heart fatty acid binding protein sebagai biomarker ... fatty acid binding... · h-fabp 60% dan...

4
697 ANALISIS CDK-232/ vol. 42 no. 9, th. 2015 PENDAHULUAN Diagnosis atau eksklusi sindrom koroner akut (SKA) sering menimbulkan masalah bagi dokter umum, karena gagal mendiagnosis SKA dapat menyebabkan mortalitas dan morbiditas yang seharusnya dapat dicegah dengan pengobatan optimal. Oleh karena itu, guideline merekomendasikan pasien dengan kecurigaan SKA segera dibawa ke rumah sakit Heart Fatty Acid Binding Protein sebagai Biomarker Potensial Kerusakan Miokardium Andy Sukmadja, Wisnu Pradana Mahardika Rumah Sakit Bergerak Kabupaten Mamberamo Raya, Papua, Indonesia ABSTRAK Diagnosis dan pengobatan yang tepat dan cepat dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas sindrom koroner akut. Troponin masih menjadi pilihan utama dalam mendiagnosis menurut guideline di Amerika dan Eropa. Namun, troponin plasma baru meningkat 6-9 jam setelah onset iskemia. Penelitian menunjukkan adanya suatu biomarker baru, heart fatty acid binding protein (H-FABP) yang dapat mendeteksi kerusakan miokardium setelah 1 jam timbulnya gejala iskemik. H-FABP merupakan protein ukuran kecil pada otot jantung dan skeletal dengan fungsi biologis utama memfasilitasi translokasi asam lemak rantai panjang intraseluler. Karena ukurannya yang kecil, H-FABP lebih cepat dikeluarkan ke sirkulasi jika integritas membran terganggu. Batas ambang atas HFABP pada beberapa penelitian didapatkan 6 ug/L dengan variasi biologis tergantung umur, jenis kelamin, dan ritme sirkadian. H-FABP dapat dideteksi 2-3 jam setelah iskemia, dan turun ke kadar normal dalam 12-24 jam. Beberapa penelitian telah mendapatkan hasil sensitivitas H-FABP lebih tinggi dibandingkan troponin pada 3 jam setelah onset iskemia. Penggunaan H-FABP dan troponin secara bersamaan akan memberikan hasil lebih baik. Fungsi H-FABP lain dalam klinis adalah dalam melihat efek terapi reperfusi, mengetahui ukuran infark, diferensiasi cedera miokardium dan otot skeletal, juga sebagai nilai prognostik. Kata kunci: Sindrom koroner akut, biomarker, H-FABP ABSTRACT Early and precise diagnosis and treatment could reduce the morbidity and mortality of acute coronary syndrome. According to European and United States` guidelines, troponin is the primary choice to diagnose acute coronary syndrome. Unfortunately, cardiac troponin levels elevated only 6-9 hours after the onset of ischemia. Researches have shown a new biomarker, heart fatty acid binding protein (H-FABP) which able to detect myocardial damage as soon as one hour after the onset of ischemia. H-FABPs are relatively small intracellularproteins in myocardium and skeletal muscle primary biological function is to facilitateintracellular translocation of long-chain fatty acids. Owing to its small size, H-FABP can be rapidly released to the circulation in respond to impairment of membrane integrity. Upper reference limit of H-FABP in several researches is 6 ug/L with biological variation attributable to age, sex, andcircadian rhythm. H-FABP level can be detected within 2-3 hours after ischemia, and return to normal level within 12-24 hours. Several researches have shown that the sensitivity of H-FABP is higher than troponin within 3 hours after the onset of ischemia. The simultaneous use of H-FABP and troponin will give better results. Other clinical uses of H-FABP are to examine the result of reperfusion therapy, size of infarct, differentiate damage to myocardium and skeletal muscle, and also as a prognostic value. Andy Sukmadja, Wisnu Pradana Mahardika. Heart Fatty Acid Binding Protein as Potential Biomarker in Myocardium Damage. Keywords: Acute coronary syndrome, biomarker, H-FABP Alamat korespondensi email: [email protected] meskipun kecurigaannya relatif rendah. Di sisi lain, terlalu banyak merujuk pasien yang ternyata tidak SKA akan menambah beban kerja. 1 EKG awal pasien infark miokard tidak selalu menunjukkan elevasi segmen ST atau gelombang Q yang menandakan infark; International Consensus on Cardio- pulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care Science with Treatment Recommendations tahun 2010 menyatakan bahwa EKG hanya memiliki sensitivitas 68% dalam mendiagnosis infark miokard. 1,2 Biomarker dapat menunjukkan kerusakan miokard dengan sensitivitas 100% apabila sudah terdapat dalam plasma. Troponin masih menjadi pilihan utama guideline di

Upload: ledien

Post on 06-Mar-2018

275 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Heart Fatty Acid Binding Protein sebagai Biomarker ... Fatty Acid Binding... · H-FABP 60% dan troponin T sebesar 19% (p ... dapat membantu membedakan cedera miokardium dan otot skeletal

697

aNaLiSiS

CDK-232/ vol. 42 no. 9, th. 2015

PENDAhUlUANDiagnosis atau eksklusi sindrom koroner akut (SKA) sering menimbulkan masalah bagi dokter umum, karena gagal mendiagnosis SKA dapat menyebabkan mortalitas dan morbiditas yang seharusnya dapat dicegah dengan pengobatan optimal. Oleh karena itu, guideline merekomendasikan pasien dengan kecurigaan SKA segera dibawa ke rumah sakit

Heart Fatty Acid Binding Protein sebagai Biomarker Potensial Kerusakan Miokardium

Andy Sukmadja, Wisnu Pradana MahardikaRumah Sakit Bergerak Kabupaten Mamberamo Raya,

Papua, indonesia

ABSTRAKDiagnosis dan pengobatan yang tepat dan cepat dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas sindrom koroner akut. Troponin masih menjadi pilihan utama dalam mendiagnosis menurut guideline di Amerika dan Eropa. Namun, troponin plasma baru meningkat 6-9 jam setelah onset iskemia. Penelitian menunjukkan adanya suatu biomarker baru, heart fatty acid binding protein (H-FABP) yang dapat mendeteksi kerusakan miokardium setelah 1 jam timbulnya gejala iskemik. H-FABP merupakan protein ukuran kecil pada otot jantung dan skeletal dengan fungsi biologis utama memfasilitasi translokasi asam lemak rantai panjang intraseluler. Karena ukurannya yang kecil, H-FABP lebih cepat dikeluarkan ke sirkulasi jika integritas membran terganggu. Batas ambang atas HFABP pada beberapa penelitian didapatkan 6 ug/L dengan variasi biologis tergantung umur, jenis kelamin, dan ritme sirkadian. H-FABP dapat dideteksi 2-3 jam setelah iskemia, dan turun ke kadar normal dalam 12-24 jam. Beberapa penelitian telah mendapatkan hasil sensitivitas H-FABP lebih tinggi dibandingkan troponin pada 3 jam setelah onset iskemia. Penggunaan H-FABP dan troponin secara bersamaan akan memberikan hasil lebih baik. Fungsi H-FABP lain dalam klinis adalah dalam melihat efek terapi reperfusi, mengetahui ukuran infark, diferensiasi cedera miokardium dan otot skeletal, juga sebagai nilai prognostik.

Kata kunci: Sindrom koroner akut, biomarker, H-FABP

ABSTRACTEarly and precise diagnosis and treatment could reduce the morbidity and mortality of acute coronary syndrome. According to European and United States` guidelines, troponin is the primary choice to diagnose acute coronary syndrome. Unfortunately, cardiac troponin levels elevated only 6-9 hours after the onset of ischemia. Researches have shown a new biomarker, heart fatty acid binding protein (H-FABP) which able to detect myocardial damage as soon as one hour after the onset of ischemia. H-FABPs are relatively small intracellularproteins in myocardium and skeletal muscle primary biological function is to facilitateintracellular translocation of long-chain fatty acids. Owing to its small size, H-FABP can be rapidly released to the circulation in respond to impairment of membrane integrity. Upper reference limit of H-FABP in several researches is 6 ug/L with biological variation attributable to age, sex, andcircadian rhythm. H-FABP level can be detected within 2-3 hours after ischemia, and return to normal level within 12-24 hours. Several researches have shown that the sensitivity of H-FABP is higher than troponin within 3 hours after the onset of ischemia. The simultaneous use of H-FABP and troponin will give better results. Other clinical uses of H-FABP are to examine the result of reperfusion therapy, size of infarct, differentiate damage to myocardium and skeletal muscle, and also as a prognostic value. Andy Sukmadja, Wisnu Pradana Mahardika. Heart Fatty Acid Binding Protein as Potential Biomarker in Myocardium Damage.

Keywords: Acute coronary syndrome, biomarker, H-FABP

Alamat korespondensi email: [email protected]

meskipun kecurigaannya relatif rendah. Di sisi lain, terlalu banyak merujuk pasien yang ternyata tidak SKA akan menambah beban kerja.1

EKG awal pasien infark miokard tidak selalu menunjukkan elevasi segmen ST atau gelombang Q yang menandakan infark; International Consensus on Cardio-

pulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care Science with Treatment Recommendations tahun 2010 menyatakan bahwa EKG hanya memiliki sensitivitas 68% dalam mendiagnosis infark miokard.1,2 Biomarker dapat menunjukkan kerusakan miokard dengan sensitivitas 100% apabila sudah terdapat dalam plasma. Troponin masih menjadi pilihan utama guideline di

HepaMAX™ menggunakan Silymarin phytosome yaitu kompleks Silybin (komponen utama Silymarin) dengan phosphatidylcholine (PPC) sehingga memiliki pro�l bioavailabilitas yang lebih baik.

SILYMARIN PHYTOSOME

Kompleks silybin dengan PPC(Silymarin phytosome)

Silybin standar

350

Kada

r Sily

bin

Plas

ma

(ng/

mL)

300

250

200

150

100

50

00 1 2

Jam4 6 128

Gra�k 1 : Perbandingan absorpsi Silymarin phytosome dengan silybin pada studi manusia. Silymarin phytosome diabsorpsi 4,6 kali lebih baik dibandingkan silymarin/silybin standar.1,2

Studi farmakokinetik, n=8

4

Memelihara integritas membran sel hati

HepaMAX™ meggunakan PPC dengan kemurnian yang tinggi (kandungan lecithin hingga 95%) sehingga bioavailabilitasnya lebih baik

5

6

Memiliki efek antioksidan melalui peningkatan kadar glutathione.

Meningkatkan imunitas tubuh.

Melindungi hati terhadap racun tetraklorida yang bersifat hepatotoksik.

Merupakan bentuk alamiah vitamin E yang paling aktif dalam tubuh, aktivitasnya 2 x lipat dibandingkan bentuk sintetik.

Membantu menghambat kerusakan hepatosit yang disebabkan radikal bebas serta mencegah dan memperbaiki kondisi “fatty liver”Menjaga permeabilitas membran sel hati dan meningkatkan

stabilitasnya terhadap kerusakan xenobiotik.

Meningkatkan sintesis RNA* di ribosom dan menstimulasi regenerasi sel hati.

Melindungi sel-sel hati terhadap penggunaan obat-obatan jangka panjang.

Silymarin berperan dalam : 3

*RNA: Ribonucleic Acid

7

KomposisiTiap Kapsul lunak mengandung :• Silymarin phytosome 100 mg• Schizandra extract eq herba 375 mg• Phosphatidylcholine 95% 150 mg• d-a Tocopherol 5 IU

KegunaanHepaMAX™ digunakan untuk memelihara kesehatan fungsi hati

Aturan PakaiTerapi : 3 - 4 kali sehari, 1 kapsulPemeliharaan : 1 - 2 kali sehari, 1 kapsul

Referensi:1. Kidd P, Head K. A review of the bioavailability and clinical e�cacy of milk thistle phytosome: A sylibin-phosphatidylcholine complex (siliphos). Altern Med Rev.2005;10(3):193-203.2. Sindhumol PG, Maria T, Mohanachandran PS. Phytosome: A novel dosage form for enhancement of bioavaibility of botanicals and nutraceuticals. Int J Pharm Pharmac Sci. 2010;2,(4):10-4.3. Fraschini F, Dermartini G, Esposti D. Pharmacology of silymarin. Clin Drug Invest.2002;22(1):55-65.4. Kidd PM. Phosphatidylcholine: A superior protectant against liver damage. Altern Med Rev.1996;1 (4):258-74.5. You JS, Pan TL, Hou YC. Schisandra chinensis protects against adriamycin-induced cardiotoxicity in rats. Chang Gubg Med J.2006;29(1):63-70.6. Sanyal AJ, Chalasani N, Kowdley KV, McCullough A, Diehl AM, Bass NM, et al. Pioglitazone, vitamin E, or placebo for nonalcoholic steatohepatitis. N Engl J Med.2010;362:1675-85.7. HepamaxTM [package insert]. Jakarta, Indonesia:PT Kalbe Farma Tbk; 2006.

Kombinasi Silymarin phytosome, PPC 95%, Schizandra, dan d-α Tocopherol memberikan satu solusi untuk perlindungan maksimum

Page 2: Heart Fatty Acid Binding Protein sebagai Biomarker ... Fatty Acid Binding... · H-FABP 60% dan troponin T sebesar 19% (p ... dapat membantu membedakan cedera miokardium dan otot skeletal

698

aNaLiSiS

CDK-232/ vol. 42 no. 9, th. 2015

masuk dan 1-2 jam setelahnya.6 H-FABP juga mampu menunjukkan adanya iskemia miokardium, meskipun tidak ada tanda jelas nekrosis miosit.4

Pada penelitian Okamoto, et al, yang membandingkan H-FABP, mioglobin, dan CK-MB, didapatkan hasil area dibawah kurva ROC untuk H-FABP lebih tinggi dibanding kan lainnya.7 Penelitian lain yang membanding-kan H-FABP, cTnI (cardiac tropinin-T), dan kreatin fosfokinase, mendapatkan bahwa H-FABP memiliki sensitivitas 100% dan nilai prediktif negatif setelah 1 jam pasien dirawat. Nilai ROC-nya pun lebih tinggi dibanding-kan yang lain.3 Penelitian Pelsers, et al, juga mendapatkan nilai ROC lebih tinggi untuk H-FABP (0,945).8

Seino, et al, melakukan penelitian meng-gunakan rapid test untuk H-FABP dan cTnT. Sensitivitas setelah 3 jam untuk H-FABP dengan cTnT adalah 100%/50%, sedang-kan setelah >12 jam nilai sensitivitasnya 100%/100%. Spesifisitasnya adalah 63%/96,3% setelah 3 jam dan 75%/87,5% setelah >12 jam. Nilai prediksi negatifnya adalah 100%/86,7% setelah 3 jam dan 100%/100% setelah >12 jam. Disimpulkan bahwa H-FABP dapat mengeksklusi pasien non-infark dalam 3 jam setelah onset.9 Penelitian Valle, et al, yang membandingkan H-FABP dengan troponin T pada pasien dengan onset kurang dari 3 jam juga memiliki hasil serupa dengan sensitivitas H-FABP 60% dan troponin T sebesar 19% (p<0,05).10 Ruzgar, et al, dan Gururajan, et al, mendapatkan hasil yang mendukung hasil di atas, dengan sensitivitas H-FABP yang lebih tinggi dibandingkan marker lainnya.11,12

Beberapa peneliti berpendapat bahwa kombinasi H-FABP dengan cTnI dan cTnT dapat memberikan hasil lebih baik dengan sensitivitas sebesar 85% (p≤0,004) dibandingkan 73% untuk H-FABP dan 55% untuk troponin T (p=0,043) pada pasien dengan onset tidak melebihi 4 jam.13 Sedangkan kombinasinya dengan CK-MB dapat membantu membedakan cedera miokardium dan otot skeletal pada fase superakut.12

Selain pemeriksaan plasma, H-FABP dapat juga diperiksa melalui urin, mengingat

Amerika dan Eropa. Namun, troponin plasma baru meningkat 6-9 jam setelah onset iskemia, padahal pasien biasanya datang dalam 1-3 jam setelah timbulnya gejala.1

Iskemia miokardium, penyebab utama kerusakan miokardium dan nekrosis, ter-jadi apabila arteri koroner tidak mampu menyuplai oksigen ke miokardium. Dalam hitungan detik terdapat perubahan dalam miosit, seperti terminasi metabolisme aerobik, glikolisis anaerob, bocornya kalium, dan berkurangnya kontraksi karena tidak ada energi. Dalam hitungan menit, terjadi kebocoran metabolit, berkurangnya pH, dan meningkatnya konsentrasi kalsium dalam sel dan osmotik. Penyebab utama perubahan ireversibel dalam hitungan jam adalah deplesi ATP (adenosine triphosphate) progresif dan berlangsung lama. Ciri khas keadaan ireversibel adalah kerusakan sarkolema dan keluarnya makromolekul dari dalam sel, seperti troponin dan kreatin kinase-MB.3

Penelitian menunjukan adanya suatu biomarker baru, heart fatty acid binding protein, yang dapat mendeteksi kerusakan miokardium setelah 1 jam timbulnya gejala iskemik. Biomarker ini dianggap paling cepat untuk mendeteksi adanya kerusakan.1

HEART FATTY ACID BINDING PROTEIN (h-fAbP)FABPs mengikat asam lemak rantai panjang secara reversibel dan nonkovalen. FABPs merupakan protein intraseluler berukuran kecil (15 kDa) yang dibentuk pada jaringan yang memiliki metabolisme asam lemak aktif, termasuk jantung, hati, dan usus. FABPs mengandung 126-137 asam amino.

Fungsi biologis utama dari FABP adalah untuk memfasilitasi translokasi asam lemak rantai panjang intraseluler. Fungsi lainnya adalah untuk tranduksi sinyal dan proteksi kardiomiosit dari efek penyabunan akibat tingginya konsentrasi asam lemak rantai panjang secara lokal. Percobaan pada binatang menunjukkan adanya peningkatan FABP akibat latihan fisik dan diabetes.3

H-FABP pertama kali diamati keluar dari miokardium jantung yang cedera pada tahun 1988. H-FABP tidak hanya dibentuk pada kardiomiosit, tetapi juga pada otot skeletal,

tubulus distal ginjal, otak, kelenjar mammae, dan plasenta dalam jumlah kecil.3

Interpretasi Klinis Kadar h-fAbP PlasmaDalam keadaan normal, H-FABP tidak ter-deteksi dalam plasma atau cairan intestinal. Kadar sitoplasma protein ini 2 x 105 lebih tinggi dibandingkan di dalam vaskuler. Adanya H-FABP dalam plasma individu sehat diperkirakan berasal dari kerusakan otot skeletal.3

Variasi biologis H-FABP tergantung dari umur, jenis kelamin, dan ritme sirkadian. Karena pria memiliki otot yang lebih besar dibandingkan perempuan, pria memiliki kadar H-FABP plasma yang lebih tinggi di-bandingkan wanita. Fungsi ginjal juga mempengaruhi kadar H-FABP karena protein ini dieliminasi melalui ginjal. Batas ambang atas 6 ug/L merupakan patokan kadar normal H-FABP pada beberapa kelompok.3 Penelitian Viswanathan, et al, menetapkan batas 5,3 ug/L untuk wanita dan 5,8 ug/L untuk pria; angka ini merupakan nilai persentil ke-99.4

PErANAN KlINIS h-fAbPBiomarker Dini untuk Infark MiokardH-FABP merupakan protein berukuran kecil yang terdapat pada otot jantung dan skeletal. Karena ukurannya yang kecil, H-FABP lebih cepat dikeluarkan ke sirkulasi saat integritas membran terganggu akibat iskemia. H-FABP dapat dideteksi 2-3 jam setelah iskemia, dan turun ke kadar normal dalam 12-24 jam.5 Di dalam miokardium ter-dapat mioglobin dan H-FABP, di mana H-FABP memiliki kadar lebih tinggi; sedang kan pada otot skeletal, mioglobin memiliki kadar dua kali lipat lebih tinggi diban dingkan di miokardium. Oleh karena itu, H-FABP dapat memberikan sensitivitas dan spesifisitas lebih tinggi dibandingkan mioglobin.3,5 Batas normal H-FABP dalam plasma jauh lebih rendah dibandingkan mioglobin, pe-ningkatannya lebih cepat dibandingkan pada troponin ataupun mioglobin.3 Cepat-nya peningkatan ini juga dapat digunakan lebih lanjut untuk meningkatkan nilai diagnostik dengan melakukan pengukuran kadar H-FABP plasma secara sekuensial. Haastrup, et al, melaporkan peningkatan probabilitas mendeteksi infark miokard akut (IMA) bila dilakukan pengukuran saat pasien

Page 3: Heart Fatty Acid Binding Protein sebagai Biomarker ... Fatty Acid Binding... · H-FABP 60% dan troponin T sebesar 19% (p ... dapat membantu membedakan cedera miokardium dan otot skeletal

699

aNaLiSiS

CDK-232/ vol. 42 no. 9, th. 2015

(hazard ratio [HR], 4,1; 95% CI), infark miokard berulang (HR, 1,6; 95% CI), gagal jantung kongestif (HR, 4,5; 95% CI) selama periode pengamatan 10 bulan pada pasien dengan H-FABP meningkat.15

SimpulanH-FABP merupakan protein intraseluler berukuran kecil yang memiliki fungsi utama untuk memfasilitasi translokasi asam lemak rantai panjang intraseluler. Karena ukurannya yang kecil, H-FABP dapat de-ngan cepat keluar dari membran sel saat terjadinya gangguan integritas membran sel, sehingga dalam waktu 2-3 jam setelah iskemia, H-FABP sudah dapat dideteksi dalam plasma dan dapat mencapai sen-sitivitas yang tinggi terhadap kerusa kan miokardium. Sebagai biomarker dini pada infark miokard, kombinasi H-FABP dengan biomarker lain akan memberikan hasil yang lebih baik di bandingkan penggu-naan H-FABP saja. Sifat H-FABP yang akan kembali ke batas normal secara cepat juga dapat digunakan sebagai pemantau apakah terjadinya infark berulang atau tidak, termasuk keberhasilan terapi reper-fusi seperti trombolitik dan coronary artery bypass grafting.

Kandungan H-FABP pada miokardium jauh lebih banyak dari otot skeletal dan terbalik dengan jumlah kandungan mioglobin yang lebih banyak di otot skeletal. Fakta ini dapat digunakan untuk mendiferensiasi cedera yang terjadi apakah cedera otot skeletal saja atau ada cedera miokardium dengan menggunakan rasio mioglobin/H-FABP (umumnya rasio 2-10 pada cedera miokardium). Salah satu fungsi penting lain H-FABP adalah sebagai nilai prognostik karena peningkatan kadar H-FABP berkaitan dengan terjadinya kematian, gagal jantung, dan infark berulang.

FABP dapat digunakan sebagai alat untuk membedakan antara cedera miokardium (rasio 2-10) dan otot skeletal (rasio 20-70). Pada pasien IMA, rata-rata rasio plasma mioglobin/H-FABP adalah 5, pada pasien pembedahan aorta (yang menyebabkan iskemik ekstremitas bawah) didapatkan rasio mioglobin/H-FABP sebesar 45. Pada pasien IMA yang mendapat defibrilasi akan didapatkan peningkatan rasio mioglobin/H-FABP dari 8 menjadi 60 dalam 24 jam yang disebabkan cedera otot bagian dada dan interkostal.3

Nilai PrognostikPeningkatan plasma H-FABP memiliki korelasi signifikan dengan mortalitas. Pada kadar H-FABP <6 ug/L, nilai prediksi negatif untuk timbulnya kejadian gagal jantung berulang dalam 90 hari adalah 81%, sedangkan cTnT hanya memiliki nilai 57%.3 Peningkatan kadar H-FABP berhubungan dengan peningkatan risiko kematian 2,5 kali dan gagal jantung 2 kali dalam 10 bulan setelah SKA. Ada juga penelitian yang menyatakan H-FABP dapat memprediksi mortalitas jangka panjang dan tidak tergantung troponin, high-sensitivity C-reactive protein dan faktor risiko GRACE (Global Registry of Acute Coronary Events).14 Kemampuan H-FABP sebagai nilai prognostik berguna untuk pasien dengan fungsi ginjal yang normal ataupun menurun.5

Pada sebuah penelitian besar dengan 2.287 pasien sindrom koroner akut, didapatkan peningkatan H-FABP (>8 ng/mL) pada 332 pasien (14,5%). Pasien dengan nilai H-FABP meningkat rata-rata berumur lebih tua dan memiliki riwayat gagal jantung serta nilai klirens kreatinin lebih rendah saat masuk. Selain itu, di kelompok pasien ini juga lebih sering didapatkan diagnosis STEMI baik disertai dengan gagal jantung atau tidak. Didapatkan mortalitas yang lebih besar

H-FABP akan dieliminasi melalui ginjal. Kadarnya akan meningkat setelah 5-10 jam setelah gejala dan kemudian akan menurun secara signifikan.3

Ukuran Infark, reperfusi, dan Coronary Artery Bypass GraftingUntuk melihat efek terapi trombolitik, ukuran infark dapat diukur dengan jumlah kumulatif H-FABP. Pada pasien dengan terapi trombolitik standar, konsentrasi plasma H-FABP dan mioglobin akan mencapai puncak 4 jam setelah gejala pertama. Mengingat kadar H-FABP dan mioglobin kembali ke batas normal secara cepat (dalam 24 jam), kedua protein ini dapat diguna-kan untuk melihat apakah terjadi infark ber ulang dalam 10 jam setelah serangan pertama.3 Tanpa terapi trombolitik, konsentrasi H-FABP akan mencapai puncak setelah 8 jam dan kembali ke normal setelah 36 jam. Gangguan ginjal dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.3 Keberhasilan reperfusi koroner juga dapat dinilai dengan H-FABP. Pada pasien yang reperfusinya berhasil maka kadar plasma H-FABP dan mioglobin akan meningkat cepat, sedangkan pada yang tidak berhasil akan meningkat perlahan.3

Karakteristik pelepasan yang cepat dan kemampuan untuk membedakan cedera skeletal atau otot jantung dapat digunakan untuk mendeteksi secara dini adanya kerusakan miokardium pada pasien yang menjalani CABG.3

Diferensiasi Cedera otot Skeletal dan KardiakH-FABP diproduksi terutama di jantung, dan sebagian kecil di otot skeletal. Saat pasien menderita cedera otot skeletal akibat kardioversi, gagal multi organ, kondisi post-operatif, atau latihan fisik berat, H-FABP akan keluar ke sirkulasi darah. Rasio mioglobin/H-

DAfTAr PUSTAKA

1. BruinsSlot MHE, Heijden G, Rutten FH, Spoel OP, Mast EG, Bredero AC, et al. Heart-type fatty acid-binding protein in acute myocardial infarction evaluation (FAME): Background and design

of a diagnostic study in primary care. BMC Cardiovascular Disorders 2008; 8: 8.

2. Robert EO, Bossaert L, Arntz HR, Brooks SC, Diercks D, Nolan JP, et al. 2010 international consensus on cardiopulmonary resuscitation and emergency cardiovascular care science with

treatment recommendations. Circulation 2010; 122: 422-65.

3. Azzazy HME, Pelsers MMAL, Christenson RH. Unbound free fatty acids and heart-type fatty acid-binding protein: Diagnostic assays and clinical applicatons. Clinical Chemistry 2006; 52:

1.19-29.

4. Viswanathan K, Kilcullen N, Morrell C, Thistlethwaite SJ, Sivananthan M, Hassan TB, et al. Heart-type fatty acid-binding protein predicts long-term mortality dan re-infarction in consecutive

patients with suspected acute coronary syndrome who are troponin-negative. JACC. 2010; 55(23): 2590-8.

5. Pasaoglu H, Ofluoglu E, Ilhan M, Cengel A, Ozdemir M, Durakoglugil E, et al. The role of heart-type fatty acid-binding protein (H-FABP) in acute myocardial infarction (AMI) compared to

conventional cardiac biochemical markers. Turk J Med Sci. 2007; 37(2): 61-7.

Page 4: Heart Fatty Acid Binding Protein sebagai Biomarker ... Fatty Acid Binding... · H-FABP 60% dan troponin T sebesar 19% (p ... dapat membantu membedakan cedera miokardium dan otot skeletal

700

aNaLiSiS

CDK-232/ vol. 42 no. 9, th. 2015

6. Haastrup B, Gill S, Kristensen SR, Jorgensen PJ, Glatz JF, HaghfeltT, et al. Biochemical markers of ischemia for the early identificationof acute myocardial infarction without ST segment

elevation. Cardiology 2000; 94: 254-61.

7. Okamoto F, Sohmiya K, Ohkaru Y, Kawamura K, Asayama K, KimuraH, et al. Human heart-type cytoplasmic fatty acid-binding protein(H-FABP) for the diagnosis of acute myocardial

infarction. Clinicalevaluation of H-FABP in comparison with myoglobin and creatinekinase isoenzyme MB. ClinChem Lab Med. 2000; 38: 231-8.

8. Pelsers MM, Hermens WT, Glatz JF. Fatty acid-binding proteins as plasma markers of tissue injury. Clin Chim Acta. 2005; 32; 15-35.

9. Seino Y, Tomita Y, Takano T, Ohbayashi K. Tokyo rapid-test office cardiologists (Tokyo-ROC) study. Office cardiologists cooperativestudy on whole blood rapid panel tests in patients with

suspiciousacute myocardial infarction: Comparison between heart-type fattyacid-binding protein and troponin T tests. Circ J. 2004; 68: 144-8.

10. Valle HA, Riesgo LG, Bel MS, Gonzalo FE, Sanchez MS, Oliva LI. Clinical assessment of heart-type fatty acid binding protein in early diagnosis of acute coronary syndrome. Eur J Emerg Med.

2008; 15(3): 140-4.

11. Ruzgar O, Bilge AK, BugraZ, Umman S, Yilmaz E, Ozmen B, et al. The use of human heart type fattyacid-binding protein as an early diagnostic marker of myocardial necrosis in patients with

acute coronary syndrome and its comparison with troponin T and creatine kinase-myocardialband. Heart Vessels 2006; 21: 309-14.

12. Gururajan P, Gurumurthy P, Nayar P, Rao GSN, Babu S, Cherian KM. Heart fatty acid binding protein (H-FABP) as a diagnostic biomarker in patients with acute coronary syndrome. Heart,

Lung and Circulation 2010; 19: 660-4.

13. McCann CJ, Glover BM, Menown IB, Moore MJ, McEneny J, Owens CG, et al. Novel biomarkes in early diagnosis of acute myocardial infarction compared with cardiac troponin T. Eur Heart

J. 2008; 29(23): 2843-50.

14. Kilcullen N, Viswanathan K, Das R, Morrell C, Farrin A, Barth JH, et al.Heart-type fatty acid-binding protein predicts long-term mortalityafter acute coronary syndrome and identifies high-

risk patientsacross the range of troponin values. J Am Coll Cardiol. 2007; 50: 2061-7.

15. Michelle OD, James A, David AM, Sabina AM, Jacqueline LB, Christopher PC, et al. Prognostic utility of heart-type fatty acid binding proteinin patients with acute coronary syndromes.

Circulation 2006; 114: 550-7.

Tablet salut selaput atorvastatin 10 & 20 mg

(mg/dL)

010 290

20 280

40 260

60 240

70 230

80 220

90 210

110 190

120 180

130 170140 160

30 270

25050

150

100 200TOTAL CHOLESTEROLTOTAL CHOLESTEROL

0

6050

40 80

HDL-C(mg/dL)

0

160150

80 240

TRIGLISERIDA(mg/dL)

0

160

80 240

LDL-C(mg/dL)

Reduce Cholesterol

Perfect Way to

Reduce Cholesterol

Perfect Way to

• Efektif menurunkan kadar kolesterol LDL, trigliserida dan meningkatkan kadar kolesterol HDL 1

• Profil keamanan yang baik 2

• Menurunkan kejadian kardiovaskuler dan serebrovaskuler dengan atorvastatin dosis rendah 3,4

Referensi:1. Malhotra HS, Goa KL. Atorvastatin: An updated review of its pharmacological properties and use in dyslipidaemia. Drugs. 2001;61(12):1835-81.2. Alsheikh-Ali AA, Ambrose MS, Kuvin JT, Karas RH. The safety of rosuvastatin as used in common clinical practice: a postmarketing analysis. Circulation.

2005;111(23):3051-7.3. Sever PS, Dahlöf B, Poulter NR, Wedel H, Beevers G, Caul�eld M, et al. Prevention of coronary and stroke events with atorvastatin in hypertensive

patients who have average or lower-than-average cholesterol concentrations, in the Anglo-Scandinavian Cardiac Outcomes Trial Lipid Lowering Arm (ASCOT-LLA): A multicentre randomised controlled trial. Lancet 2003;361(9364):1149-58.

4. Colhoun HM, Betteridge DJ, Durrington PN, Hitman GA, Neil HA, Livingstone SJ, et al. Lancet. Primary prevention of cardiovascular disease with atorvastatin in type 2 diabetes in the Collaborative Atorvastatin Diabetes Study (CARDS): 2004;364(9435):685-96.

Untuk informasi lebih lanjut, hubungi:PT. Hexpharm JayaGd. Ziebart Lt. 1, Jl. Let. Jend. Suprapto Kav 4Cempaka Putih, Jakarta 10510Telp. 021 4203030Fax. 021 4250412www.hexpharmjaya.comwww.kalbemed.com