herpes zoster
DESCRIPTION
herpeusTRANSCRIPT
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. H
Umur : 43 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Barokah
Pekerjaan : Peagawai swasta
Agama : Islam
Status : Menikah
II. AUTOANAMNESIS
Keluhan utama : Rasa gatal dan nyeri pada tangan kiri, punggung sebelah kiri,
dan dada sebelah kiri
Keluhan tambahan : -
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien laki-laki berusia 43 tahun pada tanggal 8 November 2011 datang ke
Poli Kulit dan Kelamin RSUD Cilegon dengan keluhan rasa gatal dan nyeri seperti
terbakar pada daerah tangan kiri, punggung sebelah kiri, dan dada sebelah kiri sejak 5
hari yang lalu. Keluhan disertai dengan timbulnya kelainan kulit berupa kulit
kemerahan disertai gelembung-gelembung yang berisi cairan. Keluhan tersebut
menyebabkan pasien lebih nyaman tidak memakai pakaian dikarenakan bila terkena
kain terasa nyeri. Pasien mengatakan tidak disertai demam.
Pasien mengaku sebelumnya sudah berobat ke dokter dan diberi terapi berupa
obat luar (salep) dan obat minum 5 kali dalam sehari, tetapi tidak ada perubahan.
III. STATUS GENERALIS
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Vital sign
TD : Tidak dilakukan
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 16 x/menit
Suhu : afebris
Thoraks : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
KGB : dalam batas normal
IV. STATUS DERMATOLOGIS
Lokasi : Tangan kiri, punggung sebelah kiri, dan dada sebelah kiri
Dermatom regio T1-T4
Efloresensi :
- Pada tangan kiri tampak vesikel bula bergerombol pada dasar eritem tersusun
zosteriformis
- Pada punggung kiri tampak vesikel bula bergerombol pada dasar eritem
tersusun zosteriformis dengan krusta diatasnya
V. LABORATORIUM
Tidak dilakukan
VI. RESUME
Pasien laki-laki,Tn. H, 43 tahun, menikah, seorang pegawai swasta datang ke
Poli Kulit Kelamin dengan keluhan rasa gatal dan nyeri seperti terbakar pada daerah
tangan kiri, punggung sebelah kiri, dan dada sebelah kiri sejak 5 hari yang lalu.
Keluhan disertai dengan timbulnya kelainan kulit berupa kulit kemerahan disertai
gelembung-gelembung yang berisi cairan. Pasien belum pernah menderita penyakit
seperti ini sebelumnya; pasien pernah terkena sakit cacar air 20 tahun yang lalu; status
generalis dalam batas normal; status dermatologis pada tangan kiri, punggung kiri,
1
dan dada kiri ditemukan vesikel bula bergerombol pada dasar eritem tersusun
zosteriformis dengan krusta diatasnya .
VII. DIAGNOSIS BANDING
Herpes simpleks
Varisela
Pemfigoid bulosa
VIII. DIAGNOSIS KERJA
Herpes zoster
IX. PENATALAKSANAAN
Umum
Istirahat yang cukup
Daerah yang gatal tidak boleh digaruk
Menjaga kebersihan kulit dengan tetap mandi 2 x sehari
Khusus
Sistemik
Antiviral : Asiklovir 5 x 800 mg
Antidepresan trisiklik : Amitriptilin 1 x 25 mg :
Analgesik : Asam mefenamat 3 x 500 mg
Topical
Kompres terbuka dengan NaCl 0,9%
Salep Gentamycin 3 x 1
X. PEMERIKSAAN ANJURAN
Tzanck test
2
XI. PROGNOSIS
- Quo ad vitam : ad bonam
- Quo ad funcionam : ad bonam
- Quo ad sanationam : ad bonam
- Quo ad kosmetikam : ad bonam
3
DISKUSI
Pada kasus ini di diagnosis Herpes zoster berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis.
Riwayat dan gejala klinis herpes zoster ditemukan pada kasus ini. Dari anamnesis
didapatkan keluhan rasa gatal dan nyeri seperti terbakar pada daerah tangan kiri,
punggung sebelah kiri, dan dada sebelah kiri sejak 5 hari yang lalu dengan timbulnya
kelainan kulit berupa kulit kemerahan disertai gelembung-gelembung yang berisi
cairan. Dengan riwayat menderita cacar air 20 tahun yang lalu.
Pada gambaran klinis ditemukan pada tangan kiri, punggung kiri, dan dada kiri
ditemukan vesikel bula bergerombol pada dasar eritem tersusun zosteriformis dengan
krusta diatasnya .
Gambaran ini sesuai dengan gambaran klinis herpes zoster dimana ditemukan bentuk
yang bermacam-macam (polimorfik) dan bergerombol seperti cambuk.
Pada pasien ini diagnosis bandingnya adalah :
1. Herpes Simpleks
Gejala prodromal dan kelainan klinis sama-sama dijumpai berupa vesikel yang
berkelompok berisi cairan jernih yang kemudian menjadi seropurulen dapat pecah
dan menjadi krusta.Predileksi VHS tipe II didaerah pinggang kebawah.
2. Varisela
Merupakan penyakit dengan etiologi sama dengan Herpes zoster yaitu virus
varisela zoster. Penyakit ini merupakan penyakit infeksi primer varisela zoster.
Apabila terjadi reaktivasi virus tersebut baru timbul penyakit herpes zoster. Gejala
prodromal dan gambaran klinis mirip namun penyebaran sentrifugal dari badan ke
ekstremitas dan muka. Dapat menyerang orang dewasa namun lebih sering pada
anak.
4
Pengobatan yang diberikan pada kasus ini untuk sistemik dan topical antara lain :
Analgesik diberikan sebagai terapi simptomatik untuk mengurangi rasa nyeri yaitu
asam mefenamat.
Antiviral yaitu asiklovir
Antidepresan trisiklik sebagai pencegahan terjadinya neuralgia pasca herpetika
yaitu amitriptilin
Kompres terbuka dengan menggunakan Permanganat kalikus 1:10.000 diberikan
sebagai antiseptic dikarenakan telah terjadi lesi yang eksudatif.
Salep Gentamycin juga diberikan dengan tujuan mencegah infeksi sekunder
secara topical.
Pasien dianjurkan untuk control kembali ke poli kulit kelamin 1 minggu kemudian
untuk evaluasi hasil pengobatan dan mengamati apakah ada komplikasi yang terjadi
baik dari penyakitnya maupun pengobatan.
5
HERPES ZOSTER
Definisi
Herpes zoster adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh virus varisela-zoster
yang menyerang kulit dan mukosa, yang merupakan reaktivasi virus yang terjadi
setelah infeksi primer.
Sinonim
Dampa, cacar ular
Epidemiologi
Penyebarannya sama seperti varisela. Penyakit ini merupakan reaktivasi virus
yang terjadi setelah infeksi primer. Kadang varisela ini berbentuk subklinis. Ada
pendapat yang menyatakan kemungkinan transmisi virus secara aerogen dari
pasien yang sedang menderita varisela atau herpes zoster.
Insidens
Frekuensi penyakit pada pria dan wanita sama. Insiden lebih sering pada orang
dewasa.
Patogenesis
Virus berdiam diganglion posterior susunan saraf tepi dan saraf kranialis.
Kelainan kulit yang ditimbulkan memberikan lokasi setingkat dengan daerah yang
dipersarafi. Kadang menyerang ganglion anterior, bagian motorik kranialis
sehingga memberikan gejala-gejala gangguan motorik.
Gejala klinis
Masa tunas penyakit 7-12 hari, masa aktif kira-kira 1 minggu ditandai dengan lesi
baru yang tetap timbul sedang masa resolusi berlangsung kira-kira 1-2 minggu.
Disamping gejala kulit dapat dijumpai pembesaran kelenjar getah bening regional.
Lokalisasi unilateral dan bersifat dermatomal sesuai dengan tempat persarafan.
Pada susunan saraf tepi jarang menimbulkan kelainan motorik tetapi pada susunan
saraf pusat lebih sering dikarenakan struktur ganglion kranialis yang
6
memungkinkan hal tersebut. Hiperestesi pada daerah yang terkena merupakan
gejala khas.
Daerah yang paling sering terkena adalah daerah torakal. Diawali dengan gejala
prodromal baik sistemik (demam, pusing, malaise) maupun local (nyeri otot,
tulang, gatal, pegal dan sebagainya). Kemudian timbul eritem yang dalam waktu
singkat menjadi vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit yang eritematosa
dan edema. Vesikel berisi cairan jernih, kemudian berubah menjadi keruh
(berwarna abu-abu) serta dapat menjadi pustule dan krusta. Kadang vesikel berisi
darah yang disebut sebagai herpes zoster hemoragik. Dapat terjadi infeksi
sekunder yang menyebabkan terbentuknya ulkus dengan penyembuhan berupa
sikatriks.
Gangguan pada nervus trigeminus (ganglion Gasseri) atau nervus fasialis dan
otikus (ganglion genikulatum) menimbulkan kelainan pada muka. Herpes zoster
oftalmikus terjadi akibat infeksi pada cabang pertama nervus trigeminus yang
menimbulkan kelainan pada mata sedangkan infeksi pada cabang kedua dan
ketiga menimbulkan kelainan kulit sesuai dengan daerah yang dipersarafi.
Gangguan pada nervus fasialis dan otikus menimbulkan sindrom Ramsay Hunt.
Ditandai dengan paralysis otot muka (paralysis Bell), kelainan kulit yang sesuai
dengan daerah yang dipersarafi, tinnitus, vertigo, gangguan pendengaran,
nistagmus, nausea, serta gangguan pengecapan.
Herpes zoster abortif ditandai dengan penyakit yang berlangsung dalam waktu
singkat dan kelainan kulit hanya berupa vesikel dan eritem. Pada herpes zoster
generalisata kelainan kulitnya unilateral dan segmental ditambah kelainan kulit
yang menyebar secara generalisata berupa vesikel yang soliter dan ada umbilikasi.
Kasus ini terjadi pada orangtua atau orang yang kondisi fisiknya sangat lemah
misalnya penderita Limfoma malignum.
Neuralgia pasca herpetic adalah rasa nyeri yang timbul didaerah bekas
penyembuhan yang timbul lebih dari 1 bulan setelah penyakitnya sembuh dan
dapat berlangsung beberapa bulan sampai tahun dengan gradasi nyeri yang
7
bervariasi dalam kehidupan sehari-hari. Kecenderungan terjadi pada penderita
yang berusia diatas 40 tahun.
Komplikasi
Neuralgia pascaherpetik, 10-15% terjadi pada pasien berumur diatas 40 tahun,
makin tua penderita makin tinggi persentasinya.
Penderita dengan defisiensi imunitas, infeksi HIV, keganasan atau usia lanjut
dapat disertai komplikasi. Vesikel sering menjadi ulkus dengan jaringan nekrotik.
Komplikasi herpes zoster oftalmikus dapat berupa ptosis paralitik, keratitis,
uveitis, korioretinitis, dan neuritis optic.
Paralisis motorik terjadi pada 1-5% kasus yang terjadi akibat penjalaran virus
secara perkontinuitatum dari ganglion sensorik kesistem saraf yang berdekatan.
Paralisis biasanya timbul dalam 2 minggu sejak awitan munculnya lesi. Berbagai
paralysis dapat terjadi misalnya diafragma, batang tubuh, ekstremitas, vesika
urinaria dan anus. Umumnya akan sembuh spontan.
Infeksi dapat menjalar ke alat dalam misalnya paru, hepar, dan otak.
Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan Tzanck dapat ditemukan sel datia berinti banyak.
Diagnosis Banding
1. Varisela
Terutama menyerang anak-anak tetapi dapat juga menyerang orang dewasa.
Penyebaran terutama didaerah badan yang kemudian menyebar secara sentrifugal
kemuka dan ekstremitas serta dapat menyerang selaput lendir, mata, saluran nafas
bagian atas dan selalu disertai demam.
2. Herpes simpleks tipe II
Terutama menyerang dewasa muda dengan aktivitas seksual tinggi. Berdasarkan
tempat predileksinya yaitu daerah pinggang kebawah. Lesinya berupa vesikel-
vessikel yang berkelompok diatas dasar macula eritematosa berisi cairan jernih
dan kemudian menjadi seropurulen, dapat menjadi krusta dan kadang-kadang
mengalami ulserasi.
8
3. Angina pectoris atau penyakit reumatik
Bila keluhan utama nyeri dimana merupakan gejala prodromal local jika terdapat
didaerah setinggi jantung.
Pengobatan
Terapi sistemik umumnya bersifat simptomatik, untuk nyerinya diberikan
analgetik. Jika disertai infeksi sekunder diberikan antibiotic. Indikasi antiviral
ialah herpes zoster oftalmikus, pasien dengan defisiensi imunitas atau pasien
dengan terapi kortikosteroid. Obat yang biasa digunakan adalah Asiklovir dan
derivatnya seperti valasiklovir dan Famsiklovir. Sebaiknya diberikan dalam 3 hari
pertama sejak lesi muncul.
Dosis asiklovir 5 x 800 mg sehari selama 7 hari
Valasiklovir 3 x 1000 mg sehari selama 7 hari
Famsiklovir 3 x 500 mg sehari selama 7 hari.
Jika lesi baru masih tetap timbul, obat tersebut masih dapat diberikan dan
dihentikan 2 hari setelah lesi tidak timbul lagi.
Isoprenosin sebagai imunostimulator tidak berguna karena awitan / mula kerja
setelah 2-8 minggu sedangkan masa aktif penyakit ini kira-kira hanya seminggu.
Unutk neuralgia pascaherpetik tidak ada obat pilihan, dapat dicoba dengan
akupunktur. Nyeri tersebut lambat laun akan menghilang.
Pemberian kortikosteroid harus sedini mungkin untuk mencegah terjadinya
paralysis. Prednison dengan dosis oral 3 x 20 mg, setelah seminggu dosis
diturunkan secara bertahap. Dengan dosis prednisone setinggi itu, imunitas akan
tertekan sehingga lebih baik digabung dengan obat antiviral.
Pengobatan topical bergantung pada stadiumnya. Jika masih stadium vesikel
diberikan bedak dengan tujuan protektif untuk mencegah pecahnya vesikel
sehingga tidak terjadi infeksi sekunder. Bila erosive diberikan kompres terbuka.
Asam salisil dalam konsentrasi 1 % dipakai sebagai kompres bersifat antiseptic.
Jika terjadi ulserasi dapat diberikan salep antibiotic.
9
Prognosis
Umumnya baik, pada herpes zoster oftalmikus bergantung pada tindakan
perawatan secara dini.
10
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, Adhi, Prof.dr; Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi ketiga; Balai
Penerbit FKUI; Jakarta 2009
Suherman, Suharti K; Farmakologi dan Terapi edisi ke empat; Gaya Baru;
Jakarta 1997
R.S. Siregar, Prof dr Sp.KK; Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit edisi
kedua; Penerbit Buku kedokteran EGC 2005, hal 80-89
www.emedicine.com
11