hipersensitivitas akut et causa sengatan...

36
PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN HIPERSENSITIVITAS AKUT ET CAUSA SENGATAN TAWON Oleh: Mona Mentari Pagi Surbakt dr. Tjok Istri Anom Sturti,SpPD BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM FK UNUD/RSUP SANGLAH DENPASAR 2016

Upload: others

Post on 20-Aug-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HIPERSENSITIVITAS AKUT ET CAUSA SENGATAN TAWONerepo.unud.ac.id/id/eprint/10747/1/f8a8a744a126a507d...Patogenesis pada Hipersensivitas Tipe I.....8 Gambar 7. Etiologi dari reaksi hipersensitivitas.....10

PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN

HIPERSENSITIVITAS AKUT ET CAUSA

SENGATAN TAWON

Oleh:

Mona Mentari Pagi Surbakt

dr. Tjok Istri Anom Sturti,SpPD

BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM

FK UNUD/RSUP SANGLAH DENPASAR

2016

Page 2: HIPERSENSITIVITAS AKUT ET CAUSA SENGATAN TAWONerepo.unud.ac.id/id/eprint/10747/1/f8a8a744a126a507d...Patogenesis pada Hipersensivitas Tipe I.....8 Gambar 7. Etiologi dari reaksi hipersensitivitas.....10

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-

Nya, Laporan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) yang berjudul

“Hipersensitivitas Akut et causa Sengatan Tawon” ini dapat selesai tepat pada

waktunya. Laporan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) ini disusun sebagai

salah satu syarat mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian/SMF

Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Udayana RSUP Sanglah.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak

yang telah membantu penyelesaian laporan kasus ini, diantaranya:

1. dr. Tjok Istri Anom Saturti, Sp.PD selaku dokter pembimbing yang telah

banyak memberikan didikan dan masukan yang membangun dalam

penyusunan laporan kasus ini.

2. Dr. dr. Ketut Suega, Sp.PD-KHOM selaku kepala bagian/SMF Ilmu Penyakit

Dalam RSUP Sanglah Denpasar.

3. dr. Made Susila Utama, Sp.PD-KPTI selaku Koordinator Pendidikan Bagian

Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP

Sanglah.

4. Pasien NIS sebagai pasien pada pelaksanaan pengalaman belajar lapangan

kali ini.

5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.

Akhir kata semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat sesuai tujuan

penulisan dan dapat memberikan sumbangsih dalam ilmu pengetahuan terkait

reaksi alergi khususnya hipersensitivitas akibat sengatan tawon. Serta tak lupa

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna meningkatkan

kualitas laporan ini. Terima kasih.

Denpasar, 31 Agustus 2016

Penulis

Page 3: HIPERSENSITIVITAS AKUT ET CAUSA SENGATAN TAWONerepo.unud.ac.id/id/eprint/10747/1/f8a8a744a126a507d...Patogenesis pada Hipersensivitas Tipe I.....8 Gambar 7. Etiologi dari reaksi hipersensitivitas.....10

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL ................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 2

2.1 Definisi Hipersensitivitas ........................................................................ 2

2.2 Imunopatofisiologi Hipersensitivitas ...................................................... 3

2.3 Etiologi Hipersensitivitas ........................................................................ 9

2.4 Faktor Risiko Hipersensitivitas ............................................................... 10

2.5 Diagnosis Hipersensitivitas ..................................................................... 11

2.6 Penatalaksanaan dan Pencegahan Hipersensitivitas ............................... 13

2.7 Reaksi Hipersensitivitas Akibat Sengatan tawon ................................... 14

BAB III LAPORAN KASUS .............................................................................. 18

3.1 Identitas Pasien ....................................................................................... 18

3.2 Anamnesis ............................................................................................... 18

3.2.1 Keluhan Utama .............................................................................. 18

3.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang ........................................................... 18

3.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu .............................................................. 19

3.2.4 Riwayat Keluarga .......................................................................... 19

3.2.5 Riwayat Sosial ............................................................................... 19

3.3 Pemeriksaan Fisik ................................................................................... 19

3.4 Pemeriksaan Penunjang .......................................................................... 21

3.5 Diagnosis................................................................................................. 22

3.6 Penatalaksanaan ...................................................................................... 22

3.6.1 Terapi ............................................................................................. 22

3.6.2 Planning Diagnosis ........................................................................ 22

3.6.3 Monitoring ..................................................................................... 22

BAB IV KUNJUNGAN LAPANGAN ............................................................. 23

BAB V SARAN .................................................................................................... 28

Page 4: HIPERSENSITIVITAS AKUT ET CAUSA SENGATAN TAWONerepo.unud.ac.id/id/eprint/10747/1/f8a8a744a126a507d...Patogenesis pada Hipersensivitas Tipe I.....8 Gambar 7. Etiologi dari reaksi hipersensitivitas.....10

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................31

LAMPIRAN

Page 5: HIPERSENSITIVITAS AKUT ET CAUSA SENGATAN TAWONerepo.unud.ac.id/id/eprint/10747/1/f8a8a744a126a507d...Patogenesis pada Hipersensivitas Tipe I.....8 Gambar 7. Etiologi dari reaksi hipersensitivitas.....10

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Tipe I: Alergen IgE, sel mast, mediator .............................................. 1

Gambar 2 Tipe II: IgM, IgG terhadap permukaan sel atau antigen matriks

ekstraseluler1Patogenesis Dengue Shock Syndrome (DSS) ............... 4

Gambar 3 Tipe III: Kompleks imun yang terdiri atas antigen dalam sirkulasi dan

IgM atau IgG3 yang diendapkan dalam membran basal seluler.......5

Gambar 4. Reaksi hipersensivitas lambat..........................................................5

Gambar 5. Pembentukan granuloma.................................................................7

Gambar 6. Patogenesis pada Hipersensivitas Tipe I.........................................8

Gambar 7. Etiologi dari reaksi hipersensitivitas...............................................10

Gambar 8. Algoritma Penanganan Syok Anafilaktik........................................13

Gambar 9. Tawon dan sarangnya......................................................................15

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Faktor Risiko Hipersensitivitas..............................................................10

Page 6: HIPERSENSITIVITAS AKUT ET CAUSA SENGATAN TAWONerepo.unud.ac.id/id/eprint/10747/1/f8a8a744a126a507d...Patogenesis pada Hipersensivitas Tipe I.....8 Gambar 7. Etiologi dari reaksi hipersensitivitas.....10

BAB I

PENDAHULUAN

Reaksi hipersensitivitas atau reaksi alergi dikenal sebagai reaksi yang segera

timbul sesudah alergen masuk ke dalam tubuh. Hipersensivitas akut atau alergi

akibat sengatan tawon dapat berupa reaksi lokal maupun sistemik yang dapat

menimbulkan efek ke berbagai organ sampai menyebabkan kematian. Kematian

akibat sengatan tawon dilaporkan 40 sampai 50 kasus per tahun di Amerika

Serikat. Prevalensi reaksi alergi akibat sengatan tawon bervariasi antara 0,4

sampai 4% bahkan lebih, dengan angka mortalitasnya berkisar antara 0,09 sampai

0,45 per sejuta populasi setiap tahun. Untuk di Indonesia sendiri kejadian

tersengat tawon merupakan hal yang cukup sering dijumpai, mengingat Indonesia

merupakan negara tropis dimana serangga dapat berkembang biak dan tumbuh

dengan baik pada area tropis. Namun untuk prevalensi pasti kejadian tersengat

tawon di Indonesia belum diperoleh angka laporan untuk kasus tersebut.

Manifestasi alergi akibat sengatan tawon bergantung pada pembentukan antibodi

terhadap substansi antigen pada bisa tawon. Gambaran klinis dapat berupa reaksi

hipersensitifitas tipe lambat atau reaksi hipersensitifitas tipe cepat yang dapat

mengancam kehidupan dan memerlukan penanganan yang tepat dan cepat.

Di Bali terkhususnya di Denpasar, terdapat banyak tempat-tempat yang

memungkinkan tawon banyak berkebang biak, sehingga cukup sering dijumpai

kejadian tersengat oleh tawon. Tapi tak banyak yang mengganggap hanya biasa

saja, sehingga jika tersengat kembali atau memilki alergi lain dapat

mempengaruhi respon dalam tubuh dalam orang tersebut. Padahal sengatan tawon

dapat menimbulkan suatu masalah kesehatan yang berupa reaksi hipersensitivitas

bahkan sampai terjadinya kondisi gawat darurat berupa reaksi anafilaktik hingga

kondisi syok anafilaktik yang dapat menyebabkan kematian. Pada karya tulis

terkait pengalaman belajar lapangan ini akan dibahas suatu laporan kasus

mengenai hipersensitivitas akut akibat sengatan tawon serta hasil kunjungan kami

ke rumah pasien untuk identifikasi masalah serta pemberian usulan terkait

masalah-masalah tersebut.

Page 7: HIPERSENSITIVITAS AKUT ET CAUSA SENGATAN TAWONerepo.unud.ac.id/id/eprint/10747/1/f8a8a744a126a507d...Patogenesis pada Hipersensivitas Tipe I.....8 Gambar 7. Etiologi dari reaksi hipersensitivitas.....10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Hipersensitivitas

Sistem kekebalan tubuh merupakan bagian penting dari perlindungan manusia

terhadap penyakit, tetapi mekanisme perlindungan imun terkadang dapat

menyebabkan reaksi merugikan pada host. Reaksi tersebut dikenal sebagai reaksi

hipersensitivitas.1

Hipersensitivitas adalah peningkatan reaktivitas atau sensitivitas

terhadap antigen yang pernah dipajankan atau dikenal sebelumnya.

Hipersensitivitas juga diartikan sebagai respons imun yang berlebihan dan yang

tidak diinginkan karena dapat menimbulkan kerusakan jaringan tubuh.2 Adapun

klasifikasi untuk reaksi hipersensitivitas dari Gell dan Coombs yang saat ini,

merupakan sistem klasifikasi yang paling umum digunakan yang membagi reaksi

hipersensitivitas menjadi 4 jenis menurut kecepatannya dan mekanisme imun

yang terjadi yaitu3:

a. Reaksi Tipe I (reaksi hipersensitivitas cepat)

Reaksi anfilaksis atau reaksi alergi dikenal sebagai reaksi yang segera timbul

sesudah alergen masuk ke dalam tubuh. Istilah alergi yang pertama kali digunakan

Von Pirquet pada tahun 1906 diartikan sebagai "reaksi pejamu yang berubah" bila

terjadi kontak dengan bahan yang sama untuk kedua kali atau lebih. Antigen yang

masuk tubuh akan ditangkap oleh fagosit, diprosesnya lalu dipresentasikan ke sel

TM. Sel yang akhir melepas sitokin yang merangsang sel B untuk membentuk

IgE. IgE akan diikat oleh sel yang memiliki reseptor untuk IgE (Fce-R) seperti sel

zasr, basofil dan eosinofil. Bila tubuh terpajan ulang dengan alergen yang sama,

alergen yang masuk tubuh akan diikat IgE (spesif,ft) pada permukaan sel mast

yarrg menimbulkan degranulasi sel mast. Degranulasi tersebut mengeluarkan

berbagai mediator antara lain histamin yang didapat dalam granul-granul sel dan

menimbulkan gejala pada reaksi hipersensitivitas tipe I.

Page 8: HIPERSENSITIVITAS AKUT ET CAUSA SENGATAN TAWONerepo.unud.ac.id/id/eprint/10747/1/f8a8a744a126a507d...Patogenesis pada Hipersensivitas Tipe I.....8 Gambar 7. Etiologi dari reaksi hipersensitivitas.....10

Gambar 1. Tipe I: Alergen IgE, sel mast, mediator1

Penyakit-penyakit yang timbul segera sesudah tubuh terpajan dengan alergen

adalah asma bronkial, rinitis, urtikaria dan dermatitis atopik. Di samping histamin,

mediator lain seperti prostagladin dan leukotrin (SRS-A) yang dihasilkan

metabolisme asam arakidonat, berperan pada fase lambat dari reaksi tipe I yang

sering timbul beberapajam sesudah kontak dengan alergen.

b. Reaksi Tipe II (reaksi hipersensitivitas sitotoksik)

Reaksi tipe II yang disebut juga reaksi sitotoksik terjadi oleh karena dibentuk

antibodi jenis IgG atau IgM terhadap antigen yang merupakan bagian sel pejamu.

Ikatan antibody dengan antigen yang merupakan bagian dari sel pejamu tersebut

dapat mengaktifkan komplemen dan menimbulkan lisis (Gambar 2). Lisis sel

dapat pula terjadi melalui sensitasi sel NK sebagai efektor Antibody Dependent

Cell Cytotoxicity (ADCC). Contoh reaksi tipe II adalah destruksi sel darah merah

akibat reaksi transfusi dan penyakit anemia hemolitik pada bayi yang baru

dilahirkan dan dewasa. Sebagian kerusakan jaringan pada penyakit autoimun

seperti miastenia gravis dan tirotoksikosis juga ditimbulkan melalui mekanisme

reaksi tipe II. Anemia hemolitik dapat ditimbulkan oleh obat seperti penisilin,

kinin dan sulfonamid.

Page 9: HIPERSENSITIVITAS AKUT ET CAUSA SENGATAN TAWONerepo.unud.ac.id/id/eprint/10747/1/f8a8a744a126a507d...Patogenesis pada Hipersensivitas Tipe I.....8 Gambar 7. Etiologi dari reaksi hipersensitivitas.....10

Gambar 2. Tipe II: IgM, IgG terhadap permukaan sel atau antigen matriks

ekstraseluler1

c. Reaksi Tipe III (reaksi kompleks imun)

Reaksi tipe III yang juga disebut reaksi kompleks imun terjadi akibat endapan

kompleks antigen-antibodi dalam jaringan atau pembuluh darah. Antibodi di sini

biasanya jenis IgG atau IgM. Kompleks tersebut mengaktifkan komplemen yang

kemudian melepas berbagai mediator terutama macrophage chemo tacti c fac t or.

Makrofag yang dikerahkan ke tempat tersebut akan merusak jaringan sekitar

tempat tersebut. Antigen dapat berasal dari infeksi kuman patogen yang persisten

(malaria), bahan yang terhirup (spora jamur yang menimbulkan alveolitis

ekstrinsik alergi) atau dari jaringan sendiri (penyakit autoimun). Infeksi tersebut

disertai dengan antigen dalam jumlah yang berlebihan, tetapi tidak disertai dengan

respons antibodi efektif. Pembentukan kompleks imun yang terbetuk dalam

pembuluh darah terlihat pada Gambar15. Antigen (Ag) dan antibodi (Ab) bersatu

membentuk kompleks imun. Selanjutnya kompleks imun mengaktifkan C yang

melepas Cru dan Cru dan merangsang basofil dan trombosit melepas berbagai

mediator antara lain histamine yang meningkatkan permeabilitas vaskular. Sebab-

sebab reaksi tipe III dan alat tubuh yang sering merupakan sasaran penyakit

kompleks imun terlihat pada Tabel 1. Dalam keadaan normal kompleks imun

dimusnahkan oleh sel fagosit mononuklear terutama dalam hati, limpa dan paru

tanpa bantuan komplemen. Dalam proses tersebut, ukuran kompleks imun

merupakan faktorpenting. Pada umumnya kompleks yang besar, mudah dan cepat

dimusnahkan dalam hati. Kompleks yang larut terjadi bila antigen ditemukanjauh

lebih banyak dari pada antibody yang sulit untuk dimusnahkan dan oleh karena itu

dapat lebih lama ada dalam sirkulasi. Kompleks imun yang ada dalam sirkulasi

meskipun untuk jangka waktu lama, biasanya tidak berbahaya. Permasalahan akan

timbul bila kompleks imun menembus dinding pembuluh darah dan mengendap di

jaringan. Gangguan fungsi fagosit diduga dapat merupakan sebab mengapa

kompleks imun sulit dimusnahkan.

Page 10: HIPERSENSITIVITAS AKUT ET CAUSA SENGATAN TAWONerepo.unud.ac.id/id/eprint/10747/1/f8a8a744a126a507d...Patogenesis pada Hipersensivitas Tipe I.....8 Gambar 7. Etiologi dari reaksi hipersensitivitas.....10

Gambar 3. Tipe III: Kompleks imun yang terdiri atas antigen dalam sirkulasi dan

IgM atau IgG3 yang diendapkan dalam membran basal seluler1

d. Reaksi Tipe IV (reaksi hipersensitivitas lambat) dimediasi oleh sel T.

Reaksi tipe IV yang juga disebut reaksi hipersensitivitas lambat, timbul lebih dari

24 jam setelah tubuh terpajan dengan antigen. Dewasa ini, reaksi Tipe 4 dibagi

dalarn Delayed Type Hyper-sensitivity yang terjadi melalui sel CD4 dan T cell

Mediated Cytolysis yang terjadi melalui sel CD8.

Gambar 4. Reaksi hipersensivitas lambat1

Delayed Type Hypersensitivity (DTH). Pada DTH, sel CD4.Thl yang

mengaktifkan makrofag berperan sebagai sel efektor. CD4*Th1 melepas sitokin

(IFN-y) yang mengaktifkan makrofag dan menginduksi inflamasi. Pada DTH,

kerusakan jaringan disebabkan oleh produk makrofag yang diaktifkan seperti

enzim hidrolitik, oksigen reaktif intermediet, oksida nitrat dan sitokin

proinflamasi. Sel efektor yang berperan pada DTH adalah makrofag. Contoh-

contoh reaksi DTH adalah sebagai berikut4:

Page 11: HIPERSENSITIVITAS AKUT ET CAUSA SENGATAN TAWONerepo.unud.ac.id/id/eprint/10747/1/f8a8a744a126a507d...Patogenesis pada Hipersensivitas Tipe I.....8 Gambar 7. Etiologi dari reaksi hipersensitivitas.....10

1. Reaksi tuberkulin. Reaksi tuberkulin adalah reaksi dermal yang berbeda

dengan reaksi dermatitis kontak dan terjadi 20jam setelah terpajan dengan

antigen. Reaksi terdiri atas infiltrasi sel mononuklear (50%o adalah limfosit dan

sisanya monosit). Setelah 48 iam, timbul infiltrasi limfosit dalam jumlah besar

sekitar pembuluh darah yang merusak hubungan serat-serat kolagen kulit. Bila

reaksi menetap, reaksi tuberkulin dapat berlanjut menimbulkan kavitas atau

granuloma.

2. Dermatitis kontak. Reaksi DTH dapat terjadi sebagai respons terhadap bahan

yang tidak berbahaya dalam lingkungan seperti nikel yang menimbulkan

dermatitis kontak. Dermatitis kontak dikenal dalam klinik sebagai dermatitis yang

timbul pada kulit tempat kontak dengan alergen. Reaksi maksimal tet'adi setelah

48 jam dan merupakan reaksi epidermal. Sel Langerhats sebagai antigen

presenling cell (APC), sel Thl dan makrofag memegang peranan pada reaksi

tersebut.

3. Reaksi granuloma. Pada keadaan yang paling menguntungkan DTH berakhir

dengan hancurnya mikrooorganisme oleh enzim lisosom dan produk makrofag

lainnya seperti peroksid radikal dan superoksid. Pada beberapa keadaan terjadi hal

sebaliknya, antigen bahkan terlindung, misalnya telur skistosoma dan

mikobakteriumyang ditutupi kapsul lipid. DTH laonis sering menimbulkan

fibrosis sebagai hasil sekresi sitokin dan gro wth factor oleh makrofdg yang dapat

menimbulkan granuloma. Reaksi granuloma merupakan reaksi tipe IV yang

dianggap paling penting oleh karena menimbulkan banyak efek patologis. Hal

tersebut terjadi oleh karena adanya antigen yang persisten di dalam makrofag

yang biasanya berupa mikroorganisme yang tidak dapat dihancurkan atau

kompleks imun yang menetap misalnya pada alveolitis alergik. Reaksi granuloma

terjadi sebagai usaha badan untuk membatasi kehadiran antigen yang persisten

dalam tubuh, sedangkan reaksi tuberkulin merupakan respons imun selular yang

terbatas. Kedua reaksi tersebut dapat terjadi akibat sensitasi terhadap antigen

mikroorganisme yang sama misalnya M tuberkulosis dan M lepra. Granuloma

terjadi pula pada hipersensitivitas terhadap zerkonium sarkoidosis dan rangsangan

bahan non-antigenik seperti bedak (talcum). Dalam hal ini makrofag tidak dapat

memusnahkan benda inorganik tersebut. Granuloma nonimunologis dapat

dibedakan dari yang imunologis oleh karena yang pertama tidak mengandung

limfosit. Dalam reaksi granuloma ditemukan sel epiteloid yang diduga berasal

dari sel-sel makrofag. Sel-sel raksasa yang memiliki banyak nukleus disebut sel

raksasa Langhans. Sel tersebut mempunyai beberapa nukleus yang tersebar di

bagian perifer sel dan oleh karena itu diduga sel tersebut merupakan hasil

diferensiasi terminal sel monosit / makrofag. Granuloma imunologik ditandai oleh

inti yang terdiri atas sel epiteloid dan makrofag, kadang-kadang ditemukan sel

Page 12: HIPERSENSITIVITAS AKUT ET CAUSA SENGATAN TAWONerepo.unud.ac.id/id/eprint/10747/1/f8a8a744a126a507d...Patogenesis pada Hipersensivitas Tipe I.....8 Gambar 7. Etiologi dari reaksi hipersensitivitas.....10

raksasa yang dikelilingi oleh ikatan limfosit. Di samping itu dapat ditemukan

fibrosis (endapan serat kolagen) yang terjadi akibat proliferasi f,rbroblas dan

peningkatan sintesis kolagen. Pada beberapa penyakit seperti tuberkolusis, di

bagian sentral dapat ditemukan nekrosis dengan hilangnya struktur jaringan

(Gambar 4 ).

Gambar 5. Pembentukan granuloma1

2.2 Imunopatofisiologi Hipersensivitas Tipe 1

Mekanisme dasar dari hipersensivitas tipe 1 adalah degranulasi sel mast tiba-tiba

pelepasan mediator inflamasi, dipicu oleh antibodi spesifik kelas IgE. Ini adalah

suatu contoh inflamasi akut, tetapi lebih dicetuskan oleh suatu kehadiran antigen

tertentu bukan oleh cedera atau infeksi. Dengan pelepasan sistemik (anafilaksis),

muncul bronkospasma, muntah, ruam kulit, edema hidung dan tenggorokan,

kolaps vaskular, yang kadang fatal, sedagkan jika pelepasan hanya bersifat

setempat, maka salah satu gejala ini akan mendominasi, tergantung pada lokasi

paparan terhadap antigen. Hipersensivitas tipe 1 juga menjadi dasar dari sejumlah

kasus asma, dimana pemicuan inflamasi lokal yang terus menerus menimbulkan

hipersensivitas dinding paru dan mengakibatkan bronkokonstriksi berkepanjangan

dan obstruksi saluran nafas.

Page 13: HIPERSENSITIVITAS AKUT ET CAUSA SENGATAN TAWONerepo.unud.ac.id/id/eprint/10747/1/f8a8a744a126a507d...Patogenesis pada Hipersensivitas Tipe I.....8 Gambar 7. Etiologi dari reaksi hipersensitivitas.....10

Gambar 6. Patogenesis pada Hipersensivitas Tipe I

1

Mekanisme dasar dari hipersensivitas adalah degranulasi sel mast tiba – tiba

pelepasan mediator inflamasi, dipicu oleh antibodi spesifik kelas IgE. Ini adalah

suatu contoh inflamasi akut, tetapi lebih dicetuskan oleh suatu kehadiran antigen

tertentu bukan oleh cedera atau infeksi. Dengan pelepasan sistemik (anafilaksis),

muncul bronkospasma, muntah, ruam kulit, edema hidung dan tenggorokan,

kolaps vaskular, yang kadang fatal, sedagkan jika pelepasan hanya bersifat

setempat, maka salah satu gejala ini akan mendominasi, tergantung pada lokasi

paparan terhadap antigen. Hipersensivitas tipe 1 juga menjadi dasar dari sejumlah

kasus asma, dimana pemicuan inflamasi lokal yang terus menerus menimbulkan

hipersensivitas dinding paru dan mengakibatkan bronkokonstriksi berkepanjangan

dan obstruksi saluran nafas. Antigen yang dapat memicu reaksi ini disebut

‘alergen’. Orang yang menderita alergi biasanya memiliki peningkatan kadar IgE

dalam darah mereka dan disebut ‘atopik’, suatu ciri yng biasanya diwariskan.3

Reaksi hipersensitivitas terjadi dalam reaksi jaringan terjadi dalam beberapa menit

setelah antigen bergabung dengan antibodi yang sesuai. Urutan kejadian

anafilaksis adalah sebagai berikut:

Page 14: HIPERSENSITIVITAS AKUT ET CAUSA SENGATAN TAWONerepo.unud.ac.id/id/eprint/10747/1/f8a8a744a126a507d...Patogenesis pada Hipersensivitas Tipe I.....8 Gambar 7. Etiologi dari reaksi hipersensitivitas.....10

1. Fase Sensitisasi, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE

sampai diikatnya oleh reseptor spesifik pada permukaan sel mast dan

basofil.

2. Fase Aktivasi, yaitu waktu yang diperlukan antara pajanan ulang dengan

antigen yang spesifik dan sel mast melepas isinya yang menimbulkan

reaksi.

3. Fase Efektor, yaitu waktu terjadi respons yang kompleks (anafilaksis)

sebagai efek mediator-mediator yang dilepas sel mast dengan aktivitas

farmakologik.7

2.3 Etiologi Hipersensitivitas

Terdapat beberapa golongan alergen yang dapat menimbulkan reaksi anafilaksis,

yaitu makanan, obat-obatan, bisa atau racun serangga dan alergen lain yang tidak

bisa di golongkan. Secara umum penyebab anafilaksis dapat dikelompokkan

sebagai berikut:

1. Obat

• Antibiotik : penisilin, streptomisin, klorampenikol, sulfonamide,

kanamisin, dll.

• Kemoterapeutik : carboplatin and doxorubicin.

• Vaksin : difteri, morbili, parotitis, influenza, pertusis, rabies, tetanus,

tipoid.

2. Makanan

• Kacang tanah, kacang kedelai, susu sapi, telur, jamur, udang, ikan, kerang,

nasi.

• Buah : nanas, mangga, nangka, apel, rambutan

3. Bisa/cairan binatang: serangga, ular, laba-laba, ubur-ubur, nyamuk.

4. Natural rubber latex (NRL): Dalam dunia kesehatan seperti masker, alat

tensimeter, stetoskop, handschoen, kateterm tourniquets. Selain itu barang -

barang yang mengandung NRL lain seperti, sarung tangan, kondom, dot bayi,

balon, mainan, dan alat olahraga.

5. Faktor lisis : panas, dingin, getaran, cahaya, tekanan.

6. Faktor kolinergik dan kegiatan jasmani

Page 15: HIPERSENSITIVITAS AKUT ET CAUSA SENGATAN TAWONerepo.unud.ac.id/id/eprint/10747/1/f8a8a744a126a507d...Patogenesis pada Hipersensivitas Tipe I.....8 Gambar 7. Etiologi dari reaksi hipersensitivitas.....10

7. Idiopatik

Gambar 7. Etiologi dari reaksi hipersensitifitas7

2.4 Faktor Risiko Hipersensitivitas

Faktor risiko terjadinya alergi antara lain usia, jenis kelamin, rute pajanan,

maupun riwayat atopi. Reaksi anafilaksis lebih sering terjadi pada wanita dewasa

(60%) yang umumnya terjadi pada usia kurang dari 39 tahun. Pada anak – anak

usia dibawah 15 tahun. Rute pajanan parenteral biasanya menimbulkan reaksi

yang lebih berat dibandingkan oral.4

Tabel 1. Faktor Risiko Hipersensitivitas

Riwayat Keluarga Respon imun dalam bentuk reaksi alergi sudah terbentuk

sejak dini pada masa gestasi. Berbagai lokus genetik

mempunyai asosiasi dengan penyakit alergi.

Allergic March Perjalanan alamiah penyakit alergi mengikuti kurve yan

disebut dengan allergic march, dimana dermatitis atopic

dan alergi makanan sering menjadi manifestasi klinis

pertama penyakit atopi pada usia sekitar 6 bulan/tahun

pertama dan dermatitis atopic ini akan menjadi asma atau

riniti alergik di kemudian hari

Faktor Lingkungan Faktor lingkungan adalah factor yang cukup banyak

berpengaruh terhadap timbulnya gejala penyakit alergi.

Page 16: HIPERSENSITIVITAS AKUT ET CAUSA SENGATAN TAWONerepo.unud.ac.id/id/eprint/10747/1/f8a8a744a126a507d...Patogenesis pada Hipersensivitas Tipe I.....8 Gambar 7. Etiologi dari reaksi hipersensitivitas.....10

Terdapat banyak allergen yang dapat mencetuskan rekasi

alergi.

Faktor Regulasi

Sitokin

Sel mast juga merupakan sumber dari bebrapa sitokin yang

mempengaruhi sel yang berperan pada reaksi alergi. Pada

individu yang cenderung untuk alergi, paparan terhadap

antigen menyebabkan aktivasi sel Th2 dan produksi IgE

2.5 Diagnosis Hipersensitivitas

Untuk menegakkan diagnosis penyakit alergi diawali dengan anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.4

1. Anamnesis

Reaksi anafilaksis merupakan reaksi akut, sistemik yang melibatkan lebih dari

satu sistem organ seperti kulit dan jaringan bawah kulit, sistem respirasi, sistem

kardiovaskular, sistem gastrointestinal yang dapat mengancam nyawa. Gambaran

atau gejala klinik suatu alergi berbeda-beda gradasinya sesuai dengan tingkat

sensivitas seseorang, namun pada tingkat yang berat berupa syok anafilaktik,

gejala yang menonjol adalah gangguan sirkulasi dan gangguan sirkulasi dan

gangguan respirasi. Gejala pada alergi dapat dimulai dengan bersin, hidung

tersumbat atau batuk saja yang kemudian dapat diikuti dengan sesak nafas. Gejala

pada kulit merupakan gejala klinik yang paling sering ditemukan pada alergi,

salah satunya bias menimbulkan oedem. Walaupun gejala ini tidak mematikan

namun gejala ini terpenting untuk diperhatikan sebab ini merupakan gejala

prodromal untuk timbulnya gejala yang lebih berat berupa gangguan nafas dan

gangguan sirkulasi. Oleh karena itu setiap gejala kulit berupa gatal, kulit

kemerahan harus diwaspadai untuk kemungkinan timbulnya gejala yang lebih

berat. Manifestasi dari gangguan gastroinstensinal berupa perut kram, mual,

muntah sampai diare yang dapat merupakan gejala prodromal untuk timbulnya

gejala gangguan nafas dan sirkulasi. Disamping itu alergi ini juga dapat

menimbulkan pusing.

Diagnosis anafilaksis berdasarkan kriteria Sampson HA adalah sebagai berikut 3

1) Onset akut (dalam hitungan menit sampai beberapa jam) dengan melibatkan

jaringan kulit dan mukosa atau keduanya (pruritus generalisata, flushing

sembab bibir, lidah dan ovula). Dan minimal salah satu yang berikut :

a. Keluhan sistem respirasi (sesak nafas, wheezing, stridor, hipoksemia).

b. Penurunan tekanan darah, kolaps, sinkope, inkontinensia.

Page 17: HIPERSENSITIVITAS AKUT ET CAUSA SENGATAN TAWONerepo.unud.ac.id/id/eprint/10747/1/f8a8a744a126a507d...Patogenesis pada Hipersensivitas Tipe I.....8 Gambar 7. Etiologi dari reaksi hipersensitivitas.....10

2) Dua atau lebih dari gejala gambaran klinis yang terjadi segera paska paparan

a. Keterlibatan jaringan kulit dan mukosa, (pruritus generalisata, flushing

sembab bibir, lidah dan ovula)

b. Keterlibatan sistem respirasi (sesak nafas, wheezing, stridor,

hipoksemia).

c. Penurunan tekanan darah, kolaps, sinkope, inkontinensia.

d. Gejala gastrointestinal (mual, muntah, kram perut)

Penurunan tekanan darah segera paska paparan. Tekanan darah sistolik kurang

dari 90 mmHg atau penurunan lebih dari 30% dari tekanan darah sebelumnya.

Dimana apabila dari manifestasi klinis ditemukan gejala di luar dari kriteria

tersebut maka digolongkan ke dalam reaksi hipersensitivitas akut.

2. Pemeriksaan Fisik

Pasien tampak sesak, frekuensi nafas meningkat. Adanya takikardia, edema

periorbital, mata berair, hiperemi konjungtiva. Tanda prodromal pada kulit berupa

urtikasia dan eritema.5

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium hitung eosinophil darah tepi dapat normal ataupun

meingkat, demikian halnya dengan IgE total sering kali menunjukkan nilai

normal. Pemeriksaan secara invivo dengan uji kulit (skin prick test/SPT) untuk

mencari faktor pencetus yang disebabkan allergen hirup dan makanan dapat

dilakukan setelah pasiennya sehat.5

2.6 Penatalaksanaan dan Pencegahan Hipersensitivitas

Page 18: HIPERSENSITIVITAS AKUT ET CAUSA SENGATAN TAWONerepo.unud.ac.id/id/eprint/10747/1/f8a8a744a126a507d...Patogenesis pada Hipersensivitas Tipe I.....8 Gambar 7. Etiologi dari reaksi hipersensitivitas.....10

Pada reaksi hipersensitivitas akut penatalaksanaan yang dilakukan adalah :

Evaluasi ABC-Airway, Breathing dan Circulation. Selanjutnya apabila ABC stabil

kita dapat memberikan antihistamin dapat berupa dypenhhidramin 10 mg secara

intramuskular, selanjutnya pasien dapat diobservasi selama 4 sampai 6 jam.

Apabila keluhan pasien membaik pasien dapat dipulangkan dan diberi obat oral

berupa ceterizine 1x1.

Gambar

8.

Algoritma Penanganan Syok Anafilaktik

Apabila keluhan pasien tidak membaik maka pasien dapat dirawat opname

kemudian diberikan steroid dan diobservasi selama 4 jam apabila kondisi

membaik maka pasien boleh dipulangkan. Sedangkan apabila keluhan belum

kunjung hilang maka dicari tau apa penyebabnya, atau apabila terjadi syok

anafilaktik maka dilakukan injeksi epinefrin dengan dosis 0,01 ml/kg/BB sampai

mencapai maksimal 0,3 ml subkutan dan diberikan setiap 15-20 menit sampai 3-4

kali. Seandainnya kondisi semakin memburuk atau memang kondisinya sudah

buruk, suntikan dapat diberikan secara intramuskuler dan bisa dinaikan sampai 0,5

Page 19: HIPERSENSITIVITAS AKUT ET CAUSA SENGATAN TAWONerepo.unud.ac.id/id/eprint/10747/1/f8a8a744a126a507d...Patogenesis pada Hipersensivitas Tipe I.....8 Gambar 7. Etiologi dari reaksi hipersensitivitas.....10

ml selama pasien diketahui tidak mengidap penyakit jantung Dosis maksimal

epinefrin untuk orang dewasa adalah 0,5 miligram dan pada anak-anak 0,01

mg/kgBB dimana pemberian epinefrin harus dimonitor secara ketat pada pasien

dengan gangguan jantung serta pasien geriatri.

Pencegahan terhadap paparan alergen merupakan penatalaksanaan terbaik. Untuk

mengetahui secara pasti alergen yang berpotensi menyebabkan hipersensitivitas

dapat dilakukan uji cukit (Skin Prick Test) agar dapat menghindari paparan

alergen yang berpotensi tersebut.8

Pencegahan merupakan faktor yang tidak kalah penting dalam tatalaksana reaksi

anafilaksis. Pencegahan dapat berupa :8

1) Riwayat penyakit : apakah ada reaksi alergi sebelumnya. Pemberian antibiotic

dan obat-obatan lainnya secara rasional (tepat pasien, tepat indikasi, tepat

obat, tepat dosis dan cara pemberian, serta waspada efek samping). Pemberian

oral lebih dianjurkan daripada parenteral.

2) Informed consent / persetujuan keluarga

3) Bila terjadi reaksi, berikan penjelasan dasar kepada pasien dan keluarga agar

tidak terulangnya kejadian tersebut.

2.7 Reaksi Hiipersensitivitas Akibat Sengatan Tawon

Tawon merupakan serangga yang termasukke dalam ordo Hymenoptera dimana

tawon memiliki alat perlindungan diri berupa sengat berisi toksin yang berada

pada bagian belakang tubuhnya. Toksin tawon mengandung apamin, melitin,

histamin, asetilkolin, 5-hidroksitriptamin, enzim, dan substansi serupa protein.

Zat-zat ini bersifat anafilaktogenik, hemolitik, neurotoksik, antigenik, dan

sitolitik. Apabila terjadi se3ngatan tawon maka akan terjadi reaksi lokal pada kulit

yang biasanya berlangsung singkat. Reaksi normal akan menimbulkan nyeri,

bengkak, dan kemerahan pada daerah sengatan. Kadang-kadang timbul reaksi

lokal yang luas pada tempat sengatan, namun hal ini akan hilang dalam waktu 2

sampai 3 hari.

Page 20: HIPERSENSITIVITAS AKUT ET CAUSA SENGATAN TAWONerepo.unud.ac.id/id/eprint/10747/1/f8a8a744a126a507d...Patogenesis pada Hipersensivitas Tipe I.....8 Gambar 7. Etiologi dari reaksi hipersensitivitas.....10

Gambar 9. Tawon dan sarangnya9

Pada reaksi hipersensitifitas tipe lambat ditandai dengan timbulnya lesi yang

mengeras bila disertai papul yang persisten dan berkembang menjadi

hiperpigmentasi, bahkan sering menimbulkan ekskoriasi dan krusta. Rasa gatal

dapat ringan sampai berat, bersifat sementara atau menetap. Cekungan pada

bagian sentral sering terlihat tetapi akan menghilang kemudian. Reaksi anafilaksis

dimulai dalam beberapa detik atau beberapa menit setelah terjadinya sengatan.

Gejala pada kulit berupa rasa gatal, kemerahan, urtikaria, dan angioedema. Gejala

kardiovaskular berupa hipotensi disertai sinus takikardi atau bradikardi, yang

menunjukkan tipe reaksi vasovagal.4,9

Gejala respirasi berupa bronkospasme (dengan mengi pada ekspirasi), edem laring

(stridor inspirasi) atau timbulnya dispne dengan suara napas yang normal. Gejala

sistim pencernaan berupa kaku pada usus, muntah dan diare (kadang-kadang

berdarah), dan kaku pada uterus. Reaksi yang berat dapat disertai perasaan akan

datangnya malapetaka dan syok. Akibat lanjut dari sengatan tawon dapat

menimbulkan komplikasi ke berbagai organ. Dilaporkan adanya kasus neuropati

optikus setelah mengalami sengatan tawon, ditandai dengan hilangnya

kemampuan visual, perdarahan dan edem pada diskus optikus dan skotoma

sentralis. Komplikasi sengatan tawon juga dapat mengenai organ ginjal dan hati.

Dilaporkan terjadinya kasus gagal ginjal akut dan gangguan hati akibat sengatan

Page 21: HIPERSENSITIVITAS AKUT ET CAUSA SENGATAN TAWONerepo.unud.ac.id/id/eprint/10747/1/f8a8a744a126a507d...Patogenesis pada Hipersensivitas Tipe I.....8 Gambar 7. Etiologi dari reaksi hipersensitivitas.....10

tawon, yang menyebabkan timbulnya hipotensi, hemolisis intravaskular,

rhabdomyolisis sebagai akibat efek toksik dari bisa tawon.

Diagnosis alergi sengatan tawon ditegakkan berdasarkan timbulnya gejala dan

tanda akibat alergi sengatan tawon disertai ditemukannya tawon sebagai

penyebab. Pada daerah sengatan akan disertai timbulnya reaksi lokal dan dapat

ditemukan alat sengat tawon pada kulit pasien.

Pada reaksi lokal diperhatikan apakah tawon meninggalkan sengatnya pada kulit

pasien. Singkirkan sengat tersebut dengan menggunakan penjepit atau dengan

kuku jari. Jangan lakukan penekanan pada sengat tersebut karena dapat

mengakibatkan pelepasan bisa lebih banyak kedalam kulit. Untuk mengurangi

rasa nyeri dan pembengkakan cukup digunakan kompres dingin, tetapi reaksi

lokal yang luas membutuhkan pengobatan dengan antihistamin dan kortikosteroid

(prednison). Jika terjadi reaksi anafilaksis, obat pilihannya adalah epinefrin dalam

larutan 1:1000, diinjeksikan secara intramuskular atau subkutan dengan dosis 0.2-

0.5 ml atau 0.01 ml/kg berat badan. Pemberiannya dapat diulangi dalam 15 menit

jika masih diperlukan. Pada reaksi berat yang persisten dapat digunakan infus

intravena epinefrin (1:10.000) dengan dosis 0.1 ug/kg/menit dengan pemantauan

jantung yang ketat untuk mempertahankan tekanan sistolik 80 mmHg. Jika

hipotensi dan syok tidak respon terhadap epinefrin, harus diberikan cairan

intravena dengan larutan garam isotonis (NaCl 0.9%) secara cepat (>100

ml/menit). Pasien diletakkan pada posisi Trandelenberg dengan meninggikan

kedua kakinya. Timbulnya edema laring mungkin menyulitkan pemasangan

selang endotrakeal maka diperlukantindakan bedah trakeostomi untuk

mempertahankansaluran napas. Tindakan krikotirotomi diperlukan jika belum

dapat dilakukan trakeostomi.Pada keadaan timbulnya obstruksi bronkus

penanganannya sama seperti asma bronkial. Diberikan aminofilin 6 mg/kg berat

badan dalam 20 ml dextrose 5% secara intravena dalam masa 10-15 menit sebagai

dosis awal , dilanjutkan dengan 0.9 mg/kg/jam sebagai dosis pemeliharaan. Jika

bronkospasme menetap diberikan bronkodilator β adrenergik secara nebulisasi.

Jika terdapat tanda gagal napas dengan nilai PaCO2 >65 mmHg diperlukan

intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanik. Pada reaksi tipe lambat yang terjadi

kemudian cukup diberikan antihistamin oral seperti difenhidramin 1-2 mg/kg BB.

Kombinasi antagonis H1 dan antagonis H2 seperti simetidin dengan dosis 4

mg/kgBB memberikan hasil yang lebih baik. Pengobatan topikal dengan krem

kortikosteroid kurang efektif dan penggunaan antihistamin topikal dapat

berpotensi timbulnya sensitisasi dan tidak berperan pada pengobatan alergi

sengatan tawon Untuk pengobatan jangka panjang pada pasien dengan alergi

Page 22: HIPERSENSITIVITAS AKUT ET CAUSA SENGATAN TAWONerepo.unud.ac.id/id/eprint/10747/1/f8a8a744a126a507d...Patogenesis pada Hipersensivitas Tipe I.....8 Gambar 7. Etiologi dari reaksi hipersensitivitas.....10

sengatan tawon dapat dilakukan pengobatan secara imunologis yang efektif untuk

mencegah reaksi alergi akibat sengatan tawon.9

Page 23: HIPERSENSITIVITAS AKUT ET CAUSA SENGATAN TAWONerepo.unud.ac.id/id/eprint/10747/1/f8a8a744a126a507d...Patogenesis pada Hipersensivitas Tipe I.....8 Gambar 7. Etiologi dari reaksi hipersensitivitas.....10

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 IDENTITAS PENDERITA

Nama : NIS

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat dan Tanggal Lahir : Denpasar, 26 Juni 1966

Umur : 50 tahun

Alamat : Jalan Tukad Pakerisan Gang V, Denpasar

Bangsa : Indonesia

Suku : Bali

Agama : Hindu

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Status : Menikah

Tanggal MRS : 24 Agustus 2016

3.2 ANAMNESIS

Keluhan utama : bengkak pada kelopak mata kanan

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dalam keadaan sadar ke RSUP Sanglah tanggal 24 Agustus 2016

dengan keluhan bengkak pada kelopak mata kanan. Bengkak dirasakan sejak 2

jam SMRS setelah tersengat tawon di rumah. Bengkak pada kelopak mata

dirasakan tebal, panas, dan mengganggu lapang pandang. Saat itu pasien sedang

sembahyang di pelinggih rumahnya dan tiba-tiba pasien disengat tawon sebelum

sempat menghindar. Pasien mengatakan tersengat di dua lokasi yaitu di kelopak

mata kanan bagian atas dan di belakang leher. Keluhan lainnya adalah pasien

merasakan gatal dan bentol kemerahan yang terasa panas di sekujur tubuhnya

yakni di bagian perut, wajah, kedua kaki dan tangan yang dirasakan beberapa

menit setelah tersengat tawon. Pasien menyatakan hanya mengoleskan minyak

Page 24: HIPERSENSITIVITAS AKUT ET CAUSA SENGATAN TAWONerepo.unud.ac.id/id/eprint/10747/1/f8a8a744a126a507d...Patogenesis pada Hipersensivitas Tipe I.....8 Gambar 7. Etiologi dari reaksi hipersensitivitas.....10

bokashi pada lokasi bengkak dan kemerahan di kulitnya, namun karena tidak

kunjung membaik pasien memutuskan untuk datang ke UGD RSUP Sanglah.

Keluhan lain seperti adanya sesak, mual, muntah, nyeri perut disangkal oleh

pasien. Riwayat pingsan juga disangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit Sebelumnya

Riwayat penyakit hipertensi, kencing manis, penyakit jantung, dan ginjal

disangkal oleh pasien. Adanya riwayat atopi seperti adanya rhinitis, asma, serta

dermatitis disangkal. Untuk riwayat alergi obat disangkal oleh pasien. Pasien

mengatakan pernah memiliki keluhan yang sama sebelumnya yakni gatal-gatal di

kulit serta bentol kemerahan setelah mengkonsumsi telor asin. Namun dulu pasien

hanya membiarkan keluhannya dan mengoleskan minyak bokashi saja, dan gatal-

gatal serta bentol kemerahan tersebut hilang setelah kurang lebih satu jam.

Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien mengatakan di keluarganya tidak ada yang pernah mengalami keluhan

yang sama. Riwayat penyakit hipertensi, kencing manis, penyakit jantung, dan

ginjal dalam keluarga disangkal oleh pasien. Untuk riwayat alergi terhadap obat

dan makanan di keluarga pasien disangkal. Adanya riwayat atopi seperti adanya

rhinitis, asma, serta dermatitis di keluarga pasien juga disangkal.

Riwayat Pribadi dan Sosial

Pasien adalah ibu rumah tangga yang sehari-harinya lebih banyak menghabiskan

waktu di dalam rumah. Pasien mengatakan dia sudah menyadari adanya sarang

tawon di dekat pelinggih di halaman rumahnya. Pasien sudah sempat meminta

suami pasien untuk membersihkan sarang tawon tersebut, namun suami pasien

tidak juga membersihkan sarang tawon tersebut.

3.3 PEMERIKSAAN FISIK

Status Present

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis ( GCS : E4V5M6 )

Page 25: HIPERSENSITIVITAS AKUT ET CAUSA SENGATAN TAWONerepo.unud.ac.id/id/eprint/10747/1/f8a8a744a126a507d...Patogenesis pada Hipersensivitas Tipe I.....8 Gambar 7. Etiologi dari reaksi hipersensitivitas.....10

Tekanan darah : 120/70 mmHg

Nadi : 82x/menit, regular

RR : 20x/menit

Suhu badan : 36,5oC

Tinggi badan : 155 cm

Berat badan : 58 kg

BMI : 24,14 kg/m2

Status Generalis

Mata : anemia -/-, ikterus -/-, reflek pupil +/+ isokor, edema

palpebra +/-

THT : sekret -/- , hiperemis pada faring (-), Tonsil T1/T1

Leher : JVP PR+0 cmH2O , Pembesaran limfe (-), urtikaria (+)

Thorak

Cor Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V MCL S

Perkusi : batas kiri: ICS V MCL S

batas kanan: 1 cm PSL D

batas atas : ICS II

Auskultasi : S1S2 tunggal reguler murmur (-)

Po Inspeksi : gerak pernapasan simetris statis dan dinamis,

retraksi (-) suprasternal, barrel chest (-)

Palpasi : Vokal fremitus N/N, nyeri tekan (-)

Perkusi : sonor/sonor

Auskultasi : Vesikuler Ronki Wheezing

+ +

+ +

+ +

- -

- -

- -

- -

-

-

-

-

Page 26: HIPERSENSITIVITAS AKUT ET CAUSA SENGATAN TAWONerepo.unud.ac.id/id/eprint/10747/1/f8a8a744a126a507d...Patogenesis pada Hipersensivitas Tipe I.....8 Gambar 7. Etiologi dari reaksi hipersensitivitas.....10

Abdomen Inspeksi : distensi (-), terdapat urtikaria (+)

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Palpasi : Hepar : tidak teraba

Lien : tidak teraba

Perkusi : timpani (+)

Ekstremitas: hangat edema sianosis

Terdapat urtikaria di sekujur ekstremitas.

3.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tabel 3.1 Darah Lengkap ( 24 Agustus 2016 )

PARAMETER RESULTS REMARKS UNIT REFERENCE

WBC 6.60 103µL 4,10-11,00

% neut 60.70 % 47,00-80,00

% lymph 30.11 % 13,00-40,00

% mono 7.34 % 2,00-11,00

% eos 0.77 % 0,00-5,00

% baso 1.07 % 0,00-2,00

# neut 4.01 103µL 2,50-7,50

# lymph 1.99 103µL 1,00-4,00

# mono 0.48 103µL 0,10-1,20

# eos 0.05 103µL 0,00-0,50

# baso 0.07 103µL 0,00-0,10

+ +

+ + - -

- -

- -

- -

Page 27: HIPERSENSITIVITAS AKUT ET CAUSA SENGATAN TAWONerepo.unud.ac.id/id/eprint/10747/1/f8a8a744a126a507d...Patogenesis pada Hipersensivitas Tipe I.....8 Gambar 7. Etiologi dari reaksi hipersensitivitas.....10

Tabel 3.2 Kimia Klinik (24 Agustus 2016 )

Parameter Hasil Satuan Remarks Nilai Rujukan

SGOT 15,80 U/L 11,00 - 33,00

SGPT 14,10 U/L 11,00 – 50,00

BUN 7,10 mg/dL Rendah 10,00 – 23,00

Creatinine 0,63 mg/dL 0,50 – 1,2

Random blood

glucose

97,00 mg/dL 70,0 – 140,0

Natrium (Na)

136 mmol/L 136 - 145

Kalium (K)

3,89 mmol/L 3,50 – 5,10

3.5 DIAGNOSIS

Hipersensitivitas akut tipe I et causa gigitan tawon (insect bite)

RBC 4.79 106µL 4,50 – 5,90

HGB 14.98 g/dL 12,0-16,0

HCT 46.59 Tinggi % 36,00-46,00

MCV 97.24 fL 80,00-100,00

MCH 31.28 Pg 26,00-34,00

MCHC 32.16 g/dL 31,00-36,00

RDW 11.57 Rendah % 11,60-14,80

PLT 290.80 103µL 150,00-440,00

MPV 8.49 fL 6,80-10,00

Page 28: HIPERSENSITIVITAS AKUT ET CAUSA SENGATAN TAWONerepo.unud.ac.id/id/eprint/10747/1/f8a8a744a126a507d...Patogenesis pada Hipersensivitas Tipe I.....8 Gambar 7. Etiologi dari reaksi hipersensitivitas.....10

3.6 PENATALAKSANAAN

Rencana terapi :

IVFD NaCl 0,9% 20 tpm

Methyprednisolone 62,5 mg intravena tiap 12 jam

Dipenhydramin 10 mg intravena tiap 8 jam

Planning Diagnostic:

Total IgE

Monitor:

Keluhan (gatal dan bengkak)

Vital Sign

Tanda-tanda reaksi anafilaktik

Page 29: HIPERSENSITIVITAS AKUT ET CAUSA SENGATAN TAWONerepo.unud.ac.id/id/eprint/10747/1/f8a8a744a126a507d...Patogenesis pada Hipersensivitas Tipe I.....8 Gambar 7. Etiologi dari reaksi hipersensitivitas.....10

BAB IV

KUNJUNGAN LAPANGAN

4.1 ALUR KUNJUNGAN LAPANGAN

Kunjungan dilakukan pada hari Rabu, 31 Agustus 2016. Kami mendapat

sambutan yang baik dari pasien dan keluarga. Adapun tujuan diadakannya

kunjungan lapangan ini adalah untuk mengenal lebih dekat kehidupan pasien serta

mengidentifikasi masalah yang terdapat pada pasien. Selain itu kunjungan

lapangan ini juga memberikan edukasi tentang penyakit yang dialami pasien

dimana diharapkan untuk di kemudian hari penyakit yang sama, yakni reaksi

hipersensitivitas tidak terulang kembali. Pasien dalam kasus ini baru pertama kali

terkena gigitan tawon. Untuk keluhan gatal-gatal dan kemerahan sebelumnya

pernah juga dialami pasien yakni setelah mengkonsumsi telor asin. Namun gejala

tersebut tidak selalu muncul setiap pasien mengkonsumsi telor asin, sehingga

pasien masih mengkonsumsi telor asin meskipun jarang-jarang. Saat kami

melakukan kunjungan, keluhan bengkak, kemerahan, dan gatal-gatal yang dialami

pasien sudah tidak ada dan pasien sudah bisa melakukan aktivitas seperti semula.

4.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Adapun sejumlah permasalahan yang masih menjadi kendala pasien dalam hal

menghadapi penyakitnya antara lain:

1. Pasien masih belum mengetahui bahwa gigitan serangga, khususnya disini

sengatan tawon dapat berpotensi untuk menimbulkan kondisi emergency

yakni berupa reaksi anafilaksis bahkan bisa sampai terjadi syok anafilaktik.

Dan pasien mengira bahwa gejala berupa kemerahan, bengkak, gatal serta

sensasi panas yang dirasakannya saat tersengat tawon tersebut tidak akan

menjadi suatu kondisi yang serius sehingga pasien hanya melakukan

pengobatan dengan mengoleskan minyak bokashi saja ke sekujur urtikaria

yang terbentuk tersebut.

2. Pasien tidak mengetahui apa saja pertolongan pertama yang dapat dilakukan

pada kejadian gigitan serangga khususnya pada sengatan tawon.

3. Pasien tidak mengetahui bahwa kondisi terdahulu yang pernah dialami

pasien yakni gatal-gatal dan kemerahan setelah mengkonsumsi telor asin

tersebut merupakan suatu reaksi hipersensitivitas akut atau alergi.

Page 30: HIPERSENSITIVITAS AKUT ET CAUSA SENGATAN TAWONerepo.unud.ac.id/id/eprint/10747/1/f8a8a744a126a507d...Patogenesis pada Hipersensivitas Tipe I.....8 Gambar 7. Etiologi dari reaksi hipersensitivitas.....10

4. Pasien merupakan warga yang tinggal di Indonesia, dimana kita ketahui

bahhwa Indonesia merupakan negara tropis dimana terdapat berbagai jenis

spesies serangga yang dapat hidup dan berkembang biak. Kejadian tersengat

tawon memang dapat terjadi pada setiap orang. Pada kasus pasien, pasien

memang telah menyadari adanya sarang tawon di pelinggih di pekarangan

rumahnya, namun karena pasien tidak berani membersihkan sarangnya

tersebut dan suaminya selalu menunda ketika diminta membersihkan pasien

menjadi korban sengatan tawon tersebut.

4.3 ANALISIS KEBUTUHAN PASIEN

a. Kebutuhan fisik-biomedis

1. Kecukupan Gizi

Menurut pengakuan pasien, biasanya pasien makan 3 kali dalam sehari,

sehingga nutrisi harian pasien dapat tercukupi dengan baik. Makanan disiapkan

oleh pasien sendiri dengan menu nasi dan lauk pauk seperti tempe, tahu,

sayuran, dan terkadang mengonsumsi daging babi, sapi, ikan, atau ayam.

Pasien juga rutin mengkonsumsi buah-buahan dan terkadang meminum

minuman probiotik. Pasien juga mengatakan suka mengemil dan makan snack.

2. Kegiatan fisik

Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga. Kegiatan pasien sehari-harinya

adalah mengurus cucu dari anak pertamanya yang masih berusia 1 tahun,

memasak, membersihkan rumah, dan mebanten. Aktivitas pasien merupakan

aktivitas yang sedang, tetapi pasien mengaku tidak pernah berolahraga karena

pasien merasa takut jika terlalu lelah dan beraktivitas terlalu berat.

3. Akses ke tempat pelayanan kesehatan

Jarak dari rumah pasien ke RSUP Sanglah ± 1 km. Dimana jarak ini tergolong

relatif dekat dan mudah untuk ditempuh. Akses dari rumah pasien menuju

Puskesmas maupun Rumah Sakit Swasta yaitu RS BROS juga relatif dekat

yaitu ± 2 km, selain itu terdapat pula klinik dokter umum yang berjarak + 500

meter namun hanya buka pada sore hari.

4. Lingkungan

Pasien tinggal di sebuah rumah yang beralamat di Jalan Pakerisan Gang V

Denpasar dengan luas tanah 2 are (200 m2) dan luas bangunan 1,75 are (175

m2)

. Pasien tinggal dengan suami, ketiga anaknya yang berusia 26 tahun, 24

tahun dan 19 tahun, sorang menantu yang berusia 23 tahun dan seorang cucu

yang berusia 14 bulan dengan total penghuni sebanyak 7 orang. Terdapat

halaman rumah yang relatif sangat kecil dimana sekaligus difungsikan untuk

Page 31: HIPERSENSITIVITAS AKUT ET CAUSA SENGATAN TAWONerepo.unud.ac.id/id/eprint/10747/1/f8a8a744a126a507d...Patogenesis pada Hipersensivitas Tipe I.....8 Gambar 7. Etiologi dari reaksi hipersensitivitas.....10

parkir motor. Selain itu terdapat 1 buah ruang tamu yang menyatu dengan area

terbuka sebagai teras rumah, 4 buah kamar tidur, 1 buah dapur, dan 1 buah

kamar mandi. Rumah pasien terletak di tengah kota Denpasar, namun akses

menuju ke rumah pasien cukup sulit karena terletak di sebuah gang yang tidak

terlalu mudah diidentifikasi dari jalan Tukad Pakerisan yang merupakan jalan

utama serta gang tersebut sangat sempit dan diameternya hanya cukup untuk

dilewati satu buah sepeda motor. Dari segi lingkungan, lingkungan rumah

pasien tergolong pemukiman yang sangat padat.

Untuk kondisi dalam rumah, secara keseluruhan terlihat rapi dan kebersihannya

juga cukup. Area dalam rumah memiliki ventilasi dan sirkulasi udara di dalam

rumah utama dan cukup memadai. Sumber masuknya cahaya matahari pagi

dan sore ke dalam rumah memadai karena adanya ruang terbuka berupa teras.

Rumah pasien beratapkan genteng dengan tembok batako semen yang diplester

dan dicat. Plafon terbuat dari triplek kayu dan lantai dilapisi keramik.

Pasien tinggal di kamar tidur utama, secara keseluruhan kamar pasien terkesan

rapi dan bersih. Untuk ventilasi dan sirkulasi didalam kamar cukup memadai

karena terletak dekat dengan akses masuk ke dalam rumah dan terdapat jendela

yang terbuka ke halaman rumah. Sinar matahari dapat masuk ke kamar tidur

pasien. Pasien sering tidur di kamar bersama dengan suami. Tempat tidur

pasien tampak bersih dan rapi.

Di rumah pasien juga terdapat satu buah dapur dan satu buah kamar mandi, dan

tempat untuk menjemur baju yang terletak di area samping rumah. Dapur

pasien relatif sempit dan terletak di bagia samping depan rumah. Dinding dan

lantai dapur terbuat dari batako yang diplester dan dicat. Untuk kamar mandi

cukup bersih dan rapi, dinding dan lantai kamar mandi terbuat dari batako yang

diplester dan dicat. Kamar mandi tersebut terdiri dari satu jamban jongkok

yang bersih,1 buah bak yang rutin dikuras, 1 buah keran pancuran dan saluran

pembuangan limbah yang lancar. Pasien menggunakan sumber air PAM untuk

mandi, mencuci baju, air minum, dan keperluan memasak.

Halaman rumah pasien tergolong sangat sempit, ditambah lagi halaman rumah

ikut difungsikan sebagai tempat parkir Kendaraan pribadi yaitu 3 buah sepeda

motor sehingga halaman rumah pasien terkesan padat dan sumpek. Di halaman

rumah juga terdapat satu buah pelinggih dan beberapa tanaman, namun di

bagian pelinggih tampak berdebu dan terlihat jarang dibersihkan. Tempat

pembuangan sampah diletakkan di pojok halaman rumah. Pasien tidak

memelihara hewan peliharaan. Lingkungan rumah pasien berada di sebuah

gang yang terbuat dari paving-paving. Diameter gang sangat sempit dan hanya

Page 32: HIPERSENSITIVITAS AKUT ET CAUSA SENGATAN TAWONerepo.unud.ac.id/id/eprint/10747/1/f8a8a744a126a507d...Patogenesis pada Hipersensivitas Tipe I.....8 Gambar 7. Etiologi dari reaksi hipersensitivitas.....10

cukup untuk dilewati satu buah sepeda motor. Warga di sekitar rumah cukup

ramah dan hubungan pasien dengan tetangga dikatakan baik.

b. Kebutuhan bio-psikosoial

1. Lingkungan biologis

Dalam lingkungan biologis atau keluarga pasien tidak terdapat riwayat alergi,

ataupun adanya kondisi atopi seperti adanya penyakit asma, dermatitis, serta

rhinitis. Adanya alergi makanan pada anggota keluarga pasien juga disangkal.

Saat proses kunjungan, pasien mengatakan kondisi kesehatan dirinya dan

keluarganya dalam keadaan baik. Jika terdapat anggota keluarga yang sakit,

maka akan segera dibawa ke RSUP Sanglah karena RSUP Sanglah merupakan

fasilitas kesehatan terdekat dari rumah pasien.

2. Faktor psikososial

Dari segi psikologis pasien mengaku tidak memiliki permasalahan yang dapat

memicu terjadinya stres atau berpengaruh terhadap kesehatan. Dari segi sosial,

keluarga pasien merupakan keluarga yang harmonis dimana saat ini pasien

sedang menikmati kesehariannya sebagai seorang nenek dengan mengurus

cucu semata wayangnya. Hubungan pasien dengan tetangga juga cukup dekat,

dimana walaupun biasanya pada siang hari pasien hanya berada berdua di

rumah dengan sang cucu pasien bisa emminta pertolongan kepada tetangga

apabila terjadi suatu kondisi emergency.

3. Faktor spiritual

Pasien serta keluarga sangat menjunjung tinggi nilai keagamaan, sehingga

pasien dan keluarga jauh dari pikiran– pikiran negatif.

Page 33: HIPERSENSITIVITAS AKUT ET CAUSA SENGATAN TAWONerepo.unud.ac.id/id/eprint/10747/1/f8a8a744a126a507d...Patogenesis pada Hipersensivitas Tipe I.....8 Gambar 7. Etiologi dari reaksi hipersensitivitas.....10

BAB V

SARAN

5.1 Usulan Penyelesaian Masalah

Berdasarkan masalah yang dijelaskan sebelumnya, kami mengusulkan

penyelesaian masalah yakni:

1. Mengedukasi pasien mengenai efek serta komplikasi yang dapat

ditimbulkan dari gigitan serangga (insect bite) khususunya sengatan

tawon. Disini pasien diedukasi bahwa sengatan tawon dapat

menimbulkan masalah kesehatan mulai dari yang ringan sampai berat.

Kondisi yang sebelumnya dialami pasien tergolong kondisi yang ringan

karena berefek pada kulit dan mukosa saja. Pada kasus lain, sengatan

tawon dapat berakibat pada terjadinya reaksi anafilaktik bahkan sampai

terjadinya syok anafilatik yang dapat menyebabkan kematian. Dimana hal

tersebut tergolong kepada kondisi alergi berat. Disini pasien diedukasi

mengenai tanda-tanda terjadinya reaksi anafilaktik yaitu apabila terdapat

manifestasi klinis berupa: pada saluran napas bisa terjadi sesak tiba-tiba,

sulit bernafas dan detak jantung tiba-tiba meningkat, adanya keluhan pada

saluran cerna seperti kesulitan menelan, mual muntah, serta diare serta

manifestasi pada kulit berupa adanya gatal, bengkak, dan kemerahan.

2. Mengedukasi pasien mengenai pertolongan pertama yang dapat

dilakukan pada kondisi tersengat tawon. Pada kondisi tersengat tawon hal

yang dapat dilakukan yakni mencabut sengatan itu dengan menggunakan

benda-benda yang permukaannya pipih dan keras, misalnya dengan

menjepit menggunakan dua kartu yang tipis. Hindari menekan-nekan

bekas sengatan, sebab akan membuat racun sengatan menyebar ke tubuh.

Selanjutnya cuci bagian yang tersengat dengan menggunakan sabun.

Setelah itu berikan salep antibiotik. Hal lain yang bisa dilakukan yakni

setelah sengatan berhasil dicabut, letakkan es batu di handuk kecil atau

lap, lalu tempelkan pada kulit yang bengkak karena tersengat. Dan

Page 34: HIPERSENSITIVITAS AKUT ET CAUSA SENGATAN TAWONerepo.unud.ac.id/id/eprint/10747/1/f8a8a744a126a507d...Patogenesis pada Hipersensivitas Tipe I.....8 Gambar 7. Etiologi dari reaksi hipersensitivitas.....10

berikan obat pereda nyeri seperti ibuprofen, parasetamol, atau aspirin.

Selanjutnya dilakukan observasi apabila terdapat gejala yang mengarah

ke alergi berat yaitu adanya reaksi anafilaktik agar segera ke fasilitas

kesehatan terdekat.

3. Mengedukasi pasien bahwa pasien memiliki riwayat alergi dan

berpotensi untuk memiliki alergi terhadap makanan lain. Pasien

sebelumnya pernah gatal-gatal di sekujur tubuh setelah makan telor asin.

Disini kami mengedukasi pasien bahwa pasien memiliki potensi alergi

terhadap benda atau makanan lain dan tidak ada salahnya untuk

melakukan tindakan preventif agar reaksi hipersensitivitas tersbut tidak

terulang.

4. Mengedukasi pasien mengenai cara menjaga kebersihan lingkungan

rumah agar kejadian serupa yakni sengatan tawon tidak terulang kembali.

Dimana hal-hal yang dapat dilakukan adalah rajin membersihkan rumah

dan memperhatikan apakah terdapat sarang tawon di rumah, apabila iya

cara membersihkan sarang tawon adalah yang pertama yakni

menggunakan alat perlindungan diri yang dapat menutupi seluruh

permukaan tubuh yakni baju lengan panjang, sweater untuk menutupi

leher, kacamata, tudung kepala, sepatu bot, dan sarung tangan.

Selanjutnya untuk membersihkan sarang tawon tersebut dapat

menggunakan pestisida, dimana lebih baik membasmi sarang tawon pada

malam hari atau subuh karena waktu-waktu tersebut adalah periode

dimana tawon tidak terlalu aktif. Selain menggunakan pestisida dapat

juga menggunakan asap api (hanya untuk di area terbuka), menggunakan

larutan air sabun cuci piring, atau dapat juga menggunakan vacuum

cleaner. Dan yang paling penting adalah apabila merasa tidak yakin utnuk

membersihkan sarang tawon tersebut sendiri pilihan memanggil jasa

profesional dapat dipertimbangkan.

5.2 Saran

Adapun saran yang kami berikan ke pasien yakni sebagai berikut:

Page 35: HIPERSENSITIVITAS AKUT ET CAUSA SENGATAN TAWONerepo.unud.ac.id/id/eprint/10747/1/f8a8a744a126a507d...Patogenesis pada Hipersensivitas Tipe I.....8 Gambar 7. Etiologi dari reaksi hipersensitivitas.....10

1. Menyarankan pasien untuk melakukan pemeriksaan berupa skin prick

test untuk mengetahui apakah pasien memiliki alergi lain. Mengingat

sebelumnya pasien memiliki riwayat gatal-gatal dan kemerahan sesudah

mengkonsumsi telor asin. Sehingga apabila pasien telah mengetahui

agen-agen lain yang dapat menjadi pemicu alergi pada tubuhnya, pasien

dapat menghindari agen kausatif tersebut.

2. Menyarankan pasien untuk senantiasa menjaga kebersihan rumah. Dan

menyarankan apabila melakukan pekerjaan seperti berkebun untuk

menggunakan alat perlindungan diri seperti topi dan sarung tangan untuk

menghindari gigitan serangga.

Page 36: HIPERSENSITIVITAS AKUT ET CAUSA SENGATAN TAWONerepo.unud.ac.id/id/eprint/10747/1/f8a8a744a126a507d...Patogenesis pada Hipersensivitas Tipe I.....8 Gambar 7. Etiologi dari reaksi hipersensitivitas.....10

DAFTAR PUSTAKA

1. Simons FER et al. World Allergy Organization Guidelines for the Assessment and

Management of Anaphylaxis. WAO Journal. 2011.

2. Lieberman P, et al. Epidiemology and diagnosis: An update practice parameter. J

Allergy Clin Immunol. 2012; 115:S483-523.

3. Simons FER. Anaphylaxis pathogenesis and treatment. Allergy 2011; 66 (Suppl.

95): 31–34.

4. Simons FER, et.al.2012 Update:World Allergy Organization Guidelines for the

Assessment and Management of Anaphylaxis. WAO Journal 2011; 4:13-37

5. Baratawidjaya KB. Hipersensivitas Tipe I. Imunologidasar. Edisike – 6. Jakarta:

BalaiPenerbit FKUI; 2004. p. 1-31.

6. Baratawidjaya KB. Reaksi hipersensivitas. Imunologi dasar. Edisike – 6. Jakarta:

BalaiPenerbit FKUI;2004. p.73-90

7. Baratawidjaja KG, Rengganis I. Alergi Dasar edisi ke – 1. Jakarta: Pusat

Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. 2009. h. 457-95.

8. Markum H.M.S, editor. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Jakarta : Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia; 2005.

9. Faisal, H.M, Loebis Sjabaroeddin. Peran Imunoterapi pada Alergi Sengatan

Lebah. Sari Pediatri 2004; 6(3): 104-109