hidrolisa pati

31
LABORATORIUM SATUAN PROSES SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2014/2015 MODUL : Hidrolisa Pati PEMBIMBING : Rintis Manfaati Oleh Kelompok : 4 Nama : 1. Luthfiyah Sinatrya 131424014 2. Nabila Vidiaty Novera 131424015 3. Nadhira Rifarni 131424016 Kelas : 2A TKPB Praktikum : 30 September 3014 Penyerahan : 13 Oktober

Upload: nabila-vidiaty-novera

Post on 21-Dec-2015

33 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hidrolisa pati. satuan proses2 2

TRANSCRIPT

LABORATORIUM SATUAN PROSES

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2014/2015

MODUL : Hidrolisa Pati

PEMBIMBING : Rintis Manfaati

Oleh

Kelompok : 4

Nama : 1. Luthfiyah Sinatrya 131424014

2. Nabila Vidiaty Novera 131424015

3. Nadhira Rifarni 131424016

Kelas : 2A TKPB

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2014

Praktikum : 30 September 3014Penyerahan : 13 Oktober 2014(Laporan)

HIDROLISA PATI

I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Glukosa merupakan alternatif pemanis selain sukrosa walaupun tingkat

kemanisannya hanya 0,7 kali dari tingkat kemanisan sukrosa (Hendrickson, 1988).

Glukosa dapat dihasilkan dari konversi (hidrolisis) pati/amilum (strach) yaitu sejenis

karbohidrat yang memiliki bobot molekul tinggi. Hidrolisis dapat dilakukan dengan

dua cara, yaitu secara enzimatis dan kimiawi. Proses yang relatif praktis yang menjadi

dasar pemilihan proses hidrolisis secara kimiawi. Proses ini berlangsung pada suasana

asam. Prospek pembuatan glukosa dari stach cukup menjanjikan mengingat bahan

baku dasar pembuatan glukosa tersebut relatif mudah didapatkan dan dari sisi

ekonomi relative murah.

1.2 Tujuan

Setelah melaksanakan praktikum mahasiswa dapat :

Melakukan proses hidrolisa pati (strach) dengan menggunakan katalisator

asam klorida

Melakukan analisa glukosa hasil hidrolisis secara kualitatif

II. Tinjauan Pustaka

Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi hampir seluruh penduduk

dunia, khususnya bagi penduduk negara yang sedang berkembang. Walaupun jumlah

kalori yang dihasilkan oleh suatu gram karbohidrat hanya 4 kkal bila dibandingkan

protein dan lemak, karbohidrat merupakan sumber kalori yang murah. Selain itu

beberapa golongan karbohidrat menghasilkan serat-serat fiber (dietry fiber) yang

berguna bagi pencernaan.

Disamping merupakan sumber energi bagi makhluk hidup, senyawa-senyawa

karbohidrat memiliki kegunaan yang luas dalam bidang industri, misalnya pada

pembuatan serat pakaian, kertas film, industri fermentasi, industri gula, dan

sebagainya.

Glukosa merupakan monosakarida yang terpenting, kadang-kadang disebut

gula darah (karena terdapat dalam darah), gula anggur (karena terdapat dalam

anggur), atau dekstrosa (karena memutar bidang polarisasi ke kanan). binatang

menyusui (mamalia) dapat mengubah sukrosa, laktosa (gula susu), maltosa dan pati

menjadi glukosa, yang kemudian dapat digunakan sebagai energi oleh organisme itu,

atau disimpan sebagai glikogen (suatu polisakarida). Bila organisme itu memerlukan

energi, glikogen diubah lagi menjadi glukosa. Karbohidrat yang berlebih dapat diubah

menjadi glukosa.

Monosakarida dapat diikat bersama-sama untuk membentuk dimer, trimer, dan

sebagainya dan akhirnya polimer. Dimer-dimer disebut disakarida. Sukrosa adalah

suatu disakarida yang dapat dihidrolisis menjadi satu satuan glukosa dan satuan

fruktosa.

Jika lebih dari delapan satuan monosakarida diperoleh dari hasil hidrolisis,

maka karbohidrat itu disebut polisakarida. Suatu polisakarida adalah senyawa dimana

molekul-molekul mengandung banyak satuan monosakarida yang dipersatukan

dengan ikatan glukosa. Hidrolisis lengkap akan mengubah polisakarida menjadi

monosakarida.

Contoh polisakarida adalah pati, yang dapat dijumpai dalam tepung jagung

dan selulosa. Penyusun yang bersifat serat dari tumbuhan dan komponan utama dari

kapas. Senyawa-senyawa polisakarida berbentuk serbuk atau amorf, tidak larut dalam

air, dan tawar (tidak berasa).

Pati,disebut juga amilum atau tepung dapat ditemukan dalam semua tumbuh-

tumbuhan. Ia tersimpan dalam semua biji dan umbi. Oleh karena pati mudah

terhidrolisis menghasilkan glukosa-glukosa maka pati banyak digunakan sebagai

bahan makanan pokok.

Pati dapat dipisahkan menjadi dua fraksi utama berdasarkan kelarutan bila

dibubur (trirulasi) dengan air panas, sekitar 20% pati asalah amilosa (larut) dan 80%

sisanya ialah amilopektin (tidak larut).

Hidrolisis adalah mekanisme reaksi penguraian suatu senyawa oleh air atau

asam dan basa. Dalam hal ini molekul air menguraikan molekul pati yang tersusun

atas 2 fraksi yaitu amilosa dan amilopektin. Keduanya merupakan polimer yang

apabila diuraikan akan menghasilkan monomer-monomer yaitu glukosa.

Secara umum reaksi hidrolisisnya dapat ditulis sebagai berikut :

H2O H2O H2O

Pati Dekstrin Maltosa + Isomaltosa D-Glukosa

Dalam reaksi diatas dapat dilihat bahwa reaksi hidrolisis tersebut berlangsung

secara bertahap. Pati terurai terlebih dahulu menjadi dekstrin (suatu oligasakarida),

kemudian menjadi campuran maltosa dan isomaltosa (suatu disakarida) dan akhirnya

menjadi D-glukosa. Tetapi reaksi tersebut dapat disederhanakan menjadi :

H2O, H+

(C6H10O5)n nC6H11O6

Pati Glukosa

Reaksi dan mekanisme kerja katalis dlaam menghidrolisis pati menjadi glukosa dapt

dituliskan sebagai berikut :

CH2OH

H

HH

O

H

H OH

OHRO

+ H2O - H+

Pati

H+

CH2OH

HHH

O

H

H OH

OHRO OR’

CH2OH

HHH

O

H

H OH

OHRO O+

HR’

+ R’OH

CH2OH

HHH

O

H

H OH

OHRO O+

HH

CH2OH

HHH

O

H

H OH

OHRO OH

Glukosa

Adapun perbedaan amilosa dan amilopektin dala pati tersebut dijelaskan dalam tabel

berikut:

Pembeda Amilosa Amilopektin

Bentuk ikatan Alpha 1,4-glikosida Alpha 1,6 glikosida

Bentuk rantai Linier dan tidak

bercabang

Bercabang

Berat molekul 150.000-1.000.000 10.000.000-100.000.000

Jumlah unit glukosa 350 1000

Kadar dalam glukosa 15-20 % 80-85 %

Warna jika ditambah

Iodium

Biru Merah

Reaksi hidrolisis pada umumnya merupakan reaksi yang endoterm atau

memerlukan kalor. Untuk mempercepat jalannya reaksi hidrolisis pati dibutuhkan

suatu katalis HCl. Jalannya proses hidrolisis pati tapioca secara kimiawi dengan

menggunakan katalis HCl mekanisme kerja katalis dapat dijelaskan sebagai terjadinya

tumbukan antar elektron yang mengakibatkan adanya perubahan konfigurasi elektron

sehingga didapat unsur baru yang pada akhirnya menghasilkan zat (senyawa) baru.

III. Percobaan

3.1 Alat dan Bahan

No Alat Spesifikasi Bahan Spesifikasi

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

Neraca analitik

Penangas air

Thermometer destilasi

Motor pengaduk

Pengaduk jangkar

Gelas kimia 500 mL

Gelas kimia 1000 mL

Gelas ukur 250 mL

Pipet ukur 5 mL

Pipet tetes

Labu tetes 25 mL

Labu Buchner

Kondeenser

Tabung CaCl2

Labu leher 4

Borol semprot

Tabung reaksi

Rak tabung reaksi

Batang pengaduk

Hot plate

Kertas saring

1 buah

1 buah

1 buah

Pati ketela pohon

HCl 25%

NaOH

Reagen benedict

Indicator pH

Aquades

Glukosa

I2 dalam Ki

36 gr

20 mL

Rangkaian alat :

Keterangan :

1. Penangasa Parafin

2. Labu Leher 4

3. Pengaduk Jangkar

4. Motor Pengaduk

5. Termometer

6. Kondensor

7. Tabung CaCl2

8. Selang

9. Statif

3.2 Alur kerja

3.2.1 Proses Hidrolisis Pati

Timbang pati ketela pohon 18 gr dan pindahkan kedalam gelas kimia 500 mL.

+ 100 Ml air suling dan aduk selama +/- 30 menit

Suspensi yang terbentuk disaring dan endapannya kemudian dicuci dengan air suling sebanyak 250 mL

Pindahkan secara kuantitatif endapan yang terdapat pada kertas saring dengan mencuci kertas saring tersebut dengan air

sebanyak 100 mL (4 kali @25 mL) kedalam gelas kimia 500 mL

1

2

3

45

6

7

9

8

8

3.2.2 Analisa Glukosa dengan Larutan Benedict

IV. Data Pengamatan

Bahan Volume Konsentrasi Massa molekul

Rumus kimia

Berat jenis

Pati 36 gr 36 % 324 C6H10O5 0,9669

+ HCl 25% sebanyak 10 mL kedalam larutan pati. Aduk hingga rata dan pindahkan ke labu leher 4 dilengkapi termometer destilasi, pengaduk motor dan kondensor.

Pemanasan selama 1 jam dengan suhu larutan dan penangas T= 94oC

Angkat, dinginkan pada suhu kamar. Pindahkan kedalam gelas kimi 500 Ml dan menambahkan NaOH sampai pH netral.

Masukkan 2 mL larutan sampel masing-masing kedalam tabung reaksi (2 kali pengerjaan 1 jenis sampel.

+ 5 mL reagen benedict kedalam masing-masing tabung reaksi tersebut

Kocok, lalu tempatkan kesemua tabung di dalam penangas air yang telah mendidih selama 5 menit

Biarkan dingin dan amati

HCl 20 mL 25% 36,5 HCl 1,05

Volume larutan induk : 200 mLJumlah katalis (HCl) : 10 mLWaktu operasi : 1 jam (60 menit)Indeks bias : 1,3576Brix : 16,2Proses Hidrolisis

No PROSEDUR HASIL PENGAMATAN

1 Pati + air suling +

panaskan dalam reaktor

Larutan cair putih keruh berubah menjadi gelatin.

2 Larutan 1 +

10 mL HCl 25 %

Gelatin menjadi cair kembali.

3 2 mL pati diambil

sebagai sampling setiap

10 menit, selama 60

menit.

Larutan yang diambil pada 10 menit pertama berwarna lebih

keruh dibanding 10 menit selanjutnya. Larutan semakin

bening seiring dengan lamanya waktu hidrolisis.

4 Uji amilum

1 mL sample + 2 tetes

Iodium

Larutan sample yang diambil 10 menit pertama berwarna

ungu kehitaman, dan larutan semakin bening seiring dengan

lama nya waktu hidrolisis.

5 Uji glukosa

1 mL pati + 2,5 mL

Benedict

Larutan bening berubah warna menjadi biru saat

penambahan larutan benedict.

Setelah dilakukan pemanasan selama 5 menit dalam

penangas air, warna larutan sample berubah menjadi agak

kecoklatan, merah bata (merah keruh).

Analisis kualitatif dan Fisik

Anaisis Parameter Hasil/Kondisi Keterangan

Pati 36 gr +

air + HCl 20

ml

T (suhu) = 98oC

t (waktu) = 1 jam

Larutan kental

(gelatin),

bening dan

dijaga agar

tidak lengket,

maka diberi

to , t1, t2, t3, t4, t5

katalis yaitu

HCl sebanyak

20 ml

Penambahan

iodium (I2

dalam Ki)

to = ungu

kehitaman

t1 =biru

kehitaman

t2 = coklat

kemerahan

t3 = kuning ke

coklatan

t4 = kuning

keruh

t5 = kuning

keruh (lebih

bening)

t5 , t4, t3, t2, t1, t0

Penambahan

benedict

Analisis glukosa :

to = negatif

t1= 2 – 3,5 %

t2 = 2 – 3,5 %

t3 = 2 – 3,5 %

t4 = > 3,5 %

t5 = > 3,5 %

Kondisi setelah

dipanaskan

to = merah bata

gelap pekat

t1 = merah bata

pekat

t2 = merah bata

- orange

t3 = orange

pekat

t4 = orange

keruh

t5 = orange

keruh

Sebelum dipanaskan :

to , t1, t2, t3, t4, t5

setelah dipanaskan :

Tabel Indeks Bias dan % Brix Larutan Standar

No Konsentrasi Glukosa Indeks Bias % Brix

1 20 % 1,3552 14,7

2 15 % 1,3515 12,4

3 10 % 1,3436 7,2

4 8 % 1,3397 4,6

5 5 % 1,3374 3,0

6 2 % 1,3354 1,7

7 Sampel 1,3576 16,2

0% 5% 10% 15% 20% 25% 30%1.325

1.33

1.335

1.34

1.345

1.35

1.355

1.36

Grafik Indeks Bias Vs konsentrasi

Konsentrasi

Inde

ks B

ias

dari grafik dapat diketahui indeks bias sampel sebesar 1,358 dengan konsentrasi sebesar 21,9%

0% 5% 10% 15% 20% 25% 30%0

2

4

6

8

10

12

14

16

Grafik % Brix Vs Konsentrasi

Konsentrasi

% B

rix

V. Keselamatan Kerja

- Asam klorida merupakan asam kuat yang bersifat korosif dan dapat menyebabkan

iritasi. Untuk itu perlu diperhatikan secara serius penanganannya

- Wajib mengenakan lab-jas, sarung tangan, masker dan kaca mata pelindung.

Jangan sampai kontak dengan kulit dan mata karena akan menyebabkan luka dan

jangan sampai uapnya terhirup

- Bila terkena kulit, lepaskan pakaian dan bilas dengan air berulang-ulang

- Bila terkena mata, siram mata dengan air mengalir selama 15 menit dan segera ke

dokter

- Jika tertelan, beri segalas air. Segera ke dokter

- Lakukan pekerjaan di dalam lemari asam

- Disarankan untuk sarapan dan minum susu sebelum melaksanakan praktikum.

VI. Pembahasan

Luthfiyah Sinatrya

Pada percobaan kali ini, dilakukan hidrolisa pati yang akan menghasilkan glukosa

dengan menggunakan katalisator asam. Hidrolisis adalah mekanisme reaksi

penguraian suatu senyawa oleh air atau asam dan basa. Pati atau Amilum tergolong ke

dalam kelompok polisakarida sehingga pati atau amilum tersebut bisa di hidrolisis

menjadi glukosa yang merupakan monosakarida. Hal pertama yang dilakukan yaitu

Dari grafik dapat diketahui % Brix yang didapat dari sampel sebesar 16,2 % Brix sehingga konsentrasi yang didapat yaitu sebesar 21,9%

pelarutan amilum dengan 250 ml aquades sambil dilakukan pengadukan hingga

semua amilum larut. Kemudian larutan amilum tadi dimasukkan ke dalam reaktor dan

direfluks dalam suhu 102 oC dan dilakukan selama 60 menit. Semua lubang pada labu

leher 3 ditutup agar panas yang terbentuk tetap berada dalam reaktor. Pada Hidrolisis

ini memerlukan katalisator untuk mempercepat jalannya reaksi. Katalisator yang di

gunakan pada hidrolisis kali ini adalah asam klorida, yang berpengaruh terhadap

kecepatan reaksi adalah konsentrasi ion H, bukan jenis asamnya. Selain katalisator,

faktor yang mempengaruhi hidrolisis pati adalah suhu. Pengaruh suhu terhadap

kecepatan reaksi mengikuti persamaan Arhenius yaitu semakin tinggi suhu, semakin

cepat jalannya reaksi.

Sampel diambil setiap 10 menit sambil refluks terus berjalan. Setelah itu, sampel

yang didapat diuji dengan larutan benedict dan I2. Pengujian ini dilakukan bertujuan

untuk menguji kadar glukosa. Ketika ditambahkan 1 ml benedict ke dalam 6 sampel,

warna campuran berubah menjadi warna biru. Hal yang sama terjadi ketika campuran

ditambahkan 2 ml I2 ke dalam 6 sampel. Kemudian dilakukan pemanasan pada ke-12

sampel hingga terjadi perubahan warna. Sampel yang di beri benedict berubah warna

dari biru menjadi merah bata, menunjukkan bahwa hidrolisis pati ini berhasil

menghasilkan glukosa. Sementara, hasil sampel yang diberi I2 berubah warna menjadi

biru dongker pada sampel yang diambil pada waktu 10 menit, pada waktu 20 menit

menjadi biru kecoklatan, pada waktu 30 menit menjadi coklat, pada waktu 40 menit

menjadi kuning kecoklatan, dan pada waktu 50 dan 60 menit menjadi warna kuning.

Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama pemanasan yang dilakukan maka amilum

yang terhidrolisis menjadi glukosa semakin banyak, terlihat dari warna yang semakin

coklat. Sementara warna yang lebih gelap menunjukkan bahwa amilum belum

terhidrolisis menjadi glukosa.

Setelah itu, hasil refluks dari reaktor dianalisa. Volume yang dihasilkan dari

refluks sebanyak 201 ml. Kemudian didapat indeks bias dri campuran sebesar 1,3576,

dengan berat sebesar 211,42 gram dan massa jenis sebesar 1,0518 gr/cm3. Dari hasil

grafik indeks bias yang diperoleh, dapat diketahui indeks bias standar didapat sebesar

1,358 gr/cm3 dengan konsentrasi sebesar 21,9%.

Nabila Vidiaty Novera

Dari praktikum kali ini kami melakukan hidrolisa pati. Pati yang digunakan

dalam praktikum kali ini yaitu amilum. Amilum adalah karbohidrat kompleks yang

memiliki kelebihan glukosa. Hidrolisa kali ini bertujuan untuk memisahkan glukosa

yang terkandung dalam karbohidrat tersebut. Dalam percobaan digunakan katalis

asam yaitu HCl. Hal ini digunakan untuk mempercepat proses hidrolisa glukosa

tersebut. Hidrolisa ini menggunakan metoda refluks dengan kondisi operasi suhu di

dalam reaktor sebesar 102°C. Proses refluks dilakukan selama 60 menit. Setiap 10

menit dilakukan sampling terhadap amilum yang di refluks. Setelah 6 sampel didapat

dilakukan pengujian kadar glukosa dengan menggunakan metoda Benedict dan I2.

Saat penambahan larutan benedict warna campuran menjadi biru tadi tidak ada

perubahan lainnya. Baru setelah dilakukan pemanasan di dalam air mendidih

perubahan terjadi menjadi warna merah bata. Akan tetapi perubahan terjadi secara

bertahap. Yang lebih cepat berubah yaitu sampel pada menit ke 60 atau sampel

terakhir sedangkan yang paling lambat berubah yaitu sampel pada menit ke 10 atau

sampel pertama. Hal ini menunjukkan bahwa semakin cepat berubah warna suatu

campuran yang ditambahkan larutan benedict maka glukosa yang terkandung semakin

banyak. Pada uji I2 sampel pertama warnanya jauh lebih pekat. Semakin lama refluks

warnanya berubah menjadi lebih cerah dan cenderung berwarna kuning bening. Hal

ini menandakan amilum yang terkandung semakin berkurang seiring dengan lamanya

waktu refluks.

Volume induk awal yang dimasukkan ke dalam reaktor yaitu sebanyak 200 mL

dengan volume katalis HCl sebanyak 10 mL. Waktu operasi refluks yaitu selama 60

menit. Hasil yang didapatkan yaitu sebanyak 201 mL dengan indeks bias 1,3576 dan

Brix sebesar 16,2.

Nadhira Rifarni

Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang di hasilkan oleh

tumbuhan,dimana di dalamnya terkandung kelebihan glukosa.Pada percobaan kali ini

telah dilakukan Hidrolisa Pati yang akan menghasilkan glukosa. Pati yang kami

gunakan yaitu amilum. Hidrolisis adalah mekanisme reaksi penguraian suatu senyawa

oleh air atau asam dan basa. Katalisator yang di gunakan pada hidrolisis kali ini

adalah Asam yaitu asam klorida, Penambahan katalis berupa HCl pada proses

pembuatan glukosa ini bertujuan untuk mempercepat reaksi yang terjadi, selain itu

dengan HCl ini juga dapat menurunkan energi aktivasi yang mungkin terjadi. Faktor –

faktor yang mempengaruhi reaksi hidrolisis adalah :

Waktu proses

Suhu

Katalis

Pengadukan

Pada analisa glukosa di lakukan pengujian dengan menambahkan larutan benedict .

Larutan yang telah mengalami proses refluks, kemudian diambil sampelnya setiap 10

menit selama 1 jam. Larutan benedict dimasukan ke setiap tabung reaksi sebanyak 2 ml.

Warna yang terlihat adalah larutan berubah menjadi warna biru. Semakin lama proses

refluks, warna biru semakin memudar. Lalu tabung tersebut dipanaskan pada air

mendidih dan terjadi perubahan warna menjadi warna merah bata. Dengan demikian

Hidrolisis pati pada praktikum kali ini berhasil menghasilkan glukosa. Semakin lama

proses refluks, maka semakin cepat perubahan warna merah bata tersebut. Semakin lama

proses refluk, semakin memudar warna merah batanya. Hal ini menunjukan bahwa

lamanya proses refluk ini menentukan banyaknya glukosa yang terbentuk. Setelah itu,

pengujian dengan menggunakan I2. Sampel yang dipisahkan ke tabung reaksi di beri 2

tetes I2 (penambahan ketika suhu larutan dalam tabung reaksi normal), hasil yang

diperoleh adalah, pada 10 menit pertama didapat warna ungu kehitaman, sedangkan pada

menit ke 60, warna semakin pudar menjdi kuning keruh. Hal ini menunjukan bahwa

semakin lama proses refluks maka amilum berubah menjadi glukosa, kandungan glukosa

semakin terlihat. Setelah itu, larutan didalam reaktor yang sudah di refluk kemudian

diukur volume, berat, dan indeks biasnya. Volume yang dihasilkan sebanyak 201 ml

dengan indeks bias 1,3576, berat yang dihasilkan sebesar 211,42 gr dan massa jenis

1,0518 gr/cm3. Dari hasil grafik yang diperoleh, dapat diketahui indeks bias sampel sebesar

1,358 dengan konsentrasi sebesar 21,9%

VII. Kesimpulan

Berikut hasil percobaan dan analisis kulaitatif terhadap glukosa hasil hidrolisis :

Tinjauan HasilVolume 201 ml

Indeks bias 1,3576Massa 211,42 gr

Berat Jenis 1,0518 gr/cm3

Uji Benedict Merah bata keruhKandungan Glukosa > 3,5%

% Brix 16,2

Konsentrasi sampel menurut

grafik

21,9%

1. Faktor-faktor yang memperngaruhi Reaksi Hidrolisis

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil hidrolisis sesuai dengan percobaan yang

praktikan lakukan, adalah :

a. Suhu. Dengan menggunakan suhu yang tinggi, maka proses hidrolisis akan

berlangsung cepat. Sehingga waktu refluks akan lebih efektif.

b. Pengadukan. Faktor pengadukan ini sangat berpengaruh. Dengan bantuan motor pada

proses refluks berguna agar HCl dapat tercampur dengan baik dan dapat

menghasilkan glukosa yang baik. Dan pengadukan pada pati sebelum di-refluks dapat

membantu agar terbentuk larutan homogen.

c. Katalis. Digunakan katalis juga untuk mempercepat reaksi.

d. Penyaringan. Dengan penyaringan yang baik dapat mencegah masuknya kotoran-

kotoran yang dapat mengganggu jalannya refluks.

2. Fungsi HCl dalam Percobaan ini.

Fungsi HCl dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Untuk mempercepat reaksi (katalis), mekanisme kerja katalis HCl adalah terjadinya

tumbukan antar elektron yang mengakibatkan adanya perubahan konfigurasi elektron

sehingga didapat unsur baru lalu senyawa baru yaitu glukosa..

b. Untuk memutuskan rantai pada pati, hasil pemutusan rantai itu yang akan larut

dengan air.

CH2OH

H

HH

O

H

H OH

OHRO

+ H2O - H+

Pati

H+

CH2OH

HHH

O

H

H OH

OHRO OR’

CH2OH

HHH

O

H

H OH

OHRO O+

HR’

+ R’OH

CH2OH

HHH

O

H

H OH

OHRO O+

HH

CH2OH

HHH

O

H

H OH

OHRO OH

Glukosa

c. Untuk membuat larutan menjadi suasana asam. Karena proses hidrolisis adalah

mekanisme reaksi penguraian suatu senyawa oleh air atau asam dan basa. Dari

pengertian ini dapat kita ketahui bahwa hidrolisis bisa berjalan dengan suasana asam.

Reaksi yang terjadi :

LAMPIRAN

1. MSDS

1. MSDS HCl

Sifat Fisika dan Kimiaa. Penampilan : Cairan.b. Bau : Pedasc. Warna : tak berwarna menyala kuning.d. pH (1% soln / air) : Asam.e. Titik Didih : 108.58 C @ 760 mmHg (untuk 20,22% HCl dalam air)

83 C @ 760 mmHg (untuk 31% HCl dalam air) 50,5 C (untuk 37% HCl dalam air)

f. Melting Point : -62,25 ° C (-80 ° F) (20,69% HCl dalam air) -46,2 C (31,24% HCl dalam air) -25,4 C (39,17% HCl dalam air)

g. Spesifik Gravity : 1,1-1,19 (Air = 1) 1.10 (20% dan 22% HCl solusi) 1,12 (24% HCl solusi) 1,15 (29,57% HCl solusi) 1,16 (32% HCl solusi) 1,19 (37% dan 38% HCl solusi)

h. Tekanan Uap : 16 kPa (@ 20 ° C) rata-ratai. Kepadatan uap : 1,267 (Air = 1)j. Kelarutan : Larut dalam air dingin, air panas, dietil eter.k. Stabilitas : Produk ini stabil.l. Korosivitas : Sangat korosif di hadapan aluminium, tembaga,

stainless steel (304), dari stainless steel (316). Non-korosif terhadap kaca.

Penanganan

Kontak Mata:

Periksa dan lepaskan jika ada lensa kontak. Dalam kasus terjadi kontak, segera siram mata dengan banyak air sekurang-kurangnya 15 menit. Air dingin dapat digunakan. Dapatkan perawatan medis dengan segera.

Kontak Kulit :

Dalam kasus terjadi kontak, segera basuh kulit dengan banyak air sedikitnya selama 15 menit dengan mengeluarkan pakaian yang terkontaminasi dan sepatu. Tutupi kulit yang teriritasi dengan yg sesuatu melunakkan. Air dingin mungkin dapat digunakan pakaian.cuci sebelum digunakan kembali. benar-benar bersih sepatu sebelum digunakan kembali. Dapatkan perawatan medis dengan segera.

Kulit Serius :

Cuci dengan sabun desinfektan dan menutupi kulit terkontaminasi dengan krim anti-bakteri. Mencari medis segera

Inhalasi:

Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Dapatkan segera perhatian medis.

Serius Terhirup:

Evakuasi korban ke daerah yang aman secepatnya. Longgarkan pakaian yang ketat seperti kerah, dasi, ikat pinggang atau ikat pinggang. jika sulit bernapas, beri oksigen. Jika korban tidak bernafas, lakukan pernafasan dari mulut ke mulut. PERINGATAN: Ini mungkin berbahaya bagi orang yang memberikan bantuan lewat mulut ke mulut (resusitasi) bila bahan dihirup adalah racun, infeksi atau korosif. Cari bantuan medis segera.

Tertelan:

JANGAN mengusahakan muntah kecuali bila diarahkan berbuat demikian oleh personel medis. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada korban yang sadar. Longgarkan pakaian yang ketat seperti kerah, dasi, ikat pinggang atau ikat pinggang. Dapatkan bantuan medis jika gejala muncul.

2. MSDS Benedict Sifat Fisik dan Kimia

Keadaan fisik dan penampilan : Cairan.pH (1% soln/air) : Dasar.Titik didih : Nilai terendah yang dikenal adalah 100° C (212° F) (air).Gravitasi spesifik : Rata-rata tertimbang: 1.11 (air = 1)Tekanan uap : Diketahui nilai tertinggi adalah 2.3 kPa (@ 20° C) (air).Kepadatan uap : Diketahui nilai tertinggi adalah 0.62 (udara = 1) (air).Kelarutan : Mudah larut dalam air dingin, air panas. Sangat sedikit larut dalam methanol, dietil eter

Penganan

Kontak mata:

Memeriksa dan melepas lensa kontak. Dalam kasus kontak, segera siram mata dengan banyak air untuk setidaknya 15 menit. Gunakan air dingin. Segera dapatkan perhatian medis.

Bersentuhan dengan kulit:

Cuci dengan sabun dan air. Menutup kulit yang terkena dengan yg lotion. Dapatkan medis jika iritasi berkembang. Air dingin dapat digunakan.

Dihirup:

Jika dihirup, pindah ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernafasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Dapatkan perhatian medis.

Inhalasi serius:

Mengevakuasi korban ke daerah yang aman sesegera mungkin. Melonggarkan pakaian ketat seperti kerah, dasi, sabuk atau pinggang. Jika pernapasan sulit, mengelola oksigen. Jika korban tidak bernapas, melakukan CPR. PERINGATAN: Mungkin menjadi berbahaya bagi orang yang memberikan bantuan untuk memberikan CPR ketika yang dihirup bahan beracun, infeksi ataukorosif. Mencari perhatian medis segera.

Konsumsi:

TIDAK menginduksi muntah kecuali diarahkan untuk melakukannya oleh tenaga medis. Tidak boleh memberikan apa-apa dengan mulut kepada orang yang dibawah sadar. Jika bahan ini dalam jumlah besar ditelan, hubungi dokter segera. Longgarkan pakaian ketat seperti kerah, dasi, sabuk atau pinggang

3. MSDS I2

Sifat Fisika dan Kimia

Penampilan : Kebiruan-hitam kristal; kilap logam

Bau : Bau tajam.

Kelarutan : Sedikit air kelarutan (0,03 g/100 g air @ 20C).

Spesifik Gravity : 4.98

pH : 5.4 (larutan jenuh)

% volatil dengan volume @ 21C (70F) : <1

Titik didih : 184C (363F) (menyublim)

Melting Point : 114C (237F)

Vapor Density (Air = 1) : 8.8

Tekanan Uap (mm Hg) : 0,3 @ 20C (68F)

Tingkat Penguapan (BuAc = 1) : Informasi tidak ditemukan.

Penanganan

Inhalasi:

Korosif. Uap sangat mengganggu dan dapat membakar selaput lendir dan saluran pernapasan. Air mata berlebihan, rhinitis, sesak di dada, sakit tenggorokan, sakit kepala dan edema paru dapat mengakibatkan tertunda. Menghirup uap terkonsentrasi mungkin berakibat fatal.

Tertelan:

Korosif. Dapat menyebabkan luka bakar pada tenggorokan, mulut dan perut. Penyebab sakit perut, diare, demam, muntah, pingsan dan shock. Kemungkinan dosis mematikan adalah 2 sampai 4 gm yodium bebas.

Kontak Kulit:

Korosif. Menghubungi cair dapat menyebabkan luka bakar terik, iritasi, dan rasa sakit. Uap dapat sangat mengiritasi kulit.

Kontak Mata:

Korosif! Uap yang sangat menjengkelkan dan dapat menyebabkan kerusakan pada mata. Kontak dapat menyebabkan luka bakar dan kerusakan mata permanen.

Eksposur kronis:

Paparan kronis untuk yodium dapat menyebabkan insomnia, konjungtivitis, peradangan pada mukosa hidung, bronkitis, tremor, detak jantung yang cepat, diare dan penurunan berat badan. Sensitisasi alergi dapat terjadi.

Gangguan Kondisi Pra-yang ada:

Orang dengan kelainan kulit yang sudah ada sebelumnya, masalah mata, fungsi pernapasan terganggu, atau penyakit tiroid, paru-paru, atau ginjal mungkin lebih rentan terhadap efek dari zat.

Tindakan Pertolongan Pertama

Inhalasi:

Hapus ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Mendapatkan perhatian medis segera. Amati perkembangan edema paru.

Tertelan:

Menyebabkan muntah segera seperti yang diarahkan oleh petugas medis. Jangan pernah memberikan sesuatu melalui mulut kepada orang yang tidak sadar. Mendapatkan perhatian medis segera.

Kontak Kulit:

Usap kelebihan bahan off dari kulit maka kulit segera siram dengan banyak air sekurang-kurangnya 15 menit saat mengeluarkan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Mendapatkan perhatian medis segera. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali. Bersihkan sepatu sebelum digunakan kembali. Iodine noda bisa dihilangkan dengan segera membersihkan kulit dengan larutan natrium tiosulfat 5%.

Kontak Mata:

Segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15 menit, angkat kelopak mata bawah dan atas kadang-kadang. Mendapatkan perhatian medis segera.

2. Foto Pengamatan

Campuran hasil dari refluks Indeks bias dari campuran yang sudah direfluks

Keenam sampel yang dimasukkan benedict dan terjadi perubahan warna

Sampel yang sedang dipanaskan dan berubah warna menjadi hijau

Sampel yang sedang dipanaskan dan berubah warna menjadi kekuningan

Keenam sampel yang dimasukkan I2 dan terjadi perubahan warna

DAFTAR PUSTAKA

Fessenden. Ralph J dan John J Fessenden. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta : Erlangga

Hartono dan Yunar Wahyudi. 1999, Pembuatan Glukosa dari Pati Tapioka secara Hidrolisis

Kimiawi. Bandung : Politeknik Negeri Bandung.

Saut. Ferdian dan Satya Kurnianto.2004. Konversi Stach menjadi Sirup Glukosa. Bandung :

Politeknik Negeri Bandung.

Winarno, F.G. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

3.