hiperemesis gravidarum - ringenggo h.p. 2013 2040 1011 124.doc

40
LAPORAN KASUS HIPEREMESIS GRAVIDARUM Pembimbing: dr. Moch. Ma’roef, Sp.OG Disusun Oleh: Ringenggo Haruming Putri (2013 2040 1011 124) SMF ILMU KANDUNGAN dan KEBIDANAN RSU HAJI SURABAYA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2015 1

Upload: r-haruming-putri

Post on 05-Feb-2016

41 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hiperemesis Gravidarum - Ringenggo H.P. 2013 2040 1011 124.doc

LAPORAN KASUS

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Pembimbing:

dr. Moch. Ma’roef, Sp.OG

Disusun Oleh:

Ringenggo Haruming Putri (2013 2040 1011 124)

SMF ILMU KANDUNGAN dan KEBIDANAN

RSU HAJI SURABAYA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2015

1

Page 2: Hiperemesis Gravidarum - Ringenggo H.P. 2013 2040 1011 124.doc

Nama : Ny. TH Nama Suami : Tn. AM

Usia : 22 thn Usia : 30 thn

Alamat : Kali Bokor I/no 2 Surabaya Alamat : Kali Bokor I/no 2 Surabaya

Pekerjaan : Karyawan Pekerjaan : Guru

Pendidikan : D3 Teknik Komputer Pendidikan : S1

Agama : Islam Agama : Islam

MRS : 9 Mei 2015

POMR

SUMMARY OF

DATABASE

CLUE AND

CUE

PROBLE

M LIST

INITIAL

DIAGNOSI

S

PLANNING

DIAGNOSIS THERAPY MONITORING EDUCATION

Keluhan Utama: Mual-

muntah

Anamnesis :

RPS :

Mual muntah sejak 1

- NY.

TH, 22 tahun

- Mual-

muntah 1

1.Hipereme

sis

Gravidaru

m

1.G1P00000

UK 11-12

minggu+Hip

eremesis

1.USG - Infus

RL:D5 1:2

- Drip Neurobion 1

ampul dalam 500

o Keluhan

o Vital sign

oMenginformasikan kepada px tentang

keadaan px

oMenginformasikan mengenai tindakan

2

LAPORAN KASUSNama : Ringenggo Haruming Putri / 2013 2040 1011 124Kelompok : I-21 / FK UMMPembimbing : dr. Moch Ma’roef, Sp.OGSMF ILMU KANDUNGAN dan KEBIDANAN RSU HAJI SURABAYA – FK UMM

Page 3: Hiperemesis Gravidarum - Ringenggo H.P. 2013 2040 1011 124.doc

minggu ini. Awalnya px

hanya merasa mual setiap

bangun tidur namun masih

bisa makan minum serta

beraktivitas seperti biasa.

Selanjutnya mual dirasakan

semakin sering dan px

hanya bisa makan nasi

lembek berkuah dengan

lauk. 3 hari ini memberat

sampai px tidak bisa makan

dan minum. Setiap yang

dimakan dan diminum

dimuntahkan. Selama 3 hari

ini px cuti bekerja dan

merasa badannya sangat

lemas sehingga hanya bisa

berbaring di atas tempat

tidur.

Setiap kali muntah

sebanyak ½-1 gelas aqua,

dalam sehari 5-7 kali

muntah. Muntah berupa

makanan, minuman yang

minggu

- Memb

erat sampai

tidak bisa

beraktivitas

dan tidak

bisa makan

dan minum

- Primi

gravida, UK

11-12

minggu

- Malais

e

Pemeriksaan

Fisik

Tensi : 100/70

mmHg

T ax: 37,0o C

RR : 22 x/

menit

Nadi :

102x/menit

Gravidarum

Stadium II

-

cc RL

- Inj Ondansetron

3x1

- As Folat 1x400

mg

yang akan dilakukan

oMenginformasikan kepada px tentang

prognosis dan komplikasi

3

Page 4: Hiperemesis Gravidarum - Ringenggo H.P. 2013 2040 1011 124.doc

dimakan, darah (-)

Sejak mual-muntah hebat

ini, px mengaku merasa

sangat haus.

Px merasa hamil 3 bulan

dan sudah pernah cek ke

bidan

Riwayat Menikah: menikah

1x, lama 1 thn

Riwayat Persalinan :

(-)

Riwayat KB (-)

Riwayat Obstetri

a.Riwayat Menstruasi :

Menarche 13 th, siklus

teratur, lama haid 5 hari,

keputihan (-) warna putih,

bau (-), nyeri saat haid (-),

HPHT 21-02-2015

TL : 28-11-2015

UK : 11/12 minggu

b.Riwayat Menikah : 1x

c.Riwayat ANC : tidak

pernah

(takikardi)

Mata cekung

+/+

Turgor <<

- STATUS

OBSTETRI

TFU : di atas

symhisis

Pemeriksaan

Penunjang

Plano Test (+)

USG

DJJ (+),

gestational sac

(+), fetal tone

(+)

DL

Hb : 10,9

Hct : 35,7

Plt : 320.000

Leukosit :

10.000

4

Page 5: Hiperemesis Gravidarum - Ringenggo H.P. 2013 2040 1011 124.doc

d.Riwayat USG : tidak

pernah

RPD : DM, HT, Tiroid,

disangkal. Gastritis (+)

RPK : Penyakit jantung,

ginjal, HT, asma, DM

disangkal

Rpsos : pola makan 2-5

x/hari. Pola minum 5-7

gelas/hari, BAK : 3-4 x/hari,

BAB : 1x/hari

Pemeriksaan Fisik :

STATUS UMUM:

KU: lemah, GCS 456

Tensi : 100/70 mmHg

T ax: 37,0o C

RR : 22 x/ menit

Nadi : 102x/menit

Kepala : a+/i-/c-/d- ; mata

cekung +/+

Thorax : simetris , retraksi (-)

Pulmo: rh-/- wh-/-

Cor: s1s2 tunggal, reguler,

SE

K : 3,7

Na : 135

Cl : 100

5

Page 6: Hiperemesis Gravidarum - Ringenggo H.P. 2013 2040 1011 124.doc

murmur (-), gallop

(-)

Abd : turgor <<

Ekstremitas : edema (-), akral

dingin

STATUS OBSTETRI

TFU : di ats symphisis

Pemeriksaan Penunjang

Plano test (+)

USG

DJJ (+), gestational sac (+),

fetal tone (+)

DL

Hb : 10,9

Hct : 35,7

Plt : 320.000

Leukosit : 10.000

SE

K : 3,7

Na : 135

Cl : 100

6

Page 7: Hiperemesis Gravidarum - Ringenggo H.P. 2013 2040 1011 124.doc

PEMBAHASAN

Pada laporan kasus ini akan dibahas px Ny. TH usia 22 tahun dengan GI P00000 hamil 11-12

minggu dengan hiperemesis gravidarum tingkat II. Pasien datang dengan keluhan Mual muntah sejak 1

minggu ini. Awalnya px hanya merasa mual setiap bangun tidur namun masih bisa makan minum serta

beraktivitas seperti biasa. Selanjutnya mual dirasakan semakin sering dan px hanya bisa makan nasi

lembek berkuah dengan lauk. 3 hari ini memberat sampai px tidak bisa makan dan minum. Setiap yang

dimakan dan diminum dimuntahkan. Selama 3 hari ini px cuti bekerja dan merasa badannya sangat lemas

sehingga hanya bisa berbaring di atas tempat tidur. Setiap kali muntah sebanyak ½-1 gelas aqua, dalam

sehari 5-7 kali muntah. Muntah berupa makanan, minuman yang dimakan, darah (-). Sejak mual-muntah

hebat ini, px mengaku merasa sangat haus. Px merasa hamil 3 bulan dan sudah pernah cek ke bidan. BAK

dirasakan berkurang sejak keluhan ini muncul.

Riwayat menarche usia 13 tahun, haid teratur dengan siklus 28 hari dan lama haid 5-7 hari. HPHT

21-02-2015, TL : 28-11-2015, UK : 11-12 minggu. Riwayat menikah 1x selama 1 tahun dan ini

kehamilan pertama tanpa menggunakan kontrsepsi sebelumnya serta sudah pernah cek ke bidan 2 kali.

Pada kasus ini, px diagnosis dengan gravida melihat dari gejalanya berupa amenore, mual-muntah,

perubahan uterus yakni di atas symphisis. Hal ini diperkuat dengan hasil tes plano (+) yang ditambah

dengan hasil pemeriksaan USG ditemukan DJJ (+), gestational sac (+), fetal tone (+). Selanjutnya pada

pasien ini didiagnosis sebagai hiperemesis gravidarum karena merupakan keadaan mual-muntah yang

terjadi pada awal kehamilan sampai usia kandungan 20 minggu. Secara klinis, terdapat tiga tingkat

hiperemesis gravidarum. Pada pasien ini memenuhi kriteria sebagai hiperemesis tingkat II dilihat dari

memuntahkan segala yang dimakan dan diminum, takikardi yakni 102x/menit, disertai tanda-tanda

dehidrasi seperti mata cekung, BAK berkurang, turgor menurun. Secara umum berdasarkan berbagai

teori, pada hiperemesis gravidarum terjadi mual, muntah dan penolakan semua makanan dan

minuman yang masuk, sehingga apabila terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak

seimbangnya kadar elektrolit dalam darah. Selain itu hiperemesis gravidarum mengakibatkan

cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi karena energi yang

didapat dari makanan tidak cukup, lalu karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, terjadilah

ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah

sehingga menimbulkan asidosis.

Selanjutnya, dehidrasi yang telah terjadi menyebabkan aliran darah ke jaringan berkurang,

hal tersebut menyebabkan pasokan zat makanan dan oksigen berkurang dan juga mengakibatkan

penimbunan zat metabolik yang bersifat toksik didalam darah. Kemudian, hiperemesis

gravidarum juga dapat menyebabkan kekurangan kalium akibat dari muntah dan ekskresi lewat

ginjal, yang menambah frekuensi muntah yang lebih banyak, dan membuat lingkaran setan yang

sulit untuk dipatahkan.

Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan

dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun,

demikian pula klorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga

aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke

jaringan berkurang pula dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik.

Pada pemeriksaan kadar elektrolit pada pasien ini semua masih dalam batas normal

meskipun cenderung mengalami mulai penurunan sehingga perlu diberikan terapi yang adekuat

7

Page 8: Hiperemesis Gravidarum - Ringenggo H.P. 2013 2040 1011 124.doc

agar tidak jatuh dalam kondisi yang lebih berat yang dapat membahayakan tidak hanya pada px

namun juga pada janin. Px perlu diedukasi bahwa keadaan ini merupakan hal yang wajar dan px

tidak perlu merasa terlalu tertekan selama mengikuti semua anjuran dari klinisi yang merawat.

Karena pada px ini tidak toleran terhadap asupan makanan per oral, maka diputuskan untuk

diberi cairan intravena berupa infus RL:D5 1:2. Hal ini sesuai teori bahwa Berikan cairan

parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukose 5 % dalam cairan

garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium, dan vitamin. Pada

pasien ini juga diberikan Neurobion yang terdiri dari vitamin B1, B6, dan B12. Hal ini sesuai

dengan obat-obatan yang digunakan antara lain adalah vitamin B6 (piridoksin), antihistamin dan

agen-agen prokinetik. American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG)

merekomendasikan 10 mg piridoksin ditambah 12,5 mg doxylamine per oral setiap 8 jam sebagai

farmakoterapi lini pertama yang aman dan efektif. Dalam sebuah randomized trial, kombinasi

piridoksin dan doxylamine terbukti menurunkan 70% mual dan muntah dalam kehamilan.

Suplementasi dengan tiamin dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi berat

hiperemesis, yaitu Wernicke’s encephalopathy. Komplikasi ini jarang terjadi, tetapi perlu

diwaspadai jika terdapat muntah berat yang disertai dengan gejala okular, seperti perdarahan

retina atau hambatan gerakan ekstraokular.

Untuk obat anti muntah digunakan Ondansetron karena Antagonis reseptor 5-

hydroxytryptamine (5HT3) seperti ondansetron mulai sering digunakan, tetapi informasi

mengenai penggunaannya dalam kehamilan masih terbatas. Seperti metoklopramid, ondansetron

memiliki efektivitas yang sama dengan prometazin, tetapi efek samping sedasi ondansetron lebih

kecil. Ondansetron tidak meningkatkan risiko malformasi mayor pada penggunaannya dalam

trimester pertama kehamilan.

Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Untuk mempertahankan

keseimbangan cairan. Air kencing perlu diperiksa sehari-hari terhadap protein, aseton, khlorida

dan bilirubin. Suhu dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari.

Dilakukan pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan.

Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat dicoba

untuk memberikan minuman, dan lambat laun minuman dapat ditambah dengan makanan yang

tidak cair. Dengan penanganan di atas, pada umumnya gejala-gejala akan berkurang dan keadaan

akan bertambah baik.

8

Page 9: Hiperemesis Gravidarum - Ringenggo H.P. 2013 2040 1011 124.doc

9

Page 10: Hiperemesis Gravidarum - Ringenggo H.P. 2013 2040 1011 124.doc

BAB 1

PENDAHULUAN

Selama masa kehamilan sekitar lebih dari 80% wanita hamil mengalami mual dan

muntah. The International Statistical Classification of Disease and Related Health Problems,

Revisi Kesepuluh, menjelaskan hiperemesis gravidarum (HG) sebagai muntah yang terus-

menerus sebelum usia kehamilan 22 minggu yang terbagi dalam gejala ringan dan berat, gejala

berat berhubungan dengan kelainan metabolik seperti berkurangnya nutrisi, dehidrasi maupun

gangguan keseimbangan eletrolit. Hiperemesis gravidarum adalah penyebab utama ibu hamil

dirawat dirumah sakit pada trimester awal kehamilan.

Mual dan muntah pada kehamilan biasanya dimulai pada kehamilan minggu ke-9 sampai

ke-10, memberat pada minggu ke-11 sampai ke-13 dan berakhir pada minggu ke-12 sampai ke-

14. Hanya pada 1-10% kehamilan gejala berlanjut melewati minggu ke-20 sampai ke-22. Pada

0,3-2% kehamilan terjadi hiperemesis gravidarum yang menyebabkan ibu harus ditata laksana

dengan rawat inap.

Mual dan muntah sering terjadi pada pada minggu pertama kehamilan, dan hal tersebut

merupakan hal yang normal yang biasa disebut dengan emesis gravidarum. Mual dan muntah

yang biasa dapat berlanjut menjadi suatu keadaan menolak semua makanan dan minuman yang

masuk, hal tersebut dapat menyebabkan dehidrasi, kelaparan dengan ketosis, kehilangan berat

badan lebih dari 5% bahkan sampai kematian.

Hiperemesis gravidarum merupakan kasus yang memerlukan perawatan di rumah sakit.

Hiperemesis gravidarum ini penyebabnya masih belum diketahui, namun beberapa penelitian

menyebutkan beberapa teori tentang hal yang dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum

seperti kadar hormon korionik gonadotropin, hormon estrogen, infeksi H.pylori dan juga faktor

psikologis.

Usia ibu merupakan faktor risiko dari hiperemesis gravidarum. Hal tersebut berhubungan

dengan kondisi psikologis ibu hamil. Literatur menyebutkan bahwa ibu dengan usia kurang dari

20 tahun atau lebih dari 35 tahun lebih sering mengalami hiperemesis gravidarum. Usia gestasi

juga merupakan faktor risiko hiperemesis gravidarum, hal tersebut berhubungan dengan kadar

hormon korionik gonadotropin, estrogen dan progesteron di dalam darah ibu. Kadar hormon

korionik gonadotropin merupakan salah satu etiologi yang dapat menyebabkan hiperemesis

gravidarum. Kadar hormon gonadotropin dalam darah mencapai puncaknya pada trimester

pertama, oleh karena itu, mual dan muntah lebih sering terjadi pada trimester pertama.

Faktor risiko lain adalah jumlah gravida. Hal tersebut berhubungan dengan kondisi

psikologis ibu hamil dimana ibu hamil yang baru pertama kali hamil akan mengalami stres yang

lebih besar dari ibu yang sudah pernah melahirkan dan dapat menyebabkan hiperemesis

gravidarum, ibu primigravida juga belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan

korionik gonadotropin, hal tersebut menyebabkan ibu yang baru pertama kali hamil lebih sering

mengalami hiperemesis gravidarum. Pekerjaan juga merupakan faktor risiko penyakit

hiperemesis gravidarum. Pekerjaan berhubungan dengan kondisi sosial ekonomi yang juga

mempengaruhi pola makan, aktifitas dan stres pada ibu, pada ibu hamil.

10

Page 11: Hiperemesis Gravidarum - Ringenggo H.P. 2013 2040 1011 124.doc

Diagnosis dan penatalaksanaan mual dan muntah dalam kehamilan yang tepat dapat

mencegah komplikasi hiperemesis gravidarum yang membahayakan ibu dan janin. Ketepatan

diagnosis sangat penting, karena terdapat sejumlah kondisi lain yang dapat menyebabkan mual

dan muntah dalam kehamilan. Tata laksana komprehensif dimulai dari istirahat, modifikasi diet

dan menjaga asupan cairan. Jika terjadi komplikasi hiperemesis gravidarum, penatalaksanaan

utama adalah pemberian cairan rehidrasi dan perbaikan elektrolit. Terapi farmakologi dapat

diberikan jika dibutuhkan, seperti piridoksin, doxylamine, prometazin, dan metoklopramin

dengan memperhatikan kontraindikasi dan efek sampingnya. Beberapa terapi alternatif sudah

mulai diteliti untuk penatalaksanaan hiperemesis gravidarum, seperti ekstrak jahe dan akupuntur,

dengan hasil yang bervariasi.

11

Page 12: Hiperemesis Gravidarum - Ringenggo H.P. 2013 2040 1011 124.doc

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Mual dan muntah sering terjadi pada pada minggu-pertama kehamilan, dan hal tersebut

merupakan hal yang normal yang biasa disebut dengan emesis gravidarum. Mual dan muntah

yang biasa dapat berlanjut menjadi suatu keadaan yang jarang terjadi, yaitu menolak semua

makanan dan minuman yang masuk, hal tersebut dapat menyebabkan dehidrasi, kelaparan

dengan ketosis bahkan sampai kematian.

Hiperemesis gravidarum adalah suatu penyakit dimana wanita hamil memuntahkan

segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badannya sangat turun, turgor kulit

berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuria. Sedangkan dari literatur lain menyebutkan

bahwa hiperemesis gravidarum adalah muntah yang cukup parah sehingga menyebabkan

kehilangan berat badan, dehidrasi, asidosis dari kelaparan, alkalosis dari kehilangan asam

hidroklorid saat muntah dan hipokalemia.Tabel 2.1 Definisi-definisi mual dan muntah dalam kehamilan 2

Emesis gravidarum Hiperemesis gravidarum

Mual dan muntah dikeluhkan terus

melewati 20 minggu pertama

kehamilan

Mual dan muntah mengganggu

aktivitas sehari-hari

Tidak mengganggu aktivitas sehari-hari

Mual dan muntah tidak menimbulkan

komplikasi (ketonuria, dehidrasi,

hipokalemia, penurunan berat badan

Tidak menimbulkan komplikasi

patologis

2.2 Batasan

■Mual : merupakan suatu perasaan tidak enak yang berhubungan dengan saluran pencernaan

bagian atas yang sering didahului dengan suatu dorongan untuk muntah.

■ Retching :suatu gerakan yang ritmik hilang timbul, spasmodik dari diafragma dan otot

dinding perut yang biasa terjadi bersamaan dengan rasa mual.

■ Muntah : merupakan suatu dorongan tenaga yang kuat untuk mengeluarkan isi lambung atau

usus halus melalui rongga mulut.

■ Emesis gravidarum yang tidak responsif dengan obat-obatan

■ Muntah-muntah yang sampai menimbulkan penurunan berat badan, dehidrasi, acidosis akibat

kelaparan, alkalosis akibat hilangnya hcl saat muntah dan hipokalemia

■ Morning sickness = salah oleh karena 80 % berlangsung sepanjang hari

Pada muntah biasanya diikuti tanda-tanda dan gejala :

a) takhikardi menjelang muntah.

b) bradikardi selama muntah.

c) penurunan tekanan darah.

12

Page 13: Hiperemesis Gravidarum - Ringenggo H.P. 2013 2040 1011 124.doc

d) kelemahan atau perasaan mengawang.

e) pucat

f) kenaikan frekwensi dan dalamnya pernafasan.

Patofisiologi dan mekanisme terjadinya muntah

1. Mual dan muntah dikontrol oleh pusat muntah di formatio retikularis di daerah medula.

2. Muntah akan dirangsang bila input dari area yang lain mencapai pusat muntah, yaitu ctz

(dilantai ventrikel iv dari otak).

3. Rangsangan muntah pada pusat muntah dapat melalui beberapa jalur dan neuro transmitor.

4. Reseptor muntah terdapat pada sel enterochromafin mukosa lambung, saluran pencernaan,

sebagian dinding pembuluh darah, dan lain-lain.

Rangsangan muntah dapat terjadi karena :

1. Gangguan viscera

a. Iritasi lambung karena nsaid, antibiotika, alkohol, zat besi, dan lain-lain.

b. Kanker lambung, tumor abdomen, desakan dari luar, peritonitis.

c. Distensi lambung karena narkotik.

2. Gangguan kimiawi

a. Obat-obatan seperti opiat digitalis, estrogen kemoterapi.

b. Bahan kimia dalam darah, hiperkalsemia, uremia.

c. Bahan racun, infeksi, radiasi.

3. Gangguan vestibuler

a. Bahan toxic seperti aspirin, opiat.

b. Motion sickness, syndroma meniere, gangguan labirinth.

c. Tumor lokal, tumor otak, neuroma.

4. Gangguan saraf pusat

a. Nyeri, takut, gangguan psikologis dan emosi.

b. Tekanan intrakranial yang meningkat

5. Gangguan pada pusat muntah

a. Neurotransmitor yang berperan histamin h1 dan muskarinik kolinergik.

b. Reseptor yang berperan adalah serotonin (5ht3) serotonin ini berhubungan dengan ctz.

Kadar serotonin yang tinggi dalam darah akan mengaktifir ctz.

Fase-fase muntah

1. Fase pro eyeksi

2. Fase eyeksi

3. Fase post eyeksi

Jenis muntah

1. Acute emesis

2. Delayed emesis

3. Anticipatory emesis

2.3 Etiologi

Penyebab pasti mual dan muntah yang dirasakan ibu hamil belum diketahui, tetapi

terdapat beberapa teori yang mengajukan keterlibatan faktor-faktor biologis, sosial dan

13

Page 14: Hiperemesis Gravidarum - Ringenggo H.P. 2013 2040 1011 124.doc

psikologis. Faktor biologis yang paling berperan adalah perubahan kadar hormon selama

kehamilan. Menurut teori terbaru, peningkatan kadar human Chorionic gonadotropin (hCG)

akan menginduksi ovarium untuk memproduksi estrogen, yang dapat merangsang mual dan

muntah. Perempuan dengan kehamilan ganda atau mola hidatidosa yang diketahui memiliki

kadar hCG lebih tinggi daripada perempuan hamil lain mengalami keluhan mual dan muntah

yang lebih berat. Progesteron juga diduga menyebabkan mual dan muntah dengan cara

menghambat motilitas lambung dan irama kontraksi otot-otot polos lambung. Penurunan kadar

thyrotropin-stimulating hormone (TSH) pada awal kehamilan juga berhubungan dengan

hiperemesis gravidarum meskipun mekanismenya belum jelas. Hiperemesis gravidarum

merefleksikan perubahan hormonal yang lebih drastis dibandingkan kehamilan biasa.

Ada beberapa faktor prodisposisi yang dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Faktor adaptasi dan hormonal

Pada waktu hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi Hiperemesis Gravidarum

dapat dimasukkan dalam ruang lingkup faktor adaptasi adalah wanita hamil dengan

anemia, wanita primigravida, kehamilan ganda dan hamil mola hidatidosa. Sebagai

kecil primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan korionik

gonadotropin , sedangkan pada hamil ganda dan mola hidatidosa jumlah hormon yang

dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan terjadinya Hiperemesis Gravidarum. 

b. Faktor Organik

Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat

hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini.

c. Faktor Psikologis

Hubungan faktor psikologis dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum belum jelas,

kemungkinan besar bahwa wanita yang mendadak hamil, takut kehilangan pekerjaan,

keretakan hubungan dengan suami, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu dan

sebagainya, diduga dapat menjadi faktor kejadian Hiperemesis Gravidarum. Dengan

perubahan suasana dan masuk rumah sakit penderitanya dapat berkurang sampai

menghilang.

d. Faktor Alergi

Pada kehamilan, dimana diduga terjadi invasi jaringan vili khorialis yang masuk

kedalam peredaran darah ibu, maka faktor alergi dianggap dapat menyebabkan

terjadinya Hiperemesis Gravidarum.

Bedah mayat pada wanita yang meninggal dunia akibat hiperemesis gravidarum

menunjukkan kelainan-kelainan pada berbagai alat dalam tubuh, yang juga dapat ditemukan pada

malnutrisi oleh bermacam sebab.

1. Hati

Pada hiperemesis gravidarum tanpa komplikasi hanya ditemukan degenerasi lemak tanpa

nekrosis, degenerasi lemak tersebut terletak sentrilobuler. Kelainan lemak ini nampaknya

tidak menyebabkan kematian dan dianggap sebagai akibat muntah yang terus menerus. Dapat

ditambahkan bahwa separuh penderita yang meninggal karena hiperemesis gravidarum

menunjukkan gambaran mikroskopik hati yang normal.

2. Jantung

14

Page 15: Hiperemesis Gravidarum - Ringenggo H.P. 2013 2040 1011 124.doc

Jantung menjadi lebih kecil dari pada biasa dan beratnya atrofi, ini sejalan dengan lamanya

penyakit, kadang-kadang ditemukan perdarahan sub-endokardial.

3. Otak

Adakalanya terdapat bercak-bercak perdarahan pada otak dan kelainan seperti pada

encefalopathi Wernicke dapat dijumpai (dilatasi kapiler dan perdarahan kecil-kecil di daerah

korpora mamilaria ventrikel ketiga dan keempat).

4. Ginjal

Ginjal tampak pucat dan degenerasi lemak dapat ditemukan pada tubuli kontorti.

2.4 Faktor Risiko

Beberapa faktor risiko penyakit hiperemesis gravdarum antara lain adalah usia ibu, usia

gestasi, jumlah gravida, tingkat sosial ekonomi, kehamilan ganda, kehamilan mola, kondisi

psikologis ibu dan adanya infeksi H.pilory. Usia ibu merupakan faktor risiko dari hiperemesis

gravidarum yang berhubungan dengan kondisi psikologis ibu hamil. Literatur menyebutkan

bahwa ibu dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun lebih sering mengalami

hiperemesis gravidarum. Usia gestasi atau usia kehamilan juga merupakan faktor risiko

hiperemesis gravidarum, hal tersebut berhubungan dengan kadar hormon korionik gonadotropin,

estrogen dan progesteron di dalam darah ibu. Kadar hormon korionik gonadotropin merupakan

salah satu etiologi yang dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum. Kadar hormon

gonadotropin dalam darah mencapai puncaknya pada trimester pertama, tepatnya sekitar minggu

ke 14-16. Oleh karena itu, mual dan muntah lebih sering terjadi pada trimester pertama.

Peningkatan kadar hCG mengakibatkan perubahan atau gangguan (dismotilitas) sistem

pencernaan serta gangguan sistem imun humoral yang diduga sebagai pencetus infeksi H.pilory

selama kehamilan.

Faktor risiko lain adalah jumlah gravida. Hal tersebut berhubungan dengan kondisi

psikologis ibu hamil dimana ibu hamil yang baru pertama kali hamil akan mengalami stress yang

lebih besar dari ibu yang sudah pernah melahirkan dan dapat menyebabkan hiperemesis

gravidarum, ibu primigravida juga belum mampu beradaptasi terhadap perubahan korionik

gonadotropin, hal tersebut menyebabkan ibu yang baru pertama kali hamil lebih sering

mengalami hiperemesis gravidarum. Pekerjaan juga merupakan faktor risiko penyakit

hiperemesis gravidarum. Pekerjaan berhubungan dengan kondisi sosial ekonomi yang juga

mempengaruhi pola makan, aktifitas dan stres pada ibu hamil.

2.5 Patofisiologi

Ada teori yang menyebutkan bahwa perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya

kadar korionik gonadotropin, estrogen dan progesteron karena keluhan ini mucul pada 6 minggu

pertama kehamilan yang dimulai dari hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama 10

minggu. Pengaruh fisiologis hormon korionik gonadotropin, estrogen dan progesteron ini masih

belum jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat akibat berkurangnya sistem pengosongan

lambung.

Secara umum berdasarkan berbagai teori, pada hiperemesis gravidarum terjadi mual,

muntah dan penolakan semua makanan dan minuman yang masuk, sehingga apabila terus-

menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak seimbangnya kadar elektrolit dalam darah.

Selain itu hiperemesis gravidarum mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis

15

Page 16: Hiperemesis Gravidarum - Ringenggo H.P. 2013 2040 1011 124.doc

terpakai untuk keperluan energi karena energi yang didapat dari makanan tidak cukup, lalu

karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-

asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah sehingga menimbulkan asidosis.

Selanjutnya, dehidrasi yang telah terjadi menyebabkan aliran darah ke jaringan

berkurang, hal tersebut menyebabkan pasokan zat makanan dan oksigen berkurang dan juga

mengakibatkan penimbunan zat metabolik yang bersifat toksik didalam darah. Kemudian,

hiperemesis gravidarum juga dapat menyebabkan kekurangan kalium akibat dari muntah dan

ekskresi lewat ginjal, yang menambah frekuensi muntah yang lebih banyak, dan membuat

lingkaran setan yang sulit untuk dipatahkan.

Ada yang menyatakan bahwa perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar

estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trimester pertama.

Pengaruh fisiologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem syaraf

pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan

wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan.

Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil

muda (trimester pertama), bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak

seimbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala-gejala ini

hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, di

samping pengaruh hormonal. Yang jelas wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita

lambung spastik dengan gejala tak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum

yang lebih berat.

Hiperemesis gravidarum ini akan mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak

habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah

ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah.

Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan

dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun,

demikian pula klorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga

aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke

jaringan berkurang pula dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik.

Di samping dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan

pada selaput lendir oesophagus dan lambung (Sindroma Mallory-Weiss), dengan akibat

16

Page 17: Hiperemesis Gravidarum - Ringenggo H.P. 2013 2040 1011 124.doc

perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti

sendiri. Jarang sampai diperlukan transfusi atau tindakan operatif.

2.6 Klasifikasi

Hiperemesis gravidarum dapat diklasifikasikan secara klinis menjadi hiperemesis

gravidarum tingkat I, II dan III. Hiperemesis gravidarum tingkat I ditandai oleh muntah yang

terus-menerus disertai dengan penurunan nafsu makan dan minum. Terdapat penurunan berat

badan dan nyeri epigastrium. Pertama-tama isi muntahan adalah makanan, kemudian lendir

beserta sedikit cairan empedu, dan dapat keluar darah jika keluhan muntah terus berlanjut.

Frekuensi nadi meningkat sampai 100 kali per menit dan tekanan darah sistolik menurun. Pada

pemeriksaan fisik ditemukan mata cekung, lidah kering, penurunan turgor kulit dan penurunan

jumlah urin.

Pada hiperemesis gravidarum tingkat II, pasien memuntahkan semua yang dimakan dan

diminum, berat badan cepat menurun, dan ada rasa haus yang hebat. Frekuensi nadi berada pada

rentang 100-140 kali/menit dan tekanan darah sistolik kurang dari 80 mmHg. Pasien terlihat

apatis, pucat, lidah kotor, kadang ikterus, dan ditemukan aseton serta bilirubin dalam urin.

Hiperemesis gravidarum tingkat III sangat jarang terjadi. Keadaan ini merupakan

kelanjutan dari hiperemesis gravidarum tingkat II yang ditandai dengan muntah yang berkurang

atau bahkan berhenti, tetapi kesadaran pasien menurun (delirium sampai koma). Pasien dapat

mengalami ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung dan dalam urin ditemukan bilirubin

dan protein.

2.7 Diagnosis

Pada diagnosis harus ditentukan adanya kehamilan dan muntah yang terus menerus,

sehingga mempengaruhi keadaan umum (sering muntah lebih dari 10 kali per 24 jam).

Pemeriksaan fisik pada pasien hiperemesis gravidarum biasanya tidak memberikan tanda-tanda

yang khusus. Lakukan pemeriksaan tanda vital, keadaan membran mukosa, turgor kulit, nutrisi

dan berat badan. Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai dehidrasi, turgor kulit yang menurun,

perubahan tekanan darah dan nadi. Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan antara lain,

pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan kadar elektrolit, keton urin, tes fungsi hati, dan

urinalisa untuk menyingkirkan penyebab lain. Pada pemeriksaan laboratorium pasien dengan

hiperemesis gravidarum dapat diperoleh peningkatan relatif hemoglobin dan hematokrit,

hiponatremia dan hipokalemia, badan keton dalam darah dan proteinuria. Bila hyperthyroidism

dicurigai, dilakukan pemeriksaan T3 dan T4. Lakukan pemeriksaan ultrasonografi untuk

menyingkirkan kehamilan mola.

Beberapa pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis

hiperemesis gravidarum adalah:

a) Urinalisis untuk cek keton dan yang lebih spesifik. Tanda-tanda starvasi, keton sangatlah

berbahaya bagi perkembangan fetus. Bisa juga disertai dengan deplesi volum

b) Serum elektrolit dan keton. Penilaian kadar elektrolit untuk evaluasi rendahnya kadar

sodium atau potassium, identifikasi alkalosis atau asidosis hiperkloremik, serta evaluasi

fungsi renal dan status volume.

17

Page 18: Hiperemesis Gravidarum - Ringenggo H.P. 2013 2040 1011 124.doc

c) Enzim liver dan bilirubin. Peningkatan enzim hati dapat terjadi pada >50% pasien dengan

hiperemesis gravidarum. Transaminitis ringan dapat membaik segera setelah mual-

muntah teratasi. Secara signifikan, kenaikan kadar enzim hati dapat dijadikan tanda

adanya penyakit hati yang mendasari seperti hepatitis (virus, iskemik, autoimmun) atau

etiologi lain dari trauma hepar.

d) Amilase/Lipase yang meningkat pada kurang lebih 10% pasien dengan hiperemesis

gravidarum. Peningkatan kadar lipase dan amilase dapat dijadikan acuan untuk curiga

adanya pankreatitis sebagai etiologi.

e) Kultur urin dapat diperiksa karena infeksi saluran kencing merupakan hal yang sering

terjadi pada pasien hamil dan dapat dihubungkan dengan kejadian hiperemesis

gravidarum.

f) Pertimbangkan untuk memeriksa kadar kalsium. Beberapa kasus yang walaupun jarang

pernah dilaporkan kejadian hiperkalsemia yang dihubungkan dengan hiperemesis

gravidarum sebagai akibat keadaan hiperparatiroid.

g) Hematokrit juga dapat mengalami kenaikan karena adanya konstriksi volume.

h) Pemeriksaan penunjang tambahan umumnya tidak dibutuhkan kecuali pada keadaan

dengan manifestasi klinis yang tidak khas/atipikal (mual dan atau muntah yang dimulai

saat usia kehamilan 9-10 minggu, mual dan atau muntah yang menetap setelah usia 20-22

minggu, eksaserbasi akut yang parah)atau penyakit lain berdasarkan riwayat penyakit

dahulu ataupun pemeriksaan fisik.

i) Ketika ada indikasi klinis, dapat dilakukan USG abdomen atas untuk evaluasi pankreas

dan atau duktus bilier

j) Pada kasus yang jarang CT scan abdomen atau MRI dapat diperiksakan bila curiga

appendisitis sebagai penyebab mual-muntah saat kehamilan.

k) Pada pasien dengan nyeri abdomen atau perdarahan saluran cerna bagian atas dapat

dipertimbangkan untuk dilakukan pemeriksaan endoskopi, begitu pula saat keadaan hamil

dengan monitor ketat

2.8 Penatalaksanaan

2.8.1 Non Farmakologi

Tata laksana awal dan utama untuk mual dan muntah tanpa komplikasi adalah istirahat

dan menghindari makanan yang merangsang, seperti makanan pedas, makanan berlemak, atau

suplemen besi. Perubahan pola diet yang sederhana, yaitu mengkonsumsi makanan dan minuman

dalam porsi yang kecil namun sering cukup efektif untuk mengatasi mual dan muntah derajat

ringan.1 Jenis makanan yang direkomendasikan adalah makanan ringan, kacang-kacangan,

produk susu, kacang panjang, dan biskuit kering. Minuman elektrolit dan suplemen nutrisi

peroral disarankan sebagai tambahan untuk memastikan terjaganya keseimbangan elektrolit dan

pemenuhan kebutuhan kalori. Menu makanan yang banyak mengandung protein juga memiliki

18

Page 19: Hiperemesis Gravidarum - Ringenggo H.P. 2013 2040 1011 124.doc

efek positif karena bersifat eupeptic dan efektif meredakan mual. Manajemen stres juga dapat

berperan dalam menurunkan gejala mual.

Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa

takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik, yang

kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini seperti keadaan sosial ekonomi, pekerjaan

serta lingkungan. Diberikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar, normal

dan fisiologis, jadi tidak perlu takut dan khawatir.

2.8.2 Farmakologi

2.8.2.1 Tata laksana awal

Pasien hiperemesis gravidarum harus dirawat inap dirumah sakit dan dilakukan rehidrasi

dengan cairan natrium klorida atau ringer laktat, penghentian pemberian makanan per oral

selama 24-48 jam, serta pemberian antiemetik jika dibutuhkan. Penambahan glukosa,

multivitamin, magnesium, pyridoxine, atau tiamin perlu dipertimbangkan. Cairan dekstrosa dapat

menghentikan pemecahan lemak. Untuk pasien dengan defisiensi vitamin, tiamin 100 mg

diberikan sebelum pemberian cairan dekstrosa. Penatalaksanaan dilanjutkan sampai pasien dapat

mentoleransi cairan per oral dan didapatkan perbaikan hasil laboratorium.

Pemberian obat secara intravena dipertimbangkan jika toleransi oral pasien buruk. Obat-

obatan yang digunakan antara lain adalah vitamin B6 (piridoksin), antihistamin dan agen-agen

prokinetik. American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) merekomendasikan

10 mg piridoksin ditambah 12,5 mg doxylamine per oral setiap 8 jam sebagai farmakoterapi lini

pertama yang aman dan efektif. Dalam sebuah randomized trial, kombinasi piridoksin dan

doxylamine terbukti menurunkan 70% mual dan muntah dalam kehamilan. Suplementasi dengan

tiamin dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi berat hiperemesis, yaitu

Wernicke’s encephalopathy. Komplikasi ini jarang terjadi, tetapi perlu diwaspadai jika terdapat

muntah berat yang disertai dengan gejala okular, seperti perdarahan retina atau hambatan

gerakan ekstraokular.

Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukose 5

% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium, dan

vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C dan bila ada kekurangan protein, dapat

diberikan pula asam amino secara intravena.

Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Untuk mempertahankan

keseimbangan cairan. Air kencing perlu diperiksa sehari-hari terhadap protein, aseton, khlorida

dan bilirubin. Suhu dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari.

Dilakukan pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan.

Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat dicoba

untuk memberikan minuman, dan lambat laun minuman dapat ditambah dengan makanan yang

tidak cair. Dengan penanganan di atas, pada umumnya gejala-gejala akan berkurang dan keadaan

akan bertambah baik.

Antiemetik konvensional, seperti fenotiazin dan benzamin, telah terbukti efektif dan

aman bagi ibu. Antiemetik seperti proklorperazin, prometazin, klorpromazin menyembuhkan

mual dan muntah dengan cara menghambat postsynaptic mesolimbic dopamine receptors melalui

efek antikolinergik dan penekanan reticular activating system. Obat-obatan tersebut

19

Page 20: Hiperemesis Gravidarum - Ringenggo H.P. 2013 2040 1011 124.doc

dikontraindikasikan terhadap pasien dengan hipersensitivitas terhadap golongan fenotiazin,

penyakit kardiovaskuler berat, penurunan kesadaran berat, depresi sistem saraf pusat, kejang

yang tidak terkendali, dan glaucoma sudut tertutup. Namun, hanya didapatkan sedikit informasi

mengenai efek terapi antiemetik terhadap janin.

Fenotiazin atau metoklopramid diberikan jika pengobatan dengan antihistamin gagal.

Prochlorperazine juga tersedia dalam sediaan tablet bukal dengan efek samping sedasi yang lebih

kecil. Dalam sebuah randomized trial, metoklopramid dan prometazin intravena memiliki

efektivitas yang sama untuk mengatasi hiperemesis, tetapi metoklopramid memiliki efek

samping mengantuk dan pusing yang lebih ringan. Studi kohort telah menunjukkan bahwa

penggunaan metoklopramid tidak berhubungan dengan malformasi kongenital, berat badan lahir

rendah, persalinan preterm, atau kematian perinatal. Namun, metoklopramid memiliki efek

samping tardive dyskinesia, tergantung durasi pengobatan dan total dosis kumulatifnya. Oleh

karena itu, penggunaan selama lebih dari 12 minggu harus dihindari.

Antagonis reseptor 5-hydroxytryptamine (5HT3) seperti ondansetron mulai sering

digunakan, tetapi informasi mengenai penggunaannya dalam kehamilan masih terbatas. Seperti

metoklopramid, ondansetron memiliki efektivitas yang sama dengan prometazin, tetapi efek

samping sedasi ondansetron lebih kecil. Ondansetron tidak meningkatkan risiko malformasi

mayor pada penggunaannya dalam trimester pertama kehamilan. Droperidol efektif untuk mual

dan muntah dalam kehamilan, tetapi sekarang jarang digunakan karena risiko pemanjangan

interval QT dan torsades de pointes. Pemeriksaan elektrokardiografi sebelum, selama dan tiga

jam setelah pemberian droperidol perlu dilakukan.

Untuk kasus-kasus refrakter, metilprednisolon dapat menjadi obat pilihan.

Metilprednisolon lebih efektif daripada promethazine untuk penatalaksanaan mual dan muntah

dalam kehamilan. Efek samping metilprednisolon sebagai sebuah glukokortikoid juga patut

diperhatikan. Dalam sebuah metaanalisis dari empat studi, penggunaan glukokortikoid sebelum

usia gestasi 10 minggu berhubungan dengan risiko bibir sumbing dan tergantung dosis yang

diberikan. Oleh karena itu, penggunaan glukokortikoid direkomendasikan hanya pada usia

gestasi lebih dari 10 minggu.

Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan

mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan,

takhikardi, ikterus, anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam

keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk

melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh

dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala

ireversibel pada organ vital.

20

Page 21: Hiperemesis Gravidarum - Ringenggo H.P. 2013 2040 1011 124.doc

Gambar 2.1 Algoritma Tata Laksana Hiperemesis Gravidarum

21

Page 22: Hiperemesis Gravidarum - Ringenggo H.P. 2013 2040 1011 124.doc

Gambar 2.1 Algoritme terapi farmakologi untuk mual dan muntah dalam kehamilan

Gambar 2.2 Obat-obatan untuk tata laksana mual dan muntah dalam kehamilan

2.8.2.2 Terapi alternative

a) Terapi alternatif seperti akupunktur dan jahe telah diteliti untuk penatalaksanaan mual

dan muntah dalam kehamilan. Akar jahe (Zingiber officinale Roscoe) adalah salah satu

pilihan nonfarmakologik dengan efek yang cukup baik. Bahan aktifnya, gingerol, dapat

menghambat pertumbuhan seluruh galur H. pylori, terutama galur Cytotoxin associated

gene (Cag) A+ yang sering menyebabkan infeksi. Empat randomized trials menunjukkan

bahwa ekstrak jahe lebih efektif daripada plasebo dan efektivitasnya sama dengan

vitamin B6. Efek samping berupa refluks gastroesofageal dilaporkan pada beberapa

penelitian, tetapi tidak ditemukan efek samping signifikan terhadap keluaran kehamilan

Dosisnya adalah 250 mg kapsul akar jahe bubuk per oral, empat kali sehari. Terapi

akupunktur untuk meredakan gejala mual dan muntah masih menjadi kontroversi.

Penggunaan acupressure pada titik akupuntur Neiguan P6 di pergelangan lengan

menunjukkan hasil yang tidak konsisten dan penelitiannya masih terbatas karena

kurangnya uji yang tersamar. Dalam sebuah studi yang besar didapatkan tidak terdapat

efek yang menguntungkan dari penggunaan acupressure, namun The Systematic

Cochrane Review mendukung penggunaan stimulasi akupunktur P6 pada pasien tanpa

profilaksis antiemetik. Stimulasi ini dapat mengurangi risiko mual. Terapi stimulasi saraf

tingkat rendah pada aspek volar pergelangan tangan juga dapat menurunkan mual dan

muntah serta merangsang kenaikan berat badan.

b.) Diet

22

Page 23: Hiperemesis Gravidarum - Ringenggo H.P. 2013 2040 1011 124.doc

o Diet hiperemesis 1 : diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya

berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan

tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam zat-zat gizi kecuali vitamin

C karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.

o Diet hiperemesis 2 : diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara

berangsur mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman

tidak diberikan bersama makanan. Makanan ini rendah dalam semua zat-zat gizi

kecuali vitamin A dan D.

o Diet hiperemesis 3 : diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan.

Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan.

Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali kalsium.

c.) Isolasi di Rumah Sakit pada pasien hiperemesis tingkat II dan III

Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran

udara yang baik. Catat cairan yang keluar dan masuk. Hanya dokter dan perawat yang

boleh masuk ke dalam kamar penderita, sampai muntah berhenti dan penderita mau

makan. Tidak diberikan makanan atau minuman selama 24 jam. Kadang-kadang

dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.

2.9 Komplikasi

Muntah yang terus-menerus disertai dengan kurang minum yang berkepanjangan dapat

menyebabkan dehidrasi. Jika terus berlanjut, pasien dapat mengalami syok. Dehidrasi yang

berkepanjangan juga menghambat tumbuh kembang janin.11 Oleh karena itu, pada pemeriksaan

fisik harus dicari apakah terdapat abnormalitas tanda-tanda vital, seperti peningkatan frekuensi

nadi (>100 kali per menit), penurunan tekanan darah, kondisi subfebris, dan penurunan

kesadaran. Selanjutnya dalam pemeriksaan fisis lengkap dapat dicari tanda-tanda dehidrasi, kulit

tampak pucat dan sianosis, serta penurunan berat badan.

Selain dehidrasi, akibat lain muntah yang persisten adalah gangguan keseimbangan

elektrolit seperti penurunan kadar natrium, klor dan kalium, sehingga terjadi keadaan alkalosis

metabolik hipokloremik disertai hiponatremia dan hipokalemia. Hiperemesis gravidarum yang

berat juga dapat membuat pasien tidak dapat makan atau minum sama sekali, sehingga cadangan

karbohidrat dalam tubuh ibu akan habis terpakai untuk pemenuhan kebutuhan energi jaringan.

Akibatnya, lemak akan dioksidasi. Namun, lemak tidak dapat dioksidasi dengan sempurna dan

terjadi penumpukan asam aseton-asetik, asam hidroksibutirik, dan aseton, sehingga

menyebabkan ketosis. Salah satu gejalanya adalah bau aseton (buah-buahan) pada napas. Pada

pemeriksaan laboratorium pasien dengan hiperemesis gravidarum dapat diperoleh peningkatan

relatif hemoglobin dan hematokrit, hiponatremia dan hipokalemia, badan keton dalam darah dan

proteinuria.

Robekan pada selaput jaringan esofagus dan lambung dapat terjadi bila muntah terlalu

sering. Pada umumnya robekan yang terjadi kecil dan ringan, dan perdarahan yang muncul dapat

berhenti sendiri. Tindakan operatif atau transfusi darah biasanya tidak diperlukan.

Perempuan hamil dengan hiperemesis gravidarum dan kenaikan berat badan dalam

kehamilan yang kurang (<7 kg) memiliki risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan

23

Page 24: Hiperemesis Gravidarum - Ringenggo H.P. 2013 2040 1011 124.doc

berat badan lahir rendah, kecil untuk masa kehamilan, prematur, dan nilai APGAR lima menit

kurang dari tujuh.

Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil

muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrrolit

dengan alkalosis hiperkloremik. Selain oleh karena faktor hormonal, faktor psikologik

memegang pernana penting terjadinya hiperemesis gravidarum. Apalagi wanita yang sebelum

hamil sudah menderita lambung spastik dengan gejala tak suka makan dan mual, akan

mengalami emesis gravidarum yang lebih berat.

Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis

terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna , terjadilah ketosis

dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah.

Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah memyebabkan

dehidrasi, sehingga cairan ekstraselular dan plasma berkurang. Elektrolit darah juga akan turun.

Selain itu dehidarsi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang.

Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang pula serta

tertimbunnya zat metabolic yang toksis. Kekurangan kalium sebagai akibat mual dan muntah

serta bertambahnya ekskresi melalui ginjal, menambah frekwensi muntah-muntah yang lebih

banyak, dapat merusak hati, dan terjadilah lingkaran setan yang sulit untuk diputuskan.

■ Komplikasi pada ibu :

1. Gagal ginjal

2. Central pontine myelinolysis

3. Coagulopathy dan atrophy

4. Mallory-weiss syndrome

5. Hipoglikemia

6. Anuria

7. Takikardi

8. Ikterus

9. Delirium sampai dengan koma

10. Malnutrisi

11. Wernicke’s encephalopathy

12. Pneumomediastinitis

■ Komplikasi pada bayi :

1. Stress berkepanjangan

2. Dehidrasi

3. Malnutrisi

4. Diabetes (komplikasi lanjut)

5. Penyakit jantung (komplikasi lanjut)

2.10 Prognosis

24

Page 25: Hiperemesis Gravidarum - Ringenggo H.P. 2013 2040 1011 124.doc

Tujuan terapi emesis atau hiperemesis gravidarum adalah untuk mencegah komplikasi

seperti ketonuria, dehidrasi, hipokalemia dan penurunan berat badan lebih dari 3 kg atau 5%

berat badan. Penilaian keberhasilan terapi dilakukan secara klinis dan laboratoris. Secara klinis,

keberhasilan terapi dapat dinilai dari penurunan frekuensi mual dan muntah, frekuensi dan

intensitas mual, serta perbaikan tanda-tanda vital dan dehidrasi. Parameter laboratorium yang

perlu dinilai adalah perbaikan keseimbangan asam-basa dan elektrolit.

Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat memuaskan.

Literatur lain menyebutkan, prognosis hiperemesis gravidarum umumnya baik, namun dapat

menjadi fatal bila terjadi deplesi elektrolit dan ketoasidosis yang tidak dikoreksi dengan tepat

dan cepat.

2.11 Pencegahan

Prinsip pencegahan adalah mengubah emesis agar tidak terjadi hiperemesis :

a. Penerangan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses

fisiologis. Meyakinkan pasien untuk menghadapi kehamilan dengan kebahagian, karena

kehamilan adalah anugerah dari Tuhan.

b. Makan sedikit-sedikit tetapi sering, berikan makanan selingan super biskuit, roti kering

dengan teh hangat saat bangun pagi dan sebelum tidur.

c. Jangan berikan makanan dalam jumlah atau porsi besar karena akan membuat pasien

bertambah mual

d. Banyak mengkonsumsi buah, sayuran dan makanan yang tinggi karbohidrat seperti roti,

kentang, biscuit, dll

e. Minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi akibat muntah. Minum dengan air putih,

ataupun juice. Hindari minuman yang mengandung kafein dan karbonat.

f. Hindari makanan berminyak dan berbau, makanan sebaiknya disajikan dalam keadaan

hangat.

g. Jangan tiba-tiba berdiri waktu bangun pagi, akan terasa oyong, mual

dan muntah, defekasi hendaknya diusahakan terakhir.

h. Istirahat dan relax akan sangat membantu untuk mengatasi rasa mual

muntah. Karena bila pasien stress maka akan memperburuk rasa mual. Dilakukan istirahat

yang cukup dan santai, mendengarkan musik, membaca buku bayi atau majalah, dll.

BAB 3

25

Page 26: Hiperemesis Gravidarum - Ringenggo H.P. 2013 2040 1011 124.doc

KESIMPULAN

Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang cukup parah (>10 kali dalam 24 jam)

sebelum usia kehamilan 22 minggu sehingga menyebabkan kehilangan berat badan, dehidrasi,

asidosis dari kelaparan, alkalosis dari kehilangan asam hidroklorid saat muntah dan hipokalemia.

Beberapa penelitian menyebutkan beberapa teori tentang hal yang dapat menyebabkan

hiperemesis gravidarum seperti kadar hormon korionik gonadotropin, hormon estrogen, infeksi

H.pylori dan juga faktor psikologis.

Diagnosis dan penatalaksanaan mual dan muntah dalam kehamilan yang tepat dapat

mencegah komplikasi hiperemesis gravidarum yang membahayakan ibu dan janin. Ketepatan

diagnosis sangat penting, karena terdapat sejumlah kondisi lain yang dapat menyebabkan mual

dan muntah dalam kehamilan. Tata laksana komprehensif dimulai dari istirahat, modifikasi diet

dan menjaga asupan cairan. Jika terjadi komplikasi hiperemesis gravidarum, penatalaksanaan

utama adalah pemberian cairan rehidrasi dan perbaikan elektrolit.

Terapi farmakologi dapat diberikan jika dibutuhkan, seperti piridoksin, doxylamine,

prometazin, dan metoklopramin dengan memperhatikan kontraindikasi dan efek sampingnya.

Beberapa terapi alternatif sudah mulai diteliti untuk penatalaksanaan hiperemesis gravidarum,

seperti ekstrak jahe dan akupuntur, dengan hasil yang bervariasi.

26

Page 27: Hiperemesis Gravidarum - Ringenggo H.P. 2013 2040 1011 124.doc

DAFTAR PUSTAKA

1. Jueckstock,J.K., 2013, Hyperemesis Gravidarum: A Multimodal Challenge.

<www.kemh.health.wa.gov.au/development/manuals/O&G.../c9.6. pdf > diakses tanggal 2 Juli

2015.

2. Lord,L.M., 2013, Management of Hyperemesis Gravidarum with Enteral Nutrition

<www.medicine.virginia.edu/clinical/departments/.../> diakses tanggal 30 Juni 2015.

3. Ogunyemi,D.A., 2014, Hyperemesis Gravidarum <http://www.emedicine.com> diakses

tanggal 3 Juli 2015.

4. Wegrzyniack, L.J., 2012, Treatment of Hyperemesis Gravidarum,

<http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3410506/> diakses tanggal 1 Juli 2015.

5. Wiknjosastro, Hanifa. Prof, dr, SpOG, 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawiroharjo.

27