracunan cyanide pada janin akibat

nitroprusside yang dimetabolisme menjadi thiocyanate. Pilihan utama untuk pasien pre-

eklampsia dengan edema paru adalah infus nitrogliserin (glyceryl trinitrate) 5 g/min dan

ditingkatkan bertahap tiap 3-5 menit sampai dosis maksimum 100 g/min

Persalinan

Induksi persalinan diindikasikan pada pre-eklampsia dengan kondisi buruk seperti gangguan

Page 4: HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

pengelihatan, abnormalitas koagulasi atau distres janin.

Page 5: HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

Menyusui

Pada ibu menyusui, proses laktasi tidak meningkatkan tekanan darah. Semua obat

antihipertensi diekskresikan melalui air susu ibu dengan konsentrasi sangat rendah kecuali

propanolol dan nifedipin.

Prognosis setelah kehamilan

Tekanan darah biasanya meningkat selama 5 hari pertama masa nifas, hipertensi postpartum

sering dijumpai. Hindari penggunaan metildopa karena resiko depresi postpartum. Wanita

yang mengalami hipertensi pada kehamilan pertama dengan onset yang lebih cepat akan

meningkatkan rekurensi terjadinya hipertensi pada kehamilan berikutnya. Wanita dengan

hipertensi gestasional dan pre-eklampsia pada umumnya meningkatkan resiko terjadinya

hipertensi, stroke dan penyakit jantung koroner pada masa tuanya. Pada pasien dengan pre-

eklampsia, resiko relatif berkembang menjadi penyakit jantung koroner adalah 2x lipat dan

hipertensi hampir 4x lipat lebih besar jika dibandingkan pada wanita hamil yang normal.

Modifikasi gaya hidup merupakan indikasi primer untuk menurunkan resiko kardiovaskuler

dikemudian hari. Direkomendasikan kontrol teratur ke dokter untuk pemeriksaan tekanan

darah dan faktor metabolik tiap tahun.

Page 6: HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

Rekomendasi Penatalaksanaan Hipertensi

Referensi:

Vera Regitz-Zagrosek, et al. 2011. ESC Guidelines on the Management of Cardiovascular

Diseases during Pregnancy. European Heart Journal doi:10.1093/eurheartj/ehr218