hasilpenelitian

7
HASIL PENELITIAN STATUS HARA P DAN K DI LAHAN SAWAH IRIGASI KABUPATEN BIMA Andri Nurwati dan Sudjudi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB ABSTRAK Penelitian status hara P dan K tahun 2002 merupakan perpaduan antara kegiatan pembuatan peta status ha K dengan kegiatan percobaan lapang pemupukan P dan K pada lahan sawah irigasi dengan tujuan membuat peta status P dan K lahan sawah irigasi Kabupaten Bima skala 1:50.000 dan memperoleh rekomendasi pemupukan P dan K spesifik lokasi. ari areal lahan sawah irigasi Kabupaten Bima seluas 2!."0! ha# diperoleh $!0 sample contoh tanah k analisa $!0 sample tanah dengan ekstrak %&l 25' di laboratorium BP(P ) *(B telah dipetakan menjadi peta sta lahan sawah Kabupaten Bima skala 1:50.000 dengan sebaran status P rendah# sedang# dan tinggi# masing+masing 1.$!,#"" ha# 1,.120#01 ha# dan ".0,"#11 ha# dan peta status hara K lahan sawah Kabupaten Bima skala 1 : 50. sebaran status K rendah#sedang dan tinggi# masing+masing seluas: 11"#,, ha# "$1#1" ha# dan 22. -okasi percobaan lapang pemupukan P dan K di wila ah Kecamatan Bolo Kabupaten Bima berstatus hara P sedang+tinggi tinggi ang masing+masing ditempatkan secara terpisah. ilaksanakan pada /K )2002# menggunakan metoda e dengan rancangan acak kelompok# masing+masing 5 perlakuan pupuk P# K dan , ulangan. %asil analisa produkti itas padi percobaan lapang pemupukan P menunjukkan bahwa pemupukan P cukup respon. engan perlakuan P , 100 kg 3P!$4ha cukup efisien untuk lahan sawah dengan status P sedang. isarankan untuk lahan sawah deng tinggi di Kecamatan Bolo cukup dengan pemberian 50'+n a aitu setara 50 kg 3P!$4ha. 3edangkan hasil analisa ragam produkti itas percobaan pemupukan K menunjukkan ada perbedaan n ata diantara perlakuan K ,#K !#dan K 2 tapi K 2 tidak berbeda n ata dengan K 1 dan berbeda n ata dengan K 0 tanpa K sehingga disarankan untuk tanaman padi lahan sawah di Kecamatan Bolo Kabupaten Bima perlu pemupukan K setara 25 + 50 kg K&l 4ha dan jerami dikembalikan sawah. Kata kunci: Peta, status hara, pemupukan, P dan K, rekomendasi, lahan sawah irigasi, Bima. PENDAHULUAN -uas lahan sawah irigasi di propinsi *(B 16$.656 ha# dimana sekitar 2!."0! ha dia berada di Kabupaten Bima BP3# 2001 . Kabupaten Bima merupakan salah satu sentra produk ang cukup besar di *usa (enggara Barat# dimana lahan sawah irigasin a dikelola cukup in 3ampai saat ini rekomendasi pemupukan P dan K untuk tanaman padi sawah di Kabupaten Bima masih sangat umum tanpa mempertimbangkan kandungan hara P dan K dalam tanah aitu sekita 250+!00 kg 7rea4ha # 50+65 kg (3P4ha# dan tidak menggunakan K&l. %al ini terjadi karena belum tersedian a data status hara P dan K tanah sawah untuk Kabupaten Bima pemupukan ang bersifat umum tersebut dinilai kurang tepat# karena tidak semu memerlukan jenis dan dosis pupuk ang sama. Peta P dan K lahan sawah berisi informasi tentang lahan+lahan sawah ang berstatus P dan K rendah# sedang dan tinggi# ang dapat dijadikan untuk menentukan rekomendasi pemupukan padi sawah spesifik lokasi. /enurut Pusat Penelitian dan Pengembangan (anah dan 9groklimat Bogor 1 2 telah melakukan penelitian dan pemetaan status hara P dan K lahan sawah di P -ombok dan belum melakukan untuk P 3umbawa. ari penelitian tersebut telah diterbitkan peta status hara P da lahan sawah untuk P -ombok dengan skala 1:250.000. %asil penelitian pada skala tersebut bersifat umum ang dapat digunakan untuk menentukan alokasi kebutuhan pupuk. ;leh karena itu untuk lebih detailn a hasil penelitian# Pusat Penelitian dan Pengembangan (anah dan 9groklimat Puslitbangtanak Bogor tersebut harus ditindak lanjuti dengan pemetaan status hara P dan K pada skala ang lebih besar lebih detail dan tidak han a di P.-ombok saja# juga di P.3umbaw Berdasarkan pertimbangan+pertimbangan tersebut di atas# maka perlu dilakukan pemet status hara P dan K lahan sawah pada di Kabupaten Bima dengan skala 1:50.000 untuk men u rekomendasi pemupukan padi sawah spesifik lokasi ang lebih rasional dan efisien. Penelitian status hara P dan K lahan sawah di Kabupaten Bima ini merupakan penelitian ang memadukan antara kegiatan pembuatan peta status hara P dan K lahan sawah irigasi Ka

Upload: rizky-nur-fitri

Post on 05-Nov-2015

3 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Materi Kuliah

TRANSCRIPT

HASIL PENELITIAN STATUS HARA P DAN K DI LAHAN SAWAH IRIGASI KABUPATEN BIMA

HASIL PENELITIAN STATUS HARA P DAN K DI LAHAN SAWAH IRIGASI KABUPATEN BIMA

Andri Nurwati dan Sudjudi

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB

ABSTRAK

Penelitian status hara P dan K tahun 2002 merupakan perpaduan antara kegiatan pembuatan peta status hara P dan K dengan kegiatan percobaan lapang pemupukan P dan K pada lahan sawah irigasi dengan tujuan membuat peta status hara P dan K lahan sawah irigasi Kabupaten Bima skala 1:50.000 dan memperoleh rekomendasi pemupukan P dan K spesifik lokasi. Dari areal lahan sawah irigasi Kabupaten Bima seluas 23.803 ha, diperoleh 630 sample contoh tanah komposit. Hasil analisa 630 sample tanah dengan ekstrak HCl 25% di laboratorium BPTP NTB telah dipetakan menjadi peta status hara P lahan sawah Kabupaten Bima skala 1:50.000 dengan sebaran status P rendah, sedang, dan tinggi, masing-masing seluas: 1.634,88 ha, 14.120,01 ha, dan 8.048,11 ha, dan peta status hara K lahan sawah Kabupaten Bima skala 1 : 50.000 dengan sebaran status K rendah,sedang dan tinggi, masing-masing seluas: 118,44 ha, 861,18 ha, dan 22.823,38 ha. Lokasi percobaan lapang pemupukan P dan K di wilayah Kecamatan Bolo Kabupaten Bima berstatus hara P sedang-tinggi dan K tinggi yang masing-masing ditempatkan secara terpisah. Dilaksanakan pada MK II 2002, menggunakan metoda eksperimen dengan rancangan acak kelompok, masing-masing 5 perlakuan pupuk P, K dan 4 ulangan. Hasil analisa sidik ragam produktivitas padi percobaan lapang pemupukan P menunjukkan bahwa pemupukan P cukup respon. Dengan perlakuan P4 (100 kg SP36/ha) cukup efisien untuk lahan sawah dengan status P sedang. Disarankan untuk lahan sawah dengan status P tinggi di Kecamatan Bolo cukup dengan pemberian 50%-nya yaitu setara 50 kg SP36/ha. Sedangkan hasil analisa sidik ragam produktivitas percobaan pemupukan K menunjukkan ada perbedaan nyata diantara perlakuan K4,K3,dan K2 tapi K2 tidak berbeda nyata dengan K1 dan berbeda nyata dengan K0 (tanpa K) sehingga disarankan untuk tanaman padi lahan sawah di Kecamatan Bolo Kabupaten Bima perlu pemupukan K setara 25 - 50 kg KCl /ha dan jerami dikembalikan ke sawah.

Kata kunci : Peta, status hara, pemupukan, P dan K, rekomendasi, lahan sawah irigasi, Bima.PENDAHULUAN

Luas lahan sawah irigasi di propinsi NTB 176.757 ha, dimana sekitar 23.803 ha diantaranya berada di Kabupaten Bima (BPS, 2001). Kabupaten Bima merupakan salah satu sentra produksi padi yang cukup besar di Nusa Tenggara Barat, dimana lahan sawah irigasinya dikelola cukup intensif. Sampai saat ini rekomendasi pemupukan P dan K untuk tanaman padi sawah di Kabupaten Bima masih sangat umum tanpa mempertimbangkan kandungan hara P dan K dalam tanah yaitu sekitar 250-300 kg Urea/ha , 50-75 kg TSP/ha, dan tidak menggunakan KCl. Hal ini terjadi karena memang belum tersedianya data status hara P dan K tanah sawah untuk Kabupaten Bima. Rekomendasi pemupukan yang bersifat umum tersebut dinilai kurang tepat, karena tidak semua lahan sawah memerlukan jenis dan dosis pupuk yang sama. Peta P dan K lahan sawah berisi informasi tentang lahan-lahan sawah yang berstatus P dan K rendah, sedang dan tinggi, yang dapat dijadikan dasar untuk menentukan rekomendasi pemupukan padi sawah spesifik lokasi.

Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat Bogor (1992) telah melakukan penelitian dan pemetaan status hara P dan K lahan sawah di P Lombok dan belum melakukan untuk P Sumbawa. Dari penelitian tersebut telah diterbitkan peta status hara P dan K lahan sawah untuk P Lombok dengan skala 1:250.000. Hasil penelitian pada skala tersebut masih bersifat umum yang dapat digunakan untuk menentukan alokasi kebutuhan pupuk. Oleh karena itu untuk lebih detailnya hasil penelitian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat (Puslitbangtanak) Bogor tersebut harus ditindak lanjuti dengan pemetaan status hara P dan K pada skala yang lebih besar (lebih detail) dan tidak hanya di P.Lombok saja, juga di P.Sumbawa.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, maka perlu dilakukan pemetaan status hara P dan K lahan sawah pada di Kabupaten Bima dengan skala 1:50.000 untuk menyusun rekomendasi pemupukan padi sawah spesifik lokasi yang lebih rasional dan efisien.

Penelitian status hara P dan K lahan sawah di Kabupaten Bima ini merupakan penelitian yang memadukan antara kegiatan pembuatan peta status hara P dan K lahan sawah irigasi Kabupaten Bima pada skala 1:50.000 dengan kegiatan percobaan lapang pemupukan P dan K, dalam rangka penyusunan rekomendasi spesifik lokasi pemupukan P dan K untuk padi sawah irigasi. Lokasi percobaan lapang pemupukan P dan K berada di salah satu kecamatan sentra produksi padi yaitu Kecamatan Bolo yang menurut ZAE (Zona Agro Ekologi) memiliki lahan sawah cukup luas. Tujuan penelitian adalah: 1)Membuat peta status hara P dan peta status hara K lahan sawah Kabupaten Bima masing-masing skala 1:50.000. 2)Menyusun rekomendasi pemupukan P dan pemupukan K padi sawah spesifik lokasi.

BAHAN DAN METODA

Pemetaan dimulai dengan pengambilan contoh tanah komposit lapisan olah ( 0 20 cm) diareal lahan sawah irigasi Kabupaten Bima, dengan mengunakan peta operasional skala 1 : 25.000 yang telah digride dengan jarak 2 cm dalam peta. Contoh tanah dianalisis kandungan P2O5 dan K2O Potensialnya menggunakan ekstrak HCL 25 % di Laboratorium BPTP. Pembuatan peta status hara P dan K mulai dari pembuatan peta dasar, over laping batas lahan sawah, ploting lokasi contoh tanah dan ploting hasil analisis contoh tanah sesuai dengan status rendah, sedang dan tinggi; serta deliniasi dilaksakan kerja sama dengan Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor.

Percobaan lapang dilaksanakan di Kecamatan Bolo kabupaen Bima di areal lahan sawah irigasi bersatus hara P sedang tinggi dan K tinggi, yang masing-masing ditempatkan secara terpisah, pada MK II 2002 dengan metoda on farm researce menggunakan rancangan acak kelompok, terdiri dari 5 perlakuan pupuk P (Tabel 1) dan K (Tabel 2) dan dengan ukuran plot 5 x 5 m dan diulang sebanyak 4 kali. Bibit padi varitas Ciherang umur 21 hari ditanam dengan jarak tanam 20 x 20 cm sebagai indikator. Dosis pemupukan sesuai perlakuan untuk P dan K diberikan bersama dengfan sepertiga bagian pupuk Urea pada awal tanam dan sepertiga urea berikutnya pada umur 3 4 minggu dan sisanya pada umur 5 6 minggu setelah tanam. Pemeliharaan yang meliputi kegiatan penyiangan, pengairan dan pengendalian hama penyakit disesuaikan dengan kebutuhan. Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman menjelang panen, jumlah anakan dan produktivitas, kemudian dianalisa menggunakan Anova serta diuji lanjut dengan DMRT 0.05.

Tabel: 1. Perlakuan percobaan pemupukan P pada status hara P sedang/tinggi.Kode PerlakuanTingkat dosis SP36 gr/plotTingkat dosis SP36 kg/haUrea kg/haKCl kg/ha

P0

P1

P2

P3

P40

62,50

125,00

187,50

250,000

25

50

75

100200

200

200

200

200100

100

100

100

100

Tabel: 2. Perlakuan percobaan pemupukan K pada status hara K tinggi.

Kode PerlakuanTingkat dosis KCl gr/plotTingkat dosis KCl kg/haUrea kg/haSP36 kg/ha

K0

K1

K2

K3

K40

62,50

125,00

187,50

250,000

25

50

75

100200

200

200

200

200100

100

100

100

100

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemetaan dan Luas Lahan Sawah Berdasarkan Status Hara P

Hasil pemetaan status hara P Potensial tanah sawah di Kabupaten Bima berdasarkan hasil analisis contoh tanah dapat diklasifikasikan kedalam status rendah, sedang dan tinggi menurut Puslitbangtanak ditampilkan pada peta Gambar 1 berikut :

Gambar 1. Peta status Hara P potensial lahan sawah Kabupaten Bima.

Adapun sebaran luasan masing-masing status hara P dimasing-masing kecamatan di Kabupaten Bima disajikan pada tabel 3 , dimana lahan sawah dengan status P rendah berada di Kecamatan Bolo, Wawo, dan Sape, berturut-turut seluas 11,00%; 28,00%; dan 16,00% dari luas lahan sawah masing-masing kecamatan. Lahan sawah dengan status P sedang terdapat di seluruh kecamatan kecuali Kecamatan Sanggar. Sedangkan lahan sawah dengan status P tinggi berada di seluruh kecamatan ( Tabel 3).

Tabel 3. Luas tanah sawah berdasarkan status hara P pada setiap kecamatan di Kabupaten Bima

No.KecamatanLuas lahan sawah dengan status P (ha)Jumlah(ha)

RendahSedangTinggi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.M o n t a

B o l o

W o h a

B e l o

W a w o

S a p e

W e r a

D o n g g o

S a n g g a r

RasanaE Barat

RasanaE Timur0

594,00

0

0

552,72

488,16

0

0

0

0

01479,17

3510,00

2020,14

2605,42

769,86

2227,23

225,26

621,56

0

128,24

533,13441,83

1296,00

328,86

692,58

651,42

335,61

1383,74

894,44

860,00

329,76

833,871.921,00

5.400,00

2.349,00

3.298,00

1.974,00

3.051,00

1.609,00

1.516,00

860,00

458,00

1.367,00

Jumlah Kabupaten Bima1634,8814120,018048,1123.803,00

Pemetaan dan Luas Lahan Sawah Berdasarkan Status Hara KHasil pemetaan status hara K Potensial tanah sawah di Kabupaten Bima berdasarkan hasil analisis contoh tanah dapat diklasifikasikan kedalam status rendah, sedang dan tinggi menurut Puslitbangtanak ditampilkan pada peta Gambar 2 berikut :

Gambar 2. Peta Status Hara K potensial lahan sawah Kabupaten Bima

Seluruh kecamatan di Kabupaten Bima pada umumnya berstatus hara K tinggi sedangkan yang berstatus hara K rendah hanya dijumpai di satu lokasi (Tabel:4).

Tabel 4. Luas tanah sawah berdasarkan status hara K pada setiap kecamatan di Kabupaten Bima

No.KecamatanLuas lahan sawah dengan status KJumlah(ha)

RendahSedangTinggi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.M o n t a

B o l o

W o h a

B e l o

W a w o

S a p e

W e r a

D o n g g o

S a n g g a r

RasanaE Barat

RasanaE Timur0

0

0

0

118,44

0

0

0

0

0

00

0

0

0

355,32

0

96,54

409,32

0

0

01.921,00

5.400,00

2.349,00

3.298,00

1.500,24

3.051,00

1.512,46

1.106,68

860,00

458,00

1.367,001.921,00

5.400,00

2.349,00

3.298,00

1.974,00

3.051,00

1.609,00

1.516,00

860,00

458,00

1.367,00

Jumlah kab. Bima118,44861,1822.823,3823.803,00

Hasil Percobaan Lapang Pengkajian Pemupukan P

Pengaruh perlakuan pemupukan P dari hasil analisis sidik ragam parameter yang diamati yaitu jumlah anakan, tinggi tanaman menjelang panen dan produktivitas menunjukan responsibilitas antar perlakuan dimana diperoleh peningkatan yang nyata sebanding dengan peningkatan dosis pupuk P yang diberikan sesuai perlakuan.(Tabel 5). Hal ini menunjukan bahwa unsur hara P masih diperlukan meskipun berdasarkan pemetaan diperoleh status hara P sedang sampai tinggi karena status tersebut masih menunjukan status potensial dan belum dapat tersedia oleh tanaman, sehingga untuk melarutkan status potensial tersebut tetap diperlukan stimulan pemupukan P menggunakan pupuk yang mengandung P.

Rata-rata produktivitas diantara perlakuan P pada Tabel 5 menunjukkan bahwa pupuk P cukup respon terhadap peningkatan produktivitas. Produktivitas tertinggi terdapat pada perlakuan P4 yaitu sebesar 3.180 kg/ha. Apabila P4 dibandingkan dengan P3, P2, P1, dan kontrol (P0 tanpa P) berturut-turut diperoleh kenaikan yang nyata.Tabel: 5. Rata rata produktivitas gkg, tinggi tanaman, dan jumlah anakan setiap perlakuan P

Perlakuan PRata-Rata Produktivitas (kg GKG/ha)Rata-rata Tinggi Tanaman (cm)Rata-rata Jumlah Anakan (btg)

P0

P1

P2

P3

P41.350 e

2.140 d

2.430 c

2.890 b

3.180 a78.00 d

80.75 c

84.25 b

84.25 b

86.75 a10,80 d

12,00 cd

13,50 c

17,25 b

19,75 a

CV7,2%1,9%9,3%

Keterangan : Yang diikuti dengan huruf tidak sama menunjukkan ada perbedaan yang nyata pada tingkat DMRT 5%

Pengaruh dosis pupuk P terhadap produksi dapat dilihat pada gambar 3 dimana berdasarkan uji R juga menunjukkan adanya korelasi yang positip

Yaitu R = 0,9874.

Gambar 3 . Hubungan antara produksi dan dosis pupuk SP-36.

Meskipun memberikan interaksi yang positip antara dosis P dengan produksi, akan tetapi perlu dipertimbangkan secara ekonomis apakah peningkatan dosis pupuk P mampu memberikan kontribusi peningkatan produksi yang menguntungkan secara ekonomis. Oleh karena itu dalam rangka efisiensi maka perlakuan P4 yaitu penggunaan dosis 100 kg SP36/Ha merupakan rekomendasi pilihan yang dapat dipertimbangkan untuk wilayah Kecamatan Bolo Kabupaten Bima yang berstatus hara P sedang, karena pemberian pupuk P yang berlebihan akan menekan serapan unsur hara makro lain yang juga diperlukan oleh tanaman sehingga mengganggu keseimbangan fisiologis photosinthesis dan pada gilirannya akan mengurangi produksi. Diperkuat dengan pengamatan tinggi tanaman dan jumlah anakan menjelang panen, pada tabel 6.

Menurut Sri Adiningsih et. al. (1989) maka kecamatan lainnya dalam peta status hara P Kabupaten Bima skala 1 : 50.000 yang berstatus tinggi, dosis rekomendasi pemupukan P dapat disarankan 50%-nya yaitu 50 kg SP36/ha. Untuk mendapatkan dosis rekomendasi pemupukan P yang lebih teliti perlu dilakukan percobaan lapang pemupukan P di lahan sawah yang mempunyai status P berbeda-beda.

Hasil Percobaan Lapang Pengkajian Pemupukan K

Pengaruh perlakuan pemupukan K dari hasil analisis sidik ragam parameter yang diamati yaitu jumlah anakan, tinggi tanaman menjelang panen dan produktivitas tidak menunjukan perbedaan yang nyata (Tabel 6).Meskipun produksi tertinggi diperoleh pada perlakuan K4 yaitu menggunakan dosis pupuk 100 kg KCl/Ha, namun karena secara statistik tidak berbeda nyata bila dibandingkan dengan K3, K2, dan berbeda nyata dengan kontrol (K0 tanpa K) tetapi K2 tidak berbeda nyata dengan K1 sedangkan K1 berbeda nyata dengan K0.. Hal ini karena status hara K tanah sawah Kabupaten Bima pada umumnya tinggi sehingga pemupukan K sesuai hasil pengkajian ini maka dengan demikian secara ekonomis penggunaan pupuk K diperlukan sesuai perlakuan K1 yaitu 25 kg KCl/Ha sebagai maintenen kesuburan tanah dan dibarengi dengan pengembalian jerami kesawah.

Tabel : 6.Rata-rata produktivitas gabah kering giling (GKG),tinggi tanaman, dan jumlah anakan setiap perlakuan K

Perlakuan KRata-Rata Produktivitas

(kg GKG/ha)Rata-Rata Tinggi Tanaman (cm)Jumlah Anakan (btg)

K0

K1

K2

K3

K42.830 c

3.150 b

3.370 ab

3.410 a

3.560 a80.50 a

82.50 a

84.00 a

81.50 a

83.00 a16,50 bc

16,75 c

18,25 a

18,00 ab

19,25 a

CV4,9%3,3%4,9%

Keterangan : Yang diikuti dengan huruf sama menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata pada tingkat DMRT 5%

Namun demikian mengingat petani jarang mengembalikan jerami ke sawah, maka untuk mendapatkan dosis rekomendasi pemupukan K yang lebih teliti di setiap kecamatan masih perlu dilakukan percobaan lapang pemupukan K di tanah sawah yang mempunyai status K berbeda-beda.

KESIMPULAN DAN SARAN

Peta status hara P dan K lahan sawah Kabupaten Bima masing-masing pada skala 1:50.000 dapat digunakan sebagai bahan acuan rekomendasi pemupukan.

Luas lahan sawah irigasi di Kabupaten Bima berdasarkan peta status hara P skala 1:50.000 meliputi: lahan sawah dengan status P rendah (< 20 mg P2O5/100 g tanah) seluas 1634,88ha (6,87%), status P sedang (20 - 40 mg P2O5/100 g tanah) seluas 14120,01 ha (59,32%), status P tinggi (> 40 mg P2O5/100 g tanah) seluas 8048,11ha (33,81%).

Untuk lahan sawah di Kecamatan Bolo yang berstatus hara P sedang dapat dianjurkan menggunakan pupuk P setara 100 kg SP36/ha, sedangkan untuk lahan sawah bestatus P tinggi dapat menggunakan pupuk P setara 50 kg SP36/ha.

Luas lahan sawah irigasi di Kabupaten Bima berdasarkan peta status hara K skala 1:50.000 meliputi: Lahan sawah dengan status hara K rendah ( 20 mg K2O/100 g tanah) seluas 22823,38 ha (95,88 %).

Lahan sawah irigasi di Kecamatan Bolo yang seluruh arealnya berstatus hara K tinggi, untuk menjaga kesuburan tanah dianjurkan menggunakan pupuk K setara 25 50 kg KCl/ha, dan jerami dikembalikan kesawah.

DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2000. Bima dalam angka 2000. Badan Pusat Statistik Bima.

BPS. 2001. NTB dalam angka 2001. Badan Pusat Statistik Propinsi NTB.

IPPTP-Mataram 1999. Buletin Rekomendasi Hasil Litkaji Seri IIMoersidi S., J. Prawirasumantri, W. Hartatik A. Pramudia, dan M. Sudjadi. 1991. Evaluasi Kedua Keperluan Fosfat Pada Lahan Sawah Intensifikasi di Jawa. Prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi Penggunaan Pupuk V. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor.

Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 1992 Penelitian Status P lahan sawah di Lombok. Laporan Hasil Penelitian Puslittanak TA. 1991/1992.

Soepartini, M., Sri Widati, M. E. Suryadi, dan T. Prihatini. 1996. Evaluasi kualitas dan sumbangan hara dari air pengairan di Jawa. Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk.

Sri Adiningsih, J., S. Moersidi, M. Sudjadi, dan A. M. Fagi. 1989. Evaluasi keperluan fosfat pada lahan sawah intensifikasi di Jawa. Prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi Penggunaan Pupuk. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor.

Sri Rochayati, Mulyadi, dan J. Sri adingingsih. 1991. Penelitian efisiensi penggunaan pupuk di lahan sawah. Prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi Penggunaan Pupuk V. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor.