hernia nukleus pulposus.doc

61
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP) Disusun Oleh: Euis Salsabila Izati 141.0!1.00" PROGRA# PENDIDIKAN PRO$ESI NERS PROGRA# STUDI IL#U KEPERAWATAN UNI%ERSITAS PE#&ANGUNAN NASIONAL '%ETERAN AKARTA !01*

Upload: euis-salsabila-izzati

Post on 04-Nov-2015

51 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP)

Disusun Oleh:

Euis Salsabila Izati141.0721.006PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA2015

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERSYARAFAN

sumber gambar : google.comA. Sistem Saraf dan FungsinyaSistem persarafan terdiri dari jalinan jaringan saraf yang tersusun atas sel saraf (neuron) dan sel penyokong (neuroglia dan sel Schwann). Kedua jenis sel tersebut demikian erat berkaitan dan terintegrasi satu sama lain sehingga bersama-sama berfungsi sebagai satu unit. (Arif Muttaqin, 2008 : 3). Sistem saraf adalah suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan lainnya. Sistem tubuh yang pentIng ini juga mengatur aktivitas sistem tubuh lainnya, karena pengaturan saraf tersebut maka terjalin komunikasi antara berbagai system tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis. Dalam sistem inilah berasal segala fenomena kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan. Jadi kemampuan untuk dapat memahami, belajar dan memberi respon terhadap suatu rangsangan merupakan hasil kerja integrasi dari system saraf yang puncaknya dalam bentuk kepribadian dan tingkah laku individu. Jaringan saraf terdiri Neuroglia dan Sel schwan (sel-sel penyokong) serta Neuron (sel-sel saraf). Kedua jenis sel tersebut demikian erat berkaitan dan terintegrasi satu sama lainnya sehingga bersama-sama berfungsi sebagai satu unit.Sebagai alat pengatur dan pengendali alat-alat tubuh, maka sistem saraf mempunyai 3 fungsi utama yaitu : 1. Sebagai Alat KomunikasiPenghubung antara tubuh dengan dunia luar melalui indra yang meliputi : mata, hidung, telinga, kulit dan lidah. Dengan adanya alat-alat ini, maka kita akan dengan mudah mengetahui adanya perubahan yang terjadi disekitar tubuh kita.

2. Sebagai Alat PengendaliSebagai pengendali atau pengatur kerja alat-alat tubuh, sehingga dapat bekerja serasi sesuai dengan fungsinya. Dengan pengaturan oleh saraf, semua organ tubuh akan bekerja dengan kecepatan dan ritme kerja yang akurat.

3. Sebagai Pengatur Respon Terhadap Rangsangan

Saraf merupakan pusat pengatur respon dari reaksi tubuh terhadap perubahan keadaan sekitar. Karena saraf sebagai pengendali atau pengatur kerja seluruh alat tubuh, maka jaringan saraf terdapat pada seluruh pada seluruh alat-alat tubuh kita. B. Jaringan SyarafSistem persarafan adalah kumpulan jaringan saraf yang tersusun dari sel-sel saraf yaitu neuron atau sel saraf itu sendiri dan sel penyokong.1. Neuron (Sel Saraf)Susunan saraf pusat manusia terdiri atas sekitar 100 miliar neuron. Neuron adalah salah satu sel saraf dan merupakan unit anatomi dan fungsional system persarafan. Neuron mempunyai struktur dengan berbagai bentuk dan ukuran yang berbeda, salah satunya adalah tipe neuron multipolar yang merupakan jenis yang paling banyak terdapat di dalam sistem saraf pusat. Neuron terdiri atas tiga bagian utama yaitu badan sel, akson (neurit), dan dendrit.

a) Badan selSecara relatif badan sel adalah bagian yang lebih besar dari sel saraf dan mengelilingi nukleus yang didalamnya terdapat nukleolus. Di sekelilingnya terdapat perikarion yang berisi neurofilamen yang berkelompok yang di sebut neurofibril. Di luarnya terhubungkan dengan dendrit dan akson yang memberikan dukungan terhadap proses-proses fisiologis. (Arif Muttaqin, 2008 : 3). Badan sel berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson. Pada badan sel saraf terdapat nukleolus (anak inti sel), inti sel (nukleus), sitoplasma, mitokondria, sentrosom, badan golgi, lisosom. Badan sel merupakan kumpulan retikulum endoplasma tempat transportasi sintesis protein.

b. DendritDendrit adalah tonjolan yang menghantarkan informasi menuju badan sel. Merupakan bagian yang menjulur keluar dari badan dan menjalar ke segala arah. Khususnya di korteks serebri dan serebelum, dendrite mempunyai tonjolan-tonjolan kecil bulat, yang disebut tonjolan dendrit. Neuron tertentu juga mempunyai akson fibrosa yang panjang berasal dari daerah yang agak tebal di badan sel, yaitu akson hilok (bukit akson). (Arif Muttaqin, 2008 : 4) Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang- cabang. Dendrit merupakan perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan mengantarkan rangsangan ke badan sel.c. AksonTonjolan tunggal dan panjang yang menghantarkan informasi keluar dari badan sel disebut akson. Dendrite dan akson, secara kolektif sering disebut sebagai serabut saraf atau tonjolan saraf. Kemampuan untuk menerima, menyampaikan, dan meneruskan pesan-pesan neural disebabkan sifat khusus membran sel neuron yang mudah dirangsang dan dapat menghantarkan pesan elektrokimia. (Arif Muttaqin, 2008 : 4) Akson disebut juga dengan neurit. Di dalam neurit terdapat benang-benang halus yang disebut neurofibril. Neurofibril dibungkus oleh beberapa lapis selaput mielin yang banyak mengandung zat lemak dan berfungsi untuk mempercepat jalannya rangsangan. Selaput mielin tersebut dibungkus oleh sel- sel schwann yang akan membentuk suatu jaringan yang dapat menyediakan makanan untuk neurit dan membantu pembentukan neurit. Lapisan mielin sebelah luar disebut neurilemma yang melindungi akson dari kerusakan. Terdapat bagian neurit yang tidak dibungkus oleh lapisan mielin. Bagian ini disebut dengan nodus ranvier dan berfungsi mempercepat jalannya rangsangan. Klasifikasi neuron berdasarkan struktur yang berhubungan antara dendrit, badan sel dan akson adalah sebagai berikut : (Arif Muttaqin, 2008 : 4).

a) Neuron tanpa aksonSecara struktur lebih kecil dan tidak mempunyai akson . Neuron ini berlokasi di otak dan beberapa organ perasa khusus. b) Neuron bipolarUkuran dari neuron bipolar lebih kecil dibandingkan dengan neuron unipolar dan multipolar. Neuron bipolar sangat jarang ada, tetapi mereka ada didalam organ perasa khusus, neuron ini menyiarkan ulang informasi tentang penglihatan, penciuman, dan pendengaran dari sel-sel yang peka terhadap rangsang ke neuron-neuron lainnya. c) Neuron unipolarDidalam suatu neuron unipolar dendit dan akson melakukan prose secara berlanjut. Dalam suatu neuron, sekmen awal dari cabang dendrite membawa aksi potensial dan neuron ini memiliki akson. Beberapa neuron sensorik dari saraf tepi merupakan neuron unipolar dan sinaps neuron berakhir di system saraf pusat (SSP).

d) Neuro multipolar Neuron multipolar lebih banyak memiliki dendrite dan dengan satu akson. Neuron ini merupakan tipe neuron yang sebagian besar berada di SSP. Contoh tipe neuron ini adalah seluruh neuron motorik yang mengendalikan otot rangka. Klasifikasi neuron berdasarkan fungsionalnya dikelompokkan sebagai berikut : (Arif Muttaqin, 2008 : 5).

a) Neuron sensorikNeuron sensorik berasal dari divisi aferen dari system saraf tepi (SST). Neuron ini membawa informasi dari reseptor pesan sensorik untuk dibawa ke system saraf pusat. Neuron sensorik merupakan neuron unipolar atau disebut juga dengan serabut aferen yang menghubungkan antara reseptor sensorik dan batang otak (otak).

Neuron ini mengumpulkan informasi dengan memperhatikan lingkungan dalam dan lingkungan luar tubuh. Tubuh manusia memiliki sekitar 10 juta neuron sensorik. Neuron sensorik somatis melakukan pengawasan diuar dan neuron sensorik viseral memonitor kondisi didalam tubuh. Reseptor sensorik yang lebih spesifik meliputi: Eksteroseptor, menyediakan informasi tentang kondisi lingkungan luar dan informasi yang didapat dari sentuhan, suhu, sensasi tekanan, dan informasi yang didapat dari indra seperti penglihatan, penciuman, pendengaran, dan peraba. Prioseptor, memonitor keadaan posisi dan pergerakan otot rangka dan sendi. Interoseptor, memonitor kondisi system pencernaan, pernafasan, kardiovaskular, perkemihan, reproduksi, serta sensasi perasa dan rasa nyeri.b) Neuron motorikNeuron motorik atau neuron eferen membawa instruksi-instruksi dari SSP menuju efektor perifer. Neuron motorik akan menstimulasi atau memodifikasi aktivitas dari jaringan-jaringan perifer, organ, atau system organ. Tubuh manusia memiliki sekitar 500ribu neuron motorik. Akson-akson pembawa pesan dari SSP yang disebut dengan serabut eferen, terdiri atas system saraf somatis (SSS) dan system saraf otonom (SSO). c) InterneuronNeuron asosiasi juga lebih sering dikenal dengan neuron konektor atau penghubung. Intereuron atau neuron asosiasi berada diantara neuron sensorik dan motorik. Neuron penghubung terdapat di seluruh otak dan batang otak. Tubuh manusia memiliki sekitar 20 juta neuron penghubung yang berfingsi untuk mendistribusikan setiap informasi dari neuron sensorik dan mengoordinasikan aktivitas motorik. 2. Sel Penyokonga) NeurogliaNeuroglia adalah sel penyokong untuk neuron-neuron SSP. Neuroglia menyusun 40% volume otak dan medulla spinalis. Neuroglia jumlahnya lebih banyak dari sel-sel neuron dengan perbandingan sekitar sepuluh banding satu. Ada empat sel neuroglia yang berhasil di identifikasi yaitu ; mikroglia, ependimal, astroglia (astrosit), dan oligodendroglia (oligodendrosit). b) MikrogliaSekitar 5% dari sel-sel glia di SSP adalah mikroglia atau yang disebut dengan mesoglia, yaitu sekelompok sel efektor imun dari sistem saraf pusat. Mikroglia mempunyai sifat fagosit, bila jaringan saraf rusak, maka sel-sel ini bertugas untuk mencerna sisa-sisa jaringan yang rusak. Selain itu, sebagai presentasi antigen (antigen percenting) dan penghapusan neuron apoptosis dan sel glial selama perkembangan embrio. Sel jenis ini ditemukan diseluruh SSP dan di anggap berperan penting dalam proses melawan infeksi. Mikroglia adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh seluler. c) Astroglia

Astroglia disebut juga dengan astrosit, (astro adalah bintang) merupakan sel glia terbesar. Fungsi astrosit antara lain : Sebagai barier sirkulasi darah ke otak. Kandungan dalam sirkulasi tidak bisa bebas masuk ke dalam cairan interstisial SSP. Jaringan neural harus terisolasi dari sirkulasi umum karena hormon dan beberapa kimia darah akan menghambat fungsi dari neuron. Sel-sel endotelial dari kapiler-kapiler SSP akan melakukan pertukaran kimia antara sirkulasi darah dan cairan interstisial. Sel-sel ini disebut dengan barier darah-otak. Barier ini terisolasi dari sirkulasi umum. Memperbaiki kerusakan jaringan neuronDidalam SSP, kerusakan dari jaringan neuron akan merusak fisiologis dari neuron. Fungsi dari astrosit akan memperbaiki atau mencegah kerusakan lebih lanjut dari neuron.

Menjaga perubahan interstisiald) EpendimalEpendimal adalah neuroglia yang membatasi system ventrikel SSP. Sel-sel inilah yang merupakan epitel dari pleksus koroideus ventrikel otak. sel ependymal, jenis sel penyokong neuronal (neuroglia) yang membentuk lapisan epitel ventrikel (rongga) di otak dan kanal sentral dari sumsum tulang belakang. Sel ependymal juga menimbulkan lapisan epitel yang mengelilingi pleksus koroidius, jaringan pembuluh darah yang terletak di dinding ventrikel lateral (dua ventrikel terbesar, yang terjadi sebagai pasangan di belahan otak). Sel ependymal, mirip dengan neuroglia lainnya yang berasal dari lapisan jaringan embrio yang dikenal sebagai neuroektoderm. Dalam ventrikel sel ependymal memiliki struktur mirip rambut kecil yang disebut silia, pada permukaannya menghadap ruang berongga dan berbaris. Silia memiliki peran dalam pola terkoordinasi untuk mempengaruhi arah aliran cairan serebrospinal (CSS), membawa nutrisi dan zat lain untuk neuron dan menyaring molekul yang dapat mengganggu aktivitas neuron. Silia ependymal juga sebagai distribusi neurotransmitter dan bahan kimia lainnya ke neuron. Lapisan sel ependymal yang berada sekitar pembuluh darah membantu fungsi pleksus koroidius terutama untuk menghasilkan CSS.

e) OligodendrogliaOligodendroglia atau oligodendrosit seperti astrosit memiliki silinder sitoplasma yang panjang dan merupakan sel glia yang bertanggung jawab menghasilkan myelin dalam SSP. Setiap oligodendroglia mengelilingi beberapa neuro dan membrane plasmanya membungkus tonjolan neuron sehingga membentuk selubung mielin. Mielin pada SST di bentuk oleh sel-sel Schwann. Sel Schwann membentuk mielin maupun neurolema saraf tepi. Membran plasma sel Schwann secara konsentris mengelilingi tonjolan neuron SST. Mielin merupakan suatu kompleks protein lemak berwarna putih yang mengisolasi tonjolan saraf. Mielin menghalangi ion natrium dan kalium melintasi membrane neuronal dengan hampir sempurna. Selubung mielin tidak kontinu di sepanjang tonjolan saraf, dan terdapat celah-celah yang tidak memiliki mielin, yang disebut nodus renvier. Tonjolan saraf pada SSP dan SST dapat bermielin atau tidak bermielin.f) Penghantaran Impuls SarafApabila ada rangsangan atau sinyal listrik (stimulus) maka sel saraf melalui reseptor (alat penghantar stimulus yang menerima rangsangan) akan menunjukkan reaksinya yang disebut dengan respon. Sistem saraf mengirimkan sinyal listrik, dengan membawa informasi dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain. Kemudian stimulus akan dihantarkan ke efektor berupa otot, sel, atau kelenjar yang akan menjawab rangsangan tersebut. Ada dua cara yang dilakukan neuron sensorik untuk menghantarkan impuls tersebut, yakni melalui sinapsis dan membran sel atau membran plasma.3. Transmisi SinapsNeuron menyalurkan sinyal-sinyal saraf ke seluruh tubuh. Kejadian listrik ini yang kita kenal dengan impuls saraf. Impuls saraf bersifat listrik di sepanjang neuron dan bersifat kimia di antara neuron. Secara anatomis, neuron-neuron tersebut tidak bersambungan satu dengan yang lain. Tempat neuron mengadakan kontak dengan neuron lain ata dengan organ-organ efektor disebut sinaps. Sinaps merupakan satu-satnya tempat suatu impuls dapat lewat dari satu neuron ke neuron lainnya atau efektor.

4. NeurotransmitterNeurotransmiter sendiri merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron dan di simpan dalam gelembung sinaptik pada ujung akson. Zat kimia ini dilepaskan dari akson terminal melalui eksositosis dan juga di reabsorbsi untuk daur ulang. Neurotransmitter merupakan cara komunikasi antar neuron. Setiap neuron melepaskan satu transmiter. Zat-zat kimia ini menyebabkan perubahan permeabilitas sel neuron, sehingga dengan bantuan zatzat kimia ini, neuron dapat lebih mudah dalam menyalurkan impuls, tergantung dari jenis neuron dan transmiter tersebut (Ganong, 1999).5. Perambatan Impuls sarafNeuron menyalurkan sinyal-sinyal saraf ke seluruh tubuh. Kejadian listrik ini yang kita kenal dengan impuls saraf. Impuls saraf bersifat listrik di sepanjang neuron dan bersifat kimia di antara neuron. Setiap sinaps harus melibatkan dua neuron, impuls saraf tersebut berjalan dari neuron prasinaps menuju neuron postsinaps. Setiap sinaps akan melibatkan sel-sel postsinaps. Misalnya pertautan (junction) neuromuscular, suatu jenis sinaps yang memiliki postsinaps berupa serabut otot rangka. Pada setiap sinaps, perubahan didalam potensial transmembran menyebabkan knob afek sinaps akan memberikan aktivitas pada sel-sel lainnya. Sinaps bisa bersifat elektrik untuk melakukan kontak antar sel atau bersifat kimia dengan melibatkan neurotransmitter. Neuron menyalurkan sinyal-sinyal saraf ke seluruh tubuh. Kejadian listrik ini yang kita kenal dengan impuls saraf. Impuls saraf bersifat listrik di sepanjang neuron dan bersifat kimia di antara neuron. Secara anatomis, neuron-neuron tersebut tidak bersambung satu sama lain. Tempat dimana neuron mengadakan kontak dengan neuron lain atau dengan organ efektor disebut sinaps. Sinaps merupakan satu-satunya tempat dimana suatu impuls dapat lewat dari satu neuron ke neuron lainnya atau efektor. Agar proses ini menjadi efektif, maka sebuah pesan tidak selalu harus melalui perjalanan melalui akson tetapi bisa di transmisikan melalui jalan lain untuk menuju sel lainnya. 6. Sinaps ListrikSinaps-sinaps listrik terletak di system saraf pusat (SSP) dan system saraf tepi (SST) , tetapi sinaps-sinaps tersebut jarang ada. Sinaps ini sering ada di pusat otak, termasuk di vertibular nuklei, dan juga di temukan di mata dan sedikit di ganglia SSP. 7. Sinaps KimiaMekanisme dari sinaps kimia jauh lebih dinamis di bandingkan dengan sinaps listrik , karena sel-sel tidak berpasangan. Sebagai contoh suatu potensial aksi dapat dilakukan oleh sinaps listrik selalu melalui jalan mempropaganda sel-sel selanjutnya. Tetapi pada sinaps kimia suatu potensial aksi dapat muncul dengan atau melepaskan sejumlah neuro transmiter menuju neuron postsinaps. Kondisi ini akan mengintervensi sel-sel postsinaps sehingga lebih sensitif terhadap stimulus yang muncul. 8. Penghantaran Impuls Saraf Melalui Membran Plasma

Di dalam neuron, sebenarnya terdapat membran plasma yang sifatnya semipermeabel. Membran plasma neuron tersebut berfungsi melindungi cairan sitoplasma yang berada di dalamnya. Hanya ion-ion tertentu akan dapat bertranspor aktif melewati membran plasma menuju membran plasma neuron lain. Apabila tidak terdapat rangsangan atau neuron dalam keadaan istirahat, sitoplasma di dalam membran plasma bermuatan listrik negatif, sedangkan cairan di luar membran bermuatan positif. Keadaan yang demikian dinamakan polarisasi atau potensial istirahat. Perbedaan muatan ini terjadi karena adanya mekanisme transpor aktif yakni pompa natrium-kalium. Konsentrasi ion natrium (Na+) di luar membrane plasma dari suatu akson neuron lebih tinggi dibandingkan konsentrasi di dalamnya. Sebaliknya, konsentrasi ion kalium (K+) di dalamnya lebih besar daripada di luar. Akibatnya, mekanisme transpor aktif terjadi pada membran plasma.Kemudian, apabila neuron dirangsang dengan kuat, permeabilitas membran plasma terhadap ion Na+ berubah meningkat. Peningkatan permeabilitas membran ini menjadikan ion Na+ berdifusi ke dalam membran, sehingga muatan sitoplasma berubah menjadi positif. Fase seperti ini dinamakan depolarisasi atau potensial aksi. Sementara itu, ion K+ akan segera berdifusi keluar melewati membrane Fase ini dinamakan repolarisasi. Perbedaan muatan pada bagian yang mengalami polarisasi dan depolarisasi akan menimbulkan arus listrik. Kondisi depolarisasi ini akan berlangsung secara terus-menerus, sehingga menyebabkan arus listrik. Dengan demikian, impuls saraf akan terhantar sepanjang akson. Setelah impuls terhantar, bagian yang mengalami depolarisasi akan mengalami fase istirahat kembali dan tidak ada impuls yang lewat. Waktu pemulihan ini dinamakan fase refraktori atau undershoot.

C. Sistem Saraf Pusat1. Otak (Ensefalon)Otak merupakan organ yang paling mengangumkan dari seluruh organ. Kita mengetahui bahwa seluru angan-angan, keinginan dan nafsu, perncanaan dan ingatan merupakan hasil akhir dari aktivitas otak. Otak manusia berisi hampir 98% jaringan saraf tubuh atau sekitar 10miliar neuron yang menjadi kompleks secara fungsional. Kisaran besar otak sekitar 1,4 kg dan mempunyai volume sekitar 1200cc (71in3). Ada pertimbangan variasi akan besarnya ukuran otak, yaitu otak laki-laki lebih besar 10% dari perempuan dan tidak ada korelasi antara besar otak dengan tingkat intelegensi. Seseorang dengan ukuran otak kecil (7500cc) dan ukuran otak besar (2100cc) secara fungsional adalah sama (simon dan custer , 1998). Otak lebih kompleks daripada batang otak. Otak manusia kira-kira merupakan 2% dari berat badan orang orang dewasa. Otak menerima 15% dari curah jantung, memerlukan sekitar 20% pemakaian oksigen tubuh dan sekitar 400 kilo kalori energy setiap harinya. Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energy dalam seluruh tubuh manusia dan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa. Jaringan otak sangat rentan dan kebutuhan akan oksigen dan glukosa melalui aliran darah adalah konstan. Metabolisme otak merupakan proses tetap dan kontinu, tanpa ada masa istirahat. Bila aliran darah berhenti selama 10 detik saja , maka kesadaran dapat hilang, dan penghentian dalam beberapa menit saja dapat menimbulkan kerusakan permanen. Hipoglikemia yang berkepanjangan juga merusak jaringan otak. Aktivitas otak yang tidak pernah berhenti ini berkaitan dengan fungsinya yang kritis sebagai pusat integrasi dan koordinasi organ-organ sensorik dan system efektor perifer tubuh, dan sebagi pengatur informasi yang masuk, menyimpan pengalaman, impuls yang keluar dan tingkah laku (price, 1995).2. Pelindung otakJaringan otak dan medulla spinalis dilindungi oleh tulang terngkorak dan tulang belakang, serta tiga lapisan jaringan penyambung atau meningen, yaitu pia mater, arakhnoid, dan dura mater. Masing-masing merupakan suatu lapisan yang terpisah dan kontinu. Antara lapisan pia mater dan arakhnoid terdapat penghubung yang disebut trabekula. Dura mater juga disebut pakhimeni, sedangkan pia mater dan arakhnoid bersama-sama disebut leptomening . a. Pia materPia mater langsung berhubungan dengan otak dan jatingan spinal , dan mengikuti kontur struktur eksternal otak dan jaringan spinal. Pia mater merupakan lapisan vascular, tempat pembuluh-pembuluh darah berjalan menuju struktur dalam SSP untuk memberi nutrisi pada jaringan saraf. Pia mater meluas ke bagian bawah medulla spinalis (spinal cord) , yang seperti tela disebutkan sebelumnya, berakhir kira-kira setinggi bagian bawah L1.

b. Arachnoid Arakhnoid merupakan suatu membran fibrosa yang tipis , halus dan avaskular. Arachnoid meliputi otak dan medulla spinalis, tetapi tidak mengikuti kontur luar seperti pia mater.Daerah antara arachnoid dan pia mater disebut ruang sub arachnoid dimana terdapat arteri, vena serebri dan trabekula arachnoid , dan cairan serebro spinal yang membasai SSP. Ruang sub arakh noid ini mempunyai pelebaran-pelebaran yan disebut sisterna. Sala satu pelebaran yang terbesar adalah sisterna lumbalis di daera lumbal kolumna vertebralis. Bagian bawah lumbal (biasanya antara L3 L4 atau L4 L5 ) merupakan tempat yan biasanya digunakan untuk mendapatkan cairan serebrospinal untuk pemeriksaan lumbal pungsi. c. Duramater

Duramater merupakan suatu jaringan liat, tidak elastis dan mirip kulit sapi, yang terdiri atas dua lapisan-bagian luar yang disebut duraentosteal dan bagian dalam yang disebut dura meningeal. Lapisan endosteal membentuk bagian dalam periosteum tengkorak dan berlanjut sebagai periosteum yang membatasi kanalis vertebralis medulla spinalis. Medulla spinalis dipertahankan sepanjang kanalis vertebralis oleh 20 sampai 22 pasang ligamentum dentatum atau dentikulatum. Ligamenta yang melekat pada dura mater dalam jarak-jarak tertentu ini, merupakan perpanjangan lateral dari jaringan kolagen pia mater yang memisahkan radiks dorsal dan radiks ventral (price,1995). Hemisfer serebri kanan dan kiri dipisahkan pada fisura longitudinal oleh plaks serebri. Tentorium serebri memisahkan serebrum dari serebelum. Sinus-sinus vena terletak diantara kedua lapisan dura mater di tempat-tempat dimana kedua lapisan tersebut memisah. Sinus-sinus ini tidak mempunyai jaringan vascular dan terdiri atas dura mater yang dilapisi oleh jaringan endotel. Pada kerusakan vaskuler otak dapat terjadi pendarahan di ruang ekstradural atau epidural (antara duraendosteal dan tulang tengkorak), ruang sub dural (antara dura meningeal dan arachnoid), ruang subarachnoid (antara arachnoid dan pia mater) atau dibawah pia mater ke dalam otak sendiri. Garis fraktur yang melintasi salah satu alur tersebut dapat merusak arteri yang terletak didalamnya dan ini merupakan penyebab tersering dari ekstradural hematoma atau epidural hematoma. Ekstradural hematoma terjadi jika kepala terpukul di daerah parito temporal sehingga merusak arteri meningea media, yang merupakan penyebab ekstra dural hematoma yang paling sering Sub dural hematoma sering kali di sebabkan kerusakan pembuluh vena yang melintasi ruang dural, sedangkan perdarahan intra serebri terjadi apabila pembuluh darah yang menembus otak rusak, sehingga darah masuk ke dalam jaringan otak itu sendiri. Kulit kepala merupakan struktur tambahan lain yang juga harus di pertimbangkan sebagai salah satu penutup SSP. Kulit kepala yang melapisi otak dan melekat pada tengkorak melalui otot frontalis dan oksipitalis merupakan jaringan ikat pada fibrosa yang dapat bergerak dengan bebas, yang dinamakan galea aponeurotika ( dalam bahasa latingalea berarti helm). Glia membantu meredam kekuatan trauma eksternal, trauma pukulan yang tidak tepat. Tanpa lindungan kulit kepala, tengkorak jauh lebih rentan terhadap fraktur. Diatas galea terdapat lapisan membrane yang mengandung banyak pembuluh darah besar lapisan lemak, kulit, dan rambut. Bila sobek, maka pembuluh-pembuluh darah tersebut tidak dapat berkontriksi dengan baik, yang menyebabkan perdarahan hebat namaun dapat di control dengan menekannya dengan jari (price,1995).d. Cairan Serebrospinal (CSS)

Dalam setiap ventrikel terdapat struktur sekresi khusus yang dinamakan pleksus koroideus. Pleksus koroideus inilah yang menyekresi CSS yang jernih dan tak berwarna, yang merupakan bantal cairan pelindung disekirtar SSP. CSS terdiri atas air, elektrolit, gas oksigen, dan karbondioksida yang terlarut, glukosa, beberapa leukosit ( terutama limposit), dan sedikit protein (price,1995). Cairan serebrospinal juga disebut dengan CSF (Cerebrospinal Fluid). Cairan ini berbeda dari cairan ektraselular lainya karena cairan ini mengandung kadar natrium dan krolida yang lebih tinggi, sedangkan kadar glukosa dan kalium lebih rendah. Ini menunjukan bahwa pembentukannya lebih bersifat sekresi bukan hanya filtrasi. Setelah mencapai ruang subarachnoid, maka CSS akan bersikulasi disekitar otak dan medulla spinalis, lalu keluar menuju sistem vascular (SSP tidak mengandung system getah bening). Sebagian besar CSS direabsorpsi kedalam darah melalui struktur khusus yang disebut villi arakhnoidalis atau granolasio arakhnoidalis, yang menonjol dari ruang subarachnoid kesinus sagitalis superior otak. CSS diproduksi dan direabsorpsi terus menerus dalam SSP. Volume total CSS diseluruh rongga serebrumspinal sekitar 125ml, sedangkan kecepatan sekresi, spleksus koroideus sekitar 500-750ml/hari. Adanya tekanan arah cairan serebrum spinal memengaruhi kecepatan proses pembentukan cairan dan resistensi reabsorpsi oleh villi arakhnoidalis. Tekanan CSS sering di ukur pada saat lumbal pungsi dan pada posisi telentang biasanya berkisar antara 130mmH2O (13mmHg) (price, 1999). Fungsi CSS antara lain : Sebagai alas atau bantalan dari struktur neuronSebagai penyangga dari otak. Secara anastomis otak berada dalam rongga cranium dan mengapung didalam cairan serebrospinal. Otak manusia mempunyai berat sekitar 1400g dan hanya seberat 50g apabila mendapat sanggahan dari CSS. Transportasi nutrisi, pesan kimia, dan produk sisae. VentrikelVentrikel merupakan rangkaian dari empat rongga dalam otak yang saling berhubungan dan di batasi oleh ependimal (semacam epitel yang membatasi semua rongga otak dan medulla spinalis dan mengandung CSS. Pada setiap hemisfer serebri, terdapat satu ventrikel lateral. Ventrikel ketiga terdapat dalam diensefalon. Ventrikel keempat dalam pons dan medulla oblongata. Ventrikel lateral mempunyai hubungan dengan ventrikel ketiga melalui sepasang foramen interventrikularis (foramen monro). Ventrikel ketiga dan keempat dihubungkan melalui suatu saluran sempit didalam otak tengah yang dinamakan akueduktus silvius. Pada ventrikel keempat terdapat tiga lubang sepasang foramen Luschka di lateral dan satu foramen Magendie di medial , yang berlanjut ke ruang subarachnoid otak dan medulla spinalis.3. Bagian Otak

Otak merupakan pusat koordinasi utama, terletak di rongga kepala dan dilindungi oleh tempurung kepala. Jutaan saraf menghubungkannya dengan seluruh tubuh, syaraf tersebut membawa pesan baik menuju otak atau dari otak. Beratnya sekitar 1,6 kg pada laki-laki dan 1,45 kg pada perempuan. Perbedaan ini terjadi semata-mata karena bentuk otak laki-laki yang lebih besar dan berat. Sementara, berat ini tidak terkait dengan kecerdasan seseorang. Namun, banyaknya jumlah hubungan sel dalam otaklah yang menunjukkan kecerdasan. Saat masih embrio, otak manusia terdapat tiga bagian yaitu otak depan, otak tengah, dan otak belakang. Setelah dewasa, otak depannya terbagi menjadi telensefalon dan diensefalon. Sementara, otak belakangnya terbagi menjadi metensefalon dan mielensefalon. Bagian dorsal metensefalon membentuk serebelum, sedangkan mielensefalon menjadi medula oblongata. Antara bagian tengah sumsum tulang belakang dan otak terdapat saluran yang saling berhubungan, yang disebut ventrikel. Ventrikel membagi otak menjadi empat ruangan. Di dalam ventrikel, terdapat cairan serebrospinal yang dapat bertukar bahan dengan darah dari pembuluh kapiler pada otak. Menurut strukturnya, bagian utama otak adalah otak besar (Cerebrum), otak kecil (Cerebellum), dan batang otak (termasuk medula oblongata, pons dan otak tengah). Sedangkan menurut posisinya, otak terbagi atas tiga bagian yaitu otak belakang (Rombesenfalon) termasuk medula oblongata dan serebellum, otak tengah (mesensefalon) dan otak depan (diensefalon).a. Cerebrum (Otak Besar)Area atau wilayah tebesar dari otak adalah serebrum. Serebrum merupakan pusat pengendali kegiatan yang disadari. Serebrum terbagi menjadi dua belahan (hemisfer), yaitu hemisfer kanan dan kiri. Hemisfer kanan dan kiri yang di bagi oleh suatu lekuk atau celah dalam yang disebut fisura longitudinalis mayor. Kedua hemisfer saling dihubungkan oleh suatu pita serabut lebar yang disebut korpus kalosum. Hemisfer serebri kanan mengatur bagian tubuh sebelah kiri dan hemisfer serebri kiri mengatur bagian tubuh kanan. Konsep fungsional ini disebut pengendalian kontralateral. Serebrum terdiri atas korteks dan medula. Korteks serebral berada pada permukaan luar serebrum, lapisan tipis berwarna abu-abu karena mengandung banyak badan sel saraf dan mempunyai banyak lipatan yang disebut giri (tunggal girus). Susunan seperti ini memungkinkan permukaan otak menjadi luas (diperkirakan luasnya 2200cm) untuk berada di dalam rongga tengkorak yang sempit. (Arif Muttaqin, 2008 : 23) Korteks berkaitan dengan sinyal saraf berasal dari dan menuju berbagai bagian tubuh. Karenanya, pada korteks serebrum terdapat area sensorik yang menerima impuls dari reseptor pada indra. Di samping itu, bagian tersebut terdapat juga area motorik yang mengirimkan perintah pada efektor. Selain itu, terdapat terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motorik dan sensorik serta berperan dalam berbagai aktivitas. Korteks merupakan pusat berbagai kegiatan (penglihatan, kesadaran, kecerdasan, pendengaran dan penciuman. Sedangkan pada bagian dalam terdapat lapisan tebal yang berwarna putih yaitu medulla, karena mengandung dendrit dan akson. Disini terletak pusat-pusat saraf yang mengatur semua kegiatan sensorik dan motorik, juga sebagai pusat pengatur berbagai kegiatan (penglihatan, kesadaran, kecerdasan, pendengaran dan penciuman. Sedangkan medula adalah lapisan tebal dan berwarna putih karena banyak mengandung serabut saraf (dendrit dan akson). Pada bagian tengah korteks otak, terdapat alur dalam membagi dua hemisfer menjadi 4 lobus yaitu : Lobus frontalisMerupakan bagian depan, berada pada bagian dahi. Lobus frontalis adalah area dari korteks serebrum yang terletak di depan sulkus sentralis ( suatu fisura atau alur) dan di dasar sulkus lateralis. Bagian ini mengandung daerah-daerah motorik dan pramotorik. Berperan sebagai sebagai pusat berpikir, berbicara dan pengendalian otot. Banyak area asosiasi di lobus frontalis menerima informasi dari seluruh otak dan menggabungkan informasi-informasi tersebut menjadi pikiran, rencana, dan perilaku. Lobus frontalis bertanggung jawab untuk perilaku bertujuan, menentukan keputusan moral, dan pemikiran yang kompleks. Lobus frontalis memodifikasi dorongan-dorongan emosional yang dihasilkan oleh system limbik dan refleks-refleks vegetative dari batang otak. Badan-badan sel di daerah motorik primer lobus frontalis mengirim tonjolan-tonjolan akson ke medula spinalis, yang sebagian besar berjalan dalam jalur yang disebut sebagai system piramidalis.Pada system piramidalis, neuron-neuron motorik menyeberang ke sisi yang berlawanan. Informasi motorik dari sisi korteks serebrum menuju ke sisi kanan medula spinalis dan mengendalikan gerakan motorik menyebrang ke sisi kanan tubuh, demikian sebaliknya. Akson-akson lain dari daerah motorik berjalan dalam jalur ekstrapiramidalis. Serabut saraf ini mengendalikan gerakan motorik halus dan berjalan di luar pyramid ke medula spinalis. Lobus temporalisMerupakan bagian samping, berada pada bagian pelipis. Lobus temporalis mencakup bagian korteks serebrum yang berjalan ke bawah dari fisura lateralis dan kesebelah posterior dari fisura parieto-oksipitalis. Lobus temporalis adalah area asosiasi primer untuk informasi auditorik dan tempat interprestasi bahasa. Lobus ini juga terlibat dalam interpretasi penyimpanan ingatan. Lobus parietalisMerupakan bagian antara depan-belakang, berada pada bagian ubun-ubun. Berperan sebagai pusat sentuhan dan gerakan. Lobus parietalis adalah daerah korteks yang terletak di belakang sulkus sentralis dan meluas ke belakang menuju fisura parieto-oksipitalis. Lobus ini merupakan daerah sensorik primer otak untuk sensasi peraba dan pendengaran. Sel-sel lobus parietalis bekerja sebagai area asosiasi sekunder untuk menginterprestasikan rangsangan-rangsangan yang datang. Lobus parientalis menyampaikan informasi sensorik ke banyak daerah lain di otak, termasuk daerah asosiasi motorik dan visual di sebelahnya. Lobus OksipitalisLobus oksipitalis adalah lobus posterior korteks serebrum. Merupakan bagian belakang, berada pada bagian belakang kepala. Lobus ini terletak di sebelah posterior dari lobus parietalis yang memisahkannya dari serebellum. Lobus ini adalah pusat asosiasi visual utama atau sebagai pusat penglihatan. Lobus ini menerima informasi yang berasal dari retina mata.b. Cerebellum (Otak Kecil)Otak kecil terbagi menjadi dua, yaitu belahan kiri dan kanan. Diantara kedua belahan serebelum terdapat suatu bagian yang berisi serabut saraf, yang dinamakan dengan jembatan varol (pons varolii). Fungsinya ialah menghantarkan impuls dari bagian kiri dan kanan otak kecil. Selain itu, jembatan varol juga menghubungkan korteks otak besar dengan otak kecil, dan antara otak depan dengan sumsum tulang belakang. Otak kecil mengatur keseimbangan tubuh dan pusat koordinasi kerja otot ketika aktivitas dibawah kesadaran. Memungkinkan kita belajar gerakan yang terlatih dan saksama, seperti bermain musik tanpa berpikir.c. Batang otak (Brain Stem)

Tersusun dari medula oblongata (sumsum lanjutan), pons, dan otak tengah. Struktur tersebut mengatur proses vital tubuh seperti denyut jantung, tekanan darah, bernafas dan proses tak sadar lainnya. Batang otak terletak di depan otak kecil, di bawah otak besar, dan menjadi penghubung antara otak besar dan otak kecil. Batang otak disebut dengansumsum lanjutan atau sumsum penghubung. Batang otak terbagi menjadi dua lapis, yaitu lapisan dalam dan luar berwarna kelabu karena banyak mengandung neuron. Lapisan luar berwarna putih, berisi neurit dan dendrit. Fungsi dari batang otak adalah mengatur refleks fisiologis, seperti kecepatan napas, denyut jantung, suhu tubuh, tekanan, darah, dan kegiatan lain yang tidak disadari. Bagian-bagian yang dihubungkan dengan syaraf tulang belakang adalah bagian otak belakang, seluruh otak tengah dan bagian otak depan. Pada batang otak inilah seluruh informasi yang masuk kedalam dan keluar dari otak dengan saling besilangan. Bagian kanan tubuh diatur oleh bagian otak kiri dan sebaliknya bagian tubuh kiri di atur oleh bagian otak kanan.d. Medula OblongataMedula oblongata atau sumsum lanjutan, berlokasi didasar batang otak merupakan lanjutan dari bagian atas spinal cord. Medula oblongata terdiri dari dua bagian yaitu substansia grisea dan substansia alba. Mengandung banyak serabut saraf dan berperan penting dalam mengontrol frekuensi jantung, tekanan darah, respirasi dan kemampuan menelan. Fungsi tersebut dikelompokkan dalam tabel sebagai berikut :SubdivisiAreaFungsi

Substansia griseaNukleus graciliNukleus koneatusSebagai transmiter sensorik yang penting dan informasi somatis ke talamus.

Nukleus olivariSebagai transmiter informasi dan red nucleus, nukeus otak tengah, dan korteks serebri ke serebellum.

Pusat refleks

Pusat pengatur kardiovaskulerRegulasi denyut janung dan kekuatan kontraksi jantung.

Pusat vasomotorRegulasi distribusi aliran darah.

Pusat ritmisitas pernapasanMengatur pergerakan respirasi.

Nukleus lainnyaSensorik dan motorik dari 5 saraf kranial.

Nukleus menyampaikan informasi dari sensorik asending dari medula spinalis ke pusat yang lebih tinggi.

Substansia albaTraktus asending dan desendingPenghubung otak dengan medula spinalis.

e. PonsMerupakan bagian sumsum lanjutan yang menghubungkan otak dan berperan sebagai pusat pernapasan. Pons (dalam bahasa latin berarti jembatan ) berbentuk jembtan serabut-serabut yang menghubungkan kedua hemisfer serbellum, serta menghubungkan mesensefalon di sebelah atas dengan medulla oblongata. Pons merupakan mata rantai pnghubung yang penting pada jaras kortikoserebelaris yang menyatukan hemisfer serebri dan serebellum. Bagian bawah pons berperan dalam pengaturan pernapasan,. Terdapat nukleus saraf kranial V (trigeminus), VI (abdusen), dan VII (fasial). Pons juga memiliki peran penting sebagai pengatur tingkat kesadaran dan tidur. Beberapa struktur dalam pons terkait dengan otak kecil, sehingga terlibat dalam gerakan dan postur. f. Otak Tengah (Mesensefalon)Terletak antara diensefalon dan pons. Merupakan pusat pendengaran dan refleks penglihatan. Selain itu, berfungsi sebagai jalur persarafan antara hemisfer otak dengan bagian bawah otak. Salah satu nukleus pada substansia grisea pada otak tengan berasosiasi degan dua syaraf kranial (N III dan N IV). Dalam mengatur tingkat kesadaran dilakukan oleh formasi letikular dalam bagian bawah otak tengah yang mengelola informasi, melakukan proses secara ototmatis dari sensasi yang masuk dan mengeluarkan perintah motorik dapat menjadi inisiatif respons motorik involunter terhadap stimulus. Jalur syaraf dari seluruh tubuh yang berujung padanya, secara terus menerus memberikan aliran sinyalnya. Selanjutnya formasi letikularis membagi sinyal-sinyal itu kepada titik yang cocok pada bagian otak untuk diolah dan memberikan reaksi. Jika fungsi ini menurun atau terhambat, bagian korteks otak menjadi tidak aktif dan kita akan kehilangan kesadaran yang diawali dengan rasa pusing.Selain formasi letikularis, terdapat substansia nigra pada bagian bawah otak tengan. Diduga bahwa substansia nigra ini mempunyai peran sebagai inhibitor komplek terhadap daerah-daerah yang dihubunginya. Lesi pada substansia nigra dapat mengakibatkan kekakuan otot, tremor halus pada waktu istirahat. Menurunnya dopamin (neurotransmiter) yang berhubungan dengan substansia nigra inilah yang menyebabkan gejala dari penyakit Parkinson yang khas yaitu tremor.g. Otak Depan (Diensefalon)Diensefalon adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan struktur di sekitar ventrikel ketiga dan membentuk inti bagian dalam serebrum. Diensefalon biasanya dibagi menjadi 4 wilayah, yaitu thalamus, subtalamus, epitalamus , dan hipotalamus. Diensefalon memproses rangsang sensorik dan membantu memulai atau memodifikasi reaksi tubuh terhadap rangsang-rangsang tersebut. (Arif Muttaqin, 2008). TalamusThalamus merupakan sebuah massa besar dari materi abu-abu terletak mendalam di otak bagian depan di bagian paling atas dari diensefalon. Struktur ini memiliki fungsi sensorik dan motorik. Hampir semua informasi sensorik memasuki struktur ini di mana neuron mengirim informasi tersebut ke korteks atasnya. Akson dari setiap sistem sensorik (kecuali penciuman) menempel di sini sebagai situs estafet terakhir sebelum informasi tersebut mencapai korteks serebral. Talamus berfungsi menerima semua rangsangan kecuali bau dan meneruskannya ke area sensorik otak besar.

SubtalamusSubtalamus merupakan nucleus ekstrapiramidal diensefalon yang penting. Subtalamus mempunyai hubungan dengan nucleus ruber, subtansia nigra, dan globus palidus dari ganglia basalis. Fungsinya belum jelas diketahui, tetapi lesi pada substalamus dapat menimbulkan diskinensia dramatis yang disebut hemibalismus. EpitalamusEpitalamus berbentuk pita sempit jaringan saraf yang membentuk atap diensefalon. Struktur utama daerah ini adalah nucleus habenular dan komisura,komisura prosterior, striae medularis, dan epifisis. Epitalamus berhubungan dengan system limbic dan sedikit berperan pada beberapa dorongan emosi dasar dan intergrasi informasi olfaktorius. Epifisis menyekresi melatonin dan membantu mengatur irama sirkadian tubuh serta menghambat hormone-hormon gonadotropin. HipotalamusHipotalamus merupakan bagian dari diencephalon, ventral ke talamus. Struktur ini terlibat dalam fungsi homeostasis, emosi, kehausan, kelaparan, irama sirkadian, dan kontrol dari sistem saraf otonom. Selain itu, ia mengendalikan hipofisis. Hipotalamus berkaitan dengan pengaturan suhu dan nutrien, penjagaan kesadaran dan penumbuhan sikap agresif. Beberapa fungsi dari hipotalamus meliputi: Pengendalian secara tidak sadar dari kontraksi otot-otot skeletal. Hipotalamus secara langsung berasosiasi dengan somatic motorik terhadap respon dari emosional seperti marah, senang, sakit, respon sksual dengan menstimulasi pusat control otak. Contohnya adalah perubahan dari ekspresi wajah dengan respon s yang sesuaia dengan stimuli yang didapat. Pengendalian fungsi otonomPenyesuaian dan koordinasi dari hipotalamus terhadap aktivitas pusat otonom di dalam pons dan medulla oblongata akan mengatur denyut jantung, tekanan darah, respirasi, dan fisologis saluran cerna. Koordinasi aktivitas system persyarafan dan endokrinKoordinasi ini dilakukan dengan menghambat atau menstimulasi sel-sel kelenjar hipofisis untuk memproduksi hormone regulator. Sekresi hormoneHipotalamus menyekresi 2 hormon, yaitu hormon antidiuretik (ADH) dan Hormon oksitosin. Hormon-hormon ini ditransportasikan pada sepanjang akson-akson yang melewati infundibulum menuju kelenjar hipofisis posterior dan dilepaskan ke sirkulasi. Menghasilkan dorongan emosi dan perilakuPusat hipotalamus secara spesifik memproduksi sensasi secara sadar atau tidak sadar akan perubahan perilaku. Koordinasi antara fungsi otonom dan volunteerKetika kita mengalami situasi bahaya atau stress, maka denyut jantung dan frekuensi pernapasan meningkat untuk menyesuaikan kondisi tubuh terhadap situasi darurat. Mengatur suhu tubuhArea preoptik memelihara suhu tubuh dalam kondisi normal. Apabila suhu tubuh turun maka area preoptik akan mengirim instruksi ke pusat vasomotor di medulla dan control aliran darah akan mengatur diameter pembuluh darah perifer menjadi vasokonstruksi untuk menurunkan kehilangan panas tubuh.

D. Suplai darah SSP juga seperti jaringan tubuh lainnya sangat tergantung pada aliran darah memadai untuk nutrisi dan pembuangan sisa-sisa metabolismenya. Suplai darah arteri ke otak merupakan suatu jalinan pembuluh-pembuluh darah yang bercabang-cabang saling berhubungan erat sehingga dapat menjamin suplai darah yang adekuat untuk sel.

Suplai darah ini dijamin oleh dua pasang arteri yaitu arteri vertebralis dan arteri karotis interna yang memiliki cabang-cabang yang beranastomosis membentuk sirkulus arteriosus serebri willisi.Aliram vena otak tidak selalu pararel degan suplai darah arteri, pembuluh vena meninggal otak melalui sinus duramater yang besar dan kembali bersikulasi umum melalui vena jugularis interna. Arteri medulla spinalis dan system vena pararel satu sama lain dan mempunyai hubungan percabangan yang luas untuk mencukupi suplai darah ke jaringan. 1. Arteri karotis Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteri karotis komunis kira-kira setinggi kartilago stiroid. Arteri karotis komunis kiri langsung bercabang dari askus aorta, sedangkan arteri komunis kanan berasal dari arteri brakiosefalika (merupakan sisa dari arkus aorta kanan yang panjangnya 1inci). Arteri karotis eksterna memperdarai wajah, tiroid, lidah, dan faring. Cabang dari arteri karotis eksterna yaitu arteri menigea media , memperdarai struktur-struktur dalam di daerah wajah dan mengirimkan satu cabang yang besar ke dura mater. Arteri karotis interna yang sedikit berdilatasi tepat setelah percabangannya disebut sinus karotikus. Arteri karotis interna masuk ke dalam tengkorak dan bercabang kira-kira setinggi kiasma optikum, menjadi arteri serebri anterior dan media.2. Arteri serebri Arteri serebri anterior memberi suplai darah pada struktur-struktur seperti nucleus taudatus dan putamen basal ganglia, bagian-bagian kapsula interna dan korpus kolasum serta bagian-bagian (terutama medial) lobus frontalis dan parietalis serebri, termasuk korteks somestetik dan korteks motorik. Bila serebri anterior mengalami sumbatan pada cabang utamanya , maka akan terjadi hemiplegia kontralateral yang lebih berat di bagian kaki dibandingkan bagian tangan (ekstremitas bawah lebih terkena dibandingkan dengan ekstremitas atas). Paralisis bilateral dan gangguan sensorik timbul bila terjadi sumbatan total pada kedua arteri serebri anterior, tetapi pada keadaan ini pun ekstremitas bawah terserang lebih parah dibandingkan dengan ekstremitas atas. Arteri serebri media menyuplai darah untuk bagian lobus temporalis, parietalis, dan frontalis korteks serebri, serta membentuk penyebaran pada permukaan lateral yang menyerupai kipas. Korteks auditorius , somestik, motorik, dan pramotorik disuplai oleh arteri ini seperti juga korteks asosiasi yang berkaitan dengan fungsi integrasi yang lebih tinggi pada lobus sentralis tersebut. Apabila arteri serebri media tersumbat di dekat percabangan kortikal utamanya (pada cabang arteri) dapat menimbulkan afasia berat bila terkena hemisfer serebri dominan bahasa. Selain itu , juga mengakibatkan kehilangan sensasi posisi dan diskriminasi taktil dua titik kontralateral serta hemiplegia kontralateral yang berat, terutama ekstremitas atas dan bawah.(price, 1995)3. Drainase vena otak Aliran vena batang otak dan serebellum berjalan dengan distribusi pembuluh arterinya. Sebagian besar drainase vena serebrum adalah melalui vena-vena dalam, yang mengalirkan darah ke sinus-sinus dura mater. Akhirnya, sinus-sinus ini mengalirkan darah ke vena jugularis interna pada dasar tengkorak dan bersatu dengan sirkulasi umum. Sinus-sinus dura mater terdiri atas sinus sagitalis superior dan inferior, sinus sigmoideus transversus (lateral), sinus rektus, dan sinus kavernosus.4. Suplai Darah Medula SpinalisMedulla spinalis menerima darah melalui cabang-cabang arteri vertebralis (arteri spinatis anterior dan posterior serta cabang-cabangnya) dan dari pembuluh-pembuluh segmental regional yang berasal dari aorta torakalis dan abdominalis (arteri radikularis dan cabang-cabangnya). Dari tempat percabangannya pada arteri vertebralis di sepanjang medulla , arteri spinalis anterior dan posterior berjalan menuju medulla spinalis.E. Sumsum Tulang Belakang (Medula Spinalis)Merupakan perpanjangan dari sistem saraf pusat. Secara anatomis, sumsum tulang belakang merupakan kumpulan sistem saraf yang dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Seperti halnya dengan sistem saraf pusat yang dilindungi oleh tengkorak kepala yang keras, sumsum tulang belakang juga dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Sumsum tulang belakang terletak memanjang di dalam rongga tulang belakang, mulai dari ruas-ruas tulang leher sampai ruas-ruas tulang pinggang yang kedua. Sumsum tulang belakang terbagi menjadi dua lapis, yaitu lapisan luar berwana putih dan lapisan dalam berwarna kelabu. Lapisan luar mengandung serabut saraf dan lapisan dalam mengandung badan saraf. Di dalam sumsum tulang belakang terdapat saraf sensorik, saraf motorik, dan saraf penghubung. Fungsinya adalah sebagai penghantar impuls dari otak dan ke otak serta sebagai pusat pengatur gerak reflex.Bila sumsum tulang belakang ini mengalami cidera ditempat tertentu, maka akan mempengaruhi sistem saraf disekitarnya, bahkan bisa menyebabkan kelumpuhan di area bagian bawah tubuh, seperti anggota gerak bawah (kaki). Merupakan sambungan dari sumsum lanjutan sampai vertebra lumbalis. Sumsum tulang belakang berperan dalam gerak reflek (tak sadar). Sumsum tulang belakang terdiri dari dua bagian, yaitu: Ventral (mengarah ke perut)Ventral mengandung badan neoron motorik dan neuritnya kearah efektor Dorsal (mengarah ke punggung)Dorsal mengandung badan neoron sensorikF. Sistem Saraf TepiSusunan saraf tepi terdiri atas serabut saraf otak (kranial) dan serabut saraf sumsum tulang belakang (spinal). Serabut saraf sumsum dari otak, keluar dari otak sedangkan serabut saraf sumsum tulang belakang keluar dari sela-sela ruas tulang belakang. Tiap pasang serabut saraf otak akan menuju ke alat tubuh atau otot, misalnya ke hidung, mata, telinga, dan sebagainya. Sistem saraf tepi terdiri atas serabut saraf sensorik (aferen) dan motorik (eferen) yang membawa impuls dari sistem saraf pusat. Sistem saraf tepi dibagi menjadi dua, berdasarkan cara kerjanya, yaitu saraf somatik dan otonom.

G. Saraf KranialSaraf cranial langsung berasal dari otak dan meninggalkan tenggorok melalui lubang-lubang pada tulang yang disebut foramina (tunggal, foramen). Terdapat 12 pasang saraf cranial yang dionyatakan dengan nama atau dengan angka romawi. Saraf-saraf tersebut adalah olfactorius (I), optikus (II), okulomotorius (III), troklearis (IV), trigeminus (V), abdusens(VI), fasialis(VII), vestibulokoklearis (VIII), glosofaringeus (IX), vagus (X), asesorius(XI), hipoglosus (XII). Saraf cranial I, II, dan VIII merupakan saraf sensorik. Saraf cranial III, IV, XI, dan XII terutama merupakan saraf motorik, tetapi juga mengandung serabut proprioseptif dari otot-otot yang di persarafinya. Saraf cranial V,VII dan X merupakann saraf campuran. Saraf cranial III, VII, dan X juga mengandung beberapa serabut saraf dari cabang parasimpatis system saraf otonom.

H. Saraf Spinal

Saraf spinal pada manusia dewasa memiiki panjang sekitar 45cm dan lebar 14mm. pada bagian permukaan dorsal dari saraf spinal, terdapat alur yang dangkal secara longitudinal dibagian medial posterior berupa sulkus dan bagian yang dalam dari anterior berupa fisura.Medulla spinalis terdiri atas 30 segmen jaringan saraf dan masing-masing memiliki sepasang saraf spinal yang keluar kanalis vertebralis melalui foramen intervertebra (lubang pada tulang vertebra). Saraf spinal mengandung saraf sensorik dan motorik. Serabut sensorik terletak pada akar dorsal dan badan sel pada ganglion. Sedangkan saraf motorik berada pada bagian akar depan dan badan selnya didalam spinal cord. Saraf-saraf spinal diberi nama sesuai dengan foramen intervertebra tempat keluarnya saraf-saraf tersebut, kecuali saraf servikal pertama yang keluar diantara tulang oksipital dan vertebra servikal pertama.Dengan demikian, terdapat 8 pasang saraf servikal, 12 pasang saraf torakolis, 5 pasang saraf lumbalis, 5 pasang saraf sakralis, dan 1 pasang saraf koksigis. Pengenalan distribusi saraf spinal yang keluar sesuai dengan foramen intervetebra dapat membantu perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan saraf spinal, menurut gangguan distribusi saraf yang keluar.I. Saraf Somatik Sistem Saraf Sadar bekerja atas dasar kesadaran dan keinginan kita. Aktivitas sadar seperti makan, menulis, berbicara, maka saraf somatik yang mengkoordinirnya. Saraf ini meneruskan impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, dan meneruskan impuls dari sistem saraf pusat ke semua otot kerangka tubuh. Sistem saraf sadar terdiri atas 12 pasang saraf kranial yang keluar dari otak dan 31 pasang saraf spinal yang keluar dari sumsum tulang belakang. Saraf spinal tersebut terdiri atas gabungan saraf sensorik dan motorik. Dua belas pasang saraf kranial tersebut, antara lain sebagai berikut. Saraf olfaktori (I), saraf optik (II), dan saraf auditori (VIII). Saraf-saraf ini Saraf olfaktori (I), saraf optik (II), dan saraf auditori (VIII). Saraf-saraf ini merupakan saraf sensori.

Saraf okulomotori (III), troklear (VI), abdusen (VI), spinal (XI), hipoglosal (XII). Kelima saraf tersebut merupakan saraf motorik.

Saraf trigeminal (V), fasial (VII), glossofaringeal (IX), dan vagus (X). Keempat saraf tersebut merupakan saraf gabungan dari saraf sensorik dan motorik.

J. Saraf Otonom Sistem saraf tak sadar merupakan sistem saraf yang bekerja tanpa disadari, secara otomatis, dan tidak di bawah kehendak kita. System saraf otonom (SSO) merupakan system saraf campuran. Serabut-serabut aferennya membawa input dari organ-organ visceral. Contoh gerakan tersebut misalnya denyut jantung, perubahan pupil mata, gerak alat pencernaan, pengeluaran keringat, dan lain-lain. Saraf eferen motorik SSO mempersarafi otot polos, otot jantung, dan kalenjar-kalenjar visceral serta interaksinya dengan lingkungan internal. Kerja saraf otonom ternyata dipengaruhi oleh hipotalamus di otak. Apabila hipotalamus dirangsang, maka akan berpengaruh terhadap gerak otonom antara lain mempercepat denyut jantung, melebarkan pupil mata, dan menghambat kerja saluran pencernaan. Sebagian besar jaringan dan organ-organ dibawah kendali otonom dari kedua system ini.mediator stimulus simpatis adalah norepinefrin, sedangkan mediator impuls parasimpatis adalah asetikolin. Kedua zat kimia ini mempunyai pengaruh yang berlawanan. Sistem saraf otonom ini dibedakan menjadi dua yaitu saraf simpatik dan parasimpatik. Saraf Simpatik (Saraftorakolumbar)Saraf ini terletak di depan ruas tulang belakang. Saraf preganglion ini keluar daritulang belakang toraks ke-1 sampai dengan ke-12.Sistem saraf ini berupa 25 pasang ganglion atau simpulsaraf yang terdapat di sumsum tulang belakangyangterletak di sepanjang tulang belakang sebelah depan, dimulai dari ruas tulang leher sampai tulang ekor. Masing-masing simpul saraf dihubungkan dengan sistemsaraf spinal yang keluar menuju organ-organ tubuhseperti jantung, paru-paru, ginjal, pembuluh darah, danpencernaan. Fungsi saraf ini terutama untuk memacu kerja organ tubuh, walaupun ada beberapa yang menghambat kerja organ tubuh. Fungsi memacu, antara lain mempercepat detak jantung, memperbesar pupil mata, memperbesar bronkus. Adapun fungsi yang menghambat, antara lain memperlambat kerja alat pencernaan, menghambat ereksi, dan menghambat kontraksi kantung seni.Fungsidari sistem saraf simpatik adalah sebagai berikut mempercepat denyut jantung, memperlebar pembuluh darah, memperlebar bronkus, mempertinggi tekanan darah, memperlambat gerak peristaltis, memperlebar pupil, menghambat sekresi empedu, menurunkan sekresi ludah, meningkatkan sekresi adrenalin

Sistem Saraf Parasimpatik (Saraf Kraniosakral)Saraf preganglion keluar dari daerah otak dan daerahsakral. Susunan saraf parasimpatik berupa jaring-jaringyang berhubungan dengan ganglion yangtersebar di seluruh tubuh. Saraf ini memiliki fungsi kerja yang berlawanan jika dibandingkan dengan saraf simpatik. Sarafparasimpatik menuju organ yang dikendalikan olehsaraf simpatik, sehingga bekerja pada efektor yangsama.Urat sarafnya menuju keorgan tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf simpatik. Sistem saraf parasimpatik memiliki fungsi yangberkebalikan dengan fungsi sistem saraf simpatik.Misalnya pada sistem saraf simpatik berfungsimempercepat denyut jantung, sedangkan pada sistemsaraf parasimpatik akan memperlambat denyutjantung. Saraf parasimpatik memiliki fungsi antara lain menghambat detak jantung, memperkecil pupil mata, memperkecil bronkus, mempercepat kerja alat pencernaan, merangsang ereksi, dan mepercepat kontraksi kantung seni. Karena cara kerja kedua saraf itu berlawanan, inilah yang membuat keadaan koordinasi tubuh kita yang normal.

Saraf KranialKomponenFungsi

IOlfaktoriusSensorikPenciuman

IIOptikusSensorikPenglihatan

IIIUkulomotoriusMotorikMenggangkat kelopak mata atasKontriksi pupilSebagian besar gerakan ekstraokuler

IVTroklearisMotorikGerakan mata kebawah dan kedalam

VTrigeminusMotorikOtott temporalis dan maseter (menutup rahang dan menguyah) gerakan rahang ke lateral

Sensorik Kulit wajah, dua pertiga depan kulit kepala, mukosa mata,mukosa hidung dan rongga mulut, lidah dan gigi Refleks kornea atau refleks mengedip, komponen sensorik dibawah oleh saraf cranial V, respons motorik melalui saraf cranial VII

VIAbdusensMotorik Deviasi mata ke lateral

VIIFasialisMotorik Otot-otot ekspresi wajah termasuk otot dahi, sekeliling mata serta mulut. Lakrimasi dan salvias

SensorikPengecapan dua pertiga depan lidah (rasa, manis, asam, dan asin)

VIIICabang

vestibularis

vestibulokoklearisSensorikKeseimbangan

Cabang koklearisSensorikPendengaran

IXGlosofaringeusMotorikFaring : menelan, refleks muntahParotis: salvias

SensorikFaring, lidah posterior, termasuk rasa pahit

XVagusMotorikFaring, faring: menelan, refleks muntah, fonasi; visera abdomen

SensorikFaring, faring: refleks muntah; visera leher, thoraks dan abdomen

XIAsesoriusMotorikOtot sternokleidomastoideus dan bagian atas dari otot trapezium: pergerakan kepala dan bahu

XIIHipoglosusMotorikPergerakan lidah

K. Sistem LimbikLimbic (limbus) berarti batas atau tepi. System limbik mencakup nukleus dan terusan batas traktus antara serebri dan diensefalon yang mengelilingi korpus kalosum. Sistem ini merupakan suatu pengelompokan anatomis yang terdiri atas komponen serebrum, diensefalon, dan mesensefalon. (Arif Muttaqin, 2008 )Struktur kortikal utama adalah girus singulis (kingulata) dan girus hipokampus dan hipokampus. Bagian subkortikal mencakup amiglada, traktus olfaktorius,dan septum. Beberapa ahli menyertakan hipotalamus dan bagian-bagian talamus dalam sistem limbik karena memiliki hubungan fungsional yang erat. Secara fungsional sistem berkaitan dengan : Suatu pendirian atau respons emosional yang mengarahkan pada tingkah laku individu. Suatu respons sadar terhadap lingkunngan. Memberdayakan fungsi intelektual dari korteks serebri secara tidak sadar dan memfungsikan batang otak secara otomatis untuk merespons keadaan Memfasilitasi penyimpanan suatu memori dan menggali kembali simpanan memori yang diperlukan. Merespons suatu pengalaman dan ekspresi suasana hati, terutama reaksi takut, marah, dan emosi yang berhubungan dengan perilaku seksualSystem limbik memiliki hubungan timbal balik dengan banyak struktur saraf sentral pada beberapa tingkat integrasi termasuk korteks, hipotalamus, dan RAS dari batang otak. Gangguan persepsi, terutama dalam mengingat kembali, krisis emosional dan gangguan hubungan dengan orang lain dan dengan objek, diperkirakan berhubungan dengan struktur limbik.LAPORAN PENDAHULUANA. KONSEP PENYAKIT1. Pengertian

Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus. HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002).Hernia nukleus pulposus (HNP) adalah keadaan ketika nukleus pilposus keluar menonjol untuk kemudian menekan ke arah kanalis spinalis melalui anulus fibrosis yang robek. HNP merupakan suatu nyeri yang disebabkan oleh proses penuaan. Kehilangan protein dalam polisakarida dalam diskus menurunkan kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang menyebar di anulus melemahkan pertahanan pada herniasi nukleus. HNP terjadi kebanyakan karena adanya suatu trauma derajat sedang yang berulang mengenai diskus intervertebralis sehingga menimbulkan robeknya anulus fibrosus (Arif Muttaqin, 2008).Hernia nucleus pulposus (HNP) merupakan penyebab utama nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang (kambuh). Herniasi dapat parsial atau komplit, dari massa nukleus pada daerah vertebra L4-L5, L5-S1 atau C5-C6, C6-C7 adalah yang paling banyak terjadi dan mungkin sebagai dampak trauma atau perubahan degeneratif yang berhubungan dengan proses penuaan. (Doenges, dkk, 2000).Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa hernia nukleus pulposus (HNP) adalah rupturnya nukleus pulposus yang disebabkan oleh trauma atau perubahan degeneratif terkait dengan proses penuaan yang mengakibatkan nyeri hebat pada punggung bawah dan dapat bersifat kronik ataupun dapat kambuh.

Gambar 1. Bantalan dan ruas tulang belakang.

Gambar 2. Rongga tulang belakang berisi saraf.

Tepat di belakang ruas dan bantalan tulang belakang terdapat sebuah rongga (saluran) yang memanjang dari dasar tengkorak ke arah bawah menuju tulang ekor. Rongga ini berisi saraf (sumsum) tulang belakang yang merupakan perpanjangan dari otak yang berada di dalam tengkorak (Gambar 2).

Gambar 3. HNP dapat menekan saraf tulang belakang.

Menurut tempat terjadinya, HNP dibagi menjadi:1. Hernia LumbosacralisPenyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian luka posisi fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma adalah kejadian yang berulang. Bersin, gerakan tiba-tiba, biasa dapat menyebabkan nucleus pulposus prolaps, mendorong ujungnya/jumbainya dan melemahkan anulus posterior. Pada kasus berat penyakit sendi, nucleus menonjol keluar sampai anulus dan melintang sebagai potongan bebas pada canalis vertebralis. Lebih sering, fragmen dari nucleus pulposus menonjol sampai pada celah anulus, biasanya pada satu sisi atau lainnya (kadang-kadang ditengah), dimana mereka mengenai menimpa sebuah serabut atau beberapa serabut syaraf.2. Hernia ServikalisKeluhan utama nyeri radikuler pleksus servikobrakhialis. Penggerakan kolumma vertebralis servikal menjadi terbatas, sedang kurvatural yang normal menghilang. Otot-otot leher spastik, kaku kuduk, refleks biseps yang menurun atau menghilang Hernia ini melibatkan sendi antara tulang belakang dari C5 dan C6 dan diikuti C4 dan C5 atau C6 dan C7. Hernia ini menonjol keluar posterolateral mengakibatkan tekanan pada pangkal syaraf. Hal ini menghasilkan nyeri radikal yang mana selalu diawali gejala-gejala dan mengacu pada kerusakan kulit.3. Hernia ThorakalisHernia ini jarang terjadi dan selalu berada digaris tengah hernia. Gejala-gejalannya terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang parastesis. Hernia dapat menyebabkan melemahnya anggota tubuh bagian bawah, membuat kejang paraparese kadang-kadang serangannya mendadak dengan paraparese.Penonjolan pada sendi intervertebral thorakal masih jarang terjadi (menurut love dan schorm 0,5 % dari semua operasi menunjukkan penonjolan sendi). Pada empat thorakal paling bawah atau tempat yang paling sering mengalami trauma jatuh dengan posisi tumit atau bokong adalah faktor penyebab yang paling utama.

2. EtiologiHNP terjadi akibat keluarnya nukleus pulposus dari dalam bantalan tulang belakang. HNP sering terjadi pada usia 30-50 tahun, meskipun juga banyak dialami oleh para orang tua. Ada tiga faktor yang membuat seseorang dapat mengalami HNP, yaitu (1) gaya hidup, seperti merokok, jarang atau tidak pernah berolah raga dan berat badan yang berlebihan, (2) pertambahan usia, dan (3) memiliki kebiasaan duduk atau berdiri yang salah, yaitu membungkuk dan tidak tegak. Ketiga faktor tersebut, apabila ditambah dengan cara mengangkat benda yang keliru, yaitu cara mengangkat benda di mana punggung membungkuk ke depan meningkatkan resiko seseorang mengalami HNP, karena tekanan yang diterima oleh bantalan tulang belakang akan meningkat beberapa kali tekanan normal. Cara mengangkat yang benar adalah dengan jalan menekuk lutut ke arah depan, sementara punggung tetap dipertahankan dalam posisi tegak, tidak membungkuk. Para pekerja kasar atau yang banyak menggunakan otot-otot punggung untuk bekerja memiliki resiko yang lebih besar mengalami HNP.3. Tanda dan GejalaTanda dan gejala HNP secara umum yaitu :

1) Nyeri punggung yang menyebar ke ekstremitas bawah.2) Spasme otot3) Peningkatan rasa nyeri bila batuk, mengedan, bersin, membungkuk, mengangkat beban berat, berdiri secara tiba-tiba.4) Kesemutan, kekakuan, kelemahan pada ekstermitas.5) Deformitas.6) Penurunan fungsi sensori, motorik.7) Konstipasi, kesulitan saat defekasi dan berkemih.8) Tidak mampu melakukan aktifitas yang biasanya dilakukan.9) Ischialgia yaitu nyeri bersifat tajam, seperti terbakar, dan berdenyut sampai ke bawah lutut. Ischialgia merupakan nyeri yang terasa sepanjang perjalanan nervus ischiadicus sampai ke tungkai.10) Dapat timbul gejala kesemutan 11) Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan defekasi, miksi dan fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan neurologis yang memerlukan tindakan pembedahan untuk mencegah kerusakan fungsi permanen.12) Nyeri bertambah dengan batuk, bersin, mengangkat benda berat, membungkuk akibat bertambahnya tekanan intratekal.13) Kebiasaan penderita perlu diamati, bila duduk maka lebih nyaman duduk pada sisi yang sehat.Gejala masing-masing tipe HNP berbeda-beda yaitu:1) Henia LumbosakralisGejala pertama biasanya low back pain yang mula-mula berlangsung dan periodik kemudian menjadi konstan. Rasa nyeri di provokasi oleh posisi badan tertentu, ketegangan, suhu dingin dan lembab, pinggang terfikasi sehingga kadang-kadang terdapat skoliosis. Gejala patognomonik adalah nyeri lokal pada tekanan atau ketokan yang terbatas antara 2 prosesus spinosus dan disertai nyeri menjalar ke dalam bokong dan tungkai. Low back pain ini disertai rasa nyeri yang menjalar ke daerah iskhias sebelah tungkai (nyeri radikuler) dan secara refleks mengambil sikap tertentu untuk mengatasi nyeri tersebut, sering dalam bentuk skilosis lumbal. Syndrom sendi intervertebral lumbalis yang prolaps terdiri : (1) Kekakuan/ketegangan, kelainan bentuk tulang belakang, (2) Nyeri radiasi pada paha, betis dan kaki, (3) Kombinasi paresthesiasi, lemah, dan kelemahan reflex. HNP pada punggung bawah di daerah yang disebut L1-L2 dan L2-L3 menyebabkan nyeri dan rasa tebal pada sisi depan-samping luar paha. Juga dapat terjadi kelemahan otot- otot untuk menggerakkan sendi paha ke arah perut. HNP di daerah ini jarang terjadi dibanding daerah punggung bawah yang lain. HNP di daerah L3-L4 menimbulkan nyeri di daerah pantat, sisi samping luar paha dan sisi depan betis. Rasa tebal atau kesemutan dapat dirasakan pada sisi depan betis. HNP Di daerah L4-L5 menyebabkan nyeri di daerah pantat, sisi belakang paha, sisi depan-samping luar betis dan punggung kaki. Rasa kesemuatan terasa di daerah depan- samping luar betis sampai ke daerah punggung kaki. Sementara HNP L5-S1 mengakibatkan nyeri di daeran pantat, sisi belakang paha dan betis sampai ke tumit serta telapak kaki. Rasa tebal dan kesemutan terasa di daerah betis sampai telapak kaki. HNP di kedua daerah ini (yaitu, L4-L5 dan L5-S1) paling sering terjadi. Pada kasus yang ektrem, HNP di daerah punggung bawah dapat menyebabkan penekanan sekelompok serabut saraf yang disebut kauda equina (bahasa latin yang berarti ekor kuda). HNP ini disebut sebagai sindrom kauda equina dengan gejala-gejala nyeri, kesemuatan, rasa tebal, serta kelemahan atau kelumpuhan kedua tungkai. Gejala-gejala tersebut juga disertai ketidak-mampuan menahan kencing (mengompol) dan buang air besar. Sindrom ini merupakan suatu keadaan yang serius dan gawat, serta membutuhkan tindakan pembedahan secepatnya.2) Hernia servicalisPasien dengan HNP servikal akan menunjukkan gejala-gejala radiculopathy, mielopathy atau bahkan menunjukkan gejala keduanya. Gejala radiculopathy terjadi apabila nucleus pulposus keluar dan menekan radiks medulla spinalis, sedangkan gejala mielopathy terjadi bila nucleus pulposus langsung menekan medulla spinalis. HNP cervical lebih sering terjadi pada usia 30-40 tahun, dan lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita. Cervical RadiculopathyGejala yang terjadi bila terdapat ruptur discus cervical yaitu rasa nyeri yang menjalar mulai dari leher, bahu, lalu ke lengan. Nyeri dapat terasa tajam, namun lebih sering dirasakan nyeri tumpul yang menetap. Gejala lain yang dapat timbul yaitu parestesia atau rasa seperti kesemutan, kaku, atau juga dapat terasa gatal pada daerah yang dipersarafi oleh radiks yang tertekan. Nyeri di sekitar tulang belikat juga sering dikeluhkan, hal ini timbul oleh karena adanya rasa nyeri yang menjalar. Pasien juga dapat menunjukkan gejala berupa sakit kepala, kelemahan ekstremitas atas atau frank atrofi dengan adanya pengurangan massa otot. Nyeri biasanya dipicu oleh gerakan pada leher, terutama saat leher ekstensi dan pergerakan leher ke sisi yang sakit disebut dengan tanda Spurling. Rasa nyeri diperparah dengan adanya batuk, mengedan atau tertawa. Rasa nyeri berkurang dengan pergerakan leher menjauhi sisi yang sakit dan dengan mengangkat lengan di sisi yang sakit sampai ke atas kepala. Cervical MyelopathyBila nucleus pulposus langsung menekan medulla spinalis gejala yang timbul berupa nyeri di leher, sekitar tulang belikat dan bahu. Tedapat sensasi nyeri mendadak di kaki saat pergerakan cepat dari leher. Rasa kesemutan menjalar ke atas saat leher di dongakan ke belakang (ekstensi). Pada anggota badan atas terdapat rasa kaku pada tangan dan lengan, kehilangan ketangkasan juga kelemahan ekstremitas atas yang menyeluruh. Kelainan pada anggota badan bawah berupa ketidakstabilan dalam berjalan serta adanya gangguan miksi dan buang air besar.3) Hernia thorakalis Nyeri radikal. Melemahnya anggota tubuh bagian bawah dapat menyebabkan kejang paraparesis. Serangannya kadang-kadang mendadak dengan paraplegia.4. PatofisiologiPada tahap pertama robeknya annulus fibrosus itu bersifat sirkumferensial. Karena adanya gaya traumatis yang berulang, robekan itu menjadi lebih besar dan timbul sobekan radial. Apabila hal ini telah terjadi, resiko HNP hanya menunggu waktu dan trauma berikutnya saja. Gaya presipitasi itu dapat diasumsikan seperti gaya traumatis ketika hendak menegakan badan waktu terpleset, mengangkat benda berat, dan sebagainya.Herniasi nucleus puposus dapat mencapai ke korpus tulang belakang (vertebra) di atas atau di bawahnya. Dapat juga menonjol langsung ke kanalis vertebralis. Penonjolan sebagian nucleus pulposus ke dalam korpus vertebra dapat dilihat pada foto rontgen polos dan dikenal sebagai nodus schmorl. Robekan sirkumferensial dan radial pada annulus fibrosus diskus intervertebralis berikut dengan terbentuknya nodus schmorl merupakan kelainan yang mendasari low back pain subkronis atau kronis yang kemudian disusul oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai iskhialgia atau siatika. Penonjolan nucleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nucleus pulposus menekan radiks yang bersama-sama arteria radikularis yang berada dalam lapisan dura. Hal itu terjadi jika kebocoran berada di sisi lateral, tidak akan ada radiks yang terkena jika tempat herniasinya berada di tengah. Pada tingkat L2 dan terus ke bawah tidak terdapat medulla spinalis lagi, maka herniasi yang berada di garis tengah tidak akan menimbulkan kompresi pada kolumna anterior. Setelah terjadi HNP, sisa diskus intervertebralis mengalami lisis, sehingga dua corpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan.Manifestasi klinis utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung bawah disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan. HNP terbagi atas HNP sentral dan HNP lateral. HNP sentral akan menunjukan paraparesis flasid, parestesia , dan retansi urine. sedangkan HNP lateral bermanifestasi pada rasa nyeri dan nyeri tekan yang terletak pada punggung bawah, ditengah-tengah area bokong dan betis , belakang tumit, dan telapak kaki. Kekuatan ekstensi jari kelima kaki berkurang dan reflex achiler negatif. Pada HNP lateral L4-L5 rasa nyeri dan nyeri tekan didapatkan di punggung bawah, bagian lateral bokong, tungkai bawah bagian lateral dan di dorsum perdis. Kekuatan ekstensi ibu jari kaki berkurang dan reflek patela negatif. Sensibilitas dermatom yang sesuai dengan radiks yang terkena menurun.5. Pathway

6. KomplikasiKomplikasi HNP yaitu :a. Kelemahan dan atropi otot.b. Trauma serabut syaraf dan jaringan lain.c. Kehilangan kontrol otot sphinter.d. Paralis / ketidakmampuan pergerakan.e. Perdarahan.f. Infeksi dan inflamasi pada tingkat pembedahan diskus spinal.7. Pemeriksaan PenunjangSelain berdasarkan gejala-gejala yang dialami oleh penderita, cara terbaik untuk mengetahui ada tidaknya HNP adalah dengan melakukan pemeriksaan MRI (Gambar 4). Selain itu, untuk memastikan bahwa HNP yang ditemukan pada MRI memang menjadi penyebab keluhan penderita, perlu dilakukan pemeriksaan EMG (pemeriksaan fungsi hantaran saraf). Perlu diketahui bahwa HNP tidak terlihat pada foto rontgen biasa. Pada pasien HNP, foto rontgen dilakukan bukan untuk menentukan ada tidaknya HNP, tetapi untuk mengesampingkan kelainan-kelainan lain (selain HNP) yang dapat mengakibatkan nyeri punggung.

Gambar 4. Hasil MRI pada HNP leher (a), HNP punggung atas (b) dan HNP punggung bawah (c).

a. Darah rutinPada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju endap darah (LED), kadar Hb, jumlah leukosit dengan hitung jenis, dan fungsi ginjal. b. Lumbal Pungsi (LP)LP akan normal pada fase permulaan prolaps diskus, namun belakangan akan terjadi transudasi dari low molecular weight albumin sehingga terlihat albumin yang sedikit meninggi sampai dua kali level normal. Pada pasien ini tak dilakukan tindakan LP karena pemeriksaan ini tidak memberikan gambaran yang spesifik terhadap HNP, juga perannya telah dapat digantikan oleh adanya gambaran radiologis yang lebih objektif dan tidak invasif.c. Liquor cerebrospinalisBiasanya normal. Jika terjadi blok akan didapatkan peningkatan kadar protein ringan dengan adanya penyakit diskus. Kecil manfaatnya untuk diagnosis.d. MyelogramMyelogram mungkin disarankan untuk menjelaskan ukuran dan lokasi dari hernia. Bila operasi dipertimbangkan maka myelogram dilakukan untuk menentukan tingkat protrusi diskus.e. MielografiMielografi berguna untuk melihat kelainan radiks spinal, terutama pada pasien yang sebelumnya dilakukan operasi vertebra atau dengan alat fiksasi metal. CT mielografi dilakukan dengan suatu zat kontras berguna untuk melihat dengan lebih jelas ada atau tidaknya kompresi nervus atau araknoiditis pada pasien yang menjalani operasi vertebra multipel dan bila akan direncanakan tindakan operasi terhadap stenosis foraminal dan kanal vertebralis.f. MRI MRI tulang belakang bermanfaat untuk diagnosis kompresi medula spinalis atau kauda ekuina. Alat ini sedikit kurang teliti daripada CT scan dalam hal mengevaluasi gangguan radiks saraf. Akurasi 73-80% dan biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan menunjukkan berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah ortopedi tetap memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus mana yang paling terkena.g. CT ScanSarana diagnostik yang efektifbila vertebra dan level neurologis telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.h. Elektromiografi (EMG)Untuk membedakan kompresi radiks dari neuropati perifer. Dalam bidang neurologi, maka pemeriksaan elektrofisiologis/neurofisiologis sangat berguna pada diagnosis sindroma radiks. Pemeriksaan EMG dilakukan untuk : Menentukan level dari iritasi atau kompresi radiks. Membedakan antara lesi radiks dengan lesi saraf perifer. Membedakan adanya iritasi atau kompresi radiks.Pemeriksaan EMG adalah suatu pemeriksaan yang non-invasif, Motor Unit Action Potentials (MUAP) pada iritasi radiks terlihat sebagai: Potensial yang polifasik. Amplitudo yang lebih besar Durasi potensial yang lebih panjang, pada otot-otot dari segmen yang terkena.Pada kompresi radiks, selain kelainan-kelainan yang telah disebut diatas, juga ditemukan aktivitas spontan pada pemeriksaan EMG berupa fibrilasi di otot-otot segmen terkena atau di otot paraspinal atau interspinal dari miotoma yang terkena. Sensifitas pemeriksaan EMG untuk mendeteksi penderita radikulopati lumbal sebesar 92,47%. EMG lebih sensitif dilakukan pada waktu minimal 10-14 hari setelah onset defisit neurologis, dan dapat menunjukkan tentang kelainan berupa radikulopati, fleksopati ataupun neuropati.i. Foto rontgen tulang belakang

Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadang-kadang dijumpai penyempitan ruangan intervertebral, pembentukan osteofit spondilolistesis, perubahan degeneratif,dan tumor spinal. Penyempitan ruangan intervertebral kadang-kadang terlihat bersamaan dengan suatu posisi yang tegang dan melurus dan suatu skoliosis akibat spasme otot paravertebral.Foto rontgen lumbosacral

Myelo-CT untuk melihat lokasi HNP

8. Penatalaksaan a. Terapi konservatif Tirah baringDiharuskan tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari dengan sikap baik adalah sikap dalam posis setengah duduk, yaitu tungkai dalam sikap fleksi pada sendi panggul dan lutut tertentu. Tempat tidur tidak diijinkan memakai pegas sehingga tepat tidur diharuskan memakai papan yang lurus dan ditutup dengan lembar busa tipis. Tirah baring bermanfaat untuk nyeri punggung bawah akut. Lamanya tirah baring tergantung pada berat ringannya gangguan yang dirasakan penderita. Pada HNP memerlukan waktu yang lebih lama, Setelah berbaring dianggap cukup maka dilakukan latihan/ dipasang korset untuk mencegah terjadinya kontraktur dan mengembalikan lagi fungsi-fungsi otot. Medikamentosa 1. Simtomatik

2. Kausal; kolagen

b. Terapi operatif Terapi operatif dilakukan jika dengan tindakan konservatif tidak memberikan hasil yang nyata, kambuh berulang atau terjadi defisit neurologis

c. RehabilitasiMengupayakan penderita segera bekerja seperti semula agar tidak menggantungkan diri pada orang lain dalam melakukan kegiatan sehari-hari (activity of daily living) serta tidak mengalami komplikasi B. ASUHAN KEPERAWATAN1. Pengkajian

a. AnamnesisKeadaan umumAdanya nyeri di pinggang bagian bawah yang menjalar ke bawah (mulai dari bokong, paha bagian belakang, tungkai bawah bagian atas). Hal ini dikarenakan mengikuti jalannya N. Ischiadicus yang mempersarafi tungkai bagian belakang. Karakteristik nyeri yang dirasakan yaitu :

1) Nyeri mulai dari pantat, menjalar kebagian belakang lutut, kemudian ke tungkai bawah (sifat nyeri radikuler).2) Nyeri semakin hebat bila penderita mengejan, batuk, mengangkat barang berat.3) Nyeri bertambah bila ditekan antara daerah disebelah L5 S1 (garis antara dua krista iliaka).4) Nyeri Spontan5) Sifat nyeri adalah khas, yaitu dari posisi berbaring ke duduk nyeri bertambah hebat, sedangkan bila berbaring nyeri berkurang atau hilang.Keluhan utama Keluhan utama yang sering atau alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah nyeri pada punggung bawah.

1) P (Provocking Accident) : Adanya riwayat trauma ( mengangkat atau mendorong benda berat).

2) Q (Quality and Quantity) : Sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti di sayat, mendenyut, seperti kena api, nyeri tumpul yang terus-menerus. Kaji penyebaran nyeri. Apakah bersifat nyeri radikular atau nyeri acuan (referred pain). Nyeri bersifat menetap, atau hilang timbul,semakin lama semakin nyeri. Nyeri bertambah hebat karena adanya faktor pencetusseperti gerakan-gerakan pinggang, batuk atau mengedan,berdiri atau duduk untuk jangka waktu yang lama dan nyeri berkurang bila diibuat istirahat berbaring. Sifat nyeri khas posisi berbaring ke duduk, nyeri mulai dari pantat dan terus menjalar ke bagian belakang lutut, kemudian ke tungkai bawah. Nyeri bertambah bila ditekan L5-S1 (pada garis antara dua Kristal iliaka).3) R (Region, Radiating, and Relief) : letak atau lokasi nyeri, minta klien menunjukkan nyeri dengan setepat- tepatnya sehingga letak nyeri dapat diketahui dengan cermat.4) S (Scale of Pain) : pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas tubuh, posisi yang bagaimana yang dapat meradakan rasa nyeri dan memperberat nyeri. Aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri seperti berjalan, menuruni tangga, menyapu, dan gerakan yang mendesak. Obat-obatan yang sedang diminum seperti analgesik, berapa lama klien menggunakan obat tersebut.5) T (Time) : sifatnya akut, sub-akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap, hilang timbul, semakin lama semakin nyeri. Nyeri pinggang bawah intermiten ( dalam beberapa minggu sampai beberapa tahun).b. Pemeriksaan Fisik1. Pengakjian sistem motorik Gaya jalan yang khas, membungkuk dan miring ke sisi tungkai yang nyeri dengan fleksi di sendi panggul dan lutut, serta kaki yang berjingkat. Atrofi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan membandingkan anggota tubuh kanan-kiri Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas , tungkai bawah, kaki, ibu jari, dan jari lainnya dengan menyuruh klien untuk melakukan gerak fleksi dan ekstensi dengan menahan gerakan.2. Pengkajian refleksRefleks achiles dan refleks lutut/patela pada HNP lateral L 4-5 negatif3. Pengkajian sistem sensorikPemeriksaan sensasi raba, nyeri, suhu, profunda, dan sensasi getar (vibrasi) untuk menentukan dermatom yang terganggu sehingga dapat ditentukan pula radiks mana yang terganggu. Palpasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau cermat sehingga tidak membingungkan klien. Palpasi dimulai dari area nyeri ringan kea rah yang paling terasa nyeri. Nyeri pinggang bawah yang intermitten (dalam beberapa minggu sampai beberapa tahun) nyeri menjalar sesuai dengan distribusi saraf skhiatik. Sifat nyeri khas dari posisi berbaring ke duduk, nyeri mulai dari bokong dan terus menjalar ke bagian belakang lutut, kemudian ke tungkai bawah. Nyeri bertambah hebat karena pencetus seperti gerakkan-gerakkan pinggang saat batuk atau mengejan, berdiri atau duduk untuk jangka waktu yang lama dan nyeri berkurang jika kekuatan otot menurun sesuai dengan distribusi persarafan yang terlibat. Nyeri bertambah jika ditekan daerah L5-S1 (garis antardua krista liraka). Pada percobaan tes-tes khusus seperti :

a) Tes Laseque (Straight Leg Raising Test = SLRT) Tanda Laseque adalah tanda pre-operatif yang terbaik untuk suatu HNP, yang terlihat pada 96,8% dari 2157 pasien yang secara operatif terbukti menderita HNP dan pada hernia yang besar dan lengkap tanda ini malahan positif pada 96,8% pasien. Adanya tanda Laseque lebih menandakan adanya lesi pada L4-5 atau L5-S1 daripada herniasi lain yang lebih tinggi (L1-4), dimana tes ini hanya positif pada 73,3% penderita. Cara yang dilakukan : Tungkai penderita diangkat perlahan tanpa fleksi di lutut sampai sudut 90.

Gangguan sensibilitas, pada bagian lateral jari ke 5 (S1), atau bagian medial dari ibu jari kaki (L5). Gangguan motoris, penderita tidak dapat dorsofleksi, terutama ibu jari kaki (L5), atau plantarfleksi (S1).b) Tes dorsofleksi : penderita jalan diatas tumit.c) Tes plantarfleksi : penderita jalan diatas jari kaki. Kadang-kadang terdapat gangguan autonom, yaitu retensi urine, merupakan indikasi untuk segera operasi. Kadang-kadang terdapat anestesia di perineum, juga merupakan indikasi untuk operasi.

d) Tes valsava (pasien diminta mengejan/batuk dan dikatakan tes positif bila timbul nyeri) dan naffziger untuk menaikkan tekanan intratekal.2. Diagnosa Keperawatan1) Nyeri akut yang berhubungan dengan agen cedera 2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot3) Gangguan eliminasi alvi /konstipasi berhubungan dengan gangguan persarafan pada usus dan rektum.4) Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan kelumpuhan saraf perkemihan5) Risiko gangguan intergritas kulit yang berhubungan dengan imobilitas, tidak adekuatnya sirkulasi perifer, tirah baring lama.3. Perencanaan KeperawatanNoDiagnosa KeperawatanTujuan dan Kriteria HasilIntervensi

1.Nyeri akut yang berhubungan dengan agen cedera fisik (penyempitan saraf pada diskus intervertebralis, tekanan di daerah distribusi ujung saraf)

Setelah dilakukan perawatan selama kurang lebih 3 X 24 jam pasien :1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab, nyeri, mampu menggunakan nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tand nyeri)4. Mengatakan rasa nyaman stelah nyeri berkurang

NIC

Pain Management

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri5. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan6. Ajarkan teknik non farmakologi dalam mengurangi nyeri (nafas dalam)7. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri8. Tingkatkan istirahat9. Kolaborasi dengan tim medis jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

2.Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot

Setelah dilakukan perawatan selama kurang lebih 4 X 24 jam pasien:1. Meningkat dalam aktifitas fisik2. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas fisik3. Memperagakan penggunaan alat bantu

NIC

1. Observasi TTV sebelum dan sesudah latihan2. Kaji kemampuan pasien untuk ambulasi3. Bantu klien untuk mendapatkan alat bantu4. Ajarkan pasien teknik ambulasi5. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai dengan kebutuhan6. Ajarkan pasien dalam perubahan posisi7. Kolaborasikan dengan terapi fisik terkait ambulasi

3.Gangguan eliminasi alvi /konstipasi berhubungan dengan gangguan persarafan pada usus dan rektum.Setelah dilakukan perawatan selama kurang lebih 2 X 24 jam dapat teratasi gangguan eliminasi alvi dengan kriteria hasil :1. BAB lancar 1 kali sehari2. Abdomen tidak tegang

NIC

1. auskultasi bising usus, catat lokasi dan karakteristiknya.2. Observasi adanya distensi perut.3. Catat adanya keluhan mual dan ingin muntah, pasang NGT.4. Berikan diet seimbang TKTP cair. 5. Berikan obat pencahar sesuai keperluan.

4.Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan kelumpuhan saraf perkemihan

Setelah dilakukan perawatan selama kurang lebih 2 X 24 jam pasien dapat teratasi gangguan eliminasi urinnya dengan kriteria hasil :1. Kandung kemih kosong secara penuh2. Intake cairan normal3. Bebas dari ISK

NIC1. Kaji pola berkemih, dan catat produksi urine tiap jam. 2. Palpasi kemungkinan adanya distensi kandung kemih. 3. Anjurkan pasien untuk minum 2000 cc/hari.4. Pasang dower kateter.

5. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilisasi, tidak adekuatnya sirkulasi perifer, tirah baring lama.Setelah dilakukan perawatan selama kurang lebih 2 X 24 jam pasien dapat teratasi resiko gangguan itegritas kulit dengan kriteria hasil :1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperature, hidrasi, pigmentasi)2. Tidak ada luka/lesi

3. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cidera berulang4. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit

NIC

1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar2. Hindari kerutan pada tempat tidur3. Jaga kebersihan kulit dan hindari trauma dan panas terhadap kulit4. Mobilisasi pasien tiap 2 jam sekali5. Observasi adanya eritema dan kepucatan dan palpasi adanya kehangatan dan pelunakan jaringan tiap mengubah posisi.6. Anjurkan untuk melakukan latihan ROM dan mobilisasi jika mungking7. gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah daerah-daerah yang menonjol.8. Bersihkan dan keringkan kulit. Jagalah linen tetap kering.

DAFTAR PUSTAKACapernito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

Doenges, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Alih Bahasa: Monica Ester. Jakarta: EGC.Mansjoer, Arif, et al. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Media Aescuapius FK UI.

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA, NIC NOC. Yogyakarta: Mediaction Publishing.

Price & Wilson. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGCMuttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.NANDA Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasiikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.

Tailor, Cynthia M & Sheila Sparks Ralph. 2011. Diagnosa Keperawatan dengan Rencana Asuhan. Jakarta: EGC.Defisit perawatan diri

Kelemahan

Gangguan eliminasi alvi dan urin

Ileus paralitik, gangguan fungsi rectum dan kandung kemih

Resiko kerusakan integritas kulit

Tirah baring

Hambatan mobilitas fisik

Paralisis dan paraplegia

Terputus jaringan saraf di medulla spinal

Penekanan saraf dan pembuluh darah pembengkakan

Edema pembengkakan

Nyeri

Reaksi peradangan

Jepitan saraf spinal

Nucleus pulposus keluar melalui serabut-serabut annulus yang robek

Aliran darah ke diskus berkurang, respon beban yang berat, ligamentum longitudinalis menyempit

Rupture diskus

Trauma dan stres fisik

AP

LATERAL