hidraulic system

39
BAB IV HYDRAULIC SYSTEM PADA WHEEL LOADER 4.1 Pengertian Wheel Loader. Wheel loader merupakan jenis alat berat pemuat material hasil dari galian atau stockpile yang tidak dapat langsung dipindahkan kealat angkut ataupun alat lainnya. wheel loader juga dapat difungsikan sebagai alat pengerjaan pada umumnya mulai dari clearing ringan, menggusur, ataupun menggali dangkal. Jenis wheel loader pun dibagi menjadi beberapa bagian berdasarkan alat kendali, operasional dan kegunaannya yaitu : a. Berdasarkan sistem kendali dapat dibagi menjadi 2 yaitu : a.1. Cable Controlled. Sistem penggerak attachment menggunakan kabel. a.2. Hydraulic Controlled Sistem penggerak attachment menggunakan hidrolis.

Upload: mrdknowledge

Post on 12-Jun-2015

2.423 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hidraulic System

BAB IV

HYDRAULIC SYSTEM PADA WHEEL LOADER

4.1 Pengertian Wheel Loader.

Wheel loader merupakan jenis alat berat pemuat material hasil dari galian atau

stockpile yang tidak dapat langsung dipindahkan kealat angkut ataupun alat lainnya.

wheel loader juga dapat difungsikan sebagai alat pengerjaan pada umumnya mulai dari

clearing ringan, menggusur, ataupun menggali dangkal.

Jenis wheel loader pun dibagi menjadi beberapa bagian berdasarkan alat kendali,

operasional dan kegunaannya yaitu :

a. Berdasarkan sistem kendali dapat dibagi menjadi 2 yaitu :

a.1. Cable Controlled.

Sistem penggerak attachment menggunakan kabel.

a.2. Hydraulic Controlled

Sistem penggerak attachment menggunakan hidrolis.

b. Berdasarkan roda penggeraknya loader juga dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu:

b.1. Crawler Loader.

Roda penggerak utama menggunakan set rantai.

b.2. Wheel Loader.

Roda penggerak utama menggunakan ban karet

c. Berdasarkan sistem kemudi wheel loader juga dapat dibagi menjadi 2 yaitu :

c.1. Sistem Rear Steer.

Menggunakan alat kemudi yang penggeraknya berada pada ban belakang.

Page 2: Hidraulic System

c.2. Articulated Wheel Loader.

Menggunakan alat kemudi dengan bagian penggeraknya ada pada bagian

depan atau bucket dapat dibelokkan hingga membuat sudut 40º derajat

dari sumbu tengah alat secara keseluruhan.

Stabilitas posisi alat, pada saat loader bekerja pun dihitung berdasarkan keadaan :

a. Loader bekerja pada permukaan tanah yang keras dan statis.

b. Unit alat bekerja pada standar operasinya.

c. Bucket dalam posisi miring kebelakang.

d. Bucket pada posisi memuat maksimal kedepan.

Stabilitas loader pun dihitung berdasarkan SAE Standart ( Society Automotive

Engineer ) yang menyatakan bahwa :

a. “Dari Static Tipping Load yang tersedia pada alat, maka kemampuan angkat

operasinya ( operating load ) dapat diambil sebesar 50% dari static tipping load

untuk wheel loader”.

b. Sedang untuk crawler loader diambil 35% dari static tipping load alatnya.

Perhitungan stabilitas alat ini amatlah penting untuk mengikuti standar

keselamatan kerja yang ada, mencegah dari tergulingnya loader pada saat dioperasikan

juga mencegah faktor - faktor lain yang kemungkinan besar dapat terjadi.

Page 3: Hidraulic System

4.2 Cara Kerja Hydraulic System Pada Wheel Loader.

Sebelum mengulas kedalam proses cara kerja dari sistem hidrolis yang terdapat

pada attachment system maka ada beberapa pengertian urutan proses kerja yang biasanya

dilakukan oleh wheel loader dalam melaksanakan pekerjaannya dan urutan ini berkaitan

dengan cara kerja sistem hidrolis, seperti dalam hal memindahkan material antar stockpile

yaitu :

a. Menurunkan bucket stockpile mendorong kedepan untuk memuat atau menggusur

lalu mengangkat bucket, untuk membawa muatan lalu membuang muatan.

b. Mengangkat bucket lalu kembali pada posisi stockpile lalu mengulangi point 1.

Ada beberapa teknik proses kerja dalam memindahkan material kealat angkut :

a. “V” Loading .

Cara pemuatan material yang dilakukan dengan cara membentuk lintasan seperti

bentuk huruf V.

b. Back Loading

Posisi truk berada dibelakang loader, kemudian dibuat seperti membuat garis

tegak lurus.

c. Cross Loading.

Cara pemuatan dengan truk juga ikut aktif, overhead loading dengan loader

khusus karena bucket dapat digerakkan melintasi diatas kabin operator.

Page 4: Hidraulic System

Maka dapat diketahui tidak hanya dari urutannya akan tetapi berpengaruh juga terhadap

sistem hidrolis yang terdapat pada wheel loader tersebut, adapun urutan kerja yang

terdapat pada dalam sistem hidrolis yang ada pada wheel loader yaitu :

a. Dari putaran Main Engine kemudian dirubah putarannya oleh alat Torque

Converter untuk menggerakkan Hydraulic Pump/ Oil Pump seperti tampak pada

gambar 4.2.1

4.2.1.

Page 5: Hidraulic System

b. kemudian menghisap minyak yang ada pada Oil Tank dan mendorong untuk

menekan laju fluida melalui pipa yang terinstalasi seperti tampak pada gambar

4.2.2.

4.2.2.

b.1. Pada oil tank ass’y juga terdapat oil filter ass’y yang berfungsi sebagai

filter dari cairan yang digunakan, bypass valve sebagai katup aliran

langsung dari oil filter, dan oil level gauge yang berfungsi sebagai alat

pengukur ketinggian permukaan fluida yang dalam hal ini Hydraulic Oil.

Page 6: Hidraulic System

c. Laju tekanan aliran fluida yang terjadi diteruskan pada instalasi pipa hidrolis

menuju ke control valve seperti tampak pada gambar 4.2.3

4.2.3.

d. Pada control valve unit ass’y terdapat inlet section dimana tekanan

laju tekanan

Page 7: Hidraulic System

fluida masuk dan untuk diteruskan menuju ke plunger section seperti tampak

pada gambar 4.2.4.

4.2.4.

e. Tekanan Fluida yang ada pada inlet section akan diteruskan ke plunger section

seperti tampak pada gambar 4.2.5.

Page 8: Hidraulic System

4.2.5.

f. setelah melalui inlet section ( gambar 4.2.5 ) tekanan fluida yang terjadi

diteruskan pada plunger section ( gambar 4.2.6 ) dan akan tertahan sebelum tuas

pengatur yang ada pada shovel control ( gambar 4.2.7 ) dioperasikan.

4.2.6.

Page 9: Hidraulic System

Tempatkan gambar shovel control

g. Sebelum aliran fluida diteruskan pada hidraulic lift ataupun tilt cylinder saat

shovel control ( gambar 4.2.7. ) dioperasikan, maka laju tekanan fluida akan

melalui relieve valve dan anti void valve yang berguna sebagai pengimbang

tekanan yang terjadi apabila beban pada attachment system tersebut berlebih atau

dapat dikatakan saat terjadinya proses pengangkatan beban, dan perubahan jumlah

beban pada saat terjadinya proses kerja .

4.2.8.

h. Relief valve pada gambar 4.2.8. berfungsi sebagai katup pelepas tekanan aliran

laju fluida yang terjadi, katup ini akan berfungsi apabila tekanan yang terjadi

Page 10: Hidraulic System

melebihi batas yang ditentukan ( over pressure ), kemudian aliran tersebut

diarahkan kembali pada oil tank.

i. Anti void valve pada gambar 4.2.9. berfungsi sebagai katup yang mencegah

terjadinya arus balik tekanan aliran fluida agar tidak terjadinya loss pressure pada

saat terjadinya proses pembebanan.

4.2.9.

j. pada proses terakhir laju aliran tekanan fluida akan masuk pada bagian hydraulic

lift ataupun tilt cylinder ( seperti gambar 4.2.10. dan 4.2.11. ) melalui instalasi

pipa hidrolis untuk menggerakkan attachment system yang terdapat pada loader

Page 11: Hidraulic System

untuk proses pengangkatan dan penahan beban yang terjadi pada saat proses

kerja.

Page 12: Hidraulic System

k. Selain sistem utama pada hidraulic system terdapat juga sistem

pendukung lainnya yang memakai pneumatic system, yaitu :

Page 13: Hidraulic System

k.1. Kick Out System

Alat pada gambar 4.2.12. ini berfungsi sebagai sistem pendukung pada

saat Attachment System bekerja yaitu dengan memberikan momen kejut

awal saat proses pengangkatan beban.

k.2. Auto Leveller System

Alat ini ( gambar 4.2.13. ) berfungsi sebagai batang pengatur level tinggi

rendahnya sudut yang dibuat oleh attachment system saat digerakkan oleh

batang hidrolis, alat ini bekerja berdasarkan azas switch yang membatasi

tinggi redahnya sudut yang terjadi pada attachment system secara

otomatis.

Dapat dilihat pada proses kerja diatas semua proses ini saling bertautan sesuai

dengan proses kerja yang dilakukan. Maka dapat dikatakan semua assembling parts yang

ada pada hydraulic system dapat dijabarkan melalui proses kerja yang dibutuhkan,

adapun urutannya terdiri dari :

a. Hydraulic Pump Ass’y.

b. Oil Tank.

c. Hydraulic Hose dan Piping Set.

d. Shovel Control.

Page 14: Hidraulic System

e. Control Valve Ass’y.

e.1. Inlet Section.

e.2. Plunger Section.

e.3. Relieve Valve.

e.4. Anti Void Valve.

f. Hydraulic Lift Cylinder.

g. Hydraulic Tilt Cylinder.

h. Kickout Ass’y.

i. Auto leveller System.

j. Attachment System dan Shovel.

Page 15: Hidraulic System

4.3. Diagram Alir

Dari urutan part yang ada diatas dapat dilihat melalui diagram alir sederhana dari

langkah kerja yang dilakukan dapat dilihat pada gambar 4.3.1 Diagram alir hydraulic

system.

Gambar 4.3.1. Diagram Alir Furukawa Loader

Atau dapat digambarkan secara sederhana yaitu :

Page 16: Hidraulic System

Gambar 4.3.2. Diagram Alir Sederhana

4.4. Hydraulic Parts Maintenance dan Troubleshooting.

Page 17: Hidraulic System

Untuk maintenance dan Troubleshooting dari daftar parts yang telah dituliskan

diatas biasanya dilakukan dengan menggunakan Part Manual book ataupun maintenance

Guide book yang biasanya disertakan pada unit alat tersebut.

Pada part maintenance ataupun troubleshooting yang di hadapi, maka ada

beberapa tindakan preventif yang biasanya dilakukan oleh beberapa perusahaan hal ini

dilakukan agar perusahaan dapat mengefisiensikan budget ataupun waktu dan tenaga

yang di butuhkan yaitu dengan mengatur produktivitas kerja dari alat tersebut diatas

adapun ketetapan pengaturan produktivitas kerja alat tersebut diatas yaitu mengenai:

1. Mengukur faktor keamanan kerja.

2. Faktor kapasitas ukuran, berat dan jenis bucket yang digunakan yaitu:

a. Heavy duty bucket untuk pekerjaan berat misalnya menggali batu

ataupun hasil tambang.

b. Medium duty bucket untuk pekerjaan sedang misalnya menggali

kerikil, atau lempung.

c. Light duty bucket untuk pekerjaan ringan seprti tanah lempung,

pasir ataupun Lumpur.

3. Faktor kondisi kerja / efisiensi alat mulai dari jenis tanah., jarak,

kecepatan operator, lingkunan kerja, kondisi awal dari alat yang

digunakan.

4. Faktor cycle time (siklus waktu) pengoperasian alat baik itu fixed time

ataupun variable time.

a. Raise Time

Page 18: Hidraulic System

Yaitu waktu yang diperlukan untuk menurunkan bucket dari

posisi dasar keatas permukaan tanah (dalam detik)

b. Lower Time

Yaitu waktu yang diperlukan untuk menurunkan bucket kosong

dari posisi tertinggi hingga posisi yang ditentukan (dalam detik)

c. Dump Time

Yaitu waktu yang di perlukan untuk menggerakkan bucket dari

posisi muat maksinal untuk membuang muatan / dump (dalam

detik)

Apabila telah di tentukan faktor – faktor tersebut diatas maka dapat dikatakan

bahwa perawatan telah dilakukan, karena tindakan preventif dari terjadinya

troubleshooting sepeti halnya: patah pada attachmentnya system, kerusakan – kerusakan

fisik pada part utama, bagian – bagian pendukung ataupun kerusakan keseluruhan sisten

hidrolis dapat di elemir atau paling tidak dapat di minimalisir sehingga cost maupun

waktu menjadi lebih efisien (terkecuali terjadinya force majeur atau karena faktor alam),

begitupun faktor keselamatan kerja yang lebih tinggi di bandingkan sebaiknya.

Adapun cara maintenance yang secara umumnya digunakan terbagi 2 yaitu :

1. Maintenance by replacement.

Perawatan dengan menggunakan cara mengganti suku cadang yang telah rusak

2. Maintenance by repairing.

Perawatan dengan menggunakan cara memperbaiki suku cadang yang masih

dapat diperbaiki atau masih dapat masuk dalam kategori kerusakan temporer.

Page 19: Hidraulic System

Berikut merupakan tabel Maintenance dan Trobleshooting yang biasa digunakan

pada seri Furukawa Loader FL230 :

Page 20: Hidraulic System
Page 21: Hidraulic System
Page 22: Hidraulic System
Page 23: Hidraulic System

Berikut merupakan contoh laporan kerja yang telah selesai dilakukan oleh PT.

Allbest untuk penggantian dua part yang menyebabkan adanya gejala kebocoran pada

instalasi sistem pemipaan dan mengambil langkah penggantian part dikarenakan kondisi

part tersebut sudah tidak dapat lagi digunakan.

Page 24: Hidraulic System

BAB V.

KESIMPULAN.

Maka dapat disimpulkan bahwa

a. pengetahuan dasar akan sistem hidrolis merupakan mutlak

apabila aplikasi tersebut digunakan pada lingkungan dimana kita

hidup ataupun bekerja, mulai dari penjenisan alat berat ataupun

teknologi yang menggunakan system tersebut.

b. Pada hal perawatan dan perbaikan kerusakan dapat dikatakan

bahwa hal tersebut bukan hanya tindakan yang dilakukan atas

dasar terjadinya kasus akan tetapi merupakan hal yang harus

dilakukan terus menerus agar kontinuitas dalam menggunakan

alat tersebut dapat berlangsung lama sehingga dapat mengurangi

biaya dalam hal perbaikan.

c. Safety work procedure amatlah penting demi menjaga

keselamatan jiwa pengguna ataupun mahluk hidup

disekelilingnya sehingga bukan hanya perawatan ataupun

perbaikan yang dilakukan akan tetapi banyak hal yang harus

diperhitungkan secara matang sebelum kita mengoperasikan alat

terxsebut demi tujuan kepentingan penggunanya.

d. Dalam hal perbaikan dan perawatan yang mengacu pada dua cara

yaitu : penggantian part yang telah rusak dan perbaikan part yang

Page 25: Hidraulic System

masih dalam batas toleransi maksimum untuk hal kerusakan,

semua hal ini bergantung pada ketetapan ketetapan yang telah

dibuat oleh pemanufactur alat tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Page 26: Hidraulic System
Page 27: Hidraulic System
Page 28: Hidraulic System
Page 29: Hidraulic System
Page 30: Hidraulic System
Page 31: Hidraulic System