herpes zoster nurlaila

23
1 BAB I PENDAHULUAN Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer. Nama lain penyakit ini dampa, cacar ular. 1-6 Penyebarannya sama seperti varisela. Penyakit ini, seperti yang diterangkan dalam definisi, merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah penderita mendapat varisela. Kadang-kadang varisela ini berlangsung subklinis. Tetapi ada pendapat yang menyatakan kemungkinan transmisi virus secara aerogen dari pasien yang sedang menderita varisela atau herpes zoster. 1-6 Daerah yang paling sering terkena adalah daerah torakal, walaupun daerah-daerah lain tidak jarang. Frekuensi penyakit ini pada pria dan wanita sama, sedangkan mengenai umur lebih sering pada orang dewasa. 1-6 Sebelum timbul gejala kulit terdapat, gejala prodromal baik sistemik (demam, pusing, malaise), maupun gejala prodromal local (nyeri otot-tulang,

Upload: bella-tika-sari

Post on 28-Nov-2015

50 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela-zoster

yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang

terjadi setelah infeksi primer. Nama lain penyakit ini dampa, cacar ular.1-6

Penyebarannya sama seperti varisela. Penyakit ini, seperti yang

diterangkan dalam definisi, merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah

penderita mendapat varisela. Kadang-kadang varisela ini berlangsung subklinis.

Tetapi ada pendapat yang menyatakan kemungkinan transmisi virus secara

aerogen dari pasien yang sedang menderita varisela atau herpes zoster.1-6

Daerah yang paling sering terkena adalah daerah torakal, walaupun

daerah-daerah lain tidak jarang. Frekuensi penyakit ini pada pria dan wanita

sama, sedangkan mengenai umur lebih sering pada orang dewasa.1-6

Sebelum timbul gejala kulit terdapat, gejala prodromal baik sistemik

(demam, pusing, malaise), maupun gejala prodromal local (nyeri otot-tulang,

gatal, pegal dan sebagainya). setelah itu timbul eritema yang dalam waktu singkat

menjadi vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit yang eritematosa dan

edema. Vesikel ini berisi cairan yang jernih, kemudian menjadi keruh (berwarna

abu-abu), dapat menjadi pustul dan krusta.1-6

Masa tunasnya 7-12 hari. Masa aktif penyakit ini berupa lesi-lesi baru

yang tetap timbul berlangsung kira-kira seminggu, sedangkan masa resolusi

berlangsung kira-kira 1-2 minggu. Di samping gejala kulit dapat juga dijumpai

pembesaran kelenjar getah bening regional. Lokalisasi penyakit ini adalah

unilateral dan bersifat dermatomal sesuai dengan tempat persarafan.1-6

Pengobatan herpes zoster diantaranya adalah terapi sistemik, yaitu dengan

pemberian antiviral yaitu asyklovir dengan dosis 5x800 mg sehari dan biasanya

2

diberikan selama 7 hari, atau valasiklovir 3x1000 mg sehari. Untuk nyerinya diberikan

analgetik. Jika disertai infeksi sekunder diberikan antibiotic. Sedangkan

pengobatan topical bergantung pada stadiumnya. Jika masih stadium vesikel

diberikan bedak dengan tujuan protektif untuk mencegah pecahnya vesikel agar

tidak terjadi infeksi sekunder. bila erosive diberikan kompres terbuka. Kalau

terjadi ulserasi dapat diberikan salap antibiotic. 1-6

Berikut dilaporkan sebuah kasus dengan diagnosis herpes zoster pada

seorang perempuan berumur 53 tahun yang berobat ke poli klinik kesehatan Kulit

dan Kelamin RSUD Raden Mattaher Jambi.

3

BAB II

LAPORAN KASUS

Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 14 november 2013.

Seorang perempuan, berusia 53 tahun, bekerja sebagai PNS, datang ke

poliklinik penyakit kulit dan kelamin RSUD Raden Mattaher Jambi, dengan

keluhan utama muncul gelembung-gelembung kecil berisi cairan di punggung

sebelah kanan yang terasa sakit sejak satu hari yang lalu.

Sejak satu minggu yang lalu os merasakan pegal-pegal di seluruh

tubuhnya. Os juga mengeluh demam tinggi namun hilang timbul, menggigil (-),

berkeringat(-), nyeri kepala (+), badan terasa lemas dan nafsu makan berkurang..

Satu hari sebelum berobat os meraba adanya gelembung-gelembung kecil

berisi cairan di punggung bagian kanan. Gelembung awalnya dirasakan

bergerombol di satu tempat namun beberapa jam sesudahnya menjalar tidak jauh

lokasinya dari gelembung pertama yang semakin banyak, gelembung-gelembung

tersebut terasa sakit berdenyut dan seperti ditusuk-tusuk, namun tidak gatal. Os

belum pernah berobat sebelumnya.

Os tinggal di rumah dengan suami dan kedua anaknya. Tidak ada anggota

keluarga yang mempunyai keluhan yang sama dengan os.

Riwayat menderita cacar air (+) sewaktu kecil. Riwayat sakit maag (-)

Pada pemeriksaan dijumpai keadaan umum baik, tampak sakit ringan,

kesadaran composmentis, tekanan darah dalam batas normal, nadi dalam batas

normal, respirasi dalam batas normal, dan suhu dalam batas normal.

Pada pemeriksaan fisik: Kepala: konjungtiva tidak anemis, sclera tidak

ikterik, pupil isokhor. Tidak terdapat pembesaran KGB pada leher. Pada thorak

didapatkan bunyi jantung normal, murmur dan gallop tidak ditemukan, suara

4

dasar pernafasan vesikuler normal, ronkhi dan wheezing tidak ditemukan. Pada

abdomen datar, hepar dan lien tidak teraba, bising usus (+) normal. Ektremitas

superior dan inferior akral hangat dan tidak terdapat edema.

Pada pemeriksaan dermatologi:

I. Pada regio lumbalis dextra distribusi unilateral pada dermatom T10,

ditemukan:

1. Ruam primer berupa vesikel dengan dasar kulit yang eritem dan edema

ukuran milier sampai lentikuler, susunan herpetiformis

2. Ruam primer berupa papul eritem ukuran milier susunan herpetiformis.

II. Pada regio pectoris lateralis dextra pada dermatom T6 ditemukan:

1. Ruam primer berupa vesikel dengan dasar kulit yang eritem dan edema

ukuran milier susunan herpetiformis.

2. Ruam primer berupa papul eritem dengan ukuran milier susunan

herpetiformis

III. Pada regio umbilikalis dextra pada dermatom T 11, ditemukan:

1. Ruam primer berupa vesikel dengan dasar kulit yang eritem dan edema

ukuran milier susunan herpetiformis.

2. Ruam primer berupa papul eritem multiple dengan ukuran milier susunan

herpetiformis

1. 4

23

Keterangan:vesikel miliarvesikel lentikulerpapul eritemruam primer terdapat vesikel dengan dasar eritem dan edema ukuran miliar hingga lentikuler susunan herpetiformis. Dan papul eritem ukuran miliar susunan herpetiformis.

5

Gambar 1. Lesi di regio lumbalis dextra

Gambar 2. Lesi di regio pectoralis lateralis dextra

dan umbilicalis dextra

Gambar 3. Lesi regio lumbalis dextra

6

Tidak ada pemeriksaan penunjang yang dilakukan karena keterbatasan

waktu pemeriksaan dan sarana kurang memadai. Dari ananmnesis, pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan dermatologis differensial diagnosis kelainan kulit ini

adalah Herpes zoster, dermatitis venenata, impetigo bulosa, dermatitis kontak

iritan. Diagnosa kerja yaitu herpes zoster.

Pengobatan pada pasien ini bertujuan untuk mengatasi infeksi virus akut,

mengatasi nyeri akut yang ditimbulkan oleh virus herpes zoster, dan mencegah

timbulnya neuralgia pasca herpetic.

Pengobatan non medikamentosa, diantaranya:

dianjurkan tidak keluar rumah, karena dapat menularkan kepada orang

lain yang defisiensi imun.

jangan memakai handuk bersama-sama dengan keluarga.

usahakan agar bintil tidak pecah, misalnya jangan digaruk dan pakai baju

yang longgar. Untuk mencegah infeksi sekunder jaga kebersihan badan.

Lesi boleh dibersihkan dengan air, tapi jangan digosok agar bintil tidak

pecah.

Istirahat dan konsumsi makanan yang bergizi.

kontrol ke poliklinik.

Pengobatan medikamentosa, diantaranya:

Topikal

bedak salisil 1% ditaburkan di tempat lesi dengan tujuan protektif untuk

mencegah pecahnya vesikel agar tidak terjadi infeksi sekunder.

Sistemik

Antiviral: Acyclovir 5x800 mg (7-10 hari)

Analgetik: Asam mefenamat 3x500 mg

Glukokortikoid: metilprednisolon 24 mg, tappering tiap minggu

Vitamin B1, B6, B12.

7

Prognosis pada penyakit ini adalah baik bagi pasien dengan kepatuhan dalam

penggunaan obat

8

BAB III

PEMBAHASAN

Diagnosa pada pasien ini ditegakkan melalui anamnesa dan gejala klinis

yang khas. Dimana seorang perempuan usia 53 tahun datang dengan keluhan

timbul gelembung kecil berisi cairan yang berkelompok di punggung sebelah

kanan sejak satu hari yang lalu yang terasa sakit berdenyut dan seperti ditusuk-

tusuk. Gelembung kecil semakin banyak dan menjalar di daerah sekitarnya Sejak

seminggu yang lalu os mengeluh pegal-pegal di seluruh tubuh dan adanya demam

tinggi namun hilang timbul, menggigil (-), berkeringat(-), nyeri kepala (+), badan

terasa lemas dan nafsu makan berkurang.. Riwayat menderita cacar air

(+),sewaktu os masih kecil, riwayat sakit maag (-). Tidak ada anggota keluarga os

atau orang yang serumah dengan os ataupun teman sekantor os yang menderita

sakit yang sama.

Dari anamnesis didapatkan bahwa penderita sebelumnya 7 hari yang lalu

pasien mengeluh demam tinggi, demam dirasakan hilang timbul, menggigil (-),

berkeringat (-), nyeri kepala (+), badan terasa lemas dan nafsu makan berkurang.

Selain itu pasien juga mengeluh seluruh badan pegal – pegal. Hal ini

menunjukkan pasien sebelumnya mengalami gejala prodromal yang merupakan

gejala khas dari infeksi virus herpes, gejala prodromal berupa gejala sistemik

maupun lokal, gejala sistemik berupa demam, pusing dan malaise, sedangkan

gejala lokal berupa nyeri otot-tulang, gatal, pegal dan sebagainya.1-6 Riwayat

menderita varisela (+) sewaktu kecil dan riwayat keluarga atau teman kerja yang

menderita penyakit yang sama disangkal. Hal ini sesuai dengan penyebab herpes

zoster yaitu merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah penderita mendapat

varisela sebelumnya.

Hal ini sesuai dengan teori, dimana pada herpes zoster1-6:

1. terdapat pada semua golongan usia tetapi lebih dari 66% mengenai usia

lebih ari 50 tahun.

2. Frekuensi yang sama pada pria dan wanita.

3. Adanya gejala prodromal sistemik seperti demam, pusing, malaise.

9

4. Adanya gejala prodromal local seperti nyeri otot tulang, gatal, pegal dan

sebagainya.

5. Adanya nyeri yang dapat menetap atau bersifat hilang timbul dan

biasanya diikuti oleh adanya nyeri tekan pada dermatm yang terkena.

6. Daerah yang paling sering terkena adalah daerah torakal. Menurut

dermatom yang terbanyak pada dermatom torakal (55%), cranial (20%),

Lumbal (15%), dan sacral (5%)

7. Lesi primer pada pasien herpes zoster dengan timbul eritema yang dalam

waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit yang

eritematosa.

Berdasarkan data tersebut, maka mengarah ke herpes zoster. Kemudian dilakukan

pengkajian lebih lanjut berdasarkan status dermatologis.

Di dalam teori, tempat predileksi, yaitu daerah yang paling sering terkena

adalah daerah torakal. Menurut dermatom yang terbanyak pada dermatom torakal

(55%), cranial (20%), lumbal (15%), dan sacral (5%). Efloresensinya, kelainan

kulit tersebut mula-mula berupa eritema kemudian berkembang menjadi papula

dan vesikel yang dengan cepat membesar dan menyatu sehingga terbentuk bula.

Isi vesikel mula-mula jernih, setelah beberapa hari menjadi keruh dan dapat pula

bercampur darah. Jika absorbs terjadi, vesikel dan bula dapat menjadi krusta.1-6

10

Gambar 4. Skema dermatom saraf.5

Berdasarkan kasus, pada regio lumbalis dextra distribusi unilateral pada

dermatom T10, ditemukan: 1. Ruam primer berupa vesikel dengan dasar yang

eritem dan edema ukuran milier sampai lentikuler, susunan herpetiformis.

2.Ruam primer berupa papul eritem ukuran milier susunan herpetiformis.

Pada regio pectoris lateralis dextra pada dermatom T6 ditemukan:1. Ruam

primer berupa vesikel dengan dasar eritem dan edema ukuran milier, susunan

herpetiformis. 2.Ruam primer berupa papul eritem ukuran milier susunan

herpetiformis.

11

Pada regio umbilikalis dextra pada dermatom T 11, ditemukan: 1. Ruam primer

berupa vesikel dengan dasar eritem dan edema ukuran milier, susunan

herpetiformis.2. Ruam primer berupa papul eritem ukuran milier susunan

herpetiformis.

Pada status dermatologis di atas sesuai dengan teori yang ada, bahkan

telah mengarah kepada herpes zoster sehingga diagnosis pada pasien ini menjadi

lebih kuat.

Pada kasus ini, tidak dilakukan pemeriksaan penunjang tetapi menurut

teori untuk membantu menegakkan diagnosis secara tepat, dapat dilakukan

pemeriksaan, antara lain:5-6

Tzanck Smear: mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat

membedakan herpes zoster dan herpes simplex.

Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody: digunakan untuk membedakan

diagnosis herpes virus.

Immunofluororescet: mengidentifikasi varicella di sel kulit.

Pemeriksaan histopatologik.

Pemeriksaan mikroskop electron

Kultur virus.

Pada kasus, didiagnosis banding dengan dermatitis venenata, impetigo bulosa,

dermatitis kontak iritan

a. Dermatitis venenata

Dematitis yang disebabkan oleh gigitan, liur atau bulu serangga.

penyebabnya adalah toksin atau allergen dalam cairan gigitan serangga

tersebut.m Paling sering terjadi, di antaranya pada tangan, lengan, wajah

dan leher. Awalnya terlihat eritema lalu sudah menjadi vesikel atau

bahkan nekrosis. Dari anamnesisnya dapat diderita oleh semua orang dari

berbagai golongan, umur, ras dan jenis kelamin. Reaksi pertama rasa

12

gatal, terbakar dan eritema, edema, papula, vesikel serta perembesan atau

secret. Tanda awalnya muncul dalam beberapa jam setelah paparan.1-6

b. Impetigo bulosa

Suatu penyakit infeksi piogenik pada kulit yang superficial dan menular

disebabkan oleh staphylococcus aureus. Tempat predileksinya di muka

sekitar hidung dan mulut, anggota gerak, ketiak, dada, punggung, dan

daerah yang tidak tertutup pakaian. Efloresensinya, tampak vesikel dan

bula dengan dinding tebal dan tipis, miliar hingga lentikuler, kulit di

sekitarnya tidak menunjukkan peradangan, terkadang tampak hipopion.

Pada anamnesis biasanya terjadi pada semua umur terutama bayi dan

anak-anak. Pria dan wanita sama. Lebih banyak terjadi pada tropis dengan

udara panas, musim panas dengan debu, hygiene yang jelek dan

malnutrisi.1-6

c. Dermatitis kontak iritan

Peradangan kulit yang disebabkan terpaparnya kulit dengan bahan dari

luar yang bersifat iritan misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak

pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu. Tempat predileksinya kulit

wajah, leher, skrotum, dan bagian dorsal tangan lebih rentan terhadap

dermatitis kontak iritan. Efloresensinya tampak eritema, vesikel, atau

bula. Luas kelainan umumnya sebatas daerah yang terkena, berbatas

tegas. Kulit yang lebih bersifat monomorf. Pada anamnesis, dapat diderita

oleh semua orang dari berbagai golongan, umur, ras, dan jenis kelamin.

Adanya riwayat atopi diketahui sebagai factor predisposisi. Kulit terasa

pedih, panas, rasa terbakar, kelainan yang terlihat berupa eritema edema,

bula dan mungkin juga nekrosis, terasa gatal.1-6

13

Berdasarkan diagnosis banding, maka pada pasien ini menunjukkan herpes

zoster.

Pengobatan herpes zoster pada kasus ini bertujuan untuk mengatasi

infeksi virus akut, mengatasi nyeri akut yang ditimbulkan oleh virus herpes

zoster, dan mencegah timbulnya neuralgia pasca herpetic.5-8

Pengobatanya terdiri dari non medikamentosa dan medikamentosa. Pengobatan

medikamentosa sistemik diberikan antiviral acyclovir 5x800 mg selama 7-10

hari. Pemberian antiviral acylclovir ini sangat bermakna jika diberikan ≤ 72 jam

(stadium vesikulasi aktif) karena dapat mempercepat penyembuhan lesi pada

kulit, mengurangi durasi nyeri akut, dan dapat mengurangi kemungkinan

terjadinya neuralgia postherpetik. Mekanisme kerjanya menghambat enzim DNA

polymerase virus, asiklovir segera diubah menjadi asiklo-guanosin monofosfat oleh

enzim timidin kinase virus, kemudian diubah lagi menjadi asiklo-guanosin trifosfat

(asiklo-GTP), asiklo-GTP bergabung dengan DNA virus yang akan mengakibatkan

terhentinya aktifitas enzim DNA polymerase.8 Untuk keluhan nyeri pasien diberikan

asam mefenamat 3x500mg mg tablet yang merupakan analgetik golongan NSAID.

Namun perlu diingat bahwa pemberian asam mefenamat dapat menyebabkan keluhan

iritasi pada mukosa lambung sehingga sebaiknya obat diminum sesaat setelah makan

dan pemakaiannya dibatasi hanya apabila pasien mengeluhkan nyeri. Pada pasien ini

diberikan Glukokortikoid oral berupa metilprednisolon tablet 4-2-0. Hal ini diberikan

dengan tujuan dapat mengurangi risiko untuk terjadinya neuralgia postherpetik, dimana

dalam literature disebutkan diberikan prednson 30 mg, sehingga jika dikonversikan

menjadi metilprednisolon diperlukan 24 mg (6tablet). Dari literatur lain disebutkan

bahwa pemberian kortikosteroid ini juga dapat digunakan untuk mengurangi nyeri

akutyang timbul pada herpes zoster. Pemberian metilprednisolon ini harus di tapering

tiap minggu. Pada pasien ini diberikan vitamin B1, B6, dan B12. Hal ini dikarenakan

vitamin tersebutbersifat neurotropik, sehingga diharapkan dengan pemberian vitamin

tersebut dapat mencegah kerusakan saraf lebih lanjut atau dapat membantu perbaikan

pada saraf yang rusak. Untuk pengobatan topical dapat diberikan bedak salisil 1%

ditaburkan di tempat lesi dengan tujuan protektif untuk mencegah pecahnya vesikel agar

tidak terjadi infeksi sekunder.5-8

14

Untuk non medikamentosa, pasien disarankan untuk beristirahat di rumah, makan

makanan bergizi dianjurkan tidak keluar rumah, karena dapat menularkan kepada

orang lain yang defisiensi imun, tidak memakai handuk bersama-sama dengan

keluarga. usahakan agar bintil tidak pecah, misalnya jangan digaruk dan pakai

baju yang longgar. Untuk mencegah infeksi sekunder jaga kebersihan badan.Lesi

boleh dibersihkan dengan air, tapi jangan digosok agar bintil tidak pecah.

Prognosis pada penyakit ini adalah baik bagi pasien dengan kepatuhan dalam

penggunaan obat1-6.

15

BAB IV

KESIMPULAN

Telah dilaporkan kasus herpes zoster, dimana diagnosa ditegakkan dengan

anamnesa dan pemeriksaan fisik dengan gejala klinis yang khas. Terjadinya

herpes zoster pada pasien ini diduga karena reaktivasi virus varisela-zoster yang

terjadi setelah penderita mendapat varisela1-6. Pengobatan yang diberikan berupa

antiviral oral, analgetik oral, glukokortikoid oral, Vitamin B1, B6, dan B12 dan

pengobatan topikal. Pengobatan yang diberikan yakni non medikamentosa dan

medikamentosa. Prognosis pada kasus ini adalah baik1-6.

16

DAFTAR PUSTAKA

1. Handoko, Ronny P. Dalam: Djuanda, A. dkk, editor. Ilmu Penyakit Kulit

Dan Kelamin. Edisi Keempat. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia;

2007.

2. Siregar, R,S. Saripati Penyakit Kulit. Edisi kedua. Jakarta: EGC, 2002.

3. Graham, Robin. Lecture Note Dermatologi. Edisi Kedelapan. Jakarta :

EMS. 2007. Hal. 29-30

4. Darwin T. Pembagian dermatom pada tubuh (online). 13 okt 2010

(diakses 15 November 2013). Diunduh dari : URL

:http://en.wikipedia.org/wiki/dermatome(anatomi).

5. Lubis. D.R. Varicela dan Herpes zoster. Departemen Ilmu Kesehahan

Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran USU. 2008

6. Gnann. J.W, Whitley, J.W. Clinical Practice Herpes Zoster, New England

Journal of medicine: 2001

7. Gan Gunawan, Sulistia. Farmakologi dan terapi. Edisi kelima. Jakarta :

FK UI. 2007. Hal 642

8. Theodorus. Penuntun praktis peresepan obat. Jakarta. EGC. 2005