eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/ringkasan hasil-hasil kajian budaya dan... ·...

225
RINGKASAN HASIL-HASIL KAJIAN BUDAYA DAN SEJARAH BANJAR

Upload: hoangnga

Post on 05-Feb-2018

254 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

RINGKASAN HASIL-HASIL KAJIAN BUDAYA DAN SEJARAH BANJAR

Page 2: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak CiptaLingkup Hak CiptaPasal 1:

1. Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 9:

1. Pencipta atau Pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 memiliki hak ekonomi untuk melakukan: a. penerbitan Ciptaan; b. Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya; c. penerjemahan Ciptaan; d. pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian Ciptaan; e. Pendistribusian Ciptaan atau salinannya; f. Pertunjukan Ciptaan; g. Pengumuman Ciptaan; h. Komunikasi Ciptaan; dan i. penyewaan Ciptaan.

Ketentuan PidanaPasal 113:

1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah).

2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500. 000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

3. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (l) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/ atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

4. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4. 000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

Pasal 114 Setiap Orang yang mengelola tempat perdagangan dalam segala bentuknya yang dengan sengaja dan mengetahui

membiarkan penjualan dan/atau penggandaan barang hasil pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait di tempat perdagangan yang dikelolanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Page 3: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

Prof. Dr. H. Jumadi, M.PdProf. Drs. H. Rustam Effendi, M.Pd, Ph.D

Drs. M. Zaenal Arifin Anis, M.HumMansyur, S.Pd, M.Hum

Drs. H. Ary Achdiyani, MAP

www.penerbitombak.com

2016

RINGKASAN HASIL-HASIL KAJIAN BUDAYA DAN SEJARAH BANJAR

Page 4: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

RINGKASAN HASIL-HASIL KAJIAN BUDAYA DAN SEJARAH BANJAR

Copyright©Jumadi, dkk., 2016

Diterbitkan oleh Penerbit Ombak (Anggota IKAPI) bekerja sama dengan Pusat Kajian Budaya dan Sejarah Banjar Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Universitas Lambung Mangkurat, 2016

Perumahan Nogotirto III, Jl. Progo B-15, Yogyakarta 55599

Tlp. 085105019945; Fax. (0274) 620606

e-mail: [email protected]

facebook: Penerbit OmbakTiga

website: www.penerbitombak.com

PO. 650.04.’16

Penulis: Prof. Dr. H. Jumadi, M. Pd., Prof. Dr. H. Rustam Effendi, M.Pd., M.Hum.,

Drs. M. Zaenal Arifin Anis, M.Hum., Mansyur, S.Pd., M.Hum., dan

Drs. H. Ari Achdiyani, MAP

Tata letak: Ridwan

Sampul: Dian Qamajaya

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)RINGKASAN HASIL-HASIL KAJIAN BUDAYA DAN SEJARAH BANJAR

Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2016

*** + *** hlm.; 16 x 24 cm

ISBN: ***-***-***-***-*

Page 5: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

v

KATA PENGANTAR

Tak Kenal Maka Tak Sayang. Ungkapan lama ini tampak-nya relevan

dikutip di sini mengingat banyak pengalaman unik terkait dengan Banjar.

Ketika bertemu dengan kawan-kawan dari daerah di luar Kalimantan,

kadang-kadang ada saja dari mereka yang tidak tahu persis dari daerah

mana Suku Banjar itu. Seharusnya kita tersinggung, tetapi apa gunanya,

lebih baik mencari tahu mengapa di abad informasi ini fakta tersebut bisa

terjadi. Fakta ini menyadarkan kita betapa pentingnya memperba-nyak

kajian Banjar dan mempublikasikannya. Dengan banyaknya khazanah hasil

kajian Banjar yang menghiasi toko buku, rak-rak perpustakaan, atau dunia

maya dengan e-book, niscaya hal-hal yang terkait dengan ke-Banjar-an bisa

tersebar luas.

Hingga saat ini memang sudah banyak kajian terhadap budaya dan

sejarah Banjar. Akan tetapi, masih banyak “rimba raya” budaya dan sejarah

Banjar yang belum dijamah oleh para peneliti dan pemerhati Banjar. Masih

banyak khazanah bahasa, sastra, arsitektur, tari, lukis, tradisi lisan, sejarah,

dan yang lain yang perlu diungkap. Sekarang yang menjadi pertanyaan

adalah sudah seberapa banyak hasil kajian terhadap budaya dan sejarah

Banjar? Pertanyaan itu masih sulit dijawab secara pasti mengingat publikasi

terhadap hasil-hasil kajian itu belum maksimal. Padahal, informasi yang

yang dikandungnya amat berharga bagi upaya kajian lanjutan maupun

upaya pembinaan dan pengembangan budaya dan sejarah Banjar.

Atas dasar keperluan di atas, tim merasa perlu menyusun buku dengan

judul Ringkasan Hasil-hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar. Sesuai dengan

judulnya, buku ini berisi ringkasan dari berbagai kajian budaya dan sejarah

Banjar yang telah dilaku-kan, baik di kalangan perguruan tinggi, seniman

dan sejarawan, maupun khlayak ramai. Mengingat waktu yang tersedia amat

pendek, isi buku ini tidak berpretensi untuk bisa mengungkapkan semua

hasil kajian yang pernah dilakukan. Mudah-mudahan segera menyusul buku

sejenis sebagai kelanjutan dari isi buku ini.

Page 6: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

vi

Peluncuran buku ini sengaja dilakukan bersamaan dengan

terbentuknya Pusat Kajian Budaya dan Sejarah Banjar yang bernaung di

bawah Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas

Lambung Mangkurat. Mudah-mudahan dengan terbitnya buku ini para

peneliti, pemerhati, seniman, budayawan, dan sejarawan Banjar terpantik

untuk memulai, melanjutkan, atau memperdalam hasil-hasil kajian yang

selama ini sudah dilakukan. Jika harapan ini terwujud, kami yakin bahwa

kajian terahadap budaya Banjar semakin meluas dan mendalam yang

pada gilirannya mudah-mudahan publikasinya menghiasi toko buku,

perpustakaan, dan dunia maya dalam bentuk e-book.

Buku ini terwujud berkat tersedianya dana dari pemerintah daerah.

Untuk itu, pada kesempatan ini tim penyusun menyampai-kan terima

kasih kepada Gubernur Kalimantan Selatan, Rektor Unlam, dan Ketua

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Unlam yang

telah menyediakan dana demi tersusun-nya buku ini. Semoga buku ini

menerbitkan manfaat walaupun sekecil biji sawi.

Tim Penyusun

Page 7: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

vii

DAFTAR ISI

Judul ~ Kata Pengantar ~ Daftar Isi ~

I. Hasil- Hasil Kajian Budaya~ 1. Terbit Tahun 1968

• HikayatBanjar~2. Terbit Tahun 1977

• Islam&MasyarakatBanjar,DeskripsidanAnalisa-KebudayaanBanjar ~

3. Terbit Tahun 1978• SastraLisanBanjar~

4. Terbit Tahun 1983• StrukturBahasaDusunDeyah~

5. Terbit Tahun 1984• GeografiDialekBahasaBanjarHulu~

6. Terbit Tahun 1986• MorfoSintaksisBahasaBanjarKuala~

7. Terbit Tahun 1994• SyairBramaSahdan~

8. Terbit Tahun 1995• SyairRatuKuripan~• SyairBurungSimbangan~

9. Terbit Tahun 1996• Wujud,Arti,danFungsiPuncak-PuncakKebudayaanLamadan

Asli Bagi Pendukungnya Daerah Kalimantan Selatan ~ • FungsiMantraDalamMasyarakatBanjar~

10. Terbit Tahun 1997• KamusBahasaBanjar-Indonesia~• Andi-AndiUrangBanjarBahari~• TemadanAmanatDongengBanjar~

11. Terbit Tahun 1998

Page 8: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

viii

• TemadanAmanatLegendaBanjar~• NominaBahasaBanjar~

12. Terbit Tahun 1999• SistemPemajemukanKataBahasaBanjar~• StrukturSastraLisanLamut~• NominaBahasaBanjar~

13. Terbit Tahun 2000• ManakibDatuNuraya(MisteriKitabBarincong)~

14. Terbit Tahun 2001• ManakibDatuSubandanParaDatu~• IntinganLawanDayuhanBaduaBadangsanak~• SketsaSastrawanKalimantanSelatan~

15. Terbit Tahun 2002• PangeranSamudera(PangeranSuriansyah)~

16. Terbit Tahun 2005• Kisah-KisahSarawin~• TataBahasaBahasaBanjar~

17. Terbit Tahun 2006• PamaliBanjar:DeskripsiBentuk,Fungsi,danMakna~• PamaliBanjar:DeskripsiBentuk,Fungsi,danMakna~

18. Terbit Tahun 2008• SyairCarangkulina:AnalisisStruktur,Fungsi,danNilaiBudaya

~• RepresentasiNilaiKulturalBanjarDalamKumpulanPuisiKurrr

Sumangat Banuaku ~• Analisis Jenis dan Pola Pembentukan Capatian Masyarakat

Banjar ~• AnalisisStrukturdanNilaiBudayaSastraBanjarJapin-Carita

(Naskah Pementasan Teater Awan) Fakultas -Tarbiyah IainAntasari Banjarmasin ~

19. Terbit Tahun 2009• SastraLisanBanjarHulu~• RelasiKekerabatanBahasaBanjardanBahasaBakumpai~• KesantunanDirektifBahasaBanjar~• PeribahasaBanjarDalamKumpulanCerpenGaluhKaryaJamal

T. Suryanata ~20. Terbit Tahun 2010

• RisalahKanzAlMa’rifah (AnalisisStrukturDanMakna)~

Page 9: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

ixRingkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

• RealisasiKesantunanTindakTuturMenolakBahasaBanjar~• PemertahananSastraLisanMadihindiKabupatenHuluSungai

Selatan ~• Penanda Kohesi Gramatikal dan Leksikal Dalam Kumpulan

CeritaPalui~• RisalahKanzAl-Ma’rifah:

Analisis Struktur dan Makna ~• SasiranganKainKhasBanjar~

21. Terbit Tahun 2011• PerkembanganBahasaBanjar~• SastraBanjarGenreLamaBercorakPuisi~• SastraBanjar:TeoridanInterpretasi~• NilaiPendidikanDalamPeribahasaBanjar~• AnalisisMajasdanCitraanKumpulanPuisi“TanahPerjanjian”

Karya Ajamuddin Tifani ~• Nilai-Nilai Moral Yang Terkandung Dalam Ungkapan Bahasa

Banjar ~• NilaiPendidikanDalam“PantunBaantaran”~• KesantunanMemintaDalamBahasaBanjar~

22. Terbit Tahun 2012• BahasaBanjar,DialekdanSubdialeknya~• Rumah Lanting Suatu Tinjauan Terhadap Aspek Sosial

Budaya, Ekonomi, Pola Pemukiman Dan Eksistensinya di Kota Banjarmasin ~

• PantunBanjar:Bentuk&Fungsinya~• KearifanLokalDalamFabelBanjar~• AspekBunyiDanPilihanKataDalamMantraBanjar~• KataPenghubungDalamBahasaBanjar~• PenggunaanMaksimTuturDalamMahalabio~• NilaiBudayaDalamTuturCandi~• InterferensiBahasaIndonesiaTerhadapBahasaBanjarDalam

CeritaSiPaluidiHarianBanjarmasinPost~• SyairSarabaAmpatAnalisis:SemantikdanSemiotik~• JargonKelompokPeseluncurdiBanjarmasin~• UngkapanPamali Bahasa Banjar Sebagai Sarana -Pendidikan

Karakter ~• MistikDalamHikayatBanjar~• LegendaDatu-DatuTabalong~

Page 10: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

x

23. Terbit Tahun 2013• PeribahasaBanjar~• TradisiTariTopeng(Manuping)diKampungBanyiurKelurahan

Basirih Banjarmasin Barat ~• Tradisi Maiwak Sebagai Mata Pencaharian Warga di Desa

Bangkau, Kecamatan Kandangan, Hulu Sungai Selatan, Tahun 1950-1970 ~

• PerkembanganPenokohandanAlurCeritaPertunjukanWayangGung di Daerah Barikin, Kecamatan Haruyan, Hulu Sungai Selatan, Tahun 1980-2000 ~

• DialektikaBudayaBanjarDalamKonteksSeni,Tradisi~• SubordinasiPerempuanDalamFabelBingkarungan~• RepresentasiNilai-NilaiAjaranIslamDalamUngkapanBahasa

Banjar ~• Asal-Usul Nama-Nama Kampung di Kabupaten Hulu Sungai

Tengah ~• PengintensifDalamBahasaBanjarKuala~• NilaiMoralDalamSyairKlasikGuntur~• PrefiksMan-BahasaBanjarDalamCeritaSiPalui~• UnsurPendidikanKarakterDalamPeribahasaBanjar~• HumorDalamCeritaSiPalui~• KajianStrukturPuisiBerBahasaBanjarPemenang-LombaAruh

SastraKalselVIITanjung2010~• Representasi Nilai-Nilai Pendidikan Keluarga Yang Terdapat

Dalam Ungkapan Bahasa Banjar ~• Madihin:AnalisisStrukturTeks,Tema,danCaraPenyajiannya

~135• DindangSastraLisanBanjarHulu:KajianBentuk,Makna,dan

Fungsi ~• Strategi Adaptasi Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana

Banjir Pasang di Desa Tanipah Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan ~

24. Terbit Tahun 2014• Mamanda,SebuahTeaterTradisional~• Cucupatian(Teka-Teki)Banjar:Struktur,Fungsi,dan–Makna~• GambaranKehidupanMasyarakatBanjarDalamTeksUndang-

Undang Sultan Adam ~• Pemberian Nama Alias Pada Masyarakat Amawang Kiri

Kandangan:TinjauanLinguistikEtnografi~

Page 11: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

xiRingkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

• Naskah Ini Fasal Pada Menyatakan Jalan Yang Benar KaryaNuruddinAr-RaniriDalamNaskahNegara:EdisiSuntinganTeksdanIsiNaskah~

• KecerdasanEmosionalOrangBanjarDalamPantunBanjar~151• LeksikonEmosiDalamBahasaBanjar~• StrategiPemertahananBahasaBanjardiKalimantanSelatan~• KesantunanDirektifBahasaBanjarDalamInteraksiAntaraGuru

danMuriddiSDNegeriHandilBaktiKecamatanAlalak~• PapadahBahari:AnalisisBentuk,FungsidanMakna~• Memaknai Perilaku Filantropi Masyarakat Muslim (Studi

-Fenomologis Pengalaman Sedekah Muzakki Rumah -Zakat Banjarmasin ~

25. Terbit Tahun 2015• StrukturKarakterTokohdanBahasaDalamKesenian-Tradisional

Mamanda ~• PermainanTradisionalRakyatKalimantanSelatan~• GerakDasarTariTradisiKudaGipangKalimantan-Selatan~• SyairSitiZubaidah~• InterpretasiSemiotikRiffaterreDalamMantraBanjar~• RepresentasiNilaiKarakterDalamTeksDindangSastra-Lisan

Banjar ~• StudiTentangKainSarigadingdiKalanganUrangBanjarTahun

1990–2013~

II. Hasil- Hasil Kajian Sejarah ~1. Terbit Tahun 1994

• StrukturBirokrasidanSirkulasiElitediKerajaanBanjar-padaAbadXIX~

2. Terbit Tahun 2001• Pegustian dan Tumenggung : Akar Sosial, Politik, Etnis dan

Dinasti Perlawanan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah 1859-1906 ~

3. Terbit Tahun 2007 -• PerjuanganDemangLehmanDalamPerangBanjarTahun1859-

1862 ~ 4. Terbit Tahun 2010

• KesultananBanjarmasinDalamLintasPerdaganganNusantaraAbadKe-XVIII~

• PerkembanganPemakaianWafaqDalamTradisiBadagangPada

Page 12: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

xii

Masyarakat Kelayan Timur, Kota Banjarmasin, Tahun 1980-1990 ~

5. Terbit Tahun 2011• IslamisasiKerajaanBanjar(AnalisisHubunganKerajaanDemak

DenganKerajaanBanjarAtasMasuknya Islamdi KalimantanSelatan)~188

• IslamisasiBanjarmasin(AbadXV-XIX)~• RajaDirajaKerajaanBanjarAbadXV–XXI~

6. Terbit Tahun 2012• Perjuangan Wanita Pada Masa Revolusi Fisik di Daerah

-Haruyan, Kewedanan Barabai, Tahun 1945-1949 ~• YusniAntemas,WartawanPejuangDariAmuntai(1922-2012)~• Perkembangan IramaLagu-LaguBanjardiKota-Banjarmasin,

Tahun 1980-2010 ~• AntaraDayakdanBelanda:SejarahEkonomiKalimantanTimur

dan Kalimantan Selatan Tahun 1880-1942 ~ 7. Terbit Tahun 2013

• PerangTongkaMontallat(27Mei-8Nopember1861):EpisodeTerakhir Perlawanan Antasari Dalam Perang -Barito di OnderdistrikMontallat,DistrikMiddenDoesoen,BorneoZuidOosterAfdeeling~

• PerjuanganGerilyaRakyatBalanganPadaMasaRevolusiFisikSekitar Tahun 1945-1949 ~

• PerdagangandanPolitikBanjarmasin1700-1747~8. Terbit Tahun 2014

• Migrasi Masyarakat Banjar ke Desa Sungai Ular KecamatanSecanggang, Kabupaten Langkat, Dari Tahun 1918-2012 (TinjauanHistoris)~

• PerananHarianKalimantanBerdjuangSebagaiAlatPenerangandi Kalimantan Bagian Selatan Pada Tahun 1946-1952 ~

9. Terbit Tahun 2015• RatuZaleha1880-1953:PerjuanganTerakhir-PerempuanBanjar

~• AsywadieSyukurSebagaiUlamadanPendidik-(1968-2010)~

Page 13: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

HASIL- HASIL KAJIAN BUDAYA

Page 14: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

1

- Terbit Tahun 1968 -

Judul Buku Penelitian : Hikayat Banjar

Nama Pengarang : Johannes Jacobus Ras

Penerbit /Tahun Terbit : Koninklijk Instituut voor Taal Land en Volkenkunde (KITLV), Nederland, 1968

Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif

Ringkasan

Buku ini dimulai dengan pengenalan terhadap Hikayat Banjar, seperti

penerbitan-penerbitan awal Hikayat Banjar, keadaan manuskrip, bagaimana

teks Hikayat Banjar ditulis serta bahasa yang digunakan, penghargaan atau

apresiasi terhadap cerita atau sejarah masyarakat Melayu pada masa silam

serta bagaimana penilaian para sarjana terhadap naskah ini. Kedua, buku

inimemperlihatkandanmemberikankomentar terhadapResensi Idan II

HikayatBanjar. Ketiga,buku inimemperbandingkanantaraResensi I dan

Resensi II Hikayat Banjar. Keempat, buku ini membicarakan persamaan-

persamaan Hikayat Banjar dengan cerita-cerita Melayu dan Jawa serta

membicarakan mitos Melayu tentang asal-usul seorang putri yang muncul

dari buih.

Selanjutnya, kelima, buku ini membicarakan persamaan-persamaan

Hikayat Lambung Mangkurat dengan cerita-cerita Jawa serta dengan mitos

Melayu tentang asal-usul dan cerita Rama Melayu. Lambung Mangkurat dan

Hikayat Rama Jawa. Keenam, buku ini membicarakan persamaan-persamaan

Hikayat lambung Mangkurat dengan cerita-cerita Melayu dan Jawa; tentang

Hikayat Banjar dan SejarahMelayu, unsur-unsur Iskandar dalam Sejarah

Melayu dan Hikayat Banjar. Ketujuh, buku ini membicarakan persamaan-

persamaan Hikayat Lambung Mangkurat dengan cerita-cerita Melayu dan

Jawa, yakni persamaanya dengan cerita Ampu Jatmaka dan Kisah Raja Awab

dalam Serat Kanda, persamaan Hikayat Banjar dan cerita Panji dalam Serat

Kanda, serta persamaan Hikayat Banjar dengan cerita Sekar Sungsang dan

Page 15: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

2

tokoh-tokohepikPanjidanWatuGunung.Kedelapan,bukuinimengemukakan

kritikterhadapteksResensiI.Kesembilanbukuinimembicarakantentang

jajahan Melayu di Kalimantan Tenggara dan hubungannya dengan Jawa, nama

Keling dalam Hikayat Banjar dan pengaruh-pengaruh Jawa dalam Hikayat

Banjar, tentang Tanjung Pura dan Hujung Tanah, tentang garis pantai yang

berubah-ubah, tentang berbagai gambaran masa lampau yang dikemukakan

oleh Hikayat Lambung Mangkurat. Kesepuluh, buku ini membicarakan

manuskrip-manuskrip Hikayat Banjar dan dasar-dasar yang diikuti untuk

pengeditan. Dimuat pula berbagai manuskrip dan prinsip-prinsip penulisan.

Buku ini memuat pula teks Resensi I Hikayat Banjar bersama

terjemahannyadalamBahasaInggrissertaaparatuskritikus.TeksResensiI

Hikayat Banjar terdiri dari 17 bab dan 12 episode. Akhir buku ini berisi Glosari

dan indeks, ringkasan penerbitan-penerbitan yang dipetik dari glosari,

6 buah lampiran, yakni (i) Kota Waringin dan Abad ke-19, (ii) Beberapa

permainandanhiburanBanjar,(iii)Barang-barangzamankunoMargasari,

(iv)KisahperjalanankeBenuaLimapadatahun1825,(v)BerhalaDewiSeri

danSedanadalamrumahJawaTradisional,dan(vi)KesusastraanMelayudi

Kalimantan Tenggara.

Page 16: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

3

- Terbit Tahun 1977 -

Judul Buku : Islam & Masyarakat Banjar, Deskripsi dan Analisa Kebudayaan Banjar

Pengarang : Alfani Daud

Penerbit/Tahun Terbit : Rajagrafindo Persada, Jakarta , 1977

Ringkasan

Buku ini terdiri dari empat bagian. Bagian pertama terdiri atas tiga bab,

yaitu bab 1, bab 2, dan bab 3. Pada bab pertama, membahas tentang asal-

usul dan perkembangan Suku Banjar. Dalam bab ini ditelaah asal-usul Suku

Banjar, daerah pemukiman-nya, dan daerah-daerah migrasinya. Selain itu,

dalam bab ini juga dibahas tentang tiga sub Suku Banjar, agama, dan peranan

ulama dalam masyarakat Banjar. Pada bab kedua membahas organisasi

masyarakat, yakni pola pemukiman, sistem kekerabatan, perkawinan,

pembentukan rumah tangga setelah perkawinan dan masalah rumah tangga,

serta pengelompokan penduduk dan peranan tokoh-tokoh di perkampungan

Banjar. Kemudian pada bab ketiga membicarakan lingkungan alam dan mata

percaharian masyarakat Banjar. Bagaimana kondisi lingkungan serta apa

mata pencaharian masyarakat Banjar dibahas pada bab ini.

BagiankeduamenelaahajaranIslamdalamkehidupansehari-hari.Bagian

kedua terdiri dari dua bab, yakni bab 4 dan bab 5. Bab keempat menganalisis

ajaranritualIslamdalamkehidupanmasyara-kat,sepertitentangpewarisan,

kegiatan ibadah, dan kegiatan ibadah sunat. Bab kelima menelaah ajaran

Islamdalamberbagaibidangkehidupan.Diantarahalyangditelaahdalambab

ini adalah masalah perkawinan, perceraian, sistem pewarisan, serta berbagai

kegiatan ritual yang sering dilakukan dalam masyarakat.

Bagian ketiga berisi tentang upacara dan sistem kepercayaan

masyarakat. Bagian ini terdiri dari lima bab, yakni bab enam, tujuh, delapan,

sembilan, dan sepuluh. Bab keenam berisi kegiatan ritual peralihan tahap

pertama. Kegiatan ritual tahap pertama terdiri dari ritual saat kelahiran,

bapalas bidan dan upacara mengayun anak, upacara menamatkan Al-Quran,

Page 17: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

4

upacara basunat, upacara batumbang dan upacara mandi. Bab ketujuh

berisi kegiatan ritual peralihan tahap kedua. Pada bab ini ditelaah masalah

perkawinan, kehamilan dan melahirkan, sakit dan kematian, dan berbagai

upacara kematian.

Bab kedelapan adalah tentang ritual berulang tetap atau ritual yang

selalu dilakukan sesuai kalender yang tetap, seperti ritual untuk hari-hari

besarIslamdanaruh tahunan. Bab kesembilan berisi hal yang berhubungan

dengan ilmu gaib, seperti tentang waktu-waktu dan pengaruh waktu itu

terhadap pekerjaan, kegiatan meramal, penyakit dan hubungannya dengan

makhluk halus, ilmu gaib perjodohan, dan ilmu gaib tentang pengobatan.

Bab kesepuluh berisi berbagai ritual lain, seperti kegiatan ritual saat

menanam padi, mencari nafkah, dan membuat rumah. Bagian keempat

berisi interpretasi dan pembahasan terhadap data yang telah dikumpulkan

dan telah disampaikan pada tiga bagian terdahulu.

Page 18: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

5

- Terbit Tahun 1978 -

Judul Buku/ Penelitian : Sastra Lisan Banjar

Nama Pengarang : Sunarti, Purlansyah, Syamsiar Seman, Yukrani Maswan, M. Saperi K.

Penerbit/ Tahun Terbit : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978

Metode Penelitian : Deskriptif

Ringkasan

Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali semua hasil karya sastra

lisan Banjar, baik yang berbentuk prosa, puisi, prosa liris, dan bentuk-

bentuk lainnya yang ada pada sastra Banjar. Hasil penelitan ini disajikan

sebagaiberikut.SastraBanjarberbentukprosaberjenis(a)legendameliputi

Radin Pangantin, legenda Si Angui, legenda Balai Bahantak, legenda Batu

Tajak, legenda Anak Durhaka Menjadi Batu, legenda Batu Kemaluan, legenda

Gapit Condong, legenda Dayang Sunandi, legenda Asal-usul Nama Desa Ulin,

legenda Luk Sinaga,(b)sage meliputi Panji Utama, sage Panji Kuripan, sage

Anak yang Dibuang, sage Si Pujung,(c)fabelmeliputiWarik nang Sial, fabel

Si Jinglur, fabel Si Koncong Lawan si Budir, fabel Burung Darakuku Lawan

Tikus, fabel Musang Lawan Hayam, fabel Kantut Gubang, fabel Bulu Landak,

(d)mitosmeliputiRaja Baung, Balik Kungkang, fabel Kucing Balaki Raja,

mitos Bulan Sairang, mitos Babi Gunung Batu Bini.

Selanjutnyabagian(e)kisahasal-usulnama-namakampungdidaerah

Pasar Arba meliputi kisah Kampung Pabaungan, kisah Kampung Tatakan,

kisah Kampung Panggung, (f) kisah-kisah datu meliputi Asal Usul Datu

Muning, kisah Datu Sanggul, kisah Datu Sanggul dengan Datu Nagara,

kisah Satu Sanggul Berkawan dengan Syekh Muhammad Arsyad, kisah

Datu Marukat, kisah Datu Taruna Barikin, kisah Datu Kuala, kisah Gasing

Datu Pujung, kisah Datu-datu Panjaga Pulau Laut,(g)caritakerismeliputi

Sempana Misa Giwang, Sempana Samudra, Sempana Bantuala, Sempana

Page 19: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

6

Kijang, Sempana Ali Awal, Sempana Mayang Bungkus, Sempana Sapukal

Mandar, Sempana Sapukal Sari,(h)kisah-kisahhantudanraksasameliputi

Su Anja Melakukan Perjalanan Malam, Macan, Sandah, Kisah Kakak Beradik,

Nini Yaksa, (i) cerita humor meliputi Cerita Si Palui, Cerita Sarawin, Cerita

Si Panca, Cerita Andin Kidar,(j)pantun,(k)bacaan,(l)syair,(m)bentuk-

bentuk khusus meliputi lamut, mamanda, madihin,(n)wayangBanjar.

Page 20: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

7

- Terbit Tahun 1983 -

Judul Buku/ Penelitian : Struktur Bahasa Dusun Deyah

Nama Pengarang : Djantera Kawi, Durdje Durasid, Aris Djinal

Penerbit/Tahun terbit : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta, 1983

Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif

Ringkasan

Buku ini terdiri dari enam bab, yakni bab pendahuluan, latar belakang

sosiobudaya daerah penelitian, fonologi Bahasa Dusun Deyah, morfologi

Bahasa Dusun Deyah, sintaksis Bahasa Dusun Deyah, dan kesimpulan hasil

penelitian. Pada bab pendahuluan dijelaskan tentang eksistensi Bahasa

Dusun Deyah dan pentingnya dilakukan penelitian. Bahasa Dusun Deyah

termasuk bahasa daerah yang ada di Kalimantan Selatan. Bahasa Dusun

Deyah dipakai oleh sekelompok penduduk Kabupaten Tabalong yang

tersebar di dua kecamatan, yakni Kecamatan Haruai dan Kecamatan Muara

Uya. Penelitian ini dianggap penting segera dilaksanakan karena hingga saat

itu belum banyak diketahui informasi tentang Bahasa Dusun Deyah.

Bab kedua berisi tentang latar belakang sosial budaya daerah dan

penutur Bahasa Dusun Deyah. Dijelaskan dalam penelitian ini bahwa Bahasa

Deyah digunakan di Desa Kinarum, Keong, Pangelak, dan Bilas di Kecamatan

Haruai serta desa Mangopom di Kecamatan Muara Uya. Bahasa Dusun

Deyah masih digunakan oleh masyarakat dalam pergaulan sehari-hari,

upacara adat, dan berbagai jenis kepercayaan lainnya. Bab ketiga berisi

pembahasan tentang fonologi Bahasa Dusun Deyah. Pada bab ini dibahas

tentang bunyi konsonan, vokal, diftong, persukuan, aturan fonologis, fonem

sufrasegmental, seta ditambah dengan diagram fonem dan distribusi fonem.

Bab keempat berisi morfologi Bahasa Dusun Deyah. Dalam bab ini dibahas

tentangprosesmorfologis,prosesmorfofenemiskarenahadirnyaprefiksN-,

pe-N,pe-,danme-.Dalambabinidibahaspulaprosesafiksasiyangterdiri

dari proses penambahan prefiks N, pe-N, pe-, wa-, ke-, taru-, me-, dan

Page 21: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

8

kombinasiafikswape-.Babinijugamembahasfungsidanartiafiksserta

fungsi dan arti reduplikasi Bahasa Dusun Deyah.

Bab kelima berisi Bahasan tentang sintaksis Bahasa Dusun Deyah.

Dalam bab ini dibahas tentang frase dan kalimat Bahasa Dusun Deyah. Ada

dua jenis frase yang dibahas, yakni frase benda dan frase verbal. Dalam hal

kalimat, buku ini membahas tiga macam kalimat, yakni kalimat berdasarkan

struktur frase, kalimat berdasar-kan jumlah klausa, dan kalimat turunan.

Pada bab keenam atau bab terakhir disimpulkan bahwa Bahasa Dusun Deyah

merupakan salah satu bahasa di Kalimantan Selatan yang masih dipelihara

oleh masyarakatnya dengan baik dan mempunyai peran dan kedudukan

yang positif di lingkungan penuturnya.

Page 22: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

9

- Terbit Tahun 1984 -

Judul Buku Penelitian : Geografi Dialek Bahasa Banjar Hulu

Nama Pengarang : Fudiat Suryadikara, Djantera Kawi, Durdje Durasid, & Syahrial Sar Ibrahim

Penerbit/ Tahun Terbit : Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Jakarta, 1984

Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif

Ringkasan

Buku ini berisi empat bab, yakni bab pendahuluan, bab tentang alam

dan etnik daerah Hulu Sungai, bab isi yakni analisis peta Bahasa Bahasa

Banjar Hulu, dan bab keempat yang berisi kesimpulan penelitian. Bab

pertama yang merupakan pendahuluan buku ini berisi latar belakang,

masalah, dan tujuan penelitian. Pada bab ini dibicarakan pula tentang teori

yang digunakan serta metode yang digunakan dalam peneitian ini. Metode

yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian

adalah daerah Hulu Sungai yang terdiri dari lima kabupaten. Ada 39 orang

informan yang diwawancari oleh tim peneliti.

Bab kedua membicarakan keadaan lapangan penelitian. Dalam bab

ini dibicarakan sejarah singkat daerah Hulu Sungai, ikhwal wilayah dan

kependudukan, kelompok-kelompok etnik yang ada dalam wilayah Hulu

Sungai di samping etnik Banjar sebagai etnik asli. Dalam bab ini dibicarakan

pula keadaan bahasa-bahasa yang hidup dan berkembang di daerah Hulu

Sungai. Disebutkan dalam bab ini bahwa terdapat enam bahasa yang ada

di daerah Hulu Sungai, yakni Bahasa Bukit, Maanyan, Deyah, Banjar Hulu,

BahasaIndonesia,danBahasaasing.Diuraikanpulapadababinitentang

ikhwal pengajaran Bahasa di sekolah dan tentang kajian kebahasaan

sebelum penelitian ini dilakukan. Bab ketiga berisi analisis tentang peta

bahasa.Petabahasadifokuskanpadaikhwalfonologi(konsonan,vokal,dan

persukuan), morfologi (pengimbuhan, pengulangan, pemajemukan), dan

kosa kata serta variasi leksikal. Bab keempat berisi kesimpulan penelitian.

Page 23: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

10

Dalam kesimpulan penelitian ini dikatakan bahwa jumlah fonem, imbuhan,

kompositum, dan persukuan Bahasa banjar yang ada di kabupaten-

kabupaten daerah Hulu Sungai tidak ada perbedaannya. Perbedaan yang

ada disebabkan oleh fonem dalam satu kosakata tertentu hanya akibat

pergeseran fonem yang ada dalam daerah artikulasi yang sama, seperti

pipilingan dan papilingan ‘daerahmuka di atas pipi kiri/kanan’, karena

metatesis seperti sagan, gasan, hagan‘untuk.’

Page 24: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

11

- Terbit Tahun 1986 -

Judul Buku Penelitian : Morfo Sintaksis Bahasa Banjar Kuala

Nama Pengarang : Djantera Kawi, Durdje Durasid, & Nelly Latif

Penerbit : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta

Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif

Ringkasan

Buku ini terdiri dari 10 bab, yakni bab pendahuluan, perihal morfem

Bahasa Banjar, proses morfologis Bahasa Banjar, morfofonologis Bahasa

Banjar, jenis kata Bahasa Banjar, jenis frasa Bahasa Banjar, jenis klausa

Bahasa Banjar, jenis kalimat Bahasa Banjar, pola kalimat Bahasa Banjar,

dan penutup kesimpulan penelitian. Bab pertama berisi latar belakang

dan masalah penelitian, tujuan penelitian, teori yang digunakan, metode

dan teknik penelitian, dan sumber data penelitian. Disebutkan dalam bab

pertama ini bahwa penelitian tentang Bahasa Banjar Kuala belum banyak

dilakukan. Hasil-hasil penelitian yang ada barulah pada tahap awal yang

belum begitu mendalam.

Bab kedua berisi perihal morfem Bahasa Banjar. Pada bab ini

dideskripsikan berbagai morfem Bahasa Banjar, baik morfem bebas maupun

terikat. Bab ketiga mendeskripsikan proses morfologis dalam Bahasa

Banjar. Prosesmorfologis yang dibicarakanmeliputi afiksasi, reduplikasi,

dan pemajemukan. Bab keempat mendeskripsi-kan perihal morfofonologis

dalam Bahasa Banjar. Deskripsi meliputi kajian tentang morfofonologis,

morfofonologispadaprefiks,morfofonologispadasufiks,danmorfofonologis

padasimulfiks.BabkelimamendeskripsikanperihaljeniskatadalamBahasa

Banjar. Pembicaraan meliputi kata dan jenis kata, kata benda Bahasa Banjar,

kata kerja Bahasa Banjar, kata sifat Bahasa Banjar, dan kata tugas Bahasa

Banjar. Bab keenam mendeskripsikan berbagai jenis frase dalam Bahasa

Banjar. Deskripsi meliputi frase atributif, frase koordinatif, frase apositif,

frase drektif, dan frase berdasarkan jenis kata pusatnya.

Page 25: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

12

Bab ketujuh mendeskripsikan perihal jenis klausa dalam Bahasa Banjar.

Pembahasan diawali dengan penjenisan klausa. Berdasarkan pembahasan

ini maka terdapat dua macam klausa Bahasa Banjar yakni klausa bebas

dan klausa terikat. Bab kedelapan membahas jenis-jenis kalimat dalam

Bahasa Banjar. Pembahasan dimulai dengan berbagai kemungkinan jenis

kalimat menurut teori yang ada. Berdasarkan pembahasan ini maka

kalimat Bahasa Banjar bisa dibedakan menjadi lima macam, yakni kalimat

berdasarkan jumlah dan jenis klausa, kalimat berdasarkan struktur internal

klausa utama, kalimat berdasarkan jenis responsi yang diharapkan, kalimat

berdasarkan hubungan aktor-aksi, dan kalimat berdasarkan ada tidaknya

unsur negatif pada frase verbal utama. Bab kesembilan berisi uraian tentang

pola kalimat. Pada bab ini dideskripsikan dua macam pola kalimat, yakni

pola kalimat dasar dan pola kalimat transformasi. Buku ini diakhiri dengan

bab penutup atau kesimpulan. Pada bab ini disimpulkan bahwa bentuk-

bentuk morfologis dan sintaksis Bahasa Banjar kuala cukup produktif dan

berstruktur sehingga dapat dicontohkan dalam berbagai tataran kategori

lingistik.Hal ini menunjukkan pula bahwa vitalitas Bahasa Banjar Kuala

cukup tinggi sehingga dapat dijadikan alat komunikasi yang efektif oleh

para pendukungnya.

Page 26: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

13

- Terbit Tahun 1994 -

Judul Buku/ Penelitian : Syair Brama Sahdan

Nama Pengarang : Djantera Kawi

Penerbit : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta

Metode Penelitian : Metode Kritik Teks

Ringkasan

NaskahSyairBramaSahdandiambildarikoleksinaskahyangtersimpan

di Museum Lambung Mangkurat, Kalimantan Selatan, di Banjarbaru. Syair

iniditulisdengantulisantangandenganhurufJawi(Arab-Melayu).Syairini

berisi 1560 bait syair. Pada masa lalu, syair ini dijadikan sarana hiburan dan

dibacakan pada saat-saat beristirahat pada malam hari atau pada waktu

berjaga-jaga pada upacara perkawinan. Koleksi naskah ini di Museum Lambung

Mangkurat tercatat sebagai koleksi naskah nomor 4510. Ukuran naskah 21,3

x 16,4 cm, tebal naskah 93 halaman. Syair ini menceritakan tentang suatu

negeri yang bernama negeri Barantahan dengan rajanya yang bernama Raja

Diraja. Raja Diraja berasal dari seorang dewa yang bernama Dewa Batara. Raja

DirajamemunyaiseorangputrayangbernamaBramaIndradanBramaIndra

mempunyai seorang putra yang bernama Brama Sahdan.

Diceritakan juga di sebuah negeri yang bernama negeri Siring Mega.

NegeriinidiperintaholehMaharajaJinIslamyangbernamaGergampaAlam.

GergampaAlammempunyaiputribernamaManduHairani.MaharajaJinIslam

ini juga mempunyai saudara bernama Kulama Jantak yang menjadi raja di

SiringSigara.RajaKulamaJantakmempunyaiputribernamaCahayaHairani.

Brama Sahdan dibuang dan jatuh kepangkuan raja Mambang Manguntara.

Mereka kemudian menjadi saudara angkat dan bersama-sama memimpin

Kerajaan Balintara Hirani. Di negeri ini ada naga besar yang ganas dan sakti

serta suka memakan orang. Naga ini akhirnya dapat dikalahkan Brama

Sahdan. Tidak jauh dari tempat itu ada pula raksasa bernama Barahian yang

Page 27: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

14

suka memakan orang. Raksasa itu sangat sakti dan kulitnya tidak dapat

ditembus senjata. Raksasa itu juga berhasil dikalahkan oleh Brama Sahdan.

Rupanya, raksasa tadi adalah jelmaan Batara Sukma Sari yang terkena

kutuk dewa. Dengan tewasnya raksasa itu berarti raksasa itu terlepas dari

kutukan. Sebagai rasa terima kasih dia memberi sebuah gua beserta para

putri yang bermukim di dalamnya. Raksasa itu juga memberikan cincin sakti

dan berpesan bahwa sewaktu-waktu apabila Brama Sahdan memerlukan

bantuan maka dia akan segera datang membantu. Peperangan demi

peperangan dilakoni oleh Brama Sahdan. Semua peperangan itu berhasil

dimenangkan oleh Brama Sahdan.

Page 28: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

15

- Terbit Tahun 1995 -

Judul Buku/ Penelitian : Syair Ratu Kuripan

Nama Pengarang : Djantera Kawi

Penerbit/ Tahun Terbit : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta, 1995

Metode Penelitian : Kritik Teks

Ringkasan

Syir Ratu Kuripan merupakan naskah sastra Indonesia lama yang

mendapat pengaruh Hindu. Naskah Syair ini bernomor 4246 berasal dari

Banjarmasin. Ukuran naskah 12,5 x 21 cm, tebal 172 halaman. Tiap halaman

terdiri dari 12 bait syair. Dengan demikian, syair ini cukup panjang karena

berisi 2064 bait. Berdasarkan isinya, Syair Ratu Kuripan termasuk cerita

Panji karena di dalamnya disebutkan adanya tokoh bernama Raden Mantri

(InuKertapati)besertatigapanakawanpengiringnya,yakniJarudeh,Punta,

dan Kartala. Disebutkan pula pengembaraan yang dilakukan oleh tokoh

utama, Kertapati, peristiwa yang terjadi di dalam kerajaan dan hubungan

kekerabatan antara raja yang memerintah di sebuah negeri atau kerajaan

yang didatangi tokoh utama.

Pokok isi cerita syair ini ialah kisah hidup seorang putra raja Kuripan

bernamaInuKertapati. IamengembarakeSingasaridanmenikahdengan

Awang Sekar, seorang putri Raja Singasari. Di negeri ini pun Raden Mantri

menikahdenganseorangputriraja,bernamaCandraKusuma.Setelahitu,

Raden Mantri bersama kedua istrinya dan para gundiknya pulang ke Kuripan.

Di tengah perjalanan, Raden Mantri dihadang oleh Raja Jaga Raga karena

rajainiakanmerebutPutriNawangSekardaritanganRadenMantri.Dalam

pertempuran itu, Raden Mantri berhasil membunuh Raja Jaga Raga dengan

kerisnya. Setelah itu, Raden Mantri bersama rombongan melanjutkan pulang

ke Kuripan. Sesampainya di Kuripan, Raden Mantri disambut dengan sangat

meriah oleh Sang Nata Kuripan. Raden Mantri pun menyembah kepada

kedua orang tuanya.

Page 29: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

16

Judul Buku/ Penelitian : Syair Burung Simbangan

Nama Pengarang : Djantera Kawi dan Rustam Effendi

Penerbit/ Tahun Terbit : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta, 1995

Metode Penelitian : Kritik Teks

Ringkasan

NaskahsyairBurungSimbaganinimerupakankoleksiMuseumLambung

MangkuratdiBanjarbarudengannomor2825,berukuran21x31cm.Naskah

iniberisi184halamandansetiaphalamanterdiriatas12baitsyair.Naskah

ini memulai ceritanya pada halaman 19 sedangkan halaman sebelumnya

tidakdiketahuikeberadaannyasehinggatidakdiketahuihalisinya.Naskah

ini ditulis dengan menggunakan huruf Jawi (Arab-Melayu). Naskah ini

terlihat sudah sangat memprihatinkan karena kertasnya sudah lapuk dan

18 halaman sebelumnya sudah tidak ada lagi. Huruf-hurufnya masih bisa

dibaca walaupun sudah mulai kabur.

NaskahSyairBurungSimbanganinimenceritakanRatuManikSuntana

yang pergi dengan istrinya pulang ke gunung tempat Ajar Susunan. Di tengah

jalan, ia melihat negeri Pasir Sigara sedang mengadakan sayembara. Ratu

Manik Suntana singgah di tempat dan melihat orang sayembara memanah

seekor Burung Simbangan. Ratu Manik Suntana memanah burung itu dan

Burung Simbangan itu mati. Setelah memanah, Ratu Manik Suntana tidak

masuk ke negeri itu tetapi terus melanjutkan perjalanan ke tempat Ajar

Susunan. Perbuatannya membunuh Burung Simbangan itu diketahui oleh

Patih negeri Pasir Sigara.

Kejadianinidiceritakanolehpatihkepadarajanya.Namun,anakraja-

raja yang menginginkan Putri Gumulung Sari hendak merebut putri itu karena

burung itu telah mati. Ratu Manik Suntana setelah lawatannya ke Tempat

Ajar kembali melanjutkan menuju negeri Pasir Sigara. Dia menjelmakan

dirinya menjadi rama-rama lalu masuk ke keputrian sehingga Raja Pasir

Sigara menjadi sangat marah karena merasa dipermalukan. Di tempat ini,

Manik Suntana harus bertanding dengan pahlawan negri ini yang bernama

Page 30: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

17Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

IndraGiriyangsebelumnyatelahmampumengalahkanpatihdanhulubalang

Kerajaan Pasir Sigara. Perang tanding dilakukan untuk mendapatkan Putri

Gumulang Sari. Manik Suntana dapat memenangkan perang tanding itu

dengan bantuan istrinya dan dia dikawinkan dengan putri Gumulang Sari.

Setelah itu, Manik Suntana kembali ke pertapaan dan istrinya melahirkan

anak yang diberi nama Raden Sunting Malayang. Ketika Manik Suntana

datang ke negeri Pasir Sigara, ia melihat istrinya Putri Gumulang Sari diculik

oleh Raden Wijaya Karti. Namun, istrinya dapat diambil kembali dengan

bantuan anaknya yang bernama Sunting Malayang. Akhirnya, Raden Sunting

Malayang mendapat Putri Mandung Kumala, anak Raja Lingga Partala.

Page 31: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

18

- Terbit Tahun 1996 -

Judul Buku/ Penelitian : Wujud, Arti, dan Fungsi Puncak- Puncak Kebudayaan Lama dan Asli Bagi Pendukungnya Daerah Kalimantan Selatan

Nama Pengarang : Syarifuddin R, Mohammad Yusran, H. Syahrir, & Fahrurazie

Penerbit/ Tahun Terbit : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia, Jakarta, 1996

Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif

Ringkasan

Buku ini terdiri dari lima bab. Bab pertama merupakan bagian

pendahuluan yang berisi latar belakang penelitian, masalah penelitian,

tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, metode penelitian yang

digunakan, dan pertanggung-jawaban penelitian. Dijelaskan dalam bagian

pendahuluan bahwa penelitian ini penting dilakukan karena kebudayaan

daerah, lama dan asli, memiliki potensi sebagai modal kebudayaan nasional.

Kebudayaan lama dan asli menjadi ciri dan unsur utama bhineka tunggal

ika, sumber gagasan kolektif, penentu jati diri kebudayaan nasional, dan

sebagai memori dalam seleksi penerimaan unsur budaya baru. Dalam

bagian ini juga disebutkan bahwa metode penelitian yang digunakan adalah

metode kepustakaan, observasi, dan wawancara.

Daerah penelitian yang dipilih adalah dua desa yang mem-punyai

latarbelakangsosial-budayaberbeda.DuadesaituadalahDesaWarukin,

Kecamatan Tanta, etnik Dayak Maanyan dan Desa Kuin, Kecamatan Banjar

Utara, Banjarmasin. Bab kedua berisi gambaran umum daerah Kalimantan

Selatan, yang meliputi keadaan alam, keadaan penduduk, dan keadaan

sosial budaya. Dalam bab ini disebutkan bahwa ketika Banjarmasin lahir

tahun 1526, penduduk-nya adalah campuran dari unsur Melayu, Jawa,

Ngaju,Maanyan,Bukit,dansukukecillainnyayangdiikatolehagamaIslam,

berbaha-sa dan beradat-istiadat Banjar.

Kemudian, dengan inti pembentukannya persatuan etnik, lahir kelompok

besar atau grup yaitu kelompok Banjar Kuala, Banjar Batang Banyu, dan Banjar

Page 32: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

19Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

Pahuluan. Kelompok Banjar Kuala tinggal di daerah Banjar Kuala sampai

dengan Martapura. Kelompok Banjar Batang Banyu tinggal di sepanjang

sungai Tabalong dari muaranya di Sungai Barito sampai dengan Kalua.

Kelompok Banjar Pahuluan tinggal di kaki Pegunungan Meratus dari Tanjung

sampaiPelaihari.KelompokBanjarKualaberasaldarikesatuanetnikNgaju,

Kelompok Banjar Batang Banyu dari kesatuan etnik Maanyan, dan kelompok

Banjar Pahuluan berasal dari kesatuan etnik Bukit. Bab ketiga memaparkan

puncak-puncak kebudayaan lama dan asli di daerah Kalimantan Selatan.

Paparan dimulai dengan wujud puncak-puncak kebudayaan lama dan asli

suku Banjar dan wujud puncak-puncak kebudayaan lama dan asli Suku

Dayak Maanyan. Disebutkan bahwa puncak-puncak kebudayaan lama dan

asli Suku Dayak Maanyan dan Suku Banjar dapat dicari dalam cerita rakyat

dan puisi rakyat masing-masing. Dalam cerita rakyat dan puisi rakyat itulah

semua kebudayaan beserta nilai atau maknanya disimpan oleh masyarakat.

Cerita rakyatDayakMaanyandan SukuBanjar bisa berupaprosa, seperi

legenda, mite, dan dongeng. Puisi rakyat bisa berupa mantra dan lain-lain.

Page 33: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

20

Judul Buku/ Penelitian : Fungsi Mantra Dalam Masyarakat Banjar

Nama Pengarang : Abdurachman Ismail, M.P. Lambut, Sri Wirarti Setyani, Fatah Yasin, & Tarman Effendi

Penerbit/ Tahun Terbit : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta, 1996

Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif

Ringkasan

Buku ini merupakan hasil penelitian yang memuat empat bab, yakni bab

pertama pendahuluan, bab kedua berisi tinjauan umum tentang masyarakat

dan pemakaian mantra dalam masyarakat Banjar, bab ketiga berisi analisis data

terhadap mantra yang diperoleh, dan bab ketiga berisi kesimpulan penelitian.

Dalam bab pendahuluan bahwa hingga saat itu belum ada penelitian tentang

mantra Banjar. Mantra Banjar merupakan peninggalan budaya Banjar yang

memiliki nilai dan fungsi penting bagi masyarakat Banjar masa lalu. Mantra

Banjar pasa saat sekarang sudah diambang kepunahan. Karena itu, menurut

tim peneliti, penelitian tentang mantra perlu segera dilakukan.

Dalam bab pendahuluan juga disampaikan tentang metode yang

digunakan. Metode penelitian adalah metode deskriptif dan pengumpulan

data dilakukan melalui observasi dan wawancara. Dalam bab tinjauan umum

diketengahkan bahwa dalam masyarakat Banjar ada kepercayaan terhadap

kekuatan magis. Magis ada yang bersifat positif karena magis itu untuk

melawan magis yang jahat dan mencelakakan manusia atau magis hitam.

Magis putih biasanya dimiliki oleh tuan guru(ulama),tabib,dandukunyang

baik. Dalam bab ketiga dibicarakan berbagai mantra beserta fungsi-fungsinya.

Mantra dipilahkan atas beberapa macam, seperti mantra yang berhubungan

dengan keselamatan dalam keluarga, mantra permainan anak, mantra

pengobatan, mantra kecantikan, mantra untuk menambah wibawa, mantra

kekebalan, mantra mata pencaharian, dan mantra untuk keamanan. Mantra

untuk keselamatan dalam keluarga adalah mantra untuk mengatasi masalah

yang timbul dalam keluarga, misalnya, mantra untuk mengurangi rasa sakit

waktu melahirkan, mantra agar waktu melahirkan tidak mengalami kesulitan,

mantra agar anak berhenti menangis, dan lain-lain.

Page 34: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

21Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

Mantra yang berhubungan dengan permainan anak adalah mantra

agar memperoleh kemenangan dalam permainan. Diantara mantra ini

adalah mantra bermain layang-layang, mantra agar menang balogo,

mantra bersabung jengrek dan lain-lain. Mantra yang berhubungan dengan

pengobatan antara lain adalah mantra mantra mengobati sakit perut, mantra

agar gigi kuat dan tidak cepat patah, mantra untuk obat bisul, mantra

untuk menghilangkan ketulangan, dan lain-lain. Mantra yang berhubungan

dengan kecantikan antara lain mantra supaya muka keliatan bercahaya,

mantra waktu bersisir, mantra waktu bergelung, dan lain-lain. Dalam buku

ini setiap mantra dilengkapi dengan cara menggunakan mantra itu. Mantra

akan efektif bila yang mengucapkan adalah pemantra yang ahli dan segala

syarat yang diperlukan bisa dipenuhi.

Page 35: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

22

- Terbit Tahun 1997 -

Judul Buku/ Penelitian : Kamus Bahasa Banjar-Indonesia

Nama Pengarang : Abdul Djebar Hapip

Penerbit/ Tahun Terbit : Grafika Wangi Kalimantan, Banjarmasin, 1997

Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif

Ringkasan

KamusBahasaBanjar-Indonesiamemuat21entri.Duapuluhsatuentri

ini sesuai dengan jumlah abjad (fonem Bahasa Banjar). Apabila dalam

KamusBahasa Indonesiamemiliki26entri (abjad)makaBahasaBajar ini

hanya memiliki 21 entri. Abjad yang tidak ada dalam kamus Bahasa Banjar

iniadalah/f/,/q/,/v/,/x/,dan/z/.MemangBahasaBanjartidakmemiliki

lima fonem abjad itu. Kata fitnah biasanya diucapkan pitnah atau pitanah,

quran diucapkan kuran, visa diucapkan pisa, xenon diucapkan kinun, dan

zakat diucapkan jakat.

Kamus ini dilengkapi pula dengan penjelasan seputar Bahasa Banjar.

Penjelasan itu meliputi tentang wilayah pemakaian Bahasa Banjar, dialek

Bahasa Banjar Hulu dan Kuala serta perbedaan kedua dialek tersebut.

Dalam bab pendahuluan dibicarakan juga tentang cara penggunaan

kamus. Pembicaraan meliputi tentang abjad dan ejaan, singkatan, fonem-

fonem Bahasa Banjar, distribusi vokal dan konsonan dalam Bahasa Banjar,

bentuk-bentuk persukuan dalam Bahasa Banjar, reduplikasi dan tekanan

kata dalam Bahasa Banjar, ulasan tentang morfologi Bahasa Banjar, dan

kata fungsi atau partikel.

Page 36: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

23

Judul Buku/ Penelitian : Andi-Andi Urang Banjar Bahari

Nama Pengarang : Syamsiar Seman

Penerbit/ Tahun Terbit : Dharma Wanita-Tim Penggerak PKK Provinsi Kalimantan Selatan, 1997

Ringkasan

Buku ini diawali dengan penjelasan ikhwal andi-andi. Menurut

penulisnya, andi-andi adalah kisah-kisah Orang Banjar pada masa lalu

yang masih hidup dalam ingatan orang tua. Kisah-kisah itu diceritakan

kembali kepada anak-cucu mereka. Menceritakan kembali andi-andi disebut

baandi-andi. Karena ceritanya sudah ada sejak dahulu kala dan merupakan

warisan budaya nenek moyang maka andi-andi sering juga disebut andi-

andi urang bahariatau‘andi-andiorangdahulukala.’Kebanyakanandi-andi

berupa dongeng dan legenda karena dongeng dan legenda sangat ramai

diperdengarkan.

Dongeng dan legenda tidak serius seperti cerita mite. Dongeng banyak

mengandung kelucuan hidup dan tentang kehidup-an sehari-hari dan

legenda banyak bercerita tentang asal-usul suatu kejadian, suatu benda,

yang tokoh-tokohnya melakukan sesuatu yang sangat kontroversi. Dongeng

dan legenda Banjar diceritakan kepada anak-cucu pada saat menjelang tidur

atau pada waktu-waktu senggang yang lain. Pendengar dongeng biasanya

anak-anak. Dalam buku ini dimuat 10 cerita rakyat. Masing-masing cerita

rakyat diberi judul sebagai berikut. 1. Intingan Lawan Dayuhan Badua

Badangsanak, 2. Asal Mula Gunung Batu Banawa, 3. Si Utun Cangkal

Manuntut Ilmu, 4. Abu Amang Lawan Datu Pujung, 5. Budir Maakali Bubuhan

Warik, 6. Musang Hirang Lawan Hayam Putih, 7. Kisah Luuk Naga, 8. Si Picak

Lawan Si Bungkuk Tulak bagarit, 9. Burung Suit Malawan Hadangan, 10.

Sarawin Tulak ka Urang Aruh.

Page 37: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

24

Judul Buku/ Penelitian : Tema dan Amanat Dongeng Banjar

Nama Pengarang : Jumadi, Fudiat Suryadikara, Rustam Effendi, Aris Djinal

Penerbit/ Tahun Terbit : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Bagian Proyek Pembinaan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Kalimantan Selatan, 1997

Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif

Ringkasan

Buku ini berisi tiga bab, yakni bab pendahuluan, bab hasil penelitian,

dan bab kesimpulan. Dalam bab pendahuluan dinyatakan bahwa dongeng

Banjar memiliki banyak fungsi. Di antara fungsi itu adalah fungsi

pendidikan untuk anak. Mengingat fungsinya yang penting itu maka

khazanah dongeng Banjar perlu dijaga, dilestarikan, dan dikomunikasikan

lagi kepada para generasi sekarang ini. Sekarang karya sastra lama seperti

dongeng telah mulai ditinggalkan masyarakat akibat masuknya berbagai

jenis hiburan modern yang berasal dari berbagai negeri. Data yang berupa

cerita diperoleh dari informan melalui wawancara langsung atau melalui

dokumentasi yang diperoleh dari para informan atau dari kantor instansi

pemerintah yang menyimpan dokumen-dokumen itu, seperti museum,

perpustakaan, dan lain-lain.

Pada bab kedua ditampilkan hasil penelitian, yakni tema dan amanat

dongeng Banjar. Untuk kepentingan analisis, dongeng Banjar dipilahkan

menjadi dongeng binatang, dongeng biasa, dongeng anekdot, dan dongeng

berumus. Dalam bab ini dianalisis 20 judul dongeng binatang. Dua puluh

judul dongeng itu adalah: Tupai lawan Haruan, Musang lawan Hayam,

Kerajaan Bangkang Tutup, Itik lawan Warik, Si Budir lawan Warik, Waring

lawan Kukura, Batanam Pisang, Warik Tuha lawan Buhaya, Si Kuncung

lawan Si Budir, Kukura si Mahluk Halus, Bulu Landak, Burung Darakuku,

Kisah Bangkarungan, Jambul Habang, Kucing lawan Tikus, Urang Sugih lawan

Buhaya, Akal Pilanduk, Pilanduk Jadi Raja, Pilanduk lawan Kalimbuwai,

Balumba Bagadang. Dalam sub bab dongeng biasa dianalisis 15 judul cerita,

yakni Dayuhan lawan Intingan, Taktaknalau, Galuh Ciciri Mulik, Tiungmaini

Page 38: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

25Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

Tiungmaintang, Ampak Jadi Raja, Si Budir, Dapur Saatang, Kalangkala

Baikung, Babi Gunung Batu Bini, Mambunuh Raksasa, Si Tedong, Si Pujung,

Si Ditnang, Dua Urang Badangsanak, Si Bahrun. Untuk dongeng humor,

penelitian ini menganalisis 16 cerita, yakni, Miris, Talalu Kasukaan, Tatipu,

Utuh Padang Tulak Maunjun, Maling Laang, Katahuan Urang Bungulnya, Si

Picak Lawan Si Burut, Lastik Maut, Manangkap hayam Nini Randa Balu,

Sarawin Kada di Saru Urang, Taharat Anak, Malam Lailatul Kadar, Si Pacana

Maingu Anak Kilat, Andin Kidar Manjabak Minjangan, Ahli Rikin, Biar Mati

Asal Numur Satu.

Bab ketiga berisi kesimpulan penelitian. Dalam bab ini disimpulkan

bahwa tema dan amanat dongeng Banjar sangat beragam. Keberagaman

tema dan amanat ini karena dongeng Banjar berisi persoalan hidup yang

juga beragam. Tema-tema itu bisa disimpulkan menjadi tiga bagian, yakni

tema yang berhubungan dengan hiburan, pendidikan etika, dan pendidikan

sosial seperti gotong royong dan saling tolong-menolong.

Page 39: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

26

- Terbit Tahun 1998 –

Judul Buku/ Penelitian : Tema dan Amanat Legenda Banjar

Nama Pengarang : Jumadi, Fudiat Suryadikara, Rustam Effendi, Aris Djinal

Penerbit/ Tahun Terbit : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Bagian Proyek Pembinaan Bahasa Dan Sastra Indonesia Dan Daerah Kalimantan Selatan, 1998

Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif

Ringkasan

Pada bagian pendahuluan buku ini dinyatakan oleh tim peneliti

bahwa fungsi legenda Banjar tidak hanya berhubungan dengan kehidupan

masyarakat Banjar masa lalu. Kenyataan yang terlihat sekarang membuktikan

bahwa fungsi-fungsi itu masih relevan dan tetap menjadi pedoman hidup

masyarakat Banjar walaupun zaman telah memasuki era modern. Banyak

pakar dan tokoh masyarakat menyatakan bahwa legenda mempunyai

banyak nilai untuk membimbing kehidupan masyarakatnya. Walaupun

demikian, satu kenyataan yang tidak terbantahkan bahwa warisan budaya

yang berupa legenda itu telah hampir dilupakan oleh generasi sekarang.

Banyak masyarakat Banjar, terutama generasi mudanya yang tidak mengenal

lagi khazanah legenda daerahnya. Buku ini membahas tema dan amanat

legenda Banjar.

Semua legenda yang diperoleh dipilahkan menjadi empat macam, yakni

legenda keagamaan, legenda alam gaib, legenda perorangan, dan legenda

setempat. Ada 15 cerita yang termasuk ke dalam legenda keagamaan, yakni

Legenda Haji Muhammad Tahir, Legenda Datu Tuguk, Legenda Musyawarah Datu-

Datu, Legenda Datu Insat, Legenda Datu Sanggul, Legenda Datu Pamulutan,

Legenda Datu Tungkaran, Legenda Datu Suban dan Datu Arsanaya, Legenda

Datu Sanggul dengan Syekh Arsayad Albanjari, Legenda Datu Pujung Membuat

Mesjid, Legenda Datu Sanggul Menerima Kitab Laduni, Legenda Lima Wejangan,

Legenda Langlang Silaut, Legenda Pangeran Suriansyah Membangun Mesjid,

dan Legenda Agama Islam Masuk Kerajaan Banjar.

Page 40: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

27Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

Legenda alam gaib terdiri dari 15 cerita, yakni Legenda Kuyang Pengisap

Darah, Legenda Datung Sangka, Legenda Manusia Menjadi Jin, Legenda Anak

Sima, Legenda Taktaknalau, Legenda Dapur Saatang, Legenda Babi Gunung

Batu Bini, Legenda Nini Randa dengan Pohon Tangkalupa, Legenda Mapihan

dan Tabuan Ranggas, Legenda Macan Panjadian, Legenda Hantu Sandah,

Legenda Datung Gariwai, Legenda Nini Nambul, Legenda Datu namat, dan

Legenda Datu Mabrur. Legenda Perseorangan memuat lima cerita, yakni

Legenda Dara Gantar, Legenda Datu Angkawaya, Legenda Panji Utama, Legenda

Panji Kuripan, dan Legenda Ratu Intan. Legenda Setempat membicarakan 10

cerita, yakni Legenda Radin Pangantin, Legenda Batu Kamaluan, Legenda

Batu Tajak, Legenda Asal-Usul Desa Ulin, Legenda Balai Bahantak, Asal Mula

Kampung Uka-Uka, Legenda Pulau Kambang, Legenda Asal Mula Nama Kota

Karang Intan, dan Legenda Asal-Usul Kampung Panggung. Dalam kesimpulan

penelitian dinyatakan bahwa tema dan amanat legenda Banjar berkisar pada

sikap tawakal kepada tuhan, sikap sombong dan takabur, sikap pemimpin

yang bijaksana, musyawarah dan mufakat, dan gigih menuntut ilmu.

Page 41: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

28

Judul Buku/ Penelitian : Nomina Bahasa Banjar

Nama Pengarang : Jumadi, Durdje Durasid, Rustam Effendi

Penerbit/ Tahun Terbit : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Jakarta, 1998

Metode Penelitian : Deskriptif dan Kajian Putaka

Ringkasan

NominaBahasaBanjarmemilikiciri-ciritertentu,baikitucirisecara

morfologis, sintaksis, maupun semantis. Ciri-ciri nomina itu dapat

diidentifikasidariwujuddanperilakunominaitudalamtautanmorfologis

dan tautan sintaksis. Jika dilihat secara morfologis, dalam Bahasa Banjar

ada sejumlah afiks dan klitik yang berkombinasi dengan bentuk dasar

untukmembentuknomina.AfiksituadalahpaN-, ta-, -ar, -an, paN-an, sa-

an; sedangkan klitiknya adalah -ku, -mu, -nya. Secara sintaksis, nomina

mempunyai distribusi dan fungsi tertentu. Distribusi nomina dalam Bahasa

Banjardapatditandaiolehbeberapaciri,yakni(a)nominadapatdiawali

ataudiikutikatapenunjuk,(b)setiapkatayangdiikutiolehsuatusatuan

yang menyatakan posesif adalah nomina, (c) nomina dapat didahului

olehbentukdasaryangberkelasnumeralia, (d)nomina langsungdapat

berdistribusi setelah preposisi, (e) nomina dapat berada sebelum atau

sesudah kata nang ‘yang’,(f)nominadapatdidauluiolehkatasandang

si ‘si’, dan (g) nomina dapat didahului oleh kata lain ‘bukan’. Dalam

tautan sintaksis, nomina dapat menduduki fungsi subjek, predikat, objek,

pelengkap, dan keterangan.

Selain memiliki ciri morfologis dan sintaksis, nomina Bahasa Banjar

juga memiliki bentuk tertentu, yakni nomina dasar, nomina turunan,

nomina berulang, dan nominamajemuk. Nomina turunan dalam Bahasa

Banjar ada yang berupa nomina infleksional dan nomina derivasional.

Sementara itu, nomina berulang dalam Bahasa Banjar dapat dibedakan

menjadilimamacam,yakni(a)nominaberulangseluruhbentukdasar,(b)

nominaberulangsukupertama,bentukdasar,(c)nominaberulangbentuk

dasardenganvariasifonem,(d)nominaberulangdenganperubahanafiks,

Page 42: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

29Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

dan (d) nomina berulang semu. Selain bentuk berulang, nomina juga

mempunyai bentuk majemuk. Ada dua kelompok nomina majemuk, yakni

nomina majemuk berunsur bentuk dasar dan bentuk terikat. Berdasarkan

kelas kata unsur pembentuknya, bentuk nomina majemuk dalam Bahasa

Banjardapatdibedakanmenjadiempat,yakniyangterbentukdariN+N,N+

V,N+Adj.,danN+Num.SemuanominaBahasaBanjartersebutmempunyai

berbagai kemungkinan makna. Makna-makna itu bergantung kepada wujud

dan perilaku nomina itu.

Page 43: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

30

- Terbit Tahun 1999 –

Judul Buku Penelitian : Sistem Pemajemukan Kata Bahasa Banjar

Nama Pengarang : Jumadi, Fudiat Suryadikara, Rustam Effendi

Penerbit : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta

Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif

Ringkasan

Buku ini terdiri dari lima bab. Bab pertama merupakan bab pendahuluan

yang berisi latar belakang masalah, tujuan dilakukan penelitian, teori yang

digunakan, data yang diperlukan dan sumber data, metode penelitian dan

teknik penelitian. Bab kedua berisi berbagai ciri kata majemuk Bahasa Banjar.

Dalam bab ini disebutkan tiga ciri kata majemuk Bahasa Banjar, yakni ciri

fonologis, ciri morfologis, dan ciri sintaksis. Bab ketiga berisi tipe-tipe kata

majemuk Bahasa Banjar. Dalam bab ini disebut tiga tipe kata majemuk,

yakni kata majemuk berdasarkan kelas kata, kata majemuk berdasarkan

konstruksinya, dan kata majemuk berdasarkan valensi sintaksi. Berdasarkan

kelas kata, kata majemuk Bahasa Banjar terbentuk dari nomina, verba,

numeralia, dan ajektiva. Berdasarkan konstruksinya, kata majemuk Bahasa

Banjar dibedakan menjadi dua macam, yakni kata majemuk kontruksi

endosentris, kata majemuk ekosentris.

Bab keempat membahas makna kata majemuk. Dalam bab ini disebutkan

tiga jenis makna kata majemuk, yakni makna struktural, makna idiomatik, dan

makna kelompok. Makna struktural kata majemuk Bahasa Banjar terdiri dari

makna struktural kata majemuk kelas nomina, kelas verba, kelas numeralia,

dan kelas ajektiva. Makna idiomatik kata majemuk Bahasa Banjar dibedakan

menjadi dua kategori, yakni makna idiomatik kata majemuk tingkat tinggi,

tingkat sedang, dan tingkat rendah. Bab kelima merupakan bab penutup

buku. Bab ini berisi simpulan tentang ciri kata majemuk, tipe kata majemuk,

dan makna kata majemuk dalam Bahasa Banjar.

Page 44: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

31

Judul Buku Penelitian : Struktur Sastra Lisan Lamut

Nama Pengarang : Jarkasi, H. Djantera Kawi, H. Zainuddin Hanafi

Penerbit/ Tahun Terbit : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta

Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif

Ringkasan

Buku ini terdiri dari empat bab, yakni bab pendahuluan yang

menjelaskan masalah penelitian, metode dan teknik penelitian, serta

teori yang digunakan sebagai ancangan pembahasan terhadap data yang

diperoleh. Bab kedua berisi pembahasan tentang struktur internal lamut.

Hal yang dibahas dalam bab ini adalah tempat pagelaran, penyajian, alat

musik yang menyertai pagelaran, pakem dan pengembangannya ketika di

atas panggung, unsur sastra dalam seni lamut, dan struktur internal cerita

lamut. Bab ketiga, pembahas-an tentang struktur eksternal lamut. Bab ini

membahas tentang asal-usul lamut, tradisi lamut, fungsi dan kedudukan

lamut dalam masyarakat Banjar, dan simbol-simbol yang muncul serta

makna simbol-simbol itu.

Bab keempat berisi simpulan hasil penelitian. Dalam simpulan ini

dinyatakan bahwa lamut sebagai seni tradisional Banjar memiliki struktur

internal dan eksternal. Kedua struktur ini terjalin membentuk suatu fungsi

dan kedudukan yang erat dengan sejarah munculnya seni tradisional. Peran

sastra lamut terutama adalah hiburan dan kadang-kadang bersifat sakral.

Sebagai seni hiburan, lamut sering menyampaikan pesan kepada khalayak

dengan suasana kemesraan, keakraban, sindiran, dan kritik-kritik tajam.

Dalam fungsi sakral, lamut berfungsi sebagai upacara persembahan atau

pemuja-an dan hajatan.

Page 45: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

32

Judul Buku Penelitian : Nomina Bahasa Banjar

Nama Pengarang : Jumadi, Durdje Durasid, Rustam Effendi

Penerbit/ Tahun Terbit : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta

Metode Penelitian : Deskriptif

Ringkasan

Setelah membahas tentang teori yang digunakan, pembahas-an

dilanjutkan dengan menganalisis nomina Bahasa Banjar. Penelitian ini

berhasil menemukan bentuk-bentuk dan makna-makna yang diemban oleh

kata nomina Bahasa Banjar. Berdasarkan hasil penelitian ini, bentuk nomina

Bahasa Banjar terdiri dari bentuk dasar, bentuk turunan, bentuk infleksional

danderivasional,bentukberulang,danbentukmajemuk.Nominabentuk

dasar adalah nomina yang belum mengalami proses morfologis. Pada

umumnya, nomina bentuk dasar selalu merupakan morfem bebas. Bentuk

nominayangkeduaadalahnominaturunan.NominaturunanbahasaBanjar

adalah nomina yang mengalami proses afiksasi, baik berprefiks, infiks,

sufiks, maupun simulfiks. Nomina infleksional dan derivasional adalah

nominayangdilekatiafikspaN-,-an,danpaN-an.Nominaderivasionaladalah

nominayang terbentukdari jeniskata lainakibatmelekatnyaafikspada

bentuk seperti kata kerja, sifat, dan lain-lain. Kata kerja /kuyak/ menjadi

kata nomina setelah mendapat prafeks pa- menjadi panguyak(nomina).

Bentuk nomina keempat adalah nomina berulang. Nomina berulang

adalah nomina yang terjadi akibat proses perulangan atau reduplikasi.

Bentuknominayangkeempatadalahnominamajemuk.Nominamajemuk

adalah nomina sebagai hasil dari gabungan dua atau lebih nomina atau

nominadenganjeniskatalainyangmewujudkanmaknabaru(pasar iwak

=N+N,wadai habang=N+Adj,duit wani=N+Adj,limau kuit=N+V,bulan

sahiris=N+Num).NominaBahasaBanjarbisa jugaterbentukdaribentuk

bebas dan bentuk terikat, seperti parang bungkul (parang sebagai bebas

terikat dan bungkul sebagai bentuk terikat. Kata majemuk juga memiliki

makna.Maknakatamejemukantaralain:(i)orangyangmelakukansuatu

Page 46: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

33Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

pekerjaan,(ii)alatyangmenjadikan,(iii)memilikisifatsepertiyangtersebut

dalam bentuk dasar, dan makna lain sesuai konteksnya dengan kata-kata

yang menyertai kata majemuk itu.

Page 47: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

34

- Terbit Tahun 2000 -

Judul Buku/ Penelitian : Manakib Datu Nuraya (Misteri Kitab Barincong)

Nama Pengarang : H.M. Marwan

Penerbit/ Tahun Terbit : Sahabat, Kandangan, Kal-Sel, 2000

Ringkasan

Buku ini berisi cerita salah seorang datu yang terkenal di kawasan

Kalimantan Selatan, khususnya di daerah Kabupaten Tapin, Rantau. Buku

ini berisi tiga bab, yakni bab pendahuluan yang berisi sejarah hidup dan

kematianDatuNuraya,yangmeliputi,sebabdimakamkandiDesaTatakan,

tentang Desa Tatakan yang merupakan tempat bersemayamnya para datu,

kisahkesaktianparadatudiKampungMuningTatakan,riwayatDatuNuraya

dan tempat berkuburnya Datu Nuraya, penemu makam Datu Nuraya,

pembuktianspiritualbahwaDatuNuarayaadalahtubuhnyasangatbesar,

tentangmakamDatuNurayayang terpanjangdidunia,berbagaikeramat

DatuNuraya,danmisteriKitabBarencong.

Bab kedua membicarakan susunan pengurus atau pengelola makam

keramat Datu Nuraya. Bab ketiga berisi berbagai tanggapan masyarakat

terhadapkisahDatuNuraya.Dalambagianpendahuluandijelaskanbahwa

riwayat Datu Nuraya bersumber dari cerita rakyat yang berkembang di

daerah Kabupaten Tapin. Cerita ini diwariskan turun-temurun dari satu

generasi ke generasi lainnya. Pada bagian lain buku ini disebutkan bahwa

namaasliDatuNurayaadalahSyekhAbdulMu’indansebagianmasyarakat

mangatakannamayangsebenarnyaadalahSyekhAbdulJabbar.DatuNuraya

datangsecaratiba-tibamenemuiDatuSuban.Namun,beberapasaatsetelah

bertemu dan saling membalas salam, datu itu meninggal dunia. Datu itu

dinamakan Datu Nuraya karena badannya sangat besar. Di dalam tubuh

DatuNurayaditemukansatutaskecil(salepang)yangternyataberisisatu

kitab. Kitab ini kemudian dinamakan kitab barencong.

Sejak meninggal dunia, tidak seorang pun yang mengetahui di mana

Datu Nuraya berkubur atau dimakamkan. Cerita penemuanmakam Datu

NurayadimulaikarenaseringnyamasyarakatsekitarDesaTatakanmelihat

Page 48: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

35Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

cahaya menjelang malam memancar di langit. Salah seorang anggota

masyarakat yang bernama Baseran atau Utuh Karikit mencari asal muasal

cahaya itu. Di dalam hutan, Utuh Karikit menemukan dua buah batu. Batu

yang satu dengan batu yang lain berjarak sekitar 45 meter. Dua buah batu

ituolehparatokohmasyarakatdiyakinisebagaibatunisanDatuNuraya.

Konon, Almarhum Baseran atau Utuh Karikit sudah beberapa kali dijumpai

olehDatuNurayapadasaatdiantaratidurdanjaga.DatuNurayaberpesan

agar dia memelihara makamnya. Sejak saat itu, Baseran bersahabat dengan

DatuNuraya.Karenasebabpersahabatanitu,Baseranmempunyaikesaktian

dan keahlian dapat mengangkat atau menarik kapal yang kandas, mobil

yang terbalik, dan barang berat lainnya.

Page 49: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

36

- Terbit Tahun 2001 -

Judul Buku/ Penelitian : Manakib Datu Suban dan Para Datu

Nama Pengarang : H.M. Marwan

Penerbit/ Tahun Terbit : TB Sahabat, Kandangan, 2001

Metode Penelitian : Deskriptif

Ringkasan

Buku ini membicarakan para datu yang hidup di Kabupaten Tapin. Para

datu ini dianggap benar-benar hidup pada masa lalu dan menjadi panutan

dan pelindung masyarakat sekitar pada masa lalu. Manakib pertama dalam

buku ini adalah Manakib Datu Suban. Dalam buku ini disebutkan Datu Suban

adalah seorang ahli agama dan guru agama yang ahli dalam bidang tasauf.

Beliau hidup di Pantai Jati Munggu Karikil Tatakan, Rantau. Datu Suban adalah

guru dari semua Datu orang Muning, Rantau. Datu Suban sangat santun dan

berakhlak mulia. walaupun demikian, kalau ada orang yang berbuat jahat

maka beliau tidak ragu-ragu mengambil tindakan kepada orang itu. Dengan

kesaktiannya, orang jahat akan takluk tak berkutik dengan beliau.

Buku manakib ini dilengkapi dengan ajaran-ajaran Datu Suban,

wafatnya Datu Suban dengan cara yang ajaib, yakni badan-nya lenyap, yang

terlihat hanya kukus(asap)yangkemudianasapitubergantidengancahaya

yang memancar sampai ke langit. Pada suatu hari Datu Suban didatangi

oleh seorang yang berbadan sangat besar. Orang itu tiba-tiba roboh dan

meninggal dunia. Para datu yang melihat kehadiran orang besar ini dinamai

Datu Nuraya. Di dalam pakaian orang itu terselip satu buku. Buku itu

ternyata berisi berbagai ilmu untuk kejayaan di dunia dan kebahagiaan di

akhirat. Isi buku itudisampaikankepadamurid-muridDatuSubanuntuk

diamalkan. Murid Datu Suban yang menerima amalan buku itu masing-

masing sebagai berikut. Datu Murakat diberi satu ilmu kepahlawanan yang

dengan ilmu itu maka musuh tidak akan berani melawan. Datu Tamiang

Karsa diberi ilmu panglima kelasykaran. Dengan ilmu ini maka Datu

Tamiang Karsa menjadi gagah perkasa sehingga tak ada lawan yang mampu

menandingikeperkasaannya.DatuNiangThalibdiberiilmukabariat dunia.

Page 50: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

37Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

Ilmu inisangathebatsehinggaapabilabeliaumenghentakkankakimaka

orang jahat akan lemah urat-tulangnya sehingga terduduk tak berdaya. Datu

Niang Thalib dipercaya masih hidup sampai sekarang sebagai penguasa

alam gaib di Hutan Pulau Kadap, Rantau. Datu Karipis diberi ilmu kuat

mengangkat beban yang berat-berat, mampu berjalan di atas air, badannya

tidak terbakar oleh api, dan kebal terhadap senjata tajam lainnya. Datu

Ganum diberi ilmu dapat berubah menjadi empat badan yang rupa dan

bentuknya sama sehingga tidak bisa diketahui yang mana tubuh Datu

Ganum yang sesungguhnya. Datu Argih diberi ilmu kesempurnaan dunia

dan akhirat, Datu Ungku diberi ilmu keduniaan yang apabila dua telapak

tanganya ditekukkan maka musuh akan lemah lunglai dan terduduk tak

berdaya. Datu Labai Duliman diberi ilmu falaq, bisa menerjemahkan Bahasa

asing, dan dapat mengetahui seisi alam. Datu Harun diberi ilmu kebal dan

badannya keras bagaikan besi, Datu Arsanaya diberi ilmu kesalehan. Datu

Rangga diberi ilmu keduniaan semata untuk memimpin masyarakat. Datu

Galuh Bulan diberi ilmu kecantikan dan awet muda. Datu Sanggul diberi

ilmu makrifat sehingga jaya di dunia dan akhirat.

Page 51: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

38

Judul Buku/ Penelitian : Intingan Lawan Dayuhan Badua Badangsanak

Nama Pengarang : Syamsiar Seman

Penerbit/ Tahun Terbit : Grafika Wangi Kalimantan, Banjarmasin, 2001

Ringkasan

Buku ini berisi 5 cerita dongeng yang sangat digemari anak-anak pada

masalalu.Kelimadongengitudiberijudulolehpengarangnyadengan(1)

IntinganLawanDayuhanBaduaBadangsanak,(2)NiniRandaBaluMambarii

Hayam,(3)JulakLarauMambariiIwak,(4)SarawinTulakkaUrangAruh,

dan (5) Sarawin Mambatak Haur. Semua cerita dongeng ditulis dalam

Bahasa Banjar. Dalam Kata Pengantar buku ini, penulis mengatakan bahwa

pada masa penulis masih kecil, setiap malam anak-anak merengek-rengek

kepada nenek masing-masing meminta dikisahkan dongeng-dongeng. Di

antara dongeng-dongeng itu adalah yang dikumpulkan penulis dalam

bukuini.Waktumenceritakandongeng-dongengituadalahsehabismakan

malam. Sambil menunggu saat tidur, cerita itu dituturkan oleh ayah, atau

ibu, atau oleh nenek atau kakek. Menurut penulisnya, kisah dongeng

itu menjadi alat pendidikan karakter anak. Dalam cerita Intingan dan

Dayuhan, misalnya, sangat sarat dengan pendidikan karakter. Intingan

adalah seorang yang dilukiskan sebagai orang yang baik hati, pintar,

dan tidak malas apabila disuruh membantu orang tua. Berbeda dengan

Dayuhan, adik Intingan. Dayuhan diberi sifat bodoh, tidak menuruti

nasihat orang tua, iri, dan lain-lain sifat yang tidak baik. Dari cerita ini

anak-anak diharapkan bisa mengikuti perilaku Intingan dan menjauhi

perilaku Dayuhan. Menurut pengarangnya, pada saat ini sebaiknya cerita-

cerita dongeng ini perlu disampaikan lagi kepada anak-anak sekarang

agar mereka tahu peninggalan cerita masa lalu sekaligus juga memetik

nilai yang terkandung di dalamnya. Sangat disayangkan, kata penulis lagi,

ceita-cerita ini sudah banyak dilupakan orang.

Page 52: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

39

Judul Buku/ Penelitian : Sketsa Sastrawan Kalimantan Selatan

Nama Pengarang : Jarkasi & Tajuddin Noor Ganie

Penerbit/ Tahun Terbit : Balai Bahasa Banjarmasin, 2001

Ringkasan

Buku ini berisi nama, riwayat hidup, dan riwayat kepengarangan setiap

sastrawan Banjar. Buku ini berisi 307 orang sastrawan Banjar. Di dalam

catatan pendahuluan dinyatakan bahwa buku ini merupakan sketsa penyair

Kalimantan Selatan yang pernah tercatat sebagai sejarah dunia sastra di

Kalimantan Selatan. Dinyatakan juga dalam buku ini bahwa sebagian fakta

sejarah berkenaan dengan data sederet penyair yang direkonstruksi masih

sangat terbatas. Data yang terungkap dalam buku ini hanyalah keterangan

beberapa narasumber yang dipandang banyak mengetahui ikhwal kreativitas

sastra modern di Kalimantan Selatan. Lemahnya kegiatan pengarsipan dalam

kegiatan tulis-menulis sastra masa lalu diduga karena tradisi lisan di daerah

ini terlalu kuat.

Penyusunan sketsa sastrawan Kalimantan Selatan direkonstruksi sejak

sebelum perang kemerdekaan sampai sekarang. Luasnya jangkauan yang

ingin ditulis atau direkonstruksi menjadi masalah yang luar biasa sulitnya

bagi penulis buku ini. Sumber-sumber itu sebagian harus dicari dari anggota

masyarakat yang dapat dipandang sebagai narasumber utama. Menurut

penulis buku ini, sastrawa-sastrawan yang terhimpun dalam sketsa ini

sangat variatif. Para sastrawan itu tidak hanya menulis sastra, tetapi juga

menulis esai-esai seni lainnya, seperti tari, drama, dan sejarah sastra.

Ada pula yang hanya menulis puisi, atau hanya prosa, atau sekaligus

menulisprosadanpuisi.Olehpengarangbukuini,parasastrawanBanjar

bisa dipilahkan menjadi empat kelompok, yakni (i) sastrawan generasi

perintis,(ii)sastrawangenerasipenerus,(iii)sastrawangenerasipenerus

perkembangan, dan (iv) sastrawan generasi pewaris. Sastrwan generasi

perintis adalah sastrawan yang mengalami zaman serba sulit atau ketika

situasi zaman mulai ada kesadaran berbangsa sampai pecahnya perang

dengankolonialBelandadenganpejuangkemerdekaan Indonesia.Zaman

Page 53: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

40

ini amat sulit bagi pengarang untuk mengungkapkan isi karya-karyanya dan

juga sangat sulit untuk mengomunikasikan karya-karyanya melalui media

massa atau media lainnya. Tentu para sastrawan generasi ini adalah para

sastrawan yang ideal karena keberanian mereka menembus zaman yang

sangat tidak mendukung.

Diantara para sastrawan generasi ini disebutkan nama-nama seperti

Amir Hasan Bondan, Hadariyah M, Abdul Hamul Utir, Asmara jaya, Harun

Muhammad Arsyad, M. Yusuf Azidin, Merayu Sukma, Gusti Mayur, Zafri

Zamzam, Abdurahman Karim, Arsyad Manan, Amail Gafuri, Kasyful Anwar,

M.Yusuf,AbdulMuinCuty,AsnawiRais,DarmawiSaruji,GustiAbdurahman,

Gusti Abdul Malik Thaha Hamdi Redwansyah, H. Mas Amandit, Masdari,

Merah Daniel Bangsawan, Ramlan Marlim, Artum Artha, Gusti Abubakar,

ZafuriZumri,HassanBasry,M.Hanafiah,MerahJohansyah,danSarasakti.

Page 54: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

41

Judul Buku/ Penelitian : Pangeran Samudera (Pangeran Suriansyah)

Nama Pengarang : Syamsiar Seman

Penerbit/ Tahun Terbit : Yayasan Pendidikan Nusantara, Banjarmasin, 2002

Metode Penelitian :

Ringkasan

BukuinimenceritakankembaliseorangRajaBanjarIslamyangpertama

yang bernama Pangeran Samudra atau Sultan Suriansyah. Dalam kata

pengantarnya, penulis menyatakan bahwa banyak masyarakat Banjar yang

tidak mengetahui tentang siapa sebenanya Pangeran Samudera itu. Karena

itu, salah satu tujuan buku ini adalah untuk memberitahukan kepada

masyarakat tentang seorang yang bernama Pangeran Samudera melalui

kisah yang diambil dari cerita rakyat turun-temurun. Di samping memuat

cerita tentang Pangeran Samudera, buku ini juga memuat beberapa cerita

yang ditulis dalam Bahasa Banjar.

Penulis berharap para pembaca dapat mengingat kembali masa lampau

masyarakat dan kehidupan orang Banjar, di samping juga bisa memetik nilai

yang dikandung oleh cerita. Apabila cerita yang berjudul Pangeran Samudera

(SultanSuriansyah)merupakanlegendamakaceritalainnyayangadadalam

bukuinimerupakandongeng.CeritaBanjarataudongengBanjaryangada

dalambukuiniadalahTungkatLawanWancuh,DangdingAnakMiskin,Nini

Gigiran Lawan dan Hantu Kisut, Pacana Tulak Maunjun. Menurut penulisnya,

buku ini sengaja ditulis dengan Bahasa Banjar agar Bahasa Banjar tetap

terpelihara sepanjang masa. Diakhir setiap cerita, penulis menyampaikan

berbagai nilai budaya yang patut menjadi pelajaran bagi orang Banjar.

Page 55: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

42

- Terbit Tahun 2005 -

Judul Buku/ Penelitian : Kisah-Kisah Sarawin

Nama Pengarang : Syamsiar Seman

Penerbit/ Tahun Terbit : Pendidikan Utama, Banjarmasin, 2005

Ringkasan

Buku ini memuat 18 cerita dengan tokoh Sarawin. Menurut penulisnya,

Sarawin adalah tokoh legendaris rakyat Banjar di Kalimantan Selatan, yang

ceritanya terkenal dalam folklor Banjar sejak zaman dahulu. Tokoh Sarawin

merupakan tokoh cerita rakyat Banjar yang lucu, banyak akal, dan membuat

orang jengkel dengan ulahnya. Dalam Sastra Banjar, tokoh yang memiliki

perilaku atau watak yang kurang lebih sama dengan Sarawin adalah tokoh

Palui.Mediacetak(suratkabar)yangselalumemuatceritadengantokoh

Sarawin adalah Media Masyarakat dan cerita rakyat dengan tokoh Palui

adalah Banjarmasin Post.

Cerita yang termuat dalambuku ini olehpengarangnyadiberi judul,

yakni Asal-Usul Sarawin, Sarawin Handak Tulak Madam, Sarawin Jadi Tukang

Kawah, Sarawin Disariki Mintuha, Sarawin Mahadap Tuan Kuntulir, Sarawin

Dipardum Tuan Kuntulir, Manyunat Anak Sarawin, Sarawin Handak Jadi

Tukang Sunat, Sarawin Tulak ka Urang Mulut, Salawar Gubih, Sarawin Bagigi

Palsu, Sarawin Handak Manukar Pabukaan, Sarawin Mahaur-Haur Puasa,

Musim Buah Rambutan, Kulit Buah Tiwadak, Talambat Maangkat, Kasian

Haji Ibak, Kada Makan Daging.

Page 56: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

43

udul Buku/ Penelitian : Tata Bahasa Bahasa Banjar

Nama Pengarang : Abdul Djebar Hapip

Penerbit/ Tahun Terbit : FKIP Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, 2005

Ringkasan

Buku ini terdiri dari 4 bab, yakni bab pendahuluan, bab tentang tata

bunyi, bab tentang morfologi, dan bab tentang tata kalimat. Dalam bab

pendahuluan dibicarakan tentang Bahasa Banjar dan penuturnya, dialek-

dialek Bahasa Banjar, tata bahasa pengajaran Bahasa Banjar, ejaan Bahasa

Banjar, sistem persukuan dalam Bahasa Banjar, dan petunjuk pengajaran

Bahasa Banjar untuk guru. Bab tentang tata bunyi membicarakan fonem-

fonem dalam Bahasa Banjar, baik fonem vokal, konsonan, dan semivokal,

serta posisi fonem-fonem itu di dalam kata.

Bab pembentukan kata atau morfologi berisi pembicaraan tentang jenis

kata dalam Bahasa Banjar. Dalam bab ini disebutkan 8 jenis kata, yakni kata

benda, kata kerja, kata sifat, kata bilangan, kata ganti, kata keterangan,

kata depan, dan kata tugas. Dalam bab morfologi dibicarakan juga tentang

pengimbuhan dalam Bahasa Banjar. Pengimbuhan yang dibicarakan meliputi

awalan dan akhiran, sisipan, reduplikasi, kata majemuk, dan bentuk

khusus.Dalambabinidisebutkanbahwa8imbuhan,yaknimaN-,di-,ba-,

ta-,ka-(θ-an),paN-,sa-,-an.DalamBahasaBanjarterdapatpulabeberapa

bentuk sisipan. Menurut buku ini, sisipan sudah tidak produktif lagi. Sisipan

dalamBahasa Banjar adalah: -ar- pada kata bubuy → barubuy, kojot →

karojot.Sisipan–ur-padakatakambit→ kurambit, kukut → kurukut, kikih

→kurikih.Sisipan–al-padakatasusur→ salusur, sisit →salisit.sisipan–

ul- pada kata kacak → kulacak, kupak → kulipak. Perulangan Bahasa Banjar

mempunyai tiga macam cara, yakni pengulangan seluruhnya seperti hirang-

hirang, bukah-bukah, dan lain-lain. Perulangan sebagian seperti pada kata

rumah → rurumahan, mutur → mumuturan, dan lain-lain. Perulangan

berubah bunyi seperti pada kata liang-liur, guang gail, dan lain-lain.

Page 57: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

44

Dalam bab morfologi dibicarakan juga satu bentuk yang oleh pengarang

disebut bentuk khusus. Bentuk khusus adalah kata yang terbentuk dengan

sing-an seperti pada kata bungas → singbungasan, ganal → singganalan;

kada-sing-an seperti pada kata kada singduitan, kada singbajuan; lalu

seperti pada kata habis → habis lalu, pintar → pintar lalu; gila seperti

pada kata gila banyaknya, gila ikarnya, dan lain-lain. Bab terakhir buku ini

memBahasa tatakalimat Bahasa Banjar. Dalam bab ini dibicarakan bagian-

bagian kalimat dan fungsinya, serta jenis-jenis kalimat. Menurut pengarang,

kalimat Bahasa Banjar meliputi kalimat tunggal dan kalimat majemuk.

Page 58: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

45

- Terbit Tahun 2006 -

Judul Buku/ Penelitian : Pamali Banjar: Deskripsi Bentuk, Fungsi, dan Makna

Peneliti : Yuliati Puspitasari, Musdalipah, Ahmad Zaini, Dede Hidayatul-Lah, Sri Wahyu Nengsih

Penerbit/ Tahun Terbit : Balai Bahasa Banjarmasin, 2006

Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskriptif

Ringkasan

Salah satu bentuk kepercayaan rakyat dalam masyarakat Banjar

biasanya disebut dengan istilah pamali. Menurut Danandjaja (2002: 21),

sebagai salah satu ragam sastra lisan, kepercayaan rakyat merupakan

bagian dari foklor sebagian lisan. Pamali Banjar termasuk jenis sastra lisan

yang digunakan atau yang pernah digunakan dalam masyarakat Banjar

dengan menggunakan Bahasa Banjar sebagai mediumnya. Dilihat dari segi

pemakaiannya, terjadi pergeseran tingkat karena dipengaruhi oleh berbagai

faktor yang kemungkinan kelak bisa menjurus pada ketidakkenalan

masyarakat Banjar terhadap sebagian besar bentuk-bentuk pamali yang

berasal dari daerahnya.

Penelitian ini merupakan upaya menggali dan mengenali sastra daerah

dan mengetahui pengaruhnya bagi kehidupan masyarakat di Kalimantan

Selatan. Melalui penelitian ini diharapkan masyarakat Banjar sekarang dapat

menghayati pikiran-pikiran yang menjadi pedoman kehidupan masyarakat

Banjar dahulu. Berawal dari kekhawatiran punahnya pedoman kehidupan

masyarakat Banjar ini maka penelitian ini dilakukan. Selain itu hal ini juga

sebagai wujud pelestarian terhadap sastra daerah, khususnya pamali, agar

tidak terlupakan oleh generasi muda sekarang, selaku pewaris kebudayaan.

Page 59: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

46

Judul Buku/ Penelitian : Pamali Banjar: Deskripsi Bentuk, Fungsi, dan Makna

Peneliti : Yuliati Puspita Sari, Musdalipah, Ahmad Zaini, Dede Hidayatullah, Sri Wahyu Nengsih

Penerbit/ Tahun Terbit : Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan, 2006

Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif-Antropologis dan Mitopik, Teori Folklor.

Ringkasan

Pamali Banjar merupakan jenis sastra lisan yang digunakan atau pernah

digunakan dalam masyarakat Banjar dengan menggu-nakan Bahasa Banjar

sebagai medianya. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan berbagai

bentuk, fungsi, dan makna yang terdapat dalam pamali Banjar. Berdasarkan

penelitian, ada 207 bentuk pamali yang dikumpulkan. Pamali-pamali tersebut

berfungsi sebagai media penebal emosi keagamaan atau kepercayaan, alat

pendidikan yakni media sopan santun, tata krama saat makan, mensyukuri

rezeki, menggunakan sesuatu sesuai fungsinya, memanfaatkan waktu,

kesehatan dan keselamatan, menyelesaikan pekerjaan.

Selain itu, pamali-pamali tersebut juga ada yang berfungsi sebagai

sistem proyeksi khayalan suatu kolektif yang berasal dari halusinasi

seseorang terhadap makhluk-makhluk alam gaib. Berdasarkan maknanya,

pamali-pamali tersebut berhubungan dengan kelahiran, masa bayi dan anak-

anak; tubuh manusia dan obat-obatan rakyat; rumah dan pekerjaan rumah;

mata pencaharian dan hubungan sosial; perjalanan dan perhubungan; cinta,

pacaran dan menikah; kematian dan adat pemakaman; kesehatan, nasib

dan kepercayaan; serta alam gaib. Masih banyak fenomena lain dalam

pamali yang belum diteliti secara komprehensif. Sehubungan dengan itu,

peneliti menyarankan fenomena-fenomena pamali yang masih berselimut

misteri itu suatu saat dapat diungkapkan peneliti lain.

Page 60: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

47

- Terbit Tahun 2008 -

Judul Buku/ Penelitian : Syair Carangkulina : Analisis Struktur, Fungsi, dan Nilai Budaya

Nama Pengarang : Saefuddin

Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana, Universitas Lambung Mangkurat, 2008

Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskripstif dan Teori Filologi.

Ringkasan

Syair merupakan karya sastra termasuk ke dalam jenis prosa berbentuk

puisi, isinya mengandung unsur cerita yang dibangun oleh sebuah struktur.

Struktur dalam cerita tersebut, yakni tema dan amanat, tokoh dan penokohan,

alur serta latar. Semua unsur yang ada di dalamnya itu mengandung sebuah

jalinan yang kait-mengait antara satu dengan yang lainnya. Sebuah karya

sastra juga sarat dengan unsur luar, yakni unsur sosial budaya atau fungsi

dannilaibudayadalamkaryasastra(naskahsyair).

Penelitian ini menganalisis isi syair dan bertujuan untuk mengungkap

isi yang terkandung di dalamnya yang diawali dengan menganalisis

unsur struktur. Pengungkapan struktur adalah sebagai upaya awal untuk

mengetahui secara jelas hubungan unsur dengan unsur dalam. Jika demikian,

syair yang berbentuk bait itu dapat disejajarkan dengan karya sastra lainnya,

seperti karya sastra novel. Untuk menafsirkan syair Carangkulina, dengan

membaca keseluruhan isi dapat diketahui bahwa tema sentral dalam cerita

tersebut mengenai kebaikan dan kebatilan, sedangkan tema lain, yaitu tema

percintaan sebagai intrik-intrik pengembangan alur cerita. Tema tersebut

dapat tergambar dalam diri tokoh-tokoh cerita, baik itu tokoh pratagonis

maupun tokoh pratagonis juga lewat tokoh-tokoh bawahan. Sisi yang lain

perkembangan cerita yang menggambarkan tema kebaikan dan kebatilan

di samping tergambar lewat tokoh-tokoh cerita juga tergambar alur cerita

sehingga konflik demi konflik cerita menjadi lebih menarik dan penceritaan

yang menarik itu juga didukung oleh latar-latar situasi dan kondisi, baik

Page 61: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

48

itu latar tempat pengisahan maupun latar waktu pengisahan cerita. Semua

unsur struktur cerita itu memiliki hubungan dan saling melengkapi satu

dengan yang lainnya.

Analisis selanjutnya terkait dengan fungsi dan nilai budaya. Analisis

fungsi dalam penelitian ini dimulai dengan mengulas sekilas tentang syair

serta perkembangannya kemudian akan mengulas bagaimana fungsi syair

Carangkulina dalam kehidupan masyarakat, sedangkan analisis nilai budaya

mengulas tentang nilai apa yang terdapat dalam naskah dengan didasarkan

pada teks sebagai bahan kajian dalam penelitian.

Secara lebih khusus analisis struktur yang dilakukan dalam penelitian

ini mengungkap tema dan amanat dalam cerita, analisis tokoh antagonis dan

pratagonis, alur dan pengaluran serta latar. Dari analisis itu dapat diketahui

bagaimana jalinan isi cerita yang berkaitan antara unsur satu dengan unsur

lainnya. Adapun analisis fungsi dilakukan dengan mengungkapkan bahwa

kedudukan syair Carangkulina dilihat fungsinya di dalam masyarakat pada

masanya, sedangkan nilai budaya mengungkapkan nilai-nilai yang ada di

dalam syair Carangkulina. Baik melalui tokoh cerita maupun melalui isi

cerita yang lainnya. Hasil penelitian ini akan memberikan gambaran tentang

sebuah struktur cerita, fungsi syair pada masanya, dan nilai budaya yang

ternadung dalam syair Carangkulina tersebut.

Page 62: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

49

Judul Buku/ Penelitian : Representasi Nilai Kultural Banjar Dalam Kumpulan Puisi Kurrr Sumangat Banuaku

Nama Pengarang : Fuji Hidjriyati

Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis, Magister Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, Univeritas Lambung Mangkurat, 2008.

Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskripstif, Teori Sastra, Antropologi Budaya

Ringkasan

Poetry or poem expresses thinking aroused feeling that excite

imaginationofthefivesensesinrhythmicalatmosphere.Alloftheseare

important things which are recorded and expressed, stated interesting and

give impression. The poetry is a recording and interpretation of human

important experience that is composed into the most valuable form.

This research is aimed to obtain objectively description about 7 elements

ofcultureinthecollectionofBanjaresepoetries(1)language,(2)knowledge

system,(3)socialorganization,(4)lifeinstrumentationsystemandtechnology,

(5)meansoflivelihoodsystem,(6)religioussystem,and(7)arts.

Thetheoryusedasbasicofinstrumentdevelopmentisdefinitiontheory

according to Shahnon Ahmad, Altenbernd, and Aminuddin, and also theory

7 elements of culture according to Koentjaraningrat. The research data are

taken from the collection of Banjarese poetries consist of 20 poetries. This

research uses sociological approach, structural approach and semiotics

approach with descriptive method and content analysis technique. The

primary instrument is researcher. The secondary instruments are the

collection of Banjarese poetries book, tape recorder and research notes. The

analysis of data is done during the collecting of data.

The research result shows that there are 7 elements of Banjar culture

in the collection of poetries, those are: language (29 items), knowledge

system(2items),socialorganization(10items),meansoflivelihoodsystem

(27 items), religious system (14 items), life instrumentation system and

technology(14items),andarts(3items).Themostdominantelementin

thepoetryislanguage.Inthecollectionofpoetries,itusesmuchambiguity

meanings and language styles.

Page 63: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

50

Judul Buku/ Penelitian : Analisis Jenis dan Pola Pembentukan Capatian Masyarakat Banjar

Nama Pengarang : Muhammad Yusransyah

Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis, Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Univeritas Lambung Mangkurat, 2008.

Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskripstif, Teori Tradisi Lisan

Ringkasan

Melalui penelitian ini, peneliti berusaha untuk menggali data tentang

jenis dan pola pembentukan capatian masyarakat Banjar. Penelitian

ini menggunakan metode naturalistik dengan menggunakan teknik

pemerolehan data berupa observasi langsung. Capatian masyarakat Banjar

terbagi menjadi dua jenis, yaitu capatian berhubungan (related riddle)

dan capatian tidak berhubungan (unrelated). Capatian berhubungan

terbagi menjadi lima jenis, yaitu capatian berbentuk:(1)pertanyaanbiasa,

(2) pemahaman (mahalabio), (3)superlatif, (4) perbedaan, dan (5) dua

pernyataan dengan satu jawaban. Capatian tidak berhubungan terbagi

menjadi enam jenis, yaitu capatian yangberbentuk:(1)teka-teki(riddling

questions,(2)permainankata(punning),(3)permasalahan(problem),(4)

perangkap (catch question), (5) lelucon (ruddle joke), dan (6) gabungan

Bahasalisandangambar(konyol).

Berdasarkan aspek yang ditonjolkan terdapat dua pola pembentukan

capatian, yaitu capatian yang pembentukannya lebih menonjolkan bagian

pertanyaan dan capatian yang pembentukannya lebih menonjolkan

bagian jawaban.

Terdapat tujuh belas capatian yang pembentukannya lebih menonjolkan

bagian pertanyaan, yaitu capatianyangdibentukdengan(1)kataberhomonim

ataupolisemi,(2)pernyataankontradiktif,(3)pengibaratan,(4)penyajian

secara berulang-ulang, (5) mengajukan simpulan untuk ditemukan sifat,

penyebab, atau alasannya (6) perbedaan arti antara Bahasa Banjar dan

BahasaIndonesia,(7)pemenggalankata,kemiripanbunyi,perbedaanjeda

pengucapan,ataususunankata,(8)agakporno,tetapitidakdemikian,(9)

Page 64: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

51Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

memfokuskan suatu kebiasaan untuk dikontraskan dengan keadaan yang

sebenarnya,(10)mengemukakanhal-halyangtidakberhubunganlangsung

dengan fokus pertanyaan, (11) perbandingan tiga pilihan yang dapat

mengecoh mitra tutur (12) pernyataan yang dapat menimbulkan salah

pengertian,namunsangatrasional,(13)pengecualianterhadapnama-nama

yangselalumelekatpadaindukatauasalnya,(14)katadanjawabanyang

ganda,(15)kesanumumyangadadimasyarakat,(16)perbedaanantara

duabendayangmemilikifungsi,milik,keadaanyangbertentangan,dan(17)

nama daerah yang salah satu katanya dijadikan sebagai induk pertanyaan.

Capatian yang lebih menonjolkan bagian jawaban terbagi menjadi

enam belas pola pembentukan, yaitu capatian yang dibentuk dengan:

(1) memenggal jawaban sebagai pertanyaan, (2) bunyi bahasa yang

memiliki kemiripan dengan bahasa asing, (3) mengaitkan pada agama,

(4) mempertentangkan sesuatu dengan perempuan dan seksualitas,

(5) ketidaksempurnaan pengucapan, (6) mengganti kepanjangan suatu

singkatandenganyangtidak lazim,(7)mengalihkanfokus jawabanpada

halyangbaru,(8)jawabanyangtidakmasukakal,(9)jawabanberlebihan,

(10) jawaban yang dapat ditelusuri dari kata-kata yang digunakan, (11)

menghubungkan sesuatu dengan lagu, (12) kata yang mengungkapkan

kemustahilan,(13)namaseseoranguntukdibuatpertanyaanyangsesuai

dengankeadaannya,(14) jawaban:mun kada ..., kada ... ngarannya(15)

jawabansebagailanjutandarikegiatanyangdiajukan,(16)menggabungkan

beberapa hal yang sesuai dengan yang dikemukakan.

Page 65: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

52

Judul Buku/ Penelitian : Analisis Struktur dan Nilai Budaya Sastra Banjar Japin Carita (Naskah Pementasan Teater Awan) Fakultas Tarbiyah Iain Antasari Banjarmasin

Nama Pengarang : Padillah

Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2008.

Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskripstif dan Teori Sastra Struktural

Ringkasan

Penelitian ini membahas Struktur Japin Carita (Naskah Pementasan

Teater Awan) Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari Banjarmasin. Tujuan yang

akan dicapai ialah untuk mendeskripsikan struktur yang dibangun dalam

naskah-naskah pementasan tersebut, yang terdiri dari tema, amanat, alur,

penokohan dan latar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan

teknikanalisisisi(contentanalysis).Sumberdatayangditelitisebanyak10

naskahpementasanJapinCarita.

Hasil penelitian ini ialah 1) tema meliputi : kasih sayang, cinta,

keteladanan orang tua, pendidikan agama, sopan santun, introspeksi diri,

wajibbelajarsembilantahun,pernikahanmuda,fitnah,perjodohan,cinta

keseniandaerah,danhikmahdibalikcobaan.2)amanatmeliputi:kesucian

cinta, kejelekan sifat amarah, akibat pergaulan bebas, dampak negatif

narkoba, dampak negatif VCD porno dan budaya barat, penyalahgunaan

jabatan, dampak negatif judi, pentingnya pendidikan, kecerobohan

berbicara, pendidikan seumur hidup, kuliah di perguruan tinggi, perdukunan,

mensyukuri nikmat, perantauan, giat belajar, melestarikan kesenian

daerah,dankejahatanpastiakanterbongkar.3)alurmeliputi:permulaan,

pertikaian,perumitan,puncak,danakhir.4)tokohdanPenokohanmeliputi

: pertama tokohutama terdiri dari tokohprotagonis, antagonis,wirawan

dan wirawati yang kedua tokoh bawahan, sebagai pelengkap tokoh utama.

5)latarmeliputi:tigahal,yaitupertamalatarsosial,kedualatargeografis

atau tempat dan yang ketiga latar waktu atau historis.

Berdasarkan proses dan hasil penelitian, dikemukakan saran (1)

perlu dikembangkannya penelitian tentang naskah-naskah drama dengan

Page 66: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

53Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

perspektif yang lain sehingga penelitian tentang sastra akan lebih

berkembang dan inovatif sehingga mampu menambah khazanah keilmuan

di bidang sastra khususnya yang berkenaan dengan sastra daerah. (2)

dengan hasil penelitian struktur ini maka diharapkan kita dapat mengambil

nilai-nilai atau pesan-pesan yang disampaikannya untuk menjadikan kita

menjadi sebenar-benarnya manusia yang berbudaya dan beradab serta

bermartabat dihadapan Tuhan.

Page 67: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

54

- Terbit Tahun 2009 -

Judul Buku/ Penelitian : Sastra Lisan Banjar Hulu

Nama Pengarang : Fahrurraji Asmuni

Penerbit/ Tahun Terbit : Hemat, Amuntai, 2009

Ringkasan

Buku ini terdiri dari 17 bab yang masing-masing membicarakan secara

singkat, disertai contoh masing-masik bentuk sastra Banjar. Bentuk-bentuk

sastra Banjar yang dibicarakan adalah, bab pendahuluan, baahui, bandi-

andi, bacaapatian, balamut, bapantun, dindang, isim, madihin, mahalabiu,

mamanda, mangabuwau, manyair, papadahan, tutur candi, ungkapan, dan

kesimpulan. Pada bab pendahuluan disebutkan bahwa pembicaraan/ isi

buku diperoleh dari informasi dan temuan di masyarakat. Tujuan penulisan

buku adalah untuk memberikan informasi kepada masyarakat pembaca

tentang Sastra Banjar dan juga untuk dokumentasi dan bahan rujukan bagi

para peneliti atau penulis yang berminat terhadap sastra Banjar.

Bagian kedua adalah tentang baahui. Menurut penulis, baahui adalah

acara berbalas pantun pada saat merontokkan padi yang masih berada di

tangkainya. Biasanya, baahui dilaksanakan pada malam hari dengan dihadiri

oleh masyarakat sekitar sebagai penonton. Bagian ketiga adalah tentang

baandi-andi. Baandi-andi adalah menyampaikan cerita dengan berlagu dan

diiringi musik gesek seperti biola. Menurut penulisnya, baandi-andi berasal

dari Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Baandi-andi biasanya

ditampilkan pada acara Aruh Ganal di Kampung Loksado.

Bagian keempat berisi ikhwal bacacapatian(teka-teki).Bagiankelima

membicara seni lamut. Menurut pengarangnya, lamut adalah kesenian

tutur asli etnik Tionghoa. Lamut dibawa pedagang Tionghoa ke Banjar dan

berkembang ke berbagai daerah di Kalimantan Selatan. Ada dua macam

cerita lamut, yakni lamut batatamba(lamutuntukpengobatan)danlamut

baramian (lamut untuk hiburan). Lamut batatamba adalah pertunjukan

Page 68: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

55Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

cerita lamut untuk menyembuhkan anak yang sakit panas, ibu hamil yang

sulit melahirkan, atau untuk menyembuhkan berbagai penyakit berat

lainnya. Sebelum lamut batatamba dipertunjukkan, orang yang berhajat

menyiapkan piduduk (sesajen) berupa garam, beras, kelapa utuh, gula

merah, dan sepasang benang dan jarum. Baik lamut batatamba maupun

lamut hiburan menampilkan tokoh yang sama, yakni tokoh Paman Lamut

(dalamwayangtokohinidisebutPanakawanSemar),tokohAnglong (dalam

wayangtokohinidisebutBagong),tokohAnggasina(dalamwayangtokohini

disebutNalagareng),tokohLabai(dalamwayangtokohinidisebutPetruk).

Bagian keenam berisi ikhwal bapantun. Bagian ketujuh berisi ikhwal

badindang. Menurut penulisnya, dindang adalah pantun yang dilagukan

atau dinyanyikan oleh masyarakat Banjar Hulu. Badindang bisa dilakukan di

atas panggung atau dilagukan saat menidurkan anak. Bab kedelapan berisi

bahasan tentang isim/babacaan. Menurut penulisnya ada 10 macam fungsi

isim/bacaan, yakni isim kariau untuk memanggil seseorang, isim kataguhan

untuk kekebalan tubuh, isim mamang untuk memanggil roh halus, isim

pangasihan untuk meluluhkan hati lawan jenis sehingga tidak bisa berpisah

lagi, isim pambungkam untuk menjadikan orang/binatang/makhluk tidak

berdaya. Isim guna-guna untuk menangkal guna-guna yang datang dari

musuh atau sateru, isim panangkal gangguan jin, isim panawar, dan isim

manangkap buaya untuk memanggil buaya yang nakal.

Bagian kesepuluh berisi ikhwal madihin. Menurut penulisnya, madihin

berasal dari kata ‘madah’ yang berarti bermadah atau mengucapkan syair.

Dari kata madah lama kelamaan berubah menjadi madihin. Madihin berarti

menuturkan syair atau pantun dengan disertai bunyi terbang. Bagian

kesepuluh adalah ikhwal mahalabiu. Menurut penulisnya, mahalabiu

adalah kalimat yang berisi kata atau frase yang bermakna ganda. Bagian

kesebelas adalah ikhwal mamanda. Menurut penulisnya, mamanda berasal

dari Malaka. Mamanda ini berasal dari jenis teater yang dibawa oleh

rombonganbangsawanMalakayangbernamaAbdoelMoeloekatau Indra

bangsawan.RombonganteaterinidipimpinEncikIbrahimdanistrinyaCik

Hawa. Rombongan teater menetap di Tanah Banjar selama beberapa hari

untuk mengadakan pertunjukan. Pertunjukan mereka dikenal dengan nama

Badamuluk. Pertunjukan Badamuluk ini lama ke lamaan oleh masyarakat

Banjar disebut bamanda.

Page 69: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

56

Bagian kesebelas adalah ikhwal mangabuwau. Menurut penulisnya,

mangabuwauadalahceritasingkatyangbersifatfiktifdankentaldengan

cerita humor. Bagian ketigabelas adalah tentang syair. Bagian keempat belas

berisi ikhwal papadahan. Menurut penulisnya, papadahan sama dengan

gurindam. Bagian ke limabelas berisi ikhwal tutur candi, yakni cerita-cerita

yang berhubungan dengan asal-usul suatu candi serta cerita-cerita yang ada

di seputar lingkungan candi. Bagian keenambelas berisi ikhwal ungkapan

Banjar. Menurut penulisnya, terdapat enam jenis ungkapan, yakni pepatah,

perumpamaan, peribahasa, perbandingan, tamsil, dan pamali.

Page 70: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

57

Judul Buku/ Penelitian : Relasi Kekerabatan Bahasa Banjar dan Bahasa Bakumpai

Nama Pengarang : Rissari Yayuk

Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2009

Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Leksikostatis-Tik,Teori Kekerabatan Bahasa

Ringkasan

Penelitian ini menggunakan kajian linguistik historis komparatif dengan

pendekatan kualitatif dan kuantitatif berdasarkan metode rekonstruksi

dan leksikostatistik. Kedua pendekatan ini memberikan informasi dalam

hasil pengelompokan bahasa yang dikaji. Pendekatan kualitatif akan

mempertegas gambaran tersebut melalui rekonstruksi proto bahasa sebagai

sarana yang menggambarkan pola-pola pewarisan kedua bahasa terhadap

bahasa protonya. Sebaliknya, pendekatan kuantitatif menyajikan gambaran

tentang relasi kekerabatan kedua bahasa melalui metode leksikostatistik.

Berdasarkan hasil penelitian menggambarkan Bahasa Banjar dan Bakumpai

memiliki hubungan kekerabatan dengan Proto Austronesia. Rekonstruksi

kedua bahasa terhadap Proto Austronesia menunjukkan pola-pola pewarisan

yanglinearmaupuninovasi(pembaharuan).HubunganBahasaBanjardan

Bakumpai berdasar-kan perhitungan leksikostatistik sebesar 60%, ini berarti

kedua bahasa berada dalam keluarga bahasa.

Page 71: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

58

Judul Buku/ Penelitian : Kesantunan Direktif Bahasa Banjar

Peneliti : Ahmad Zaini, Rissari Yayuk

Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2009

Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskriptif, Teori Pragmatik (Kesantunan BerBahasa)

Ringkasan

Kesantunan sangat penting dalam sebuah komunikasi untuk menjaga

keharmonisan dan menghindari konflik, terlebih lagi dalam tindak direktif,

khususnya direktif Bahasa Banjar. Penelitian ini bertujuan mengungkapkan

realisasi maksim prinsip kesantunan, bentuk, strategi dan fungsi kesantunan

direktif Bahasa Banjar. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kualitatif. Data penelitian utama penelitian ini adalah tuturan kesantunan

direktif dalam percakapan keluarga. Data itu diperoleh melalui catatan lapangan,

perekaman, dan wawancara. Adapun instrumen utama yang digunakan adalah

peneliti itu sendiri yang dibantu dengan pedoman catatan lapangan, pedoman

wawacara, dan perekaman. Analisis data yang dilakukan setelah data terkumpul

adatigalangkah.Ketigalangkahtersebutadalah(1)reduksidata,(2)penyajian

data,dan(3)penyimpulan/verifikasi.Analisisinidilakukanselamadansetelah

data terkumpul. Dari ketiga langkah itu didapatkan kesimpulan akhir. Untuk

memperoleh keabsahan temuan dilakukan triangulasi dan pengecekan.

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan realisasi prinsip kesantunan Leech

dalam direktif Bahasa Banjar yang meliputi maksim kearifan, kedermawanan,

pujian, kerendahan hati, kesepakatan, dan simpati. Ada tiga bentuk kesantunan

yang digunakan penutur untuk mengungkapkan tindak direktif Bahasa Banjar

yang meliputi imperatif, deklaratif, dan interogatif. Dalam Bahasa Banjar ada

sepuluh strategi kesantunan yang digunakan penutur dalam melakukan

tindak direktif yang meliputi strategi modus imperatif, pernyataan permintaan,

permintaan berpagar, pernyataan keharusan, pernyataan keinginan, rumusan

saran, strategi rumusan pertanyaan; strategi isyarat kuat, strategi isyarat halus,

dan strategi ironi.

Page 72: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

59Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

Kesantunan direktif Bahasa Banjar memiliki fungsi untuk tindakan

menyelamatkan muka, tindakan menghindari konflik, tindakan mencapai

efektivitas, dan tindakan memberikan penghormatan. Kesantunan direktif

tidak hanya terdapat pada tuturan orang dewasa, tetapi terdapat pula

pada tuturan anak-anak. Pilihan kesantunan yang digunakan oleh penutur

sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti situasi, konteks, tujuan,

status peserta tutur, tingkat keakraban. Bertitik tolak dari temuan penelitian

ini, disarankan dalam direktif hendaknya penutur melakukannnya dengan

santun dengan mengacu pada prinsip kesantunan. Penggunaan bentuk dan

strategi yang tepat akan menghasilkan sebuah tujuan direktif yang efektif

bagi penutur dengan meminimalisasi ketidakharmonisan dengan mitra tutur

yang mungkin terjadi saat itu.

Page 73: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

60

Judul Buku/ Penelitian : Peribahasa Banjar Dalam Kumpulan Cerpen Galuh Karya Jamal T. Suryanata

Peneliti : Gusti Yolanda Riswan

Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2009

Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskriptif, Teori Sastra Struktural

Ringkasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis peribahasa apa saja

yang terdapat di dalam kumpulan cerpen Galuh karya Jamal T. Suryanata,

kemudian untuk mengetahui apa arti dan makna dari peribahasa Banjar

tersebut serta untuk mengetahui apa fungsi peribahasa tersebut dalam

setiap cerpennya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif. Kemudian pendekatan yang digunakan dalam penelitian

ini adalah pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah dengan cara membaca cerpen, mengumpulkan

data yang berhubungan dengan teori penelitian dan menganalisis cerpen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 10 judul cerpen berbahasa

Banjar yang terdapat dalam buku kumpulan cerpen Galuh karya Jamal T.

Suryanata banyak terdapat peribahasa Banjar. Peribahasa Banjar tersebut

sebanyak 107 buah.

Dari keseluruhan peribahasa Banjar tersebut yang termasuk dalam

jenis kiasan sebanyak 25 buah, jenis mamang papadah sebanyak 10 buah,

jenis pameo huhulutan sebanyak 20 buah, jenis Tamsil sebanyak 2 buah

peribahasa, sedangkan untuk jenis gurindam dan saluka tidak ditemukan.

Diantara beberapa peribahasa Banjar yang ditemukan dapat disimpulkan

mengandung beberapa makna, di antaranya pemberi semangat, pekerjaan

yang dilakukan secara terus-menerus, keyakinan seseorang, jumlah,

pekerjaan yang sia-sia, kekerabatan atau kekeluargaan, status sosial, solusi

tentang suatu masalah, nasehat, keakraban atau pertemanan, keserasian,

kelebihan seseorang, mendapatkan keberuntungan, sifat negatif seseorang,

ditimpa kemalangan atau musibah, keadaan atau kondisi seseorang yang

Page 74: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

61Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

tidak menguntungkan Keseluruhan peribahasa tersebut mempunyai fungsi

sebagai gambaran atau penjelas tentang suatu keadaan (baik keadaan

tokoh,penokohan,latar,alur,percakapantokohdanlainsebagainya)yang

pada intinya mendukung jalannya suatu cerita.

Page 75: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

62

- Terbit Tahun 2010 -

Judul Buku/ Penelitian : Risalah Kanz Al Ma’rifah (Analisis Struktur Dan Makna)

Peneliti : Dede Hidayatullah

Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2010

Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Hermeneutik

Ringkasan

Dewasa ini kecenderungan memahami teks-teks lama semakin

meningkat disebabkan adanya kesadaran bahwa dengan meneliti dan

mengkaji teks-teks lama akan mendapatkan sesuatu yang sangat berharga

dan penting. Teks lama merupakan warisan rohani nenek moyang, yang di

dalamnya terkandung hasil tuangan perasaan, pikiran, sikap, dan pandangan

hidup masyarakat di masa lampau serta cita-cita yang dahulu menjadi

pedoman kehidupan. Dalam masyarakat Banjar, ada banyak terdapat teks-

tekslama,terutamayangditulisolehMuhammadArsyadAl-Banjari(1122

H-1227H/1710M–1812M).

Diantara teks-teks itu ialah Risalah Kanz al-Ma`rifah yang menjadi

objekpenelitian ini.NaskahRKMinidianalisisstruktur--baik itustruktur

naskahnya, maupun struktur kalimat-- dan maknanya. RKM mempunyai

strukturnaskahsebagaiberikut.(1)PendahuluanyangberisitulisanBismi lLāhir r-Rahmāni r-Rāhīm. (2)Isiyangterdiriatas:(a)hakikatmengenal

Allah;(b)kewajibanseseoranguntukselalumengikutidanmelaksanakan

perintah (amar) nabi Sallallahu alahi wasallam dan menjauhi segala

larangannya;(c)adabdantatacaraberzikir;(d)nasihatal-Banjarikepada

orang yang menghadapi sakratu l-maut(kematian).(3)Penutupyangberisi

kalimat wallahu ̀ a`lam Bishshawab dan tanggal penulisan naskah ini. Secara

struktur kalimat, RKM banyak dipengaruhi oleh tata Bahasa Arab, misalnya

penggunaan kata “bermula”, kata “oleh” sebagai penanda subyek, dan kata

“akan” sebagai penanda obyek. Juga penggunaan kata kerja sebagai predikat

Page 76: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

63Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

yang mendahului subyek. Penggunaan ini karena pengaruh tata Bahasa

Arab dalam RKM. Dalam Bahasa Arab kata kerja yang berfungsi sebagai

predikat apabila mendahului subyek disebut jumlah fi`liyyah. Sebaliknya,

apabila didahului subyek disebut jumlah ismiyyah.

Kalimat yang digunakan Al-Banjari dalam RKM terbagi tiga bentuk, yaitu

kalimat tunggal, kalimat majemuk setara, dan kalimat majemuk bertingkat

atau campuran. Makna yang terkandung dalam RKM adalah hubungan antara

manusia dengan Tuhan, yaitu dengan mengetahui hakikat tentang manusia

dan keberadaanya di muka bumi ini. RKM ini berisi tentang penjelasan

hakikat mengenal diri untuk mencapai ma’rifat kepada Allah. Untuk

menuju tingkat itu, sālik harus melakukan musyahadah, muraqabah, dan

muhadarah, yaitu dengan berzikir. Musyahadahmuraqabah, dan muhadarah

harus selalu dilakukan sampai maut datang. Didalam risalah ini diterangkan

juga tentang adab dzikir, bentuk dzikir yang dimulai dari kalimat la ilaha

illallah, kemudian meningkat menjadi Allah-Allah dan berakhir dengan hu-

hu saja.Fana dengan musyahadah menurut al-Banjari ada dua, yaitu fana

semua sifat basyariyah dan fanama siwa l-lah. Model tasawuf yang dianut

oleh al-Banjari adalah tasawuf wujudiyyah, tetapi tetap berpegang teguh

padasyari`at.Initerlihatdariberbagaikatatasawufyangdigunakandalam

RKM seperti musyahadah, muraqabah, fana, baqa, dan maqam jamu l-jam`i

merupakan kata atau term-term wujudiyyah.

Page 77: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

64

Judul Buku/ Penelitian : Realisasi Kesantunan Tindak Tutur Menolak Bahasa Banjar

Peneliti : Jahdiah

Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2010

Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskriptif, Teori Pragmatik (Kesantunan).

Ringkasan

Menolak bukanlah sesuatu hal yang mudah untuk dilakukan karena

menolakpadahakikatnyadapatmengancammukamitratutur.Olehkarena

itu, dalam tindak tutur menolak penutur berusaha menyelamatkan muka

mitra tutur. Tindakan penyelamatan muka adalah tindakan kesantunan

yang pada prinsipnya ditujukan untuk mengurangi akibat yang tidak

menyenangkan terhadap muka mitra tutur. Untuk meminimalkan tindakan

mengancam muka mitra tutur penutur harus mengacu pada prinsip

kesantunan. Ada berbagai teori mengenai kesantunan yang dikemukakan

oleh beberapa ahli.

Salah satu teori yang dipakai adalah yang dikemukan oleh Brown dan

Levinson. Teori yang digunakan sebagai dasar penelitian ini adalah model

kesantunan Brown dan Levinson yang mengukur kesantunan dengan tiga

skala,yaitu1)skalaperingkatjaraksosialantarapenuturdanmitratutur,

2)skalaperingkatstatussosialantarapenuturdanmitratutur,dan3)skala

peringkat tindak tutur. Selain itu, dalam teori yang Brown dan Levinson juga

memuat beberapa strategi kesantunan yang dapat menyelamatkan muka

mitra tutur dan mengancam muka mitra tutur. Pendekatan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

Data penelitian utama adalah tuturan yang berisi kesantunan

tindak tutur menolak. Data tersebut diperoleh melalui catatan lapangan,

perekaman, dan wawancara. Analisis data dilakukan setelah data

terkumpul. Ada tiga langkah dalam analisis data, ketiga langkah tersebut

adalah 1) reduksi data, 2) penyajian data, dan penyimpulan. Analisis

ini dilakukan selama dan setelah data terkumpul. Berdasarkan hasil

penelitian ditemukan wujud kesantunan tindak tutur menolak berupa

kalimat imperatif dan kalimat deklaratif. Bentuk penolakan ditemukan

Page 78: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

65Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

delapanbentuk,yaituyaitu1)penolakanyangmenggunakankatakada

’tidak’ atau indah ’tidak mau’, 2) Penolakan dengan menggunakan

alasan,3)Penolakandenganmenggunakansyarat,4)Penolakandengan

menggunakanusul,5)Penolakandenganmengucapkanterimakasih,6)

Penolakandengankomentar,7)Penolakandenganpermintaakatamaaf

dan,8)Penolakandenganmenyalahkanoranglain.

Strategi kesantunan yang ditemukan adalah strategi kesantunan

positif dan strategi kesantunan negatif. Strategi kesantunan positif adalah

keinginan untuk meminimalkan tindak ancaman terhadap mitra tutur agar

tuturan yang pada dasarnya santun menjadi lebih santun. Kesantunan

negatif digunakan untuk menjaga wilayah kekuasaan agar tuturan yang

kurang santun menjadi santun.Fungsi yang ditemukan dalam penelitian

ini pada dasarkan untuk menyelamatkan muka. Dalam interaksi sosial,

padaumumnyaorang-orangberperilakuseolah-olahkeinginanmuka(face)

mereka dihormati.

Page 79: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

66

Judul Buku/ Penelitian : Pemertahanan Sastra Lisan Madihin di Kabupaten Hulu Sungai Selatan

Peneliti : Risa Lisdariani

Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2010

Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskriptif, Teori Sastra Lisan

Ringkasan

Penelitian ini membahas mengenai pemertahanan sastra lisan madihin

di Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Adapun tujuan yang akan dicapai yaitu

mendeskripsikan bagaimana upaya-upaya pemertahanan tersebut pada

lingkup keluarga, masyarakat, sekolah, dan pemerintah terkait dengan

madihin. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Adapun hasil dari penelitian ini adalah 1) Di lingkup keluarga

ditemukan adanya upaya pemertahanan madihin. Hal ini dapat dilihat

dari beberapa pemadihinan yang belajar dari orang tuanya dan kemudian

diteruskansampaikepadaanggotakeluargalainnya.2)Dilingkupmasyarakat

di Kabupaten Hulu Sungai Selatan upaya pemertahanan dilakukan dengan

sering dipanggilnya pemadihinan pada acara perkawinan, sunatan, baayun

madihin, mengikutkan salah seorang keluarga untuk berlatih madihin, dan

sebagainya. 3) Di lingkup pendidikan formal di Kabupaten Hulu Sungai

Selatan tidak ditemukan adanya usaha pemertahanan madihin. 4) Di

lingkup pemerintah terkait juga dilakukan oleh Dinas Pariwisata Provinsi,

Taman Budaya Provinsi, Dinas Pariwisata Kabupaten, dan Dewan Kesenian

Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan yang mempunyai program-program

tersendiri untuk mempertahankan dan melestari-kan madihin.

Page 80: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

67

Judul Buku/ Penelitian : Penanda Kohesi Gramatikal dan Leksikal Dalam Kumpulan Cerita Palui

Peneliti : Noviyanti Aulia

Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2010

Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskriptif, Teori Linguistik Struktural

Ringkasan

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kepaduan wacana yang

didukung oleh aspek kohesi gramatikal dan kohesi leksikal dalam kumpulan

cerita Palui yang termuat pada Harian Banjarmasin Post. Sumber data adalah

kumpulan cerita Palui edisi bulan Januari s.d. Desember 2010 sebanyak 36

judul cerita yang diambil secara acak, sedangkan data yang dianalisis berupa

kata dan klausa atau kalimat yang mengandung penanda kohesi gramatikal

dan leksikal dalam kumpulan cerita tersebut. Dalam menganalisis data

digunakan metode padan referensial dan metode distribusional dengan

teknik pemilahan data berdasarkan kategori yang telah ditentukan.

Dari hasil analisis data, disimpulkan bahwa kumpulan cerita Palui

merupakan sebuah wacana yang padu karena didukung oleh penanda

kohesi gramatikal dan leksikal. Dalam wacana ini ditemukan adanya tiga

aspek kohesi gramatikal, yaitu referensi, substitusi, dan konjungsi. Kohesi

gramatikal ini didominasi oleh penggunaan aspek referensi sebanyak

sebanyak 830 kata, klausa atau kalimat dengan rata-rata 23,05, Kemudian

aspek substitusi sebanyak 60 kata atau frasa, dan semuanya merupakan

substitusi persona atau kata ganti orang dan aspek konjungsi jumlah

keseluruhanya sebanyak 565 buah. Selain itu, dalam wacana ini juga

terdapat aspek kohesi leksikal, yaitu reiterasi yang diwujudkan dalam

repetisi, sinonimi, antonimi, kolokasi dan hiponimi. Kohesi leksikal berupa

repetisi sebanyak 576 repetisi, sinonimi sebanyak berjumlah 43 kata,

antonimi sebanyak sebanyak 26 kata/frase, kolokasi sebanyak 23 kata

atau frasa dan hiponimi sebanyak 27 bentukan kata dan frasa berhiponim,

baik yang bersifat subordinat maupun hiponim. Masing-masing aspek dari

Page 81: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

68

kohesi, baik kohesi gramatikal maupun kohesi leksikal ini memiliki peran

dalam pembentukan teks dalam wacana, sehingga wacana dapat tersusun

secara koheren.

Page 82: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

69

Judul Buku/ Penelitian : Risalah Kanz Al-Ma’rifah: Analisis Struktur dan Makna

Peneliti : Dede Hidayatullah

Penerbit/ Tahun Terbit : Balai Bahasa Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan, 2010

Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskriptif

Ringkasan

Dewasa ini kecenderungan memahami teks-teks lama semakin

meningkat disebabkan adanya kesadaran bahwa dengan meneliti dan

mengkaji teks-teks lama akan mendapatkan sesuatu yang sangat berharga

dan penting. Teks lama merupakan warisan rohani nenek moyang, yang di

dalamnya terkandung hasil tuangan perasaan, pikiran, sikap, dan pandangan

hidup masyarakat di masa lampau serta cita-cita yang dahulu menjadi

pedoman kehidupan. Dalam masyarakat Banjar, ada banyak terdapat teks-

tekslama,terutamayangditulisolehMuhammadArsyadAl-Banjari(1122

H-1227H/1710M–1812M).

Di antara teks-teks itu ialah Risalah Kanz al-Ma`rifah yang menjadi

objekpenelitian ini.NaskahRKMinidianalisisstruktur--baik itustruktur

naskahnya, maupun struktur kalimat--dan maknanya. RKM mempunyai

strukturnaskahsebagaiberikut.(1)PendahuluanyangberisitulisanBismi

lLāhir r-Rahmāni r-Rāhīm. (2) Isi yang terdiri atas: (a) hakikatmengenal

Allah;(b)kewajibanseseoranguntukselalumengikutidanmelaksanakan

perintah (amar) nabi Sallallahu alahi wasallam dan menjauhi segala

larangannya;(c)adabdantatacaraberzikir;(d)nasihatal-Banjarikepada

orangyangmenghadapisakratul-maut(kematian).(3)Penutupyangberisi

kalimat wallahu `a`lam bishshawab dan tanggal penulisan naskah.

Secara struktur kalimat, RKM banyak dipengaruhi oleh tata Bahasa

Arab, misalnya penggunaan kata “bermula”, kata “oleh” sebagai penanda

subyek, dan kata “akan” sebagai penanda obyek. Juga penggunaan kata

kerja sebagai predikat yang mendahului subyek. Penggunaan ini karena

pengaruh tata Bahasa Arab dalam RKM. Dalam Bahasa Arab kata kerja yang

Page 83: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

70

berfungsi sebagai predikat apabila mendahului subyek disebut jumlah

fi`liyyah. Sebaliknya, apabila didahului subyek disebut jumlah ismiyyah.

Kalimat yang digunakan Al-Banjari dalam RKM terbagi tiga bentuk, yaitu

kalimat tunggal, kalimat majemuk setara, dan kalimat majemuk bertingkat

atau campuran. Makna yang terkandung dalam RKM adalah hubungan antara

manusia dengan Tuhan, yaitu dengan mengetahui hakikat tentang manusia

dan keberadaanya di muka bumi ini. RKM ini berisi tentang penjelasan

hakikatmengenaldiriuntukmencapaima’rifatkepadaAllah.

Untuk menuju tingkat itu, sālik harus melakukan musyahadah,

muraqabah, dan muhadarah, yaitu dengan berzikir. Musyahadah,

muraqabah, dan muhadarah harus selalu dilakukan sampai maut datang.

Di dalam risalah ini diterangkan juga tentang adab dzikir, bentuk dzikir yang

dimulai dari kalimat la ilaha illallah, kemudian meningkat menjadi Allah-

Allah dan berakhir dengan hu-hu saja. Fana dengan musyahadah menurut

al-Banjari ada dua, yaitu fana semua sifat basyariyah dan fana ma siwa

l-lah. Model tasawuf yang dianut oleh al-Banjari adalah tasawuf wujudiyyah,

tetapitetapberpegangteguhpadasyari`at. Initerlihatdariberbagaikata

tasawuf yang digunakan dalam RKM seperti musyahadah, mura-qabah, fana,

baqa, dan maqam jamu l-jam`i merupakan kata atau term-term wujudiyyah.

Page 84: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

71

Judul Buku Penelitian : Sasirangan Kain Khas Banjar

Nama Pengarang : Syamsiar Seman

Penerbit/Tahun Terbit : Lembaga Pengkajian dan Pelestarian Budaya Banjar, Kalimantan Selatan /2010

Metode Penelitian : Deskriptif

Ringkasan

Buku ini membahas tentang kain sasirangan, salah satu budaya

material Urang Banua atau Urang Banjar. Pembahasan dalam buku ini

mencakup asal-usul sasirangan, peralatan dan bahan yang diperlukan untuk

membuatnya, proses pembuatan, proses pewarnaan, dan motif-motif kain

sasirangan. Tujuan penerbitan buku ini adalah untuk mendokumentasikan

kain sasirangan sebagai sebuah ciri khas kebudayaan orang Banjar yang

hingga saat ini masih dilestarikan. Sebagai sebuah penanda identitas, kain

sasirang-an memberikan keyakinan kepada orang Banjar bahwa mereka

memiliki kebudayaan yang dapat dibanggakan, yaitu kain khas Banjar,

sebuah kain yang tidak hanya berfungsi sebagai pakaian dan penghias

tubuh tetapi juga dapat berfungsi sebagai obat.

Dalam buku ini dipaparkan, pada mulanya kain sasirangan disebut kain

langundi, artinya kain tenun berwarna kuning. Kain ini hanya digunakan

olehkerabatKerajaanNegaraDipayangberkuasadiBanjar(1355-1362).Kain

langundi berubah sebutan menjadi Sasirangan setelah dijadikan sebagai

media pengobatan penyakit pingitan(penyakityangdisebabkanrohhalus).

Secara etimologis, sasirangan dapat dikaitkan dengan cara pembuatannya,

yakni “disirang”, di mana kain yang dijelujur dengan cara dijahit kemudian

dicelupkan ke dalam zat pewarna.

Dalam konteks pengobatan, kain Sasirangan juga disebut dengan

kain Pamintan, kependekan dari kata “permintaan”, yakni selembar kain

putih yang diberi warna dan motif tertentu atas permintaan orang yang

berobat kepada seorang pengrajin kain pamintan (hlm.1). Orang Banjar

mengenal pengobatan tradisional yang bernama batatamba. Batatamba ini

sangat unik karena, selain menggunakan ramuan-ramuan tradisional dan

Page 85: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

72

mantra-mantra dari seorang tabib, pengobatan ini juga menggunakan kain

sasirangan sebagai obat. Kain akan dililitkan di kepala atau diselimutkan

di badan orang yang sakit secara berkala hingga si sakit berangsur-angsur

sembuh. Penggunaan kain sasirangan sebagai obat ini didasarkan pada

mitos yang dipercayai oleh orang Banjar. Konon, arwah-arwah leluhur

mereka akan menuntut anak keturunannya untuk mengenakan kain

sasirangan jika mereka terkena penyakit pingitan. Tidak ada obat lain yang

dapat menyembuhkan penyakit ini kecuali mengenakan kain sasirangan.

Selanjutnya, dalam buku ini dijelaskan bahwa corak dan warna gambar

kain sasirangan dibuat berbeda-beda karena setiap jenis penyakit pingitan

menuntut adanya corak dan warna gambar yang berbeda-beda pula. Hal ini

disesuaikan dengan kesukaan motif nenek moyang setiap orang. Sasirangan

juga dapat digunakan untuk mengobati beberapa penyakit lain, seperti sakit

perut, sakit kepala, bisul, badan panas atau dingin, dan gangguan jiwa. Kain

sasirangan saat ini sudah mengalami perubahan fungsi, bahkan terlepas

dari fungsi awalnya sebagai kain untuk pengobatan. Saat ini, hampir

seluruh pegawai negeri di Kalimantan Selatan serta para guru di sekolah

diwajibkan memakai pakaian sasirangan pada hari yang telah ditentukan.

Hal ini dimaksudkan untuk memupuk rasa memiliki orang Banjar terhadap

kebudayaan mereka.

Tidak sedikit pula kain sasirangan yang sekarang dibuat dengan

motif dan desain modern serta dipromosikan oleh para peragawati. Hal

ini dimaksudkan untuk semakin mengenalkan kain sasirangan kepada

khalayak luas. Lebih jauh, dengan promosi ini diharapkan orang di luar

Banjar menyukai dan membeli kain sasirangan. Terlepas dari berubahnya

fungsi kain sasirangan ini, yang perlu dicatat adalah pentingnya pelestarian

kain sasirangan. Sebagai identitas budaya Banjar, sasirangan dapat dijadikan

perekat dan pemersatu orang Banjar di mana pun berada.

Page 86: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

73

- Terbit Tahun 2011 -

Judul Buku Penelitian : Perkembangan Bahasa Banjar

Nama Pengarang : H. Djantera Kawi

Penerbit/ Tahun Terbit : Scripta Cendikia, Banjarbaru, 2011

Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif

Ringkasan

Buku ini terdiri 8 bab. Bab pertama membicarakan penutur Bahasa

Banjar, Bahasa Banjar dalam ranah kajian komparatif, dan perkembangan

kajian komparatif Bahasa Nusantara. Bab kedua membicarakan Bahasa

Banjar Purba. Pada bab ini dibicarakan tentang Bahasa Banjar dalam rumpun

Melayu Polinesia, komunitas Banjar Purba, asumsi Bahasa Banjar Purba,

dan kosakata Banjar Purba. Bab ketiga berisi pembicaraan tentang refleksi

etimonprotoAustronesiaPurba(PAN).Padababinidibicarakanpularefleksi

fonemPANdanRefleksietimonPAN.Babkeempatmembicarakan inovasi

kosakata dan pengaruh bahasa lain. Pada bab ini dibicarakan tentang

proses inovasi, inovasi, pewarisan, dan peminjaman dalam Bahasa Banjar,

identifikasiinovasi,warisan,danpinjamandalamBahasaBanjardilihatdari

aspek diakronis, aspek distribusi, dan aspek kandungan makna.

Bab kelima membicarakan kosa kata kognat Banjar dan Jawa Kuno yang

meliputi unsur pinjaman dan unsur asli, kekerabatan Banjar Jawa, serta acuan

identifikasi kata kognat. Bab keenam membicarakan berbagai pengaruh

bahasa lain ke dalam Bahasa Banjar dengan memberikan contoh beberapa

kasus kebahasaan. Bab ketujuh membicarakan konjungsi verba D-an dalam

Bahasa Banjar. Pembicaraan ini meliputi verba pangkal, verba pangkal

prakategorial, verba pangkal sekunder, penanda kategori, dan relasi sintaksis.

Bab kedelapan membicarakan persebaran Bahasa Banjar. Pembicaraan ini

meliputi kemampuan mobilitas Bahasa Banjar, budaya tradisional merantau,

persebaranBahasaBanjarpadaeraTanjungPuri,eraNegaraDipa,eraKerajaan

Daha, era Kesultanan Banjar, dan era Kolonial Belanda.

Page 87: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

74

Judul Buku/ Penelitian : Sastra Banjar Genre Lama Bercorak Puisi

Nama Pengarang : Tajuddin Noor Ganie

Penerbit : Rumah Pustaka Karya Sastra, Banjarmasin

Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif

Ringkasan

BukuinibersitentangberbagaidefinisisastraBanjar,klasifikasisastra

Banjar, puisi Banjar lama bercorak madihin, mantra, pantun, peribahasa,

syair, dan problema sastra Banjar. Di antara Bahasan buku ini adalah tentang

fungsi sastra Banjar. Fungsi madihin diantaranya adalah untuk kampanye

partai politik, hiburan, menyambut kelahiran anak, membayar hajat, dan

tolakbala.MantraBanjardiklasifikasikanmenjadibeberapajenis.Masing-

masing jenis mantra memiliki fungsi. Jenis-jenis mantra Banjar adalah kariau,

kasumbi, mamang, pakasih, pambanci, pambungkam, panangkal, panawar,

panulak, panyangga, papikat, pikaras, pirunduk, sumpah serapah.

Kariau adalah mantra yang berfungsi memanggil seseorang yang

dikehendaki oleh penggunannya. Dengan membaca kariau diyakini orang

atau makhluk akan datang dengan tidak terduga-duga. Yang dikariau

biasanyaanakyanglupaatauhilang(kariau anak, perempuan atau lelaki

yangdikasihi(kariaukakasihhati),buayapemangsa(kariaubuaya),dan

binatang buruan (kariau kijang garitan). Kasumbi adalah mantra yang

berfungsi untuk menambah kesaktian. Di antara jenis kasumbi adalah

kasumbi taguh ‘kebal’, dan kasumbi mahalimunan ‘tidak bisa dilihat

orang’.Mamang adalah mantra Banjar yang berfungsi memanggil makhluk

halus atau roh para leluhur. Pakasih adalah mantra Banjar yang berfungsi

untuk mengguna-gunai lawan jenis menjadi bersangatan kasih sayang.

Kebalikan dari pakasih adalah pambanci. Pambanci berfungsi sebagai

sarana untuk mengguna-gunai orang lain agar orang yang dimantrai

itu tidak disukai, seperti kedainya menjadi sepi, pertunjukan yang

dilakukannya sepi peminat dan lain-lain.

Pambungkam adalah mantra Banjar yang berfungsi untuk mengguna-

gunai musuh, saingan, binatang berbahaya, agar tidak berkutik. Panangkal

Page 88: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

75Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

adalah mantra Banjar yang berfungsi untuk menangkal marabahaya

yang bersifat kasatmata (nyata) seperti bencana alam, binatang buas,

racun yang ada dalam makanan, dan lain-lain. Panawar adalah mantra

yang berfungsi mengobati penyakit seseorang. Panulak adalah mantra

Banjar yang berfungsi untuk menolak perbuatan jahat yang berasal dari

makhluk gaib, seperti hantu dan roh gaib. Panyangga adalah mantra yang

berfungsi untuk menahan atau menghindari serangan magis dari yang

dilakukan oleh seseorang. Papikat adalah mantra yang berfungsi memikat

hati orang. Orang yang terkena mantra papikat akan merasa kasihan,

senang, dan cinta kepada orang yang membaca mantra. Mantra papikat

biasanya digunakan untuk mengikat kekasih hati atau untuk memudahkan

penyelesaian suatu urusan.

Pikaras adalah mantra yang berfungsi untuk meningkatkan hasil hasil

kerja atau hasil usaha. Dengan mantra pikaras maka diharapkan semua

usaha atau pekerjaan mendapat hasil yang maksimal. Pirunduk adalah

mantra yang berfungsi untuk menunduk-kan orang lain, makhluk gaib, atau

binatang. Sumpah-serapah yang berfungsi sebagai sarana mengusir hantu

dan makhluk gaib lainnya. Dalam buku ini dibicarakan juga pantun Banjar.

Disebutkan dalam buku ini tiga bentuk pantun Banjar, yakni pantun berkait,

pantun biasa, dan pantun kilat. Dalam buku ini dibicarakan juga peribahasa

Banjar. Menurut buku ini, peribahasa Banjar bisa berbentuk puisi dan bisa

pula berbentuk kalimat biasa. Buku ini membicarakan pula perihal syair.

Syair diklasifikasikan menjadi syair tasarul (syair asmara), syair agama,

syair sindiran, dan syair tasauf.

Page 89: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

76

Judul Buku/ Penelitian : Sastra Banjar: Teori dan Interpretasi

Nama Pengarang : Rustam Effendi

Penerbit/ Tahun Terbit : Scripta Cendikia, Banjarmasin, 2011

Metode Penelitian :

Ringkasan

Buku ini terdiri dari empat bab, yakni bab yang membicara-kan sastra

tradisional Banjar. Sastra Banjar tradisional adalah sastra yang hidup dan

berkembang dua generasi yang lalu. Karena itu, sastra tradisional bisa

menjadi alat melihat kehidupan dan budaya Banjar masa itu. Sastra Banjar

tradisional bisa berbentuk prosa dan puisi. Bab kedua berbicara tentang

Bahasa dan sastra Banjar. Dikatakan dalam bab ini bahwa Bahasa Banjar

adalah salah satu anggota rumpun Bahasa Austronesia. Bahasa berasal dari

sebuah Bahasa purba yang bernama Proto Austronesia. Sejumlah kosa kata

Bahasa purba masih digunakan oleh masyarakat Banjar pada masa ini. Kosa

kata Bahasa purba itu ada yang tetap tidak berubah seperti bentuknya pada

masa lalu (warisan linear) seperti kata */rawa/ ‘sapa’, */ugah/ ‘pindah’,

dan lain-lain, ada juga kata Bahasa purba itu yang telah mengalami inovasi,

seperti*/watek/menjadi/batak/,*/tuqa/menjadi/tuha/,*/vani/menjadi/

wani/, dan lain-lain. Bahasa Banjar memiliki tiga dialek, yakni dialek Bahasa

Banjar Kuala, dialek Bahasa Banjar Hulu, dan dialek Bahasa Bukit.

Bab ketiga adalah genre sastra Banjar tradisional dan sastra Banjar

Kontemporer. Dalam bab ini disebutkan dan diberikan contoh genre sastra

Banjar tradisional baik prosa maupun puisi. Sastra Banjar Tradisional

berbentuk prosa genre legenda misalnya kisah Datu Naga (Kandangan),

Radin Pangantin (di Barabai). Sastra Banjar Tradisional berbentuk mite,

misalnya, Hikayat Lambung Mangkurat, Cerita-cerita lamut, dan wayang

Banjar. Sastra Banjar berbentuk puisi adalah pantun, syair, karmina, dan

mantra. Dijelaskan juga bahwa puisi Banjar genre syair, karmina dan mantra

sudah tidak berkemabang lagi. Berbeda dengan pantun, genre ini masih

berkembang hingga sekarang. Sastra Banjar kontemporer adalah sastra

Banjar yang berbentuk cerpen dan novel, seperti yang ditulis oleh Jamal.

Page 90: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

77Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

T Suryanata. Sastra Banjar kontemporer yang berbentuk puisi juga banyak

ditemukan saat ini.

Sastra Banjar juga mengalami empat zaman, yakni sastra Banjar asli,

SastraBanjarzamanHindu,SastraBanjarperalihanHindukeIslam,danSastra

BanjarzamanIslam.SastraBanjarzamanIslamadalahsastraBanjaryang

menceritakanparatokoh-tokohagamaIslamyangteguhmenyiarkanAgama

Islam, seperti kisahDatu Kalampaian, Kisah Datu Nuraya, Datu Sanggul,

dan lain-lain. Bab keempat membahas prosa tradisional Banjar. Pembahasan

yang disertai contoh meliputi genre legenda, mite, dan dongeng. Dijelaskan

dalam bab ini, genre mite banyak merupakan cerita yang berasal dari

Jawa terutama yang bersumber dari cerita Panji. Genre dongeng binatang

(fabel) yangasli banjar juga sangat jarangditemukan.Dongengbinatang

yang ada berasal dari cerita-cerita warisan, seperti Cerita Pilanduk dan

Buaya(Buhaya),Pilanduk Beradu Tidur dengan Capung(kasisiur),Pilandung

dengan Serigala, dan lain-lain.

Page 91: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

78

Judul Buku/ Penelitian : Nilai Pendidikan Dalam Peribahasa Banjar

Peneliti : Abdullah

Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2011

Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskriptif, Teori Teori Sastra

Ringkasan

Latar belakang penelitian ini untuk memahami nilai pendidikan yang

terkandung dalam karya sastra, khususnya karya sastra lisan yang berwujud

peribahasa Banjar. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah untuk

menggali dan mendeskripsi-kan nilai pendidikan yang terkandung dalam

peribahasa Banjar yang berkaitan dengan (1) nilai pendidikan agama,

(2) nilai pendidikan moral dan karakter dan (3) nilai pendidikan sosial.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yakni

pendekatan sosiologi sastra dan pendekatan hermeneutika atau pendekatan

interpretasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam peribahasa Banjar

terkandung banyak nilai pendidikan, di antaranya nilai pendidikan agama,

pendidikan moral dan pendidikan karakter serta pendidikan sosial.

Penentuan nilai pendidikan yang terkandung dalam peribahasa Banjar

dilakukan dengan melalui analisis makna peribahasa. Hasil analisis makna

dalam peribahasa Banjar tersebut kemudian dihubungkan dengan jenis nilai

pendidikan tertentu.

Pola hubungan nilai pendidikan dalam peribahasa Banjar terwujud

dalam tiga bentuk, yakni (1) pola hubungan positif, bila peribahasa ini

memiliki kesesuaian dengan nilai pendidikan (2) pola hubungan negatif,

bila peribahasa ini bertentangan dengan nilai pendidikan, dan (3) pola

hubungan netral. Peribahasa Banjar yang dianggap memiliki nilai pendidikan

adalah peribahasa yang memiliki pola hubungan positif dan hubungan

negatif. Peribahasa yang berpola negatif memang bertentangan dengan nilai

pendidikan, tetapibiladigunakanuntukmenyatakan larangan(imperatif)

Page 92: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

79Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

dalam konteks nasihat, maka peribahasa itu bisa bernilai pendidikan. Jadi,

peribahasa dengan pola hubungan yang negatif ini secara implisit juga

mengandung nilai pendidikan. Dari sejumlah data peribahasa Banjar dalam

penelitian ini, ada 123 buah peribahasa yang dipertimbangkan memiliki

nilai pendidikan, yakni peribahasa yang memiliki nilai pendidikan agama,

nilai pendidikan moral dan karakter, nilai sosial. Pola hubungan makna

peribahasa Banjar tersebut terbagi atas dua pola yang masing-masing yang

berpolapositifdanberpolanegatif.Nilaipendidikan,yangtermuatdalam

tigajenisnilaiiniterdiriatas(1)NilaiPendidikanAgama,meliputinilaiingat

kepadaTuhan,taqwakepadaTuhan,syukur,tawakkal,ikhlas,qonaahatau

merasacukup,(2)NilaiPendidikanMoraldanKaraktermeliputinilairendah

hati, jujur dan amanah, bijaksana, rasa malu, pemurah atau dermawan,

rajin dan kerja keras, menjaga lisan, kehati-hatian, hemat, sederhana,

menjaga rahasia, konsisten, bertanggung jawab, introspeksi diri, berlaku

lemahlembut,mandiri,danberbaktipadaorangtua.(3)NilaiPendidikan

Sosial,meliputi nilai suka bermusyawarah, tolong–menolong dan bekerja

sama, memberi manfaat pada oranglain, kesetiakawanan dan toleransi

serta penyesuaian diri.

Page 93: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

80

Judul Buku/ Penelitian : Analisis Majas dan Citraan Kumpulan Puisi “Tanah Perjanjian” Karya Ajamuddin Tifani

Peneliti : Hendriati Milyaningsih

Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2011

Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskriptif, Teori Teori Sastra

Ringkasan

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah majas dan

citraan apa saja yang terdapat pada kumpulan puisi Tanah Perjanjian

karya Ajamuddin Tifani dan alasan mengapa majas dan citraan tersebut

digunakan dan tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasikan majas

dan citraan kumpulan puisi Ajamuddin Tifani dan mendeskripsikan

alasan pengarang menggunakan majas dan citraan tersebut. Penelitian

ini termasuk penelitian kualitatif dan menggunakan metode deskriptif

analisis. Majas yang terdapat pada kumpulan puisi Tanah Perjanjian karya

Ajamuddin Tifani yang paling sering muncul adalah majas perbandingan

yaituhiperboladanpersonifikasisertamajasperulangansepertianafora

dan epizeukis, majas yang lain jarang sekali digunakan. Sedangkan, citraan

yang paling sering muncul adalah citraan penglihatan (visual imagery) dan

citraangerakan(movement imagery).

Page 94: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

81

Judul Buku/ Penelitian : Nilai-Nilai Moral Yang Terkandung Dalam Ungkapan Bahasa Banjar

Peneliti : Siti Faridah

Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2011

Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskriptif, Teori Sastra

Ringkasan

Ungkapan Bahasa Banjar merupakan salah satu bentuk sastra lisan

yang terdapat dalam masyarakat Banjar dan berfungsi sebagai sarana

pengungkapan ekspresi masyarakat penuturnya terhadap sesuatu lewat

kiasan atau perbandingan. Penelitian ini merumuskan masalah sebagai

berikut (1) Bagaimanakah konstruksi ungkapan Bahasa Banjar; (2)

BagaimanakahmaknaungkapanBahasaBanjar; (3) Bagaimanakah fungsi

ungkapan Bahasa Banjar; (4) Bagaimanakah gambaran nilaimoral dalam

hubungan manusia dengan Tuhan yang terdapat dalam ungkapan Bahasa

Banjar;(5)Bagaimanakahgambarannilaimoraldalamhubunganmanusia

dengandirisendiri(individu)yangterdapatdalamungkapanBahasaBanjar;

(6)Bagaimanakahgambarannilaimoraldalamhubunganmanusiadengan

aspek sosial yang terdapat dalam ungkapan Bahasa Banjar.

Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan konstruksi

ungkapanBahasaBanjar;(2)mendeskripsikanmaknaungkapanBanjar;(3)

mendeskripsikanfungsiungkapanBanjar;(4)mendeskripsikannilaimoral

dalam hubungan manusia dengan Tuhan yang terdapat pada ungkapan

BahasaBanjar;(5)mendeskripsikannilaimoraldalamhubunganmanusia

dengandirisendiri(individu)yangterdapatpadaungkapanBahasaBanjar;

(6)mendeskripsikannilaimoraldalamhubunganmanusiadenganaspek

sosial yang terdapat pada ungkapan Bahasa Banjar.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

(analisisisi)denganmengumpulkandatamelaluibuku-bukudanbeberapa

informan yang diyakini mengerti dan memahami tentang ungkapan Bahasa

Banjar. Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.

Page 95: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

82

Beberapa simpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. (1)

Ungkapan Bahasa Banjar memiliki konstruksi antara lain yang dibentuk dari

katabenda(KB),katasifat(KS)dankatakerja(KK)denganmacamvariasi

konstruksinyaantaralain,(a)KS+KB;(b)KB+KS;(c)Ada+KB;(d)Ada+KS;(e)

KB+KB;(f)KB+KK;(g)KK+KB;(h)KS+KS;(i)Asa+KS+KB;(j)Kada+KK+KB.(2)

Makna ungkapan Bahasa Banjar berupa kiasan, sindiran atau perbandingan.

(3)FungsiUngkapanBahasaBanjar:(a)mediapendidikan,pedomantingkah

laku, dan pengatur aspek-aspek kehidupan bermasyarakat; (b) sumber

hukum, pengesah pranata sosial, pengawas dan pengukuh norma-norma

sosial;(c)sistemproyeksi,lambangidentitasbudayadansumberinformasi

budaya;dan(d)mediauntukbergurau,berolok-olok,dansebagaisarana

retorikauntukmematahkankata-katalawanbicara.(4)UngkapanBahasa

Banjar mengandung nilai-nilai moral yang bisa dijadikan sebagai pedoman

tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.

Nilai-nilai itudiantaranyaadalahnilaimoraldalamhubunganmanusia

dengan Tuhan, nilai moral dalam hubungan manusia dengan diri sendiri

(individu) dan nilaimoral dalamhubunganmanusia dengan aspek sosial.

Berdasarkan simpulan-simpulan tersebut disarankan sebaiknya ada penelitian-

penelitian lanjutan sekitar ungkapan Banjar tersebut sehingga selain dapat

terinventari-sasi secara lengkap, dapat pula dipahami makna dan nilai-nilai

luhur yang terkandung di dalamnya. Selain itu juga untuk memperkaya dan

melestarikan sastra lisan daerah Banjar yang berbentuk ungkapan.

Page 96: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

83

Judul Buku/ Penelitian : Nilai Pendidikan Dalam “Pantun Baantaran”

Peneliti : Khairunnisa

Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2011

Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskriptif, Teori Sastra

Ringkasan

Penelitian ini berjudul Nilai Pendidikan dalam “Pantun Baantaran”.

Tujuan penelitian ini adalah (1) untukmendeskripsikan nilai pendidikan

agama yang menyangkut penghambaan diri seseorang kepada Tuhannya;

(2) untuk mendeskripsikan nilai pendidikan etika atau sopan santun

menyangkut pembentukan sikap dalam diri seseorang agar membentuk

manusia berakhlak mulia.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena pantun

mengandung isi atau maksud yang menampilkan gambaran kehidupan

masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif kualitatif yaitu suatu metode untuk menguraikan isi atau

kandungan yang terdapat dalam kata-kata pada setiap larik pantun. Sumber

data diperoleh dari informan terpercaya.

Hasilpenelitiandiperolehsebagaiberikut:(1)nilaipendidikanagama

yang berhubungan dengan penghambaan diri seseorang dengan Tuhannya

yangterdiri:a.percayaselaluterhadapkekuasaanAllahSWT,b.menepati

janji,c.syukurkepadaAllahSWT,d.menjalankanperintahdanmenjauhi

larangan-Nya,e.bersilaturahmi, f.berbuatkebaikan. (2)Nilaipendidikan

etika atau sopan santun yakni pembentukan sikap dalam diri seseorang

agarmembentukmanusiayangberakhlakmuliayangterdiridari:a.santun

terhadap semua orang, b. kesetian, c. hidup sederhana, d. bersifat sabar, e.

menghargai pemberian orang lain.

Page 97: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

84

Judul Buku/ Penelitian : Kesantunan Meminta Dalam Bahasa Banjar

Peneliti : Musdalipah

Penerbit/ Tahun Terbit : Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan, 2011

Metode Penelitian : Metode Kualitatif dan Teori Pragmatik

Ringkasan

Berbagai aspek dapat dapat menentukan tingkat kesantunan, diantaranya

usia, tingkat sosial, waktu, tempat, dan tujuan tuturan. Aspek-aspek

penentu kesantunan ini tidak dapat diberlakukan pada semua masyarakat

bahasa, karena norma-norma yang berlaku pada satu masyarakat bahasa

belum tentu berlaku sama pada masyarakat bahasa yang lain. Misalnya

pada masyarakat penutur Bahasa Banjar akan memberlakukan prinsip

kesantunan bahasa berdasarkan usia, sehingga ketika anak berkomunikasi

dengan ibunya dia akan menggunakan persona Pian’Anda’,sedangkanjika

dengan teman yang usianya sama dia akan menggunakan persona ikam

’kamu’.Penelitianinibertujuanmemperolehdeskripsiyanglengkaptentang

tuturan pengekspresi kesantunan meminta dalam Bahasa Banjar, yakni untuk

mendeskripsikanbeberapahalberikut.(1)jenis-jenistuturanpengekspresi

kesantunanmemintadalamBahasaBanjar,(2)wujudkesantunanmeminta

dalamBahasaBanjar,(3)strategikesantunanmemintadalamBahasaBanjar,

dan(4)fungsikesantunanmemintadalamBahasaBanjar.

Analisis dilakukan pada data tuturan berbahasa Banjar yang berkaitan

dengan kesantunan meminta. Analisis ini menghasilkan simpulan bahwa

wujud kesantunan meminta dalam Bahasa Banjar meliputi kalimat tanya

(interogatif),kalimatpernyataan(deklaratif),kalimatperintah(imperatif),

dan kalimat kritik. Strategi kesantunan yang ditemukan pada kesantunan

meminta dalam Bahasa Banjar adalah kesantunan positif dan negatif. Fungsi

yang terdapat pada kesantunan meminta dalam Bahasa Banjar, adalah untuk

menyelamatkanmuka(saving face).

Page 98: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

85

- Terbit Tahun 2012 -

Judul Buku Penelitian : Bahasa Banjar: Dialek dan Subdialeknya

Nama Pengarang : H. Djantera Kawi

Penerbit/ Tahun Terbit : Balai Bahasa Banjarmasin, 2012

Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif

Ringkasan

Buku ini terdiri 7 bab, yakni bab pendahuluan, fonologi, variasi unsur

kebahasaan, inovasi leksikal, dialek dan subdialek Bahasa Banjar, pengaruh

bahasa lain, dan penutup. Bab pendahuluan membicarakan pentingnya

penelitian tentang dialek dan subdialek Bahasa Banjar, tujuan, serta metode

penelitian. Dalam bab pendahuluan dibicarakan juga informasi awal tentang

Bahasa Banjar. Dikatakan dalam buku ini, bahwa Bahasa Banjar merupakan

salah satu bahasa di Kalimantan. Informasi tentang Bahasa Banjar juga

masih belum banyak. Bab kedua membicarakan seluk-beluk fonologi Bahasa

Banjar. Pembicaraan fonologi Bahasa Banjar meliputi hal-ikhwal vokal,

diftong, semi vokal, konsnan, distribusi konsonan, taktik deret konsonan

vokal vokal konsonan pada kata bersuku dua, dan silabe.

Bab ketiga membicarakan unsur-unsur kebahasaan. Pembica-raan

meliputi variasi fonologis, variasi morfologis, variasi leksikal. Bab keempat

membicarakan inovasi leksikal. Pembicaraan pada bab ini meliputi proses

inovasi,inovasi,pewarisan,danpeminjaman,identifikasiinovasi,warisan,

dan pinjaman. Bab keenam membicara-kan dialek dan subdialek Bahasa

Banjar. Pembicaraan pada bab ini meliputi pilihan dialek berdasarkan

variasi fonologis, pilihan dialek berdsarkan variasi morfologis, pilihan dialek

berdasarkan variasi leksikal. Bab keenam memnicarakan pengaruh bahasa

lain terhadap Bahasa Banjar. Bab ketujuh berisi kesimpulan penelitian.

Kesimpulanpenelitianiniadalahbahwa(i)BahasaBanjarmemperlihatkan

gejala perubahan bunyi yang cukup rumit, (ii) Gejala perubahan bunyi

menunjukkan bahwa bunyi-bunyi yang berada dalam lingkungan artikulasi

Page 99: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

86

yang sama, berdekatan dan berkategori sama berpeluang saling bertukar

baik secara horizontal maupun vertikal. (iii) tata wilayah tutur Bahasa

Banjar tersebar pula bentuk-bentuk varian dan inovasi yang beragam dan

kompleks, namun, keragaman wujud bentuk kosa kata tersebut tidak

menyebabkan terhambatnya komunikasi verbal antar wilayah tutur yang

satu dengan yang lain. Kebervariasiaan hanya berada dalam tataran dialek,

subdialek,dan ragam lokal. (iv)BahasaBanjar terbagidalam tigadialek,

yakni dialek Banjar Kuala, dialek Banjar Hulu, dan dialek Bukit.

Page 100: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

87

Judul Buku/ Penelitian : Rumah Lanting Suatu Tinjauan Terhadap Aspek Sosial Budaya, Ekonomi, Pola Pemukiman Dan Eksistensinya di Kota Banjarmasin

Peneliti : Risti Ajeng

Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2012

Metode Penelitian : Deskriptif

Ringkasan

Sungai oleh urang Banjar dipandang sebagai sebagai sumber alam yang

sangat penting, tidak sedikit yang memanfaatkannya untuk membangun

komunitas dengan pola pemukiman yang cocok dengan kondisi yaitu

bentuk rumah tradisional lanting. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui(1)Gambaranrumahlanting di tinjau dari, sosial budaya dan

ekonomi. (2) Pola pemukiman dan eksistensinya di masa sekarang. (3)

Realisasi peran pemerintah daerah dalam pengambilan kebijakan menata

dan mengelola rumah lanting. Lokasi penelitian dilakukan di Kelurahan

Pasar Lama, Seberang Masjid, Sungai Baru, Mantuil dan Basirih Selatan.

Penelitian menggunakan metode kualitatif, bertujuan untuk melukis-kan,

menggambarkan/memandang suatu objek/realitas/fenomena alamiah.

Teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dokumentasi dan

gabungan ketiganya. Penentuan informan dengan tehnik purposive dan

snowball sampling.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Pertama, pola pemukiman

rumah lanting adalah linier yaitu memanjang mengikuti alur sungai. Kedua,

rumah lanting sekarang tidak eksis lagi. Penelitian M. Zaini tahun 2006,

memaparkan bahwa terdapat 143 buah rumah lanting di seluruh kota

Banjarmasin. Berdasarkan hasil obsevasi peneliti tahun 2012 hanya ditemukan

hanya 47 buah saja. Artinya 96 rumah lanting ”lenyap” dalam 6 tahun

terakhir karena berbagai faktor, Mahalnya harga bahan bangunan, orientasi

bermukim ke daratan, dibukanya akses transportasi darat, tingkat sosial

ekonomi penghuni rumah lanting,sertadikeluarkannyaPerdaNo.2Tahun

2007 Tentang Pengelolaan Sungai. Ketiga, dulu dari aspek ekonomi banyak

Page 101: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

88

rumah lanting difungsikan sebagai warung. Fakta yang ada menunjukan

dekade ini seiring berkurangnya rumah lanting diikuti pula oleh warung

lanting. Faktornya dari segi ekono-mi, distribusi barang tidak lancar karena

pembeli sepi, faktor ini dipicu menurunnya pengguna transportasi sungai,

dibukanya akses jalan darat yang berdampak pada tumbuhnya pasar-pasar

dadakan di setiap kampung konsumen warung lanting. Keempat, sampai

sekarang belum terlihat pemerintah kota dan dinas terkait yang secara

sungguh-sungguh untuk menangani keberadaan rumah lanting.

Page 102: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

89

Judul Buku/ Penelitian: Pantun Banjar: Bentuk & Fungsinya

Nama Pengarang : Sunarti

Penerbit/ Tahun Terbit : Scripta Cendikia, Banjarmasin, 2012

Metode Penelitian : Bibliografi, Observasi dan Wawancara

Ringkasan

Buku ini berisi 7 bab, yakni bab pendahuluan, bab yang membicarakan

hubungan pantun dan kebudayaan, bab yang berisi bentuk-bentuk pantun

Banjar, bab yang berisi ulasan tentang Pantun Banjar, bab yang berisi

peranan pantun dalam kesenian daerah, bab yang berisi tentang nilai-nilai

didaktis yang diemban Pantun Banjar, bab yang berisi tentang perbandingan

pantun Banjar dengan Pantun Melayu. Dalam bab pendahuluan dijelaskan

bahwa tujuan penulisan buku ini adalah untuk memperkenalkan salah satu

jenis kesusastraan Banjar, yaitu Pantun Banjar.

Dalam bab pendahuluan juga disampaikan tentang metode yang

digunakan dalam memperoleh data dan menganalisis data. Metode itu adalah

bibliografi,observasi,danwawancaraterhadapenamoranginformanutama.

Dalam bab kedua dibicarakan perihal kebudayaan daerah dan kebudayaan

nasional. Dalam bab ini disebutkan bahwa faktor alam merupakan faktor

penentu kebudayaan. Flora dan fauna serta iklim mempunyai pengaruh yang

tidak kecil bagi sebuah kebudayaan. Karena faktor inilah maka kebudayaan

Banjar merupakan kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan lainnya.

Bab ketiga membicarakan bentuk-bentuk pantun Banjar. Bab ini didahului

dengan menyebutkan dan memberi contoh bidal-bidal Banjar. Bidal-bidal itu

sebagian menjadi bagian dalam pantun Banjar. Bidal-bidal yang menjadi

bagian Pantun Banjar adalah pepatah, peribahasa, perumpamaan, ibarat,

tamsil,danpemeo.Contohpantunyangberisibidal itu antara lain.

Amas mirah intan saupih

Patah halu mananggung nangka

Kada tasusur pinggir tapih

Kalah malu ulih nangka

Page 103: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

90

Bab keempat berisi fungsi-fungsi yang diemban oleh Pantun Banjar.

Pantun Banjar bagi anak-anak berfungsi sebagai alat permainan, alat senda

gurau, alat mengejek, alat menyatakan perasaan sedih. bagi anak muda,

Pantun Banjar berfungsi sebagai alat bersenda gurau, alat sindiran, alat

menyatakan rasa kasih sayang, pelukis kesedihan akibat perpisahan, alat

hiburan, alat memuji seseorang, alat mantra untuk kekebalan, dan lain-lain.

Bagi orang tua, pantun berfungsi sebagai nasihat, pelajaran agama, melamar

calon suami/istri, lagu/hiburan saat bekerja, Bab kelima membicarakan

peranan Pantun Banjar dalam kesenian daerah.

Dalam bab ini disampaikan bahwa Pantun Banjar digunakan juga

dalam bentuk kesenian Banjar yang lain, yakni Japen dan Madihin. Bab

keenam berisi nilai-nilai didaktis yang terdapat dalam Pantun Banjar.

Nilai-nilai didaktis yang disebutkan dalam buku ini adalah pendidikan

agama, pendidikan etika, pendidikan kewanitaan, pendidikan anak-anak,

pendidikan kerajinan, dan lain-lain. Bab ketujuh berisi perbandingan Pantun

Banjar dan Pantun Melayu. Dalam bab ini penulis membandingkan Pantun

Melayu dan Pantun Banjar dari segi bentuk, fungsi, dan bahasanya. Dalam

perbanding-an Pantun Banjar dan Pantun Melayu terdapat beberapa titik

persamaan dan titik perbedaan. Titik persamaan jauh lebih banyak dari titik

perbedaan. banyaknya persamaan antara Pantun Banjar dan Pantun Melayu

menunjukkan adanya akar yang sama, yakni berasal dari dialek Melayu.

Page 104: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

91

Judul Buku/ Penelitian : Kearifan Lokal Dalam Fabel Banjar

Peneliti : Agus Yulianto, Saefuddin, Dede Hidayatullah, Dahliana, Jahdiah, Sri Wahyu Nengsih, Nurhidayati Kurniasih.

Penerbit/ Tahun Terbit : Balai Bahasa Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan, 2012

Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskriptif

Ringkasan

Salah satu sastra lisan Banjar yang juga turut membantu dalam

pembentukan nilai-nilai kearifan hidup, kearifan lokal adalah fabel Banjar.

Lebih runtut lagi, nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat dalam fabel Banjar

dapat dirinci menjadi nilai-nilai yang berkaitan dengan individu seperti;

bersahaja, konsisten, jujur dan lain-lain. Kemudian, nilai-nilai yang berkaitan

dengan masyarakat seperti; pengabdian, rela berkorban, mengabdi, dan lain-

lain. Selanjutnya, nilai-nilai yang berkaitan dengan aspek ketuhanan seperti

kepasrah-an, kecenderungan kepada kebaikan, ketaatan menjalankan

ibadah dan lain-lain. Melihat pentingnya nilai-nilai kearifan lokal yang

terkandung di dalam fabel Banjar, tentulah diperlukan penggalian secara

intensif. Penggalian tersebut, ditujukan untuk lebih mengeks-plisitkan nilai-

nilai kearifan lokal yang secara tersirat terkandung di dalam fabel Banjar.

Page 105: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

92

Judul Buku/ Penelitian : Aspek Bunyi Dan Pilihan Kata Dalam Mantra Banjar

Peneliti : Yuliati Puspita Sari

Penerbit/ Tahun Terbit : Bunga Rampai Penelitian Kebahasaan, Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan, 2012

Metode Penelitian : Metode Kualitatif dan Teori Analisis Wacana

Ringkasan

Penelitianinimembahastentang(1)aspekbunyidalammantraBanjar

yangmengacu pada rima dan ragam bunyi, dan (2) pilihan kata dalam

mantra Banjar yang mengacu pada penggunaan kata rangkap, kata kias,

repetisi, reduplikasi, dan pemakaian kata khusus lainnya.

Data dalam penelitian ini diambil dari buku Mantra Banjar terbitan

Balai Bahasa Banjarmasin. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan beberapa

pilihan kata yang secara umum juga digunakan dalam jenis karya sastra

lainnya di luar mantra, seperti adanya penggunaan kata rangkap, kata

kias, kata ulang, dan adanya penggunaan kata berpola yang mengacu

pada rima. Selain itu, banyak pula ditemukan pilihan kata yang kurang

lazim, baik dalam hal bentuk maupun maknanya. Bahkan, mungkin hanya

dalam mantra, kata-kata itu ditemukan. Pilihan kata semacam inilah yang

pada akhirnya memunculkan keindahan dan nuansa magis tersendiri pada

mantra tersebut.

Page 106: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

93

Judul Buku/ Penelitian : Kata Penghubung Dalam Bahasa Banjar

Peneliti : Lailatul Fikhiah

Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2012

Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskriptif

Ringkasan

Penelitian ini membahas masalah kata penghubung Bahasa Banjar

dengan tujuan untuk mengetahui ciri, jenis, bentuk, dan fungsi, serta

makna yang ada pada kata penghubung dalam Bahasa Banjar.Penelitian

inimenggunakanpendekatankualitatifdenganmetodedeskriptif.Cirikata

penghubung Bahasa Banjar dapat diikuti kata kerja, kata benda, kata sifat,

dan kata bilangan. Jenis kata penghubung Bahasa Banjar terdiri dari jenis

koordinatif dan jenis subordinatif. Selain itu, kata penghubung Bahasa Banjar

juga memiliki bentuk persukuan, bentuk imbuhan, bentuk berpartikel, dan

bentuk gabungan.

Kata penghubung Bahasa Banjar mempunyai fungsi yang menyatakan

beberapa hubungan, yaitu hubungan pengandaian, hubungan pertentangan,

hubungan sebab-akibat, hubungan waktu, hubungan tujuan, hubungan

syarat, hubungan pilihan, dan hubung-an gabungan. Makna kata penghubung

dalam Bahasa Banjar terkait dengan konteks kalimat. Konteks kalimat yang

berbeda dapat menimbulkan makna yang berbeda pula. Sehubungan dengan

hal tersebut, penulis menyarankan kepada para peneliti dapat melakukan

penelitian selajutnya dengan kajian yang lebih luas. Bagi pendidik dan

pemerhati dapat mengenalkan dan menginformasikan jenis kata dalam

Bahasa Banjar terkait dengan kata penghubung Bahasa Banjar dalam upaya

memelihara kelestarian Bahasa Banjar.

Page 107: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

94

Judul Buku/ Penelitian : Penggunaan Maksim Tutur Dalam Mahalabio

Peneliti : Ridho Amalia

Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2012

Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskriptif

Ringkasan

Secara pragmatik, untuk menciptakan efek lucu pada mahalabio,

penutur sering melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap maksim

tutur. Berdasarkan kenyataan itu dalam penelitian ini diuraikan tentang

terapan teori implikatur Grice untuk membedah mahalabio. Mahalabio

merupakan salah satu jenis wacana yang menyajikan sesuatu secara

lucu. Kelucuan dibangun strukur paparan tertentu. Jika ditinjau dari

aspek penggunaan maksim tutur, dalam sebuah wacana mahalabio telah

melakukan penerapan maksim tutur sekaligus ada pelanggaran maksim

tutur di dalamnya. Penelitian ini bertujuan memperoleh deskripsi mengenai

perananmaksimtuturdalammahalabio.Maksimtersebutterdiridari(1)

maksim kuantitas, (2) maksim kualitas, (3) maksim relevansi dan (4)

maksim cara.Teori pengembangan instrumen adalah teori implikatur Grice,

tidak dapat dilepaskan dengan sejumlah maksim tutur yang memandu

kerjasama antara penutur dan mitra tutur.

Teori implikatur Grice mempunyai fungsi penting dalam analisis wacana.

Ide-ide untuk memecahkan problem-problem penafsiran makna tuturan

dengan memperkirakan berbagai konteks yang ditafsirkan. Aplikasinya

dalam analisis wacana membimbing dan memberikan kekhususan terhadap

wacana yang dianalisisnya. Pendekatan penelitian ini kualitatif, dengan

metode deskriptif. Analisis data dilakukan selama pengumpulan data.

Hasil penelitian menunjuk-kan bahwa penerapan prinsip kerjasama dalam

mahalabio menggambarkan diterapkannya maksim tutur yang meliputi

maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi dan maksim cara,

meskipun terdapat beberapa pelanggaran di dalamnya.

Page 108: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

95

Judul Buku/ Penelitian : Nilai Budaya Dalam Tutur Candi

Peneliti : Anwar Hadimi

Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2012

Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskriptif

Ringkasan

Tujuanpenelitian ini adalah (1) untukmendeskripsikannilai budaya

ditinjau dari aspek etika yang terdapat dalam cerita Tutur Candi,(2)untuk

mendeskripsikan nilai budaya ditinjau dari aspek sosial yang terdapat dalam

cerita Tutur Candi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan Kualitatif. Metode penelitian ini adalah metode deskriptif dengan

jenis peneliti-an Sosiologi Sastra. Penulis menafsir-kan karya sastra dengan

melakukan pemahaman secara keseluruhan walaupun bersifat sementara.

SumberdatayangdigunakandalampenelitianiniadalahteksnaskahCerita

berjudul “Tutur Candi”.

Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) Nilai

budayaditinjaudariaspeketikaberupa:a.nilaibudayadalametikamenjamu

tamu. Nilai budaya tersebut nampak ketika dalammenjamu tamu, tuan

rumah harus menyuguhkan sesuatu, b. nilai budaya dalam etika bertamu.

Nilai budaya ini nampak ketika seorang tamu yang bolehmasuk rumah

setelah diizinkan oleh tuan rumah, c. nilai budaya dalam etika melamar,

nilai budaya tersebut terlihat ketika seorang laki-laki tidak dibenarkan

untuk melakukan lamaran untuk dirinya sendiri melainkan harus melalui

utusan atau perwakilan, d. nilai budaya dalam etika memohon kepada

tuhan, nilai budaya tersebut terlihat pada kebiasaan hamba yang selalu

menadahkan tangan ketika melakukan permohonan kepada tuhan, selain

itu juga keiasaan untuk menggunakan sesaji dengan cara membungkuk ke

tanah, e. nilai budaya dalam etika menghormati pemimpin, f. nilai budaya

dalam etika keselamatan dan hal-hal yang berhubungan dengan dunia

mistis dilakukan dengan tapung tawar.

Selanjutnya,(2)Nilaibudayaditinjaudariaspeksosialyangterdapat

dalam teks Tutur Candiadalah:a.nilaibudayasosialdalamkebersamaan,

Page 109: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

96

b. nilai budaya pemurah, c. nilai budaya sosial dalam bergotong royong, d.

nilai budaya sosial dalam berbagi pengetahuan, e. nilai budaya dalam kasih

sayang,f.Nilaibudayadalambermusyawarah.Berdasarkanhasilpenelitian,

peneliti ingin menyampaikan saran untuk peneliti selanjutnya, bahwa selain

unsur sosial dan unsur etika yang terdapat dalam Tutur Candi yang telah

diteliti ada hal-hal yang menarik yang terdapat dalam cerita tersebut untuk

diteliti, misalnya perilaku psikologis manusia yang dilahirkan dari hasil

kawin maupun dari bertapa.

Page 110: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

97

Judul Buku/ Penelitian : Interferensi Bahasa Indonesia Terhadap Bahasa Banjar Dalam Cerita Si Palui di Harian Banjarmasin Post

Peneliti : Ali Nafiah

Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2012

Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskriptif

Ringkasan

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi atau gambaran

yangobjektiftentanginterferensiBahasaIndonesiaterhadapBahasaBanjar

dalam cerita Si Palui di Harian Banjarmasin Post, yang meliputi tiga jenis

interferensi:(1)interferensileksikal(kosakata);(2)interferensimorfologis,

dan(3)interferensisintaksis.Penelitianinimenggunakanmetodedeskriptif.

Sumber datanya adalah cerita Si Palui yang dimuat di Harian Banjarmasin

Post selama tiga bulan penerbitan (Oktober sampai dengan Desember

2011). Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik studi

dokumentasi, yaitu menelaah sumber data sesuai dengan rumusan masalah

dalampenelitianini.Selanjutnya,datayangdiperolehdiklasifikasikandan

dianalisis berdasarkan jenis interferensi dan sesuai dengan ruang lingkup

penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi interferensi Bahasa

IndonesiaterhadapBahasaBanjardalamceritaSi Palui berupa interferensi

leksikal (kosakata), interferensi morfologis (pembentukan kata) , dan

interferensisintaksis(tatarankalimat).Yangpalingbanyakkemuculannya

adalah interferensi leksikal (kosakata), disusul interferensi morfologis di

urutankedua,daninterferensisintaksisdiurutanketiga.Interferensileksikal

meliputi interferensi kata kerja (contohnya: lahir, kubujuki, kunasihati);

interferensi kata benda (contohnya: watak, uang, gergaji); interferensi

kata sifat (contohnya: remeh, cerdas, cepat); dan interferensi kata tugas

(contohnya: dan, walaupun, yang). Interferensi morfologis meliputi

interferensi afiksasi (contohnya:menyambung, dangarkan, manaruskan);

interferensireduplikasi(contohnya:gunta-ganti, babatuan, hampir-hampir);

Page 111: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

98

dan interferensipemajemukan(contohnya: jalan di tempat, sampai hati,

laris manis).Sementaraitu,interferensisintaksismeliputiinterferensifrasa

(contohnya:lagi sibuk, harus dipenuhi, masa kanak-kanak)daninterferensi

kalimat(contohnya: Iwaknya adalah tahu wan tempe; Apakah kehilangan

tutukaran?; Tadi sudah kusambat bahwa aku mancarii julak).

Page 112: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

99

Judul Buku/ Penelitian : Syair Saraba Ampat Analisis: Semantik dan Semiotik

Peneliti : Hasmi Fadilah

Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2012

Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskriptif

Ringkasan

Penelitian terhadap syair Saraba Ampat belum pernah dilakukan. Tujuan

penelitian untuk mendeskripsikan dan menjelas-kan makna yang terkandung

dalam syair Saraba Ampat.Penelitianinimenggunakanpendekatanfilologi.

Metode penelitian yang digunakan dalam menganalisis makna Syair Saraba

Ampat adalah metode kualitatif. Sumber data penelitian berasal dari buku

yang berjudul Manakib Datu Sanggul. Data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah Syair Saraba Ampat. Teknik Pengumpulan data dalam penelitian

ini menggunakan teknik studi pustaka.

Hasil penelitian ini menunjukkan Syair Saraba Ampat bertema tauhid,

fiqih dan tasawuf. Tema tauhid dibahas lebih lanjut, karena tema inilah

yang dibahas lebih mendalam di dalam penelitian ini. Tema tauhid di dalam

syairdiuraikandalambentuk:SifatwajibbagiAllahSWT(akalmanusiatidak

dapatmenerimajikasesuatuitutidakada),SifatMustahilbagiAllah(akal

manusiatidakakanmembenarkanmanakalasesuatuituada),Sifatjaizbagi

AllahSWT(sesuatuyangadaatautidakadanyasama-samadapatditerima

olehakal),SifatwajibbagiRasulAS(akalmanusiatidakdapatmenerima

jikasesuatuitutidakada),SifatMustahilbagiRasulAS(akalmanusiatidak

akanmembenarkanmanakala sesuatu itu ada), dan Sifat jaizbagi Rasul

(sesuatuyangadaatautidakadanyasama-samadapatditerimaolehakal).

Page 113: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

100

Judul Buku/ Penelitian : Jargon Kelompok Peseluncur di Banjarmasin

Peneliti : Noorlatifah

Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2012

Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskriptif

Ringkasan

Penelitian ini dilatarbelakangi variasi bahasa yang dipakai oleh

kelompok manusia untuk berkomunikasi. Variasi bahasa sering dijumpai

pada suatu kelompok tertentu, kadang disebut sebagai bahasa suatu

kelompok. Bahasa kelompok dalam suatu komunitas sering diistilahkan

sebagai jargon.Penelitian inibertujuanuntuk(1)memperolehdeskripsi

wujud jargon yang digunakan kelompok peseluncur di Banjarmasin

dan (2) mendeskripsikan aspek pemakai-an jargon yang digunakan

kelompok peseluncur di Banjarmasin. Penelitian ini menggunakan metode

deskriptif. Sumber datanya adalah kelompok peseluncur di Banjarmasin,

khususnya yang berada di Siring Sabilal. Teknik pengumpulan datanya

adalah observasi terlihat, yaitu observasi dilakukan dengan cara simak-

catat. Selanjutnya, data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan

pendekatan deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan ada 7 wujud jargon anak peseluncur di

Banjarmasin , yaitu: (1) wujud jargon bentuk kata dasar Bahasa Banjar,

seperti ajab, aray, ba’al, bengkeng, celengan, danlainnya.(2)wujudjargon

bentukkatadasarBahasaIndonesiasepertibadai, bencana, bodoh, celah,

dorong, danlainnya.(3)wujudjargonbentukkataturunanBahasaBanjar,

seperti baegal, bagepak, miantil, ambilan, borongan, danlainnya.(4)wujud

jargonbentukkataturunanBahasaIndonesia,sepertimenangkap, mengukir,

merebut, teratur, pemalas, bantalan, hambatan, dan lainnya. (5) wujud

jargon bentuk ungkapan, seperti ambak alimanyar, ambung haja, aman

posisi, ampah hulu, hampadal ayam, kaya timpakul, kaya kaminting, dan

lainnya.(6)wujudjargonbentukmenyingkatkata,sepertiusan, gandeng,

geteng, gobang, dan gobor.(7)wujudjargonbentukBahasaInggrisseperti

air, airwalk, bushing, casspeflip, dan lainnya.

Page 114: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

101Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

Aspek pemakaian jargonmenunjukkan ada 5 jenis, yaitu: (1) aspek

pemakaian jargon tindak deklarasi. Digunakan untuk meng-khususkan kata,

petunjukperintah,bentukpenyemangat,danlainnya.(2)aspekpemakaian

jargon tindak representatif. Digunakan untuk penyebutan orang, penegasan,

penamaantrikdan lainnya.(3)aspekpemakaian jargontindakekspresif.

Digunakan untuk memuji, bercanda, mengolok-olok, dan lainnya. (4)

aspek pemakian jargon tindak direktif. Digunakan untuk kalimat perintah,

menolok-olok, bercanda, meningkatkan level dan lainnya. Terakhir (5)

aspek pemakaian jargon tindak komisif. Digunakan untuk mengakrabkan

kekerabatan, menghibur, perjanjian, dan lainnya.

Page 115: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

102

Judul Buku/ Penelitian : Ungkapan Pamali Bahasa Banjar Sebagai Sarana Pendidikan Karakter

Peneliti : Samsul Bahri

Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2012

Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Teori Pragmatik

Ringkasan

Ungkapan pamali Bahasa Banjar merupakan tradisi lisan yang tumbuh

dan berkembang di tengah-tengah masyarakat Banjar yang telah tumbuh

dan berkembang beberapa generasi yang lalu. Meskipun ungkapan pamali

Bahasa Banjar ini merupakan ungkapan tradisional, namun ungkapan pamali

tersebut tidak hanya dipakai dan ditaati oleh masyarakat yang tinggal di

pedesaan, tetapi juga dipakai dan ditaati masyarakat Banjar yang tinggal

di perkotaan. Hal itu menandakan bahwa ungkapan pamali Bahasa Banjar

menjadi salah satu budaya kolektif yang tersebar dan diwariskan secara

turun–temurun,darigenerasikegenerasi.Ungkapanpamali Bahasa Banjar

mempunyai kedudukan penting dalam masyarakat Banjar, karena ungkapan

ini menjadi sarana pendidikan untuk membentuk karakter bangsa. Ungkapan

pamali Bahasa banjar memiliki kekuatan memaksa atau mengontrol agar

masyarakat mematuhi norma-norma yang berlaku. Berkaitan dengan hal

itu, tesis ini bertujuan menggali nilai-nilai yang terkandung dalam ungkapan

pamali Bahasa Banjar sebagai sarana pendidikan karakter. Penelitian ini

merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif yang menggunakan

pendekatan hermeneutika.

Simpulanhasilpenelitianiniadalahsebagaiberikut:Pertama,ungkapan

pamali Bahasa Banjar memiliki enam struktur yang membentuk sebuah

pola yang khas dan cenderung baku. Kedua, ungkapan pamali Bahasa

Banjar yang merupakan salah satu jenis tradisi lisan masyarakat Banjar

sampai sekarang masih lestari dan tetap diwariskan secara turun-temurun

oleh masyarakat sebagai warisan budaya. Pewarisannya dilakukan secara

lisan dan secara tertulis. Ketiga, masyarakat Banjar sebagian besar masih

meyakini “kekuatan” yang terkandung dalam ungkapan pamali tersebut.

Page 116: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

103Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

Mereka percaya ungkapan pamali Bahasa Banjar masih memiliki kekuatan

“memaksa” dan mengarahkan sikap dan perilaku masyarakat terutama yang

berkenaan dengan nilai relegius. Hal itu menggambarkan bahwa kepercayaan

masyarakat tentang nilai-nilai keagamaan, masih tertanam kuat. Terhadap

ungkapan yang mengandung nilai yang lain ada yang percaya dan ada yang

kurang percaya. Keempat, dari 480 teks ungkapan pamali Bahasa Banjar

ditemukan beberapa ungkapan pamali yang mengandung lebih dari satu

nilai karakter. Kelima, penanaman nilai karakter melalui ungkapan pamali

Bahasa Banjar sangat efektif. Pendidikan karakter dapat dilakukan melalui

ungkapan pamali Bahasa Banjar sebagai sarananya.

Berdasarkan simpulan-simpulan tersebut disarankan bebera-pa hal

berikut. Pertama, mengingat luasnya wilayah penyebaran masyarakat suku

Banjar, ada kemungkinan masih banyak ungkapan pamali yang belum

teridentifikasi. Oleh karena itu, penelitian lanjutan untuk memperkaya

ungkapan pamali Bahasa Banjar perlu dilakukan. Kedua, pembentukan

karakter bangsa merupakan tanggung jawab kita bersama. Menggunakan

ungkapan pamali Bahasa Banjar sebagai sarana pendidikan perlu kita

kembangkan. Pembentukan sikap dan perilaku masyarakat yang bernilai

positif perlu kita lakukan secara bersama-sama. Ketiga, sebagai bagian

masyarakat kita mempunyai kewajiban untuk mengembangkan dan

melestarikan budaya. Melalui penelitian-peneliian ilmiah, kita dapat

menggali dan melestarikan budaya lokal yg hampir punah tergilas oleh

arus globalisasi.

Page 117: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

104

Judul Buku/ Penelitian : Mistik Dalam Hikayat Banjar

Peneliti : Wawan Setiawan

Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2012

Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Teori Sastra

Ringkasan

Hikayat Banjar merupakan cerita yang dipercaya masyarakat Banjar

khususnya sebagai fragmen sejarah kerajaan Banjar, sehingga cerita tersebut

banyak membius kalangan sastrawan, budayawan dan ahli sejarah untuk

meneliti dan menelusuri pembuktian fragmen sejarah kerajaan Banjar yang

memiliki nilai-nilai kesakralan. Rumusan masalah yakni bagaimanakah

wujud, makna, dan fungsi mistik dalam Hikayat Banjar? Penelitian bertujuan

mendeskripsikan secara lengkap mengenai wujud, makna, dan fungsi

mistik dalam Hikayat Banjar. Metode penelitian ini deskriptif dengan jenis

penelitian kualitatif. Sumber data adalah teks Hikayat Banjar edisi Ras, tahun

1968.Instrumenutamapenelitianiniadalahpenelitisendiriyangbertindak

sebagai pengumpul data dengan menggunakan instrumen penunjang. Teknik

pengambilan data dalam penelitian ini terdiri atas dua langkah kerja, yaitu

inventarisasidatadanidentifikasidata.Validitasdatatemuandalampenelitian

ini peneliti lakukan dengan triangulasi dan ketekunan pengamatan. Analisis

data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis isi dan

penafsiran data dengan memaknai simbol.

Hasil penelitan menemukan enam belas mistik dalam Hikayat Banjar

yangmeliputi; (1) mistik mimpi,(2) mistik pertapaan, (3) mistik huhuas

(cobaan), (4)mistik adikodrati yang berasal dari buih danmatahari, (5)

mistikhilangnyajasadyangdibunuh,(6)mistikpertanda,(7)mistikjasad

yangdapatberubah, (8)mistiksuaradarialamgaib, (9)mistikmahkota

yangajaib,(10)mistikwafatsecaragaib,(11)mistiktaguh (kebal),(12)mistik

terbangdiudara,(13)mistikalatgamelandansenapan(bedil),(14)mistik

kekuatan dalam menyelam, (15) mistik keyakinan terhadap Tuhan,(16)

mistik kawin dengan jin.

Page 118: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

105

Judul Buku/ Penelitian : Legenda Datu-Datu Tabalong

Peneliti : Siswoyo

Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2012

Metode Penelitian : Pendekatan Pragmatik, Teori Fungsi Sosial dan Hermeneutika

Ringkasan

Legenda Datu-Datu Tabalong merupakan bagian dari sastra lisan

(foklor)tradisionalBanjarberupaprosayangkeberadaannyasaatinimulai

terancam disebabkan para penutur cerita tersebut sudah lanjut usia bahkan

banyak yang sudah meninggal. Keberada-an legenda ini dianggap sangat

penting bagi para pemilik kolektifnya, mengingat dalam legenda tersebut

mengandung cerita yang berisi banyak pesan atau simbol yang sangat

berguna bagi kehidupan generasi pemiliknya maupun generasi selanjutnya.

Pesan-pesan tersebut pada umumnya berisi pesan moral pendidikan, pesan

tentang norma-norma yang berlaku dalam masyarakatnya, maupun pesan

tentang religi. Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa masyarakat

kolektif pemiliknya masih beranggapan cerita dalam Legenda Datu-Datu

Tabalong tersebut mempunyai fungsi sosial yang sangat bermanfaat bagi

para pemilik kolektifnya baik pada masa lalu maupun masa kini, bahkan

pada masa mendatang.

Penelitian Legenda Datu-Datu Tabalong yang terdiri atas empat

legenda Datu yang berada di wilayah Kabupaten Tabalong, yakni Legenda

Datu Puain, Legenda Datu Mapihan, Legenda Datu Harung, dan Legenda

Datu Pujung bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai fungsi, makna,

dan hubungan antarteks yang terkandung dalam Legenda Datu-Datu

Tabalong tersebut. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif

yang ditandai dengan cara mendes-kripsikan secara mendalam hasil

interpretasi kajian, fungsi sosial, dan makna, serta hubungan antar teks

terhadap objek penelitian. Berdasarkan masalah yang menjadi objek

penelitian maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan

pragmatik sebagai pendekatan penelitian.

Page 119: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

106

Teori yang digunakan untuk membedah kajian penelitian digunakan teori

fungsisosialBas-com(dalamDanandjaja)danAlanDundes(dalamSudikan),

serta hermeneutika Paul Ricoeur. Data penelitian adalah berupa simbol yang

direpresentasikan dalam bentuk teks hasil transkripsi dan terjemahan yang

terdapat dalam cerita Legenda Datu-Datu Tabalong di wilayah Kabupaten

Tabalong. Data tersebut diperoleh peneliti melalui perekaman dari sumber

data yaitu para informan yang dijadikan sebagai sumber data primer,

dan data lain dari data tertulis sebagai pembanding. Teknik analisis yang

digunakan adalah teknik analisis isi yaitu suatu analisis untuk mengungkap

pesan yang ada dalam karya sastra. Prosedur pengolahan data dilakukan

dengantahapanperekaman,transkripsirekaman,klasifikasi,penerjemahan,

dan analisis data.

Pada hasil pembahasan ditemukan bahwa fungsi sosial Legenda Datu-

Datu Tabalong terdiri dari beberapa fungsi yaitu fungsi menurut teori

dan fungsi pada saat ini. Fungsi menurut teori ditemukan sebagai fungsi

proyeksi, fungsi pranata-pranata sosial, fungsi pendidikan, fungsi pengawas

dan pemaksa, fungsi kritik sosial, dan fungsi hiburan. Pada fungsi kekinian

atau fungsi pada saat ini ditemukan beberapa fungsi, yaitu fungsi pengingat,

fungsi perasaan bangga, dan fungsi pembangkit rasa patriotik, serta fungsi

pembangkit perasaan kolektif.

Pembahasan makna Legenda Datu-Datu Tabalong ditemukan beberapa

makna, antara lain pengungkap-an perasaan sayang, mempercayai hal-

hal gaib, perlindungan dan pengayoman terhadap orang yang disayangi,

pengakuan terhadap kekuasaan Allah, dan peringatan agar manusia tidak

berbuat som-bong. Pada pembahasan hubungan antarteks ditemukan

bahwa keempat legenda tersebut lahir pada masa awal dan pertengahan

AgamaIslammasukkewilayahTabalong,peristiwakejadiankeempatcerita

tersebut berada di sekitar aliran Sungai Tabalong, keempat cerita berisikan

tokoh sakti yang melebihi kemampuan manusia biasa. Keempat cerita

mengandung pesan moral tentang pendidikan, dan keempat cerita tersebut

memiliki fungsi kekinian sebagai pengingat, pembangkit rasa patriotik, serta

perasaan bangga bagi pemilik kolektifnya.

Page 120: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

107Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

- Terbit Tahun 2013 -

Judul Buku/ Penelitian : Peribahasa Banjar

Nama Pengarang : Rustam Effendi

Penerbit/ Tahun Terbit : Prodi Pend. Bahasa & Sastra Indonesia, FKIP Unlam, 2013

Metode Penelitian : Kritik Teks

Ringkasan

Peribahasa Banjar merupakan salah satu khasanah budaya daerah

Banjar yang sarat dengan nilai budaya. Nilai-nilai budaya itu, yang

berupa norma berprikehidupan, telah lama menjadi pedoman tingkah

laku bermasyarakat. Karena itu, peribahasa yang berisi fenomena budaya

masyarakat selayaknya diketaui dan selanjutnya dikembangkan guna

memperlengkap budaya Indonesia modern. Bagaimanapun, budaya

Indonesiamodernyangdikehendakiadalahbudayayang tidak terputus

darimata rantai budaya Indonesiamasa lalu.Hasil penelitian ini berisi

lima bab, yakni bab pendahuluan, bab struktur peribahasa, bab nilai yang

terdapat dalam peribahasa, bab deskripsi peribahasa Banjar, dan bab

kesimpulan penelitian.

Pada bab pendahuluan dijelaskan bahwa peribahasa Banjar adalah

salah satu jenis sastra lisan yang dihasilkan oleh masyarakat Banjar pada

masa lalu. peribahasa ini pernah mengalami masa jayanya pada zamannya.

Bahkan, pada masa sekarang pun, peribahasa Banjar yang merupakan

warisan budaya nenek moyang itu masih sering dipergunakan. Peribahasa

sering dipakai pada kesempatan tertentu, seperti taklimat yang disampaikan

tetuhakampung(lurah,ustad,dan lain-lain)danacarapernikahan.Pada

bab ini juga disinggung tentang metode yang digunakan. Metode yang

digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan mengandalkan hasil

wawancara lapangan, observasi lapangan, dan dokumen yang dikumpulkan

dari berbagai sumber.

Bab kedua tentang struktur peribahasa. Pada bab ini disebutkan

bahwa peribahasa Banjar bisa terbentuk dengan struktur berupa satu kata

berimbuhan, seperti bulanda menjadi mambulanda untuk menyatakan

Page 121: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

108

seseorang yang sangat kejam tidak berperi-kemanusiaan seperti kejamnya

bangsa Belanda pada zaman penjajahan. Peribahasa Banjar bisa juga

berstruktur kata ulang, seperti kata kana yang diulang menjadi kakanaan

yang menunjuk kepada kepribadian seseorang yang tidak stabil. Struktur

peribahasa lainnya adalah memulainya dengan kata asa, kaya, dan

ibarat, seperti kata asa bajajak di agung yang bermakna tentang sesuatu

pekerjaan atau perbuatan yang berjalan lancar dan mulus tanpa mendapat

sedikit pun rintangan. Struktur lainnya adalah dengan sebuah kalimat

lengkap, seperti peribahasa yang berbunyi, cancut naik ka sampiran,

yang bermakna seseorang yang lupa diri karena memperoleh kekayaan

yang tiba-tiba atau kedudukan yang tidak diperkirakan sebelumnya.

Bab nilai budaya membicarakan nilai-nilai yang terkandung dalam

peribahasa Banjar. peribahasa Banjar mengandung banyak nilai, seperti

nilai pendidikan agama, estitika, filsafat, dan etika. Pada babdeskripsi

peribahasa, penelitian ini menyajikan ratusan peribahasa yang diperoleh

dari hasil wawancara dan dokumen.

Page 122: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

109

Judul Buku/ Penelitian : Tradisi Tari Topeng (Manuping) di Kampung Banyiur Kelurahan Basirih Banjarmasin Barat

Nama Pengarang : Husnul Khotimah

Penerbit/Tahun Terbit : Skripsi Pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat 2013

Metode Penelitian : Sejarah dan Budaya

Ringkasan

Latar belakang penulisan skripsi ini, keberadaan tradisi tari topeng

(manuping)yangmerupakantradisituruntemurun,dikalanganmasyarakat

pendukungnya. Sebagai sebuah tradisi, manuping telah dijadikan sebagai

bagian penting dalam dinamika kehidupan. Masalah dari penelitian ini

yaitubagaimanaasalmuasalatausejarahtradisitaritopeng(manuping),

dan bagaimana tradisi tari topeng (manuping) sebagai tradisi upacara

adat meminta keselamatan hidup atau tolak bala agar kehidupan tetap

harmonis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana asal

muasal atau sejarah tradisi tari topeng (manuping) di Kampung Banyiur,

Kelurahan Basirih, Banjarmasin Barat dan untuk mengetahui bagaimana

perkembangantradisitaritopeng(manuping)sebagaitradisiupacaraadat

meminta keselamatan hidup atau tolak bala agar kehidupan yang dijalani

tetap terjaga keharmonisannya.

Metode yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah metode

sejarah, yang terdiri dari empat tahapan, yakni heuristik, kritik, interpretasi,

danhistoriografi.Hasiltemuanmenunjukkanbahwakeyakinanmasyarakat

di Kampung Banyiur, Kelurahan Basirih, Banjarmasin Barat tentang kehidupan

yang harmonis atau kehidupan yang baik yaitu pada saat kehidupan yang

mereka jalani berjalan dengan baik. Dalam tradisi manuping, terdapat

sangkala yang merupakan simbol kejahatan, kejahatan yang timbul akibat

ulah sangkala ditandai dengan sakitnya salah satu anggota keluarga yang

menurut medis tidak terjadi apa-apa, namun pada kenyataan-nya sakit

yang diderita tak kunjung sembuh. Untuk menyembuhkan si sakit itu maka

harusdiadakansuatuupacararitual.Itulahasalmuasalatausejarahtradisi

Page 123: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

110

taritopeng(manuping)diKampungBanyiur.Tradisitaritopeng(manuping)

bertujuan untuk memberi makan sangkala agar tidak mengganggu keturunan

keluarga yang masih hidup, karena apabila tidak dilaksanakan maka akan

ada gangguan seperti jatuh sakit, gagal usaha dan lain-lain yang dapat

mengganggu keharmonisan di lingkungan keluarga atau pun masyarakat.

PenulisanlaporandaripenelitianiniterdiridaribabI,berisitentanglatar

belakang permasalahan, pertanyaan penelitian, ruang lingkup penelitian,

tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan

sistematikapenulisan.BabII,gambaranumumKelurahanBasirih,meliputi

kondisi geografis wilayah Kelurahan Basirih, sarana dan prasarana,

kependudukan dan pemerintahan. Bab III, menguraikan pemahaman

masyarakat tentang kehidupan harmonis yang didalamnya membahas

tentang kepercayaan masyarakat tentang keharmonisan hidup yang mereka

jalani. Kemudian upaya yang dilakukan agar kehidupan yang mereka jalani

tetapharmonis.BabIV,merupakanuraianyangmenjelaskantentangtradisi

taritopeng(manuping),perbedaanfungsidancarapelaksanaantradisitari

topeng yang dulu dan sekarang, dan makna dari setiap tari topeng. Bab V,

berisi simpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan yang telah

dirumuskan point perumusan masalah.

Page 124: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

111

Judul Buku/ Penelitian : Tradisi Maiwak Sebagai Mata Pencaharian Warga di Desa Bangkau, Kecamatan Kandangan, Hulu Sungai Selatan, Tahun 1950-1970

Nama Pengarang : M. Haris Fadillah

Penerbit/Tahun Terbit : Skripsi Pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat 2013

Metode Penelitian : Sejarah dan Budaya

Ringkasan

Latar belakang penelitian ini adalah adanya tradisi maiwak atau

menangkap ikan pada warga Danau Bangkau, Kecamatan Kandangan.

Keberadaan tradisi maiwak berdasarkan tradisi lisan muncul sekitar awal

tahun 1950-an bersamaan dengan digelarnya adat manyanggar Danau

Bangkau. Tradisi maiwak ini meliputi tradisi maiwak di air, kategori jenis

ini kegiatan berlangsung di wilayah air atau banyu yang bersifat tetap

atau tidak dipengaruhi oleh musim kemarau yakni daerah rawa. Dari segi

ekonomi, maiwak jenis ini bersifat sebagai sumber penghasilan atau mata

pencarian. Tradisi maiwak ini mengalami pasang surut dalam kurun waktu

tahun 1950 sampai tahun 1970. Metode yang digunakan dalam penelitian

ini adalah metode sejarah dengan tahap heuristik, kritik, interpretasi dan

historiografi.Adapunsumberdatayangpenulisgunakandalampenelitian

ini terdiri dari sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer penulis

dapatkan secara langsung dari narasumber tentang objek yang diteliti.

Hasil dari penelitian menunjukan bahwa sebagai bagian dari budaya

nelayan di wilayah Desa Bangkau masih melaksanakan tradisi yakni adat

manyanggar Danau Bangkau. Biasanya tradisi ini dilaksanakan pada pekan

pertama Maret setiap tahun. Manyanggar atau menebarkan sesaji ke danau

adalah tradisi masyarakat Danau Bangkau yang mulai dilakukan sejak

tahun1950-ansebagaibentukterimakasihwargaterhadapalam(danau)

yang telah menjadi sumber penghidupan mereka. Dalam upaya memahami

masyarakat nelayan, khususnya di wilayah Desa Bangkau, terdapat beberapa

aspek kesejarahan yang penting sebagai pembangun identitas kebudayaan

masyarakat nelayan tahun 1950-tahun 1970 yaitu perkembangan sistem

Page 125: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

112

pengolahan ikan, sistem gender, relasi patron-klien, pola-pola eksploitasi

sumber daya perikanan dalam masyarakat Desa Bangkau, khususnya

nelayan atau paiwakan.

Adapunsistematikapenulisanskripsi,babImembahaslatarbelakang

penelitian, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan penelitian,

metode penelitian, tinjauan pustaka serta sistematika penulisan. Kemudian

bab 2, berisi gambaran umum Desa Bangkau, meliputi pembagian

administratifHuluSungaiSelatantahun1950-an.Kemudiankondisigeografis

danpotensiperikanantahun1950-1970,kondisidemografisdanekonomi

serta pandangan hidup masyarakat tentang Danau Bangkau.

Selanjutnya bab 3, membahas tentang adat manyanggar Danau

Bangkau sebagai bagian dari tradisi maiwak di wilayah Desa Bangkau.

Kemudian kearifan lokal masyarakat di wilayah Danau Bangkau yang

terbagi atas pengaturan alat tangkap, pengaturan lingkungan, pengaturan

kepemilikan, kelembagaan serta kepemim-pinan. Bab 4, membahas tentang

sistem pengolahan ikan, gender, relasi patron-klien, serta pola eksploitasi

perikanan paiwakan di Danau Bangkau tahun 1950-1970 yang meliputi

sistem permodalan dan kebijakan nelayan tahun 1960-1970-an, garam dan

usaha perikanan laut dan danau, sistem gender pada nelayan, relasi patron-

klien tahun 1950-1980 serta pola eksploitasi sumber daya perikanan Danau

Bangkau tahun 1950-1980. Terakhir pada Bab 5, berisi kesimpulan sebagai

sumbangan pemikiran dalam penulisan skripsi.

Page 126: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

113

Judul Buku/ Penelitian : Perkembangan Penokohan dan Alur Cerita Pertunjukan Wayang Gung di Daerah Barikin, Kecamatan Haruyan, Hulu Sungai Selatan, Tahun 1980-2000

Nama Pengarang : M. Rizal Mukhlishin

Penerbit/Tahun Terbit : Skripsi Pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat 2013

Metode Penelitian : Sejarah dan Budaya

Ringkasan

Latar belakang penelitian ini adalah adanya fenomena pembaharuan

yang dilakukan oleh dalang wayang gung(wayangorang)diwilayahBarikin

dalam kurun waktu tahun 1980 sampai 2000, dalam segi tokoh pewayangan,

cerita, pentas wayangnya yang mengadopsi teknik pertunjukan opera dan

beberapa teknis serta penggunaan bahasa yang komunikatif dan gaul yang

digunakan sehingga membuat lakon-lakon yang dibawakannya dekat dengan

hati penontonnya. Selain pembaharuan tersebut, dalam segi instrumen pun

bukan hanya instrumen gamelan yang digunakan untuk mengiringi pentas

wayangnya, tetapi juga nada-nada berirama lain pun sering muncul dalam

pentas-pentas wayang.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah

dengan tahap heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Adapun

sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini terdiri dari sumber

primer dan sumber sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi

perubahan penokohan dan alur cerita pada tradisi wayang gung di daerah

Barikin pada tahun 1900-2010. Hal tersebut terjadi karena faktor adaptasi

dengan perkembangan zaman. Pergeseran fungsi dari seni pertunjukan

wayang gung terlihat dari lebih mengutamakan aspek hiburan dan ekonomi

semata, walaupun harusmengesampingkan aturan-aturan (pakem) yang

menjadi ciri khas dari kesenian wayang gung.

Adapun sistematika penulisan skripsi ini dimulai dari bab 1, yang

membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, batasan

masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka serta

Page 127: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

114

sistematika penulisan. Kemudian pada bab 2, berisi tentang sejarah dan

perkembangan kesenian wayang gung di wilayah Barikin. Dalam bab ini

dijelaskan tentang gambaran umum atau identifikasi keadaan geografis

wilayah penelitian yakni di daerah Barikin Kecamatan Haruyan, Kabupaten

Hulu Sungai Tengah, meliputi kondisi penduduk dan mata pencaharian,

pendidikan, agama serta budaya masyarakat. Selanjutnya adalah

perkembangan kesenian wayang gung di wilayah Barikin.

Selanjutnya pada bab 3 membahas tentang sejarah dan perkembangan

wayang gung di Nusantara, lalu perkembangan wayang gung di daerah

Barikin sejak tahun 1970- an. Kemudian perbandingan wayang gung dengan

jeniswayanglainnya,aspekmetafisikawayangsebagaisimbolkehidupan

serta aspek estetika penokohan dan alur cerita wayang gung.

Pada bab 4, dijelaskan bagaimana perkembangan penokohan dan

alur cerita wayang gung tahun 1980-1990. Dalam bab ini juga dibahas tentang

kejayaan seni tradisi wayang gung di tahun 1970-an, perkembangan wayang

gung periode 1980-an dimana terdapat perubahan wayang gung sebagai

hiburan dari pentas sakral ke komersial. Lalu periode tahun 1980-1985

yang ditandai adanya inovasi seniman dan perubahan penokohan dan alur

cerita. Selanjutnya, perkembangan periode tahun 1985-1990 yang diwarnai

proses adaptasi seni gerak dalam hubungannya dengan penokohan wayang

gung, serta periode 1990-an, saat meredupnya kesenian wayang gung dan

munculnya seni modern. Pada bab 5, penulis mengemukakan kesimpulan

sebagai sumbangan pemikiran dalam penulisan skripsi. Kemudian saran

saran atau rekomendasi demi tercapainya penelitian yang lebih maksimal

di masa mendatang.

Page 128: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

115

Judul Buku/ Penelitian : Dialektika Budaya Banjar Dalam Konteks Seni, Tradisi.

Nama Pengarang : Ahmad Syadzali & Tahniyatus Shofia (Eds)

Penerbit/ Tahun Terbit : Tahura Media & Kasisab Institute, Banjarmasin, 2013

Metode Penelitian :

Ringkasan

Buku ini dimulai dengan kata pengantar dari editor. Dalam kata

pengantarnya, editor mengemukakan pentingnya menerbitkan beberapa

hasil diskusi yang dilaksanakan oleh Kasisab Institute. Editor melihat

masih ada gap antara kesenian Banjar dengan masyarakat Banjar itu

sendiri. Dikatakan dalam pengantar itu, “Secara relasional hubungan antara

masyarakat dengan kebudayaannya begitu jauh, seperti sesuatu yang ada

di seberang sana, belum lagi jika menghadapi gelombang pasang budaya

global, yang terus menyapu dataran tradisi, hingga menggerus lapisan-

lapisannya.” Menurut editor gap itu disebabkan oleh banyak hal. Di antara

masalah itu disebutkan karena persoalan polemis yang belum terselesaikan

seputar perdebatan teologis normatif.

Gap lain adalah berhubungan dengan perkara inferiority compleks, yakni

orangBanjartidakmemilikikonfidensiuntukmengakuiwarisankhazanah

budayanya. Masalah atau gap ini perlu solusi agar budaya Banjar bisa

menjadi kebanggan masyarakatnya dan dengan demikian bisa berkembang

dan semakin berkualitas. Salah satu tujuan diterbitkan buku ini adalah

sebagai refleksi penulis terhadap kebudayaan atau sastra Banjar. Dengan

demikian, buku ini mungkin bisa menjadi solusi dalam upaya membangun

road map kebudayaan kita. Membangun road map kebudayaan bukanlah

suatu hal yang mudah. Dikatakan oleh editor, membangun road map

kebudayaan ibarat napak tilas di jalan sutra, sehingga diharapkan dapat

menyambungkan kembali basis-basis budaya lokal kita yang terserak

selama beberapa generasi.

Bukuinimemuat3tulisan,yakni(1)Lamut danRedifinisiBudayaBanjar

olehSainulHermawan,(2)Seni,Budaya,danKomoditiolehAhmadSyadzali,

Page 129: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

116

dan(3)Bubuhan dan Kula oleh Mukhlis Maman. Buku ini dilengkapi dengan

catatan tentang berbagai tanggapan dari peserta diskusi. Tanggapan peserta

itudicatatdibawahjudulsebagaiberikut(i)Kalajuan,(ii)PeranMediadalam

Pengembangan Seni Budaya di Kalimantan Selatan, (iii) Dewan Kesenian

KotaBanjarmasin,(iv)ManajemenOrganisasidalamMasyarakatBanjar,(v)

Identitas, Misi, dan Apresiasi dalam berkesenian Kalimantan Selatan I &

II (vi)PamongBudaya, (vii) TatakBatang, (viii)MasaDepan (dinamisasi)

SastradiKalimantanSelatan,dan(ix)Strategi,Aksesibilitas,danStakeholder

dalam Pengembangan Budaya di Kalimantan Selatan.

Page 130: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

117

Judul Buku/ Penelitian : Subordinasi Perempuan Dalam Fabel Bingkarungan

Peneliti : Musdalipah

Penerbit/ Tahun Terbit : Unpad Press, Bandung, 2013

Metode Penelitian : Metode Kualitatif Dan Teori Kritik Feminis

Ringkasan

Fabel bingkarungan merupakan dongeng yang menceritakan tentang

kehidupan rumah tangga dengan tokoh binatang, yakni bingkarungan atau

kadal. Meskipun fabel identik dengan anak-anak, namun fabel ini tidak

populer di kalangan anak-anak seperti kebanyakan fabel lainnya yang

memiliki topik dengan kehidupan sosial anak. Fabel ini diperoleh dari

kalangan orang dewasa yang mengaku tidak pernah menceritakannya kepada

anak kecil, sebab memang tidak diperuntukkan bagi anak kecil. Saratnya

bias gender yang terdapat dalam fabel ini menjadi alasan pemilihannya

sebagai obyek penelitian dengan menggunakan kritik sastra feminis.

Penelitian ini menganalisis isi cerita sebagai upaya meng-ungkap bias

gender yang terdapat dalam cerita ini. Untuk itu, terlebih dahulu dilakukan

analisis dari unsur strukturnya. Pengung-kapan struktur dimaksudkan

sebagai upaya mengetahui karakter dan pemikiran para tokoh terhadap bias

gender. Selanjutnya, analisis dilakukan pada unsur sosial melalui penyifatan-

penyifatanyangdilabelkankepadaketigaperempuan(betina)cantikyang

menjadi istri tokoh bingkarungan. Hasil dari penelitian ini mengung-kapkan

bahwa terdapat subordinasi kaum perempuan melalui ketiga orang istri tokoh

bingkarungan.Yaknipenyifatanbahwakaumperempuandianggapsebagai

makhluk kelas dua di dunia yang lemah, setia, tidak berhak menentukan

keputusan, cepat putus asa, dan tidak dapat berpikir panjang. Alhasil,

sebagai balasan dari rasa setianya, kaum perempuan dicampakkan begitu

saja oleh laki-laki hingga berujung pada kematian. Melalui hasil penelitian

ini diketahui alasan fabel ini tidak populer di kalangan anak kecil, bahkan di

kalangan para ibu yang lazim menjadi pendongeng bagi anak-anak.

Page 131: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

118

Judul Buku/ Penelitian : Representasi Nilai-Nilai Ajaran Islam Dalam Ungkapan Bahasa Banjar

Peneliti : Ma’mur

Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2013

Metode Penelitian : Pendekatan Analisis Makna

Ringkasan

Latar belakang penelitian ini adalah adanya ungkapan Bahasa Banjar

sebagaisalahsatukhazanahsastralisanIndonesiayangtermasukkedalam

tradisi lisan masyarakat Banjar yang perlu digali dan diteliti dari berbagai

aspek. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengungkap

dan mendeskripsikan nilai-nilai ajaran Islam yang ada pada ungkapan

Bahasa Banjar, terutama yang berkaitan dengan (1) Nilai-nilai ajaran

IslamdalamungkapanBahasaBanjartentanghubunganmanusiadengan

Tuhan,(2)Nilai-nilaiajaranIslamdalamungkapanBahasaBanjartentang

hubunganmanusiadenganmanusia,dan(3)Nilai-nilaiajaranIslamdalam

ungkapan Bahasa Banjar tentang hubungan manusia dengan lingkungannya.

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis makna.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahawa dalam ungkapan Bahasa Banjar

terkandung banyak nilai ajaran Islam, diantaranya jujur, sabar, kanaah,

tawaduk, adil, menuntut ilmu, tobat, berbakti kepada ibu bapak, bijaksana,

rukun,danamanah.Penggaliannilai-nilaiajaranIslamtersebutdilakukan

dengan metode analisis makna.

Polahubungannilai-nilaiajaranIslamdalamungkapanBahasaBanjar,

terwujuddalamduabentuk,yaitu(1)Polahubunganyangbernadapositif

dan (2) Pola hubungan yang bernada negatif. Ungkapan Bahasa Banjar

yangdianggapmengandungnilai-nilaiajaranIslamadalahungkapanyang

berpola positif, sedangkan pola negatif, sangat bertentangan dengan nilai-

nilaiajaranIslam,tetapibiladigunakanuntukmenyatakanimperatifdalam

konteks nasihat, maka ungkapan itu dapat bernilai atau mengandung

ajaran-ajaranIslam(implisit).Adapunungkapanyangpenulisperolehdari

para informan dan buku tentang ungkapan, terdapat 129 buah ungkapan

Page 132: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

119Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

yangditafsirkanmengandungnilai-nilaiajaranIslam.Nilai-nilaiajaranIslam

yang terkadung dalam ungkapan Bahasa Banjar tersebut terbagi dalam

tiga aspek hubungan, yaitu hubungan manusia dengan Tuhan, manusia

dengan manusia, dan manusia dengan lingkungannya. Nilai-nilai ajaran

IslamyangterkandungdalamungkapanBahasaBanjartersebut,meliputi:

menjaga ucapan, tekun berusaha atau kerja keras, tawaduk, berhati-hati

dalam perbuatan, jangan berlebihan, kanaah, berlaku adil, menjaga rahasia,

pekerjaan yang bermanfaat, bertanggung jawab, rukun, sabar, menuntut

ilmu, berbakti kepada orang tua, dermawan, teguh pendirian, amanah,

tobat, jujur,bijaksana, mencintai kebersihan, dan syukur.

Page 133: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

120

Judul Buku/ Penelitian : Asal-Usul Nama-Nama Kampung di Kabupaten Hulu Sungai Tengah

Peneliti : Zuraidah

Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2013

Metode Penelitian : Deskriptif, Pendekatan Etnolinguistik dan Ekolinguistik

Ringkasan

Penelitian ini mengenai asal-usul nama-nama di kabupaten Hulu Sungai

Tengah dengan rumusan masalah bagaimanakah asal-usul nama-nama

kampungdiKabupatenHuluSungaiTengahdanklasifikasinya.Penelitianini

bertujuan untuk memperoleh data dan mengetahui asal-usul nama-nama

kampungdiKabupatenHuluSungaiTengahdanklasifikasinya.Berdasarkan

tujuan penelitian, metode penelitian dalam penelitian ini bersifat deskriptif.

Jenis penelitian mengarah kepada kualitatif dan pendekatan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah pendekatan etnolinguistik dan ekolinguistik.

Sumber data yang digunakan ada 112 nama kampung di Hulu Sungai Tengah

berdasarkan data statistik dengan teknik pengumpulan data menggunakan

observasi dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan teknik

analisis deskriptif model interaktif.

Penelitian ini menghasilkan data asal-usul nama-nama kampung

berdasarkan etnolinguistik diklasifikasikan terdiri atas, peniruan bunyi,

penyebutanbagian,penyebutansifatkhas,penemudanpembuat(merujuk

ke seseorang), tempat asal, keserupaan, penyebutan verba, berdasarkan

legenda, berdasarkan bahasa asing, kebiasaan, konotasi tempat dan sejarah.

Sedangkan asal usul nama-nama kampung berdasarkan ekolinguistik

diklasifikasikanberdasar-kannamahewan,berdasarkanbendayangadadi

tempat, berdasarkan nama tumbuh-tumbuhan dan berdasarkan penyebutan

sifat khas yang berasal dari alam.

Page 134: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

121

Judul Buku/ Penelitian : Pengintensif Dalam Bahasa Banjar Kuala

Peneliti : Firdaus

Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2013

Metode Penelitian : Deskriptif,

Ringkasan

Tesis ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) ciri-ciri yang dapat

digunakan sebagai penanda suatu bentuk pengintensif; 2) tipe-tipe

pengintensif berdasarkan bentuk yang terdapat dalam Bahasa Banjar Kuala;

3) fungsi proses infleksional dan gramatikal pengintensif dalam Bahasa

BanjarKuala;4)maknapengintensifdalambentukpragmatisdalamBahasa

Banjar Kuala. Metode yang digunakan adalah deskriptif. Lokasi penelitian

meliputi Kota Banjar-masin, Kota Banjarbaru, dan Kabupaten Banjar. Sumber

data berjumlah 15 orang informan, masing-masing 5 orang informan untuk

tiap lokasi penelitian. Teknik pengumpulan data adalah teknik elitasi,

rekaman, dan pencatatan data.

Manfaattesisiniantaralain:1)pelestarianbahasadaerah;2)sumbangan

kebahasaan yang bertujuan untuk mengetahui kesemestaan bahasa; 3)

sumbanganuntukpengajaranBahasaIndonesiaataupunbahasadaerahdan

pendorong penelitian-penelitian linguistik lain mengenai bahasa daerah dan

BahasaIndonesiayangakanbergunabagiperkembangankelinguistikan;4)

menambah perbendaharaan deskripsi Bahasa Banjar Kuala dan juga dapat

berguna bagi pembinaan Bahasa Banjar Kuala itu sendiri; dan 5) dapat

digunakanolehguruBahasaIndonesiasebagaibahanperbandingandalam

pengajaranBahasaIndonesia,khususnyabagipenuturBahasaBanjarKuala.

Hasil analisis dan pembahasan tesis ini menunjukkan bahwa ciri-

ciri pengintensif dalam Bahasa Banjar Kuala mencakup ciri fonologis, ciri

gramatis, ciri sintaksis, dan ciri berdasarkan jenis kata. Untuk pendeskripsian

tipe-tipe pengintensif maka dalam Bahasa Banjar Kuala ditemukan 15 tipe

pengintensif. Kemudian, proses infleksional dalam Bahasa Banjar Kuala

meliputi: 1) tingkat berskala dan 2) tingkat tak berskala. Pengintensif

Page 135: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

122

Bahasa Banjar Kuala mempunyai fungsi gramatikal, yaitu; 1) sebagai

predikat,2)sebagaipemodifpredikat,3)sebagaiketerangan,4)sebagai

pemodifketerangan,5)sebagaipelengkap,6)sebagaipemodifpelengkap,

dan 7) berada pada kalimat minor. Selanjutnya, makna pengintensif

Bahasa Banjar Kuala meliputi makna pengintensif yang bebas-konteks dan

makna terikat-konteks.

Page 136: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

123

Judul Buku/ Penelitian : Nilai Moral Dalam Syair Klasik Guntur

Peneliti : Ahmad Baihaki

Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2013

Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif, Teori Sastra Lisan

Ringkasan

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi secara objektif

tentang dua nilai moral dalam syair klasik Guntur, yaitu: (1) nilaimoral

kearifantentangingatan,berpikir,kejernihanpikiran,dankekuatanotak,(2)

nilai moral kesederhanaan tentang ketenangan, kesabaran, kedermawanan,

integritas, kepuasan, dan loyalitas. Jenis penelitian ini adalah deskripstif-

kualitatif yang menggambarkan nilai moral yang terkandung dalam syair

klasik Guntur. Teori yang digunakan sebagai dasar pengembangan instrumen

adalah teori sastra lisan Aarne dan Stith Thomson, dan teori tentang nilai

moral menurut Miskawaih. Data penelitian ini adalah syair klasik Guntur

yangterdiridari101halaman(603baitsyair).Pendekatanyangdigunakan

dalampenelitianiniadalahpendekatankualitatifdanpendekatanfilologi,

denganmetodedeskriptif,danteknikanalisisisi.Instrumenutamaadalah

peneliti.Instrumenpembantuadalahinforman,naskahsyairklasikGuntur,

dancatatan-catatanpenelitian.Analisisdatadilakukandenganklasifikasi,

pengkodean, dan penafsiran terhadap syair klasik Guntur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua nilai moral dalam

syair klasik Guntur, yaitu (1) nilai moral Kearifan yang menggambarkan

pengambilan keputusan berdasarkan jiwa yang arif dan bijaksana, yaitu

tentang ingatan,berpikir,kejernihanpikiran,kekuatanotak,dan(2)nilai

moral Kesederhanaan yang menggam-barkan kepedulian kepada orang lain

dan lingkungan masayarakat, terutama tentang ketenangan, kesabaran,

kedermawanan, inte-gritas, kepuasan, dan loyalitas. Unsur yang paling

dominan ditemukan dalam syair klasik Guntur adalah nilai moral tentang

kearifan terutama dalam berpikir memecahkan masalah yang dihadapi para

tokoh dalam syair klasik Guntur. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan

Page 137: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

124

kepada: (1)DinasPendidikandanPariwisatadapatmengembangkandan

melestarikan sastra lisan, terutama syair agar tetap berkembang, (2)

Akademisi dan masyarakat supaya tetap memperkuat dukungan sosial

untuk menempatkan sastra lisan pada tempat yang berwibawa.

Page 138: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

125

Judul Buku/ Penelitian : Prefiks Man- Bahasa Banjar Dalam Cerita Si Palui

Peneliti : Noorkhalis

Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2013

Metode Penelitian : Deskriptif, Pendekatan Kualitatif

Ringkasan

Bahasa Banjar memiliki sistem tersendiri, antara lain sistem prefiks

maN-. Untuk melihat sistem ini perlu dilakukan penelitian pada Bahasa

Banjar.Penelitianinimengkajivariasi-variasimaN-yangdigabungkankata

dasar.PenelitianinijugamenganalismaknamaN-yangdigabungkandengan

kata dasar dalam cerita Si Palui. Penelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatifdanmetodedeskripsi.DatapenelitianadalahprefiksmaN-dalam

Bahasa Banjar. Sumber data berasal dari cerita Si Palui dalam Bahasa Banjar

yang dimuat di Surat Kabar Harian Banjarmasin Post. Teknik analisis data

menggunakan teknik studi dokumentasi. Dokumentasi berupa cerita Si Palui

dibaca dengan teliti dan seksama sekaligus ditelaah untuk menemukan

prefixmaN- prefiksdalamBahasaBanjar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat variasi bentuk MaN-

Bahasa Banjar dalam cerita Si Palui. Variasi maN- meliputi ma-, mam-,

mang-,maN-,many,maNmenjadima-,maN-menjadimam-,maN-menjadi

mang-,danmaN-menjadimaN-.FungsiprefiksmaN-adaduayaitufungsi

inplektifdanderivatif.FungsiinplektifmerupakanawalanmaN-membentuk

katakerja,awalanmaN-digabungkandengankatakerja(V)sendirimenjadi

katakerja.DerivatifmerupakanawalanmaN-digabungkandengankatasifat

(S)membentukkatakerjasepertipadapembentukkanataupenggabungan.

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa prefiksmaN- bervariasi.

Makna prefiks maN- memiliki makna menjadi 10 makna. Fungsi prefiks

maN-adaduayaitufungsiinplektifdanfungsiderivatif.Disarankanpeneliti

berikutnyamelakukanpenelitianprefiksBahasaBanjaryanglainBa-,Ta-,

Sa-, dan Pa.

Page 139: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

126

Judul Buku/ Penelitian : Unsur Pendidikan Karakter Dalam Peribahasa Banjar

Peneliti : Samrah

Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2013

Metode Penelitian : Deskriptif, Pendekatan Kualitatif

Ringkasan

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi atau gambaran

objektif tentang unsur pendidikan karakter dalam peribahasa Banjar, yang

meliputitigaaspek:(1)wujudpendidikannilaiagamayangterdapatdalam

peribahasaBanjar;(2)wujudpendidikannilaimoralyangterdapatdalam

peribahasa Banjar, dan (3) wujud pendidikan nilai sosial yang terdapat

dalam peribahasa Banjar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif.

Sumber data penelitian adalah sumber tertulis dalam bentuk buku atau

hasil penelitian dan sumber lisan melalui wawancara dengan narasumber

atau informan. Teknik yang digunakan adalah studi dokumentasi, yaitu

menelaah sumber data sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian

ini. Selanjutnya, data yang diperoleh diklasifikasikan dan dianalisis

berdasarkan jenis unsur pendidikan karakter yang sesuai dengan ruang

lingkup penelitian.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah: (1) Wujud pendidik-an nilai

agama yang terdapat dalam peribahasa Banjar, yaitu nilai karakter takut

kepadaTuhan,nilaikarakterbersyukurkepadaTuhan.(2)Wujudpendidikan

nilai moral yang terdapat dalam peribahasa Banjar, yaitu nilai karakter

jujur, nilai karakter bertanggung jawab, nilai karakter bergaya hidup sehat,

nilai karakter disiplin, nilai karakter kerja keras, nilai karakter percaya diri,

nilai karakter berpikir logis, kritis dan inovatif, nilai karakter mandiri, nilai

karakter ingin tahu, dan nilai karakter cinta ilmu. (3) Wujud pendidikan

nilai sosial dalam peribahasa Banjar, yaitu nilai karakter sadar akan hak dan

kewajiban orang lain, nilai karakter patuh pada aturan-aturan sosial, nilai

karakter menghargai karya dan prestasi orang lain, nilai karakter santun,

dan nilai karakter demokratis.

Page 140: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

127

Judul Buku/ Penelitian : Humor Dalam Cerita Si Palui

Peneliti : Dana Aswadi

Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2013

Metode Penelitian : Deskriptif, Pendekatan Kualitatif

Ringkasan

CeritaSi Palui merupakan karya sastra yang menggambarkan salah satu

aspek kehidupan masyarakat di Kalimantan Selatan. Unsur humor membuat

cerita Si Palui ini disukai pembaca. Penelitian ini menganalisis cerita Si Palui.

Rumusanmasalahpenelitianini,yaitu(1)bagaimanajenishumorceritaSi

Palui,(2)bagaimanafungsihumorceritaSi Palui,dan(3)bagaimanamakna

humor cerita Si Palui. Pendekatan penulisan adalah deskriptif kualitatif, yaitu

data-data secara tertulis atau lisan digambarkan secara cermat. Sumber

data penelitian dari cerita Si Palui di Harian Banjarmasin Post selama Januari

2013 sampai Maret 2013. Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah

dokumentasi dan studi pustaka.

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis isi, yaitu

membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru dan sahih data dengan

memperhatikan konteksnya. Penelitian menetapkan keab-sahan data dengan

teknik pemeriksaan. Kriteria keabsahan data, yaitu derajat kepercayaan dengan

teknik pemeriksaan; perpanjang-an keikutsertaan, ketekunan pengamatan,

triangulasi, mendiskusi-kannya dengan teman sejawat, kecukupan referensial,

membaca dan menelaah berkali-kali data-data yang dikumpulkan, menginven-

tarisasi serta membaca berbagai pustaka dan dokumen, dan membaca dan

menelaahberbagaiteoritentangsastradanhumor.Hasilpenelitianadalah(1)

JenishumoryangterdapatdalamceritasiPaluiadadelapanjenis,yaitu(a)

humoragama,(b)humorseks,(c)humorpermainankata,(d)humorkiasan,

(e)humorejekan, (f)humorsindiran,dan (g)humorplesetan. (2)Makna

humor yang terkandung dalam cerita Si Paluiada5,yaitu(a)ketaatankepada

Tuhan, (b) memberikan pendidikan, (c) memberikan kritik, (d) menarik

perhatian,dan(e)memberikanpenjelasan/pemahaman.

Page 141: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

128

Judul Buku/ Penelitian : Kajian Struktur Puisi BerBahasa Banjar Pemenang Lomba Aruh Sastra Kalsel VII Tanjung 2010

Peneliti : Herni Tikasari

Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2013

Metode Penelitian : Deskriptif, Pendekatan Kualitatif

Ringkasan

Penelitianiniditujukanuntukmendeskripsikan(1)aspek-aspekelemen

Bahasa yang ditemukan dalam struktur puisi berbahasa Banjar karangan

parapenyairKalselpemenanglombaASKSVIITanjung2000,meliputi:diksi,

bahasakias,pencitraan,danpolapersajakan,dan(2)aspek-aspekelemen

makna yang ditemu-kan dalam struktur puisi berbahasa Banjar karangan

parapenyairKalselpemenanglombaASKSVIITanjung2000,meliputi:pokok

pikiran, tema, nada, suasana, dan amanat.Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dan metode dokumentasi.

Dalamhalinipenelitiberusahamenganalisisisidokumen(content analysis)

untuk mengetahui isi dan makna yang terkandung di dalamnya.

Adapunhasilpenelitianiniadalahdidalamstrukturpuisi(1)Manyaaggar

Banua karangan Erika Adriani, (2) Diang Hirang karangan Syarifuddin,

(3)Mambuang Tantajuk, Manggantung Tajak karanganAria Patrajaya, (4)

Meratus karanganEastStarFromAsia,(5)Madam karangan Rahmatiah, dan

(6) Sapanjadi karangan Nadiansyah Abdi, ditemukan: (1) elemen Bahasa

puisisebagaiberikut:(a)diksi,yakni:diksikonotasi(6,62buah)dandiksi

denotasi(294);(b)bahasakias,yakni:metafora(61)danmetonimia(76);

(c)pencitraan,yakni:cecap(a),cium(3),dengar(80),gerak(75),lihat(82)

danraba(10);(e)polapersajakan,yaknisajakawal(20),dansajaaakhir

(26),denganragambunyialiterasi(62),asonansi(73),aspiran(74),eponi

(281),kakafoni(145),danliquida(54).

Elemenmaknapuisiyangditemukandalamsetiappuisimeliputi:(a)

pokokpikiran,yakni: lingkunganhidupyangrusakpariah(PuisiNomor1

dan4),nasibburukorangyanghidupmiskin(PN2),lahanpertanianyang

semakinmenyempit(PN3),mengadunasibdirantauorang(PNS),dantakdir

Page 142: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

129Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

dariAllahSwt(PN6);(b)tema,yakniceritatentangritualadatmanyanggar

banua(PN1),ceritatentangnasibburuktokohbernamaDiang Hirang(PN2),

cerita tentang lahan pertanian yang semakin menyempit (PN3), cerita

tentang pembunuhan misterius dengan menggunakan parangmaya, tundik,

dan gantung sarindit (PN4), cerita tentangnasib buruk (PNS), dan cerita

ketidak-berdayaanmanasiadihadapanAllahSWT (PN6), (c)nada, yakni:

marah(PN1daaPN4),perhatin(PN2),antipati(PN3),sedih(PN5),danikhlas

PN6):(d)suasana,yakni:sakithati(PN1danPN4),iba(PN2),cemas(PN3),

sedih (PN5), dan pasrah (PN6): dan (e) amanat: melakukan perlawanan

(PN1danPN4),melakukanpertolongan(PN2),menahandirijangantergiur

denganharga tanahyang tinggi (PN3),menggugahkesadarandiri sendiri

(PN5),danbersikapmenerimakehendakAllahSWT(PN6).

Page 143: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

130

Judul Buku/ Penelitian : Representasi Nilai-Nilai Pendidikan Keluarga Yang Terdapat Dalam Ungkapan Bahasa Banjar

Peneliti : Bahdiah

Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2013

Metode Penelitian : Deskriptif, Pendekatan Kualitatif

Ringkasan:

Masyarakat Banjar memiliki kekayaan budaya, salah satunya adalah

ungkapan Bahasa Banjar. Ungkapan tersebut mengandung berbagai nilai,

diantaranya nilai pendidikan keluarga. Fokus penelitian ini mengetahui

nilai-nilai pendidikan keluarga yang terdapat dalam ungkapan Bahasa

Banjarsertamengetahuihubung-annyadenganpendidikanIslam.Penelitian

bersifat kualitatif, dengan meneliti makna ungkapan Bahasa Banjar, baik

dari buku-buku maupun pendapat ahlinya. Data dari buku diperkaya dengan

data lapangan yang digali melalui teknik wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan, nilai-nilai pendidikan keluarga dalam

ungkapan Bahasa Banjar banyak berhubungan dengan tuntunan memilih

jodoh, perkawinan dan keturunan, keharusan berbakti kepada orang

tua, tata cara pergaulan sosial dan hidup merantau, kehati-hatian dalam

mengelola ekonomi rumah tangga, sikap hidup realistik dan apa adanya

serta perlunya sanksi hukum bagi warga yang bersalah. Ungkapan bahasa

itu merupakan cara orang Banjar untuk mempersingkat maksud komunikasi

dan untuk menyampaikan sesuatu kritik secara tidak langsng, berfungsi

memberikan pendidikan bagi anak-anak, generasi muda dan warga

masyarakat, memberikan kritik dan kontrol sosial, serta sebagai pedoman

dan penuntun berperilaku yang baik di tengah masyarakat.

Nilai-nilaipendidikankeluargadalamungkapanBahasaBanjaritupada

umumnyasejalandengannilaipendidikanIslamatauajaranIslam,dalam

arti apa yang dikehendaki oleh ungkapan Bahasa Banjar juga disuruh dalam

IslamdanapayangdilarangdalamungkapanBahasaBanjarjugadilarang

olehajaranIslam.Halinimenunjukkanbahwakemunculandantujuandari

ungkapanBahasaBanjaritudisemangatiolehajaranIslam,yangdisampaikan

Page 144: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

131Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

oleh para orang tua dan tetuha masyarakat yang walaupun bukan ulama

tetapimemahami hakikat ajaran agama Islam.Meskipun demikian tidak

semua ungkapan Bahasa Banjar mengandung nilai pendidikan, ada juga

yangbersifatsindirandanpelecehanterhadapbentukfisikmanusia,halini

tidaksejalandenganajaranIslam.

Page 145: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

132

Judul Buku/ Penelitian : Madihin: Analisis Struktur Teks, Tema, dan Cara Penyajiannya

Peneliti : Helda Herawati

Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2013

Metode Penelitian : Deskriptif, Pendekatan Kualitatif

Ringkasan

Madihin merupakan sastra lisan yang berasal dari Kalimantan Selatan.

Madihin berupa untaian syair yang dinyanyikan bersamaan dengan iringan

tarbang. Isi syairmadihin itu bermacam-macam, seperti nasihat, petuah,

puji-pujian, sindiran, dan humor. Penelitian ini mengkaji tigas aspek di

dalam sastra lisan madihin, yaitu struktur teks, tema, dan cara penyajian.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Model penelitian mengarah pada gambaran secara cermat dan mendalam

tentang bagaimana karakteristik madihin dilihat berdasarkan struktur teks,

tema, dan cara penyajian. Sumber data diperoleh dari seniman sastra lisan

madihin yang ditampilkan di tempat, format, dan pola yang berbeda-beda.

Sumber data diambil dari rekaman video.

Hasilpenelitianyangdiperolehsebagaiberikut.(1)Strukturteksyang

ada pada pertunjukan madihin terdiri dari empat bagian, yaitu pembukaan,

batabi, isi, dan penutup. Struktur ini merupakan susunan yang umum

digunakan oleh pamadihinan.Namun,strukturinitidakterlalubaku.Setiap

madihin memiliki perbedaan dalam menentukan bagian mana yang lebih

dulu atau penghilangan bagian tertentu. Hal ini dilakukan karena berbagai

pertimbangan, seperti format madihin, waktu pertunjukkan, karakteristik

pamadihinan, dan suasana yang menuntut menuntut mereka melakukan hal

tersebut.(2)Temayangdiangkatdalamsebuahmadihin sangat tergantung

dengan tema acara tempat madihin dilaksanakan. Hal ini dilakukan sesuai

dengan permintaan panitia yang mengundang pamadihinanuntuktampil.(3)

Carapenyajianmadihin dapat bermacam-macam. Ada pertunjukan madihin

yang ditampilkan oleh satu orang, ada yang berpasangan. Penampilan

tunggal biasanya cenderung meng-gunakan pola struktur teks yang umum

Page 146: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

133Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

digunakan. Namun, penampilan yang berpasangan dilaksanakan dengan

cara berbalas-balasan syair antara pamadihinan yang tampil. Pada dasarnya

setiap syair yang ditampilkan oleh pamadihinan merupakan pelengkap dari

pasangannya. Pola berpasangan menggunakan struktur teks yang sedikit

berbeda dengan struktur teks yang umum digunakan.

Page 147: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

134

Judul Buku/ Penelitian : Dindang Sastra Lisan Banjar Hulu: Kajian Bentuk, Makna, dan Fungsi

Peneliti : Marfuah

Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2013

Metode Penelitian : Deskriptif, Pendekatan Kualitatif

Ringkasan

Dindang merupakan salah satu jenis sastra lisan Banjar. Istilah

dindang belum begitu populer. Perkembangannya tidak sepesat sastra

modern. Bahkan jika dibandingkan dengan sastra lisan Banjar yang lain,

dindang kalah popular karena memang perkembangannya hanya terbatas

di wilayah pedesaan saja. Padahal dindang memiliki kedudukan penting

dalam kehidupan masyarakat Banjar, yaitu sebagai media penyampai nilai-

nilailuhurkehidupan(nilaikeagamaan,nilaimoral,nilaisosial)danmedia

komunikasi sosial untuk menyampaikan ajaran, nasihat dan sebagai sarana

perekat hubungan sosial.

Berkaitan dengan hal itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

secara lengkap dan melakukan pengkajian secara mendalam tentang

teks dindang Banjar Hulu sehingga dapat diketahui bentuk-bentuk teks

dindang yang hidup dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Banjar

Hulu, makna yang terkandung dalam teks dindang yang digunakan oleh

masyarakat Banjar Hulu, dan fungsi teks dindang bagi masyarakat Banjar

Hulu. Penelitian yang bersifat kuantitatif ini menggunakan metode deskriptif

dengan pendekatan hermeneutika Ricoeur.

Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan. Pertama, bentuk

teks dindang Banjar Hulu yang berhasil diinventarisasi dalam penelitian

ini ada 2, yakni teks DindangBanjarHuluBerbentukPantun(DBHBP)dan

teks Dindang BanjarHuluBerbentukPuisi Bebas (DBHBPB). TeksDindang

Banjar Hulu Berbentuk Pantun (DBHBP) memiliki dua variasi, yakni teks

dindang Banjar Hulu berbentuk pantun kilat/karmina (8teksdindang)dan

teks dindangBanjarHuluberbentukpantunbiasa(18teksdindang).Teks

DindangBanjarHuluBerbentukPuisiBebas(DBHBPB)ada8teksdindang.

Page 148: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

135Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

Kedua, penelitian ini berhasil menginventarisasi 11 makna teks dindang

Banjar Hulu, yakni M 1 bermakna harapan dan doa (4), M 2 bermakna

pujianterhadaptokoh(5),M3bermaknamengolok-olok/bercanda(7),M

4bermaknapedulikepadaoranglain(2),M5bermaknamenghargaiorang

lain(2),M6bermaknabekerjasama(2),M7bermaknakritikterhadapsikap

yangkurangtepat(7),M8beraknamenghargaiprestasioranglain(3),M9

bermaknamemilikisikappeka/waspada(3),M10bermaknabertanggung

jawab(1),M11bermaknacurahanhati(2).Ketiga,teksdindang Banjar Hulu

mempunyai5fungsi,yaitu:(a)fungsirekreatif(34teks dindang);(b)fungsi

pembangkitsemangat(4teksdindang);(c)fungsipenyampainilai(20teks

dindang);(d)fungsisebagaikritiksosial(4teksdindang).(e)Fungsiperekat

hubungansosial(3teksdindang).Beberapateksdindang Banjar Hulu ada

yang memiliki lebih dari satu fungsi.

Page 149: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

136

Judul Buku/ Penelitian : Strategi Adaptasi Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang di Desa Tanipah Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan

Peneliti : Nazwar Syamsu

Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2013

Metode Penelitian : Deskriptif, Pendekatan Fenomologi Kualitatif

Ringkasan

Gelombang pasang yang terjadi setiap tahunnya menimbul-kan bencana

banjir di wilayah pesisir Desa Tanipah. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pemahaman atau persepsi masyarakat mengenai banjir pasang

air laut di Desa Tanipah, mengidentifikasi-kan dampak yang diakibatkan

oleh gelombang pasang yaitu banjir di daerah pesisir berdasarkan survei

lapangan dan interview, mengetahui strategi adaptasi masyarakat terhadap

banjir pasang air laut. Tujuan lain dari penelitian ini adalah mengetahui

strategi atau kebijakan pemerintah dalam pengelolaan bencana banjir

pasang air laut.

Penelitian ini terutama melihat persepsi dan sikap atau tingkah laku

masyarakat dalam meminimalisir ancaman banjir pasang air laut. Bagaimana

masyarakat dapat hidup dengan nyaman di daerah yang rentan terhadap

banjir pasang, dan bagaimana interaksi masyarakat dengan dampak dari

banjir pasang air laut. Apa yang telah dilakukan pemerintah kabupaten

dalammelakukanusahapengelolaan(management)terhadapresikobanjir

pasang air laut. Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, maka penelitian

ini menggunakan metode induktif kualitatif. Metode ini memungkinkan

peneliti mengeksplorasi setiap temuan di lapangan, yang dijelaskan secara

deskriptif kualitatif. Tokoh kunci dipilih menggunakan purposive sampling

yaitu menentukan objek/subjek sesuai tujuan. Berbagai pendekatan seperti

wawancara mendalam dan observasi, menjadi alat yang penting dalam

pengumpulan data primer. Pangumpulan data sekunder dilakukan melalui

studi pustaka dan studi dokumen.

Page 150: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

137Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat setempat menyadari

bahaya dari banjir pasang air laut. Kesadaran itu tidak mempengaruhi

masyarakat untuk membuat keputusan meninggal-kan daerah tersebut.

Masyarakat telah beradaptasi terhadap banjir pasang air laut dengan

melakukan langkah-langkah sederhana, seperti meninggikan lantai rumah.

Respon ini saja tidak cukup dilakukan untuk penanganan bencana banjir,

dilihat dari sudut pandang lingkungan. Persepsi masyarakat yang diperoleh

selama penelitian, mengungkapkan bahwa alih-alih mengganggap banjir

pasang air laut sebagai risiko bencana, masyarakat di daerah penelitian

cenderung mangabaikan bahaya dan menilai banjir pasang air laut sebagai

hal yang biasa.

Page 151: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

138

- Terbit Tahun 2014 -

Judul Buku Penelitian : Mamanda, Sebuah Teater Tradisional

Nama Pengarang : Sirajul Huda

Penerbit : Azana Pustaka, Banjarmasin

Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif

Ringkasan

Buku ini bersi 8 bab, yakni bab pendahuluan, sejarah mamanda,

seniman dan masyarakat pendukung, faktor pendukung dan penghambat,

ciri-ciri teater mamanda, struktur mamanda, fungsi mamanda dahulu

dan sekarang, dan pola penggarapan artistik mamanda. Dalam bab

ke-1 dibicarakan pengaruh budaya Jawa dalam kebudayaan Banjar serta

kehidupan masyarakat dan kehidupan budaya Banjar. Disebutkan bahwa

pola kehidupan masyarakat Banjar tidak terpisahkan dari kebudayaan

sungai. Sungai dengan berbagai keindahannya mempengaruhi pula kepada

kebudayaan Banjar.

Pada bab ke-2 dibicarakan sejarah mamanda. Mamanda berasal dari

sebuah kesenian dari tanah Malaka. Rombongan kesenian dari Malaka

ini dikenal dengan nama Abdoel Moeloek. Dari nama Abdoel Moeloek

inilah orang Banjar mengenal kesenian baabdoel moeloek. Kesenian

baabdoelmoeloek ini kemudian berganti nama dengan mamanda. Bab

ke-3 membicara-kan seniman dan masyarakat pendukung. Disebutkan

dalam buku ini sejumlah nama seniman mamanda, seperti Laut, Basirun,

Ramli, Tukacil, Katuyung, dan Sabiran. Pada dekade tahun 60-an muncul

nama seniman mamandasepertiAsmuni,Masauri,Dulmas,NasranDalau,

Abdul Sabra, Sulaiman, Dayat, Asli, Markani, dan Sapri Kadir. Para seniman

mamanda terus saja bermunculan hingga sekarang. Masyarakat pendukung

mamanda adalah etnis Banjar yang ada di Kalimantan Selatan, Kalimantan

Timur, dan Kalimantan Tengah. Bab ke-4 memibacarakan berbagai faktor

pendukung dan penghambat kesenian mamanda.

Page 152: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

139Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

Bab ke-5 membicarakan ciri-ciri teater mamanda. Ada tiga ciri

teater mamanda, yakni bahasa yang digunakan adalah Bahasa Banjar,

menyajikan simbol-simbol budaya Banjar, dan kelakar atau humor

yang selalu ada dalam teater mamanda. Ciri-ciri lainnya adalah: kisah

bertipe Kisah 1001 Malam; tokoh cerita meliputi aparat kerajaan, rakyat,

komplotan begal, dan jin; tempat bermain menggunakan tenda. Bab ke-4

membicarakan struktur cerita. Menurut buku ini, struktur cerita mamanda

meliputi:baladon, tukang kisah, cerita, pemeran dan penonton. Bab ke-7

membicara-kan fungsi mamanda dari dahulu hingga sekarang. Bab ke-8

membicarakan pola penggarapan artistik mamanda. Dijelaskan pada bab

ini bagaimana penggarapan srtistik baladon, sidang kerajaan, pemeran,

alat musik pengiring, buana, dan tata pentas.

Page 153: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

140

Judul Buku/ Penelitian : Cucupatian (Teka-Teki) Banjar: Struktur, Fungsi, dan Makna

Nama Pengarang : Rustam Effendi

Penerbit/ Tahun Terbit : Prodi Pend. Bahasa & Sastra Indonesia, FKIP Unlam, 2014

Metode Penelitian : Deskriptif

Ringkasan

Penelitian ini berisi enam bab, yakni bab pertama yang membicarakan

pentingnya penelitian teka-teki Banjar, bab kedua tentang metode yang

digunakan, bab ketiga sorotan literatur, yakni berbagai penelitian teka-

teki yang pernah dilakukan, bab keempat berisi bentuk-bentuk teka-teki

Banjar, bab kelima berisi fungsi teka-teki Banjar, bab keenam berisi makna

teka-teki Banjar, dan bab keenam berisi kesimpulan penelitian. Dalam bab

pertama dibicarakan bahwa penelitian tentang teka-teki Banjar perlu segera

dilakukan karena sebagian besar teka-teki Banjar sudah punah atau hampir

punah. Sebab-sebab kepunahan teka-teki di antaranya adalah hal tentang

yang diteka-tekikan sudah tidak ada lagi atau sudah tidak digunakan lagi

dalam kehidupan nyata, seperti cucupatian yang berbunyi, malam jadi raja

siang takapinggir, malam menjadi raja dan siang tersia-sia. Jawabannya

adalah lampu. Dalam kehidupan modern, lampu (minyak) sudah tidak

digunakan lagi dan sudah digantikan dengan listrik.

Dalam bab kedua dibicarakan tentang metode penelitian. Disebutkan

dalam bab ini bahwa metode penelitian yang digunakan adalah metode

deskriptif kualitatif yang mengandalkan wawancara lapangan, observasi, dan

dokumen. Dalam bab ketiga dibicarakan beberapa penelitian tentang teka-

teki yang pernah dilakukan sebelumnya. Dalam penelitian ini disebutkan

penelitian teka-teki yang dilakukan oleh Sulaiman bin Muhammad Nur

(1907), Dussek (1918), Preston (1948), Taylor (1951), Dundes (1965),

Stokhof(1982),Sukatman(2006),danBlauner(1967).Dalambabkeempat

disebutkan bahwa terdapat dua bentuk besar cucupatian Banjar, yakni

bentuk tatangguhan dan bentuk mahalabiu. Bentuk tatangguhan adalah

bentuk teka-teki tradisional yang sudah punah atau hampir punah. Bentuk

Page 154: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

141Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

tatangguhan yang punah atau menjelang kepunahan itu segera tergantikan

oleh mahalabiu. Pergantian itu tidak serta-merta tetapi melalui proses yang

cukup lama dan cukup panjang. Tatangguhan memiliki bentuk lagi yang

terdiri bentuk yang hanya berupa satu kata berimbuhan, bentuk satu frasa,

bentuk satu klausa, bentuk beberapa klausa,bentuk beberapa kalimat, dan

bentukpuisi(syair,pantun,karmina).

Dalam bab kelima disebutkan beberapa fungsi cucupatian(tatangguhan

dan mahalabiu),diantaranya,alatmemperkenalkandiri,bahanmembuat

cerita, menguji kecerdasan, memperjelas informasi, alat pendidikan,

permainan anak, pernyataan superioritas, menyindir, hiburan (jenaka),

pengesahan kebudayaan, pemaksa berlakunya norma sosial, pengendali

sosial, dan kritik sosial. Bab ketujuh adalah uraian tentang makna

cucupatian. Dalam bab ini disebutkan bahwa cucupatian dapat digunakan

untuk meliahat kehidupan masyarakat Banjar pada masa cucupatian itu

hidup. Cucupatian tradisional yang hidup pada masa ratusan tahun yang

lalu akan merefleksikan kehidupan masyarakat pada masa itu, begitu juga

cucupatian yang hidup pada masa sekarang (mahalabiu) merefleksikan

kehidupan masyarakat pada saan sekarang. Pada cucupatian tradisional,

hal yang diteka-tekikan adalah tentang hal, suasana, yang dekat dengan

kehidupan masa lalu, seperti lampu minyak, kelambu, nenas, dan lain-

lain. Pada cucupatianmodern(mahalabiu),halyangditeka-tekikanadalah

masalah kehidupan sekarang dan lebih menekankan rasa humor.

Page 155: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

142

Judul Buku/ Penelitian : Gambaran Kehidupan Masyarakat Banjar Dalam Teks Undang-Undang Sultan Adam

Nama Pengarang : Rustam Effendi

Penerbit/ Tahun Terbit : Prodi PBSI FKIP Unlam, Banjarmasin, 2014

Ringkasan

Buku ini membahas berbagai gambaran kehidupan masyara-kat

Banjar yang terrefleksi di dalam teks Undang-Undang Sultan Adam.

Gambaran kehidupan itu dipilahkan oleh penulis menjadi empat bagian,

yakni (1) gambaran kehidupan relegius, (2) gambaran kehidupan sosial/

kemasyarakatan, (3) gambaran kehidupan tata pemerintaha, dan (4)

gambaran suasana lingkungan alam. Gambaran kehidupan keagamaan

terlihat melalui banyak pasal dalam Undang-Undang Sultan Adam. Dalam

pasal-pasal itu terlihat bahwa masyarakat yang taat kepada hukum akan

melaksanakan kegiatan agama sesuai dengan perintah Undang-Undang.

Diantara perintah itu adalah membangun surau dan mengajak keluarga

masing-masing untuk sembahyang berjamaah di surau atau di mesjid.

Kehidupanberagama(Islam)padamasaitupastisangatsemarak.Semua

masyarakat yang taat kepada Undang-Undang tidak akan mau melanggar

undang-undang, terlebih-lebih undang-undang ini menyangkut juga dengan

perintahAgamaIslam.Undang-UndangSultanAdamtidakmenyalahihukum

Agama Islam tetapi menjadi penguat hukum Islam itu agar masyarakat

menjadilebihbersemangatmenjalankanperintahAgamaIslam.Gambaran

kehidupan kemasyarakatan adalah tentang persoalan atau perselisihan

di dalam rumah tangga maupun di dalam masyarakat. Hubungan rumah

tangga yang tidak harmonis mendapat perhatian dalam undang-undang ini.

Perselisihan yang terjadi di dalam masyarakat juga diatur cara

penyelesaiannya oleh undang-undang, seperti perselisihan akibat sewa-

menyewa tanah dan lain-lain. Gambaran tata pemerintahan terlukis

pada beberapa pasal dalam Undang-Undang Sultan Adam. Raja dianggap

penguasa mutlak dan pengambil keputusan akhir apabila perangkat hukum

dibawahnya tidak bisa menyelesaikannya. Dalam beberapa ayat, apabila

Page 156: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

143Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

ada satu perkara yang rumit maka raja mengatakan “padahakan kayah

diaku ” (beritahu kepadaku). Gambaran yang keempat adalah gambaran

tentang suasana kehidupan lingkungan alam. Dalam Undang-Undang itu

disebutkan tentang sawah, ladang, sungai, hutan, yang memberi kehidupan

kepada masyarakat. Sawah yang masih subur dan masih luas merupakan

pemandangan yang sekarang sudah hampir jarang ditemukan.

Page 157: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

144

Judul Buku/ Penelitian : Pemberian Nama Alias Pada Masyarakat Amawang Kiri Kandangan: Tinjauan Linguistik Etnografi

Nama Pengarang : Arni Mahyudi

Penerbit/ Tahun Terbit : Program Pascasarjana Unlam, 2014

Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskripstif dan Teori Etnolinguistik

Ringkasan

Nama merupakan salah satu identitas yang paling penting untuk

menunjukkanpribadiseseorang.Namaberhubunganeratdenganbudaya

dalam masyarakat. Budaya sangat mempengaruhi kehidupan masyarakatnya

termasukdalampembuatannama.Namaaliasmerupakansalahsatuwujud

daribudayayangadadimasyarakatmasyarakat.Namaaliasadalahnama

panggilan yang diberikan oleh masyarakat kepada seseorang yang bukan

merupakan bagian nama asli dari orang tersebut.

Penelitian ini dilaksanakan untuk meneliti pemberian nama alias yang

ada di masyarakat Desa Amawang Kiri Kandangan. Tujuan penelitian ini

adalah(1)mengetahuiwujuddarinama-namaalias;(2)mengetahuiproses

pemberiannamaalias;(3)mengetahuimaknayangterkandungdalamnama

aliastersebut;(4)mengetahuisistempenamaandalamnamaalias.

Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kualitatif untuk

menjawab pertanyaan di atas. Data penelitian ini adalah nama-nama alias yang

ada di masyarakat Amawang Kiri Kandangan. Dalam melakukan penelitian,

peneliti menggunakan teknik observasi dan wawancara. Pengkajian pada

penelitianinimenggunakanpendekatanlinguistiketnografi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada sistem penamaan dalam

nama alias yang ada di Desa Amawang Kiri Kandangan yang dibagi dalam

7 bagian berdasarkan proses penamaan dan makna nama alias tersebut.

Ketujuh bagian tersebut yaitu: (1) berdasarkan kebiasaan seseorang, (2)

berdasarkansifatkhasyangdimilikiseseorang,(3)berdasarkankemiripan

yangdimilikiseseorangdenganoranglain,(4)berdasarkanpekerjaanatau

keahlianyangdimilikiolehseseorang,(5)berdasarkansuatukejadianyang

Page 158: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

145Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

pernah dialami oleh seseorang, (6) berdasarkan fisik seseorang, dan (7)

berdasarkan pengaruh nama panggilan seseorang.

Sistemdalampemberiannamaaliasdibagikepadatigayaitu,(1)nama

alias yang dibentuk berdasarkan nama sapaan yang kemudian ditambahkan

katabaruyangmendekatinya;(2)namaaliasyangdibentukberdasarkan

pengambilan penggalan-penggalan kata dari nama asli si pemilik nama

alias;(3)namaaliasyangdibentukberdasarkanpadapenilaianmasyarakat

setelah proses interaksi si pemilik nama alias. Nama alias seperti ini

terbentuk dengan tidak berpola tapi berdasarkan kepada pandangan si

pemberinamaalias (baik ituseseorang,kelompok,ataupunmasyarakat)

kepada si penerima nama alias.

Page 159: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

146

Judul Buku/ Penelitian : Naskah Ini Fasal Pada Menyatakan Jalan Yang Benar Karya Nuruddin Ar-Raniri Dalam Naskah Negara: Edisi Suntingan Teks dan Isi Naskah

Peneliti : Dede Hidayatullah

Penerbit/ Tahun Terbit : Balai Bahasa Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan, 2014

Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskriptif

Ringkasan

Salah satu naskah yang saat ada di tangan masyarakat Kalimantan

Selatan adalah naskah yang dikenal dengan Naskah Negara karena

ditemukandiNegara,KalimantanSelatan,danadapulayangmenamainya

dengan Sari Kitab Barencong karena mengandung ajaran yang mirip dengan

legenda Kitab Barencong.Naskahyangakandijadikanobjekpenelitianini

adalah Ini Fasal pada menyatakan jalan yang benar, karangan Nûr al-Dîn

ibn ’Alî ibn Hasanjî ibn Muḥammad Hamîd al-Rânîrî al-Syâfi’î, (Nuruddin

Ar-Raniri).Naskahinimerupakanpasalkeduadari16pasaldalamnaskah

NegarasesudahpasalRisalahSyarâb al-’âsyiqîn karangan Hamzah Fansuri.

Penelitian ini hanya menjelaskan kodikologi naskah negara, suntingan

teks dan isi dari naskah Ini Fasal Pada Menyatakan Jalan Yang Benar dan

menguraikan konsep ketuhanan yang benarmenurut Nuruddin al-Raniry.

Naskah ini akan disunting denganmenggunakan teknik naskah standar.

Naskah Ini Fasal Pada Menyatakan Jalan Yang Benar mempunyai struktur

naskah sebagai berikut: (1) Pendahuluan yang berisi: (a) basmalah, (b)

hamdalah,(c)salawatkepadanabidankeluarga-nya,(2)IsiTeksyangberisi:

(a) Nama pengarang, (b)Latar belakang penulisan Naskah Ini Fasal Pada

Menyatakan Jalan Yang Benar, (c) Paparan tentang wujud Allah dan wujud

alaminipadaempatgolongan(d)PendapatNuruddintentangsatahat.(3)

Penutupyangberisi:(a)Doa,(b)Tammatnyapenulisankitabini,(c)Salawat

kepada Nabi, keluarga, dan sahabatnya.Isi naskah ini memuat tentang

pendapat Nuruddin terhadap empat golongan yang yang berpendapat

tentang wujud Allahdanwujudalam,yaitu,ulamamutakallimin,ahlisufi,

hukama falasifah (ahli filsafat), dan wujudiyyah yang mulhid. Selain itu

Nuruddinjugamenjelaskantentangwujudiyyah yang muwahid (wujudiyyah

yangdibenarkanolehNuruddin).

Page 160: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

147

Judul Buku/ Penelitian : Kecerdasan Emosional Orang Banjar Dalam Pantun Banjar

Peneliti : Yuliati Puspita Sari

Penerbit/ Tahun Terbit : Sawerigading, Jurnal Bahasa Dan Sastra Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan, 2014.

Metode Penelitian : Metode Deskriptif dan Teori Kecerdasan Emosional Goleman

Ringkasan

Kecerdasan emosional dinilai tidak kalah penting dibanding kecerdasan

intelektual. Kecerdasan emosional atau yang biasa dikenal dengan EQ

(Emotional Quotient) jika dimiliki seseorang dengan baik akanmembuat

seseorang tersebut dapat menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol

emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya. Penelitian ini membahas tentang

berbagai bentuk kecerdasan emosional orang Banjar yang tergambar dalam

pantun Banjar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada berbagai bentuk kecerdasan

emosional dibangun melalui pantun Banjar, antara lain: (1) mengenali

emosi sendiri yang direfleksikan melalui kesadaran beragama dan sikap

introspeksidiri;(2)mengelolaemosiyangdirefleksikanmelaluikemampuan

dalam mengelola konflik dan mengendalikan emosi; dan (3) membina

hubungan yang direfleksi-kan melalui bersikap tolong-menolong, sopan-

santun, cinta kasih, dan kolaborasi/kerja sama. Jika dalam keberadaannya,

pantun digunakan orang-orang zaman dahulu untuk menyisipkan pembela-

jaran tentang kehidupan, tinggal kita sebagai pewaris pantun tersebut,

mampukah kita merefleksikan petuah yang disampaikan tersebut dalam

kehidupan sehari-hari.

Page 161: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

148

Judul Buku/ Penelitian : Leksikon Emosi Dalam Bahasa Banjar

Peneliti : Yuliati Puspita Sari

Penerbit/ Tahun Terbit : Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, 2014

Metode Penelitian : Metode Kualitatif dan Teori Emosi Dari Goleman

Ringkasan

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan berbagai variasi

leksikon emosi yang terdapat dalam Bahasa Banjar, baik dilihat dari bentuk,

maupun dilihat dari spesifikasimaknanya. Hasil penelitianmenunjukkan

bahwa ada berbagai variasi leksikon yang terdapat dalam Bahasa Banjar.

Berdasarkan maknanya, leksikon tersebut dapat dikelompokkan ke dalam

delapan kelompok besar, yaitu (1) leksikon yang menyatakan emosi

kemarahan; (2) leksikon emosi yang menyatakan emosi kesedihan; (3)

leksikonyangmenyatakanemosiketakutan;(4)leksikonyangmenyatakan

emosi kebahagiaan; (5) leksikon yang menyatakan emosi cinta/kasih

sayang;(6)leksikonyangmenyatakanemosiketerkejutan;(7)lesikonyang

menyatakanemosikejengkelan;(8)leksikonyangmenyatakanemosimalu.

Penelitian ini merupakan bagian dari usaha menginventarisasi dan

mendokumentasikan berbagai bentuk kosakata yang berkem-bang dalam

masyarakat Banjar. Mengingat masih banyak leksikon lainnya dalam Bahasa

Banjar yang belum dikaji, maka kajian semacam ini masih perlu untuk terus

dilakukan. Walau bagaimana pun, bahasa daerah merupakan kekayaan

budaya bangsa. Oleh sebab itu, kita perlu untuk terusmenjaganya agar

tidak tergerus oleh pesatnya perkembangan zaman.

Page 162: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

149

Judul Buku/ Penelitian : Strategi Pemertahanan Bahasa Banjar di Kalimantan Selatan

Peneliti : Musdalipah

Penerbit/ Tahun Terbit : Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan, 2014

Metode Penelitian : Metode Kualitatif dan Pemertahanan Bahasa

Ringkasan

Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya mengenai Bahasa Banjar,

terdapat penurunan dalam penggunaan Bahasa ini oleh penuturnya sendiri.

Meskipun penurunannya tidak kentara, namun hal tersebut cukup membuat

para pemerhati bahasa ini mulai merasa khawatir, sehingga perlu dilakukan

beberapa hal sebagai antisipasi menghilangnya bahasa ini. Untuk itulah

penelitian ini dilakukan sebagai upaya mengetahui strategi yang dilakukan

oleh penuturnya untuk mempertahankan Bahasa Banjar, khususnya di

wilayah Kalimantan Selatan.

Penelitian ini menghasilkan bahwa strategi pemertahanan Bahasa Banjar

diKalimantanSelatandilakukandenganbeberapacara.Yaknimelalui (1)

PeraturandaerahProvinsiKalimantanSelatanNomor7Tahun2009tentang

Pemeliharaan Bahasa dan Sastra Daerah. Peraturan ini diimplementasikan

melalui jalur formal dan informal pada jalur formal, di antaranya dengan

cara menjadikan pelajaran Bahasa Banjar sebagai muatan lokal dan

menggalakkan penggunakan Bahasa Banjar di lingkungan sekolah. Selain

itu, Taman Budaya dan Museum Kalimantan Selatan pun memiliki program

secara berkala mengadakan pagelaran berbagai seni pertunjukkan rakyat

yang menggunakan Bahasa Banjar serta memfasilitasi penerbitan buku-

buku yang berisi tradisi lisan Banjar. Demikian pula Balai Bahasa Provinsi

Kalimantan Selatan yang selalu berusaha menggali Bahasa dan sastra

daerah, termasuk Bahasa Banjar, melalui penelitian dan penyusunan kamus

bahasa daerah di wilayahnya.

Selanjutnya (2) Peran budayawan yang masih konsisten dan setia

terhadap Bahasa Banjar sebagai media penyampaian karya seni, termasuk

sastranya, baik melalui lagu, pantun, syair, cerpen, dongeng, maupun seni

Page 163: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

150

pertunjukan seperti mamanda, madihin, maupun lamut.(3)Mediamassa

pun dijadikan sebagai wadah yang cukup efektif dimanfaatkan untuk alat

pemertahanan Bahasa Banjar. Baik media elektronik seperti televisi dan radio

lokal,maupunmediacetaksepertisuratkabardantabloid.(4)Meskipun

keluarga merupakan lingkup terkecil namun mampu menjadi alat yang

paling efektif untuk mempertahankan Bahasa Banjar. Hal ini berimbas pada

Bahasa yang digunakan anak-anak usia di bawah 12 tahun, baik perempuan

maupun laki-laki ketika bermain, mereka masih setia menggunakan Bahasa

Banjar sebagai alat komunikasinya.

Page 164: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

151

Judul Buku/ Penelitian : Kesantunan Direktif Bahasa Banjar Dalam Interaksi Antara Guru dan Murid di SD Negeri Handil Bakti Kecamatan Alalak

Peneliti : Nazmawati

Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2014

Metode Penelitian : Deskriptif, Pendekatan Kualitatif

Ringkasan

Kesantunan dalam komunikasi sangat penting artinya guna menjaga

keharmonisan dan menghindari terjadinya konflik, terlebih dalam tindak

direktif Bahasa Banjar yang merupakan bahasa pergaulan dalam masyarakat

Banjar khususnya dan pengantar di lembaga pendidikan terutama di

sekolah dasar. Penelitian ini memiliki tujuan mengungkapkan wujud tindak

tutur direktif, strategi dan fungsi kesantunan direktif Bahasa Banjar. Adapun

pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Data tuturan

kesan-tunan direktif dalam interaksi antara guru dan murid diperoleh dari

observasi, catatan lapangan, perekaman dan wawancara. Pada analisis data

dilakukanmelaluitigalangkah.Ketigalangkahituadalah(1)reduksidata,

(2)penyajiandata,dan(3)penyimpulan/verifikasi.Dariketigalangkahitu

diperoleh kesimpulan akhir dengan triangulasi dan pengecekan.

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan wujud kesantunan Bahasa

Banjar dalam interaksi antara guru dan murid yang meliputi tiga kaidah

kesantuan yakni formalitas (formality), ketidaktegasan (hesitancy) dan

persamaanataukesekawanan(equality or camarederie).Kaidahformalitas

berarti jangan memaksa atau angkuh, kaidah persamaan berarti bertindak

seolah-olah Anda dan lawan tutur menjadi sama. Dalam Bahasa Banjar

ada sepuluh strategi kesantunan direktif yang digunakan oleh penutur

yakni kesantunan imperatif, pernyataan permintaan, permintaan berpagar,

pernyataan keharusan, pernyataan keinginan, pernyataan saran, pernyataan

pertanyaan, pernyataan isyarat kuat, pernyataan isyarat halus, dan

pernyataan sindiran. Adapun fungsi dari kesantunan direktif Bahasa Banjar

adalah untuk menyelamatkan muka, untuk menghindari konflik, untuk

Page 165: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

152

mencapai efektivitas dan tindak tutur untuk memberikan penghormatan.

Dari hasil temuan penelitian ini disarankan dalam tindak tutur direktif

hendaknya penutur melakukan dengan santun sejalan dengan kaidah

kesantunan untuk meng-hindari ketidakharmonisan dengan mitra tutur.

Page 166: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

153

Judul Buku/ Penelitian : Papadah Bahari: Analisis Bentuk, Fungsi dan Makna

Peneliti : Nurul Amini

Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2014

Metode Penelitian : Deskriptif, Pendekatan Analisis Struktural

Ringkasan

Salah satu sastra lisan Banjar jenis lama bercorak puisi adalah papadah.

Papadah atau yang lebih dikenal dengan papadah urang tuha bahari

merupakan sebuah warisan budaya yang ditinggalkan oleh urang tuha

bahari sebagai ciri kekuatan budaya Banjar itu sendiri. Memang penggunaan

papadah pada masa sekarang ini, khususnya dalam masyarakat Banjar

sendiri cenderung secara perlahan tidak menggunakannya lagi. Masyarakat

Banjar khususnya generasi muda. Kurangnya perhatian generasi muda

terhadap warisan leluhur itu disebabkan berbagai faktor. Kemajuan zaman

yang serba canggih, membuat mereka lebih tertarik pada karya sastra

modern. Padahal papadah bahari bahasanya serta nilai-nilai kehidupan

yang syarat di dalamnya, lebih dari cukup untuk menobatkannya sebagai

tradisi bermutu tinggi.

Berdasarkan hal tersebut di atas, penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan secara lengkap dan secara melakukan analisis tentang

papadah bahari, sehingga dapat diketahui bentuk-bentuk papadah bahari

yang ada dan masih digunakan dalam kehidupan masyarakat Banjar, fungsi

papadah bahari bagi masyarakat Banjar, dan makna yang terkandung dalam

papadah bahari yang digunakan masyarakat Banjar. Penelitian yang bersifat

kualitatif ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan analisis

struktural.

Hasildaripenelitianiniadalah:pertama,bentukpapadah bahari yang

berhasil diinventarisasi ini ada 2 bentuk, yaitu bentuk puisi pendek dan

bentuk peribahasa (kalimat pendek). Bentuk puisi pendek memiliki tiga

variasi,bentukpantun(PBBP)ada3teks,bentuksyair(PBBS)hanyaada1

teks,danbentukgurindam(PBBG)ada5teks.Bentukperibahasa(kalimat

Page 167: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

154

pendek)memilikiduavariasi,yaitubentukungkapan(PBBU)ada19teks,

danbentuktamsil(PBBT)ada10teks.Kedua,papadah bahari mempunyai

5fungsi,yaitusebagaisistemproyeksi(2teks),sebagaialatpengesahan

pranata-pranatadanlembagakebudayaan(3teks),sebagaialatpendidikan

anak (16 teks), sebagai alat komunikasi (12 teks), dan sebagai alat

pengawas norma-normamasyarakat agar selalu dipatuhi (5 teks). Ketiga

makna papadah bahari yang berhasil diinventarisasi dari penelitian ini ada

9 makna, yaitu M1 bermakna semua yang ada di alam ini anugerah dari

AllahSWT. (6 teks),M2bermaknasetiapbendamemiliki sisi burukyang

melekatpadaciri-cirialamiahnya (4 teks),M3bermaknaberisikodeetik

dalam pergaulan (5 teks),M4 bermakna ajaran untuk bersikap sosial (2

teks),M5bermaknamenghargaioranglain(5teks),M6bermaknaajaran

untukbekerjasama(1teks),M7bermaknakritikterhadapsikapyangkurang

tepat (8 teks),M8bermakna tidak serakah (1 teks),M9bermakna sikap

peka/waspada(6teks).

Page 168: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

155

Judul Buku/ Penelitian : Memaknai Perilaku Filantropi Masyarakat Muslim (Studi Fenomologis Pengalaman Sedekah Muzakki Rumah Zakat Banjarmasin

Peneliti : M. Irfan Islamy

Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2014

Metode Penelitian : Deskriptif, Pendekatan Fenomologi Kualitatif

Ringkasan

Manusia merupakan makhluk ekonomi yang selalu berusaha

memaksimalkan kepuasannya dengan selalu bertindak rasional sekaligus

menjelaskan identitas kelas sosialnya. Manusia akan berusaha memaksimalkan

kepuasannyaselamakemampuanfinanci-alnyamemungkinkan.Meskipun

sebagian besar ada masya-rakat yang melakukan perilaku konsumsi sesuai

dengan kepentingan dan kepuasan diri sendiri serta menjelaskan identitas

sosialnya, namun ada sebagian masyarakat yang termasuk kategori kelas

menengah membelanjakan hartanya secara konsisten untuk kepentingan

orang lain atau untuk kepentingan kemanusiaan yang dikenal dengan

sebutanfilantropiataukedermawanandalambentuksedekah.

Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk memaknai perilaku seseorang

dalam bersedekah, 2) untuk mengetahui motivasi sese-orang dalam

bersedekah,3)untukmengetahuibalasanyangdirasakanseseorangdalam

bersedekah. Untuk menjawab pertanyaan di atas, penelitian ini dirancang

menggunakan pendekat-an penelitian fenomologi kualitatif. Ada 4 informan

donatur Rumah Zakat Banjarmasin yang konsisten bersedekah dijadikan

sumber data dalam penelitian ini. Kontribusi temuan dari perilaku sedekah

informanadalah(1)ketidakmampuanmateribukanpenghalang informan

untuk bersedekah; (2) tumbuhnya kesadaran untuk bersedekah lebih

didominasi faktor altruistik, pembiasaan, dan pengalaman (3) program

yang jelas dari pemerintah, filantropimerupakan faktor utama informan

menyalurkan dananya.

Kontribusitemuandarimotivasisedekahinformanadalah(1)Motivasi

utama adalah ketundukan terhadap keyakinan agama, (2) motivasi

Page 169: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

156

bersedekahdidominasikekuatanemosional,(3)Adakekuatanempirikyang

lebih dominan yang memotivasi informan untuk bersedekah. Kontribusi

temuan balasan yang dirasakan dari bersedekah adalah: (1) Bentuk

kesehatan yang dirasakan; temuan ini dapat digunakan sebagai alternatif

untuk konsep “asuransi kesehatan”. (2) Bentuk keamanan harta yang

dirasakan; temuan ini dapat digunakan sebagai alternatif konsep “asuransi

musibah”. (3) Bentukbalasan 10 kali lipat bahkan lebih yangdirasakan.

Temuan ini dapat digunakan sebagai alternatif konsep “manajer investasi”.

Page 170: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

157

- Terbit Tahun 2015 -

Judul Buku Penelitian : Struktur Karakter Tokoh dan Bahasa Dalam Kesenian Tradisional Mamanda

Nama Pengarang : Sirajul Huda

Penerbit : Pustaka Banua, Banjarmasin

Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif

Ringkasan

Buku ini membicarakan berbagai seluk beluk kesenian tradisional

Banjar, mamanda. Buku ini dimulai dengan persentuhan penulis dengan

kesenian mamanda dan beberapa alasan mengapa penulis merasa perlu

menulis buka tentang mamanda. Selanjutnya, buku ini membicarakan

struktur pergelaran mamanda. Dalam bagian struktur ini dibicarakan tentang

ladon atau kunun, harapan, perdana menteri, sultan, kepala pertanada, dan

khadam serta inang. Struktur mamanda dimulai dengan tampilnya beberapa

orang pemain yang sifat kelakuannya sangat ganjil. Para pemain ini disebut

balado atau bakunun. Struktur kedua adalah munculnya harapan, yakni

harapanIdanharapanII.Duaorangharapan ini memperkenalkan diri serta

bercerita tentang kedigjayaan masing-masing.

Struktur ketiga adalah tampilnya perdana menteri. Pada episode ini

terjadi dialog antara perdana menteri dan harapanIsertaharapanII.Struktur

keempat adalah tampilnya seorang sultan. Sultan adalah seorang yang

berwibawa dan menjadi pucuk pimpinan di dalam kerajaan. Struktur kelima

adalah munculnya kepala pertanda atau panglima perang. Kepala pertanda

atau panglima perang adalah pemimpin pasukan di dalam kerajaan. Pada

episode ini pun terjadi dialog antara panglima perang dan harapanIserta

harapanII.Strukturkeenamadalahmunculnyakhadam dan inang. Khadam

dan inang ini adalah pesuruh raja. Khadam dan inang digambarkan sebagai

rakyat jelata yang lugu sehingga karena keluguannya segala perbuatannya

sangat lucu, menjadi tertawaan penonton.

Page 171: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

158

Buku ini membicarakan pula tentang karakter tokoh. Karakter tokoh

meliputi karakter sultan, karakter wajir, karakter perdana menteri,

karakter mangkubumi, karakter panglima perang, karakter permaisuri,

karakter putri raja, karakter anak muda, karakter harapanIdanharapan

II,karakterkhadam dan inang, karakter perampok atau jin, serta karakter

orang-orang kampung. Disebutkan pula ada tiga hal utama yang menjadi

warna khas bahasa dalam mamanda, yakni humor bahasa, humor tingkah

laku,humorpergunjingan,danhumorpornografi.Bukuinidilampiripula

dengan satu naskah mamanda yang berjudul Salah Barataan atau Salah

Semua, karya Sirajul Huda.

Page 172: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

159

Judul Buku Penelitian : Permainan Tradisional Rakyat Kalimantan Selatan

Nama Pengarang : Sirajul Huda

Penerbit : Pustaka Banua, Banjarmasin

Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif

Ringkasan

Dalam bagian pendahuluan buku ini disebutkan bahwa permainan

tradisional Banjar sudah banyak yang tidak diketahui lagi oleh generasi muda

sekarang. Berhubung hal ini, pengarang bermaksud memperkenalkan lagi

berbagai permainan itu kepada masyarakat Kalimantan Selatan dan kepada

masyarakatIndonesia.Diharapkanjugaolehpenulis,bukuinidapatmenjadi

acuan bagi guru-guru olahraga untuk mengisi muatan lokal. Ada 21 permainan

tradisionalyangdimuatdalambukuini,yakni:balogo, balewang, bagempar,

balebok (bapatungan), bagasing, basamsaman, batung-kau, baasinan, catuk

kapala haruan, batukupan (babutaan), bakalayangan, bakujur, basumpitan,

batewah, basimban, batimbak-an, terompah panjang, badaku, bakalayangan

banyu, bagulungan (bagalendengan), dan batapakan.

Balogo adalah permainan yang tidak bermusim. Logo terbuat dari

tempurung kelapa yang dibentuk antara bulat dan lonjong. Dengan bentuk

semacam itu, logo bisa dihungkit jauh serta dengan mudah membidik logo

yang tegak jauh di depannya. Pengungkit logo terbuat dari belahan batang

bambu. Balewang selalu dimainkan anak laki-laki. Peralatan yang digunakan

untuk permainan balewang adalah batu yang pipih atau potongan papan.

Batu atau papan ini digunakan sebagai undas. Bagempar adalah permainan

yang bisa dilakukan di halaman rumah. Alat yang dipakai adalah batu yang

pipih atau benda lain yang berbentuk pipih untuk undas. Balebok adalah

permainan untuk anak-anak seusia sekolah pendidikan dasar. Peralatan

permainan ini hanya kertas koran yang dibuat seperti bola. Bagasing khas

Banjar memiliki dua bentuk, yakni gasing bini yang bentuknya agak pipih

seperti buah apel dan gasing laki yang bentuknya agak tinggi seperti buah

kedondong. Basamsaman adalah permainan permainan dengan meloncati

garis-garis yang berbentuk kotak dan di ujung garis kotak itu ada garis

Page 173: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

160

yang menyerupai gunung. Batungkau atau engrang adalah permainan yang

menggu-nakan dua bilah kayu dan di pokok kayu itu diikat satu bilah kayu

lagi untuk tempat berpijak.

Baasinan adalah permainan yang dilakukan di atas lapangan yang telah

diberi garis berbentuk kotak sebanyak enam kotak. Permainan dengan cara

mengejar lawan yang ada dalam kotak. Pemain yang ke luar dari kotak

dinyatakan kalah. Catuk Kapala Haruan atau Patok Lele adalah permainan

yang biasa dimainkan oleh anak-anak usia pendidikan dasar. Peralatannya

berupa sebilah kayu atau sebilah rotan. Alat ini dibuat dua macam, yang

pertama berukuran pendek untuk dilemparkan dan yang kedua agak

panjang sebagai alat untuk melempar. Batukupan adalah permaianan yang

salah satunya bertutup mata dengan kain. Dalam permainan ini tidak boleh

ada yang ke luar garis lingkaran. Pemain yang ke luar garis lingkaran berarti

kalah dan menjadi pemain yang bertutup mata.

Bakalayangan adalah permainan yang dilakukan ketika musim panen

atau kemarau tiba. Pada musim itu, angin bertiup cukup kencang untuk

menaikkan layang-layang. Bakujur adalah permaianan keterampilan anak.

Setiap pemain mempunyai tiga batu kecil. Pemain yang menang adalah

pemain yang mampu meletakkan batu-batu itu dalam satu garis lurus.

Basumpitan adalah permainan dengan menggunakan batang bambu kecil.

Butir biji kacang hijau digunakan untuk peluru sumpitan. Permainan lainnya

adalah batewah, basimban, batimbakan, terompah panjang, badaku,

bakalayang banyu, bagulungan, dan batapakan merupakan permainan

masyarakat tradisional Banjar masa lalu yang pada saat sekarang sudah

tidak dimainkan lagi oleh anak-anak.

Page 174: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

161

Judul Buku Penelitian : Gerak Dasar Tari Tradisi Kuda Gipang Kalimantan Selatan

Nama Pengarang : Sirajul Huda

Penerbit : Pustaka Banua, Banjarmasin

Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif

Ringkasan

Dalam buku ini penulis memberikan gambaran tentang sejarah tari

Kuda Gipang Banjar, para tokoh pemeran Kuda Gipang, gerak-gerak dasar

Tari Kuda Gipang Banjar, busana, tata rias, dan peralatan tari Kuda Gipang.

Buku ini terdiri dari 10 bab, yakni bab pendahuluan, latar belakang sosial

budaya, kesejarahan, masyarakat pendukung, bentuk dan jenis, fungsi,

musik pengiring, busana dan properti, tata rias, gerak tari kuda gipang,

dan penutup. Dalam bab ke-1 dikemukakan bahwa buku ini penting ditulis

untuk menjaga keutuhan dan menghindari penyimpangan yang prinsip dari

dasar-dasar tari Kuda Gipang yang baku.

Dalam bab ke-2 disebutkan bahwa dalam perjalanan Sejarah Banjar

pernah tejadi hubungan antara Kerajaan Daha dan Majapahit. Hubungan itu

memungkinkan terjadinya saling pengaruh antara budaya yang satu dengan

budaya yang lain. Dalam bab ke-3 disebutkan bahwa jenis Kuda Gipang yang

yang cukup tua bernama Kuda Gipang Siba. Tarian ini pada mulanya berasal

dari Keraton Banjar. Tarian ini sering dipergelarkan pada upacara kerajaan

untuk menggambarkan kegagahan pasukan berkuda kerajaan.

Dalam bab ke-4 disebutkan bahwa tari Kuda Gipang hanya didukung

oleh masyarakat Banjar. Masyarakat Banjar lainnya seperti Maanyan,

Lawangan, dan Dusun Deyah, tidak memiliki kesenian ini. Dalam bab ke-5

disebutkan dua macam tari Kuda Gipang, yakni Kuda Gipang Siba dan

Kuda Gipang Carita. Tari Kuda Gipang dibagi atas tiga macam, yakni tari

kibaran, tari raja, dan igal anak. Bab ke-6 menjelaskan tentang fungsi Kuda

Gipang. Sebelum kemerdekaan tari Kuda Gipang berfungsi sebagai tari yang

mengikuti upacara adat perkawinan. Pada masa sekarang, Kuda Gipang bisa

disuguhkan sebagai hiburan biasa untuk mengisi hari-hari besar, seperti hari

Page 175: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

162

kemerdekaan. Bab ke-7 membicarakan musik pengiring tari Kuda Gipang.

Disebutkan bahwa pada awalnya musik pengiring Kuda Gipang adalah

Kurung-Kurung dan Sarunai. Kemudian, setelah muncul Kuda Gipang Carita

maka musik pengiring ditambah dengan sarun, dau, kangsi, dan babun.

Pada bab ke-8 dijelaskan tentang busana dan properti para pemain.

Pemain yang berperan sebagai raja memerlukan busana sepatu basatiwal,

kemeja putih lengan panjang, kopiah hitam, serta selendang dan rompi.

Pemain lainnya memegang kuda yang terbuat dari anyaman rotan. Bab ke-

10 menjelaskan tentang gerak tari Kuda Gipang. Gerak tari Kuda Gipang

diklasifikasikan menjadi 14 macam, yakni: jumanang, tandik, langkah

ampat maju-mundur, tandang capat maju, lontong setengah, lontong,

conglang, langkah ampat ka samping, langkah ampat balik, jajak ampat

muka balakang, tapung tali, perbangsa, kijik di tempat kiri kanan, dan

rangkak maju.

Page 176: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

163

Judul Buku/ Penelitian : Syair Siti Zubaidah

Nama Pengarang : Sampurna Irawan

Penerbit : CRDS Kalimantan, Banjarmasin

Metode Penelitian : Kritik Teks

Ringkasan

SyairiniditulisdenganhurufJawi(Arab-Melayu)danditransliterasioleh

SampurnaIrawan.SyairSitiZubaidahberisi3773baitsyair.Bukuinidiberi

pengantar oleh Setia Budhi, Ph.D. dan Ulasan Makna oleh Prof. H. Rustam

Effendi, M.Pd., Ph.D. Syair mengisahkan seorang tokoh utama yang bernama

SitiZubaidah.PadasuatuketikanegeriKembayatNegaradiserangolehtentara

Cina.TentaraCinamenyerangnegeriinisebagaibalasanterhadappenghinaan

yangdilakukanolehpengusahaKembayatNegaraterhadapsaudagarCina.

SeranganiniberhasilmenaklukkanKembayatNegaradanmenawanSultan

KembayatNegara.SultanKembayatNegaradibawakenegeriCinasebagai

tawanan. Menyadari keadaan ini, Siti Zubaidah menyiapkan dirinya untuk

menyelamatkan suaminya. Siti Zubaidah menyamar sebagai tentara dan

menyertaiperangmelawanCina.Diaberhadapandenganbanyak cobaan

dalam usaha membebaskan suaminya. Keberanian dan cintanya terhadap

suaminya memberikan kekuatan yang luar biasa sehingga dia mampu

memenangi peperangan. Setelah perang usai, Siti Zubaidah menampakkan

wujudnya yang asli kepada suaminya Sultan Zainal Abidin.

Dalam ulasannya, Rustam Effendi mengatakan bahwa beberapa pakar

mengkategorikan syair ini sebagai syair asmara atau syair romantis.

Namun,RustamEffendimempunyaipendapatlain,sepertiyangditulisnya

sebagai berikut ini. Setelah saya membaca syair ini dan merenungkan serta

menghubungkannya dengan teori yang pernah saya baca, saya mengambil

sikap yang berbeda dengan para pakar sastra yang saya sebutkan di atas.

Menurut saya, Syair Siti Zubaidah lebih condong sebagai Syair Agama karena

syairinimengajarkanbanyakhaltentangajaranIslam,sepertisembahyang,

membaca Alquran, prinsip hidup pantang berpindah agama walaupun

menghadapi maut disiksa musuh. Memang terdapat kisah asmara antara

Page 177: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

164

SitiZubaidahdanZainulAbidin,putraRajaKumbayatNegara.Kisahromantis

itu menurut saya hanya sebagai pengantar untuk satu peristiwa besar, yakni

pertengkaran antara seorang saudagar KumbayatNegara dengan seorang

SaudagarCina.

Selanjutnya, kisah peperangan demi peperangan antara Kumbayat

Nagara yang Islam dan Negeri Cina yang menyembah berhala. Kisah

peperanganmembela agama Islam juga terjadi antara lasykar Kumbayat

NegaradanlasykarRajaManggalayangmaumenguasainegeriYaman.Zainul

AbidindanempatorangsahabatnyamembantunegeriYamanmenghadapi

Raja Manggala. Raja Manggala yang non muslim menginginkan putri Raja

Yaman.RajaYamantidakmaumenyerahkanputrinyakepadarajaManggala

karenadiabukanpenganutIslam.Berbagaipenderitaanakibatkalahperang

dialamiolehRajaYaman.Penderitaan ituberakhirberkatbantuanZainul

Abidin dan empat sahabatnya. Sebagai tanda terima kasih, Raja Yaman

mengawinkan putrinya dengan Zainul Abidin.

Page 178: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

165

Judul Buku/ Penelitian : Interpretasi Semiotik Riffaterre Dalam Mantra Banjar

Nama Pengarang : Ahmad Syakir

Penerbit/ Tahun Terbit : Program Pascasarjana Unlam, 2015

Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskripstif dan Teori Semiotik

Ringkasan

Mantra Banjar sebagai puisi rakyat anonim bertipe magis yang

dilisankan atau dituliskan dalam Bahasa Banjar seutuhnya atau bercampur

dengan Bahasa lainnya yang dibuat atau digubah untuk tujuan fungsional

tertentu yang bersifat magis di kalangan etnis Banjar di Kalimantan

Selatan. Mantra Banjar merupakan salah satu identitas yang mengandung

banyak tanda. Makna yang terkandung di balik tanda-tanda itu dapat

mempresentasikan konstruksi realistis nilai-nilai budaya dalam kehidupan

masyarakat Banjar. Dengan demikian, Mantra Banjar menjadi sesuatu yang

menarik dan penting dikaji dari aspek semiotik untuk dapat mengungkap

makna di balik tanda-tanda itu.

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab tiga permasalahan, yaitu

mengungkap makna yang terkandung dalam mantra Banjar melalui

pembacaan heuristik dan hermeneutik, menentukan matriks dan model

yang terdapat dalam mantra Banjar, dan menemukan hubungan intertekstual

mantra Banjar dengan teks lain. Untuk menjawab ketiga permasalahan

tersebut, digunakan pendekatan semiotik dengan memanfaatkan teori

semiotik Riffaterre.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan memanfaatkan

data lapangan yang diperoleh dan didokumentasikan. Dari 30 buah mantra

yang diperoleh dari penelitian ini, ditetapkan 10 buah mantra sebagai bahan

analisis. Pertimbangannya didasarkan pada fungsi dan intensitas mantra

yang digunakan oleh si pembaca mantra.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemaknaan yang dilakukan

terhadap mantra Banjar mempresentasikan konstruksi realistis dan identitas

Page 179: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

166

dalam kehidupan masyarakat Banjar. Masyarakat Banjar sebagai penutur

mantra Banjar memperlihatkan adanya multietnis yang tumbuh dalam

lingkungannya melalui teks-teks yang digunakan dalam mantra Banjar, yakni

etnis Banjar dan Arab. Mantra Banjar adalah suatu bentuk identitas masyarakat

Banjar. Kajian intertekstual terhadap mantra Banjar memperlihatkan adanya

hubungan dengan teks Al-Quran yang mempresentasikan isi mantra pada

wacana relegius keislaman. Secara keseluruhan, makna yang terkandung

dalam sepuluh (10) mantra Banjar menggambar-kan pula kepercayaan

masyarakat Banjar tehadap Tuhan sebagai pemilik kekuasaan tertinggi,

keberadaan nabi-nabi, dan adanya makhluk gaib dan kekuatan gaib.

Page 180: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

167

Judul Buku/ Penelitian : Representasi Nilai Karakter Dalam Teks Dindang Sastra Lisan Banjar

Nama Pengarang : Dwiyani Lestari

Penerbit/ Tahun Terbit : Program Pascasarjana Unlam, 2015

Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskripstif dan Teori Sastra Lisan

Ringkasan

Dindang merupakan sastra lisan masyarakat Banjar yang tergolong

sebagai nyanyian rakyat. Bagi masyarakat Banjar, dindang digunakan oleh

semua lapisan masyarakat. Penggunanya mulai dari anak-anak, remaja

sampai orang tua. Biasanya, anak-anak menggunakan dindang sebagai

nyanyian yang mengiringi permainan, bagi remaja, dindang digunakan

untuk menarik perhatian lawan jenis, sedangkan bagi orang tua, dindang

digunakan saat menidurkan anak atau saat mengasuh anak.

Sebagai tradisi lisan yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan

masyarakat Banjar, dindang mengandung nilai karakter luhur kehidupan

yang merupakan upaya untuk membentuk manusia sebagai bagian dari

masyarakat yang hidup di era globalisasi agar memiliki mental yang kuat

dan selalu berpegang teguh pada akar budaya sendiri.

Penelitian ini bertujuan untuk menggali dan mengungkap nilai karakter

yang terkandung dalam teks Dindang Banjar Hulu, serta mendeskripsikan

representasi nilai karakter dalam teks Dindang Banjar Hulu di kehidupan

masa kini. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertolak pada

penafsiran atas teks sastra yang menjadi sumber datanya. Penelitian ini

menggunakan pendekatan analisis konten, yaitu pendekatan yang digunakan

dalam mengungkap, memahami, dan menangkap pesan yang terkandung

dalam karya sastra. Pendekatan analisis konten merupakan pendekatan yang

didasari asumsi bahwa karya sastra yang bermutu adalah karya yang mampu

mencerminkan pesan positif bagi penikmatnya, sehingga pesan-pesan yang

terangkum dalam isi karya sastra tersebut terpahami secara keseluruhan.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu:

nilai karakter yang terkandung dalam teks dindang sastra lisan Banjar Hulu

Page 181: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

168

adalah:nilaireligius(NR)15teksdindang,nilaisemangat(NS)2teksdindang,

nilaijujur(NJ)2teksdindang,nilaitanggungjawab(NTJ)2teksdindang, dan

nilaikerjakeras(NKK)2teksdindang, nilai menghargai orang lain/toleransi

(NT)13teksDindang,nilaimenghargaiprestasi(NP)4teksdindang, nilai

cintadamai(NCD)2teksdindang,nilaibersahabat/berkomunikasi(NSK)5

teks dindang,dannilaipeduli(NPD)9teksdindang.

Page 182: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

169

Judul Buku/ Penelitian : Studi Tentang Kain Sarigading di Kalangan Urang Banjar Tahun 1990–2013

Nama Pengarang : Andi Nur Indah Pratiwi. O.W

Penerbit/Tahun Terbit : Skripsi Pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat 2015

Metode Penelitian : Sejarah & Budaya

Ringkasan

Latar belakang penelitian adalah keberadaan kain sarigading yang

dikenal masyarakat di Kota Banjarmasin sebagai sarana pengobatan bersifat

magis terhadap penyakit-penyakit tertentu. Dalam perkembangannya tahun

1990 sampai tahun 2013, keper-cayaan Urang Banjar di Kota Banjarmasin

tentang kain sarigading dilakukan dengan membuatkan atau memesan

kain sarigading tersebut ke pengrajin di Desa Sungai Tabukan, Kecamatan

Sungai Tabukan, Kabupaten Hulu Sungai Utara. Rumusan masalah peneliti-

an adalah bagaimana motif dan penggunaan kain sarigading di wilayah Kota

Banjarmasin tahun 1990-2013.

Metode penelitian ini adalah metode sejarah. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa seperti kain sarigading memiliki banyak ragam motif.

Contohnya adalah motif sarigading laki, sarigading bini, pungling, wadi

waringin, ramak sahang, katutut, karacuk dan sebagainya. Nama kain

tenun tersebut diberikan berdasarkan corak hiasan atau ornamennya yang

dibuat berdasarkan hasil menenun benang dirian atau lungsi yang berwarna-

warni dengan benang pakanyangjugaberwarna-warni.Corak-corakkhusus

tersebut, namanya diberikan secara khusus untuk keperluan khusus pula

yang bersifat magis tadi atau untuk penyakit-penyakit tertentu. Kain tenun

tersebut sering juga disebut oleh masyarakat dengan istilah kain pipintan

atau kain papintan, maksudnya ialah kain yang berdasarkan permintaan

secara khusus mengenai coraknya yang sesuai dengan kehendak dukun

(orangpintar)yangmengobatipenyakittertentuyangdideritaseseorang.

SistematikaisidariskripsiinidimulaibabI,berisitentangpendahuluan,

berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah,

Page 183: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

170

tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian serta

sistematika penulisan. Bab II, berisi gambaran tentang asal usul dan

kebudayaan Urang Banjar, dengan sub-bab asal usul Urang Banjar, sub

Suku Banjar yakni Banjar Pahuluan, Banjar Batang Banyu, dan Banjar Kuala.

Selanjutnya ikatan kekerabatan bubuhan serta budaya Banjar yang terdiri

atas wujud dan unsur-unsur kebudayaan Banjar.

BabIII,berisipembahasanasalmuladanprosestenunkainsarigading

secara tradisional tahun 1990-2010. Dalam sub-bab nya dipaparkan asal

mula munculnya kain sarigading, mitos-mitos kain sarigading dan ritualnya,

serta bahan dan proses tenun kain sarigading. Khusus sub-bab terakhir

berisi deskripsi ritual pembuat-an, penggunaan bahan alami dan pewarna

buatan serta proses pembuatan mulai mewarnai benang, menasi, menapas,

menyikat, maulur benang lawai, menyusun benang ke sulara dan menenun.

SelanjutnyababIV,berisipenjelasantentangragammotifkainsarigading

di Kota Banjarmasin tahun 1990-2013. Sub-bab dibagi atas jenis motif kain

sarigading yang populer di Kota Banjarmasin tahun 1990-2013-an antara lain

motif sarigading laki, sarigading bini, pungling, katutut dan wadi waringin.

Kemudian corak kain sarigading yang kurang populer yakni motif sarigading

karacuk, aamasan, kalapa kuning, kaladi air, ramak sahang, jarum-jarum,

tauman, batik santan, kelapa, kamumu, kasturi masak, parang simpak dan

paring anum. Terakhir, dibahas pengrajin dan pemasaran kain sarigading

tahun 1990-2013. Bab V, berisi penutup/ kesimpulan.

Page 184: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

171Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

HASIL- HASIL KAJIAN SEJARAH

Page 185: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

172

- Terbit Tahun 1994 -

Judul Buku Penelitian : Struktur Birokrasi dan Sirkulasi Elite di Kerajaan Banjar pada Abad XIX

Nama Pengarang : Mohamad Zaenal Arifin Anis

Penerbit/Tahun Terbit : Tesis Pada Magister Ilmu Sejarah Fakutas Sastra, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta /1994

Metode Penelitian : Deskriptif

Ringkasan

Studi ini bertujuan memperoleh gambaran tentang sejarah sosial Kerajaan

Banjar di Kalimantan Selatan. Dari hasil studi kearsipan dan kepustakaan

dengan metode sejarah dan pendekatan multidimensional, khususnya dari

Antropologi Politik diperoleh suatu jawaban, bahwa perbutan kekuasaan di

Kerajaan Banjar erat hubungannya dengan adanya saling pengaruh antara

struktur birokrasi tradisional dan munculnya sirkulasi elit dalam Kerajaan

Banjar sering melahirkan pertentangan intern. Gejala pertentangan intern itu

memberikan angin bagi Belanda untuk melakukan intervensi politik dalam

istana, dan berhasil. Permasalahan yang lebih menarik lagi adalah mencari

penjelasan tentang bagaimana struktur birokrasi Kerajaan Banjar sehingga

melahirkan sirkulasi elit yang akhirnya berubah menjadi konflik sosial.

Dalam tesis ini juga dikemukakan bahwa asumsi awal menunjukkan

bahwa sistem pelapisan sosial di masyarakat Banjar tidak dapat dilihat dari

sudut profesi secara kaku, sebab di masyarakat banjar mengenal peran

ganda dalam profesi. kegaandaan profesi itu terlihat dari setiap pemegang

kekuasaan merangkap juga menjadi pedagang. Adapun sirkulasi di

Kerajaan Banjar erat hubungannya dengan kebijakan sultan dalam struktur

pemerintahan. Penempatan personalia pada jabatan-jabatan birokrasi, dan

pengaruh dari perjanjian yang dibuat oleh Sultan Banjar dengan Belanda

yang akhirnya menimbulkan konflik sosial. Kondisi itu tergambarkan ketika

padatahun1857BelandamengangkatPangeranTamjidillahIImenjadiSultan

Banjar, yang sebenarnya tidak berhak atas tahta itu. Pengangkatan sultan

Page 186: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

173Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

ini merupakan rekayasa Belanda untuk memudahkan memperoleh konsesi

penambangan batubara, emas dan pendulangan intan.

NaiknyastatusPangeranTamjidillahmenjadisultan,merupa-kansuatu

indikasi bahwa di Kerajaan Banjar telah terjadi sirkulasi elit yang direkayasa

Belanda.SirkulasielityangdialamiPangeranTamjidullahIItidakmendapat

tanggapan dan dukungan yang baik dari masyarakat Banjar, bahkan rakyat

Banjar menanggapinya dengan menyulutkan suatu konflik sosial. Dari hasil

penelitian dapat disimpulkan bahwa struktur birokrasi Kerajaan Banjartidak

berfungsi dengan semestinya, sehingga sirkulasi elit yang terjadi adalah

akibat dari rekayasa kekuatan eksternal. Terjadinya sirkulasi elit di istana

menimbulkan kekecewaan dalam masyarakat Banjar, kemudian diwujudkan

dalam bentuk sosial.

Garis besar isi tesis ini adalah bab 1 berisi pengantar dengan sub-

bab yakni latar belakang dan perumusan masalah, kerangka teori dan

pendekatan, telaah pustaka dan sumber, serta sistematika penulisan.

Kemudian bab 2, dijelaskan tentang lingkungan alam, latar belakang

munculnya Kerajaan Banjar (Negara Dipa dan Negara Daha), munculnya

Urang Banjar dan Kerajaan Banjar, berpindahnya pusat kerajaan Banjar dari

Banjarmasin ke Martapura dan warisan krisis. Kemudian pada bab 3 dibahas

tentang struktur birokrasi Kerajaan Banjar. Sub-bab terbagi atas struktur

pemerintahan (pemerintahan wilayah inti bidang politik, militer sumber

kuangandanUndangUndangKerajaan).Padabagiankeduamemaparkan

tentangpemerintahandistrikdankampung(peradilan,militer,perpajakan

dan kekuangan serta struktur pemerintahan kampung.

Bab4,berisipembahasantentangstratifikasidansirkulasielit(pelapisan

sosial,intrikdansirkulasi,sertakonfliksosial).Kemudianpadababv,berisi

kesimpulan.

Page 187: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

174

- Terbit Tahun 2001 -

Judul Buku/ Penelitian : Pegustian dan Tumenggung : Akar Sosial, Politik, Etnis dan Dinasti Perlawanan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah 1859-1906

Nama Pengarang : Helius Sjamsuddin

Penerbit/Tahun Terbit : Balai Pustaka /2001

Metode Penelitian : Sejarah

Ringkasan

Pembahasan dalam buku ini berkisar tentang perlawanan terhadap

kolonialisme dalam sejarah Indonesia. Kesimpulannya, konflik dinasti

kerajaan Banjar yang terjadi pada abad-18 telah mengundang campur tangan

Belanda dengan mendukung salah satu pihak yang sedang bertikai. Pihak

Belanda yang mengadakan ekspansi, membuat kebijakan yakni konflik

Kesultanan Banjar diselesaikan dengan membagi dua Kesultanan Banjar,

yaitu daerah gubernemen yang berada di bawah pemerintahan Belanda

secaralangsungdantanah-tanahSultansebagai“pinjaman”(fief)dibawah

dinastibaruyangdidukungBelanda,yakniPanembahanNata.

Dalam buku ini dipaparkan bahwa pada abad ke-19 keturunan

Panembahan Nata menghadapi konflik internal karena harus

mengakomodasikan kepentingan-kepentingan Belanda. Pada tahun 1840-an

sedimen-sedimen batubara ditemukan di wilayah Kesultanan Banjar. Belanda

meminta konsesi pertambangan dari Sultan yang akhirnya diperoleh. Dalam

perkembangannya kemudian, konflik dinasti kembali melanda Kesultanan

Banjar, yakni Pangeran Hidayatullah dan Tamjidillah. Belanda mendukung

pihak yang sanggup menguntungkannya, yaitu Tamjidillah.

Asal-usul peperangan dimulai disini. Pangeran Antasari, cucu pangeran

Amir yang diasingkan bersama Pangeran Hidayatullah mengadakan

pemberontakan. Pangeran Hidayatullah yang memiliki sikap “mendua”

terhadap Belanda, menyerah pada tahun 1862. Pangeran Antasari yang

semula berjuang sendiri kemudian bergabung dengan Kepala Suku Dayak

Page 188: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

175Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

(muslim),yakniTumenggungSurapati.DengandukunganSurapati,Antasari

dijadikan Panembah-an Amirudin khalifatul Mukminin. Antasari kemudian

mengangkat Surapati menjadi Pangeran Surapati bergelar Tumenggung,

berarti bangkitnya dinasti lama. Antasari meninggal pada tahun 1862, dan

dinastiPanembah-anNataberakhirdengandiasingkannyabaikTamjidillah

maupun Hidayatullah. Sepeninggal Antasari, kerajan Banjar diteruskan

oleh kedua orang puteranya. Keduanya menjadi raja, dengan sistem

pemerintahan yang disebut Pegustian. Perlawanan panjang di Kalimatan

Selatan dan Kalimantan Tengah yang dipimpin oleh keturunan Antasari dan

Surapati berlangsung sampai tahun 1906 dengan meninggalnya Gusti Berakit

pada 06 Agustus 1906.

Page 189: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

176

- Terbit Tahun 2005 -

Judul Buku/ Penelitian : Orang Banjar dan Kebudayaannya

Peneliti : Suriansyah Ideham, dkk.

Penerbit/ Tahun Terbit : Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah, Kalimantan Selatan, 2005

Metode Penelitian : Sejarah

Ringkasan

Masyarakat Melayu Banjar di Kalimantan Selatan memang kaya akan

tradisi dan kebudayaan. Urang Banua, sebutan untuk orang Banjar, dikaruniai

banyak hasil cipta, rasa, dan karsa yang hingga sekarang masih banyak

yang dilestarikan. Sebutlah misalnya adat perkawinan, sistem pengetahuan,

kesenian, alat-alat bercocok tanam, bahkan bahasa lokal masih lestari

dalam keseharian mereka. Hal ini menunjukkan bahwa orang Banjar masih

menjagatradisileluhur.BukukaryaSuriansyahIdehamdankawan-kawan

inimenghadirkanberagamdataetnografitentangkebudayaanorangBanjar.

Bagi yang bergelut dalam bidang Antropologi, Sejarah, atau Sastra, penting

untukmembacabukuini.Begitujugabagipeminatkajianagamadanfilsafat.

Dalam buku ini, membahas tentang sistem organisasi sosial Orang

Banjar, sejak zamanpra sejarahhinggamasa Kolonial Belanda (h.19-33).

Kemudian uraian tentang agama dan kepercayaan orang Banjar, dari zaman

kepercayaan leluhur hingga era Kesultanan Banjar yang menerapkan hukum

Islam(h.35-49).Padabagian lainbuku ini, terdapatpembahasan tentang

upacaradaurhidup(h.50-80),sistempengetahuan(h.81-92),sistemmata

pencaharian(h.95-145),tatakelakuanpribadidanmasyarakat(h.149-190),

teknologitradisional(h.191-228),BahasaBanjar(h.229-253),danKesenian

Banjar(h.360).Seluruhpembahasantema-temainisemakinmenarikkarena

penulisnya menghadirkannya dengan bahasa yang cukup sederhana.

Page 190: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

177

- Terbit Tahun 2007 -

Judul Buku/ Penelitian : Perjuangan Demang Lehman Dalam Perang Banjar Tahun 1859-1862

Peneliti : Sundari

Penerbit/ Tahun Terbit : Skripsi, Jurusan Sejarah Dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab, Universitas Islam Negeri, Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2007

Metode Penelitian : Sejarah

Ringkasan

Penelitian ini difokuskan kepada kiprah Demang Lehman dalam Perang

Banjar. Tahun 1859 merupakan awal terjadinya Perang Banjar dan pertama

kalinya Demang Lehman turut serta dalam penyerangan terhadap Belanda di

Benteng Oranje Nassau. Tahun 1862 merupakan tahun penangkapan Demang

Lehman dan pelaksanaan hukuman gantung oleh pemerintah Belanda.

Penelitian ini menggunakan metode sejarah. Langkah-langkahnya, mendes-

kripsikan dan menganalisis secara kritis dokumen-dokumen tertulis dari

peninggalan masa lampau, kemudian direkonstruksikan secara imajinatif

melaluiproseshistoriografi.Dalampenelitiansejarah,proseduryangdilalui

meliputi empat tahap, yaitu heuristik atau pengumpulan data, verifikasi

ataupengujiansumber,interpretasi,danhistoriografi.

Isiskripsi,terdiridarilimabab.Babpertamaadalahpendahuluanyang

terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan

penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori yang digunakan, metode

penelitian dan sistematika pembahasan. Isi pokok bab ini merupakan

gambaran seluruh penelitian secara garis besar, sedangkan untuk uraian

lebih rinci akan diuraikan dalam bab-bab selanjutnya. Bab kedua membahas

mengenai Kerajaan Banjar sebelum terjadinya perang, mencakup Kerajaan

Banjar sebagai penghasil batubara dan lada, pasang surut hubungan kerajaan

Banjar dengan Belanda, Belanda sebagai penyulut Perang Banjar. Bab ini

juga menguraikan tatanan kehidupan kerajaan Banjar serta hubungannya

dengan Belanda. Masa-masa ini penting dijelaskan untuk melihat situasi

Page 191: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

178

dan kondisi Kerajaan Banjar serta hubungannya dengan Belanda. Bab ketiga

membahasmengenai Demang Lehman, yangmencakup biografi Demang

Lehman, mobilitas sosial-politik, motivasi keterlibatan Demang Lehman

dalam Perang Banjar. Bab ini diuraikan dengan maksud untuk melihat secara

jelas siapa Demang Lehman serta faktor pendorong Demang Lehman terlibat

melawan Belanda.

Bab keempat membahas keterlibatan Demang Lehman dalam Perang

Banjar, yang terdiri dari kepemimpinan Demang Lehman dalam Perang

Banjar, pertempuran di Gunung Madang, pertempuran di Martapura, dan

penangkapan Demang Lehman serta faktor-faktor yang menyebabkan

perjuangan Demang Lehman berhasil dalam melawan Belanda. Bab ini

menguraikan bagaimana peranan Demang Lehman di dalam Perang Banjar

dan bersatunya dia dengan pejuang Banjar lainnya melawan Belanda. Selain

itu,dalam bab ini juga dipaparkan bagaimana penangkapan Demang Lehman

oleh Belanda. Bab kelima, berisi kesimpulan dari pembahasan.

Page 192: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

179

- Terbit Tahun 2010 -

Judul Buku/ Penelitian : Kesultanan Banjarmasin Dalam Lintas Perdagangan Nusantara Abad Ke-XVIII

Peneliti : Ibnu Wicaksono

Penerbit/ Tahun Terbit : Program Studi Sejarah dan Peradaban Islam, Fakultas Adab & Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2010

Metode Penelitian : Sejarah, Pendekatan Multidimensional

Ringkasan

Perdagangan Nusantara semenjak abad XVII mulai mengala-mi

kemunduran yang diakibatkan oleh dua faktor. Pertama, ekspansi Kesultanan

Mataram di wilayah pantai Utara Jawa. Faktor Kedua, Vereenigde Oost-Indische

Compagnie(VOC)mulaimenguasaipusat-pusatperdagangandiNusantara

seperti, Aceh, Palembang, Jambi, Banten dan Makassar. Akibat kedua faktor

tersebut,KesultananBanjarpadaabadXVIIImenjadipenampungbaikpara

pedagangdari sebagianwilayahNusantara yang telahdikuasai olehVOC

dan pedagang dari pantai Utara Jawa. Pelabuhan Banjarmasin mulai banyak

disinggahiparapedagangantaralaindariJawa,Sulawesi,Cinadansebagian

bangsa Eropa untuk berlabuh. Sumber daya alam berupa lada, emas, intan

dan hasil hutan merupakan komoditi utama yang diperdagangkan. Skripsi ini

bertujuan memahami seberapa besar pengaruh kemunduran perdagangan

diNusantarayangtelahmemberikankemajuanterhadapKesultananBanjar

padaabadXVIII.

Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan tahap heuristik,

kritik,interpretasidanhistoriografi.Pende-katanyangpenulislakukanadalah

pendekatan multidimensional approach (pendekatan multidimensional)

diantaranya, ekonomi, politik, sosial dan ekologi. Pendekatan

multidimensional digunakan untuk dapat memberikan gambaran sejarah

tentang Kesultanan Banjar secara menyeluruh, sehingga dapat dihindari

kesepihakan atau determinis-me.

Page 193: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

180

Skripsi ini tersusun dari lima bab. Bab I adalah pendahuluan berisi

tentang signifikansi tema yang diangkat, pembatasan dan perumusan

masalah, tujuan penulisan, metodologi penelitian, survei kepustakaan, serta

sistematika penulisan. Bab II menjelaskan tentang bagaimana akar-akar

pelabuhan Banjarmasin ini dapat terbentuk. Karena letaknya yang strategis

diantara Laut Jawa dan Selat Makassar telah menjadikan Banjarmasin

banyak disinggahi oleh para pedagang dari luar antara lain Cina, Bugis,

Inggris dan Belanda untukmenjalin hubungan dagang. Ketertarikan para

pedagang asing singgah ke Banjarmasin adalah karena sumber daya alam

yang dimiliki oleh Kesultanan Banjar cukup besar diantaranya intan, emas,

hasil hutan dan paling terutama lada. Bab III, memberikan penjelasan

sejarah awal terbentuknya Kesultanan Banjar. Selanjutnya, membahas

struktur pemerintahan dan masyarakat yang telah terbentuk di Kesultanan

Banjar. Hal ini diperlukan untuk melihat siapa yang memegang peran utama

dalam perdagangan di Kesultanan Banjar. Kemudian, membahas struktur

masyarakat Banjarmasin dari tingkat atas hingga bawah.

Bab IV membahas tentang periode dimana Kesultanan Banjar telah

berperandalamperdagangandiNusantara.PokokBahasanbabinimembahas

seberapa besar peran Kesultanan Banjar dalam memajukan perdagangan.

Kemudian, aktifitas perdagangan yang terjadi di KesultananBanjarmasin.

Disajikan juga gambaran umum barang impor dan ekspor Kesultanan Banjar,

alat transaksi perdagangan dan pelaksanaan perdagangan di Kesultanan

Banjar. Bab ini juga membahas hubungan yang terjalin antara Kesultanan

Banjar dengan bangsa asing dan meninjau pengaruh perdagangan terhadap

kondisi politik Kesultanan Banjarmasin, yang mengakibat-kan mundurnya

perdagangan di Banjarmasin. Bab V Berisi tentang kesimpulan penelitian

serta saran-saran untuk penelitian lanjutan.

Page 194: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

181

Judul Buku/ Penelitian : Perkembangan Pemakaian Wafaq Dalam Tradisi Badagang Pada Masyarakat Kelayan Timur, Kota Banjarmasin, Tahun 1980-1990

Nama Pengarang : Arien Noor Rahman

Penerbit/Tahun Terbit : Skripsi Pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat 2010

Metode Penelitian : Sejarah

Ringkasan

Latar belakang penelitian ini adalah fenomena Pedagang Banjar di

daerah Kelayan Timur Banjarmasin dalam berniaga yang menggunakan

media wafak sebagai penglaris barang dagangannya. Pemakaian wafak

ini mengalami perkembangan dalam dasawarsa tahun 1980-1990. Tujuan

penulisan adalah melakukan penggalian, pengumpulan, pencatatan serta

pengolahan sumber-sumber tentang azimat berwafaq yang dipakai dalam

tradisi badagang pada masya-rakat Kelurahan Kelayan Timur Banjarmasin.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

sejarah. Penulis melakukan pengumpulan bahan-bahan atau pencarian

sumber-sumber data dalam penelitian berhubungan dengan wafak. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa dalam wujud-nya, wafak berupa rajah-

rajah atau rumusan-rumusan ayat yang berupa teks mistik dan berbentuk

Aksara Arab yang kental dengan kemistikan mengandung arti kalimat

perlambangan. Masyarakat Kelayan pemakai wafak meyakini dagangannya

cepat laris diban-dingkan pedagang yang tidak memiliki wafak. Memang

ada yang terbukti karena ada beberapa pemakai wafak yang tingkat

ekonomi-nya berubah sejak memakai wafak. Tetapi tidak semuanya, ada

juga sebagian pemakai wafak yang tingkat ekonominya biasa saja, tak

ada perubahan. Inilah yangmewarnai perkembangan pemakaianwafak

bagi para pedagang di daerah Kelayan Timur, Banjarmasin dalam kurun

waktu 1980-1990. Ada beberapa faktor yang mendo-rong perkembangan

pemakaian wafak dalam kurun waktu tersebut, diantaranya faktor imitasi

ataupeniruan,simpati,sugesti,sertafaktoridentifikasidankebanggaan

Page 195: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

182

sebagai orang kaya. Dalam masyarakat pada kurun waktu 1980-1990,

terdapat fenomena pertentangan mengenai hukum pemakaian wafak. Ada

sebagian pemuka agama Islam di Kelayan yangmembolehkan dan ada

yang mengharamkan karena dianggap syirik.

Sistematika penulisan skripsi ini di susun dimulai dari bab 1,

membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, batasan

masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka serta

sistematika penulisan. Kemudian pada bab 2, berisi tentang gambaran

umum atau identifikasi keadaan geografis wilayah penelitian yakni di

Kelurahan Kelayan Timur Banjarmasin, meliputi kondisi penduduk dan

mata pencaharian, pendidikan, agama serta budaya masyarakat di daerah

Kelayan Timur, Kota Banjarmasin.

Selanjutnya pada bab 3 membahas tentang pendapat atau persepsi

masyarakat Kelayan Timur tentang ilmu gaib secara umum. Kemudian

pandangan masyarakat tentang wafak sebagai syarat pada tradisi badagang

di daerah Kelayan Timur Banjarmasin. Pada bab 4, dijelaskan pembuatan

wafak pada masyarakat Kelayan Timur Banjarmasin dan bagaimana cara

memperoleh wafak tersebut. Kemudian bagaimana fungsi dan makna simbol

wafak bagi para pedagang di daerah Kelayan Timur. Kota Banjarmasin.

Pada bab 5, mengemukakan perkembangan penggunaan wafak pada

masyarakat umum maupun para pedagang di Pasar Baimbai, Kelurahan

Kelayan Timur, Kota Banjarmasin dalam kurun waktu tahun 1980-1990.

Termasuk faktor-faktor yang mempengaru-hi sehingga terjadi perkembangan

pemakaian wafak. Lalu pada bab 6, penulis mengemukakan kesimpulan

sebagai sumbangan pemikiran dalam penulisan skripsi. Kemudian saran-

saran dan reko-mendasi demi tercapainya penelitian yang lebih maksimal

di masa mendatang.

Page 196: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

183

- Terbit Tahun 2011 -

Judul Buku/ Penelitian : Islamisasi Kerajaan Banjar (Analisis Hubungan Kerajaan Demak Dengan Kerajaan Banjar Atas Masuknya Islam di Kalimantan Selatan)

Peneliti : Khairuzzaini

Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis, Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011

Metode Penelitian : Sejarah

Ringkasan

Kerajaan Islam Banjarmerupakan satu diantara kerajaan terbesar di

Kalimantan. Hingga saat ini masih terdapat kontroversi di kalangan ahli

sejarahmengenaikapanIslammasukkeKalimantanSelatan.Palingtidak

ada dua aliran besar tentang hal ini. Pertama kalangan yang mengatakan

bahwaIslammasuksebelumpasukanDemaktibadiBanjarmasin.Kedua,

golongan yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Kalimantan Selatan

setelah Kerajaan Daha berhasil direbut oleh Pangeran Samudera bersama

dengan pasukan militer Kerajaan Islam Demak. Penelitian ini bertujuan

menggam-barkan konstelasi di Kerajaan Banjar saat terjadinya konversi

agamaHindumenjadiIslamsebagaiagamaresminegara.Penelitianinijuga

mengungkap proses islamisasi yang berlangsung di Kerajaan Banjar pasca

kedatangan Demak.

Permasalahan diatas dibedah dengan menggunakan teori islamisasi

yangdikembangkanolehJ.NoorduyndanAhmadSewang,yaknimembedah

islamisasidaritigatahap.Pertama,kedatanganIslam;kedua,Penerimaan

Islam; dan ketiga, Perkembangan Islam. Metode yang digunakan adalah

metodesejarahyangterdiriatasempattahapyaituheuristik,kritikverifikasi,

interpretasiataueksplanasidan terakhiradalahhistoriografi.Pendekatan

yang digunakan adalah pendekatan sosiologi politik dengan menjadikan

sistem pemerintahan negara sebagai basis analisis.

HasilpenelitianmenunjukkanbahwasebelumKerajaan IslamDemak

datang, di Banjarmasin berdiri Kerajaan Daha. Kerajaan Daha dilanda

Page 197: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

184

perseteruan dan perebutan tahta diantara anak-anak raja. Maharaja

SukaramayangmemimpinNegaraDahaberwasiatbahwatahtaKrajaanDaha

dipegang oleh cucunya, Pangeran Samudera. Wasiat tersebut mendapat

pertentangan dari anak-anaknya yang waktu itu masih hidup, sehingga

wasiat itu gagal dilaksanakan dan kekuasaan dipegang oleh orang lain yang

bukan ditunjuk Sukarama. Perselisihan itu berakhir dengan pembunuhan

Mangkubumi, saudara tua Tumenggung. Sementara Pangeran Samudera lari

dari kerajaan dan dibantu oleh beberapa orang Patih mendirikan Kerajaan.

Setelah Kerajaannya mulai besar, Pangeran Samudera mengatur siasat untuk

mengambil alih tahta dengan jalan perang.

Agar memenangkan peperangan, Pangeran Samudera meminta bantuan

Kerajaan Islam Demak. Demakmenyetujui permohonan bantuan dengan

perjanjianPangeranSamuderadanpembesar lainmasuk Islam.Pangeran

Samudera menyetujui syarat-syarat tersebut, dan Kerajaan Demak setuju

untuk memberi bantuan militer. Setelah kemenangan Pangeran Samudera,

makaIslammenjadiagamaresmiKerajaanBanjar.AgamaIslamtelahada

di Kalimantan Selatan bersamaan dengan perjumpaan pedagang-pedagang

dari Tiongkok. Penyebaran Islam terjadi melalui jalan perdagangan dan

perkawinanantaraparapendatangyangumumnyaberagamaIslamdengan

penguasalokal.Pertama-pertama,Islamditerimapenduduklokalkelasbawah

setelah adanya interaksi sekian lama dengan para pendatang tersebut. Baru

setelah pasukan bantuan Demak kepada Pangeran Samudera dalam misi

merebuttahtaKerajaanDahadariPangeranTumenggung,Islamberkembang

pesat di tengah-tengah masyarakat Banjar. Tonggak pembentukan Kerajaan

Banjar berawal dari proses islamisasi kalangan elit kerajaan yaitu Pangeran

SamuderadanparaPatihnya.SetelahterbentukKerajaanIslamBanjar,Islam

semakinkuatposisinyadanpengaruhnyadidalamKerajaanIslamBanjar.

InstitusiIslammenjadiinstitusiintidalaminstitusielitlainnya.Keseluruhan

isi dari penelitian ini, dibagi ke dalam lima bab pembahasan.

Bab Imerupakan bab pendahuluan. Bagian inimenguraikan tentang

latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,

telaah pustaka, kerangka teori, metode penelitian, dan terakhir adalah

sistematikapembahasan tesis. Bab IImembahas tentang tinjauanumum

KerajaanIslamBanjardanKerajaanDemak.Babinidibagipadaduasubbab

yaitu Kerajaan Banjar yang membahas tentang asal usul dan perkembangan

Page 198: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

185Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

Kerajaan Banjar, Kesultanan Banjar dan terakhir menguraikan tentang

sistem pemerintahan Kerajaan Banjar. Sub bab kedua, membahas tentang

Kerajaan Demak sebagai kerajaan yang berperan penting terhadap proses

perkembanganIslamdiKerajaanBanjar.

BabIIIberisiuraiantentangBanjarmasinsebelumdansetelahmasuknya

Kerajaan Islam Demak. Bab ini terdiri atas dua sub bab yaitu pertama,

membahas mengenai Kerajaan Banjar sebelum Kerajaan Islam Demak

datang. Hal ini berhubungan dengan gambaran ekonomi, politik, dan agama

yangadadiBanjarmasin(KerajaanDaha);kedua,membahasKerajaanBanjar

sebelumKerajaanIslamDemakdatangyangmeliputipembahasantentang

kondisi keagamaan dan system pemerintahan yang dianut oleh Kerajaan

Banjar. Bab IV membahas tentang islamisasi Kerajaan Banjar. Pada bab

inipenulismenjelaskan tentangperjumpaanawal Islamdankebudayaan

Banjar;kemudiandilanjutkandenganpengebaranIslamdiKerajaanBanjar

serta perkembangannya dalam perjalanan Kerajaan Banjar. Terakhir, bab

V merupakan penutup dari pembahasan-pembahasan terdahulu. Bagian

ini menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian, dan diakhiri

dengan saran terkait dengan tindak lanjut penelitian di masa mendatang.

Page 199: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

186

Judul Buku/ Penelitian : Islamisasi Banjarmasin (Abad XV-XIX)

Peneliti : Yusliani Noor

Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2011

Metode Penelitian : Sejarah

Ringkasan

Latar belakang penelitian ini didasarkan pada adanya kesan dan

anggapanbahwaIslamisasiBanjarmasin,yangditandaidenganberdirinya

Kesultanan Banjarmasin selalu dilihat pada ekspansi militer Kesultanan

Demak pada awal abad ke-16. Kesan dan anggapan ini meniadakan unsur-

unsursaluranIslamisasisepertisaluranperdagangan,perkawinan,tasawuf

dan tarekat, birokrasi pemerintahan, pendidikan serta kesenian. Bertitik

tolakdarihaltersebut,makapenelitianinimengkajiIslamisasiBanjarmasin

melaluisaluran-saluranIslamisasi.Fokuspenelitianpadaproseskedatang-

an, penerimaandanpenyebaran Islammelalui saluran-saluran Islamisasi

di Banjarmasin sejak abad ke-15 hingga abad ke-19. Rumusan masalah

secara pokok adalah bagaimana Islamisasi dan penerimaan masyarakat

Banjarmasin terhadap berbagai saluran-saluran Islamisasi serta proses

terbentuknya masyarakat Banjar sejak abad ke-15 hingga abad ke-19.

Darirumusanmasalahtelahditentukan3(tiga)pertanyaanpokokyakni;

Pertama, Bagaimana bentuk dan pola Islamisasi Banjarmasin, sehingga

dalam kedaulatan yang terdiri dari berbagai etnis di Kesultanan Banjarmasin

mampu membentuk masyarakat Banjar dan berhasil membangun

Kesultanan Banjarmasin yang berdaulat?. Kedua, Mengapa berbagai etnis

yang mendiami kawasan aliran sungai, pegunungan dan pesisir Kalimantan

Selatan, Tenggara, dan Tengah menerima dan menjadikan Islam sebagai

kultur dominan dalam seluruh aktivitas kehidupan mereka?. Ketiga,

Mengapa etnis Dayak menerima otoritas kekuasaan Kesultanan Banjarmasin

dan dapat hidup berdampingan secara harmonis dengan Urang Banjar,

meskipuntidakseluruhkomunitasDayakmenerimaIslamsebagaiagama?.

Penelitian ini menggunakan model Kualitatif dengan metode sejarah. Metode

Page 200: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

187Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

sejarah yang dipakai dengan tahapan heuristik, yakni pengumpulan sumber

tertulis, sumber benda dan sumber lisan. Untuk sumber lisan menggunakan

Oral tradition (tradisi lisan). Semua sumber disebut sebagai data. Semua

datakemudiandilakukanupayaverifikasimelaluikritikeksterndankritik

intern.Hasilkritikeksterndanintern(pengujiankeabsahandata),disebut

fakta. Fakta yang ditemukan kemudian diinterpretasi dan dituangkan dalam

sebuahrangkaiannarasiyangdisebuthistoriografi.

Berdasarkanhasilpenelitian,makadiperolehkesimpulanbahwa:(1)

IslamisasiBanjarmasinpadaawalnya,yaknisejakabadke-15,berkembang

melalui saluran-saluran yakni; perdagangan, perkawinan, tasawuf dan

tarekat,birokrasipemerintahan,pendidik-andankesenian.PolaIslamisasi

melalui jalur ‘bawah’(bottom up)terutamamelaluisaluranperdagangan,

perkawinan, tasawuf dan tarekat, pendidikan serta kesenian. Sementara

pola dari ‘atas’(top down)melaluipembentukanbirokrasipemerintahan,

meskipun bersifat pasif, terutama sejak awal abad ke-16 hingga akhir abad

ke17.PolaIslamisasibirokrasipemerintahansecaraaktifberlang-sungketika

terbentuknya Pemerintah Mahkamah Syariah(KemuftiandanKeqadian)yang

dicetuskan dan dipelopori Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary sejak masa

pemerintahanSultanTahmidullahII,padapertengahanabadke-18.Islamisasi

berlangsung secara damai, yang menekankan aspek kesadaran sendiri dari

berbagai komunitas etnis Banjarmasin. Pola dan bentuk Islamisasi yang

damai berhasil membentuk jaringan sosial emosional-bubuhan, jaringan

sosial kepentingan-bubuhan dan jaringan sosial power-bubuhan. Menguat-

nya dukungan bubuhan menempatkan Kesultanan Banjarmasin mendapat

dukungan dari berbagai etnis yang mendiami kawasan Banjarmasin.

(2) Agama Islam diterima oleh berbagai etnis di Banjarmasin, baik

yang tinggal di pesisir, aliran sungai dan pegunungan serta dijadikan

kultur dominan dalam seluruh aktivitas kehidupan mereka, disebabkan

Islam sebagai agama peradaban, memiliki sistem komunikasi yakni

Bahasa Melayu-Banjar, yang menjadi Bahasa ‘Orang Dagang”. Bahasa

Melayu-Banjar mempunyai huruf Arab Melayu, yang kemudian menjadi

bahasa komunikasi, baik tulis maupun baca. Huruf Arab dan Bahasa Arab

yang menjadi sumber pengetahuan, dan sumber keyakinan Muslim. Motif

ibadah haji mendorong terciptanya motivasi dan dinamisasi kehidupan,

yang ikut membentuk jaringan sosial emosioanal-bubuhan. Sejak abad ke-

Page 201: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

188

17, bubuhan Haji di Banjarmasin sangat berperan membangun dinamisasi

kehidupan masyarakat, sekaligus menyebarkan Islam di berbagai

kawasan yang menjadi pemukiman seorang haji. Agama Islam mampu

mendinamisasikomunitasBanjarmasin,sehinggaagama Islamdijadikan

sebuah identitas sosial. Kemudian sifat terbuka agama Islam terhadap

semua golongan, memberikan peluang adanya difusi, akulturasi, adaptasi,

danassimilasidalamkebudayaan,sehinggaIslamdapatmenjadi‘payung’

bagi berbagai kultur etnis Dayak, dan etnis lainnya yang mendiami seluruh

kawasan Banjarmasin.

Selanjutnya(3)EtnisDayakmenerimaotoritasKesultananBanjarmasin

dan dapat hidup berdampingan secara harmonis dengan Urang Banjar

meskipuntidakseluruhkomunitasDayakmenerimaIslamsebagaiagama;

karena Kesultanan Banjarmasin merupakan kesultanan yang mengayomi

etnis Dayak, dan etnis-etnis lainnya. Kesultanan Banjarmasin tidak pernah

memaksakan rakyat-nya untuk menerima Agama Islam. Pemerintah

Mahkamah Syariah bentukan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary untuk

ummatIslamdiKesultananBanjarmasin,danbukanuntuketnisDayakyang

belummenerima Islam. Etnis Dayak dibiarkanmemiliki Hukum dan Hak

Adat-nya. Etnis Dayak menganggap Urang Banjar sebagai ‘dangsanak anum’,

sementara Urang Banjar menganggap etnis Dayak sebagai ‘dangsanak tuha’.

Page 202: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

189

Judul Buku/ Penelitian : Raja Diraja Kerajaan Banjar Abad XV – XXI

Nama Pengarang : H. Muhammad Said

Penerbit/ Tahun Terbit : Pustaka Agung Kesultanan Banjar, Banjarmasin, 2011

Ringkasan

Buku ini terdiri dari 7 bab. Bab pertama membicarakan Kerajaan Banjar

pada zaman Hindu. Bab ini mengetengahkan ikhwal Kerajaan Banjar pada

masa Pangeran Suryanata dan permaisurinya Putri Junjung Buih, Kerajaan

Banjar padamasaMaharaja SuryaGanggaWangsa, KerajaanBanjar pada

masa Tjarang Lalean dengan istrinya Putri Kalungsu, Kerajaan Banjar pada

masa Maharaja Raden Sari Kaburangan, Kerajaan Banjar pada masa Maharaja

Sukarama, Kerajaan Banjar pada masa Pangeran Mangkubumi, dan Kerajaan

Banjar pada masa Pangeran Tumenggung.

Bab kedua membicarakan Kerajaan Banjar setelah zaman Hindu.

Kerajaan Banjar pada zaman ini disebut pennulis sebagai masa Kerajaan

IslamBanjar.Bab inimembicarakanKerajaanBanjarpadamasaPangeran

SamudraatauSultanSuriansyah,KerajaanIslamBanjarpadamasaSultan

Rachmatullah atau Penambahan Batu Putih, Kerajaan Islam Banjar pada

masa Sultan Hidayatullah atau Penembahan Batu Hirang, Kerajaan Islam

Banjar pada masa Sultan Mustain Billah, Kerajaan Banjar pada masa Sultan

Inayatillah,KerajaanIslamBanjarpadamasaSultanSaidillah,KerajaanIslam

BanjarpadamasaSultanTahlillah,KerajaanIslamBanjarpadamasaSultan

Kuning,KerajaanIslamBanjarpadamasaSultanTamjidillahI,KerajaanIslam

BanjarpadamasaSultanTahmidillah I,Kerajaan IslamBanjarpadamasa

Sultan Tahmidillah II, Kerajaan Islam Banjar padamasa Sultan Sulaiman,

KerajaanIslamBanjarpadamasaSultanAdamAlwasikbillah,KerajaanIslam

BanjarpadamasaSultanTamjidillahII.

Bab ketiga membicarakan Perang Banjar. Dalam buku ini disebutkan

bahwa Perang Banjar dimulai dibawah kepemimpinan Pangeran Antasari.

Perang Banjar dimulai 28 April 1859. Perang dimulai dengan keberhasilan

para pejuang mengurung Benteng Pengaron serta mengepung Onderneming

Gunung Jabuk. Tanggal 25 Juni 1859 Sultan Tamjidillah menyerahkan urusan

Page 203: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

190

pemerintahan kepada Belanda. Tanggal 16 Juli 1859 Sultan Tamjidillah

II diasing-kan ke Batavia dan Pangeran Hidayatullah melanjutkan

perjuangan melawan Belanda. Pada bab keempat dibicarakan proklamasi

KerajaanIslamBanjarke-II.Proklamasiyangberlangsung14Maret1862di

PurukCahuberisikesepakatanaklamasiparatokohmasyarakatmemilih

Pangeran Antasari sebagai Sultan Kerajaan Islam Banjar ke-2. Pangeran

Antasari memangku 3 tugas, yaitu sebagai Panglima Tertinggi, Kepala

Negara,danPemimpinTertinggiAgamaIslam.Dalambab inidiceritakan

pula wafatnya Pangeran Antasari, Demang Lehman dihukum gantung,

H. Buyasin, PanglimaWangkang, Tumenggung Gamar gugur. Bab kelima

membicarakan Perang Barito. Perang Barito adalah perang yang berlokasi

di wilayah sepanjang Sungai Barito, Banjarmasin, Marabahan, Buntok,

MuaraTewehsampaiPurukCahu.

Bab keenam berbicara tentang pejuang-pejuang wanita Banjar. Di antara

pejuang wanita Banjar adalah Ratu Zaleha. Dalam suatu pertempuran, Ratu

Zaleha tertangkap. Suaminya Gusti Muhammad Arsyad telah lebih dahulu

tertangkap dan dibuang ke Bogor. Ratu Zaleha juga dibuang Belanda menyusul

suaminya ke Bogor. Ratu Zaleha wafat tahun 1953. Beberapa pahlawan

wanita lainnya dalam Perang Banjar adalah AngkaWaya, Kiai Cakrawati,

Aisyah, Hadijah, Kalimah, dan Bulan. Setelah wafatnya Ratu Zaleha, tidak

ada lagi yang pewaris kerajaan tampil melanjutkan Kerajaan Banjar.

Page 204: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

191

- Terbit Tahun 2012 -

Judul Buku/ Penelitian : Perjuangan Wanita Pada Masa Revolusi Fisik di Daerah Haruyan, Kewedanan Barabai, Tahun 1945-1949

Peneliti : Eva ElvandariPenerbit/ Tahun Terbit : Skripsi, Program Studi Pendidikan Sejarah,

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, 2012

Metode Penelitian : Sejarah

Ringkasan

Latar belakang penelitian adalah perjuangan wanita dalam

mempertahankankemerdekaan IndonesiakhususnyadiwilayahHaruyan,

Onderafdeeling Barabai yang menjadi markas Besar Laskar Syaifullah sejak

1945 sampai tahun 1949. Perjuangan wanita tersebut dalam kegiatan Palang

MerahIndonesia(PMI),kemudiandidapurumumsertakurirparapejuang.

Tujuan penulisan ini untuk mengetahui bagaimana perjuangan rakyat dalam

mempertahankankemerdekaandidaerahHaruyan,OnderafdeelingBarabai

tahun 1945-1949. Kemudian untuk memaparkan motivasi dan perjuangan

wanita pada masa revolusi fisik dalam perjuangan mempertahankan

kemerdekaan di daerah Haruyan, Onderafdeeling Barabai tahun 1945-1949.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah.

Dalam tahap ini penulis melakukan pengumpulan data dan sumber-

sumber sesuai dengan objek yang akan diteliti. Sumber primer diperoleh

dariwawancaradenganinforman.Informanyangdisiniadalahorangyang

terlibat dalam perang gerilya atau pun orang yang mengetahui tentang

revolusifisikdiHuluSungaiTengah.Kemudiansumbersekunderdiperoleh

melalui metode kepustakaan, penulis mengumpulkan beberapa dokumen

dan arsip, buku, majalah, artikel yang berhubungan dengan judul tulisan.

Hasil penelitian menunjukkan sumbangsih perjuangan wanita di

Haruyanpadamasa revolusifisikcukupbesar terutamadalammemasok

kebutuhan logistik dalam peperangan. Hal ini karena dalam perang gerilya

Page 205: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

192

dibutuhkan bahan-bahan penting seperti makanan, amunisi, pakaian, uang

sertabahan-bahanmodal(penukar).Padabidangkesehatan,kaumwanita

menjadi anggota Palang Merah yang bertugas untuk merawat dan mengobati

para pejuang yang sakit atau kena tembak dalam suatu pertempuaran.

Kaum wanita juga bertindak sebagai kurir antara para pejuang di daerah

Haruyan maupun di wilayah musuh, seperti di Barabai. Kemudian mereka

merangkap sebagai mata-mata di markas musuh dan memata-matai

serta mendengarkan rencana penyerangan tentara Belanda (NICA) di

wilayah Barabai dan Kandangan. Selanjut-nya, informasi yang didapatkan

disampaikan kepada pejuang.

Isi skripsi ini terdiri dari bab I, pendahuluan yang terdiri dari latar

belakang, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan manfaat penulisan,

tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II,

Gambaran umum Kewedanan Barabai dari tahun 1945-1949 yang berisikan

letak geografis, kondisi pendidikan, kondisi perekonomian dan mata

pencaharian,agamasertakehidupansosialdanbudaya.KemudianbabIII,

masaperalihankekuasaanJepangkepadaNICABelandayangmemuattentang

berakhirnya kekuasaan Jepang, situasi pada saat Proklamasi Kemerdekaan

tahun 1945, kedatanganNICA Kalimantan Selatan pada umumnya dan di

Afdeeling Hulu Sungai pada khususnya. Pada bab ini juga dibahas tentang

peranggerilyadiwilayahHaruyan.BabIV,perananwanitadalamperjuangan

mempertahankankemerdeka-anpadamasarevolusifisikdidaerahHaruyan,

Kewedanan Barabai tahun 1945-1949. Perjuangan ini dibagi dalam beberapa

bidang yakni di bagian dapur umum, kegiatan Palang Merah dan perjuangan

dengan cara menjadi mata-mata di daerah musuh di wilayah Haruyan dan

Barabai. Bab V, berisi kesimpulan.

Page 206: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

193

Judul Buku/ Penelitian : Yusni Antemas, Wartawan Pejuang Dari Amuntai (1922-2012)

Nama Pengarang : Yuni Mutiasari

Penerbit/Tahun Terbit : Skripsi Pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat 2012

Metode Penelitian : Sejarah

Ringkasan

Peran media massa terutama pers berbahasa Melayu sangat penting

dalam pergerakan kebangsaan. Mereka dapat bersentuhan langsung dengan

pendudukbumiputera.Olehkarenaitu,persberbahasaMelayuseringkali

dijadikanalatkomunikasipolitikolehparaeliteIndonesiapadamasaitu.

Banyaknya kasus persdelict di masa Hindia Belanda. Larangan terbit bagi

surat kabar dan majalah antara lain karena disadari bahaya dari pengaruh

tulisan dalam Bahasa Melayu dalam pers itu segera dapat dipahami oleh

penduduk bumiputera.

Skripsi ini merupakan gambaran seorang tokoh wartawan pers

perjuangandaridaerahHuluSungaiUtara,bernamaYusniAntemas.Latar

belakang penulisan skripsi ini untuk mengetahui lebih jauh kehidupan

seorang tokoh wartawan pejuang yang seringkali dilupakan dan masyarakat

belum banyak yang mengeta-huinya. Kemudian, bagaimana kehidupan

YusniAntemasdarisejakkelahirannyasampaimasatuanya.

Metode yang digunakan adalah metode historis (sejarah). Dalam

penelitian ini, kegiatan dilakukan melalui heuristik yaitu pengumpulan data

dilakukan melalui wawancara langsung ke lapangan dengan mengutamakan

informan kunci dan menggunakan studi literatur dengan cara memilih buku-

buku dan data-data yang sesuai dengan penulisan ini. Setelah itu melakukan

kritik data yang hasilnya kemudian dianalisa. Selanjutnya melakukan

interpretasi yang nantinya diperoleh makna-makna yang saling berhubungan

darifakta-faktayangdiperoleh.Langkahterakhiradalahhistoriografiyaitu

menulis hasil penelitian sejarah secara deskriptif, sistematis dan kronologis.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa Yusni Antemas merupakan

seorang tokoh wartawan pejuang kemerdekaan pada masa Hindia Belanda,

Page 207: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

194

Jepang, dan masa setelah kemerdekaan di daerah Hulu Sungai dan sekitar

Kalimantan Selatan. Sepanjang karirnya, Yusni Antemas menerbitkan

beberapasuratkabar,majalahdanbuku.YusniAntemasadalahsalahsatu

anggotapengurusGerpindom(1942-1945)diAmuntaidanmenjabatsebagai

sekretaris. Selain aktif di Gerpindom, beliau juga anggota Barisan Pelopor

PemberontakKalimantanIndonesia(BPPKI)denganpangkatLetnanMuda.

Adapun keseluruhan isi skripsi ini dimulai bab I, merupakan bab

pendahuluan, mencakup latar belakang masalah penelitian, rumusan

masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan

pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II, berisi

gambaranumumwilayahAmuntaisebagaipusatkegiatanYusniAntemas,

yang menggambarkan sejarah asal-usul nama Amuntai, sejarah singkat

administrasi pemerintahan Amuntai, letak geografis, keadaan penduduk

dan kepercayaan masyarakatnya.

Selanjutnya bab III, adalah bagian yangmenyajikan tentang biografi

tokohwartawanpejuangasalAmuntaiyaituYusniAntemasdilihatdarilatar

belakang keluarga, pendidikan, kepribadian, riwayat pekerjaan dan keadaan

sosialekonomi.PadaBabIV,berisitentangaktivitasYusniAntemasdalam

bidang pers, pendidikan, sosial budaya, keagamaan, dan politik dalam

kehidupan masyarakat di Amuntai. Bab V, merupakan bab penutup yang

menyajikan kesimpulan dari berbagai analisis.

Page 208: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

195

Judul Buku/ Penelitian : Perkembangan Irama Lagu-Lagu Banjar di Kota Banjarmasin, Tahun 1980-2010

Nama Pengarang : Edi Bustami Arifin

Penerbit/Tahun Terbit : Skripsi Pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat 2012

Metode Penelitian : Sejarah

Ringkasan

Latar belakang penelitian ini adalah adanya fenomena perkembangan

irama lagu-lagu ini memunculkan permasalahan, yakni kaburnya irama

lagu-lagu asli Banjar, sementara irama lagu-lagu asli Banjar versi baru

seakan akan merupakan lagu Banjar aslinya. Perkembangan irama lagu-

lagu Banjar ini terjadi pada tahun 1980-tahun 2010. Metode untuk penulisan

skripsi yang digunakan dalam penelitian adalah metode penelitian sejarah.

Operasionalnyayaknimengumpulkansumber-sumberlisan,sumber-sumber

tertulis maupun sumber berupa benda peninggalan masa lampau. Metode

wawancara penulis aplikasikan untuk mengumpulkan sumber lisan dari para

pelakuseni(seniman)yangmenjadiinformandalampenelitianini.Selain

itu, informan ini adalah pengamat seni budaya dan masyarakat sebagai

pendengar irama lagu-lagu Banjar. Sumber tertulis, penulis kumpulkan

melalui metode kepustakaan, penulis mengumpulkan beberapa dokumen

dan arsip, mengumpulkan buku, majalah, artikel yang berhubungan dengan

penelitian. Misalnya artikel-artikel yang memuat tentang irama lagu-lagu

Banjardi kotaBanjarmasindari awal (tahun1980-an)hingga tahun2010

dari surat kabar seperti Banjarmasin Post, Radar Banjarmasin, Kalimantan

Post dan lain-lain.

Hasil penelitian menunjukkan, sejarah dan perkembangan irama

lagu- lagu Banjar di daerah Kalimantan Selatan dan di wilayah Banjarmasin

khususnya mengalami dinamika yang menarik. Sejak booming irama lagu

Paris Barantai yang masuk rekaman piringan hitam di Lokananta di Solo

pada tahun 1960-an, muncul banyak irama lagu-lagu Banjar yang muncul

di Kota Banjarmasin. Dalam perkembangannya musik Banjar hingga era

Page 209: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

196

1980-an, memang didominasi karya Anang. Masa itu banyak lagunya

direkam, baik berupa album sendiri maupun bersama lagu Banjar ciptaan

senimanlain.Iramalagu-laguitudikemasdalamalunanpop,latin,jazz,

dan melayu. Sementara pada tahun 1990-an, irama lagu-lagu Banjar banyak

dipengaruhi lagu dangdut, sedangkan pada tahun 2000-an, diwarnai irama

lagu-lagu dangdut remix Banjar dan lagu pop Banjar. Perkembangan irama

lagu-lagu Banjar ini banyak dipengaruhi oleh munculnya perusahaan

rekaman, publikasi di media massa serta booming irama lagu-lagu di

pasaran musik nasional.

Adapun sistematika penulisan skripsi ini dimulai bab I, membahas

tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, batasan masalah,

tujuan dan penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka serta sistematika

penulisan.BabII,berisitentanggambaranumumkeseniantradisionalBanjar

di Kota Banjarmasin. Pembahasan meliputi ragam kesenian tradisional

Banjar, kemudian peribahasa, pantun dan lagu Banjar. Selanjutnya Bab

III, membahas tentang pengertian musik dan lagu serta sejarah dan

perkembangan perkembangan musik daerah Kalimantan Selatan. Dalam bab

ini juga menguraikan tentang pengertian asal usul dan perkembangan musik

serta lagu-lagu Banjar dan perkembangannya di Banjarmasin pada tahun

1960-an.BabIV,membahastentangperkembanganiramalagu-laguBanjar

di Kota Banjarmasin tahun 1980-2010. Kemudian membahas peranan media

massa, khususnya radio dan majalah dalam mendukung perkembangan

lagu-lagu Banjar. Kemudian faktor faktor penghambat perkembangan lagu

lagu Banjar. Terakhir Bab V, berisi kesimpulan sebagai sumbangan pemikiran

dalam penulisan skripsi.

Page 210: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

197

Judul Buku/ Penelitian : Antara Dayak dan Belanda: Sejarah Ekonomi Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan 1880-1942

Nama Pengarang : J. Thomas Lindblad & Peter E.F. Verhagen (terj. Ika Diyah Chandra)

Penerbit/Tahun Terbit : Lilin Yogyakarta/2012

Metode Penelitian : Sejarah

Ringkasan

Pada buku ini dijelaskan tentang ekspedisi-ekspedisi yang dilakukan

orang-orang eropa untuk memetakan dan upaya melihat secara langsung

keadaan di Borneo (Kalimantan). Beberapa telaahan sumber Barat dari

Endert (1927), Molengraaf (1900); Nieuwenhuis (1900); Posewitz (1889),

Sellato(1987),Tichelman(1949),Tillema(1938)yangdisarikanLindbladdapat

disimpulkan bahwa pada pertengahan abad ke-17, informasi yang tersedia

tentang pulau-pulau dengan sumber daya alam yang kaya berkurang.

Dalam rentang waktu singkat, puluhan ekspedisi eksplorasi dilakukan di

Banjarmasin. Schwaner melakukan perjalanan ke Pontianak di Kalimantan

Barat. H. von Gaffron mencari batubara dan emas di tenggara, dan H. von

Dewall datang ke pantai timur.

Pembahasan dalam buku ini terbagi atas lima bab. Bab 1 berisi

pendahuluan. Kemudian bab 2 berisi pembahasan tentang periode perintis

(1880-1914), yang terbagi atas sub-bab yakni monopoli perdagangan,

pertanian, batubara dan minyak, serta masa masa sulit dan keuntungn.

Berikutnya bab 3 berisi pembahasan periode ekspansi, sub babnya

adalah perkebunan karet, minyak dan batubara, eksploitasi hutan, serta

permintaan dan penawaran. Pada bab 4, dijelaskan tentang otoritas dan

kekuasaan, skema perpajak-an, pengeluaran pemerintah serta infrastruktur.

Selanjutnya pada bab 5, dibahas tentang dinamika ekspansi, sub-babnya

terbagi atas struktur ekonomi, perdagangan luar negeri, dan ekspansi

dampak perdagangan.

Page 211: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

198

- Terbit Tahun 2013 -

Judul Buku/ Penelitian : Perang Tongka Montallat (27 Mei- 8 Nopember 1861): Episode Terakhir Perlawanan Antasari Dalam Perang Barito di Onderdistrik Montallat, Distrik Midden Doesoen, Borneo Zuid Ooster Afdeeling

Peneliti : Karya Budi

Penerbit/ Tahun Terbit : Skripsi, Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, 2013

Metode Penelitian : Sejarah

Ringkasan

Latar belakang penelitian adalah terjadinya Perang Tongka-Montallat di

Desa Tongka-Montallat, Kecamatan Gunung Timang, Kabupaten Barito Utara

merupakan daerah yang tempat terjadinya perang yang banyak menelan

korban baik di pihak Belanda maupun masyarakat Banjar, Bakumpai,

Maanyan, Sihong dan Tawoyan. Desa Tongka sangat dikenal oleh masyarakat

luas, khususnya wilayah Kabupaten Barito Utara. Tujuan penulisan ini

untuk memaparkan konteks kesejarahan perang di wilayah Barito Utara

yang sangat penting untuk diteliti sehingga generasi yang berikutnya bisa

mempelajari dan mengetahui peristiwa tersebut.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

sejarahdengantahapheuristik,kritik,interpretasidanhistoriografi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perang Tongka-Montallat berpengaruh

besar dalam sejarah Banjar. Kemudian peran Pangeran Antasari sangat

penting dalam Perang Banjar, Perang Barito, khususnya perang Tongka

Montallat, terutama karena sosoknya yang pantang menyerah. Hal ini

membangkitkan semangat juang masyarakat Banjar, ataupun semua

masyarakat di sekitar Sungai Barito hingga sampai ke pelosok-pelosok.

Paratokoh-tokohataupunkepalasukubaikdariSukuMa’anyan,Bakumpai,

Sihong,Ngaju,TawoyanserentakmemberikanbantuanterhadapPangeran

Antasari dalam melakukan perlawan terhadap Belanda. Banyak kerugian

Page 212: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

199Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

yang dialami pihak Belanda, baik materi bahkan banyak pejuang Belanda

yang tewas dibunuh oleh pasukan Pangeran Antasari.

AdapunsistematikaskripsipadababI,berisipendahuluanterdiridari

latar belakang, rumusan masalah, ruang dan lingkup pelitian, tujuan dan

manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian. Selanjutnya di

bab II, diuraikan tentang gambaran umum daerah dan penduduk desa

tongkapadatahun1800-anterdiridarikeadaangeografis,pemerintahan,

kehidupan sosial, ekonomi dan pendidikan. Berikutnya pada bab III

diuraikan tentang latar belakang Perang Banjar dan dan klimaksnya pada

Perang Barito tahun 1859-1861, kemudian latar belakang Perang Banjar

1859-1905, serta titik kulminasi Perang Banjar dan munculnya Perang

Barito 1861. Kemudian pada bab IV dijelaskan tentang episode Perang

Tongka Montallat 27 Mei-1 Juni 1861 dan dampaknya bagi perlawanan

Antasari terhadap kolonial Belanda, perlawanan di Sungai Barito dan

tenggelamnyaKapalOnrust.KemudianperlawananSungaiAyuhsebagai

embrioPerangTongkaMontallat,sertaperlawananGunungTongka/Ingai,

27Mei-8Nopember1861.SelanjutnyadampakPerangBanjar-Baritobagi

kondisi sosial masyarakat di Kalimantan bagian selatan dan tengah. Bab V,

berisi kesimpulan dari skripsi yang dibahas.

Page 213: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

200

Judul Buku/ Penelitian : Perjuangan Gerilya Rakyat Balangan Pada Masa Revolusi Fisik Sekitar Tahun 1945-1949

Nama Pengarang : Syaifullah

Penerbit/Tahun Terbit : Skripsi Pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat 2013

Metode Penelitian : Sejarah

Ringkasan

Latar belakang dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang

perjuangan gerilya rakyat Balangan dalam perlawanannya terhadap tentara

NICAtahun1945-1949.Dalamperjuangantersebutbanyaksekalitantangan

dan hambatan yang dihadapi serta pengorbanan jiwa demi kemerdekaan.

Masalahdaripenelitianini,(1)ApayangmelatarbelakangirakyatBalangan

untukberjuangmelawanNICAsertabagaimanaawalperjuangannyasejak

keda-tanganNICAdiKalimantan?;(2)Dalambentuksepertiapaperjuangan

rakyat Balangan untuk melawan NICA, serta dimana tempat-tempat

perlawanan terhadap NICA dan bagaimana cara-cara perjuangan rakyat

Balangan dalam hal kepemimpinan, strategi, penyerangan, dan cara bertahan

hidupsaatberjuangan(makanan),besertaalat-alatyangdigunakan?.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana latar belakang

rakyatBalanganberjuangsejakdarikedatanganNICAdiKalimantan,bentuk

perjuangan hingga akhirnya NICA meninggalkan Kalimantan, cara-cara

perjuangan rakyat Balangan dalam hal kepemimpinan, strategi, penyerangan,

dancarabertahanhidupsaatperjuangan (makanan)sertaalat-alat yang

digunakan pada masa itu. Dalam penelitian ini penulis menggunakan

metode sejarah, yaitu metode yang menggunakan data atau informasi

tentang judul penelitian dengan tahapan tertentu. Jadi tahapan penelitian

sejarahtersebutadalahheuristik,kritik,interpretasi,danhistoriografi.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perjuangan rakyat Balangan

dalam menghadapi tentara NICA, sebagian besar mereka memilih cara

dengan perlawanan bersenjata, bergerilya, lari ke hutan-hutan atau

pegunungan, dan pedalaman-pedalaman yang dimotori oleh para ulama

Page 214: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

201Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

dan rakyat biasa. Sejak tahun 1945 rakyat Balangan mulai tergabung di

dalam organisasi kelaskaran bernama Gerpindom. Sebagian dari mereka

tergabung di dalam Gerpindom di Amuntai dan sebagiannya lagi tergabung

didalamGerpindomdiBirayang.Tahun1947kekuatanNICAmenguatyang

membuat gerakan-gerakan perjuangan di Kalimantan Selatan melemah.

Sampai akhir tahun 1948 ALRI Divisi IV Kalimantan dengan jalan

musyawarah telah berhasil merangkul sebagian besar dari oranisasi-

organisasi kelaskaran di Kalimantan Selatan termasuk Gerpindom dan tidak

membenarkan keberadaan organisasi kelaskaran berdiri sendiri. Rakyat

Balangan yang mulanya sudah berjuang di dalam organisasi kelaskaran

Gerpindom ataupun yang mulanya hanya para petani biasa telah berjuang

bersamaHassanBasrydankawan-kawanyangtergabungdalamALRIDivisi

IV Kalimantan. Perjuangan rakyat Balangan bersama ALRI dapatmerebut

kembali kemerdekaan RI dan mengusir NICA meninggalkan Kalimantan

khususnya Balangan sampai akhir tahun 1949.

Penulisan skripsi ini terdiri dari: Bab I, berupa Pendahuluan yang

terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah

penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, tinjauan

sumberdanpustaka,dansistematikapenulisan.BabII,berupagambaran

umum tentang Balangan dan konsep gerilya. Bab III, memuat tentang

bagaimana reaksi rakyat di Balangan terhadap Proklamasi Kemerdekaan 17

Agustus1945danreaksimasyarakatsaatdatangnyakolonialBelanda(NICA).

BabIV,memuattentangbagaimanaperjuanganrakyatBalanganpadamasa

revolusifisiktahun1945-1949.BabV,penutupyangberisikesimpulandari

bab-bab sebelumnya berupa jawaban dari permasalahan-permasalahan

yang dibahas di dalam skripsi ini.

Page 215: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

202

Judul Buku/ Penelitian : Perdagangan dan Politik Banjarmasin 1700-1747

Nama Pengarang : Goh Yoon Fong (terj. Ika Diyah Chandra)

Penerbit/Tahun Terbit : Lilin Yogyakarta/2013

Metode Penelitian : Sejarah

Ringkasan

Pembahasan utama buku ini adalah kondisi wilayah Banjarmasin

sebagai salah satu daerah penghasil utama lada di Asia Tenggara selama

periode 1700-1747, telah menarik perhatian pedagang dari pulau di luar

Banjarmasin, seperti Inggris, Belanda, dan Cina. Banjarmasinmerupakan

salah satupusat kekuatankomersial di kawasan tengahNusantarapada

zamannya, terutama Abad Ke-17 dan Ke-18. Pembangunan Banjarmasin

sebagai pasar perdagangan bukan hanya berkembang dari aktivitas-aktivitas

pada pedagang, namun juga dipengaruhi oleh respon pemerintah lokal

terhadap kedatangan para pedagang asing tersebut. Kebijakan perdagangan

pemerintah lokal pun disusun demi eksistensi kepentingan kekuatan politik

yang luas. Sebuah narasi yang detail tentang mekanisme perdagangan di

pelabuhan Banjarmasin, yang mengisahkan peran penting secara strategis

dan politis, disamping peran ekonomi, para pedagang asing, suku pribumi,

orang Biaju, dan reaksi-reaksi peraturan orang Banjar dalam aktivitas

perdagangan internasionalnya.

Penulis buku ini juga menguraikan bahwa pada perempat pertama Abad

XVIII,perdaganganpihakluardenganBanjarmasinmengalamikemunduran

bahkan nyaris terhenti. Pada masa itu lada yang dipasok dari daerah-daerah

perdalaman ke ibukota volumenya sangat kecil. Akar penyebabnya tidak

lain karena terputusnya aktivitas pelayaran sungai akibat aksi-aksi pihak

“musuh” dan perompak-perompak Bugis yang semakin marak di jalur-jalur

perairan di wilayah pengaruh kekuasaan Kesultanan Banjarmasin. Buku ini

terbagi atas delapan bab.

Garis besar isi buku ini yakni pada Bab 1, dibahas tentang asal usul,

kemudian pada Bab 2 tentang latar belakang historis. Selanjutnya pada

Bab 3 tentang pendudukan Inggris di Banjarmasin tahun 1700-1707. Bab

Page 216: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

203Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

4, membahas tentang gangguan gangguan politis, Bab 5 tentang aktivitas-

aktivitas Belanda tahun 1711-1737. Pada Bab 6 dibahas tentang permasalahan

dalamperdaganganlada.BerikutnyaBab7tentangkapalbarangdariCina

tahun 1700-1737. Pada bab terakhir, yakni Bab 8 tentang aktivitas-aktivitas

Inggristahun1713-1747.

Page 217: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

204

- Terbit Tahun 2014 -

Judul Buku/ Penelitian : Migrasi Masyarakat Banjar ke Desa Sungai Ular Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Dari Tahun 1918-2012 (Tinjauan Historis)

Peneliti : Yusfa Santi

Penerbit/ Tahun Terbit : Skripsi, Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan, 2014

Metode Penelitian : Sejarah

Ringkasan

Provinsi Sumatera Utara khususnya pada bagian utara yang dikenal

dengan Kabupaten Langkat sejak dulu banyak bermukim orang-orang

Banjar, pada masa pemerintahan Belanda masih berstatus Keresidenan

danKesultanan(Kerajaan),denganpimpinanpemerintahanyangdisebut

Residen yang mempunyai wewenang mendampingi Sultan Langkat dalam

urusan orang-orang asing. Sementara orang-orang pribumi berada di

bawahPemerintahanKesultananLangkat.Olehkarenanyapadasaatorang

Banjar datang ke daerah Langkat sebagian dari mereka wajib melapor

kepada Sultan Langkat.

Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan apakah migrasi

masyarakat Banjar dari Kalimantan Selatan terjadi secara alami atau hanya

ingin ke daerah Secanggang atau apakah karena didorong oleh faktor-faktor

tertentu yang datangnya dari lingkungan Etnis Banjar itu sendiri. Kemudian

untuk mengetahui latar belakang yang mempengaruhi terjadinya migrasi

masyarakat Banjar ke Desa Sungai Ular. Selanjutnya untuk mengetahui

bagaimana proses migrasi dan perkembangan masyarakat Banjar di Desa

Sungai Ular, dan untuk mengetahui bagaimana eksistensi masyarakat

Banjar dalam mempertahankan diri di perantauan Desa Sungai Ular, Kec.

Secanggang, Kab.Langkat.

Penelitian ini menggunakan metode sejarah yaitu diawali dengan

penelitian sumber (heuristik), kemudian sumber sejarah diseleksi

Page 218: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

205Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

(dikritik),selanjutnyadiinterpretasiataudianalisa,danterakhirpenulisan

sejarah(historiografi).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perpindahan orang Banjar secara

besar besaran ke Sumatera terkait terjadinya perang Banjar di Kalua yang

dimulai tahun 1859 dan perang di Alai tahun 1898. Dengan semboyan “waja

sampai ka puting, haram amun manyarah”, orang-orang Banjar tidak rela

dijajah Walanda (Belanda) di negerinya sendiri, tidak rela diperlakukan

penjajah dengan sewenang-wenang. Kondisi dan prinsip ini mengakibatkan

banyak orang Banjar bermigrasi ke Sumatera dan Malaysia. Diperkirakan

pasca perang di Kalua merupakan awal Urang Banjar menetap di Sumatera

Utara. Sungguhpun sebelum masa tersebut sudah ada orang-orang Banjar

bermukim di pantai-pantai Sumatera Utara, mengingat bahwa orang Banjar

memiliki kemampuan mengarungi lautan luas menggunakan perahu layar.

Suku Banjar yang bermukim di Sumatera Utara saat ini diperkirakan adalah

generasi ke-3 dan ke-4 dari awal kedatangannya.

Page 219: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

206

Judul Buku/ Penelitian : Peranan Harian Kalimantan Berdjuang Sebagai Alat Penerangan di Kalimantan Bagian Selatan Pada Tahun 1946-1952

Peneliti : Siti Marfuah

Penerbit/ Tahun Terbit : Skripsi, Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, 2014

Metode Penelitian : Sejarah

Ringkasan

PadamasaRevolusiFisik(1945-1949),mediamassaterbittidakhanya

sebagai alat penerangan akan tetapi juga sebagai bentuk perjuangan. Pers

pada masa Revolusi Fisik disebut sebagai Pers Republiken yang membela

danmempertahakanKamerdekaanRepublikIndonesia.PersRepublikenyang

paling berani pada masa Revolusi Fisik di Kalimantan Bagian Selatan disebut

dengan Trio Surat Kabar. Salah satunya ialah Harian Kalimantan Berdjuang

yang terbit di Kandangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan

Harian Kalimantan Berdjuang sebagai alat penerangan di Kalimantan Selatan

pada tahun 1946-1952. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian

ini ialah metode sejarah. Adapun langkah-langkah dalam metode sejarah

yaituheuristik,kritik,interpretasidanhistoriografi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Harian Kalimantan Berdjuang

memiliki peranan sebagai alat penerangan di Kalimantan Selatan pada tahun

1946-1952. Harian Kalimantan Berdjuangterbitpada1Oktober1946.Harian

Kalimantan Berdjuang dipelopori oleh Haspan Hadna dan A. Djabar. Harian

Kalimantan Berdjuang terbit guna menyebarluaskan cita-cita bangsa dan

menjaditandingansuratkabarNICAyaituHarianSuara Kalimantan. Kurang

lebih tiga bulan kemudian, harian ini dipindahkan ke Banjarmasin. Harian

Kalimantan Berdjuang merupakan alat pemberitaan gerilyawan dan politik

di Kalimantan Selatan pada tahun 1946-1949. Harian Kalimantan Berdjuang

juga berperan dalam menyebarluaskan naskah Proklamasi 17 Mei 1949.

Pada tahun 1949-1952, Harian Kalimantan Berdjuang terus terbit meskipun

masa Revolusi Fisik telah berakhir. Harian Kalimantan Berdjuang terus terbit

Page 220: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

207Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

sebagaialatpenerangansejakRISterbentukhinggadibubarkan.Lambang

“KepalaBanteng”danCatatanPojok “KopiHitam”denganPenjagaPojok

Abang Sikat menjadi ciri khas harian ini yang tetap dipertahankan. Pada

17 Agustus 1952, Harian Kalimantan Berdjuang dijual kepada Tjanang Press.

NamaHarianKalimantan Berdjuang berganti menjadi Indonesia Berdjuang.

Bersamaan dengan itu, maka berakhirlah terbitnya Harian Kalimantan

Berdjuang di Kalimantan bagian selatan dari tahun 1946 hingga 1952.

AdapungarisbesarskripsiiniadalahBabI,pendahuluanyangterdiri

dari latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan

manfaat penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika

penulisan.BabII,berisitentanggambaranumumPersNasionalIndoensia

dan Daerah Kalimantan Selatan pada tahun 1946-1949. Bab III, berisi

tentangProfilHarianKalimantan Berdjuang pada tahun 1946-1952; latar

belakang, proses percetakan sampai pendistribusian, surat kabar Harian

Kalimantan Berdjuangsertaprofilsingkattokohpersyangterlibatdalam

Harian Kalimantan Berdjuang.BabIV,membahastentangperananHarian

Kalimantan Berdjuang sebagai alat penerangan di Kalimantan Selatan

pada tahun 1946-1952; peranan serta tantangan dan hambatan dalam

menerbitkan Harian Kalimantan Berdjuang pada tahun 1946-1952. Bab

V, kesimpulan yang berisi jawaban dari rumusan masalah berdasarkan

pembahasan pada bab sebelumnya.

Page 221: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

208

- Terbit Tahun 2015 -

Judul Buku/ Penelitian : Ratu Zaleha 1880-1953: Perjuangan Terakhir Perempuan Banjar

Peneliti : Syarifah Nazimah

Penerbit/ Tahun Terbit : Skripsi, Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, 2015

Metode Penelitian : Sejarah

Ringkasan

Semua daerah di Indonesia mempunyai pahlawan, bahkan diangkat

sebagai pahlawan nasional. Tidak sedikit dari pahlawan nasional tersebut

adalahperempuan.SepertidiAcehterdapatCutNyakDiendanCutMeutia,

diMalukuadaChristinaMartaTiahahu.WilayahKalimantanSelatansendiri

juga terdapatpahlawanperempuan,yaituRatuZaleha.Namunpahlawan

dari Kalimantan Selatan belum banyak ditulis oleh sejarawan maupun

peneliti, terutama berhubungan dengan riwayat perjuangannya sehingga

tidak begitu banyak yang mengetahui tentang sosoknya. Dengan motivasi

guna menambah informasi tentang riwayat hidupnya, maka ditulislah

biografiRatuZaleha.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui situasi dan

kondisi politik di Kalimantan Selatan tahun 1880 atau tahun lahirnya Ratu

Zaleha. Kemudian untuk mengetahui perlawanan yang dilakukan Ratu

Zaleha bersama suaminya Gusti Muhammad Arsyad. Selanjutnya, untuk

mengetahui perlawanan yang dilakukan Ratu Zaleha pasca diasingkannya

Gusti Muhammad Arsyad ke Bogor, proses terjadinya penangkapan dan

pengasingan Ratu Zaleha ke Bogor menyusul suaminya dan kehidupan Ratu

Zaleha setelah kembali ke Banjarmasin.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

sejarah dengan langkah-langkah yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan

historiografi. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

Page 222: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

209Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar

kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah buku tentang Kesultanan

Banjar dan perang Banjar yang ada di perpustakaan baik Perpustakaan

Daerah, Museum Lambung Mangkurat maupun Perpustakaan Program Studi

Sejarah. Selain sumber data tertulis, penulis juga menggunakan sumber

data lisan yang diperoleh dengan wawancara Gusti Hindun, Gusti Shuria

Putra, Gusti Nor Aina, Gusti Noor Maulana, Aditya D. Sumabharata, dan

ArsyadIndradi.

HasilPenelitianmenunjukkahbahwa:1)RatuZalehalahirpadatahun

1880diMuaraLawangatauMuaraLaungdiUdikSungaiLawune. Ia lahir

pada saat ayahnya Sultan Muhammad Seman sedang berjuang melawan

kolonial Belanda; 2) Ratu Zaleha menikah dengan saudara sepupunya

yaitu Gusti Muhammad Arsyad di usia 20 tahun. Mereka bersama-sama

menghimpun kekuatanmelawan pasukan Belanda; 3) Ratu Zaleha harus

berjuang sendiri dan memimpin pasukan karena suaminya Gusti Muhammad

Arsyad tertangkap dan diasingkan ke Bogor pada tahun 1904 dan tahun 1905

ayahnyagugurdalampertempurandiBentengMenawing;4)RatuZaleha

akhirnya berhasil ditangkap oleh pasukan Belanda di Muara Teweh dan

diasingkandiBogor tahun1906;5)Tahun1937padausia61 tahun,Ratu

Zaleha kembali ke Banjarmasin sampai akhir hayatnya.

Isi skripsi ini pada bab I, pendahuluan mencakup latar belakang

masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BabII,GambaranwilayahKesultananBanjardariabadke-17sampaiawal

abadke- 20.Gambaranumum ini berupa letak secara geografismaupun

astronomis, keadaan alam, Banjarmasin sebagai pusat pemerintahan dan

kondisi penduduk serta kondisi Kesultanan Banjar dari awal berdiri sampai

dibubarkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 11 Juni 1860.

Kemudian, perlawanan yang dilakukan oleh para elite kesultanan terhadap

PemerintahKolonialBelanda.Bab III,kondisipolitikdiKalimantanbagian

selatan tahun 1880 pada saat lahirnya Ratu Zaleha. Kemudian gambaran

umum kondisi politik Kesultanan Banjar sekitar tahun 1880, tahun kelahiran

RatuZaleha.BabIV,perjuanganterakhirperempuanBanjardalammenentang

Pemerintahan Kolonial Belanda merupakan isi pembahasan tentang riwayat

dari Ratu Zaleha tentang pembentukan karakternya yang kuat dan berani,

sampai perjuangannya bersama suami dan ayahnya. Perjuangan akhirnya

Page 223: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

210

dilakukan sendiri setelah ditinggal suami ke Bogor karena diasingkan oleh

Pemerintah Kolonial Belanda dan gugurnya ayahnya dalam pertempuran

di Benteng Manawing. Kemudian, proses tertangkapnya Ratu Zaleha dan

diasingkan ke Bogor dan kehidupan Ratu Zaleha di Banjarmasin setelah

dipulangkan dari Bogor. Bab V, penutup merupakan bab tentang kesimpulan

dari berbagai analisis.

Page 224: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

211

Judul Buku/ Penelitian : Asywadie Syukur Sebagai Ulama dan Pendidik (1968- 2010)

Nama Pengarang : Akhmat Farisi

Penerbit/Tahun Terbit : Skripsi Pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat 2015

Metode Penelitian : Sejarah

Ringkasan

Latar belakang penelitian ini adalah kehidupan dan kontribusi Asywadie

Syukur sebagai seorang tokoh ulama dan pendidik. Asywadie Syukur adalah

seorang ulama kharismatik yang lahir di Benua Hulu, Kalimantan Tengah.

Adapun masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kehidupan dan

kontribusi Asywadie Syukur sebagai seorang ulama dan pendidik. Tujuan

penelitian untuk mendeskripsikan riwayat hidup Asywadie Syukur dan

mengetahui kontribusi KH. Asywadie Syukur sebagai seorang ulama dan

pendidik. Manfaat penelitian adalah memperluas wawasan mengenai

tokoh ulama di Kalimantan, khususnya Kota Banjarmasin. Sebagai referensi

ataupun sumber bacaan, dan bisa digunakan sebagai materi ajar terutama

mengenai sejarah lokal yang berhubungan dengan agama.

Metode yang digunakan adalah metode sejarah dengan tahap

heuristik,kritik,interpretasidanhistoriografi.Adapunsumberdatayang

penulis gunakan dalam penelitian ini terdiri dari sumber primer dan

sumber sekunder. Sumber primer penulis dapatkan secara langsung dari

narasumber tentang objek yang diteliti. Sementara sumber sekunder

didapatkan dari studi kepustakaan berupa buku-buku yang relevan dengan

objek penelitian ini.

Hasil dari penelitian menunjukan bahwa Asywadie Syukur memulai

kehidupan sebagai seorang ulama semenjak pulang dari Mesir tahun 1968.

Karir tertinggi Asywadie Syukur sebagai seorang ulama adalah ketika dia

dipercaya menjadi Ketua MUI Provinsi Kalimantan Selatan. Kehidupan

Asywadie Syukur sebagai seorang pendidik dimulai sejak tahun 1968. Karir

tertinggi Asywadie Syukur sebagai pendidik adalah dipercaya menjadi

Page 225: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan... · Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal

212

RektorIAINAntasariBanjarmasin.Simpulanpenelitianiniadalahkontribusi

Asywadie Syukur sangat besar dalam tugasnya sebagai ulama maupun

pendidik. Ketika menjabat sebagai Dekan Fakultas Dakwah, ia membuka

program sarjana lengkap di Fakultas Dakwah dan Fakultas Dakwah merupakan

FakultaspertamadiIAINAntasariyangmenyelenggarakansarjanalengkap.

Sebagai seorang ulama, kontribusi besar Asywadie Syukur terlihat ketika ia

menjadianggotaMUI,dimanaAsywadiebanyakmengeluarkanfatwa-fatwa

yang monumental.

Secara garis besar, sistematika skripsi ini disusun dengan format pada

babI,berisilatarbelakang,batasanmasalah,pertanya-anpenelitian,tujuan

dan manfaat penelitian, metode penelitian, kajian teori serta sistematika

penulisan. Selanjutnya, bab II berisi tentang riwayat hidup Asywadie

Syukur. Riwayat hidup ini meliputi riwayat keluarga, riwayat pendidikan,

riwayat organisasi, sikap dan kepribadian, dan tutup usia Asywadie Syukur.

BerikutnyapadababIII,berisikehidupandankontribusiAsywadieSyukur

sebagai seorang ulama, meliputi aktivitasnya mengisi acara konsultasi hidup

dankehidupandiRRI,kiprahdiMUIKalimantanSelatan,sertapemikiran

Asywadie Syukur sebagai seorang ulama.

Kemudian pada bab IV, berisi pembahasan tentang kehidup-an dan

kontribusi Asywadie Syukur sebagai seorang pendidik. Kehidupan dan

kontribusi Asywadie Syukur sebagai seorang pendidik meliputi kiprah

Asywadie Syukur di IAIN Antasari, kegiatan ilmiah yang diikuti dan gaya

mengajar. Terakhir pada bab V, berisi penutup yang menguraikan tentang

kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah yang diteliti.