hasil skenario 3
DESCRIPTION
sistem imunohematologiTRANSCRIPT
SKENARIO III
PENURUNAN BERAT BADAN
1. KLASIFIKASI KATA SULIT
Berdasarkan skenario III bahwa tidak terdapat kata sulit, semua kata yang
terdapat pada scenario dapat dipahami dan dimengerti oleh semua anggota
kelompok.
2. MENENTUKAN KATA KUNCI
Manifestasi
Penyakit
Gangguan
kulit (Gatal)
BB menurun ±
10 kg dalam 3
bulan terakhir
Batuk-batuk yg sudah
dialami sejak 1 bulan
lalu
HIV/AIDS + + +
SLE/Lupus + - -
Dari tabel di atas dapat disimpulkan yang bisa menjadi kata kunci adalah;
1) BB menurun ± 10 kg dalam 3 bulan terakhir.
2) Batuk-batuk yang sudah dialami sejak 1 bulan lalu.
3. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
1) Mengapa pada penderita AIDS mengalami penurunan badan yang drastis ?
2) Apa yang menyebabkan penderita AIDS mengalami batuk-batuk ?
S K E N A R I O 3 P E N U R U N A N B E R A T B A D A N Page 31
Seorang laki-laki umur 30 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan berat
badan menurun kurang lebih 10 Kg dalam 3 bulan terakhir.Laki-laki ini
mengeluh juga batuk-batuk yang sedang dialami sejak 1 bulan lalu, dan tidak
sembuh dengan minum obat.Gangguan kulit seperti gatal juga muncul pada
laki-laki ini.
4. JAWABAN PERTANYAAN
1. Karena pada penderia AIDS memiliki banyak gejala antara lain gangguan
gantrointestinal seperti hilangnya selera makan, mual/muntah, vomitus,
kandidiasi oral serta esofhagus, dan diare kronik.
Diare kronik menyebabkan seseorang yang menderita AIDS banyak
kehilangan cairan dan elektrolit dalam tubuh sedangkan pemasukan
makanan dalam tubuh juga berkurang akibat mual/muntah serta anorksia.
Sehingga pada penderia AIDS terjadi penurunan badan yang nyata. Selain
itu virus dalam tubuh menyerah sistem pencernaan, sehingga makan yang
masuk dalam tubuh tidak dapat dicerna dengan sempurna, akhirnya
kebutuhan tubuh yang seharusnya terpenuhi menjadi berkurang.
2. HIV banyak tersebar didalam tubuh dan menginfeksi organ lain sehingga
mengganggu fungsi organ tersebut. Diantara organ-organ yang terganggu
antara lain bronkus. Dalam bronkus virus ini merusak dinding bronkus
sehingga menyebabkan produksi mucus. adanya mukus pada system
pernafasan akan mengakibatkan reflex batuk-batuk.
5. INFORMASI TAMBAHAN
Informasi tambahan untuk mendukung perbandingan serta pembuatan asuhan
keperawatan yang tepat. Adapun informasi tambahan yang kami dapat adalah :
1. AIDS
AIDS (Acquired immunodeficiency syndrom) merupakan kumpulan gejala
penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh virus. AIDS juga
diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan
dalam respon imun tanpa-tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan
imunosupresi dan berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat membawa
kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi.
Adapun penyebab dari AIDS adalah HIV (Human immunodeficiency Virus).
S K E N A R I O 3 P E N U R U N A N B E R A T B A D A N Page 31
Tanda dan Gejala dari AIDS adalah sebagai berikut : Rasa lelah berkepanjangan,
sesak nafas dan batuk berkepanjangan, pembengkakkan kelenjar getah bening,
bercak putih atau luka dimulut, diare lelah dari satu bulan tanpa sebab yang jelas,
sering demam (> 38 o C ) disertai keringat malam tanpa sebab, bercak merah
kebiruan (kanker) pada kulit,dan berat bedan menurun secara mencolok
Tanda dan gejala tidak dapat dijadikan patokan untuk menentukan bahwa
seseorang itu telah positif menderita AIDS, adapun Pemeriksaan penunjang yang
dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis AIDS, yaitu Tes blot western :
mengkonfirmasi diagnosa HIV, Sel T-limfosit : penurunan jumlah total, sel T4-
helper : jumlah yang kurang dari 200, rasio CD4:CD8 : Menurun, dan kadar
imunoglobulin : meningkat.
2. SLE
Penyakit lupus adalah penyakit sistem daya tahan, atau penyakit auto imun,
artinya tubuh pasien lupus membentuk antibodi yang salah arah, merusak organ
tubuh sendiri, seperti ginjal, hati, sendi, sel darah merah, leukosit, atau trombosit.
Antibodi seharusnya ditujukan untuk melawan bakteri ataupun virus yang masuk
ke dalam tubuh.
Lupus adalah penyakit yang disebabkan sistem imun menyerang sel-sel
jaringan organ tubuh yang sehat. sistem imun yang terbentuk berlebihan. kelainan
ini dikenal dengan autoimunitas. pada kasus satu penyakit ini bisa membuat kulit
seperti ruam merah yang rasanya terbakar (lupus DLE). pada kasus lain ketika
sistem imun yang berlebihan itu menyerang persendian dapat menyebabkan
kelumpuhan (lupus SLE).
Hingga kini faktor yang merangsangkan sistem pertahanan diri untuk menjadi
tidak normal belum diketahui. Ada kemungkinan faktor genetik, kuman virus,
sinaran ultraviolet, dan obat-obatan tertentu memainkan peranan.
Adapun manifestasi klinis dari penyakit lupus atau SLE yaitu :
pada sistem muskular : pembengkakan sendi, nyeri tekan, dan rasa nyeri saat
bergerak, rasa kaku. Sistem integumen : lesi akut, ruam berbentuk kupu-kupu,
ulkus oral, Artritis akut biasanya disendi tangan, pergelangan tangan dan lutut,
S K E N A R I O 3 P E N U R U N A N B E R A T B A D A N Page 31
Depresi, nyeri kepala, lesu atau lemah, demam, penurunan berat badan, bercak
menonjol kemerahan menahun, kulit bersisik dan kelainan darah berupa anemia
hemolitik.
6. ANALISA DAN SINTESIS
Pada kasus diatas, Seorang laki-laki umur 30 tahun, datang ke poliklinik
dengan keluhan berat badan menurun kurang lebih 10 Kg dalam 3 bulan
terakhir.Laki-laki ini mengeluh juga batuk-batuk yang sedang dialami sejak 1
bulan lalu, dan tidak sembuh dengan minum obat.Gangguan kulit seperti gatal
juga muncul pada laki-laki ini.
Informasi yang tertera pada skenario menggambarkan gejala–gejala yang
umum pada penyakit imunologi terutama pada gangguan system imun karena
gejala yang ditampakkan adalah penurunan berat badan, batuk-batuk dan
gangguan pada kulit. Sebab ketiga gejala ini dapat memberikan gambaran bahwa
terjadi gangguan pada system imun. Terutama lebih cenderung pada AIDS dan
SLE.
Namun, dalam penetapan diagnosis tetap harus dilakukan pemeriksaan
penunjang karena manifestasi klinis yang diberikan skenario sangatlah umum.
Sehingga masih memerlukan tahap-tahap tertentu seperti pemeriksaan penunjang
lainnya yang memungkinkan dapat menentukan diagnosa yang tepat pada
skrenario ini.
Oleh karena itu berdasarkan gejala-gejala yang terdapat pada scenario 3
tersebut dapat dimunculkan beberapa diagnosis banding yang masih memerlukan
tahap-tahap tertentu seperti pemeriksaan penunjang lainnya yang memungkinkan
munculnya kausa penyakit dan penegakan diagnosa yang tepat. Diagnosa
bandingnya adalah:
a. HIV/AIDS
b. SLE/ Lupus
S K E N A R I O 3 P E N U R U N A N B E R A T B A D A N Page 31
Manifestasi
Penyakit
Gangguan kulit
(Gatal)
BB menurun ± 10
kg dalam 3 bulan
terakhir
Batuk-batuk yg
sudah dialami sejak
1 bulan lalu
HIV/AIDS + + +
SLE/Lupus + - -
Berdasarkan gejala yang dialami oleh pasien serta perbandingan yang telah
dilakukan, maka dapat ditetapkan bahwa diferensial diagnosis utama adalah AIDS
(Acquired Immune Deficiency Sindrome). Namun, dalam penetapan diagnosis
tetap harus dilakukan pemeriksaan penunjang agar memperkuat diagnose yang
diangkat. Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk menegakkan
diagnosis yaitu Berbagai pemeriksaan penunjang seperti : tes antibody seperti
(ELISA, western blot, IFA, RIPA), pelacakan HIV dan pemeriksaan satatus imun.
S K E N A R I O 3 P E N U R U N A N B E R A T B A D A N Page 31
LAPORAN PENDAHULUAN
HIV/AIDS
A. KONSEP MEDIS
1. DEFINISI
AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulangejala
penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh vurusyang disebut HIV.
Dalam bahasa Indonesia dapat dialih katakan sebagai Sindrome Cacat Kekebalan
Tubuh Dapatan.
Acquired : Didapat, Bukan penyakit keturunan
Immune : Sistem kekebalan tubuh
Deficiency : Kekurangan
Syndrome : Kumpulan gejala-gejala penyakit
AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV (Human
immunodeficiency Virus), mulai darikelainan ringan dalam respon imun tanpa
tanda dan gejala yang nyatahingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan
pelbagi infeksi yangdapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas
yang jarangterjadi ( Center for Disease Control and Prevention ).
2. ETIOLOGI
AIDS disebabkan oleh virus yang disebut Human Immunodeficiency Virus
(HIV ) yang berupa agen viral yang dikenal dengan retro virus yang ditularkan oleh
darah dan punya afinitas yang kuat terhadap limfosit T.
3. PATOFISIOLOGI
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans (sel imun) adalah sel-sel
yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan terkonsentrasi
dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus
(HIV) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan
bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup120.
S K E N A R I O 3 P E N U R U N A N B E R A T B A D A N Page 31
Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan
reproduksi dan banyaknya kematian sel T 4 yang juga dipengaruhi respon imun sel
killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara
progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi
sel T penolong.
Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dapat tetap
tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama
waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah
sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi (herpeszoster dan
jamur oportunistik) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit
baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnyaterjadi infeksi yang parah.
Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel
per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.
4. GAMBARAN KLINIS
Infeksi HIV memberikan gambaran klinis yang tidak spesifik dengan spectrum
yang lebar, mulai dari infeksi tanpa gejala ( asimtomatik ) pada stadium awal
sampai pada gejala gejala yang berat pada stadium yang lebih lanjut.
Perjalanan penyakit lambat dan gejala gejala AIDS rata rata baru timbul 10 tahun
sesudah infeksi, bahkan dapat lebih lama lagi.
Gambaran klinis yang sesuai dengan perjalan penyakit dan lebih bermanfaat
bagi kepentingan klinik diuraikan dalam fase-fase berikut.
a. Infeksi Akut
Gejala infeksi akut biasanya timbul sesudah masa inkubasi selama 1-3 bulan.
Gejala yang timbul umumnya seperti influenza (flu-like syndrome : demam,
artragia, malaise, anoreksia), gejala kulit (bercak-bercak merah, urtikaria), gejala
syaraf ( sakit kepala, nyeri retrobulber, radikulopati, gangguan kognitif dan
afektif), gangguan Gastrointestinal (nausea, vomitus, diare, kandidiasis
S K E N A R I O 3 P E N U R U N A N B E R A T B A D A N Page 31
orofarings). Pada fase ini penyalit tersebut sangat menul;ar karena terjadi veremia.
Gejala tersebut diatas, merupakan reaksi tubuh terhadap masuknya virus dan
berlangsung kira-kira 1-2 minggu.
b. Infeksi kronis asitomatik
Setelah infeksi akut berlalu maka selama bertahun tahun kemudian, umumnya
sekitar 5 tahun, keadaan penderita tampak baik baik saja, meskipun sebenarnya
terjadi replikasi virus secara lambat di dalam tubuh. Beberapa penderita
mengalami pembesaran kelenjar limfe menyeluruh, meskipun ini bukanlah hal
yang bersifat prognostic dan tidak berpengaruh bagi penderita. Saat ini ssudah
mulai terjadi penurunan jumlah sel CD4 sebagai petunjuk menurunnya kekebalan
tubuh penderita.
c. Infeksi Kronik Simtomatik
Fase ini dimulai rata-rata sesudah 5 tahun terkena infeksi HIV. Berbagi gejala
ringan atau berat timbul pada fase ini, tergantung pada tingkat imunitas penderita.
5. TANDA DAN GEJALA
1. Rasa lelah berkepanjangan
2. Sesak nafas dan batuk berkepanjangan
3. Pembengkakkan kelenjar getah bening
4. Bercak putih atau luka dimulut
5. Diare lelah dari satu bulan tanpa sebab yang jelas
6. Sering demam (> 38 o C ) disertai keringat malam tanpa sebab
7. Bercak merah kebiruan (kanker) pada kulit
8. Berat bedan menurun secara mencolok
6. PENATALAKSANAAN
Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human
Immunodeficiency Virus (HIV), bisa dilakukan dengan :
Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan pasangan
yang tidak terinfeksi.
S K E N A R I O 3 P E N U R U N A N B E R A T B A D A N Page 31
Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seksterakhir
yang tidak terlindungi.
Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak
jelasstatus Human Immunodeficiency Virus (HIV) nya.
Tidak bertukar jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya.
Mencegah infeksi kejanin / bayi baru lahir.
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terpinya yaitu :
a. Pengendalian Infeksi Opurtunistik Bertujuan menghilangkan,mengendalikan,
dan pemulihan infeksiopurtunistik,nasokomial, atau sepsis. Tidakan
pengendalian infeksi yangaman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan
komplikasi penyebabsepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan
perawatan kritis.
b. Terapi AZT (Azidotimidin)Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat
antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi
antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim
pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4
nya <>3. Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500mm3.
c. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun
denganmenghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus
pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
Didanosine
Ribavirin
Diedoxycytidine
Recombinant CD 4 dapat larut.
d. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon,
maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang
S K E N A R I O 3 P E N U R U N A N B E R A T B A D A N Page 31
proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan
keberhasilan terapi AIDS
e. Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan
sehat, hindari stress, gizi yang kurang, alcohol dan obat-obatanyang
mengganggu fungsi imun..
f. Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan
mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
7. KOMPLIKASI
1. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral,
gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakiaoral,
nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
2. Neurologik
Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan
kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, danisolasi
social.
Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis/ensefalitis. Dengan efek :sakit
kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler, hipotensi sistemik, dan
maranik endokarditis.
Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV).
3. Gastrointestinal
Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,
limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,
anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.
S K E N A R I O 3 P E N U R U N A N B E R A T B A D A N Page 31
Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma, sarcoma Kaposi, obatillegal,
alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri
abdomen,ikterik,demam atritis.
Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal
yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dansakit, nyeri
rectal, gatal-gatal dan diare.
4. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus
influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk,
nyeri, hipoksia, keletihan, gagal nafas.
5. Dermatologik Lesi
kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena
xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri, gatal,
rasa terbakar, infeksi skunder dan sepsis.
6. Sensorik
Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
Pendengaran : Otitis eksternal akut dan otitis media,
kehilangan pendengaran dengan efek nyeri
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a) Aktivitas/istirahat
Gejala : mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas
biasanya, progresi kelelahan/malaise, perubahan pola tidur.
Tanda : kelemahan otot, menurunnya massa otot, respons
fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi
jantung, pernapasan.
b) Sirkulasi
Gejala : proses penyembuhan luka yang lambat (bila anemia),
perdarahan lama pada cedera (jarang terjadi).
S K E N A R I O 3 P E N U R U N A N B E R A T B A D A N Page 31
Tanda : takikardia, perubahan TD postural, menurunnya volume
nadi perifer, pucat atau sianosis, perpanjangan pengisian kapiler.
c) Integritas Ego
Gejala : faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan, mis.,
dukungan keluarga hubungan dengan orang lain, penghasilan, gaya hidup
tertentu, dan distress spiritual; mengkuartikan penampilan : alopesia, lesi
cacat, dan menurunnya berat badan; mengingkari diagnose, merasa tidak
berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa bersalah, kehilangan control diri,
dan depresi.
Tanda : mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri; perilaku
marah, postur tubuh mengelak, menangis, dan kontak mata yang kurang;
gagal menepati janji atau banyak janji untuk periksa dengan gejala yang
sama.
d) Eliminasi
Gejala : Diare yang interniten, terus menerus, sering dengan atau
tanpa disertai kram abdominal; nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi.
Tanda : feses encer dengan atau tanpa disertai mukus atau darah;
diare pekat yang dering; nyeri tekan abdominal; lesi atau abses rectal,
perianal; perubahan dalam jumlah, warna, dan karakteristik urine.
e) Makanan/cairan
Gejala : tidak napsu makan, perubahan dalam kemampuan
mengenali makan, mual/muntah; disfagia, nyeri retrosternal saat menelan;
penurunan berat badan yang cepat/progresif.
Tanda : dapat menunjukkan adanya bising usus hiperaktif;
penurunan berat badan : perawakan kurus, menurunnya lemak
subkutan/massa otot; turgor kulit buruk; lesi pada rongga mulut, adanya
selaput putih dan perubahan warna; kesehatan gigi/gusi yang buruk,
adanya gigi yang tanggal; edema (umum,dependen).
f) Higiene
Gejala : tidak dapat menyelamatkan AKS.
S K E N A R I O 3 P E N U R U N A N B E R A T B A D A N Page 31
Tanda : memperlihatkan penampilan yang tidak rapi; kekurangan
dalam banyak atau semua perawatan diri, aktivitas perawatan diri.
g) Neurosensori
Gejala : pusing/pening, sakit kepala; perubahan status mental,
kehilangan ketajaman atau kemampuan diri untuk mengatasi masalah;
tidak mampu mengingat dan konsentrasi menurun; kerusakan sensasi atau
indera posisi dan getaran; kelemahan otot, tremor, dan perubahan
ketajaman pennglihatan; kebas, kesemutan pada ekstremitas (kaki tampak
menunjukkan perubahan paling awal).
Tanda : perubahan status mental dengan rentang antara kacau
mental sampai demensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kesadaran
menurun, apatis, retardasi psikomotor/respons melambat; ide paranoid,
ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis; timbul
refleks tidak normal, menurunnya kekuatan otot, dan gaya berjalan ataksia;
tremor pada motorik kasar/halus, menurunnya motorik fokalis;
hemiparesis, kejang; hemoragi retina dan eksudat (renitis CMV).
h) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri umum atau local, sakit, rasa terbakar pada kaki; sakit
kepala (keterlibatan SSP); nyeri dada pleuritis.
Tanda : pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri
tekan; penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan/pincang; gerak
otot melindungi bagian yang sakit.
i) Pernapasan
Gejala : ISK sering, menetap; napas pendek yang progresif; batuk
(mulai dari sedang sampai parah), produktif/non-produktif sputum (tanda
awal dari adanya PCP mungkin batuk spasmodic saat napas dalam);
bendungan atau sesak pada dada.
Tanda : takipneu, distress pernapasan; perubahan pada bunyi
napas/bunyi napas adventisius; sputum : kuning (pada pneumonia yang
menghasilkan sputum).
S K E N A R I O 3 P E N U R U N A N B E R A T B A D A N Page 31
j) Keamanan
Gejala : riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat proses
penyembuhannya; riwayat menjalani transfuse darah yang sering atau
berulang (mis., hemophilia, operasi vaskuler mayor, insiden traumatis);
riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut;
riwayat/berulangnya infeksi dengan HPS; demam berulang; suhu rendah
peningkatan suhu intermitten/memuncak; berkeringat malam.
Tanda : perubahan integritas kulit : terpotong, ruam, mis.,
eczema, eksantem, psoriasis, perubahan warna, perubahan ukuran/warna
mola; mudah terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan sebabnya; rectum
luka-luka perianal atau abses; timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar
limfe pada dua area tubuh atau lebih (mis., leher, ketiak, paha);
menurunnya kekuatan umum, tekanan otot, perubahan pada gaya berjalan.
k) Seksualitas
Gejala : riwayat perilaku berisiko tinggi yakni mengadakan
hubungan seksual dengan pasangan yang positif HIV, pasangan seksual
multiple, aktivitas seksual yang tidak terlindung, dan seks anal;
menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan seks;
penggunaan kondom yang tidak konsisten; menggunakan pil pencegah
kehamilan (meingkatkan kerentanan terhadap virus pada wanita yang
diperkirakan dapat terpajan karena peningkatan kekeringan/iriabilitas
vagina).
Tanda : kehamilan atau risiko terhadap hamil; genitalia :
menifestasi kulit (mis., herpes, kutil); rabas.
l) Interaksi social
Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, mis.,
kehilangan kerabat/orang terdekat, teman, pendukung. Rasa takut untuk
mengungkapkannya pada orang lain, takut akan penolakan/kehilangan
pendapatan; isolasi, kesepian, teman dekat ataupun pasangan seksual yang
meninggal karena AIDS; mempertanyakan kemampuan untuk tetap
mandiri, tidak mampu membuat rencana.
S K E N A R I O 3 P E N U R U N A N B E R A T B A D A N Page 31
Tanda : perubahan pada interaksi keluarga/orang terdekat;
aktivitas yang tak terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan.
m)Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : kegagalan untuk megikuti perawatan, melanjutkan
perilaku berisiko tinggi (mis., seksual ataupun penggunaan obat-obatan
IV); penggunaan/penyalahgunaan obat-obatan IV, saat ini merokok,
penyalahgunaan alcohol.
2. Diagnosa Keperawatan, Intervensi dan Rasional
1) Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan yang berlebihan diare berat, berkeringat, muntah; status
hipermetabolisme, Sdemam; pembatasan pemasukan : mual, anoreksia, letargi.
a. Tujuan : mempertahankan hidrasi
b. Kriteria hasil : klien menunjukkan membrane mukosa lembab, turgor kulit
baik, tanda-tanda vital stabil, haluaran urine adekuat secara pribadi
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau tanda-tanda vital, termasuk
CVP bila terpasang. Catat hipertensi,
termasuk perubahan postural.
2. Catat peningkatan suhu dan durasi
demam. Berikan kompres hangat
sesuai indikasi. Pertahankan pakaian
tetap kering. Pertahankan
kenyamanan suhu lingkungan.
3. Ukur haluaran urine dan berat jenis
urine. Ukur/kaji jumlah kehilangan
diare.
1. indikator dari volume cairan
sirkulasi
2. meningkatkan kebutuhan
metabolisme dan diaphoresis
yang berlebihan yang
dihubungkan dengan demam
dalam meningkatkan kehilangan
cairan takkasatmata
3. peningkatan berat jenis
urine/penurunan haluaran urine
menunjukkan perubahan perfusi
ginjal/volume sirkulasi. Catatan :
pemantauan keseimbangan cairan
sulit karena kehilangan melalui
S K E N A R I O 3 P E N U R U N A N B E R A T B A D A N Page 31
4. Pantau pemasukan oral dan
memasukkan cairan sedikitnya 2500
ml/hari.
5. Berikan cairan/elektrolit melalui
selang pemberi makanan/IV.
6. Pantau hasil pemeriksaan
laboratorium sesuai indikasi, mis.,:
Hb/Ht, elektrolit serum/urine,
BUN/Kr.
gastrointestinal yang berlebihan
4. mempertahankan keseimbangan
cairan, mengurangi rasa haus,
dan melembabkan membran
mukosa
5. mungkin diperlukan untuk
mendukung/memperbesar
volume sirkulasi, terutama jika
pemasukan oral tak adekuat,
mual/muntah terus-menerus
6. Hb/Ht bermanfaat dalam
memperkirakan kebutuhan
cairan; elektrolit serum/urine,
mewaspadakan kemungkinkan
adanya gangguan elektrolit dan
menentukan kebutuhan elektrolit
tersebut; BUN/Kr, mengevaluasi
perfusi/fungsi ginjal
7. antiemetic dapat mengurangi
insiden muntah untuk
mengurangi kehilangan
cairan/elektrolit lebih lanjut.
Serta antidiare dapat menurunkan
jumlah dan keenceran feses;
mungkin mengurangi kejang usus
dan peristalitis. Catatan :
antibiotik mungkin digunakan
untuk mengobati diare jika
disebabkan oleh infeksi
S K E N A R I O 3 P E N U R U N A N B E R A T B A D A N Page 31
7. Berikan obat-obatan sesuai indikasi
berupa antiemetic (mis.,
proklorperazin maleat) dan antidiare
(mis., difenoksilat).
2) Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia
a. Tujuan :
Mempertahankan massa otot adekuat
Mempertahankan berat badan
Menunjukkan nilai laboratorium dalam batas normal
Melaporkan perlakuan tinggi energy
INTERVENSI RASIONAL
1. Tentukan berat badan umum
sebelum pasien didiagnosa HIV
2. Tentukan pola diet/masukan pasien
yang tepat dan pengetahuan akan
nutrisi
1. penurunan berat badan dini bukan
ketentuan pasti grafik berat badan
dan tinggi badan normal.
Karenanya, penentuan berat badan
terakhir dalam hubungannya
dengan berat badan pradiagnosis
lebih bermanfaat
2. identifikasi dari faktor-faktor ini
dapat membantu untuk
merencanakan kebutuhan
individu. Pasien dengan infeksi
HIV telah menunjukkan deficit
mineral renik zink, magnesium,
selenium. Penyalahgunaan alcohol
dan obat-obattan dapat
mengganggu masukan adekuat.
3. umumnya obat-obatan yang
S K E N A R I O 3 P E N U R U N A N B E R A T B A D A N Page 31
3. Diskusikan/catat efek-efek samping
obat-obatan terhadap nutrisi
4. Tekankan pentingnya
mempertahankan
keseimbangan/pemasukan nutrisi
adekuat
5. Anjurkan lingkungan yang
mendukung untuk makan, mis.,
menghindari aroma masakan jika
mengganggu, menjaga ventilasi
ruangan, memindahkan rangsang
cemas. Anjurkan penggunaan
bumbu, mengasingkan daging
sebelum memasak, dan/atau
mengganti sumber protein lainnya
untuk daging merah.
6. Konsultasi dengan ahli diet
7. Memantau nilai laboratorium,
mis.,Ht,Hb,albumin,kalium,natrium.
digunakan menyebabkan
anoreksia dan mual/muntah;
beberapa mempengaruhi produksi
SDM sumsum tulang
4. pasien mungkin kecewa dengan
perubahan status dan menemukan
kesulitan makan. Mengetahui
pentingnya masukan nutrisi untuk
mempertahankan kesehatan, dapat
memotivasi pasien untuk
mempertahankan diet yang tepat.
5. memperbaiki pemasukan nutrisi.
Obat-obatan dan penyakit dapat
mengubah indera penciuman dan
pengecap. Pasien dapat
mengembangkan keengganan
terhadap daging merah
6. memberikan bantuan dalam
merencanakan diet nutrisi untuk
memenuhi kebutuhan individu
7. Meskipun masukan nutrisi adekuat
,terjadi fluktuasi dan pemberian
makanan tambahan ataupun
vitamin mungkin diperlukan untuk
mencegah penyimpangan lebih
lanjut
S K E N A R I O 3 P E N U R U N A N B E R A T B A D A N Page 31
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan muskuler
(melemahnya otot-otot pernapasan, penurunan energy, penurunan ekspansi
paru), dan ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
a. Tujuan : mempertahankan pola pernapasan efektif.
b. Kriteria hasil : klien tidak mengalami sesak napas.
INTERVENSI RASIONAL
1. Auskultasi bunyi napas, tandai daerah
paru yang mengalami
penurunan/kehilangan ventilasi, dan
munculnya bunyi adventisius mis.,
krekels, mengi, ronki.
2. Catat kecepatan/kedalaman
pernapasan, sianosis, penggunaan otot
aksesori/peningkatan kerja pernapasan
dan munculnya dispneu, ansietas.
3. Tinggikan kepala tempat tidur.
Ushakan pasien untuk berbalik batuk,
menarik napas sesuai kebutuhan
4. Kaji perubahan tingkat kesadaran.
5. Berikan tambahan O2 yang
dilembabkan melalui cara yang sesuai
mis., melalui kanula, masker,
1. Memperkirakan adanya
perkembangan komplikasi /
infeksi pernapasan.
2. takipnea, sianosis, tidak dapat
beristirahat, dan peningkatan
napas menunjukkan kesulitan
pernapasan dan adanya
kebutuhan untuk meningkatkan
pengawasan/intervensi medis
3. meningkatkan fungsi
pernapasan yang optimal dan
mengurangi aspirasi atau infeksi
yang ditimbulkan karena
atelektasis
4. hipoksemia dapat terjadi akibat
adanya perubahan tingkat
kesadaran mulai dari ansietas
dan kekacauan mental sampai
kondisi tidak responsif
5. mempertahankan
ventilasi/oksigenasi efektif
untuk mencegah/memperbaiki
S K E N A R I O 3 P E N U R U N A N B E R A T B A D A N Page 31
intubasi/ventilasi mekanis.
6. Berikan obat-obatan sesuai indikasi
berupa antimikroba, mis., trimetoprim
krisis pernapasan
6. pilihan terapi tergantung pada
situasi individu/infeksi
organisme
3) Nyeri berhubungan dengan inflamasi/kerusakan jaringan : infeksi, lesi kutaneus
internal/eksternal, ekskoriasi rectal, penularan, nekrosis; kejang abdomen.
a. Tujuan : nyeri yang dirasakan berkurang/terkontrol
b. Kriteria hasil : pasien menunjukkan posisi/ekspresi wajah rileks, dapat
tidur/berisitirahat adekuat
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi,
intensitas (skala 1-10), frekuensi, dan
waktu. Menandai gejala nonverbal
mis., gelisah, takikardia, meringis.
2. Lakukan tindakan paliatif, mis.,
pengubahan posisi, masase, rentang
gerak pada sendi yang sakit.
3. Berikan kompres hangat/lembab pada
sisi injeksi pentamidin/IV selama 20
menit setelah pemberian.
4. Instruksikan pasien/dorong untuk
menggunakan visualisasi/bimbingan
imajinasi, relaksasi progresif, teknik
napas dalam.
5. Berikan obat sesuai indikasi
analgesik/antipiretik, analgesik.
1. mengindikasikan kebutuhan
untuk intervensi dan juga tanda-
tanda perkembangan/resolusi
komplikasi. Catatan : sakit
yang kronis tidak menimbulkan
perubahan autonomik
2. meningkatkan
relaksasi/menurunkan tegangan
otot
3. injeksi ini diketahui sebagai
penyebab rasa sakit dan abses
steril
4. meningkatkan relaksasi dan
perasaan sehat
5. memberikan penurunan
nyeri/tidak nyaman;
mengurangi demam. Obat yang
S K E N A R I O 3 P E N U R U N A N B E R A T B A D A N Page 31
dikontrol pasien atau
berdasarkan waktu 24 jam
mempertahankan kadar
analgesia darah tetap stabil
4) Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolisme,
tuntutan psikologis/emosional berlebihan, efek samping terhadap obat-obatan.
a. Tujuan : peningkatan kebutuhan energi
b. Kriteria hasil : melaporkan peningkatan energi, berpartisipasi dalam aktivitas
yang diinginkan pada tingkat kemampuannya.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji pola tidur dan catat perubahan
dalam proses berpikir/perilaku
2. Rencanakan perawatan untuk
menyediakan fase istirahat. Atur
aktivitas pada waktu pasien sangat
berenergi. Ikusertakan pasien/orang
terdekat pada penyusunan rencana.
3. Bantu memenuhi kebutuhan perawatan
pribadi; pertahankan tempat tidur
dalam posisi rendah dan tempat lalu
lalang bebas dari perabotan; bantu
1. berbagai faktor dapat
meningkatkan kelelahan,
termasuk kurang tidur,
penyakit SSP, tekanan emosi
dan efek samping obat-
obatan/kemoterapi
2. periode istirahat yang sering
sangat dibutuhkan dalam
memperbaiki/menghemat
energi. Perencanaan akan
membuat pasien menjadi aktif
pada waktu dimana tingkat
energi lebih tinggi, sehingga
dapat memperbaiki perasaan
sehat dan kontrol diri.
3. rasa lemas dapat membuat
AKS hampir tidak mungkin
bagi pasien untuk
menyelesaikannya.
S K E N A R I O 3 P E N U R U N A N B E R A T B A D A N Page 31
dengan ambulasi.
4. Dorong masukan nutrisi.
5. Berikan O2 tambahan sesuai petunjuk.
Melindungi pasien dari cedera
selama melakukan aktivitas.
4. pemasukan/penggunaan nutrisi
adekuat sangat penting bagi
kebuthan energi untuk
aktivitas
5. adanya anemia/hipoksemia
mengurangi persediaan O2
untuk ambilan seluler dan
menunjang kelelahan
5) Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian, perubahan pada status
kesehatan.
a. Tujuan :
Menyatakan kesadaran tentang perasaan dan cara sehat untuk
menghadapinya.
Menunjukkan rentang normal dari perasaan dan berkurangnya rasa
takut/ansietas.
b. Kriteria hasil :
Klien menunjukkan ansietas berkurang/hilang
INTERVENSI RASIONAL
1. Jamin pasien tentang kerahasiaan
dalam batasan situasi tertentu.
2. Berikan informasi akurat dan konsisten
mengenai prognosis. Hindari
argumentasi mengenai persepsi pasien
terhadap situasi tersebut.
1. memberikan penentraman hati
lebih lanjut dan kesempatan
bagi pasien untuk
memecahkan masalah pada
situasi yang diantisipasi.
2. dapat mengurangi ansietas
dan ketidakmampuan pasien
untuk membuat
keputusan/pilihan berdasarkan
S K E N A R I O 3 P E N U R U N A N B E R A T B A D A N Page 31
3. Berikan lingkungan terbuka dimana
pasien akan merasa aman untuk
mendiskusikan perasaan atau menahan
diri untuk berbicara.
4. Jelaskan prosedur, berikan kesempatan
untuk bertanya dan jawab dengan jujur.
Tetap berada bersama pasien selama
prosedur dan konsultasi yang
menimbulkan ansietas.
reality
3. membantu pasien untuk
merasa diterima pada kondisi
sekarang tanpa perasaan
dihakimi dan meningkatkan
perasaan harga diri dan
kontrol
4. informasi yang akurat akan
membuat pasien dapat lebih
efektif dalam menghadapi
realita situasi, sehingga dapat
mengurangi ansietas dan rasa
takut akan ketidaktahuan
6) Kurang pengetahuan mengenai proses penyakit berhubungan dengan salah
interpretasi informasi.
a. Tujuan : Pemahaman dan penerimaan terhadap program pengobatan yang
diresepkan.
b. Kriteria hasil:
Menyatakan pemahaman proses penyakit.
Faham akan prosedur dagnostik dan rencana pengobatan.
INTERVENSI RASIONAL
1. Tinjau ulang cara penularan penyakit
2. Diskusikan aturan obat-obatan,
interaksi, dan efek samping.
1. mengoreksi mitos dan
kesalahan konsepsi,
meningkatkan keamanan bagi
pasien/orang lain.
2. meningkatkan kerja sama
dengan/peningkatan
kemungkinan untuk sukses
dengan aturan terapeutik
S K E N A R I O 3 P E N U R U N A N B E R A T B A D A N Page 31
3. Tekankan pentingnya istirahat adekuat.
4. Tekankan perlunya melanjutkan
perawatan kesehatan dan evaluasi.
3. mencegah/mengurangi
kepenatan, meningkatkan
kemampuan
4. memberi kesempatan untuk
mengubah aturan untuk
memenuhi kebutuhan
perubahan/individual
.
4. EVALUASI KEPERAWATAN
1. Menunjukkan berat badan stabil
2. Menunjukkan perbaikan perfusi yang dibuktikan dengan TTV stabil.
3. Mempertahankan pola pernafasan normal / efektif
4. Menyatakan nyeri yang dirasakan berkurang
5. Menyatakan pemahaman proses penyakit.
6. Faham akan prosedur dagnostik dan rencana pengobatan
S K E N A R I O 3 P E N U R U N A N B E R A T B A D A N Page 31
ASUHAN KEPERAWATANPADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI
“HIV/AIDS”
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Jenis kelamin : laki – laki
Umur : 30 tahun
b. Pengkajian persistem
Makanan/cairan
Tanda : Penurunan berat badan yang cepat/progresif.
Pernapasan
Gejala : Batuk (mulai dari sedang sampai parah).
Integument
Gejala : Gangguan kulit (gatal-gatal)
2. IDENTIFIKASI DATA
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
1. Klien mengeluh berat badan menurun kurang
lebih 10 Kg dalam 3 bulan terakhir
2. Klien mengeluh batuk-batuk.
3. Klien mengeluh gatal
S K E N A R I O 3 P E N U R U N A N B E R A T B A D A N Page 31
Seorang laki-laki umur 30 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan berat
badan menurun kurang lebih 10 Kg dalam 3 bulan terakhir.Laki-laki ini
mengeluh juga batuk-batuk yang sedang dialami sejak 1 bulan lalu, dan tidak
sembuh dengan minum obat.Gangguan kulit seperti gatal juga muncul pada
laki-laki ini
Seorang laki-laki umur 30 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan berat
badan menurun kurang lebih 10 Kg dalam 3 bulan terakhir.Laki-laki ini
mengeluh juga batuk-batuk yang sedang dialami sejak 1 bulan lalu, dan tidak
sembuh dengan minum obat.Gangguan kulit seperti gatal juga muncul pada
laki-laki ini
3. ANALISIS DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS :
Klien mengeluh
berat badan
menurun kurang
lebih 10 Kg dalam 3
bulan
Pengobatan yang
tidak berhasil
Gatal pada kulit
AIDS
¯
Infeksi oportunistik
¯
Invasi kuman, perbaikan jaringan
¯
Metabolism meningkat
¯
Kebutuhan nutrisi meningkat
¯
Intake tidak seimbanga
¯
kompensasi tubuh mengambil
makanan cadangan di otot
¯
Penurunan massa tubuh
¯
Penurunan berat badan
¯
Pemenuhan nutrisi dalam tubuh
tidak adekuat
¯
KETIDAKSEIMBANGAN
NUTRISI
Ketidak
seimbangan
nutrisi
2 DS :
Klien mengeluh batuk-
batuk
AIDS
¯
Infeksi opportunistic
¯
Meninfeksi saluran pernafasan
Bersihan jalan
napas tak efektif
S K E N A R I O 3 P E N U R U N A N B E R A T B A D A N Page 31
¯
Menginfeksi bronkus
¯
Produksi mucus meningkat
¯
BERSIHAN JALAN NAPAS TAK
EFEKTIF
3 DS :
Klien mengeluh
gatal
AIDS
¯
Infeksi oportunistik
¯
Menginfeksi system integument
¯
Gatal-gatal
¯
RESTI KERUSAKAN
INTEGRITAS KULIT
Resti kerusakan
integritas kulit
PENYIMPANGAN KDM AIDS
S K E N A R I O 3 P E N U R U N A N B E R A T B A D A N Page 31
HIV (Human Immunodeficiency Virus)
Masuk ke dalam tubuh melalui pertukaran cairan tubuh (hubungan sex, darah, ASI)
Metabolism meningkat
Kompensasi tubuh mengambil cadangan
makanan di otot
S K E N A R I O 3 P E N U R U N A N B E R A T B A D A N Page 31
Infeksi darah
Virus melakukan retrovirus
Virus masuk ke dalam sel (Limfosit)
Virus mematikan sel – sel T4 (CD4)
Sistem kekebalan tubuh ↓ (Immunodeficiency)
AIDS
Infeksi opportunistik
Menginfeksi sistem integumen
Gatal - gatal
RESIKO TINGGIKERUSAKAN
INTEGRITAS KULIT
Invasi kuman, perbaikan jaringan
Kebutuhan nutrisi meningkat
Intake tidak seimbang
Berat badan ¯KETIDAKSEIMBANGAN
NUTRISIPenurunan masa tubuh
Menginfeksisaluran pernapasan
Menginfeksi bronkus
Produksi mukus ↑
BERSIHAN JALAN NAPAS TAK EFEKTIF
Batuk - batuk
4. RUMUSAN DIAGNOSA
1. Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan asupan nutrisi tidak
adekuat.
2. Bersihan jalannapas tidak efektif berhubungan dengan produksi mucus
meningkat.
3. Resti kerusakan integritas kulit ditandai dengan gatal-gatal.
5. INTERVENSI DAN RASIONAL
1. Ketidakseimbangan nutrisi b/d asupan nutrisi tidak adekuat.
Tujuan :
Pemasukan nutrisi yang adekuat.
Kriteri hasil :
Menunjukkan peningkatan BB dan tidak ada tanda malnutrisi.
INTERVENSI RASIONAL
1. Ukur tinggi badan dan timbang
berat badan sesuai kebutuhan
2. Tawarkan suplemen tinggi protein,
kalori.
3. Kaji riwayat nutrisi termasuk
makanan yang disukai.
4. Observasi dan catat masukan
makanan pasien.
5. Kolabosari dengan ahli gizi.
1. Untuk mendapatkan pembacaan yang
akurat dan Mengawasi penurunan
BB/ efektifits intervensi nutrisi
2. Makanan tersebut mencegah
kerusakan protein tubuh dan
memberikan kalori energi.
3. Mengidentifikasi defisiensi, menduga
kemungkinan intervensi.
4. Mengawasi pemasuka kalori atau
kwalitas kekurang konsumsi
makanan.
5. Membantu dalam membuat rencana
diet untuk memenuhi kebutuhan
individual.
S K E N A R I O 3 P E N U R U N A N B E R A T B A D A N Page 31
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan produksi mucus
meningkat.
Tujuan :
Menghilangkan batuk-batuk, dan mengeluarkan sekret.
Kriteria hasil :
Mepertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji atau pantau frekuensi
pernapasan.
2. Kaji karakter sekret.
3. Dorong/bantu pasien dalam
nafas dalam dan latihan batuk
efektif.
4. Berikan cairan sedikitnya 2500
mil/hari (kecuali kontra
indikasi). berikan air hangan
daripada air dingin.
5. Kolaborasi dengan
memberikan oksigen tambahan
melalui kanula nasal sesuai
indikasi.
6. Lakukan tindakan nebulizer
1. Takipnea biasanya ada beberapa derajat
dan dapat ditemukan pada penerimaan
atau selama stres adanya infeksi akut.
2. Sputum bardarah dapat diakibatkan oleh
kerusakan jaringan.
3. nafas dalam dan latihan batuk efektif
dapat meningkatkan pengeluaran sekret.
4. Cairan khususnya yang hangat
memobilisasi dan mengeluarkan sekret.
5. Memaksimalkan bernafas.
6. Memberikan kelembaban pada
membran mukosa dan membantu
pengeluaran sekret untuk memudahkan
pembersihan.
S K E N A R I O 3 P E N U R U N A N B E R A T B A D A N Page 31
3. Resti integritas kulit ditandai dengan gatal-gatal.
Tujuan :
Menghilangkan gatal-gatal
Kriteria hasil :
Gatal-gatal berkurang, dan tidak terjadi kerusakan integritas kulit.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji integritas kulit, catat
perubahan pada turgor kulit dan
gangguan warna.
2. Pertahankan kulit kering dan bersih
dan batasi penggunaan sabun.
3. Berikan advice pada klien untuk
menghindari pemakain krim kulit,
minyak, bedak tanpa rekomendasi
dokter.
4. Ubah posisi secara periodik.
1. Kondisi kulit dipengaruhi oleh
gatal-gatal, jaringan dapat menjadi
rapuh dan cenderung untuk infeksi
dan rusak.
2. Area lembab terkontaminasi
memberikan media yang sangat
baik untuk pertumbuhan
mikroorganisme.
3. Mencegah trauma berlanjut pada
kulit dan produk tanpa kontra
indikasi.
4. Meningkatkan sirkulasi pada
semua area kulit, membetasi
iskemia jaringan.
6. EVALUASI
1. Menunjukkan berat badan stabil dan tidak terjadi malnutrisi.
2. Mempertahankan kepatenan jalan napas normal/efektif.
3. Tidak terjadi kerusakan integritas kulit.
S K E N A R I O 3 P E N U R U N A N B E R A T B A D A N Page 31
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar: Keperawatan Medikal-Bedah.
Edisi 8 Volume 2. Jakarta: EGC.
Doenges, Marilynn E, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3,
EGC, Jakarta.
http://www.smallcrab.com/kesehatan/655-mengenal-secara-singkat-
fungsi-dan-bagian-bagian-darah
http://drdjebrut.wordpress.com/2010/11/23/penyebab-anemia-karena-
penyakit-kronis/
http://asromedika.blogspot.com/2011/07/pendekatan-diagnostic-untuk-
penderita.html
http://www.morphostlab.com/artikel/anemia-aplastik-siapa-takut-kenali-
ciri-ciri-dan-pencegahannya.html
S K E N A R I O 3 P E N U R U N A N B E R A T B A D A N Page 31