hgh

35
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi- kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.Kemudian dalam pembelajaran tersebut akan terdapat proses penilaian yang biasa disebut sebagai evaluasi. Evaluasi merupakan suatu proses menggambarkan, memperoleh dan menyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan. Oleh karena evaluasi sebagai suatu proses pencarian informasi dari seseorang maka dalam evaluasi tedapat subjek evaluasi dan juga objek yang menjadi sasaran evaluasi. Sebagai proses pencarian informasi, evaluasi juga memiliki beberapa prinsip. Di samping itu terdapat alat sebagai sarana evaluasi tersebut. Kemudian bagaimana ciri – ciri dari alat evaluasi tersebut. Serta apa saja prinsip dalam evaluasi serta bagaimana ciri alat evaluasi tersebut. Untuk menambah pengetahuan kita sebagai masyarakat yang hidup dalam perkembangan mutu pendidikan pada umumnya serta bagi kita calon pendidik pada khususnya, maka berikut akan diulas tentang Prinsip , Alat, dan ciri Alat Evaluasi hasil Pembelajaran. 1.2 Rumusan Masalah 1

Upload: dedy-chandra-hariyono

Post on 16-Sep-2015

217 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

lok

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi- kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.Kemudian dalam pembelajaran tersebut akan terdapat proses penilaian yang biasa disebut sebagai evaluasi.

Evaluasi merupakan suatu proses menggambarkan, memperoleh dan menyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan. Oleh karena evaluasi sebagai suatu proses pencarian informasi dari seseorang maka dalam evaluasi tedapat subjek evaluasi dan juga objek yang menjadi sasaran evaluasi.

Sebagai proses pencarian informasi, evaluasi juga memiliki beberapa prinsip. Di samping itu terdapat alat sebagai sarana evaluasi tersebut. Kemudian bagaimana ciri ciri dari alat evaluasi tersebut. Serta apa saja prinsip dalam evaluasi serta bagaimana ciri alat evaluasi tersebut. Untuk menambah pengetahuan kita sebagai masyarakat yang hidup dalam perkembangan mutu pendidikan pada umumnya serta bagi kita calon pendidik pada khususnya, maka berikut akan diulas tentang Prinsip , Alat, dan ciri Alat Evaluasi hasil Pembelajaran.1.2 Rumusan MasalahDalam perumusan masalah ini akan merumuskan tentang :

1. Apa saja Prinsip Evaluasi ?2. Apa saja Alat Evaluasi ?3. Apa saja Ciri Ciri Alat Evaluasi ?1.3 TujuanTujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :1. Mengetahui Pengertian Prinsip Evaluasi.2. Mengetahui Alat Evaluasi.3. Mengetahui Ciri-Ciri Alat Evaluasi.BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Prinsip Evaluasi

Prinsip adalah pernyataan yang mengandung kebenaran hampir sebagian besar, jika tidak dikatakan benar untuk semua kasus. Hal ini sesuai dengan pendapat Cross yang mengatakan bahwa a principle is a statement that holds in most, if not all cases. Keberadaan prinsip bagi seorang guru mempunyai arti penting, karena dengan memahami prinsip evaluasi dapat menjadi petunjuk atau keyakinan bagi dirinya atau guru lain guna merealisasi evaluasi dengan cara benar .

Menurut Anas Sudijono, Evaluasi hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila dalam pelaksanaannya senantiasa berpegang pada tiga prinsip diantaranya:

1. Prinsip Keseluruhan

Prinsip keseluruhan atau prinsip menyeluruh juga dikenal dengan istilah prinsip komprehensif. Artinya evaluasi hasil belajar dikatakan dapat terlaksana dengan baik apabila evaluasi tersebut dilaksanakan secara bulat, utuh atau menyeluruh.

( Anas Sudijono, 1995: 31)

Evaluasi hasil belajar tidak boleh dilaksanakan secara terpisah pisah atau sepotong demi sepotong, melainkan harus dilaksanakan secara utuh dan menyeluruh. Hal ini berarti evaluasi hasil belajar harus dapat mencakup berbagai aspek yang dapat menggambarkan perkembangan atau perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri peserta didik. Dalam evaluasi hasil belajar disamping dapat mengungkap aspek proses berfikir, juga dapat mengungkap aspek kejiwaan lainnya, yaitu aspek nilai atau sikap, dan aspek ketrampilan.

Evaluasi merupakan komponen integral dalam program pengajaran di samping tujuan instruksional dan materi serta metode pengajaran. Tujuan Instruksional, materi dan metode pengajaran, serta evaluasi merupakan tiga kesatuan terpadu yang tidak boleh dipisahkan. Karena itu, perenacanaan evaluasi harus sudah ditetapkan pada waktu menyusun satuan pengajaran sehingga dapat disesuaikan secara harmonis dengan tujuan instruksional dan materi pengajaran yang hendak disajikan.

Dengan melakukan evaluasi hasil belajar secara bulat, utuh , menyeluruh akan diperoleh bahan bahan keterangan dan informasi yang lengkap mengenai keadaan dan perkembangan subyek didik yang sedang dijadikan sasaran evaluasi. Dalam hal ini kami paparkan mengenai subjek dan sasaran evaluasi hasil belajar adalah sebagai berikut :

Yang dimaksud dengan subjek evaluasi adalah orang yang melakukan pekerjaan evaluasi. Siapa yang dapat disebut sebagai subjek evaluasi untuk setiap tes, ditentukan oleh suatu aturan pembagian tugas atau ketentuan yang berlaku.

Contoh:

a. Untuk melaksanakan evaluasi tentang prestasi belajar atau pencapaian maka sebagai subjek evaluasi adalah guru.

b. Untuk melaksanakan evaluasi sikap yang menggunakan sebuah skala maka sebagai subjeknya dapat meminta petugas yang ditunjuk, dengan didahului oleh suatu latihan melaksanakan evaluasi tersebut.

c. Untuk melaksanakan evaluasi terhadap kepribadian dimana menggunakan sebuah alat ukur yang sudah distandarisasikan maka subjeknya adalah ahli-ahli psikologi.Objek atau sasaran penilaian adalah segala sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan karena penilai menginginkan informasi tentang sesuatu tersebut.

2. Prinsip Kesinambungan

Prinsip Kesinambungan juga dikenal dengan istilah prinsip kontinuitas. Artinya Evaluasi Hasil Belajar yang baik adalah evaluasi hasil belajar yang dilakukan dengan teratur dan sambung menyambung dari waktu ke waktu. Dengan melakukan evaluasi yang dilaksanakan secara teratur, terencana dan terjadwal itu maka dimungkinkan bagi evaluator untuk memperoleh informasi yang dapat memberikan gambaran mengenai kemajuan atau perkembangan peserta didik, sejak dari awal mula mengikuti suatu program pendidikan sampai pada saat-saat mereka mengakhiri program yang mereka tempuh tersebut.

Selain daripada itu, evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secraa berkesinambungan itu juga dimaksudkan agar pihak evaluator ( guru, dosen, dan lain lain) dapat memperoleh kepastian dan kemantapan dalam menentukan langkah langkah atau merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang perlu diambil untuk masa-masa selanjutnya.

3. Prinsip Obyektivitas

Prinsip obyektivitas mengandung makna, bahwa evaluasi hasil belajar dapat dinyatakan sebagai evaluasi yang baik apabila dapat terlepas dari faktor-faktor subyektif. Artinya seorang evaluator harus senantiasa berpikir dan bertindak wajar, menurut keadaan senyatanya, tidak dicampuri oleh kepentingan kepentingan yang bersifat subjektif. Apabila prinsip ini tidak dilaksanakan dengn baik, maka itu akan menodai kemurnian pekerjaan evaluasi itu sendiri.

Menurut Suharsimi Arikunto, Prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya triangulasi atau hubungan erat tiga komponen , yaitu antara :

a) tujuan pembelajaran

b) kegiatan pembelajaran atau KBM, dan

c) evaluasi.

Triangulasi tersebut dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut :

tujuan

KBM evaluasi

( Arikunto, 1999: 24 )

Keterangan :

a ) Hubungan antara tujuan dengan KBM

Kegiatan Belajar Mengajar yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar disusun oleh guru dengan mengacu pada tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian anak panah yang menunjukkan hubungan antara keduanya mengarah pada tujuan dengan makna bahwa KBM mengacu pada tujuan, tetapi juga mengarah dari tujuan ke KBM, menunjukkan langkah dari tujuan dilanjutkan pemikirannya ke KBM.

b ) Hubungan antara tujuan dan evaluasi

Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan sudah tercapai. Dengan makna demikian maka anak panah berasal dari evaluasi menuju ke tujuan. Di sisi lain, jika dilihat dari langkah, dalam menyusun alat evaluasi ia mengacu pada tujuan yang sudah dirumuskan.

c)Hubungan antara KBM dan evaluasi.

Selain mengacu pada tujuan, evaluasi juga harus mengacu atau disesuaikan dengan KBM yang dilaksanakan.

Contoh : Jika KBM dilakukan oleh seorang guru dengan menitikberatkan pada ketrampilan, evaluasinya juga harus mengukur tingkat ketrampilan siswa, bukan aspek pengetahuan.

Sedangkan jika dilihat berdasarkan kecenderungan praktek sekarang ini adalah bahwa evaluasi hasil belajar hanya dilaksanakan dengan tes tertulis, menekankan aspek pengetahuan saja. Hal hal yang berkaitan dengan aspek lain, kurang mendapat perhatian dalam evaluasi.

Menurut Sukardi, Dalam bidang pendidikan , beberapa prinsip evaluasi dapat dilihat seperti berikut :

1) Evaluasi harus masih dalam kisi kisi kerja tujuan yang telah ditentukan.

2) Evaluasi sebaiknya dilaksanakan secara komprehensif.

3) Evaluasi diselenggarakan dalam proses yang kooperatif antara guru dan peseta didik.

4) Evaluasi dilaksanakan dalam proses kontinu.

5) Evaluasi harus peduli dan mempertimbangkan nilai nilai yang berlaku.

( Sukardi, 2008: 4-5 )

Sedangkan menurut Slameto evaluasi harus mempunyai minimal tujuh prinsip berikut : 1) terpadu, 2) menganut cara belajar siswa aktif, 3) kontinuitas, 4) koherensi dengan tujuan, 5) menyeluruh, 6) membedakan ( diskriminasi ), dan 7) pedagogis

Pada saat melaksanakan kegiatan kependidikan, salah satu hal yang dilakukan oleh guru yaitu menyusun tes hasil belajar. Untuk menyusun tes hasil belajar yang benar benar dapat mengukur tujuan pelajaran yang telah diajarkan, atau mengukur kemampuan dan atau keterampilan siswa yang diharapkan setelah siswa menyelesaikan suatu unit pelajaran tertentu, maka terdapat Prinsip Prinsip Dasar Tes Hasil Belajar :

1. Tes tersebut hendaknya dapat mengukur secara jelas hasil belajar yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan instruksional. Untuk dapat menyusun tes yang baik, setiap guru harus dapat merumuskan tujuan dengan jelas, terutama Tujuan Instruksional Khusus ( TIK ), sehingga memudahkan baginya untuk menyusun soal soal tes yang relevan untuk mengukur pencapaian tujuan yang telah dirumuskannya.

2. Mengukur sampel yang representatif dari hasil belajar dan bahan pelajaran yang telah diajarkan. Oleh karena ketidakmungkinan mengukur hasil belajar siswa secara keseluruhan, maka dapat mengambil beberapa sampel hasil belajar yang dianggap penting dan dapat mewakili seluruh performance yang dianggap mewakili.

3. Mencakup bermacam macam bentuk soal yang benar benar cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan. Penyusunan suatu tes harus disesuaikan dengan jenis kemampuan hasil belajar yang hendak diukur dengan tes tersebut.

4. Didesain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan.

5. Dibuat se-reliable mungkin sehingga mudah diinterpretasikan dengan baik. Suatu tes dapat dikatakan reliable ( memiliki realibilitas yang tinggi ), jika tes itu dilakukan berulang ulang terhadap objek yang sama, hasilnya akan relatif sama.

6. Digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru.

( Ngalim Purwanto, 1986:31)

Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam melakukan evaluasi. Prinsip-prinsip tersebut adalah :

1. Keterpaduan

Evaluasi merupakan komponen integral dalam program pengajaran di samping tujuan instruksional dan materi serta metode pengajaran. Tujuan Instruksional, materi dan metode pengajaran, serta evaluasi merupakan tiga kesatuan terpadu yang tidak boleh dipisahkan. Karena itu, perenacanaan evaluasi harus sudah ditetapkan pada waktu menyusun satuan pengajaran sehingga dapat disesuaikan secara harmonis dengan tujuan instruksional dan materi pengajaran yang hendak disajikan.

2. Keterlibatan Siswa

Prinsip ini berkaitan erat dengan metode belajar CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) yang menuntut keterlibatan siswa secara aktif. Untuk dapat mengetahui sejauh mana siswa berhasil dalam kegiatan belajar-mengajar yang dijalaninya secara aktif, siswa membutuhkan evaluasi. Dengan demikian, evaluasi bagi siswa merupakan kebutuhan.

3. Koherensi

Dengan prinsip koherensi dimaksudkan evaluasi harus berkaitan dengan materi pengajaran yang sudah disajikan dan sesuai dengan ranah kemampuan yang hendak diukur.

4. Pedagogis

Di samping sebagai alat penilai hasil/pencapaian belajar, evaluasi juga perlu diterapkan sebagai upaya perbaikan sikap dan tingkah laku ditinjau dari segi pedagogis.

5. Akuntabilitas

Sejauh mana keberhasilan program pengajaran perlu disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan pendidikan sebagai laporan pertanggungjawaban.

2.2 Alat EvaluasiAlat Evaluasi digolongkan dalam teknik Evaluasi hasil Belajar. Teknik Evaluasi adalah suatu cara yang dapat ditempuh oleh seseorang dalam melakukan sesuatu.Berarti teknik evaluasi adalah suatu cara yang ditempuh oleh seseorang dalam mengadakan evaluasi. Ada dua teknik evaluasi hasil belajar peserta didik yaitu teknik tes dan non tes.

Definisi secara umum alat adalah sesuatu yang digunakan untuk mempermudah kerja manusia untuk mencapai tujuan dengan lebih efektif dan efisien. Sedangkan kata alat sendiri dikenal dengan istrumen, maka alat evaluasi dikenal juga dengan nama instrumen evaluasi. Untuk menggunakan alat tentunya dibutuhkan evaluator menggunakan cara atau teknik yang juga dikenal dengan teknik evaluasi.

Diketahui ada dua teknik evaluasi yaitu dengan teknik tes dan teknik non-tes.

1. Teknik Tes dapat dibedakan menurut materi, bentuknya, dan cara membuatnya.

Menurut materi yang akan kita nilai dapat dibedakan yaitu tes hasil belajar, tes kecerdasan, tes bakat kusus, tes minat, dan tes kepribadian.

Menurut bentunya terbagi atas tes uraian dan tes obyektif. Sedangkan cara pembuatannya dibedakan atas tes buatan guru dan tes baku.

2. Teknik Non-Tes

Untuk melakukan teknik non tes ini dilakukan beberapa cara yaitu dengan cara pengamatan, wawancara, angket, laporan, karangan dan skala sikap.

Untuk lebih lanjut akan dijelaskan juga tentang Tes Hasil Belajar dikarenakan Tes Hasil Belajar adalah bagian dari alat evaluasi. Banyak sekali jenis-jenis tes, dengan demikian tes di kelompokkan berdasarkan berbagai hal yaitu:

1. cara pelaksanaannya,

2. isi dan tujuan,

3. dan pembuatannya.

A. Jenis-jenis Tes

a. menurut pelaksanaannya dibedakan menjadi dua yaitu:1. Tes kata-kata (verbal test), yaitu tes menggunakan kata-kata, baik dalam memberikan pertanyaannya ataupun jawabannya. Tes ini meliputi:

(a). Tes tertulis

(b). Tes lisan.

2. Tes Perbuatan, yaitu tes yang dilakukan dengan jawabannya merupakan tindakan/ perbuatan dari siswa yang sedang dinilai. Soal tes ini dapat berupa soal tertulis ataupun lisan, bahkan mungkin merupakan perbuatan dari penilai

b. Menurut Isi dan Tujuannya, tes dibedakan menjadi tiga yaitu:

1. Tes hasil Belajar, yaitu tes yang menilai sampai dimana hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Tes ini dilakukan setelah siswa mengalami proses belajar, dan bahan yang dijadikan soal tes tidak keluar dari bahan yang telah dipelajari siswa.

2. Tes diagnostik, yaitu tes yang berfungsi untuk mengetahui sejauh mana kelemahan dan kekuatan siswa dalam pelajaran. Dan hasil dari tes ini akan digunakan untuk membantu siswa tersebut untuk membantu siswa tersebut dalam mengatasi kesulitan dalam pelajaran.

3. Tes Psikologis, tes ini berguna untuk mengetahui kemampuan psikologi siswa, terutama untuk mengetahui kepribadian siswa, yang dapat membantunya untuk mengatasi kesulitannya dalam pelajaran.c. Menurut pembuatnya:

1. Tes buatan guru, tes ini dibuat oleh guru untuk keperluan guru tersebut terhadap siswanya. Tes ini biasanya berlaku untuk satu sekolah, akan tetapi kadang-kadang hanya untuk satu kelas saja.

2. Tes Baku. Tes hasil belajar ataupun tes psikologis, hasil-hasilnya dapat ditafsirkan secara umum dalam daerah yang luas ataupun hanya berlaku untuk satu kelompok tertentu saja.

B. Tes tertulis

Dalam tes ini pertanyaan dan jawaban disampaikan secara tertulis. Ada dua jenis tes tertulis yaitu tes essay dan tes obyektif.

a. Tes esay memiliki ciri tes ini biasanya dalam masing-masing soal memiliki permasalahan dan menuntut penguraian sebagai jawabannya.

1. Kelebihan dari tes esay ini adalah:

a. dapat mengukur mental yang tinggi, yaitu pengertian dan penerapan, mengorganisasikan bahan dahan dan pikira, serta membanding-bandingkan.

b. Dapat mengukur kesanggupan siswa untuk menjawab pertanyaan, dengan kata-kata sendiri.

c. Dapat mendorong siswa untuk mempelajari sebagaimana menyusun dan mengatakan pengertian mereka secara aktif dengan gaya bahasa dan caranya sendiri.

d. Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat yang bagus.

e. Dapat diketahui sejauh mana siswa mengalami sesuatu masalah yang ditegaskan.

f. Sedikit sekali memberi kesempatan kepada siswa untuk menerka jawaban ataupun untuk menyontek teman.

g. Hanya memerlukan sedikit waktu untuk menulis soal.

h. Memberi kemungkinan kepada guru untuk langsung menilai proses berfikir masing-masing siswa.

i. Mudah disiapkan dan disusun.

2. Kelemahan

a. Pengaruh subyektif cenderung berperan di dalam pemberian angka. Hal ini disebabkan kesan pertama, penilaian pribadi, faktor tulisan, kebersihan kertas dan lain-lain.

b. Bisasanya sedikit soalnya, sehingga kurang bisa mencakup seluruh bahan. Akibatnya penilaian itu kurang valid.

c. Waktu memeriksa lama, sehingga kurang efektif.

d. Pertanyaan sering bersifat kabur, sukar dipastikan aspek mana yang diperlukan.

b. Tes Obyektif siswa dituntut untuk memilih beberapa kemungkinan jawaban yang telah tersedia atau memberi jawaban singkat atau mengisi titik-titik di tempat yang tersedia. Soal sudah disusun secara sempurna.

1. Keuntungan

a. Mempunyai validitas yang tinggi

b. Memiliki tingkat kepercayaan (reliabilitas) yang tinggi yang susah dicapai tes essay.

c. Dapat meliputi aspek-aspek bahan pelajaran dan kecakapan yang cukup lengkap. Tes essay tidak mungkin.

d. Petunjuknya mudah dimengerti dan pengerjaannya lebih mudah.

e. Petunjuknya mudah dimengerti dan pengerjaannya lebih mudah.

f. Skoring lebih mudah dan lebih cepat dari pada tes essay.

g. Item-item tes obyektif dapat dianalisis dengan item analisis untuk meningkatkan mutu tes-tes yang akan datang. Tes obyektif dapat digunakan lagi berulang-ulang kali selama masih viled dan tidak bocor

2. Kekurangan tes obyektif

a. Cara membuatnya memerlukan waktu, tenaga, pikiran dan ketekunan yang banyak.

b. Tidak semua aspek pribadi anak dapat diukur dengan tes obyektif. Tes ini dapat mengukur dengan baik ingatan atau pengetahuan saja. Sukar mengukur berpikir, sikap dan keterampilan.

c. Jawaban anak belum tentu menunjukkan hasil yang sebenarnya. Sebab anak-anak kemungkinan hanya kira-kira saja.

d. Kurang ekonomis, sebab banyak membutuhkan kertas dan lain-lain.

C. Tes Lisan (oral Test)

Yang dimaksud dengan tes lisan adalah guru mengajukan pertanyaan secara lisan dan siswa memberikan jawaban lisan pula.

1. Kebaikan-kebaikan tes lisan

a. Ada beberapa tujuan pengajaran yang dapat diukur dengan menggunakan tes tertulis, tetapi dapat dengan menggunakan tes lisan misalnya keterampilan berkomunikasi secara lisan, keterampilan membedakan sesuatu dengan lisan.

b. Tes lisan berguna dalam tes individual. Tes ini memungkinkan pertanyaan-pertanyaan tambahan dalam bidang-bidang tertenntu apabila guru merasa perlu memberikannya.

2. Kelemahan

a. Memakan banyak waktu,

b. Tes ini dilakukan ke seluruh kelas maka tidak mungkin siswa yang satu dan yang lain memperoleh pertanyaan yang sama.

c. Pertanyaan-pertanyaan dapat diulang atau dirumuskan dengan kata-kata lain bila diperlukan.

d. Bagi siapa yang mengalami kesulitan berbicara tentunya tes lisan itu akan merupakan kesulitan.

Menurut Daryanto, Secara garis besar, maka alat-alat evaluasi yang digunakan dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu tes dan non tes. Dibawah ini akan dijelaskan secara rinci macam-macam tes dan non tes.

1. Teknik Non Tes

Ada beberapa teknik non-tes yaitu:

a. Skala Bertingkat

Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap suatu hasil pertimbangan. Sebagai contoh adalah skor yang diberikan oleh guru di sekolah untuk menggambarkan tingkat prestasi belajar siswa.

b. Kuesioner

Kuesioner (questionaire) juga sering dikenal sebagai angket. Pada dasarnya, kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur. Tentang macam kuesioner, dapat ditinjau dari beberapa segi :

1) Ditinjau dari siapa yang menjawab, maka ada :

Kuesioner langsung

Kuesioner dikatakan langsung jika kuesioner tersebut dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang dirinya.

Kuesioner tidak langsung

Kuesioner tidak langsung adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi oleh orang yang bukan diminta keterangannya.

2) Ditinjau dari segi cara menjawab maka dibedakan atas:

Kuesioner tertutup

Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban langkah sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih.

Kuesioner terbuka

Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga para pengisi bebas mengemukakan pendapatnya.

c. Daftar cocok (check list)

Yang dimaksud dengan daftar cocok adalah deretan pertanyaan, dimana responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok ( ) di tempat yang sudah disediakan.

d. Wawancara

Wawancara atau interview adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak.

Wawancara dapat dilakuakan dengan 2 cara, yaitu:

Intervieu bebas, di mana responden mempunyai kebebasan umtuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh subjek evaluasi.

Intervieu terpimpin, yaitu intervieu yang dilakukan oleh subjek evaluasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun terlebih dahulu.

e. Pengamatan

Pengamatan atau observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.

Ada 3 macam observasi:

Observasi partisipan, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat, tetapi dalam pada itu pengamat memasuki dan mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati.

Observasi sistematik, yaitu observasi di mana faktor yang diamati sudah didaftar secara sistematis, dan sudah diatur menurut kategorinya.

Observasi eksperimentalObservasi eksperimental terjadi jika pengamat tidak berpartisipasi dalam kelompok

f. Riwayat hidup

Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa kehidupannya.

2. Teknik TesDibawah ini ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai pengertian tes.

a. Dalam bukunya Evaluasi Pendidikan, Drs. Amin Daien Indrakusuma mengatakan bahwa tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat.

b. Dalam bukunya Teknik-teknik Evaluasi, Mucthar Bukhori mengatakan tes ialah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seorang murid atau kelompok murid.

c. Dalam buku Encyclopedia of Educational Evaluation, diterangkan Test is comprehensive assessment of an individual or to an entire program evaluation effort(tes adalah penilaian yang kompherensif terhadap seorang individu atau keseluruhan usaha evaluasi program.

Dari beberapa kutipan dan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tes merupakan suatu alat pengumpul informasi tetapi jika dibandingkan dengan alat-alat yang lain, tes ini bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasan-batasan.

Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, maka dibedakan atas adanya tiga macam tes, yaitu:

a. Tes diagnostik

Tes Diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat.

b. Tes Formatif

Dari kata form yang merupakan dasar dari istilah formatif maka evaluasi formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu program tertentu. Dalam kedudukannya seperti ini tes formatif dapat juga dipandang sebagai tes diagnostik pada akhir pelajaran.

Evaluasi formatif mempunyai manfaat baik bagi siswa, guru, maupun bagi program itu sendiri.

Manfaat bagi siswa

1. Untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan program secara menyeluruh.

2. Merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa.

3. Usaha perbaikan.

4. Sebagai diagnose.

Manfaat bagi guru

1. Mengetahui sejauh mana bahan yang diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa

2. Mengetahui bagian mana dari bahan pelajaran yang belum menjadi milik siswa.

3. Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang akan diberikan.

Manfaat bagi program

Setelah diadakan test formatif maka diperoleh hasil. Dari hasil tersebut dapat diketahui :

1. Apakah program yang telah diberikan merupakan program yang tepat dalam arti sesuai dengan kecakapan anak.

2. Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-pengetahuan prasyarat yang belum diperhitungkan.

3. Apakah diperlukan alat, sarana dan prasarana untuk mempertinggi hasil yang akan dicapai.

4. Apakah metode, pendekatan dan alat evaluasi yang digunakan sudah tepat.

c. Tes Sumatif

Evaluasi sumatif atau tes sumatif merupakan tes yang dilaksanakan setelah berakhirnya sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar.

Manfaat tes sumatif, ialah:

1. Untuk menentukan nilai.

2. Untuk menentukan seorang anak dapat atau tidaknya mengikuti kelompok dalam menerima program berikutnya.

3. Untuk mengisi catatan kemajuan belajar siswa yang akan berguna bagi orang tua siswa, pihak bimbingan dan penyuluhan disekolah, serta pihak-pihak lain apabila siswa tersebut akan pindah ke sekolah lain, akan melanjutkan belajar atau akan memasuki lapangan kerja.

Perbandingan antara Tes Diagnostik, Formatif, dan SumatifDalam membandingkan, akan ditinjau dari 9 aspek, yaitu :

a. Ditinjau dari fungsinya

(1) Tes diagnostik

Menentukan apakah bahan prasyarat telah dikuasai atau belum.

Menentukan tingkat penguasaan siswa terhadap bahan yang dipelajari.

Memisah-misahkan (mengelompokkan) siswa berdasarkan kemampuan dalam menerima pelajaran yang akan dipelajari.

Menetukan kesulitan-kesulitan belajar yang dialami untuk menentukan cara yang khusus untuk mengatasi atau memberikan bimbingan.

(2) Tes formatif

Sebagai umpan balik bagi siswa, guru, maupun program untuk menilai pelaksanaan satu unit program.

(3) Tes sumatif

Untuk memberikan tanda kepada siswa bahwa telah mengikuti suatu program, serta menentukan posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan kawannya dalam kelompok.

b. Ditinjau dari waktu

(1) Tes diagnostik

Pada waktu penyaringan calon siswa

Pada waktu membagi kelas atau permulaan memberikan pelajaran.

Selama pelajaran berlangsung bila guru akan memberikan bantuan siswa.

(2) Tes formatif

Selama pelajaran berlangsung untuk mengetahui kekurangan agar pelajaran dapat berlangsung sebaik-baiknya.

(3) Tes sumatif

Pada akhir unit caturwulan, semester akhir tahun, atau akhir pendidikan.

c. Ditinjau dari titik berat penilaian

(1) Tes diagnostik

Tingkah laku kognitif, afektif, dan psikomotor.

Faktor-faktor fisik, psikologis, dan lingkungan.

(2) Tes formatif

Menekankan pada tingkah laku kognitif.

(3) Tes sumatif

Pada umumnya menekankan pada tingkah laku kognitif, tetapi ada kalanya pada tingkah laku psikomotor dan kadang-kadang pada afektif.

d. Ditinjau dari alat evaluasi

(1) Tes diagnostik

Tes prestasi belajar yang sudah distandarisasikan.

Tes diagnostik yang sudah distandarisasikan.

Tes buatan guru.

Pengamatan dan daftar cocok.

(2) Tes formatif

Tes prestasi belajar yang tersusun secara baik.

(3) Tes sumatif

Tes ujian akhir.

e. Ditinjau dari cara memilih tujuan yang dievaluasi

(1) Tes diagnostik

Memilih tiap-tiap keterampilan prasyarat.

Memilih tujuan setiap program pelajaran secara berimbang.

Memilih yang berhubungan dengan tingkah laku fisik, mental, dan perasaan.

(2) Tes formatif

Mengukur semua tujuan instruksional khusus.

(3) Tes sumatif

Mengukur tujuan instruksional umum.

f. Ditinjau dari tingkat kesulitan tes

(1) Tes diagnostik

Untuk tes diagnostik mengukur keterampilan dasar, diambil soal tes yang mudah.

(2) Tes formatif

Belum dapat ditentukan

(3) Tes sumatif

Rata-rata mempunyai tingkat kesulitan (indek kesukaran) antara 0,35-0,70.

g. Ditinjau dari scoring (cara menyekor)

(1) Tes diagnostik

Menggunakan standar mutlak dan standar relatif

(2) Tes formatif

Menggunakan standar mutlak

(3) Tes sumatif

Kebanyakan menggunakan standar relatif, tetapi dapat pula dipakai standar mutlak

h. Ditinjau dari tingkat pencapaian

Yang dimaksud dengan tingkat pencapaian adalah skor yang harus dicapai siswa dalam setiap tes.

(1) Tes diagnostik

Untuk tes diagnostik yang sifatnya memonitor kemajuan, tingkat pencapaian yang diperoleh siswa merupakan informasi tentang keberhasilannya.

(2) Tes formatif

Ditinjau dari tujuan, tes formatif digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah mencapai tujuan insruksional umum yang diuraikan menjadi tujuan instruksional khusus.

(3) Tes sumatif

Sesuai dengan fungsi tes sumatif yaitu memberikan tanda kepada siswa bahwa mereka telah mengikuti suatu program dan untuk menentukan posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan kawan dalam kelompoknya, maka tidak diperlukan suatu tuntutan harus berapa tingkat penguasaan yang dicapai.

i. Ditinjau dari cara pencatatan hasil

(1) Tes diagnostik

Dicatat dan dilaporkan dalam bentuk profil

(2) Tes formatif

Prestasi tiap siswa dilaporkan dalam bentuk catatan berhasil atau gagal menguasai suatu tugas.

(3) Tes sumatif

Keseluruhan skor atau sebagian skor dari tujuan-tujuan yang dicapai.

2.3 Ciri Ciri Alat Evaluasi a. Ciri Evaluasi

Ciri evaluasi yang pertama yakni mengukur perubahan. Jika kita hubungkan dengan tujuan pengajaran maka perubahan yang di inginkan oleh program pengajaran ialah peningkatan kemampuan baik kemampuan kognitif - intelektual, sosio-emosional, maupun kemampuan keterampilan motoric. Tujuan pengajaran ialah penguasaan perangkat kemampuan yang di rencanakan.Penilaian terhadap siswa dalam orientasi kemampuan ini bukan pada kenaikan kelas, atau pada kelulusan, tetapi pada derajad kemampuan tertentu.

b. Ciri kedua dari evaluasi ialah adanya bukti bukti yang di kumpulkan sebagai dasar penilaian dan evaluasinya.

c. Ciri ketiga ialah pengukuran terhadap bukti bukti yang di deskripsikan itu, dimana pengukuran yang di lakukan ialah bersifat kuantitatif.

d. Ciri keempat dalam pengertian evaluasi ialah pengambilan keputusan atau judgement. Untuk dapat merumuskan tujuan penyusunan tes dengan baik, seorang guru/pengajar perlu memikirkan apa tipe dan fungsi yang akan disusunnya, sehingga selanjutnya ia dapat menentukan bagaimana karakteristik soal-soal yang akan dibuatnya. Perlu diketahui bahwa tes itu mempunyai beberapa fungsi, tergantung kepada tipe atau kegunaanya. Berikut ini menunjukkan tipe dan fungsi tes serta bagaimana ciri ciri soal-soal :

Tipe TesFungsi TesKonsiderasi SampelCiri Ciri

PLACEMENTMengukur prerekuisit entry skills.

Menentukan entry formance tentang tujuan pelajaran.Mencakup tiap tiap prekuisit entry behavior.

Memilih sampel yang mewakili tujuan pelajaran.

Items mudah dan criterion referenced.

Items memiliki range kesukaran yang luas dan norm-referenced.

FORMATIFSebagai balikan bagi siswa + guru tentang kemajuan belajar.Jika mungkin , mencakup semua unit tujuan ( yang esensial )Items memadukan sukaran unit tujuan, dan criterion-referenced.

DIAGNOSTIKMenentukan kesulitan belajar yang sering muncul.Mencakup sampel tugas tugas yang berdasarkan sumber sumber kesalahan belajar yang umum.Items mudah dan digunakan untuk menunjuk sebab sebab kesalahan yang spesifik.

SUMATIFMenentukan kenaikan tingkat/kelas, atau kelulusan pada akhir program pengajaran.Memilih sampel tujuan tujuan pelajaran yang representatif.Items memiliki range kesukaran yang luas dan norm-referenced.

( Ngalim Purwanto, 1986: 40 )Ciri - Ciri tes hasil belajar yang baik menurut Anas Sudijono antara lain :1.Bahwa Tes Hasil Belajar tersebut bersifat valid atau memiliki validitas.

2.Bahwa Tes Hasil Belajar tersebut telah memiliki reliabilitas atau bersifat reliabel.

3.Bahwa Tes Hasil Belajar tersebut bersifat obyektif.

4.Bahwa Tes Hasil Belajar tersebut bersifat praktis dan ekonomis

( Anas Sudijono, 1995: 97)

Menurut Arikunto, evaluasi memiliki ciri-ciri dan persyaratan sebagai berikut :

1. Proses kegiatan penelitian tidak menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku bagi penelitian pada umumnya.

2. Dalam melaksanakan evaluasi, peneliti harus berpikir secara sistematis yaitu memandang program yang diteliti sebagai sebuah kesatuan yang terdiri dari beberapa komponen atau unsur yang saling berkaitan satu sama lain dalam menunjang kinerja dari objek yang dievaluasi.

3. Agar dapat mengetahui secar rinci kondisi dari objek yang dievaluasi, perlu adanya identifikasi komponen yang berkedudukan sebagai faktor penentu bagi keberhasilan program.

4. Menggunakan standar, Kiteria, atau tolak ukur sebagai perbandingan dalam menentukan kondisi nyata dari data yang diperoleh dan untuk mengambil kesimpulan.

5. Kesimpulan atau hasil penelitian digunakan sebagai masukan atau rekomendasi bagi sebuah kebijakan atau rencana program yang telah ditentukan.

6. Agar informasi yang diperoleh dapat menggambarkan kondisi nyata secara rinci untuk mengetahui bagian mana dari program yang belum terlaksana, maka perlu ada identifikasi komponen yang dilanjutkan dengan identifikasi subkomponen, sampai pada indikator dari program evaluasi.

7. Standar, kriteria, atau tolak ukur diterapkan pada indicator, yaitu bagian yang paling kecil dari program agar dapat dengan cermat diketahui letak kelemahan dari proses kegiatan.

8. Dari hasil penelitian harus dapat disusun sebuah rekomendasi secara rinci dan akurat sehingga dapat ditentukan tindak lanjut secara tepat.

BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Berkenaan dengan kegiatan Evaluasi Hasil Pembelajaran, adapun yang dimaksud dengan subjek evaluasi adalah orang yang melakukan pekerjaan evaluasi. Sedangkan Sasaran Evaluasi adalah segala sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan karena penilai menginginkan informasi tentang sesuatu tersebut. Sasaran penilaian untuk unsur-unsurnya meliputi: input, transformasi, dan output.

Secara umum Prinsip-prinsip dalam evaluasi meliputi:

Keterpaduan;

Keterlibatan siswa; Koherensi; Pedagogis;

Akuntabilitas.

Secara garis besar, alat-alat evaluasi dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu tes dan non tes.

2