heat exchanger
DESCRIPTION
This very useful docTRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Alat penukar panas adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan
panas dari suatu fluida ke fluida lain baik dari fasa cair ke cair maupun dari fasa uap
ke cair tanpa terjadi penukaran.
Mekanisme perpindahan panas dapat berlangsung dengan tiga cara :
1. Perpindahan panas secara konduksi
Adanya gradient temperatur akan terjadi perpindahan panas. Dalam benda
padat perpindahan panas timbul karena gerakan antar atom pada temperatur yang
tinggi, sehingga atom-atom tersebut dapat memindahkan panas. Di dalam cairan
atau gas, panas dihantar oleh tumbukan antar molekul (Sri. W, 1995)
2. Perpindahan panas secara konveksi
Perpindahan panas terjadi secara konveksi dari pelat ke sekeliling atau
sebaliknya. Perindahan panas konveksi dibedakan menjadi dua yaitu konveksi bebas
(alami) dan konveksi paksa (buatan). Pada konveksi paksa pelat akan mendinginkan
lebih cepat (Sri.W, 1995)
a. Konveksi alami (Natural Convection), terjadi karena perbedaan suhu yang
mempengaruhi densitas, dan relatif fluida apung. Komponen yang lebih berat
akan jatuh, sementara komponen yang lebih ringan naik keatas menyebabkan
pergerakan fluida massal (Mc. Cabe, dkk, 2005).
b. Konveksi buatan (Forced Convection), atau disebut panas adveksi yang
merupakan hasil pergerakan cairan dan kekuatan permukaan eksternal seperti
kipas atau pompa, yang biasanya digunakan untuk meningkatkan tingkat panas
konvek. Konveksi paksa mungkin bisa tjadi secara alami (Mc. Cabe, dkk,
2005).
1
3. Perpindahan panas secara radiasi
Radiasi adalah perpindahan panas dari suatu zat yang bersuhu tinggi ke suhu
yang lebih rendah tanpa adanya medium perantara (Mc. Cabe, dkk, 2005).
Perpindahan panas secara radiasi adalah perpindahan panas oleh perjalanan
foton yang tak terorganisasi. Setiap benda terus-menerus memancarkan foton secara
serampang didalam arah, waktu, dan energi netto yang dipindahkan foton tersebut,
diperhitungkan sebagai panas (Sri. W, 1995).
2.1 Perpindahan Panas (Heat Transfer)
Perpindahan panas adalah ilmu yang mempelajari perpindahan energi karena
perbedaan temperatur diantara benda atau material. Di samping itu perpindahan
panas juga meramalkan laju perpindahan yang terjadi pada kondisi tertentu (Sri.W,
1995).
Ada 2 macam panas yaitu:
a. Panas Laten adalah panas yang diperlukan untuk merubah fase (wujud) benda.
b. Panas Sensibel adalah panas yang menyebabkan kenaikan terjadinya
kenaikan/penurunan temperatur, tetapi fase (wujud) tidak berubah.
Panas telah diketahui dapat berpindah dari tempat temperatur lebih tinggi ke
tempat temperatur lebih rendah. Ilmu yang mempelajari perpindahan energi karena
perbedaan temperatur diantara benda atau material disebut juga perpindahan panas.
Menurut hukum kekekalan energi, yaitu panas atau energi tidak dapat
dimusnahkan atau diciptakan, tapi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk energi
yang lain. Energi atau panas juga dapat dipindahkan, yaitu dengan cara konduksi,
konveksi dan radiasi (D.Q.Kern, 1950).
2
2.2 Sistem Aliran Penukar Panas
Proses pertukaran panas antara dua fluida dengan temperatur yang berbeda,
baik bertujuan memanaskan atau mendinginkan fluida banyak diaplikasikan secara
teknik dalam berbagai proses thermal di industri. Terdapat berbagai jenis penukar
panas menurut ukuran, efektifitas, perpindahan panas, aliran, dan jenis kontruksi.
Namun berdasarkan sistem kerja yang digunakan, penukar panas dapat digolongkan
menjadi dua sistem utama, yaitu:
2.2.1 Pertukaran Panas Secara Langsung
Materi yang akan dipanaskan atau didinginkan dikontakkan langsung dengan
media pemanas atau pendingin, misalnya kontak langsung antara fluida dengan
kukus. Metode ini hanya dapat digunakan untuk hal-hal tertentu yang khusus.
2.2.2 Pertukaran Panas Secara Tidak Langsung
Pertukaran panas secara tidak langsung memungkinkan terjadinya
perpindahan panas dari fluida ke fluida lain melalui dinding pemisah. Berdasarkan
arah aliran fluida, pertukaran panas dapat dibedakan menjadi:
a. Pertukaran Panas Dengan Aliran Searah (co current / paralel flow)
Pertukaran panas jenis ini, kedua fluida (dingin dan panas) masuk pada sisi
penukar panas yang sama, mengalir dengan arah yang sama dan keluar pada sisi
yang sama pula. Karakteristik penukar panas jenis ini, temperatur fluida dingin yang
keluar dari alat penukar panas (Tcb) tidak dapat melebihi temperatur fluida panas
yang keluar dari alat penukar panas (Thb), sehingga diperlukan media pendingin atau
media pemanas yang banyak.
3
Gambar 2.1 Profil temperatur pada aliran cocurrent
Sumber: McCabe,1993
b. Pertukaran Panas Dengan Aliran Berlawanan Arah (counter current flow)
Penukar panas jenis ini, kedua fluida (panas dan dingin) masuk penukar
panas dengan arah berlawanan, dan keluar pada sisi yang berlawanan juga.
Temperatur fluida dingin yang keluar penukar panas (Tcb) lebih tinggi dibandingkan
temperatur fluida panas yang keluar panas (Thb), sehingga dianggap lebih baik dari
alat penukar panas aliran searah (Co-Current).
Gambar 2.2 Profil temperatur pada aliran countercurrent
Sumber: McCabe,1993
2.3 Klasifikasi Alat Penukar Panas Berdasarkan Fungsinya
4
Berdasarkan fungsinya, alat penukar panas dapat di klasifikasikan sebagai
berikut :
a. Alat Penukar Panas (Heat Exchanger), berfungsi sebagai alat penukar panas
yang bertujuan memanfaatkan panas dari suatu aliran fluida untuk pemanasan
aliran fluida yang lain. Dalam hal ini terjadi dua fungsi sekaligus yaitu:
memanaskan fluida yang dingin dan mendinginkan fluida yang panas.
b. Alat pengembunan atau kondenser (condenser), berfungsi untuk
mengembunkan uap yang telah memutar turbin untuk dijadikan air yang akan
digunakan untuk siklus selanjutnya. Media pendingin yang digunakan biasanya
air sungai atau air laut dengan suhu udara luar (D.Q.Kern, 1950).
c. Alat pendingin (Cooler), berfungsi menurunkan suhu cairan atau gas tanpa
terjadi perubahan fasa, fluida yang didinginkan adalah fluida proses sedangkan
media pendingin digunakan air atau udara. Dengan perkembangan teknologi saat
ini, media pendingin cooler menggunakan udara dengan bantuan kipas (fan)
(D.Q.Kern, 1950).
d. Alat pemanas (Heater), berfungsi untuk memanaskan fluida proses. Biasanya
sebagai media/bahan pemanas digunakan uap air (Steam), meskipun pada
beberapa unit pengolahan gas dapat juga digunakan gas panas sebagai pengganti
uap air. Jadi alat pemanas adalah alat penukar panas yang memanaskan dan atau
menguapkan suatu aliran proses (proses steam) untuk umpan (feed) suatu unit
pengolahan dengan menggunakan uap air atau aliran proses yang panas lainnya
(D.Q.Kern, 1950).
e. Alat pemanas ulang (Reboiler), berfungsi untuk menguapkan kembali sebagian
cairan pada dasar kolom sehingga fraksi ringan yang masih ada pada cairan
dapat menguap, media pemanas yang digunakan biasanya steam dan minyak
(oil). Alat penukar panas ini biasanya digunakan pada peralatan distilasi
(D.Q.Kern, 1950).
5
f. Alat pendingin (Chiller), berfungsi untuk mendinginkan (menurunkan suhu)
cairan atau gas pada temperatur yang sangat rendah (hingga temperatur
creogenic). Temperatur pendingin di dalam chiller jauh lebih rendah
dibandingkan dengan pendinginan yang dilakukan oleh pendingin air. Media
pendingin yang digunakan antara lain propan atau freon.
g. Waste Heat Boiler, berfungsi sebagai steam generator dimana pemanasnya
berasal dari pemanfaatan sisa gas panas dari exhaust suatu turbin atau stack.
h. Superheater, berfungsi untuk memanaskan saturated steam (uap basah) pada
steam generator (ketel uap) menjadi superheated steam (uap kering).
i. Evaporator, berfungsi sebagai pemanas fluida proses hingga merubah fase dari
cair menjadi gas. Atau evaporator adalah alat penukaran panas yang digunakan
untuk menguapkan cairan yang ada pada larutan yang lebih pekat (mother
liquor).
j. Economizer, disebut juga pemanas air pengisi ketel uap yang berfungsi untuk
menaikkan suhu air sebelum air masuk ke dalam ketel uap. Tujuannya untuk
meringankan beban ketel.
k. Thermosiphon dan Forced Circulation Reboiler, Thermosiphon reboiler
merupakan reboiler dimana terjadi sirkulasi fluida yang akan dididihkan dan
diuapkan dengan proses sirkulasi alamiah (natural circulation). Sedangkan
Forced Circulation Reboiler adalah reboiler yang sirkulasi fluida terjadi akibat
adanya pompa sirkulasi sehingga menghasilkan sirkulasi paksaan (forced
circulation).
l. Steam Generator, Alat ini sering disebut sebagai ketel uap dimana terjadi
pembentukan uap dalam unit pembangkit. Panas hasil pembakaran bahan bakar
6
dalam ketel dipindahkan dengan cara konveksi, konduksi dan radiasi.
Berdasarkan sumber panasnya, steam generator dibagi 2 macam, yaitu :
Steam generator tipe pipa air
Tipe ini, fluida yang berada di dalam pipa adalah air ketel, sedangkan
pemanas (berupa nyala api dan gas asap) berada di luar pipa.
Steam generator tipe pipa api
Tipe ini, fluida yang berada di dalam pipa adalah nyala api, sedangkan air
yang akan diuapkan berada di luar pipa dalam bejana khusus pemanas
(berupa nyala api dan gas asap) berada di luar.
2.4 Klasifikasi Alat Penukar Panas Berdasarkan Arah Aliran
Ditinjau dari arah aliran, Heat Exchanger dapat dibedakan menjadi :
2.4.1 Counter Flow : pada alat penukar panas jenis ini fluida yang
mengalir didalamnya berlawanan arah (D.Q.Kern, 1950).
2.4.2 Co Current Flow : pada alat penukar panas jenis ini fluida
pendingin/pemanas maupun fluida yang didinginkan/dipanaskan
mengalir dengan arah yang sama (D.Q.Kern, 1950).
2.5 Klasifikasi Alat Penukar Panas Berdasarkan Kontruksi
Ditinjau berdasarkan konstruksinya, alat penukar panas dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
2.5.1 Penukar Panas Pipa Rangkap (Double Pipe Heat Exchanger)
Double pipe heat exchanger adalah suatu alat penukar panas yang terdiri
dari dua bagian yang dihubungkan secara seri dimana terdapat dua buah pipa besar
dan kecil, pada alat ini pipa kecil terletak didalam pipa besar, fluida yang satu
mengalir didalam pipa kecil dan yang lainnya mengalir diluar pipa kecil (annulus)
7
dan dipasang spin atau sirip yang berguna untuk mendapatkan permukaan
perpindahan panas (D.Q.Kern, 1950).
Dalam penukar panas jenis ini dapat digunakan aliran searah atau aliran
lawan arah, baik dengan zat cair panas maupun zat cair dingin terdapat dalam ruang
annulus dan zat cair yang lain di dalam pipa dalam. Tipe alat penukar panas ini
sering kali digunakan untuk laju alir kecil dan tekanan operasi yang tinggi.
Gambar 2.3 Penukar panas pipa rangkap
Sumber: G. Walker, 1990
Gambar 2.4 Penukar panas jenis pipa rangkap
Sumber: Alat Heat Exchanger.html, 2012
2.5.2 Penukar Panas Selongsong dan Pipa (Shell and Tube Exchanger)
8
Jika melibatkan laju alir yang lebih besar, maka digunakan shell and tube
exchanger yang merupakan salah satu tipe alat penukar panas yang digunakan dalam
industri.
Alat penukar panas selongsong dan pipa terdiri atas suatu bundel pipa yang
dihubungkan secara parallel dan ditempatkan dalam sebuah pipa mantel (cangkang).
Fluida yang satu mengalir di dalam bundel pipa, sedangkan fluida yang lain
mengalir di luar pipa pada arah yang sama, berlawanan, atau bersilangan. Untuk
meningkatkan effisiensi pertukaran panas, biasanya pada alat penukar panas
selongsong dan pipa dipasang sekat (baffle). Ini bertujuan untuk membuat turbulensi
aliran fluida dan menambah waktu tinggal (residence time), namun pemasangan
sekat akan memperbesar pressure drop operasi dan menambah beban kerja pompa,
sehingga laju alir fluida yang dipertukarkan panasnya harus diatur.
Berikut ini adalah jenis – jenis alat penukar panas selongsong dan pipa (shell
and tube).
Gambar 2.5 U-tube two tube pass heat exchanger
Sumber: G. Walker, 1990
9
Gambar 2.6 straight-tube heat exchanger (1 pass)
Sumber: Bahan ajar perpindahan panas, 2012
Gambar 2.7 straight-tube heat exchanger (2 pass)
Sumber: Bahan ajar perpindahan panas, 2012
2.5.3 Penukar Panas Pelat dan Bingkai (Plate and Frame Heat Exchanger)
Penukar panas jenis plat adalah penukar panas yang dapat memindahkan panas
lebih baik. Kelebihan lain pada penukar panas jenis plate and frame ini adalah:
1. Fleksibel dalam penyusunan arah alir fluida
2. Memiliki laju perpindahan panas yang tinggi
3. Mudah dalam pengecekan/inspeksi dan perawatan.
Penukar panas jenis plate and frame ini menggunakan pelat tipis sebagai
komponen utamanya. Penukar panas plat ini terdiri dari pelat-pelat tegak lurus yang
dipisahkan sekat-sekat berukaran antara 2 sampai 5 mm. Pelat-pelat ini berbentuk
empat persegi panjang dengan tiap sudutnya terdapat lubang. Melalui dua di antara
10
lubang-lubang ini fluida yang satu dialirkan masuk dan kluar pada satu sisi,
sedangkan fluida yang lain karena adanya sekat mengalir melalui ruang antar di
sebelahnya. Penukar panas jenis ini tidak cocok untuk digunakan pada fluida yang
bertekanan tinggi dan juga tidak cocok untuk differensial yang temperatur fluida
yang tinggi.
Penukar panas jenis pelat memberikan hasil yang lebih baik dalam proses
pertukaran panas, karena:
1. menggunakan material tipis untuk permukaan penukar panas sehingga
menurunkan tahanan panas selama konduksi
2. memberikan derajat turbulensi yang tinggi yang memberikan nilai konveksi
yang besar sehingga meningkatkan nilai U dan juga menimbulkan self
cleaning effect
3. Faktor-faktor fouling kecil karena:
a. aliran turbulen yang tinggi menyebabkan padatan tersuspensi.
b. profil kecepatan pada pelat menjadi seragam.
c. permukaan pelat secara umum smooth.
d. laju korosi rendah.
e. mempunyai nilai ekonomis dalam instalasi karena hanya
membutuhkan tempat 1/4 sampai 1/10 tempat yang dibutuhkan tube
dan spiral.
f. mudah dalam modifikasi dan pemeliharaan.
g. penukar panas jenis pelat ini dapat memindahkan panas secara efisien
bahkan pada beda temperatur sebesar 10C sekalipun.
h. penukar panas jenis pelat juga fleksibel dalam pemeliharaan aliran.
Pada penukar panas plate and frame ini, perpindahan panas antara dua fluida
yang dipisahkan oleh pelat terjadi secara konduksi dan konveksi. Jika konduksi dan
konveksi secara berurutan, maka tahanan panas yang terlibat (konduksi dan
konveksi), sedangkan untuk perpindahan panas radiasi diabaikan.
Selain menggunakan material tipis, heat exchanger tipe plate and frame ini
juga terbuat dari berbagai bahan. Salah satu tipe plate heat exchanger yaitu terbuat
11
dari bahan titanium. Pemilihan bahan pada alat penukar panas sangat bergantung
pada fluida (komponen) yang akan digunakan pada sistem penukaran panas.
Titanium adalah salah satu jenis logam ringan dari logam non-fero. Logam
ini berkilau, kuat dan tahan korosi. Titanium bisa menstabilkan kekuatan baja pada
korosi panas, mempunyai ketahanan korosi serta elektrikal konduktiviti yang baik.
Titanium ini lebih mahal bahkan dari pada emas. Pada plate heat exchanger titanium
digunakan sebagai bahan pencegah korosi dalam waktu lama, merupakan bahan
penghantar panas yang baik, kuat, tahan lama dan dapat menghemat tempat.
Titanium tahan terhadap korosi dari larutan asam seperti air laut, klorin dan
aqua regia. Yang perlu digaris bawahi adalah kemampuan titanium tahan terhadap
korosi dari aqua regia, seperti yang diketahui nama lain aqua regia ini adalah
nitrobydrochloric acid, asam ini mampu untuk melarutkan logam bahkan termasuk
emas.
Gambar 2.8 Penukar panas jenis pelat dan bingkai
Sumber: Marriot, 1991
12
Gambar 2.9 Bagian-bagian plate and frame (titanium) heat exchanger
Sumber: G. Walker, 1990
Gambar 2.10 Plate and frame heat exchanger
13
Sumber: Robert H. Perry,dkk, 1997
2.6 Dasar-Dasar Perhitungan Alat Penukar Panas
Untuk mengetahui kinerja suatu alat penukar panas maka perlu dilakukan
perhitungan-perhitungan, dari hasil perhitungan tersebut kemudian diambil
kesimpulan menggenai kinerja suatu alat penukar panas.
2.6.1 Neraca Panas (Q)
Penanganan yang melibatkan perpindahan panas secara kualitatif biasanya
didasarkan atas neraca panas dan laju perpindahan panas. Dalam penukar panas
tidak terdapat kerja poros, sedangkan energi mekanik, energi potensial dan energi
kinetik semuanya kecil dibandingkan dengan suku-suku lain dalam persamaan
neraca energi. Perhitungan perpindahan panas didasarkan atas luas penukaran
pemanasan dan dinyatakan dalam Btu per jam kaki persegi (Btu/jam-ft2) atau watt
permeter persegi (W/m2) atas dasar luas bidang tempat berlangsungnya aliran kalor.
Laju perpindahan panas per satuan luas disebut fluks kalor (McCabe, dkk, 1985).
Dengan menggunakan persamaan-persamaan berikut dapat di hitung
perpindahan panas baik fluida panas maupun fluida dingin untuk mengetahui unjuk
kerja suatu alat penukar panas.
Q = m . Cp . ∆ T ...... (2.1)
Untuk fluida dingin:
Qc = mc.Cp.(T ¿¿c ,o−T c ,i)¿ ...... (2.2)
Untuk fluida panas:
Qh = mh.Cp.(T ¿¿h ,o−Th , i)¿
...... (2.3)
Dimana:
14
Q = Neraca Panas (W)
m = Laju alir massa (Kg/jam)
Cp = Kapasitas panas fluida, (Kj/Kg K)
∆T = Beda Temperatur fluida (K)
2.6.2 Koefisien Perpindahan Panas
Koefisien perpindahan panas yang terlibat dapat dibagi menjadi tiga, yaitu
koefisien perpindahan panas keseluruhan (Ud), koefisien perpindahan panas bersih
(Uc) dan koefisien perpindahan panas konveksi (h).
2.6.2.1 Koefisien Perpindahan Panas Bersih (Uc)
Penentuan nilai Uc dilakukan dengan menggunakan persamaan:
U = Q
∆ T LM × A ..... (2.4)
Dimana:
Uc = Koefisien perpindahan panas bersih (W/m2 ℃)
Q = Jumlah panas yang diterima pada desain (W)
A = Luas permukaan aliran desain (m2)
∆TLM = Beda temperatur (℃)
2.6.2.2 Koefisien Perpindahan Panas Keseluruhan (Ud)
1U d
= 1hFW
=∆ xk
= 1hSW
..... (2.5)
Dimana:
Ud = Koefisien perpindahan panas keseluruhan (W/m ℃)
15
hFW = Koefisien perpindahan panas konveksi pada fresh water (W/m ℃)
∆x = Tebal dinding pelat (ft)
k = Konduktivitas termal pelat (titanium) (W/m ℃)
hSW = Koefisien perpindahan panas konveksi pada sea water (W/m ℃)
2.6.2.3 Koefisien Perpindahan Panas Konveksi (h)
Penentuan koefisien perpindahan panas konveksi (h) dapat di tentukan
berdasarkan keadaan aliran yang di peroleh. Maka persamaan-persamaan yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Jika NRE < 2100
h= kd
×(Nℜ× NPR ×d1)1/3 ..... (2.6)
Jika 2100 < NRE < 10000
h= kd
×2 ×( k4
×dL
× Nℜ
× N PR)1/3 ..... (2.7)
Jika NRE > 10000
h= kd
× NRE 0.8 × NPR 1/3 × 0.023 ..... (2.8)
Dimana:
h = koefisien perpindahan panas konveksi (W/m ℃)
k = konduktivitas termal pelat (W/m ℃)
d = diameter aliran (m2)
NRE = Bilangan Reynolds
NPR = Bilangan Prandtl
2.6.3 Perhitungan Logarithmic Mean Temperature Differential (LMTD)
16
LMTD merupakan salah satu metoda yang dipergunakan dalam
menganalisa perpindahan panas. LMTD itu sendiri adalah nilai suhu rata-rata yang
diperhitungkan dari beda suhu pada ujung masuk dikurang beda suhu pada ujung
keluar dibagi logaritma alamiah dari perbandingan beda suhu tersebut. Persamaan
diberikan pada persamaan (2.11)
LMTD=∆T 1−∆T 2
ln(∆ T 1/∆ T 2) ......(2.9)
Adapun aliran pada Heat Exchanger dibagi menjadi dua aliran, yaitu:
a. Counter Current Flow adalah dimana aliran fluida panas berlawanan arahnya
dengan fluida dingin.
Gambar 2.11 Jenis aliran berlawanan arah
b. Parallel Flow (co current) adalah dimana aliran fluida panas searah dengan
aliran fluida dingin.
17
Gambar 2.12 Jenis aliran satu arah
Perhitungan LMTD berbeda menurut aliran yang digunakan.
Untuk co current flow:
∆ TLMTD=( Thi−T ci )−(T ho−T co)
ln{¿¿¿ ...... (2.10)
Untuk counter current flow:
∆ TLMTD=( Tho−T ci )−(T hi−T co)
ln{¿¿¿ ..... (2.11)
(a) (b)
Gambar 2.13 Pola perubahan suhu, (a) Co-current flow dan (b) Counter Current
flow (D.Q.Kern, 1950).
Dimana:
Tho = Temperatur keluar fluida panas (K)
Thi = Temperatur masuk fluida panas (K)
Tco = Temperatur keluar fluida dingin (K)
Tci = Temperatur masuk fluida dingin (K)
2.6.4 Variabel Keadaan
18
Variabel keadaan untuk menentukan nilai variabel yang terlibat, seperti
nilai NRE (Renold Number), NNU (Nusselt Number), dan NPR (Prandtl Number).
2.6.4.1 Bilangan Reynold (NRE)
Bilangan Reynold menggambarkan karakteristik aliran fluida, yang bersifat
turbulen maupun laminer pada setiap fluida. Untuk menentukan Reynold Number
maka menggunakan persamaan:
N ℜ=ρ × d× v
μ ..... (2.12)
Dimana:
NRE = Bilangan Renold
ρ = Densitas fluida (kg/m3)
d = Diameter saluran (m)
v = Laju alir volume (m3/s)
µ = Viskositas fluida (kg/ms)
2.6.4.2 Bilangan Nusselt (NNU)
Bilangan Nusselt ini menggambarkan karakteristik proses perpindahan
panas pada alat penukar panas. Untuk menentukan Nusselt Number maka
menggunkan persamaan:
N NU=N ℜ× N PR ..... (2.13)
Dimana:
NRE = Bilangan Reynolds
NPR = Bilangan Prandtl
19
2.6.4.3 Bilangan Prandtl (NPR)
Pada suatu alat penukar panas ada yang namanya termal fluida, maka
bilangan Prandtl ini digunakan untuk menentukan karakteristik termal fluida pada
masing-masing fluida tersebut, dengan persamaannya:
N PR=Cp× μ
k
..... (2.14)
Dimana:
NPR = Bilangan Prandtl
Cp = Capasitas panas fluida (Kj/Kg. K)
µ = Viskositas fluida (Kg/ms)
k = Konduktivitas termal bahan (W/m.K)
2.6.5 Kecepatan Massa (Massa Velocity)
Untuk menentukan kecepatan massa pada setiap fluida maka menggunakan
rumus sebagai berikut:
G=ma t
..... (2.15)
Dimana: G = kecepatan massa (Lb/h ft2)
m = massa fluida (Lb/h)
at = luas aliran (ft2)
2.6.6 Luas Aliran (Flow Area)
Luas aliran digunakan untuk menentukan kecepatan massa pada setiap
fluida, untuk menentukan luas aliran menggunakan rumus sebagai berikut:
a t=N t × a ' t
144 ×n ..... (2.16)
20
Dimana: at = luas aliran (ft2)
Nt = jumlah rongga pada pelat
a’t = luas permukaan aliran perlintasan (ft2)
n = jumlah aliran
2.6.7 Faktor Pengotor (Rd)
Rd=U c−U d
U c ×U d
..... (2.16)
Dimana:
Rd = Dirty faktor/faktor pengotor (m2 ℃ /W )Uc = Koefisien perpindahan panas keseluruhan bersih (m2 ℃ /W )Ud = Koefisien perpindahan panas keseluruhan aktual (m2 ℃ /W )
21