hasil penelitian hubungan motivasi dan komitmen …

85
HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN KERJA PERAWAT DENGAN PENERAPAN KESELAMATAN PASIEN DI RUANG INTENSIF RSUP SANGLAH DENPASAR OLEH: KOMANG MENIK SRI K NIM: 1292121017 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

HASIL PENELITIAN

HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN KERJA

PERAWAT DENGAN PENERAPAN KESELAMATAN PASIEN

DI RUANG INTENSIF RSUP SANGLAH DENPASAR

OLEH:

KOMANG MENIK SRI KNIM: 1292121017

PROGRAM MAGISTERPROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR2015

Page 2: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk

memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien yang bersifat kompleks.

Kompleksitasnya meliputi berbagai jenis pelayanan seperti pelayanan medis, para

medis, penunjang medis yang didukung oleh sarana medis dan non medis dan

pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang cukup besar serta interaksi

petugas dengan masyarakat. Apabila hal tersebut tidak dikelola dengan baik

sebagai upaya mewujudkan pelayanan yang bermutu sesuai dengan keinginan

masyarakat maka sangat berpotensi untuk menimbulkan kesalahan.

Proses asuhan pasien apabila tidak dilaksanakan sesuai dengan standar mutu

dapat terjadi kesalahan diagnosis, terapi/pengobatan, prosedur pelayanan yang

berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien. Kesalahan tersebut dapat

mengakibatkan cedera dan dapat pula tidak mengakibatkan cedera. Kondisi pasien

yang tidak mengalami cedera meskipun terjadi kesalahan dikenal dengan istilah

Kejadian Nyaris Cedera (KNC), sedangkan pasien yang mengalami cedera karena

kesalahan disebut dengan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) (Kohn, et al, 2000).

Kasus KTD sebagai dampak dari kesalahan dalam proses asuhan pasien

sudah banyak terjadi di seluruh dunia terutama di negara-negara maju. Pada tahun

2000 Institute of Medicine (IOM) di Amerika Serikat menerbitkan laporan yang

berjudul “To Err is Human, Building a Safer Health System”. Laporan ini

menguraikan dua penelitian besar di Utah dan Coloroado serta New York kasus

KTD dilaporkan mencapai 3,7% dengan angka kematian 13,6%. Kedua penelitian

Page 3: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

2

tersebut lebih dari separuh kasus KTD berasal dari kesalahan medis yang

sebenarnya masih dapat dicegah. Bila diekploitasi ke seluruh Amerika, angka

kematian akibat kesalahan medis mencapai 44.000 sampai 98.000 orang setiap

tahunnya. Hal ini menyimpulkan bahwa kematian karena kesalahan medis

termasuk urutan ke delapan penyebab kematian di Amerika.

Data tentang KTD dan KNC di Indonesia masih sangat langka akan tetapi

masih sering dijumpai kasus berkaitan dengan malpraktek. Apabila dibandingkan

dengan negara-negara lain seperti Amerika dan Inggris yang memiliki standar

pelayanan kesehatan yang lebih baik masih memiliki angka KTD dan kesalahan

medis yang lebih besar dibandingkan Indonesia (Departemen Kesehatan RI,

2006). Oleh karena itu untuk menghindari KTD diperlukan peran SDM saat

memberikan pelayanan kesehatan harus bekerja sesuai dengan standar prosedur

oprasional (SPO) sehingga dapat mewujudkan keselamatan pasien.

Keselamatan pasien rumah sakit telah menjadi salah satu isu global. Terdapat

lima isu penting berkaitan dengan keselamatan yaitu: keselamatan pasien,

keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan

di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas,

keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap

pencemaran lingkungan. Kelima aspek keselamatan tersebut sangat penting untuk

dilaksanakan di setiap rumah sakit, karena keselamatan pasien merupakan

prioritas utama untuk dilaksanakan untuk mewujudkan peningkatan mutu

pelayanan kesehatan (Departemen Kesehatan RI, 2006)

Untuk dapat mewujudkan penerapan keselamatan pasien di rumah sakit

sangat dipengaruhi peran SDM pemberi pelayanan. SDM yang memiliki populasi

Page 4: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

3

terbesar hampir 40% dibandingkan tenaga lainnya dan memiliki waktu paling

lama kontak langsung dengan pasien adalah tenaga perawat. Besarnya proporsi

tenaga perawat tersebut merupakan potensi mengembangkan kiat-kiat manajemen

mutu pelayanan kesehatan (Hasanbasri, 2007). Berkaitan dengan mutu pelayanan

kesehatan salah satu yang perlu mendapatkan perhatian adalah diterapkannya

keselamatan pasien di rumah sakit.

Keselamatan pasien di rumah sakit dipengaruhi oleh beberapa faktor antara

lain motivai kerja dan komitmen kerja. Motivasi kerja adalah proses yang bersifat

internal atau eksternal bagi setiap pegawai yang menyebabkan timbulnya sikap

antusias dan persistensi dalam melaksanakan tugas (Winardi, 2011). Motivasi

dapat juga diartikan bahwa teknik motivasi harus dapat memastikan bahwa

lingkungan dimana mereka bekerja dapat memenuhi sejumlah kebutuhannya

(Wibowo, 2012). Menurut Kusnanto dan Riyadi (2006) dalam penelitiannya

tentang motivasi kerja menunjukkan bahwa ada hubungan motivasi kerja dengan

karakteristik perawat seperti pendidikan dan jenis kelamin perawat. Penelitian

Sanusi dan Hasnita (2005) di RS Dr. Achmad Bukit Tinggi menunjukkan bahwa

bahwa motivasi kerja berhubungan dengan karakteristik dan iklim organisasi dan

terjadi peningkatan sebesar 15,1%. Menurut Stoner Faktor lain yang dapat

meningkatkan motivasi kerja perawat adalah pemberian imbalan langsung

(insentif, tunjangan) dan imbalan tidak langsung (pelatihan, dan promosi jabatan).

Faktor lain yang berhubungan dengan sikap perawat dalam penerapan

keselamatan pasien adalah komitmen kerja. Beberapa pendapat berkaitan dengan

komitmen kerja adalah identifikasi kekuatan yang terkait dengan nilai-nilai dan

tujuan untuk memelihara keanggotaannya dalam rumah sakit (Robbins, 2006).

Page 5: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

4

Komitmen kerja dapat juga diartikan bahwa tingkat kepercayaan, keterikatan

individu terhadap tujuan dan mempunyai keinginan kuat untuk melaksanakan

tugas dan bekerja di suatu rumah sakit (Mathis dan Jackson dalam Wijaya, 2012).

Beberapa penelitian sebelumnya berkaitan dengan komitmen kerja adalah

penelitian yang dilaksanakan oleh Nursyahfitri (2011) bahwa pengaruh komitmen

kerja karyawan pada Divisi Produksi PT Marumitsu Indonesia berpengaruh

terhadap kinerja perawat. Menurut penelitian yang dilaksanakan oleh Wijaya

(2012) menunjukkan bahwa komitmen kerja berpengaruh signifikan terhadap

kinerja perawat dan bidan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bangli.

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar sebagai salah satu

rumah sakit pemerintah terbesar di Bali dan sebagai Pusat Rujukan di Bali dan

Nusa Tenggara Timur, sebagai rumah sakit type A pendidikan yang lebih dituntut

dengan penerapan mutu sesuai standar, sejak tahun 2013 telah lulus standar Joint

Commission International (JCI) sebagai rumah sakit yang menerapkan mutu

standar international dan RSUP Sanglah Denpasar juga telah menetapkan Tim

Keselamatan Pasien Rumah Sakit (TKPRS) sejak tahun 2010.

Berdasarkan laporan keselamatan pasien RSUP Sanglah Denpasar tahun

2012 didapatkan data Kondisi Potensial Cedera (KPC) sebanyak 158 kasus, KNC

sebanyak 936 kasus, Kejadian Tidak Cedera (KTC) sebanyak 60 kasus, KTD

sebanyak 224 kasus, Sentinel Event sebanyak 2 kasus. Berdasarkan hasil

pelaporan kasus keselamatan pasien rumah sakit yang diterima TKPRS selama

bulan Februari 2014 terjadi 434 Kasus (RSUP Sanglah Denpasar, 2014).

Page 6: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

5

Apabilila dilihat dari data korban kasus Januari – Februari 2014 bahwa

terjadi kasus cedera peningkatan kasus seperti yang dilihat dari korban kasus

pada bulan Januari 2014 sebanyak 232 kasus dan pada bulan Februari 434 kasus

dengan peningkatan sebesar 87%. Kasus yang paling banyak adalah karena faktor

pasien yang berjumlah 219 (94%) bulan Januari 2014 dan Februari berjumlah 421

(97%). Kasus faktor petugas pada bulan Januari 2014 berjumlah 205 (88%) dan

bulan Februari berjumlah 412 (95%). Berdasarkan laporan RSUP Sanglah

Denpasar bulan Januari sampai dengan Februari 2014, peningkatan kasus KPRS

di RSUP Sanglah dilhat dari tempat perawatan terjadi paling besar pada ruangan

Instalasi Rawat Inap (IRNA) C (121 kasus), IRNA D (24 kasus), IRNA B (23

kasus) dan Intensif Care Unit (ICU) sebanyak 12 kasus. Prosentase peningkatan

tertinggi terjadi di ruangan ICU dengan prosentase peningkatan kasus KPRS

sebanyak 140% yang awalnya pada bulan januari dilaporkan sebanyak 5 kasus

(RSUP Sanglah Denpasar, 2014).

ICU adalah unit perawatan di rumah sakit yang dilengkapi peralatan khusus

dan perawat yang terampil merawat pasien dengan keadaan yang gawat yang

perlu penanganan dengan segera dan pemantauan intensif (Gulli et al, 2001).

Salah satu tenaga kesehatan yang bertugas untuk mencegah terjadinya KTD

terutama pada pasien adalah tenaga keperawatan. Pasien yang dirawat di ruang

intensif merupakan pasien dengan ketergantungan total, sehingga segala

kebutuhan pasien dibantu oleh perawat, kesalahan dalam pemberian asuhan

ataupun human eror akan dapat mempengaruhi kesehatan dan kondisi jiwa pasien

itu sendiri (Ariyani, 2009)

Page 7: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

6

Faktor sumber daya manusia adalah faktor yang signifikan untuk

meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. Manajemen rumah sakit perlu

mengembangkan perawat untuk melaksanakan Askep secara efektif, akurat, dan

konsisten. Bagi Perawat komitmen kerja adalah identifikasi kekuatan yang terkait

dengan nilai-nilai dan tujuan untuk memelihara keanggotaan dalam rumah sakit

(Robbins, 2006). Komitmen kerja juga didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan,

keterikatan individu terhadap tujuan dan mempunyai keinginan untuk tetap berada

dalam rumah sakit (Mathis dan Jackson, 2001). Dengan komitmen kerja yang

tinggi, perawat menjadi lebih giat bekerja dan mempunyai motivasi kuat untuk

berprestasi. Motivasi merupakan inisiatif penggerak atau pendorong perilaku

manusia akibat adanya interaksi stimulus instrinsik dan ekstrinsik yang

mendorong seseorang untuk berprilaku optimal guna mencapai suatu tujuan

seperti beragam keinginan, harapan, kebutuhan, dan kesukaannya. Stimulus

instrinsik meliputi kondisi internal, kejiwaan dan mental sedangkan stimulus

ekstrinsik dapat berupa hadiah atau insentif (Azwar, 1996; Sadili, 2006).

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan suatu penelitian lebih lanjut

tentang hubungan motivasi kerja dan komitmen kerja dengan penerapan

keselamatan pasien di RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2014.

1.2. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat dirumuskan permasalahan

penelitian, yaitu:

1. Apakah ada hubungan motivasi kerja perawat dengan penerapan keselamatan

pasien di Instalasi Perawatan Intensif RSUP Sanglah Denpasar?

Page 8: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

7

2. Apakah ada hubungan komitmen kerja perawat dengan penerapan

keselamatan pasien di Instalasi Perawatan Intensif RSUP Sanglah Denpasar?

3. Apakah ada hubungan secara bersama-sama antara motivasi dan komitmen

kerja perawat dengan penerapan keselamatan pasien di Instalasi Perawatan

Intensif RSUP Sanglah Denpasar?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan motivasi dan

komitmen kerja perawat dengan penerapan keselamatan pasien di Instalasi

Perawatan Intensif RSUP Sanglah Denpasar.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Hubungan motivasi kerja perawat dengan penerapan keselamatan pasien di

Instalasi Perawatan Intensif RSUP Sanglah Denpasar.

2. Hubungan komitmen kerja perawat dengan penerapan keselamatan pasien di

Instalasi Perawatan Intensif RSUP Sanglah Denpasar.

3. Hubungan secara bersama-sama antara motivasi dan komitmen kerja perawat

dengan penerapan keselamatan pasien di Instalasi Perawatan Intensif RSUP

Sanglah.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademik

Secara akademik studi ini bermanfaat sebagai pedoman dalam

pengembangan teori keperawatan terkait manajemen sumber daya manusia di

Page 9: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

8

bidang kesehatan dan keselamatan pasien di rumah sakit yang berhubungan

dengan motivasi dan komitmen kerja perawat.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu dipahami bahwa motivasi dan

komitmen kerja berhubungan penerapan keselamatan pasien. Diharapkan seluruh

karyawan di RSUP Sanglah Denpasar termotivasi dengan penerapan keselamatan

pasien sebagai upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan.

Page 10: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan Pasien (Patient Safety)

2.1.1 Pengertian

Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem yang diterapkan untuk

mencegah terjadinya cedera akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatan

melalui suatu sistem assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan faktor risiko,

pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dan tindak lanjut dari insident

serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko (Dep Kes RI,

2006). Keselamatan pasien merupakan suatu sistem untuk mencegah terjadinya

cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau

tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (TKPRS RSUP Sanglah

Denpasar, 2011).

Taylor, et al. (1993) mengungkapkan bahwa keperawatan merupakan profesi

yang berfokus kepada pelayanan dan bertujuan membantu pasien mencapai

kesehatannya secara optimal. Oleh karena itu pada saat memberikan asuhan

keperawatan kepada pasien, perawat harus mampu memastikan bahwa pelayanan

keperawatan yang diberikan mengedepankan keselamatan. Perawat harus

memiliki kesadaran akan adanya potensi bahaya yang terdapat di lingkungan

pasien melalui pengidentifikasian bahaya yang mungkin terjadi selama

berinteraksi dengan pasien selama 24 jam penuh, karena keselamatan pasien dan

pencegahan terjadinya cedera merupakan salah satu tanggung jawab perawat

selama pemberian asuhan keperawatan berlangsung.

Page 11: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

10

2.1.2 Tujuan Sistem Keselamatan Pasien

Tujuan penerapan sistem keselamatan pasien di rumah sakit antara lain:

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien dirumah sakit

2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.

3. Menurunnya Kejadian Tak Diharapkan (KTD)

4. Terlaksananya program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan KTD

Dalam upaya pencapaian tujuan keselamatan pasien ini, setiap rumah sakit

wajib melaksanakan sistem keselamatan pasien melalui upaya- upaya sebagai

berikut:

1. Akselerasi program infeksion control prevention (ICP)

2. Penerapan standar keselamatan pasien dan pelaksanaan 7 langkah menuju

keselamatan pasien rumah sakit. Dan di evaluasi melalui akreditasi rumah

sakit

3. Peningkatan keselamatan penggunaan darah (blood safety).

4. Dievaluasi melalui akreditasi rumah sakit.

5. Peningkatan keselamatan pasien di kamar operasi cegah terjadinya wrong

person, wrong site, wrong prosedure (Draft SPM RS:100% tidak terjadi

kesalahan orang, tempat, dan prosedur di kamar operasi)

6. Peningkatan keselamatan pasien dari kesalahan obat.

7. Pelaksanaan pelaporan insiden di rumah sakit dan ke komite keselamatan

rumah sakit.

Page 12: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

11

2.1.3 Manfaat Program Keselamatan Pasien

Program keselamatan pasien ini memberikan berbagai manfaat bagi rumah

sakit antara lain:

a. Adanya kecenderungan “Green Product” produk yang aman di bidang industri

lain seperti halnya menjadi persyaratan dalam berbagai proses transaksi,

sehingga suatu produk menjadi semakin laris dan dicari masyarakat.

b. Rumah Sakit yang menerapkan keselamatan pasien akan lebih mendominasi

pasar jasa bagi Perusahaan-perusahaan dan Asuransi-asuransi dan

menggunakan Rumah Sakit tersebut sebagai provider kesehatan

karyawan/klien mereka, dan kemudian di ikuti oleh masyarakat untuk mencari

Rumah Sakit yang aman.

c. Kegiatan Rumah Sakit akan lebih memukuskan diri dalam kawasan

keselamatan pasien.

2.1.4 Indikator Keselamatan Pasien

Berdasarkan laporan IOM tahun 1999 tentang masalah keselamatan pasien

yang menghebohkan dunia kesehatan mendorong banyak pihak berupaya

melakukan hal untuk memperbaiki kualitas pelayanan terutama yang berhubungan

dengan keselamatan pasien. Para peneliti dalam bidang keperawatan berusaha

mengembangkan indikator mutu pelayanan keperawatan yang potensial bersifat

sensitif terhadap kepegawaian. Needleman, et al. (2006) melakukan penelitian

mengenai staffing dan adverse outcomes. Pada penelitian tersebut dilakukan

analisis regresi untuk mengetahui hubungan variabel-variabelnya dan ditemukan

adanya hubungan antara (1) lama tinggal/ lengths-of-stay , infeksi saluran kemih,

Page 13: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

12

pneumonia yang diperoleh di rumah sakit, perdarahan saluran pencernaan atas,

renjatan, atau henti jantung pada pasien-pasien penyakit dalam, dan (2) failure to

rescue , yang didefinisikan sebagai kematian pasien yang disebabkan oleh salah

satu komplikasi yang mengancam kehidupan yaitu pneumonia, renjatan atau henti

jantung, perdarahan saluran pencernaan atas, sepsis atau thrombosis vena dalam

pada pasien-pasien bedah.

Penelitian yang dilakukan oleh Hickam, et al. (2003) terhadap 115 literatur

mengenai pengaruh kondisi beban kerja terhadap insiden keselamatan pasien

menemukan bahwa kejadian merugikan yang paling sering dialami oleh pasien

adalah ulkus dekubitus, infeksi yang diperoleh di rumah sakit dan pasien jatuh.

Sedangkan Stanton dan Rutherford (2004) mengemukan beberapa kejadian

merugikan yang paling sering dialami oleh pasien sebagai akibat dari kurangnya

peran perawat (nurse sensitive patient outcomes) antara lain pneumonia,

perdarahan saluran pencernaan atas, shock/henti jantung, infeksi saluran kemih,

ulkus dekubitus dan failure to rescue.

Indikator mutu layanan keperawatan yang sensitif terhadap staffing pada

saat ini secara terus menerus dikembangkan. Banyak lembaga yang berupaya

membuat indikator mutu, namun banyak dari indikator tersebut kurang

mencerminkan pengaruh pelayanan keperawatan terhadap keselamatan pasien,

karena hanya dianggap sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan (ANA,

1995; Institute of Medicine , 1999, 2001, 2005; Joint Commision, 2007 dalam

Montalvo, 2007). Mulai tahun 2007, WHO Collaborating Center For Patient

Safety berupaya menetapkan Sembilan Solusi keselamatan pasien untuk

mempermudah pendeteksian terjadinya masalah pada keselamatan pasien di

Page 14: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

13

Rumah Sakit, yaitu : (1) Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike,

sound-alike medication names). (2) Pastikan Identifikasi pasien, (3) Komunikasi

secara benar saat serah terima pasien, (4) Pastikan tindakan yang benar pada sisi

tubuh yang benar, (5) Kendalikan cairan elektrolit pekat, (6) Pastikan akurasi

pemberian obat pada pengalihan pelayanan, (7) Hindari salah cateter dan salah

sambung gelamng, (8) Gunakan alat injeksi sekali pakai, dan (9) Tingkatkan

kebersihan tangan unuk pencegahan infeksi nosokomial (WHO, 2007 dalam Tim

KP-RS RSUP Sanglah Denpasar, 2011).

2.1.5 Sasaran Keselamatan Pasien

Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan di

semua rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit.

Penyusunan sasaran ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety

Solutions dari WHO (2007) yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan

Pasien Rumah Sakit (KKPRS PERSI), dan dari Joint Commission International

(JCI). RSUP Sanglah Denpasar merupakan Rumah Sakit pendidikan Tipe A

dengan sumber manusia (dokter, perawat, dan lain-lain) yang cukup dan telah

mempunyai berbagai peralatan canggih yang memadai dan telah terakreditasi

Joint Commission International (JCI) (TKPRS RSUP Sanglah Denpasar, 2011)

Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong

perbaikan spesifik untuk menunjang keselamatan pasien. Sasaran menyoroti

bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan

bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti dan keahlian atas

permasalahan ini. Diakui bahwa desain sistem yang baik secara intrinsik

adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu

Page 15: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

14

tinggi, sedapat mungkin sasaran secara umum difokuskan pada solusi-solusi

yang menyeluruh.

Menurut Tim KP-RS RSUP Sanglah Denpasar (2011) terdapat enam

sasaran keselamatan pasien yang menjadi prioritas gerakan keselamatan pasien.

Enam sasaran keselamatan pasien adalah tercapainya hal-hal sebagai berikut :

a. Sasaran I : Mengidentifikasi Pasien dengan Tepat

Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki /

meningkatkan ketelitian dalam mengidentifikasi pasien. Kesalahan dalam

mengidentifikasi pasien bisa terjadi pada pasien yang dalam keadaan yang

terbius/tersedasi, disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat tidur / kamar /

lokasi di rumah sakit, adanya kelainan sensori, atau akibat situasi yang lain.

Adapun maksud dari sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali pengecekan

dalam setiap kegiatan pelayanan ke pasien. Pertama untuk identifikasi pasien

sebagai individu yang akan menerima pelayanan atau pengobatan dan kedua

untuk kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut.

Kebijakan atau prosedur yang dilakukan secara kolaboratif dikembangkan

untuk memperbaiki proses identifikasi khususnya pada proses

pengidentifikasian pasien ketika pemberian obat, darah, atau produk dan

spesimen lain untuk pemeriksaan klinis atau pemberian pengobatan serta

tindakan lain. Kebijakan atau prosedur tersebut memerlukan sedikitnya dua

cara untuk mengidentifikasi seorang pasien seperti nama pasien, nomor

rekam medis, tanggal lahir, gelang identitas pasien dengan bar-code, dan lain-

lain. Suatu proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan kebijakan

Page 16: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

15

atau prosedur agar dapat memastikan semua kemungkinan situasi untuk dapat

diidentifikasi dengan tepat dan cepat.

Adapun elemen penilaian untuk sasaran ini adalah sebagai berikut :

1. Pasien yang dirawat diidentifikasi dengan menggunakan gelang identitas

sedikitnya dua identitas pasien (nama, tanggal lahir atau nomor rekam

medik)

2. Pasien yang dirawat diidentifikasi dengan warna gelang yang ditentukan

dengan ketentuan biru untuk laki-laki dan merah muda untuk perempuan,

merah untuk pasien yang mengalami alergi dan kuning untuk pasien dengan

risiko jatuh (risiko jatuh telah diskoring dengan menggunakan protap

penilaian skor jatuh yang sudah ada)

3. Pasien yang dirawat diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau

produk darah.

4. Pasien yang dirawat diidentifikasi sebelum mengambil darah dan

spesimen lain untuk pemeriksaan klinis.

5. Pasien yang dirawat diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan

tindakan/prosedur.

b. Sasaran II: Meningkatkan Komunikasi yang Efektif

Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan

komunikasi yang efektif antar para pemberi layanan. Komunikasi yang dilakukan

secara efektif, akurat , tepat waktu, lengkap, jelas, dan yang mudah dipahami oleh

pasien akan mengurangi kesalahan dan dapat meningkatkan keselamatan pasien.

Komunikasi yang mudah menimbulkan kesalahan persepsi kebanyakan terjadi

pada saat perintah diberikan secara lisan atau melalui telepon. Komunikasi yang

Page 17: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

16

mudah terjadi kesalahan yang lain adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan

kritis. Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan atau

prosedur untuk perintah lisan dan telepon termasuk mencatat perintah yang

lengkap atau hasil pemeriksaan oleh penerima perintah, kemudian penerima

perintah membacakan kembali (read back) perintah atau hasil pemeriksaan dan

melakukan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan dibaca ulang

adalah akurat. Kebijakan atau prosedur pengidentifikasian juga menjelaskan

bahwa diperbolehkan tidak melakukan pembacaan kembali (read back) bila

tidak memungkinkan seperti di kamar operasi dan situasi gawat darurat.

Selemen penilaian pada sasaran II ini terdiri dari beberapa hal sebagai

berikut:

1. Melakukan kegiatan ‘READ BACK’ pada saat menerima permintaan secara

lisan atau menerima intruksi lewat telepon dan pasang stiker ’SIGN HERE’

sebagai pengingat dokter harus tanda tangan.

2. Menggunakan metode komunikasi yang tepat yaitu SBAR saat melaporkan

keadaan pasien kritis, melaksanakan serah terima pasien antara shift (hand

off) dan melaksanakan serah terima pasien antar ruangan dengan

menggunakan singkatan yang telah ditentukan oleh manajemen.

c. Sasaran III: Peningkatan Keamanan Obat yang Membutuhkan

Perhatian

Rumah sakit perlu mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki

keamanan obat-obat yang perlu diwaspadai (high-alert). Bila obat-obatan

menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien, manajemen rumah sakit harus

berperan secara kritis untuk memastikan keselamatan pasien agar terhindar dari

Page 18: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

17

risiko kesalahan pemberian obat. Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-

alert medications) adalah obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan

serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang

tidak diinginkan (adverse outcome) seperti obat-obat yang terlihat mirip dan

kedengarannya mirip. Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu

kebijakan atau prosedur untuk membuat daftar obat-obat yang perlu

diwaspadai berdasarkan data yang ada di rumah sakit tersebut. Kebijakan

atau prosedur juga dapat mengidentifikasi area mana saja yang membutuhkan

elektrolit konsentrat, seperti di IGD atau kamar operasi, serta pemberian label

secara benar pada elektrolit dan bagaimana penyimpanannya di area tersebut,

sehingga membatasi akses, untuk mencegah pemberian yang tidak

sengaja/kurang hati-hati.

Elemen yang merupakan standar penilaian sasaran III adalah sebagai

berikut :

1. Melakukan sosialisasi dan mewaspadai obat Look Like dan Sound Alike

(LASA) atau Nama Obat Rupa Mirip (NORUM)

2. Menerapkan kegiatan DOUBLE CHECK dan COUNTER SIGN setiap

distribusi obat dan pemberian obat pada masing-masing instansi pelayanan.

3. Menerapkan agar Obat yang tergolong HIGH ALERT berada di tempat yang

aman dan diperlakukan dengan perlakuan khusus

4. Menjalankan Prinsip delapan Benar dalam pelaksanaan pendelegasian Obat

(Benar Instruksi Medikasi, Pasien, Obat, Masa Berlaku Obat, Dosis, Waktu,

Cara, dan Dokumentasi).

Page 19: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

18

d. Sasaran IV: Mengurangi Risiko Salah Lokasi, Salah Pasien dan

Tindakan Operasi

Rumah sakit dapat mengembangkan suatu pendekatan untuk

memastikan pemberian pelayanan dilakukan dengan tepat lokasi, tepat-prosedur,

dan tepat- pasien. Salah lokasi, salah pasien, salah prosedur, pada operasi

adalah sesuatu yang menkhawatirkan dan kemungkinan terjadi di rumah sakit.

Kesalahan ini merupakan akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau yang

tidak adekuat antara anggota tim bedah, kurangnya melibatkan pasien di

dalam penandaan lokasi (site marking), dan tidak ada prosedur untuk

verifikasi lokasi operasi. Di samping itu, pemeriksaan pasien yang tidak

adekuat, penelaahan ulang catatan medis yang kurang tepat, budaya yang tidak

mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim bedah atau operasi,

permasalahan yang berhubungan dengan tulisan tangan yang tidak terbaca

(illegible handwritting) dan pemakaian singkatan adalah faktor-faktor yang dapat

menyebabkan kesalahan. Rumah sakit perlu untuk secara kolaboratif

mengembangkan suatu kebijakan atau prosedur yang efektif di dalam

mengeliminasi masalah yang mengkhawatirkan ini. Digunakan juga keadaan

yang berbasis bukti, seperti yang digambarkan di Surgical Safety Checklist

dari WHO Patient Safety (2009), juga di The Joint Commission’s Universal

Protocol for Preventing Wrong Site, Wrong Procedure, Wrong Person Surgery.

Penandaan lokasi operasi perlu melibatkan pasien dan dilakukan atas satu

pada tanda yang dapat dikenali. Tanda itu harus digunakan secara konsisten

di rumah sakit dan harus dibuat oleh operator yang akan melakukan

tindakan, dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan, dan

Page 20: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

19

harus terlihat sampai saat akan disayat. Penandaan lokasi operasi dilakukan

pada semua kasus termasuk sisi (laterality), multipel struktur (jari tangan,

jari kaki, lesi) atau multipel level (bagian tulang belakang).

Proses verifikasi praoperatif ditujukan untuk memverifikasi lokasi, prosedur,

dan pasien yang benar; memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging),

hasil pemeriksaan yang relevan tersedia dan diberi label dengan baik serta

dipampang dan melakukan verifikasi ketersediaan peralatan khusus dan/atau

implant - implant yang dibutuhkan. Tahapan “Sebelum insisi” (Time out)

memungkinkan semua pertanyaan atau kekeliruan diselesaikan dengan baik dan

tepat. Time out dilakukan di tempat dimana tindakan akan dilakukan, tepat

sebelum tindakan dimulai, dan melibatkan seluruh tim operasi. Rumah sakit

menetapkan bagaimana proses itu didokumentasikan secara ringkas, misalnya

menggunakan checklist dan sebagainya.

Elemen yang menjadi penilaian pada sasaran IV ini adalah memberi

tanda spidol skin marker pada sisi operasi (Surgical Site Marking) yang tepat

dengan cara yang jelas dimengerti dan melibatkan pasien dalam hal ini (Informed

Consent)

e. Sasaran V: Mengurangi Risiko Infeksi

Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi

risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan yang diberikan. Pencegahan dan

pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam tatanan pelayanan

kesehatan dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang berhubungan

dengan pelayanan kesehatan merupakan hal yang menjadi perhatian besar bagi

pasien maupun para profesional pelayanan kesehatan. Infeksi biasanya

Page 21: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

20

dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran

kemih, infeksi pada aliran darah dan pneumonia. Pusat dari eliminasi infeksi

ini maupun infeksi-infeksi lain adalah kegiatan cuci tangan (hand hygiene)

yang tepat. Pedoman hand hygiene bisa dibaca di kepustakaan WHO, dan

berbagai organisasi nasional dan internasional. Rumah sakit mempunyai proses

kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan atau prosedur yang

menyesuaikan atau mengadopsi petunjuk hand hygiene yang diterima secara

umum dan untuk implementasi petunjuk itu di rumah sakit.

Elemen yang menjadi penilaian sasaran V adalah sebagai berikut.

1. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman Five Moment Hand

Hygiene dan digunakan dalam tatanan kesehatan untuk pelayanan ke pasien.

2. Menggunakan Hand rub di ruang perawatan dan melakukan pelatihan cuci

tangan efektif.

3. Memberikan tanggal dengan menggunakan spidol atau tinta yang jelas setiap

melakukan prosedur invasif (infuse, dower cateter, CVC, WSD, dan lain-lain)

f. Sasaran VI: Pengurangan Risiko Pasien Jatuh

Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi

risiko pasien dari cedera karena jatuh. Jumlah kasus jatuh cukup bermakna

sebagai penyebab cedera bagi pasien rawat inap. Dalam konteks masyarakat

yang dilayani, pelayanan yang disediakan, dan fasilitasnya rumah sakit perlu

mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi

risiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat

dan telaah pasien yang bermkemungkinan mengkonsumsi alkohol, gaya jalan

dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien.

Page 22: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

21

Elemen yang menjadi penilaian sasaran VI adalah sebagai berikut.

1. Melakukan pengkajian risiko jatuh pada pasien yang dirawat di rumah sakit.

2. Melakukan tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko jatuh.

3. Memberikan tanda bila pasien berisiko jatuh dengan gelang warna kuning

dan kode jatuh yang telah ditetapkan oleh manajemen

2.1.6 Langkah-Langkah Penerapan Sistem Keselamatan Pasien

Penerapan sistem keselamatan pasien membutuhkan dukungan dari

berbagai bidang. Langkah-langkah yang harus dilakukan antara lain:

a. Membangun budaya kerja yang mementingkan keselamatan dan keamanan

pasien dengan meningkatkan kewaspadaan secara terus-menerus;

penyelidikan yang seimbang dan terutama mempertanyakan mengapa, bukan

siapa; keterbukaan dengan pasien untuk menciptakan suasana kerjasama dan

saling percaya antara petugas rumah sakit dan pasien.

b. Kepemimpinan dan dukungan terhadap seluruh petugas rumah sakit dalam

menjaga keselamatan dan keamanan pasien : keteladanan, evaluasi dan

umpan balik, coaching dan mentoring terhadap staf secara berkesinambungan

untuk memberdayakan petugas rumah sakit, dukungan terhadap upaya

keselamatan pasien juga mencakup alokasi sumber daya manusia, informasi,

bahan dan peralatan.

c. Melakukan manajemen risiko secara terpadu. Makna manajemen risiko tidak

hanya terbatas pada litigasi oleh pasien maupun petugas kesehatan, tetapi

lebih mendasar lagi khususnya keselamatan pasien, petugas kesehatan dan

pengunjung rumah sakit, manajemen, analisis pemantauan, investigasi, dan

Page 23: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

22

pelatihan mengendalikan risiko merupakan suatu kesatuan. Pertimbangan

risiko harus menjadi bagian strategi menajemen pelayanan kesehatan.

d. Menganjurkan dan memfasilitasi pelaporan semua kasus medical error yang

dapat digabungkan dari tingkat lokal sampai tingkat nasional dengan menjaga

kerahasiaan pasien dan organisasi yang melaporkan. Pelaporan harus menjadi

pendorong pembelajaran yang harus dikembangkan dengan budaya pelaporan

yang tanpa dibayangi ketakutan akan hukuman.

e. Melibatkan pasien, keluarga dan seluruh masyarakat, menjelaskan dan bila

perlu minta maaf, menyelidiki penyebab secara terbuka. Mendukung pasien

dan keluarga bagaimana mengatasi dampak kesalahan medis, bekerjasama

dalam pengobatan dan perawatan lebih lanjut, dan melibatkan pasien dalam

investigasi dan rekomendasi untuk perubahan.

f. Mempelajari dan menyebarluaskan temuan tentang penyebab kegagalan

medis diantaranya pendekatan root cause analysis, dinamika sistem, diagram

tulang ikan, dan lain-lain.

g. Memberikan solusi-solusi untuk mencegah ”harm”, bukan hanya sebatas

menganjurkan staf untuk berhati-hati tetapi mengatasi permasalahan

mendasar, merancang peralatan dan sistem serta proses-proses lebih intuitif,

mempersulit petugas untuk melakukan kesalahan dan mempermudah petugas

untuk menemukan kesalahan.

Page 24: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

23

2.1.7 Standar Patient Safety

Menurut PERMENKES Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang

Keselamatan Pasien Rumah Sakit harus ada beberapa standar yang wajib dimiliki

oleh Rumah Sakit dalam menjalankan program keselamatan pasien.

Standar I. Ketentuan tentang hak pasien

Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang

rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD.

Adapun kriteria dari standar ini adalah :

a. Harus terdapat dokter penanggung jawab pelayanan.

b. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan

kesehatan.

c. Dokter yang menjadi penanggung jawab pelayanan wajib memberikan

penjelasan secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang

rencana dan hasil pelayanan, pengobatan dan prosedur untuk pasien termasuk

kemungkinan terjadinya KTD.

Standar II. Mendidik pasien dan keluarga.

Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan

tanggung pasien dalam asuhan kesehatan pasien.

Adapun kriteria dari standar tersebut antara lain.

Keselamatan pasien dalam pemberian pelayanan dapat di tingkatkan dengan

keterlibatan pasien yang merupakan patner dalam proses pelayanan. Karena itu di

rumah sakit harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan keluarganya

tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan

pendidikan tersebut di harapkan pasien dan keluarga dapat :

Page 25: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

24

a. Memberi informasi yang tepat, benar, jelas, lengkap dan jujur.

b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.

c. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.

d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan kesehatan.

e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit.

f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.

g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.

Standar III. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan. Rumah sakit

menjamin kesinambungan pelayanan kesehatan dan menjamin koordinasi antar

tenaga dan antar unit pelayanan.

Kriteria:

a. Adanya koordinasi yang baik dari pelayanan kesehatan secara menyeluruh

mulai dari saat pasien masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan

pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari rumah

sakit.

b. Adanya koordinasi pelayanan kesehatan yang di sesuaikan dengan kebutuhan

pasien dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada

seluruh tahap pelayanan transaksi antar unit pelayanan dapat berjalan baik

dan lancar.

c. Adanya koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk

memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial,

konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.

d. Adanya komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga

dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.

Page 26: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

25

Standar IV. Rumah sakit mesti mendesain proses baru atau memperbaiki proses

yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,

menganalisis secara intensif KTD, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan

kinerja serta keselamatan pasien.

Kriteria dari standar IV adalah sebagai berikut:

a. Setiap rumah sakit melakukan proses perencanaan yang baik dengan mengacu

pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien-petugas pelayanan

kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat dan faktor-faktor

lain yang berpotensi resiko bagi pasien sesuai dengan ”Tujuh langkah menuju

keselamatan pasien rumah sakit”

b. Setiap rumah sakit melakukan pengumpulan data kinerja antara lain yang

terkait dengan pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu

pelayanan dan keuangan.

c. Setiap rumah sakit melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua

KTD/KNC, dan secara proaktif melakukan evaluasi suatu proses kasus resiko

tinggi bagi pasien.

d. Setiap rumah sakit menggunakan semua data dan informasi hasil analisis untuk

menentukan perubahan sistem yang di perlukan agar kinerja dan keselamatan

pasien terjamin.

Standar V. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.

a. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan

pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan ”Tujuh langkah

menuju keselamatan pasien rumah sakit”

Page 27: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

26

b. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk mengidentifikasi

risiko keselamatan pasien dan program untuk menekan atau mengurangi

KTD/KNC

c. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar

unit terkait dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang

keselamatan pasien.

d. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengkaji,

mengukur, dan meningkatkan kinerja rumah rakit serta meningkatkan

keselamatan pasien.

e. Pimpinan mengkaji dan mengukur efektifitas kontribusinya dalam

meningkatkan kinerja Rumah Sakit dan keselamatan pasien.

Kriteria dari standar ini adalah sebagai berikut.

a. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien

guna meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.

b. Tersedia program proaktif untuk mengidentifikasi risiko keselamatan dan

program meminimalkan insiden yang mencakup jenis kejadian yang

memerlukan perhatian, mulai dari KNC/Kejadian Nyaris Cedera (Near miss)

sampai dengan KTD (Adverse event)

c. Tersedianya mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari

rumah sakit terintegrasi serta berpartisipasi dalam program keselamatan

pasien.

d. Tersedia prosedur yang cepat tanggap terhadap insiden, termasuk asuhan

kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan

penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.

Page 28: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

27

f. Tersedia mekanisme pelaporan baik internal dan eksternal yang berkaitan

dengan insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang

analisis akar masalah (RCA) kejadian pada saat program keselamatan pasien

mulai di laksanakan.

g. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden atau kegiatan

proaktif untuk memperkecil resiko termasuk mekanisme untuk mendukung

staf dalam kaitan dengan kejadian yang tidak diinginkan.

h. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan

antar pengelola pelayanan di dalam Rumah Sakit dengan pendekatan antar

disiplin.

i. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan

perbaikan kinerja rumah sakit dan perbaikan Keselamatan Pasien, termasuk

evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya tersebut.

j. Tersedia sasaran terukur dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria

obyektif untuk mengevaluasi efektifitas perbaikan kinerja rumah sakit dan

keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan implementasinya.

Standar VI. Mendidik staf tentang keselamatan pasien.

a. Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap

jabatan mencakup keterkaiatan jabatan dengan keselamatan pasien secara

jelas dan transparan.

b. Rumah sakit menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan yang

berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta

mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.

Page 29: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

28

Kriteria dari standar ini adalah sebagai berikut :

a. Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan

orientasi bagi staf baru yang memuat topik tentang keselamatan paien sesuai

dangan tugasnya masing- masing.

b. Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam

setiap kegiatan inservice training dan memberi pedoman yang jelas tentang

pelaporan insiden.

c. Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan training tentang kerjasama

kelompok guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam

rangka melayani pasien.

Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan

pasien.

a. Rumah sakit harus merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi

keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan

eksternal

b. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.

Kriteria dari standar ini adalah :

a. Rumah sakit perlu menyediakan anggaran untuk merencanakan dan

mendesain proses manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang

hal-hal terkait dengan keselamatan pasien.

b. Tersedia mekanisme untuk mengidentifikasi masalah dan kendala komunikasi

untuk merevisi manajemen informasi yang ada.

Page 30: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

29

2.1.8 Determinan Pelaksanaan Keselamatan Pasien berdasarkan Konsep

Teori Logic Model Development Kellogg

a. Man

Dalam menerapkan model asuhan keperawatan profesional dibutuhkan

tenaga yang mampu memberikan asuhan keperawatan professional. Untuk itu

penataan tenaga keperawatan dalam ruang rawat inap sangat diperlukan

(Simamora, 2014).

Efektifitas dan efisiensi ketenagaan dalam keperawatan sangat ditunjang

oleh pemberian asuhan keperawatan yang tepat dan kompetensi perawat yang

memadai. Oleh karena itu, perlu kiranya dilakukan perencanaan yang strategis dan

sistematis dalam memenuhi kebutuhan tenaga keperawatan. Perencanaan yang

baik mempertimbangkan klasifikasi pasien berdasarkan tingkat ketergantungan,

metode pemberian asuhan keperawatan, jumlah dan kategori tenaga keperawatan

serta perhitungan jumlah tenaga keperawatan. Untuk itu diperlukan kontribusi dari

manajer keperawatan dalam menganalisis dan merencanakan.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sudah menetapkan standar

praktik keperawatan yang dikembangkan berdasarkan standar praktik yang

dikeluarkan oleh American Nursing Association/ANA (PPNI, 2012). Standar

praktik keperawatan yang ditetapkan yaitu :

Standar I

Standar II

Standar III

Standar IV

Standar V

: perawat mengumpulkan data tentang kesehatan klien.

: perawat menetapkan diagnosa keperawatan.

: perawat mengidentifikasi hasil yang diharapkan untuk setiap

klien.

perawat mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang

berisi rencana tindakan untuk mencapai hasil yang diharapkan

:

:

perawat mengimplementasikan tindakan yang sudah ditetapkan

dalam rencana asuhan keperawatan.

Standar VI : perawat mengevaluasi perkembangan klien dalam mencapai

hasil akhir yang sudah ditetapkan.

Page 31: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

30

b. Money

Dalam manajemen keperawatan sangat diperlukan adanya pengelolaan

dalam keuangan sebagai faktor pendukung terlaksananya pelayanan keperawatan.

c. Material

Di dalam manajemen keperawatan sangat diperlukan adanya pengelolaan

peralatan sebagai faktor pendukung/penunjang terlaksananya pelayanan

keperawatan. Pelayanan keperawatan merupakan semua bentuk alat kesehatan

atau peralatan lain yang dipergunakan untuk menunjang kelancaran dalam

melaksanakan asuhan keperawatan sehingga diperoleh tujuan pelayanan

keperawatan efisien dan efektif.

Jumlah fasilitas dan alat-alat kedokteran maupun keperawatan dapat

dipenuhi dengan standar yang telah ditetapkan oleh masing-masing institusi

dengan memperhatikan jenis alat, bahan, ukuran, dan jumlah yang dibutuhkan.

d. Machine

e. Methodes

f. Market

Bed Occupation Rate

Bed Occupancy Rate (BOR) adalah presentase pemakaian tempat tidur pada

waktu tertentu yang didefinisikan sebagai jumlah tempat tidur yang terpakai

untuk perawatan pasien di dalam ruangan terhadap jumlah tempat tidur yang

tersedia. Standar nilai BOR menurut Barber Johnson adalah 75%-85% (Standar

Internasional), sedangkan standar nilai Depkes RI adalah 60%-85%.

Mutu Pelayanan Keperawatan

Penerapan upaya penjamin mutu keperawatan pasien dapat dilihat dari beberapa

aspek penilaian penting yang terdapat didalamnya. Indicator peningkatan mutu

pelayanan dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain :

Page 32: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

31

2.2 Motivasi kerja

2.2.1 Pengertian

Motivasi berasal dari kata motif (motive) yang artinya adalah rangsangan

dorongan dan pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang sehingga orang tersebut

memperlihatkan perilaku tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan motivasi

ialah upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan kepada masyarakat atau

kelompok untuk mau berbuat dan bekerjasama secara optimal melaksanakan

sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

(Azwar, Azrul, 1996).

Motivasi mempunyai arti mendasar sebagai inisiatif penggerak perilaku

seseorang secara optimal, hal ini disebabkan karena motivasi merupakan kondisi

internal, kejiwaan dan mental manusia seperti keinginan, harapan, kebutuhan,

dorongan dan kesukaan yang mendorong individu untuk berperilaku kerja guna

mencapai tujuan yang diinginkannya atau mendapatkan kepuasan atas

perbuatannya (Azwar, Azrul, 1996)

Motivasi merupakan konsep yang dipakai untuk menguraikan keadaan

ekstrinsik yang ditampilkan dalam perilaku yng terdiri dari respons instrinsik dan

ekstrinsik. Respon instrinsik disebut juga sebagai motif (pendorong) yang

mengarahkan perilaku ke rumusan kebutuhan atau pencapaian tujuan sedangkan

stimulus ekstrinsik dapat berupa hadiah atau insentif, mendorong individu

melakukan atau mencapai sesuatu. Jadi motivasi adalah interaksi instrinsik dan

ekstrinsik yang dapat dilihat dengan adanya perilaku atau penampilan (Sadili,

2006). Mc Clelland antara lain mengemukakan bahwa yang mendorong seseorang

untuk melakukan sesuatu atau bekerja adalah berfokus pada tiga kebutuhan dasar

Page 33: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

32

yaitu: a) Kebutuhan akan prestasi (achievement) dorongan untuk mengungguli

atau berprestasi, b) Kebutuhan akan afiliasi atau ikatan hasrat untuk berhubungan

antar pribadi yang ramah dan karib, c) Kebutuhan akan kekuasaan (power)

kebutuhan yang mendorong seseorang untuk menguasai atau mendominasi orang

lain (Sigit, 2003).

Berdasarkan beberapa difinisi diatas dapat di simpulkan bahwa motivasi

merupakan sesuatu yang dapat menimbulkan semangat atau dorongan bekerja

individu atau kelompok untuk mencapai tujuan dalam memuaskan kebutuhan-

kebutuhan yang berasal dari stimulus instrinsik maupun ekstrinsik.

2.2.2 Teori Motivasi

Berbagai teori dapat digunakan untuk menjelaskan tentnag motivasi.

Adapun teori tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Teori Abraham Maslow

Motivasi manusia timbul karena adanya kebutuhan- kebutuhan yang

dikemukan oleh Maslow yaitu : a) fisiologis (rasa lapar, haus, dan kebutuhan

jasmani lainnya), b) keamanan (keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian

fisik dan emosional) c) sosial (di terima baik, rasa memiliki, kasih sayang)

d) penghargaan (status, pengakuan dan perhatian), e) aktualisasi diri (pencapaian

potensi dan pemenuhan kebutuhan diri)

2. Teori Herzberg

Menurut Herzberg, tinggi rendahnya motivasi dan tingkat kepuasan kerja

seseorang ditentukan oleh faktor atau kondisi tertentu. Faktor-faktor tersebut

antara lain motivator (prestasi, kemajuan, keberhasilan dalam mencapai tujuan,

peningkatan atas prestasi seseorang (penghargaan), faktor higiene (kebijaksanaan

Page 34: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

33

dan administrasi, pengawasan dan mutu pengawasan (supervisi), hubungan

pribadi sesama pegawai, atasan dan bawahan, kondisi lingkungan kerja dan

keamanan kerja, gaji dan insentif, status).

3. Teori Mc. Clelland

Menurut David Mc Clelland terdapat tiga macam teori motivasi yang

terdiri dari motif berprestasi, afiliasi dan motif berkausa. Adapun motif tersebut

dapat dijelaskan sebagai berikut. a) motif berprestasi, yaitu dorongan untuk

mencapai sukses dalam berkompetensi dengan standar sendiri selalu berusaha

meningkatkan kemampuan dalam mewujudkan cita-citanya, b) motif affiliasi,

yaitu dorongan untuk diterima orang lain dan bersatu, pegawai yang bermotif

affiliasinya diterima, diakui dan dihargai orang lain, dan c) motif berkuasa, yaitu

dorongan yang timbul dalam diri seseorang untuk menguasai atau mempengaruhi

orang lain.

2.2.3 Perangsang Motivasi

Agar seseorang dapat melakukan sesuatu yang diharapkan, maka harus ada

perangsang yang dapat menggerakkan seseorang tersebut untuk bertindak.

Perangsang dibedakan atas dua macam yaitu:

1. Perangsang positif

Perangsang positif (positive insentive) adalah imbalan yang menyenangkan

yang disediakan untuk pegawai yang berprestasi. Rangsangan positif ini dapat

berupa hadiah, pengakuan promosi, dan atau melibatkan pegawai tersebut dalam

kegiatan yang menarik dan memiliki nilai prestasi yang tinggi.

Page 35: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

34

2. Perangsang negatif.

Perangsang negatif (negative incentive) ialah imbalan yang tidak

menyenangkan berupa hukuman bagi pegawai yang berbuat kesalahan atau tidak

seperti yang di harapkan. Perangsang ini dapat berupa denda, teguran,

pemindahan tempat kerja (mutasi) dan pemberhentian.

2.3 Komitmen Kerja

2.3.1 Pengertian Komitmen Kerja

Faktor sumber daya manusia adalah faktor yang signifikan untuk

meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. Manajemen rumah sakit perlu

mengembangkan perawat untuk melaksanakan Askep secara efektif, akurat, dan

konsisten. Bagi Perawat Komitmen kerja adalah identifikasi kekuatan yang terkait

dengan nilai-nilai dan tujuan untuk memelihara keanggotaan dalam rumah sakit

(Robbins, 2006). Komitmen kerja juga didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan,

keterikatan individu terhadap tujuan dan mempunyai keinginan untuk tetap berada

dalam rumah sakit (Mathis dan Jackson, 2001) Komitmen perawat dan bidan

terhadap rumah sakit ditunjukkan dengan prestasi yang lebih baik dengan terlibat

aktif melaksanakan asuhan keperawatan (Wijaya, 2012).

Beberapa penelitian tentang komitmen kerja dilaksanakan oleh

Nursyahfitri (2010). Dia mengkaji “Pengaruh Komitmen Karyawan terhadap

Kinerja Karyawan pada Divisi Produksi PT. Marumitsu Indonesia”. Ternyata

komitmen berpengaruh terhadap kinerja karyawan (t=3,037 dan p=0,000).

Penelitian yang dilakukan oleh Rois (2010) tentang “Pengaruh Komitmen

Anggota dan Budaya Kerja terhadap Kinerja Tim Koordinasi, Monitoring, dan

Page 36: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

35

Evaluasi Nasional”. Menemukan pengaruh yang signifikan antara komitmen

anggota dengan kinerja Tim Kormonev Nasional dengan nilai Uji t 2,300 dan Uji

F 0,637. Penelitian Suparman (2007) tentang “Analisis Pengaruh Peran

Kepemimpinan, Motivasi dan Komitmen Organisasi terhadap Kepuasan Kerja

dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai”. Menemukan bahwa terdapat pengaruh

signifikan komitmen kerja terhadap kinerja (nilai t 0,25 dan P=0,000). Semua

hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa komitmen kerja secara nyata

berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

2.3.2 Peningkatan Komitmen Kerja

Komitmen kerja perawat dapat ditingkatkan untuk meningkatkan mutu

asuhan keperawatan dengan beberapa cara sebagai berikut.

1. Menciptakan rasa aman, suasana kerja yang kondusif serta lakukan promosi

secara regular

2. Menempatkan perawat sesuai dengan kapasitas, minat, dan motivasi kerjanya

agar memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak.

3. Meningkatkan keterampilan, kesempatan pengembangan diri, dan bimbingan

perencanaan karir agar perawat merasa mantap dalam pencapaian kariernya.

4. Mengembangkan fleksibilitas dan otonomi pelaksanaan tugas tetapi tetap

memegang teguh tanggung jawab.

5. Mengembangkan system monitoring peningkatan kinerja, dan pemahaman

terhadap nilai dan tujuan rumah sakit untuk menjaga kesesuaian antara visi

dan misi (Wijaya, 2012).

Page 37: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

36

2.3.3 Peranan Komitmen

Komitmen kerja memiliki peranan penting untuk peningkatan kinerja

perawat. Komitmen kerja perawat dapat meningkatkan kinerja mereka yang

meliputi aspek motivasi, kejelasan tugas dan kemampuan kerja. Dengan

komitmen kerja yang tinggi, perawat menjadi lebih giat bekerja dan mempunyai

motivasi kuat untuk berprestasi. Komitmen kerja juga dapat menumbuhkan rasa

kepemilikan terhadap rumah sakit, karena ingin tetap bertahan menjadi anggota

rumah sakit (Wijaya, 2012).

2.3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Komitmen Kerja

Komitmen merupakan kekuatan perawat secara menyeluruh terhadap tugas

dan kondisi lingkungan rumah sakit. Factor-faktor yang mempengaruhi komitmen

kerja adalah keinginan kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi, kemauan

berusaha dan bekerja keras untuk mencapai tujuan organisasi, keyakinan dan

kepercayaan terhadap nilai-nilai, serta tujuan organisasi. Pada penelitian ini,

komitmen kerja terdiri atas beberapa subvariabel seperti inisiatif, penghayatan

terhadap visi dan misi rumah sakit, peraturan rumah sakit, asuhan keperawatan,

dan indikator kinerja klinik. Penjabaran masing-masing subvariabel sebagai

berikut.

1. Inisiatif

Inisiatif merupakan kemampuan perawat dalam melaksanakan tugas tanpa

menunggu perintah. Hal ini terkait dengan peningkatan hasil pekerjaan,

menciptakan peluang untuk menghindari timbulnya masalah. Inisiatif juga

menyangkut kreativitas perawat untuk mengembangkan potensi diri dalam

Page 38: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

37

melaksanakan Askep dan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan. Dalam

penelitian ini subvariabel inisiatif diukur dengan indikator kesempatan

menyampaikan pendapat untuk mengembangkan askep, memiliki upaya untuk

meningkatkan mutu pelayanan dan mengembangkan kompetensi dalam

melaksanakan Askep (Ubaydillah, 2009).

2. Penghayatan Terhadap Visi dan Misi Rumah Sakit

Visi merupakan suatu pernyataan ringkas tentang cita-cita pengembangan

organisasi di masa depan. Misi merupakan penetapan tujuan atau sasaran

organisasi di masa depan. Misi merupakan penetapan tujuan atau sasaran

organisasi yang mencakup kegiatan jangka panjang dan jangka pendek.

Pernyataan visi dan misi harus sesuai dengan kebutuhan rumah sakit dan

kebutuhan pasien. Keduanya harus bias mengantarkan rumah sakit mencapai

tujuan dengan menumbuhkan semangat kerja, keharmonisan dalam melaksanakan

Askep sesuai SOP. Peningkatan komitmen kerja memerlukan penghayatan visi

dan misi rumah sakit. Dalam penelitian ini subvariabel visi dan misi rumah sakit

diukur dengan indikator pemahaman terhadap visi dan misi rumah sakit yang

sudah disosialisasikan kepada perawat dengan dijabarkan visi dan misi rumah

sakit dalam tugas pokok dan fungsi (Mangku Prawira, 2009).

3. Peraturan Rumah Sakit

Peraturan membatasi segala kegiatan perawat. Mereka harus mematuhi

karena ada sanksi bagi yang melanggar. Peraturan dapat berupa tata tertib yang

mengikat perawat melaksanakan askep sehingga tidak menyimpang dari tujuan

rumah sakit. Pada penelitian ini subvariabel peraturan rumah sakit diukur dengan

indikator kepatuhan terhadap peraturan rumah sakit yang diterapkan secara adil.

Page 39: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

38

4. Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah kegiatan profesional perawat yang bersifat

dinamis dan membutuhkan kreativitas mereka memberikan pelayanan kepada

pasien. Askep yang diberikan kepada pasien merupakan pelayanan profesional

untuk membantu pasien secara komprehensif melakukan kegiatan rutinnya tanpa

bantuan orang lain. Dalam penelitian ini subvariabel Askep diukur dengan

indikator melaksanakan askep sesuai dengan SOP dan menerapkan Askep sesuai

dengan indikator kinerja klinik.

5. Indikator Kinerja Klinik (IKK)

Indikator kinerja klinik adalah variabel yang diukur dengan prestasi kerja

perawat dalam waktu tertentu. Dalam penelitian ini IKK dirumuskan dalam

bentuk kuantitas pelaksanaan SOP. Indikator kinerja klinik diidentifikasi,

dirumuskan, dan ditetapkan oleh kelompok perawat atas persetujuan kepala

ruangan, wakil kepala ruangan, dan koordinator/supervisor. Dalam penelitian ini

subvariabel diukur dengan indikator pengetahuan tentang indikator kinerja klinik

dan penilaian kinerja perawat yang dikaitkan dengan indikator kinerja klinik.

2.4 Instalasi Perawatan Intensif

2.4.1 Pengertian

Instalasi perawatan intensif adalah ruang perawatan terpisah yang berada

dalam suatu rumah sakit dan dikelola khusus untuk perawatan pasien dengan

kegawatan yang mengancam nyawa akibat penyakit, pembedahan atau trauma

dengan harapan dapat disembuhkan (reversibel) dan menjalani kehidupan sosial

melalui terapi intensif yang menunjang (suport fungsi vital tubuh) pasien tersebut

Page 40: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

39

selama situasi kritis. Terapi suportif dengan obat dan alat meliputi fungsi

pernapasan, sirkulasi, sistem syaraf pusat, sistem pencernaan, ginjal yang

bertujuan agar ancaman kematian dapat dikurangi dan harapan sembuh kembali

normal dapat ditingkatkan (KARS, 2006).

Fasilitas pelayanan intensif dapaat berupa alat dan obat – obat emergensi,

tempat tidur khusus yaitu tempat tidur pasien yang dapat diatur ketinggian atau

posisi kepala, kaki, dan kemiringan secara mekanis atau elektris. Di atas tempat

tidur dilengkapi beberapa peralatan yang dipasang di dinding yaitu : suction,

exmination lamp, sphygnomanometer, kotak kontak, out let gasdan bed side

monitor.

2.4.2 Tujuan perawatan di Instalasi perawatan intensif

Instalasi perawatan intensif digunakan untuk mengelola pasien dengan

sakit berat dan kritis yang mengancam jiwa dengan melibatkan tenaga terlatih

serta didukung dengan kelengkapan peralatan khusus. Instalasi Perawatan Intensif

mempunyai tujuan yaitu :

a. Menyelamatkan kehidupan pasien yang mengalami penyakit kritis atau berat

b. Mencegah terjadinya kondisi yang memburuk dan terjadinya komplikasi dari

penyakit melalui observasi dan monitoring yang ketat disertai kemampuan

untuk menginterpretasikan setiap data yang didapat dan melaksanakan tindak

lanjut perawatan pasien.

c. Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mempertahankan kehidupan pasien.

d. Mengoptimalkan kemampuan fungsi organ pasien.

e. Mengurangi jumlah kematian pasien kritis dan mempercepat penyembuhan

pasien.

Page 41: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

40

2.4.3 Indikasi Pasien Masuk dan Keluar Instalasi Perawatan Intensif

Indikasi pasien yang dirawat diruang intensif dibagi dalam beberapa prioritas

yaitu :

1. Pasien prioritas 1 (satu)

Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, haemodinamik tidak stabil

yang memerlukan terapi intensif seperti dukungan/bantuan ventilasi, infus, obat-

obatan vasoaktif kontinyu dan lain-lain. Contoh pasien kelompok ini antara lain :

pasien pasca bedah kardiotorakik, atau pasien shock septic.

2. Pasien prioritas 2 (dua)

Kelompok ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih karena pasien

beresiko sehingga memerlukan terapi intensif segera, pemantauan intensif

menggunakan metode seperti pulmonary chateter sangat menolong. Kelompok

pasien ini adalah : pasien yang menderita penyakit dasar jantung paru, atau ginjal

akut dan berat atau yang telah mengalami pembedahan mayor, pasien kelompok 2

umumnya tidak terbatas macam terapi yang diterimanya, mengingat kondisi

mediknya senantiasa berubah.

3. Pasien prioritas 3 (tiga)

Pasien yang termasuk prioritas ini adalah pasien dengan sakit kritis, dan

tidak stabil dimana status kesehatannya baik penyakit yang mendasari maupun

penyakit akutnya sangat mengurangi kemungkinan kesembuhan dan atau

mendapat manfaat dari terapi yang diberikan. Contoh pasien ini adalah pasien

dengan keganasan metastasik disertai penyulit infeksi, pericardial tamponadeatau

sumbatan jalan nafas, atau pasien menderita penyakit jantung atau paru terminal

disertai komplikasi akut berat. Pasien-pasien prioritas ini mungkin mendapat

Page 42: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

41

terapi intensif untuk mengatasi penyakit akut, tapi usaha terapi mungkin tidak

sampai melakukan intubasi atau resusitasi cardiopulmonal.

Indikasi pasien keluar dari ruang intensif juga dibagi dalam beberapa

kriteria :

a. Pasien prioritas 1 (satu)

Pasien prioritas 1 (satu) dikeluarkan dari Instalasi perawatan intensif bila

kebutuhan untuk terapi intensif sudah tidak ada lagi atau bila terapi telah gagal

dan prognosis jangka pendek jelek dengan kemungkinan kesembuhan atau

manfaat dari terapi intensif kontinyu sangat kecil. Misalnya pasien dengan tiga

atau lebih gagal sistem organ yang tidak berespon terhadap pengelolaan agresif.

b. Pasien prioritas 2 (dua)

Pasien prioritas 2 (dua) dikeluarkan bila kemungkinan untuk mendadak

memerlukan terapi intensif telah berkurang.

c. Pasien prioritas 3 (tiga)

Pasien prioritas 3 (tiga) dikeluarkan bila kebutuhan untuk terapi intensif

sudah tidak ada lagi, tetapi mereka mungkin dikeluarkan lebih dini bila

kemungkinan kesembuhannya atau manfaat dari terapi intensif kontinyu kecil.

Misalnya pasien dengan penyakit lanjut (penyakit paru kronis, penyakit jantung

atau liver terminal, karsinoma yang telah menyebar luas, dan lain-lain yang telah

tidak berespon terhadap terapi intensif untuk penyakit akutnya, yang prognosis

jangka pendek secara statistik rendah, dan yang tidak ada terapi yang potensial

untuk memperbaiki prognosisnya.

Page 43: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

42

2.4.4 Persyaratan Ruang Instalasi Perawatan Intensif

Sebagai tempat untuk memberikan pelayan secara intensif Instalasi

PErawatan Intensif harus didukung dengan peralatan yang memiliki persyaratan

sebagai berikut : kinerja akurat dan terkendali, keselamatan kerja terjamin,

aksesori lengkap dan baik, dan laik pakai. Dalam memenuhi persyaratan tersebut

peralatan harus dikelola dengan baik secara berkesinambungan dan ditunjuk

petugas yang bertanggung jawab penuh untuk mengelola peralatan.

Selain peralatan, ruang perawatan di instalasi perawatan intensif juga

harus memenuhi persyaratan yang ditentukan yaitu :

a. Ruang terbuka 12-16 M2/ per unit.

b. Jarak antara dua tempat tidur adalah 2 meter.

c. Tempat tidur pasiem mudah dirubah posisinya.

d. Peralatan medis mudah dijangkau.

e. Tercukupinya persediaan obat-obatan.

f. Ruangan perawat ditempatkan sedemikian rupa sehingga memudahkan perawat

mengawasi dan menolong pasien.

g. Ruang ber-AC

h. Berdekatan dengan ruang operasi, ruang pulih sadar.

i. Cukup ruangan untuk peralatan dan sterilisasi.

j. Adanya cadangan sumber tenaga listrik darurat.

k. Adanya sistem alarm.

l. Adanya ruangan konsultasi keluarga pasien.

Page 44: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

43

2.4.5 SDM di Instalasi Perawatan Intensif

Ketenagaan yang ada di Instalasi Perawatan Intensif terdiri dari : Tim

dokter spesialis dari berbagai disiplin ilmu, tenaga keperawatan dan tenaga lain

(pekerja kesehatan, tata usaha, tenaga medis non perawatan, teknisi, analis).

a. Perawat di Instalasi Perawatan Intensif.

Perawat adalah seorang yang telah menyelesaikan pendidikan perawat

tingkat dasar yakni perawat dengan pendidikan SPK, Perawat tingkat I yakni

perawat dengan pendidikan D III Keperawatan, dan perawat tingkat II yakni

perawat dengan pendidikan sarjana keperawatan S1 Keperawatan adalah suatu

bentuk pelayanan kesehatan profesional yang merupakan bagian integral dari

pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan

biopsiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga,

masyarakat, baik sakit maupun sehat , yang mencakup seluruh proses kehidupan

manusia.

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada

praktek keperawatan yang langsung diberikan kepada pasien, pada berbagai

tingkat pelayanan kesehatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia,

dengan menggunakan metodologi proses keperawatan, berpedoman pada

keperawatan, dilandasi etik dan etika keperawatan dalam dalam lingkup

wewenang serta tanggungjawab keperawatan (PPNI, 1999)

b. Kualifikasi Tenaga Keperawatan di Instalasi Perawatan Intensif

Semua tenaga perawatan yang ditugaskan bekerja di pelayanan intensif

harus memenuhi persyaratan. Antara lain :

Page 45: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

44

1. Mampu mengenal dan mencatat tanda dan gejala penyakit/kegawatan yang

mengancam nyawa.

2. Mampu melakukan perawatan gawat darurat pendahuluan termasuk RJP dasar.

3. Mampu memasang infus intra vena.

4. Mampu melakukan pelayanan perawatan intensif sesuai kebutuhan pasien.

5. Mampu mencegah kontaminasi dan infeksi silang.

6. Mendapat pelatihan pencegahan kecelakaan akibat pemakaian alat-alat

listrik/kecelakaan kerja yang lain.

7. Mampu menggunakan peralatan secara benar, efektif dan aman.

8. Bersikap tanggap dan perhatian terhadap keluhan dan kabutuhan pasien serta

keluarga termasuk segi psikologi dan sosial.

Selain itu perawat di Instalasi Perawatan Intensif juga harus melaksanakan

uraian tugas lain sebagaimana perawat pada umumnya. Adapun uraian tugas

tersebut sebagai berikut :

1. Bersedia memelihara kebersihan ruangan dan lingkungan.

2. Menerima dan mengorientasikan pasien baru sesuai prosedur dan ketentuan

yang berlaku.

3. Memelihara dan merawat peralatan keperawatan dan alat-alat medis.

4. Melakukan observasi pasien (mengukur tanda-tanda vital) dan alat yang

digunakan.

5. Melakukan pengkajian keperawatan dan menentukan diagnosa keperawatan

sesuai batas kewenangan dan kemampuan.

6. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien sesuai kebutuhan dan batas

kemampuannya

Page 46: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

45

7. Melaksanakan tindakan pengobatan sesuai program.

8. Memberi penyuluhan kesehatan dan KIE pada pasien dan keluarga.

9. Membantu pasien untuk latihan gerak (mobilisasi) kepada semua pasien yang

berpeluang mengalami kontraktur atau mengalami imobilisasi.

10. Melaksanakan tugas pagi, sore, malam dan hari libur secara bergilir sesuai

daftar dinas.

11. Melaksanakan sistem pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan sesuai

dengan ketentuan.

12. Memindahkan pasien ke ruangan bila pasien sudah stabil atau sesuai indikasi.

13. Mendokumentasikan identitas klien, tindakan keperawatan, tindakan

pemeliharaan medis sesuai dengan konsep keselamatan pasien (patient safety).

14. Melaksanakan serah terima tugas saat pergantian dinas secara tertulis maupun

lisan.

15. Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh kepala ruang.

2.5 Hubungan Motivasi dan Komitmen Kerja Perawat dengan Penerapan

Keselamatan Pasien

Keselamatan pasien adalah bebas dari cidera aksidental atau

menghindarkan cidera pada pasien akibat perawatan medis dan kesalahan

pengobatan . Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah

sakit membuat asuhan pasien lebih aman (Dep Kes RI, 2006). Keselamatan pasien

merupakan suatu sistem untuk mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh

kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan

yang seharusnya diambil (TKPRS RSUP Sanglah Denpasar, 2011). Taylor, et al.

Page 47: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

46

(1993) mengungkapkan bahwa keperawatan merupakan profesi yang berfokus

kepada pelayanan dan bertujuan membantu pasien mencapai kesehatannya secara

optimal. Oleh karena itu pada saat memberikan asuhan keperawatan kepada

pasien, perawat harus mampu memastikan bahwa pelayanan keperawatan yang

diberikan mengedepankan keselamatan. Perawat harus memiliki kesadaran akan

adanya potensi bahaya yang terdapat di lingkungan pasien melalui

pengidentifikasian bahaya yang mungkin terjadi selama berinteraksi dengan

pasien selama 24 jam penuh, karena keselamatan pasien dan pencegahan

terjadinya cedera merupakan salah satu tanggung jawab perawat selama

pemberian asuhan keperawatan berlangsung.

Penelitian yang dilakukan oleh Hickam, et al. (2003) terhadap 115 literatur

mengenai pengaruh kondisi beban kerja terhadap insiden keselamatan pasien

menemukan bahwa kejadian merugikan yang paling sering dialami oleh pasien

adalah ulkus dekubitus, infeksi yang diperoleh di rumah sakit dan pasien jatuh.

Sedangkan Stanton dan Rutherford (2004) mengemukan beberapa kejadian

merugikan yang paling sering dialami oleh pasien sebagai akibat dari kurangnya

peran perawat (nurse sensitive patient outcomes) antara lain pneumonia,

perdarahan saluran pencernaan atas, shock/henti jantung, infeksi saluran kemih,

ulkus dekubitus dan failure to rescue.

Faktor sumber daya manusia adalah faktor yang signifikan untuk

meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. Manajemen rumah sakit perlu

mengembangkan perawat untuk melaksanakan Askep secara efektif, akurat, dan

konsisten. Bagi Perawat Komitmen kerja adalah identifikasi kekuatan yang terkait

dengan nilai-nilai dan tujuan untuk memelihara keanggotaan dalam rumah sakit

Page 48: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

47

(Robbins, 2006). Komitmen kerja juga didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan,

keterikatan individu terhadap tujuan dan mempunyai keinginan untuk tetap berada

dalam rumah sakit (Mathis dan Jackson, 2001) Komitmen perawat dan bidan

terhadap rumah sakit ditunjukkan dengan prestasi yang lebih baik dengan terlibat

aktif melaksanakan asuhan keperawatan (Wijaya, 2012).

Motivasi mempunyai arti mendasar sebagai inisiatif penggerak perilaku

seseorang secara optimal, hal ini di sebabkan karena motivasi merupakan kondisi

internal, kejiwaan dan mental manusia seperti aneka keinginan, harapan

kebutuhan, dorongan dan kesukaan yang mendorong individu untuk berperilaku

kerja guna mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapatkan kepuasan atas

perbuatannya (Azwar, Azrul, 1996). Motivasi juga merupakan konsep yang

dipakai untuk menguraikan keadaan ekstrinsik yang ditampilkan dalam perilaku.

Respon instrinsik disebut juga sebagai motif (pendorong) yang mengarahkan

perilaku ke rumusan kebutuhan atau pencapaian tujuan. Stimulus ekstrinsik dapat

berupa hadiah atau insentif, mendorong individu melakukan atau mencapai

sesuatu. Jadi motivasi adalah interaksi instrinsik dan ekstrinsik yang dapat dilihat

berupa perilaku atau penampilan (Sadili, 2006). Dalam perilaku organisasi

motivasi merupakan kemauan yang kuat untuk berusaha ke tingkat yang lebih

tinggi atau lebih baik untuk mencapai tujuan organisasi, tanpa mengabaikan

kemampuan untuk memperoleh kepuasan dalam pemenuhan kebutuhan pribadi.

Mc Clelland antara lain mengemukakan bahwa yang mendorong seseorang untuk

melakukan sesuatu atau bekerja adalah berfokus pada tiga kebutuhan dasar yaitu:

a)kebutuhan akan prestasi (achievement) dorongan untuk mengungguli atau

berprestasi, b)kebutuhan akan afiliasi atau ikatan hasrat untuk berhubungan antar

Page 49: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

48

pribadi yang ramah dan karib, c) kebutuhan akan kekuasaan (power) kebutuhan

yang mendorong seseorang untuk menguasai atau mendominasi orang lain (Sigit,

2003). Komitmen kerja memiliki peranan penting untuk peningkatan kinerja

perawat. Komitmen kerja perawat dapat meningkatkan kinerja mereka yang

meliputi aspek motivasi, kejelasan tugas dan kemampuan kerja. Dengan

komitmen kerja yang tinggi, perawat menjadi lebih giat bekerja dan mempunyai

motivasi kuat untuk melaksanakan atau menerapkan program keselamatan pasien

sehingga tercapai prestasi organisasi yang diharapkan.

Page 50: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

47

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Rumah sakit sebagai salah satu institusi pelayanan kesehatan diharapkan

dapat memberikan pelayanan yang bermutu. Pelayanan yang bermutu adalah

pelayanan yang dilaksanakan dan pemberi pelayanan sesuai standar tanpa

membedakan status sosial pasien. Untuk mewujudkan tersebut tidak terlepas dari

diterapkannya keselamatan pasien dengan tujuan adalah memberikan keamanan

dan kenyamanan bagi pasien sehingga dapat mewujudkan kepuasan pasien dan

citra rumah sakit menjadi baik. Ada 6 (enam) faktor yang berpengaruh untuk

mewujudkan keselamat pasian antara lain: Man, Matherial, Machine, Methode,

Money dan Market. Di antara 6 (enam) faktor tersebut bahwa faktor manusia

merupakan unsur manajemen yang pokok karena manusia merupakan faktor yang

paling dominan dibandingkan faktor yang lainnya sebagai upaya mewujudkan

keselamatan pasien.

Dalam pelayanan kesehatan faktor manusia dalam hal ini perawat sebagai

salah satu sumberdaya yang memiliki pikiran, harapan, gagasan, reaksi psikis

yang sangat peka terhadap lingkungan kerjanya. Keberadaan tersebut dapat

memunculkan motivasi dan komitmen dalam penerapan keselamatan pasien.

Page 51: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

48

1.2. Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat disusun konsep

penelitian sebagai berikut:

: Variabel yang diteliti

: Alur pikir

Sumber: Kellog.W.K. (1998)Logic Model Development

Gambar 3.1 Konsep Penelitian

Motivasi Kerja Perawat

1. Tanggung jawab2. Pengakuan3. Komitmen Pemimpin4. Insentif5. Kondisi Kerja

Pelaksanaan KeselamatanPasien

1. Mengidentifikasi pasiendengan tepat

2. Meningkatkankomunikasi yang efektif

3. Peningkatan keamananobat yang membutuhkanperhatian

4. Mengurangi risiko salahlokasi, salah pasien dantindakan operasi

5. Mengurangi risiko infeksi6. Pengurangan risiko

pasien jatuhKomitmen Kerja

1. Inisiatif2. Penghayatan terhadap

Visi dan Misi RS3. Peraturan RS4. Asuhan Keperawatan5. Indikator Kinerja Klinik6. Pengembangan Karier7. Remunerasi8. Lingkungan Kerja

Money

Reward yang diberikan

Methods

Supervisi Keperawatan

Material

Fasilitas yang mendukung

Man (Sumber DayaManusia)

Machine

Jenis dan kelengkapan alatyang digunakan dalamperawatan

Market

Sosialisasi pelaksanaanpatient safety di ruangan

atau Rumah Sakit

Pengetahuan

Sikap

: Variabel yang tidak diteliti

Page 52: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

49

3.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, kerangka berpikir dan konsep

penelitian maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut: (sesuaikan dengan

rumusan masalah dan tujuan khusus)

Ha :

1. Terdapat hubungan antara motivasi kerja perawat dengan penerapan

keselamatan pasien di Instalasi Perawatan Intensif RSUP Sanglah Denpasar.

2. Terdapat hubungan antara komitmen kerja perawat dengan penerapan

keselamatan pasien di instalasi Perawatan Intensif RSUP Sanglah Denpasar.

3. Terdapat hubungan secara bersama-sama antara motivasi dan komitmen kerja

perawat dengan penerapan keselamatan pasien di Instalasi Perawatan Intensif

RSUP Sanglah.

Page 53: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

50

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik. Model

pendekatan yang digunakan adalah cross sectional. Pengumpulan data

dilaksanakan satu kali dari variabel bebas dan terikat (Nursalam, 2008).

4.2 Tempat Penelitian dan Waktu Pengumpulan Data

Penelitian dilakukan di seluruh ruang perawatan intensif RSUP Sanglah

Denpasar pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2015

4.3 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini terbatas dalam bidang manajemen administrasi

rumah sakit yang mengkhususkan tentang hubungan dari motivasi dan komitmen

kerja dalam penerapan keselamatan pasien di Ruang Intensif RSUP Sanglah

Denpasar.

4.4 Penentuan Sumber Data

4.4.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah subjek (manusia/klien) yang memenuhi kriteria yang telah

ditetapkan (Nursalam, 2008). Populasi pada penelitian ini adalah semua perawat

yang bertugas di Ruang Perawatan Intensif RSUP Sanglah Denpasar yang

berjumlah sebanyak 122 orang.

Page 54: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

51

4.4.2 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian diperoleh dengan menggunakan teknik sampling,

yaitu total sampling. Peneliti menggunakan keseluruhan populasi penelitian.

4.5 Variabel Penelitian

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda

terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain) menurut Soeparto, dkk dalam

Nursalam (2008).

a. Variabel bebas

Variabel bebas adalah variabel yang nilainya menentukan variabel yang

lain (Nursalam, 2008). Menurut Sugiyono (2012) variabel bebas adalah

merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya

atau timbulnya variabel terikat. Dalam penelitian ini variabel bebas (independen)

adalah motivasi dan komitmen kerja perawat.

b. Variabel terikat

Variabel terikat adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain

(Nursalam, 2008). Menurut Sugiyono (2012) variabel terikat merupakan variabel

yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam

penelitian ini variabel terikat (dependen) adalah penerapan keselamatan pasien.

Page 55: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

52

4.6 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati

dari sesuatu yang diamati tersebut (Nursalam, 2008). Definisi oprasional variabel

dalam penelitian ini diuraikan pada Tabel 4.2

Tabel 4.1 Definisi Operasional Hubungan Motivasi Kerja dan Komitmen Kerja

dengan Penerapan Keselamatan Pasien di RSUP Sanglah Denpasar

VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL SKALA UKURSKORING ALAT

UKURUsia Usia responden saat ini Interval 20-30

31-4041-50

Kuesioner

Jenis kelamin Jenis kelamin responden Nominal 1: laki-laki2:perempuan

Kuesioner

Tingkatpendidikan

Tingkat pendidikan respondenterakhir saat ini

Ordinal 1: D III Kep.2: DIV3: S1 Ners

Kuesioner

Statuskepegawaian

Status kepegawaian respondensaat ini

Nominal 1: PNS2: Honorer

Kuesioner

Motivasi kerja(tanggungjawab,pengakuan,komitmenpemimpin,insentif,kondisi kerja)

Dorongan yang timbul pada diriperawat instalasi perawatanintensif RSUP Sanglah untukmendukung atau tidakmendukung penerapan programkeselamatan pasien. Doronganyang dimaksud adalah doronganyang timbul karena adanyakeinginan untuk memberikanpelayanan kesehatan yang aman,yang jauh dari tuntutan karenakesalahan dalam memberikanpelayanan baik dari instrinsikmaupun ekstrinsik

Nominal ≤ mean:motivasikurang> mean:

motivasi baik

Kuesioner

Komitmenkerja (inisiatif,penghayatanterhadap visidan misi RS,peraturan RS,asuhankeperawatan,indikator kerja

Tangung jawab perawat instalasiperawatan intensif RSUP Sanglahterhadap askep dan keinginanuntuk tetap bekerja sertamemelihara sikap positif terhadapRumah Sakit yang terdiri darisubvariabel inisiatif, penghayatanterhadap visi dan misi RS,peraturan rumah sakit, askep dan

Nominal ≤ mean:komitmenkerja kurang>mean:

komitmenkerja baik

Kuesioner

Page 56: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

53

4.7 Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah kuisioner motivasi

perawat dan komitmen kerja dalam menerapkan keselamatan pasien. Instrumen

komitmen kerja dalam penelitian ini menggunakan kuesioner komitmen kerja

perawat yang pernah dipakai pada penelitian “Penerapan Manajemen Kinerja

Klinik berbasis Tri Hita Karana pada Komitmen kerja, Kepuasan kerja dan locus

of control terhadap peningkatan kinerja perawat dan bidan di RSU Bangli

(Wijaya, 2012). Hasil uji validitas dan reliabilitas instrument dilakukan terhadap

20 orang perawat dan bidan di Rumah Sakit Bangli dengan hasil menunjukkan

nilai koefiesien korelasi >0,3 dan signifikansi <0,05 yang berarti kuesioner

tersebut valid. Nilai reliabilits menunjukkan nilai alpha croncbach >0,7 yang

berarti kuesioner tersebut tergolong reliabel sehingga dapat dipergunakan sebagai

instrumen yang tepat untuk mengukur komitmen kerja.

Instrument Motivasi kerja menggunakan kuesioner penelitian Ariyani

(2009) dengan judul “Analisis Pengetahuan Dan Motivasi Perawat Yang

klinik) indikator kerja klinik

Penerapankeselamatanpasien

Sebagai tanggapan / persetujuanuntuk melakukan suatu tindakanatau aktifitas perawat di instalasiperawatan intensif RSUP Sanglahbaik yang dapat diamati secaralangsung maupun tidak langsungyang mempunyai maksudmendukung penerapan programkeselamatan pasien. Tindakantersebut dapat berbentukmencegah pasien jatuh, mencegahkejadian infeksi nosokomial,mencegah salah obat, salahpasien, salah dosis, salah waktudan salah prosedur

Nominal ≤mean:penerapankeselamatanpasien kurang>mean:penerapankeselamatanpasien baik

Kuesioner

Page 57: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

54

Mempengaruhi Sikap Mendukung Penerapan Program Keselamatan Pasien Di

Instalasi Perawatan Intensif RSUD Dr Moewardi Surakarta Tahun 2008”. Uji

validitas dan reliabilitas dilakukan pada 30 perawat ICU/ICCU RS dr. Oen

Surakarta dengan hasil menunjukkan koefisien validitas bergerak dari 0,426

sampai 0,599 yang menunjukkan instrument ini valid. Uji Reliabel motivasi

perawat menunjukkan nilai alpha cronbach 0,848 yang artinya instrumen ini

reliable.

Instrumen pelaksanaan keselamatan pasien dalam penelitian ini

menggunakan kuesioner penelitian yang telah dilaksanakan oleh Ariyani (2009).

Uji validitas instrumen menunjukkan koefisien validitas bergerak dari 0,377

sampai 0,561 yang menunjukkan instrument ini valid. Uji reliabilitas

menunjukkan nilai alpha cronbach ≥ 0,60 yaitu 0,799 sehingga kuesioner tersebut

sudah reliabel.

4.8 Prosedur Penelitian

4.8.1 Jenis Data yang Dikumpulkan

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh langsung

melalui hasil wawancara kuesioner motivasi, komitmen kerja dan sikap dalam

penerapan keselamatan kerja yang diberikan kepada perawat di ruang perawatan

intensif RSUP Sanglah Denpasar. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh

dari data kepegawaian RSUP Sanglah Denpasar yang berupa jumlah tenaga

perawat yang bertugas di masing-masing Ruangan Rawat Intesif Terpadu dan

profil dari Ruang Instalasi tersebut.

Page 58: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

55

4.8.2 Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data setelah mendapatkan ijin dari program studi

MIKM Universitas Udayana, Komite etik FK Unud, Rumah sakit Sanglah,

selanjutnya mengumpulkan sampel yaitu perawat Intensif RSUP Sanglah dan

melakukan penyebaran kuesioner pada saat responden melakukan dinas sesuai

shift kerja. Sebelum pengumpulan data dilakukan, calon responden diminta untuk

melakukan penandatanganan surat persetujuan menjadi responden dan melakukan

wawancara terstruktur menggunakan kuisioner dengan perawat.

4.9 Analisis Data

4.9.1 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan suatu proses untuk memperoleh data

berdasarkan suatu kelompok data mentah dengan menggunakan rumus tertentu

sehingga menghasiilkan informasi yang diperlukan (Setiadi, 2007).

Langkah-langkah pengolahan data:

a. Editing

Menurut Setiadi(2007), editing adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah

diserahkan oleh para pengumpul data. Setiap instrument yang digunakan telah

diperiksa untuk dipastikan bahwa setiap instrument telah lengkap dan diisi sesuai

ketentuan. Memeriksa kembali hasil dari jawaban kuesioner, apabila ditemukan

kekurangan data yang didapatkan dari responden maka dilakukan kembali

pemberian kuesioner dengan responden saat itu juga.

Page 59: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

56

b. Coding

Menurut Setiadi (2007), coding adalah mengklasifikasi jawaban-jawaban dari para

responden kedalam ketegori.Hasil kuesioner yang sudah terkumpul diperiksa

kelengkapannya, kemudian diberi kode responden sesuai ketentuan. Kode

diberikan sesuai dengan nomor urut responden yang diambil. Koding yang

digunakan untuk memasukan data ke dalam program statistik yaitu : untuk

masing-masing variabel missal variabel motivasi kode 1 untuk motivasi rendah, 2

untuk motivasi sedang dan 3 untuk motivasi tinggi.

c. Scoring

Pemberian skor dilakukan terhadap kuesioner yang telah dikumpulkan dalam

penelitian ini. Dalam penelitian ini mengunakan tiga buah kuesioner yang terdiri

dari kuesioner motivasi, kuesioner komitmen kerja dan kuesioner penerapan

keselamatan pasien

Kuesioner motivasi terdiri dari 12 item pertanyaan dengan skala likert. Pemberian

skor dilakukan berdasarkan jawaban yang diberikan oleh responden. Responden

yang menjawab sangat sesuai diberikan skor 5, menjawab sesuai diberikan skor 4,

menjawab kurang sesuai diberi skor 3, menjawab tidak sesuai diberi skor 2 dan

menjawab sangat tidak sesuai diberi skor 1. Scoring pada kuesioner motivasi

menggunakan nilai rata-rata. Nilai ≤ mean yaitu motivasi kurang dan jika >nilai

mean yaitu motivasi baik. Kuesioner komitmen kerja terdiri dari 5 komponen

pertanyaan yang berjumlah 12 pertanyaan dengan skala likert. Setiap responden

yang menjawab sangat setuju diberikan skor 5, menjawab dengan setuju diberikan

nilai 4, menjawab ragu-ragu diberikan skor 3, menjawab tidak setuju diberikan

Page 60: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

57

skor 2 dan menjawab sangat tidak setuju diberikan skor 1. Skoring pada kuisioner

komitmen kerja menggunakan nilai rata-rata. Nilai ≤ mean yaitu komitmen kerja

kurang dan > mean yaitu komitmen kerja baik.

Kuesioner penerapan keselamatan pasien 10 pertanyaan yang menggunakan skala

likert. Responden yang menjawab selalu diberikan skor 5, menjawab sering

diberikan skor 4, menjawab kadang-kadang diberi skor 3, menjawab jarang diberi

skor 2 dan menjawab tidk pernah diberi skor 1. Skoring pada kuesioner penerapan

keselamatan pasien menggunakan nilai rata-rata. Nilai ≤ mean yaitu penerapan

keselamatan pasien kurang dan nilai > mean yaitu penerapan keselamatan pasien

baik.

d. Entry atau transfering

Setelah data di editing dan coding maka memasukkan data dalam komputer

kemudian disimpan dalam bentuk flash disk.

e. Cleaning atau tabulasi

Untuk mengecek kesalahan-kesalahan dengan contingency check yaitu

menghubungkan jawaban satu sama lain untuk mengetahui adanya konsistensi

jawaban. Data kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi.

Page 61: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

58

4.9.2 Teknik Analisis Data

Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul. Proses analisa data

penelitian ini yaitu:

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan karakteristik

subjek/responden penelitian dengan cara membuat tabel distribusi frekuensi

b. Analisis Bivariat

Analisis untuk menilai hubungan variabel bebas dengan variabel

tergantung. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui masing-masing faktor

motivasi dan komitmen kerja dengan penerapan keselamatan pasien. Hasil analisis

bivariat ditampilkan dalam tabel 2x2 dengan row percentage. Dan uji statistik

yang digunakan adalah chi square atau regresi logistic dengan menampilkan

confident interval pada confident level 95% (95% CI) serta mendapatkan Odd

Ratio (OR)

c. Analisis Multivariat

Analisis multivariate yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan uji

pengaruh dari 2 variabel independen terhadap variabel dependen uji ini

dimaksudkan untuk melihat sejauhmana pengaruh variabel independen dapat

dijadikan untuk sebagai prediktor untuk terjadinya variabel dependen. Hasil

analisis multivariat menunjukkan faktor mana yang paling berpengaruh terhadap

variabel dependen dan analisis ini dapat mengontrol variabel confounding yang

terdapat dalam penelitian. Dalam penelitian ini analisis multivariat yang

dipergunakan adalah regresi logistik.

Page 62: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

59

BAB V

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini berisi menguraikan tentang hasil penelitian yang dilakukan

terhadap 112 responden perawat yang bertugas di ruang Intensif Rumah Sakit

Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar. Pengumpulan data dilakukan mulai bulan Juli

sampai dengan Oktober 2015.

5.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar merupakan rumah

sakit pendidikan tipe A di Kota Denpasar (Permenkes 1636 tahun 2005 tanggal 12

Desember 2005). RSUP Sanglah Denpasar berstatus Badan Layanan Umum

(BLU) milik Departemen Kesehatan RI. Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah

sebagai rumah sakit pemerintah dan rumah sakit rujukan utama di Bali, Nusa

Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB). Rumah Sakit Umum Pusat

Sanglah dipimpin oleh seorang Direktur Utama dan dibantu oleh Direktorat

Medik dan Keperawatan yang membawahi Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Gawat

Darurat (IGD), Instalasi Rawat Inap (IRNA A, IRNA B, IRNA C, dan IRNA D),

Instalasi Terpadu Intensif (Intensive Care Unit (ICU), Intensive Coronary Care

Unit (ICCU), Burn Unit), Instalasi Bedah Sentral, Instalasi Wing Amerta, Inslatasi

Geriatri, dan Instalasi Pelayanan Jantung Terpadu.

Ruang perawatan intensif adalah unit perawatan di rumah sakit yang dilengkapi

peralatan khusus dan perawat yang terampil merawat pasien dengan keadaan yang

gawat yang perlu penanganan dengan segera dan pemantauan intensif (Gulli et al,

2001). Ruang perawatan intensif terdiri dari ruang ICU, ICCU, Burn Unit dan 1

Page 63: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

60

kamar operasi. Ruangan ICU dibagi menjadi 2 yakni ICU Barat dengan kapasitas

7 tempat tidur dan ICU Timur dengan kapasitas 10 tempat tidur. Ruang ICCU

merupakan ruangan khusus untuk pasien intensif yang memiliki masalah

kardiovaskuler. Ruang Burn Unit merupakan ruangan untuk pasien intensif

dengan masalah luka bakar yang terdiri dari ruangan isolasi, rawat biasa dan

kamar operasi. Semua ruangan intensif dilengkapi dengan peralatan lengkap untuk

menunjang keberhasilan penanganan serta keselamatan pasien.

5.2 Analisis Univariat

5.2.1 Gambaran Responden Penelitian

Responden dalam penelitian ini yakni semua perawat yang bertugas di

Ruang Perawatan Intensif RSUP Sanglah Denpasar. Berdasarkan teknik total

sampling yang dipergunakan, maka diperoleh 112 orang sebagai sampel

penelitian. Data karakteristik responden, dikumpulkan melalui tahap pengisian

kuesioner penelitian, kemudian setelah diteliti didistribusikan ke dalam tabel

distribusi sebagai berikut.

a. Gambaran Karakteristik Responden

Data sosiodemografi merupakan karakteristik perawat yang terpilih sebagai

responden di Ruang Perawatan Intensif RSUP Sanglah Denpasar berdasarkan total

sampling sebanyak 112 orang. Data sosiodemografi diidentifikasikan berdasarkan

umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, status kepegawaian,

dan masa kerja. Data yang terkumpul disajikan dalam bentuk data kategorik. Data

Page 64: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

61

Kategorik dianalisis dan didapatkan hasil berupa frekwensi dan persentase. Hasil

analisis masing-masing variabel ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik RespondenVariabel

SosiodemografiJumlah (Responden) Persentase (%)

Umur20-30 Tahun 27 24,131-40 Tahun 69 61,641-50 Tahun 16 14,3Jenis kelaminLaki-laki 33 29,5Perempuan 79 70,5Tingkat pendidikanDIII Keperawatan 79 70,5DIVKeperawatan 5 4,5S1 Ners 28 25,0Status perkawinanKawin 95 84,8Tidak Kawin 17 15,2Status kepegawaianPNS 99 88,4Honorer 13 11,6Masa kerja< 5 Tahun 21 18,85-10 Tahun 51 45,5>10 Tahun 40 35,7

Jumlah 112 100

Berdasarkan tabel 5.1. diatas didapatkan bahwa sebagian besar

responden atau subjek penelitian berusia 31-40 tahun yakni sebanyak 69

responden (61,6%), sebanyak 27 responden (24,1%) berusia 20-30 tahun dan

sebanyak 16 responden (14,3) % berusia 41-50 tahun.

Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 79

responden (70,5%), sedangkan 33 responden (29,5%) berjenis kelamin laki-

laki, sedangkan terkait dengan tingkat pendidikan diperoleh bahwa sebagian

besar memiliki tingkat pendidikan DIII Keperawatan sebanyak 79 responden

Page 65: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

62

(70,5%), sedangkan 28 responden (25%) memiliki tingkat pendidikan S1 Ners

dan sisanya sebanyak 5 responden (4,5%) memiliki tingkat pendidikan DIV

Keperawatan. Responden yang sudah kawin (84,8%) jumlahnya lebih banyak

dibandingkan dengan responden yang tidak kawin (15,2%).

Sebagian besar responden berstatus PNS sebanyak 99 responden

(88,4%), sedangkan sebanyak 13 responden (11,6%) berstatus honorer.

Berdasarkan masa kerja diperoleh bahwa sebagian besar responden mamiliki

masa kerja 5-10 tahun sebanyak 51 responden (45,5%), sebanyak 40 responden

memiliki masa kerja > 10 tahun dan sebanyak 21 responden (18,8%) memiliki

masa kerja < 5 tahun.

b. Distribusi Motivasi Kerja Responden

Motivasi kerja dibagi menjadi 2 kategori yakni baik dan kurang. Karakteristik

responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.2 Distribusi Motivasi Kerja RespondenMotivasi Jumlah (Responden) Persentase (%)

1 2 3Baik 91 81,2

Kurang 21 18,8Total 112 100

Berdasarkan tabel diatas diperoleh bahwa sebagian besar responden

memiliki motivasi kerja yang baik sebanyak 91 responden (81,2%), sedangkan

sebanyak 21 responden (18,8%) memiliki motivasi kurang.

c. Distribusi Komitmen Kerja Responden

Komitmen kerja dibagi menjadi 2 kategori yakni baik dan kurang. Karakteristik

responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 66: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

63

Tabel 5.3 Distribusi Komitmen Kerja Responden

Berdasarkan hasil jawaban responden diperoleh bahwa sebagian besar

responden memiliki komitmen kerja yang baik sebanyak 86 responden (76,8%),

sedangkan 26 responden (23,2%) memiliki komitmen kerja yang kurang.

d. Distribusi Penerapan Keselamatan Pasien

Penerapan keselamatan pasien dibagi menjadi 2 kategori yakni baik dan

kurang. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 5.4 Distribusi Penerapan Keselamatan Pasien

Berdasarkan tabel diatas diperoleh bahwa sebagian besar responden melakukan

penerapan keselamatan pasien yang baik sebanyak 87 responden (77,7%),

sedangkan 25 responden (22,3%) melakukan penerapan keselamatan pasien yang

kurang.

Komitmen Jumlah (Responden) Persentase (%)1 2 3

Baik 86 76,8Kurang 26 23,2Total 112 100

Penerapan KeselamatanPasien

Jumlah (Responden) Persentase (%)

1 2 3Baik 87 77,7

Kurang 25 22,3Total 112 100

Page 67: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

64

5.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat proporsi responden yang dikaitkan

dengan penerapan keselamatan pasien. Hasil analisis bivariat menggambarkan

proporsi nilai x2, nilai p=value, dan adjusted odd ratio (OR) dari setiap variabel

terhadap depresi. Analisis bivariate dilakukan terhadap variabel motivasi perawat

dan komitmen kerja terhadap penerapan keselamatan pasien di Ruang Intensif

RSUP Sanglah Denpasar.

5.2.1 Hubungan Motivasi kerja perawat dengan penerapan keselamatanpasien

Tabel 5.5 Hubungan motivasi kerja perawat dengan penerapan keselamatanpasien

Penerapan keselamatan pasienMotivasi perawat Kurang

n (%)Baikn (%)

Odd Ratio(OR)

(95% CI) P Value

Baik 13(14,28) 78(85,72) Ref. (2,814-22,744) 0,000*Kurang 12(57,14) 9(42,86) 8,002Jumlah (%) 25(22,32) 87(77,68)

*bermakna pada α = 0,05

Tabel 5.5 menggambarkan hubungan antara motivasi kerja perawat dengan

penerapan keselamatan pasien di Ruang Intensif RSUP Sanglah Denpasar.

Berdasarkan p value 0,000 atau < 0,005 maka dari variabel motivasi kerja

perawat secara statistik berhubungan dengan penerapan keselamatan kerja pasien.

Terdapat 87 responden (77,68%) perawat dengan motivasi kerja baik dan

penerapan keselamatan kerja juga baik. Namun masih terdapat 12 responden

(57,14%) perawat dengan motivasi kerja kurang dan penerapan keselamatan

pasien juga kurang. Uji statistik juga menunjukkan nilai Adjusted Odd Ratio

(OR) motivasi kerja perawat 8,002 dengan CI: 2,814-22,744, kondisi ini dapat

Page 68: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

65

menggambarkan bahwa perawat yang mempunyai motivasi kurang berpotensi 8 kali

penerapan keselamatan pasien juga kurang.

5.2.2 Hubungan Komitmen kerja dengan penerapan keselamatan pasien

Tabel 5.6 Hubungan komitmen kerja dengan penerapan keselamatan pasienPenerapan keselamatan pasien

Komitmen kerja Kurangn (%)

Baikn (%)

Odd Ratio(OR)

(95% CI) P Value

Baik 7(8,13) 79(91,87) Ref. (8,152-79,098) 0,000*Kurang 18(75,00) 8(25,00) 25,393Jumlah (%) 25(22,32) 87(77,68)

*bermakna pada α = 0,05

Tabel 5.6 menggambarkan hubungan antara komitmen perawat dengan

penerapan keselamatan pasien di Ruang Intensif RSUP Sanglah Denpasar.

Berdasarkan p value 0,000 atau < 0,005 maka dari variabel komitmen kerja

perawat secara statistik berhubungan dengan penerapan keselamatan kerja pasien.

Terdapat 79 responden (91,87%) perawat dengan komitmen kerja baik dan

penerapan keselamatan kerja juga baik. Namun masih terdapat 18 responden

(75,00%) perawat dengan komitmen kerja kurang dan penerapan keselamatan

pasien juga kurang. Uji statistik juga menunjukkan nilai Adjusted Odd Ratio

(OR) komitmen kerja perawat 25,393 dengan CI: 8,152-79,089, kondisi ini dapat

menggambarkan bahwa perawat yang mempunyai komitmen kerja kurang berpotensi 25

kali penerapan keselamatan pasien juga kurang.

Page 69: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

66

5.3 Analisis multivariat

5.3.1 Seleksi awal variabel

Langkah pertama dalam melakukan analisis regresi logistik yaitu dengan

pemilihan variabel yang layak diikutkan atau termasuk substansi penting sehingga

dapat dimasukkan dalam analisis multivariat regresi logistik. Variabel yang bisa

dijadikan kandidat untuk masuk analisis multivariat selanjutnya yakni yang

memiliki p value < 0,25; α = 0,05. Hasil statistik menunjukkan bahwa kedua

variabel baik itu motivasi perawat maupun komitmen kerja perawat mempunyai

hasil p value < 0,25, oleh karena itu kedua variabel tersebut bisa dimasukkan

untuk melalukan analisis multivariat.

5.3.2 Pemodelan multivariat

Variabel yang sudah diseleksi sebelumnya selanjutnya dilakukan analisis

multivariat melalui regresi logistik dengan Confidence Interval 95%,

mendapatkan p value serta adjusted Odds Ratio. Langkah pemodelan dari uji

regresi poison model prediksi dapat dilhat pada Tabel 5.7 berikut:

Tabel 5.7 Tabel analisis statistik multivariateVariabel P value Adjs.OR (95% CI)

Umur 0,361 2,486 (0,353-17,527)Pendidikan 0,147 0,517 (0,212-1,261)Status perkawinan 0,008* 2,662 (1,985-8,022)Status kepegawaian 0,011* 3,511 (2,023-25,510)Masa kerja 0,402 2,046 (0,384-10,908)Motivasi 0,029* 5,350 (0,310-8,891)Komitmen 0,000* 21,612 (5,503-84,879)Nagelkerke R Square: 0,687

*bermakna pada α = 0,05

Page 70: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

67

Dari analisis Tabel 5.7 terlihat bahwa terdapat empat variabel yang secara

statistik berhubungan dengan penerapan keselamatan pasien yaitu: status

perkawinan, status kepegawaian, motivasi dan komitmen perawat. Berdasarkan

nilai Adjusted OR variabel yang paling dominan berpengaruh yaitu komitmen

perawat (Adjs.OR: 21,62), selanjutnya motivasi perawat (Adjs. OR: 5,35)

kemudian status kepegawaian (Adjs. OR: 3,51) dan status perkawinan (Adjs.OR:

2,66). nilai R2 menggambarkan besarnya pengaruh semua variabel bebas terhadap

variabel terikat yaitu penerapan keselamatan pasien. Pada hasil tersebut

menunjukkan bahwa ketujuh prediktor (umur, pendidikan, status perkawinan,

status kepegawaian, masa kerja, motivasi dan komitmen perawat) berpengaruh

68,7% terhadap penerapan keselamatan pasien, sisanya (31,3%) dipengaruhi oleh

faktor atau prediktor lainnya.

Page 71: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

70

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Hubungan Antara Motivasi kerja perawat dengan PenerapanKeselamatan Pasien di Instalasi Perawatan Intensif RSUP Sanglah

Berdasarkan data yang diperoleh kemudian dicari hubungan antara motivasi

dengan penerapan keselamatan pasien dengan menggunakan uji korelasi Chi-

Square Tests. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai signifikansi p value

sebesar 0,000 lebih kecil dari α = 0,05 (p<0,05). Berarti menurut hasil yang

diperoleh pada penelitian ini bahwa H0 ditolak atau ada hubungan antara motivasi

dengan penerapan keselamatan pasien di Instalasi Perawatan Intensif RSUP

Sanglah Denpasar. Motivasi perawat yang kurang berpotensi 8 kali (OR:8,002,

CI:2,814-22,744) perawat tidak mampu menerapkan keselamatan pasien secara

baik.

Secara umum, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar

motivasi perawat sudah baik (81,2%), namun masih terdapat 18,2% motivasinya

masih kurang, hal ini kemungkinan disebabkan karena perawat merasa insentif,

kondisi kerja serta komitmen dari pimpinan yang belum maksimal, sedangkan

tanggung jawab serta pengakuan dirasa sudah baik. Kondisi ini tentu secara tidak

langsung akan berdampak terhadap penurunan motivasi perawat dalam

menerapkan keselamatan pasien terutama ketika melaksanakan tindakan-tindakan

keperawatan.

Keselamatan pasien merupakan suatu sistem untuk mencegah terjadinya

cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau

tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (TKPRS RSUP Sanglah

Page 72: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

71

Denpasar, 2011). Taylor, et al. Oleh karena itu pada saat memberikan asuhan

keperawatan kepada pasien, perawat harus mampu memastikan bahwa pelayanan

keperawatan yang diberikan mengedepankan keselamatan. Kesadaran perawat

dalam melakukan tugasnya tentu dipengaruhi oleh motivasinya dalam bekerja.

Motivasi mempunyai arti mendasar sebagai inisiatif penggerak perilaku seseorang

secara optimal, karena motivasi merupakan kondisi internal, kejiwaan dan mental

manusia seperti aneka keinginan, harapan kebutuhan, dorongan dan kesukaan

yang mendorong individu untuk berperilaku kerja guna mencapai tujuan yang

dikehendakinya atau mendapatkan kepuasan atas perbuatannya (Azwar, Azrul,

1996). Sejalan dengan Mc Clelland mengemukakan bahwa yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu atau bekerja adalah berfokus pada tiga

kebutuhan dasar yaitu: a) kebutuhan akan prestasi (achievement) dorongan untuk

mengungguli atau berprestasi, b) kebutuhan akan afiliasi atau ikatan hasrat untuk

berhubungan antar pribadi yang ramah dan karib, c) kebutuhan akan kekuasaan

(power) kebutuhan yang mendorong seseorang untuk menguasai atau

mendominasi orang lain (Sigit, 2003). Motivasi kerja yang baik akan

mempengaruhi pola pikir seseorang dalam melakukan tanggung jawab kerjanya.

Sama halnya seorang perawatan yang memiliki motivasi kerja yang baik akan

mampu melakukan tugasnya dalam menerapkan asuhan keperawatan yang tepat

serta dapat mengutamakan keselamatan pasien.

Menurut Ariyani (2009) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa

mengelola dan mempertahankan motivasi kerja perawat pelaksana merupakan hal

penting dalam organisasi rumah sakit. Jika motivasi kerja diabaikan maka akan

Page 73: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

72

mempengaruhi sikap kerja perawat termasuk dalam mendukung penerapan

keselamatan pasien (patient safety). Hasil penelitian Ridwan (2013) yang berjudul

“Pengaruh Motivasi Instrinsik dan Motivasi Ekstrinsik terhadap Kinerja Perawat”

menyebutkan bahwa hubungan yang positif antara motivasi kerja dengan

pencapaian kinerja. Artinya, pimpinan, manajer dan pegawai yang mempunyai

motivasi tinggi akan mencapai kinerja tinggi, dan sebaliknya mereka yang

kinerjanya rendah disebabkan motivasi kerjanya yang rendah. Hasil penelitian

Maryani (2013) yang berjudul “Pengaruh Motivasi dan Kepuasan Kerja Terhadap

Kinerja Perawat Di Rumah Sakit Bhayangkara Bandung” menyatakan bahwa

motivasi dan kepuasan kerja secara parsial berpengaruh positif signifikan

terhadap kinerja perawat. Hal ini ditunjukkan dengan pvalue < 0,05.

Berdasarkan data yang diperoleh serta penelitian lain yang mendukung

maka disimpulkan bahwa motivasi kerja seorang perawat akan berdampak pada

kinerja serta tanggung jawab dalam memberikan asuhan keperawatan yang

profesional sehingga keselamatan pasien dapat menjadi proritas utama.

6.2 Hubungan antara Komitmen kerja perawat dengan PenerapanKeselamatan Pasien di Instalasi Perawatan Intensif RSUP Sanglah

Berdasarkan data yang diperoleh kemudian dicari hubungan antara

komitmen kerja dengan penerapan keselamatan pasien dengan menggunakan uji

korelasi Chi-Square Tests. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai

signifikansi p value sebesar 0,000 lebih kecil dari α = 0,05 (p<0,05). Berarti

menurut hasil yang diperoleh pada penelitian ini bahwa H0 ditolak atau ada

hubungan antara komitmen kerja dengan penerapan keselamatan pasien di

Page 74: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

73

Instalasi Perawatan Intensif RSUP Sanglah Denpasar. Komitmen kerja yang

kurang berpotensi 25 kali (OR:25,39, CI: 8,152-79,098) perawat tidak mampu

menerapkan keselamatan pasien secara baik. Kondisi ini kemungkinan disebabkan

karena kurangnya penghayatan terhadap visi misi Rumah sakit yang belum baik

serta pencapaian indikator kinerja klinik yang belum maksimal.

Komitmen kerja didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan, keterikatan

individu terhadap tujuan dan mempunyai keinginan untuk tetap berada dalam

rumah sakit (Mathis dan Jackson, 2001). Beberapa penelitian tentang komitmen

kerja dilaksanakan oleh Nursyahfitri (2010). Dia mengkaji “Pengaruh Komitmen

Karyawan terhadap Kinerja Karyawan pada Divisi Produksi PT. Marumitsu

Indonesia”. Ternyata komitmen berpengaruh terhadap kinerja karyawan (t=3,037

dan p=0,000). Sehingga dapat disimpulkan bahwa jika seorang karyawan

mempunyai komitmen kerja yang baik maka akan memiliki kinerja yang baik

pula. Begitu juga seorang perawat yang mempunyai komitmen kerja yang baik

maka akan memiliki kinerja yang baik dalam menerapkan asuhan keperawatan.

Seorang perawat yang memiliki komitmen dalam bekerja akan mempunyai kinerja

yang baik maka penerapan keselamatan pasien juga dapat tercapai.

Bagi Perawat Komitmen kerja adalah identifikasi kekuatan yang terkait

dengan nilai-nilai dan tujuan untuk memelihara keanggotaan dalam rumah sakit

(Robbins, 2006). Komitmen perawat terhadap rumah sakit ditunjukkan dengan

prestasi yang lebih baik dengan terlibat aktif melaksanakan asuhan keperawatan

(Wijaya, 2012). Komitmen kerja perawat dapat meningkatkan kinerja mereka

yang meliputi aspek motivasi, kejelasan tugas dan kemampuan kerja. Komitmen

Page 75: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

74

kerja juga dapat menumbuhkan rasa kepemilikan terhadap rumah sakit, karena

ingin tetap bertahan menjadi anggota rumah sakit (Wijaya, 2012). Pada ruang

lingkup ruamh sakit seorang perawat akan bekerja dalam sebuah tim. Hal tersebut

akan menuntut para perawat untuk memiliki komitmen dalam melakukan

tugasnya. Adanya suatu komitmen kerja dalam sebuah tim akan memberikan

dampak positif pada hasil kerja. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Rois (2010) tentang “Pengaruh Komitmen Anggota dan Budaya Kerja

terhadap Kinerja Tim Koordinasi, Monitoring, dan Evaluasi Nasional”.

Menemukan pengaruh yang signifikan antara komitmen anggota dengan kinerja

Tim Kormonev Nasional dengan nilai Uji t 2,300 dan Uji F 0,637. Komitmen

merupakan kekuatan perawat secara menyeluruh terhadap tugas dan kondisi

lingkungan rumah sakit. Seorang perawat harus memiliki komitmen dalam

bekerja sehingga akan mempengaruhi kinerjanya dalam memberikan asuhan

keperawatan. Asuhan keperawatan yang diaplikasikan dengan tepat akan

menghindari kesalahan dalam penanganan sehingga penerapan keselamatan

pasien dapat tercapai.

6.3 Hubungan Antara Motivasi dan Komitmen Kerja dengan PenerapanKeselamatan Pasien di Instalasi Perawatan Intensif RSUP Sanglah

Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan secara bersama sama

antara motivasi dan komitmen perawat serta karakteristik perawat (umur,

pendidikan, status perkawinan, status kepegawaian, masa kerja) terhadap

penerapan keselamatan pasien di Instalasi Perawatan Intensif RSUP Sanglah

Denpasar. Faktor atau prediktor tersebut berpengaruh 68,7% terhadap penerapan

Page 76: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

75

keselamatan pasien dan 31,3% dipengaruhi oleh prediktor lain. Faktor komitmen

kerja lebih dominan berpengaruh dibandingkan dengan faktor motivasi maupun

karakteristik perawat.

Motivasi mempunyai arti mendasar sebagai inisiatif penggerak perilaku

seseorang secara optimal, karena motivasi merupakan kondisi internal, kejiwaan

dan mental manusia seperti aneka keinginan, harapan kebutuhan, dorongan dan

kesukaan yang mendorong individu untuk berperilaku kerja guna mencapai tujuan

yang dikehendakinya atau mendapatkan kepuasan atas perbuatannya (Azwar,

Azrul, 1996). Sejalan dengan Mc Clelland mengemukakan bahwa yang

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu atau bekerja adalah berfokus pada

tiga kebutuhan dasar yaitu: a) kebutuhan akan prestasi (achievement) dorongan

untuk mengungguli atau berprestasi, b)kebutuhan akan afiliasi atau ikatan hasrat

untuk berhubungan antar pribadi yang ramah dan karib, c) kebutuhan akan

kekuasaan (power) kebutuhan yang mendorong seseorang untuk menguasai atau

mendominasi orang lain (Sigit, 2003). Motivasi kerja yang baik akan

mempengaruhi pola pikir seseorang dalam melakukan tanggung jawab kerjanya.

Sama halnya seorang perawat yang memiliki motivasi kerja yang baik akan

mampu melakukan tugasnya dalam menerapkan asuhan keperawatan yang tepat

serta dapat mengutamakan keselamatan pasien. Keselamatan pasien merupakan

suatu sistem untuk mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan

akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang

seharusnya diambil (TKPRS RSUP Sanglah Denpasar, 2011). Taylor, et al. Oleh

karena itu pada saat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, perawat

Page 77: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

76

harus mampu memastikan bahwa pelayanan keperawatan yang diberikan

mengedepankan keselamatan. Kesadaran perawat dalam melakukan tugasnya

tentu dipengaruhi oleh motivasinya dalam bekerja.

Motivasi yang baik tentunya harus diimbangi komitmen kerja yang baik.

Komitmen kerja didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan, keterikatan individu

terhadap tujuan dan mempunyai keinginan untuk tetap berada dalam rumah sakit

(Mathis dan Jackson, 2001). Bagi Perawat Komitmen kerja adalah identifikasi

kekuatan yang terkait dengan nilai-nilai dan tujuan untuk memelihara

keanggotaan dalam rumah sakit (Robbins, 2006). Komitmen perawat terhadap

rumah sakit ditunjukkan dengan prestasi yang lebih baik dengan terlibat aktif

melaksanakan asuhan keperawatan (Wijaya, 2012). Komitmen kerja perawat

dapat meningkatkan kinerja mereka yang meliputi aspek motivasi, kejelasan tugas

dan kemampuan kerja. Komitmen kerja juga dapat menumbuhkan rasa

kepemilikan terhadap rumah sakit, karena ingin tetap bertahan menjadi anggota

rumah sakit (Wijaya, 2012). Pada ruang lingkup rumah sakit seorang perawat

akan bekerja dalam sebuah tim. Hal tersebut akan menuntut para perawat untuk

memiliki komitmen dalam melakukan tugasnya. Adanya suatu komitmen kerja

dalam sebuah tim akan memberikan dampak positif pada hasil kerja. Seorang

perawat harus memiliki sebuah komitmen dalam mencapai hasil yang baik dari

penerapan asuhan keperawatan kepada pasien.

Perawat harus memiliki kesadaran akan adanya potensi bahaya yang

terdapat di lingkungan pasien melalui pengidentifikasian bahaya yang mungkin

terjadi selama berinteraksi dengan pasien selama 24 jam penuh, karena

Page 78: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

77

keselamatan pasien dan pencegahan terjadinya cedera merupakan salah satu

tanggung jawab perawat selama pemberian asuhan keperawatan berlangsung.

Perawat yang bertanggung jawab tentunya memiliki komitmen dalam bekerja

untuk mencapai tujuan serta hasil yang diinginkan. Selain komitmen kerja,

pentingnya sebuah motivasi dalam memberikan asuhan keperawatan juga menjadi

hal penting dalam keberhasilan sebuah pengaplikasian asuhan keperawatan. Untuk

itu, pentingnya suatu motivasi dan komitmen kerja dalam penerapan keselamatan

pasien.

Page 79: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

78

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 SIMPULAN

7.1.1 Terdapat hubungan antara motivasi perawat dengan penerapan keselamatan

pasien di Ruang perawatan Intensif RSUP Sanglah Denpasar, sebagian

besar perawat mempunyai motivasi yang baik namun masih terdapat

perawat yang motivasinya kurang dalam menerapkan keselamatan pasien

ketika melaksanakan tindakan keperawatan. Perawat dengan motivasi yang

kurang berpotensi 8 kali penerapan keselamatan pasien juga kurang.

7.1.2 Terdapat hubungan antara komitmen kerja dengan penerapan keselamatan

pasien di Ruang perawatan Intensif RSUP Sanglah Denpasar, sebagian

besar perawat mempunyai komitmen kerja yang baik namun masih terdapat

perawat dengan komitmen kerja kurang dalam menerapkan keselamatan

pasien ketika melaksanakan tindakan keperawatan. Perawat dengan

komitmen kerja yang kurang berpotensi 25 kali penerapan keselamatan

pasien juga kurang.

7.1.3 Motivasi dan komitmen kerja serta karakteristik perawat (umur, pendidikan,

status perkawinan, status kepegawaian, masa kerja) secara bersama-sama

berhubungan dengan penerapan keselamatan pasien di Ruang perawatan

Intensif RSUP Sanglah Denpasar. Faktor komitmen kerja paling dominan

berpengaruh terhadap penerapan keselamatan pasien dibandingkan dengan

faktor motivasi perawat dan karakteristik perawat.

Page 80: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

79

7.2 SARAN

Berdasarkan dari simpulan penelitian diatas dapat disampaikan beberapa saran

diantara:

a. Perlu adanya upaya dalam meningkatkan komitmen perawat melalui

sosialisasi terkait dengan pemahaman visi misi Rumah Sakit serta pencapaian

indikator kinerja perawat yang baik berupa peningkatan kualitas perawat baik

melalui pendidikan formal maupun informal secara berkesinambungan.

b. Perlu upaya peningkatan motivasi perawat terutama dalam hal penyesuaian

insentif, komitmen pimpinan serta menciptakan situasi kerja yang kondusif.

c. Perlu diadakan family gathering secara berkesinambungan sehingga tercipta

hubungan kekerabatan yang bai

d. Tenaga perawat sebaiknya memelihara serta meningkatkan motivasi melalui

kegiatan antar kelompok keperawatan baik ilmiah maupun non ilmiah.

e. Tenaga perawat perlu meningkatkan usaha pemahaman terhadap visi misi

Rumah sakit sehingga dapat mencapai indikator kinerja keperawatan yang

baik sesuai dengan target yang ditetapkan dalam rencana strategis Rumah

Sakit.

f. Peneliti selanjutnya sebaiknya mereplikasi penelitian ini di tatanan yang

berbeda, sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih komprehensif

yang berkontribusi terhadap kemampuan perawat dalam menerapkan prinsip

keselamatan pasien.

Page 81: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

80

g. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat prediktor atau variabel

lain yang berpengaruh terhadap penerapan keselamatan pasien dalam

tindakan keperawatan.

Page 82: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

DAFTAR PUSTAKA

Ariyani. 2009. Analisis Pengetahuan Dan Motivasi Perawat Yang MempengaruhiSikap Mendukung Penerapan Program Patient Safety Di InstalasiPerawatan Intensif Rsud Dr Moewardi Surakarta Tahun 2008. ProgramPasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang.

Azwar, Azrul. 1996. Pengantar administrasi kesehatan edisi ketiga. Jakarta:Binarupa Aksara

Bambang Prasetyo. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif : Teori dan Aplikasi. RajaGrafindo Persada : Jakarta.

Berenholtz, S.M., & Pronovost, P.J. 2007. Monitoring Patient Safety. Crit CareClin. 23 : 659 – 673.(Online).(www.criticalcare.theclinics.com, tanggal 10Januari 2014).

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Panduan Nasional :Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety). Jakarta: Depkes R.I.

Depkes RI. 2006. Pedoman Pengembangan jenjang karir profesional perawat.Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan, DepKes RI

Wijaya, Ganda. 2012. Penerapan Manajemen Kinerja Klinik Berbasis Tri HitaKarana pada Komitmen Kerja, Kepuasan Kerja Locus of Control terhadapPeningkatan Kinerja Perawat dan Bidan di RSU Bangli. Program MagisterProgram Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat. Program Pascasarjana.Universitas Udayana Denpasar

Hasanbasri. 2007. Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat dan BidanEvaluasi Pelatihan di Kulon Progo. Available at :http://www.kinerjaklinik-perawatbidan.or.id/home/index.php. Diaksestanggal 20 Mei 2014

Hasnita, E & Sanusi, R. 2005. Ciri-Ciri, Iklim Organisasi, dan Kinerja Perawat diInstalasi Rawat Inap RS Dr Achmad Moechtar Bukittinggi. Yogyakarta:UGM,Yogyakarta.

Hickam, et al. 2003. The Effect Of Health Care Conditions On Patient Safety.Evidence Report/Technology Assessment. (Prepared by Oregon Health &Science University under contract no. 290-97-0018). (Online). AHRQPublication No 03-E031. Rockville, MD : Agency for Healthcare Researchand Quality. (www.ahrq.gov, tanggal 16 Januari 2014)

Institute of Medicine. 2000. To Err is human : building a safer health system.Washington DC : National Academic Press

Page 83: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

KARS. 2006. Standar Pelayanan Rumah Sakit, Instrumen Penilaian AkreditasiRS. Pelayanan Intensif Bandung.

Kohn, et al. 2000. To Err is human : building a safer health system. WashingtonDC : National Academic Press

KP-RS RSUP Sanglah Denpasar. 2011. Buku Saku Pedoman Keselamatan PasienRumah Sakit (Patient Safety). Denpasar: RSUP Sanglah.

Mangku Prawira, T. S. 2009. Visi, Misi, Tujuan dan SDM Perusahaan. (online).available from URL: http://www.google.com/pengertian_visi_misi.Diakses tanggal 11 Mey 2014

Menteri Kesehatan RI. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien RumahSakit. Departemen Kesehatan RI.

Montalvo, I. 2007. The National Database of Nursing Quality Indicators. TheOnline Journal of Issues in Nursing, Manuscript.(www.nursingworld.org/MainMenuCategories/ANAMarketplace/ANAPeriodicals/OJIN/TableofContents/Volume122007/No3Sept07/NursingQualityIndicators.aspx, tanggal 7 Januari 2014).

Needleman, et al. 2006. Nurse - Staffing Levels And Quality Of Care InHospitals.. N Engl J Med, May 30, 346 (22) : 1715 – 1722. (Online).(http://intqhc.oxfordjournals.org/cgi/content/full/15/4/275, tanggal 15Januari 2014)

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian IlmuKeperawatan, Jakarta : Salemba Medika

Nursyahfitri. 2010. Pengaruh Budaya Kerja dan Komitmen Karyawan TerhadapKinerja Karyawan Pada Karyawan Divisi Produksi PT. MarumitsuIndonesia. Skripsi, Fakultas Ekonomi USU, Medan.

Nursyahfitri. 2011. Pengaruh Komitmen Karyawan terhadap Kinerja Karyawanpada Divisi Produksi PT. Marumitsu Indonesia. (Skripsi). Jakarta:Universitas Gunadharma.

Persatuan Perawatan Nasional Indonesia (PPNI). 1999. Panduan Keperawatandan Praktek Keperawatan,Jakarta : PPNI

Riyadi S, Kusnanto H. 2006. Motivasi dan Perilaku. Semarang : Dahara Prize

Robbins P. S. 2006. Perilaku Organisasi Edisi Indonesia. Jakarta: PT Indeks.Kelompok Gramedia

Page 84: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …

Robert L. Mathis dan John H. Jackson. 2001. Sumber Daya Manusia, Alih BahasaJimmy. Sadeli. Jakarta : Salemba Empat

Rois. 2010. Pengaruh Komitmen Anggota dan Budaya Kerja terhadap KinerjaTim Koordinasi, Monitoring dan Evaluasi nasional

Samsudin, Sadili. 2006. Manajemen Sumber daya Manusia. Bandung : PustakaSetia

Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : GrahaIlmu.

Sigit, Soehardi. 2003. Perilaku Organisasional,Bagian Penerbitan FakultasEkonomi,Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta

Stanton, M. W. & Rutherford, M.K. 2004. Hospital nurse staffing and quality ofcare. Reseach in action. AHRQ Publication No. 04-0029. Maret : issue 14.Rockville ,MD : Agency for Healthcare and quality.

Stoner, J. A. F. 1986. Manajemen. (jilid 2). Edisi bahasa Indonesia. Alihbahasa:Wilhelmus W.Bakowatun. Jakarta: Intermedia.

Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif”. Bandung : ALFABETA.

Suparman. 2007. Analisis Pengaruh Peran Kepemimpinan, Motivasi danKomitmen Kerja terhadap Kepuasan Kerja dalam Meningkatkan KinerjaPegawai (Studi pada Pegawai di Liingkungan Pemerintah DaerahKabupaten Sukamara di Provinsi Kalimantan Tengah). Tesis. Semarang:Universitas Diponegoro

Taylor et al. 1993. Fundamentals of nursing : the art and science of nursing care.(2nd. Ed). Philadelphia : J.B. Lippincott Company.

Ubaydillah, A. 2009. Jurnal Manajemen, Manajemen Sumber Daya Manusia,Bahan Kuliah. [cited 2014 May 1]. Available from: URL:http://www.google.co.id/pengertian_inisiatif.

Wibowo. 2012. Manajemen Kinerja (Edisi Ke 3) . Jakarta : Rajawali Pers

Winardi. 2011. Motivasi Pemotivasian. Jakarta : PT. Raja Grafindopersada.

Page 85: HASIL PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN …