hasil dan pembahasan desember 2011 hingga mei...

56
29 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian Penelitian dilakukan selama 6 bulan, yaitu pada bulan Desember 2011 hingga Mei 2012. Penelitian pertama kali dilaksanakan dengan melakukan observasi. Observasi dilaksanakan selama 5 hari pada tanggal 6-10 Desember 2011. Jadwal dimana peneliti melakukan observasi merupakan minggu terakhir mahasiswa PSIK FIK UKSW melaksanakan praktek klinik yang bertempat di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang. Saat melakukan observasi, mahasiswa terbagi di beberapa ruangan antara lain ruang Cempaka, ruang Anggrek, ruang Dahlia, ruang Peristi dan Unit Gawat Darurat. Ruang Cempaka merupakan ruang rawat inap pasien penyakit dalam, ruang Anggrek merupakan ruang rawat inap pasien medikal bedah, ruang Dahlia merupakan ruang rawat inap anak, ruang Peristi merupakan ruang perawat bayi baru lahir yang beresiko tinggi, sedangkan Unit Gawat Darurat merupakan unit dimana pasien yang masuk adalah pasien yang mendapatkan pertolongan emergency. Jadi, berdasarkan karakterisitik partisipan yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti,

Upload: trancong

Post on 12-Feb-2018

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

29

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Setting Penelitian

Penelitian dilakukan selama 6 bulan, yaitu pada bulan

Desember 2011 hingga Mei 2012. Penelitian pertama kali

dilaksanakan dengan melakukan observasi. Observasi

dilaksanakan selama 5 hari pada tanggal 6-10 Desember

2011. Jadwal dimana peneliti melakukan observasi

merupakan minggu terakhir mahasiswa PSIK FIK UKSW

melaksanakan praktek klinik yang bertempat di Rumah Sakit

Panti Wilasa Citarum Semarang. Saat melakukan observasi,

mahasiswa terbagi di beberapa ruangan antara lain ruang

Cempaka, ruang Anggrek, ruang Dahlia, ruang Peristi dan

Unit Gawat Darurat. Ruang Cempaka merupakan ruang

rawat inap pasien penyakit dalam, ruang Anggrek merupakan

ruang rawat inap pasien medikal bedah, ruang Dahlia

merupakan ruang rawat inap anak, ruang Peristi merupakan

ruang perawat bayi baru lahir yang beresiko tinggi,

sedangkan Unit Gawat Darurat merupakan unit dimana

pasien yang masuk adalah pasien yang mendapatkan

pertolongan emergency. Jadi, berdasarkan karakterisitik

partisipan yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti,

Page 2: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

30

dimana riset partisipan yang akan diamati adalah mahasiswa

PSIK FIK UKSW yang sedang menjalankan praktik klinik di

Rumah Sakit yang melakukan interaksi dengan pasien dan

berasal dari luar Jawa, maka peneliti memilih untuk

melakukan observasi pada mahasiswa yang berada di

ruangan Cempaka dan Anggrek dengan pertimbangan bahwa

kedua ruangan ini merupakan ruang rawat inap pasien

dewasa, dimana mahasiswa akan lebih banyak melakukan

interaksi dengan pasien.

Peneliti melakukan observasi pada pagi dan sore hari.

Selama melakukan observasi, interaksi mahasiswa dengan

pasien lebih sering dilakukan pada saat melakukan

pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi

pemeriksaan tekanan darah, menghitung nadi dan mengukur

suhu tubuh. Selain pemeriksaan TTV, komunikasi dengan

pasien dilakukan ketika memandikan pasien atau mengganti

cairan infus. Melalui wawancara dengan mahasiswa,

mengatakan bahwa jadwal dimana peneliti melakukan

observasi, merupakan minggu terakhir mahasiswa

melaksanakan praktek klinik sehingga pengkajian ataupun

tindakan perawatan kepada pasien khusus yang dirawat oleh

mahasiswa, sudah tidak lagi dilaksanakan dan pasien yang

Page 3: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

31

dirawat oleh mahasiswa pada minggu sebelumnya sudah

keluar dari rumah sakit.

Dari hasil observasi yang dilakukan selama 5 hari,

peneliti menjumpai 11 mahasiswa yang sesuai dengan

karakteristik riset partisipan yang telah ditentukan sebelumnya

oleh peneliti. Setelah melakukan observasi, peneliti

menjadwalkan untuk melakukan wawancara yang

dilaksanakan pada bulan Januari hingga Mei 2012. Ketika

peneliti melakukan wawancara, mahasiswa sudah tidak

melaksanakan praktek klinik karena praktek klinik berakhir

pada tanggal 10 Desember 2011. Selesai melaksanakan

praktek klinik, mahasiswa mendapatkan jadwal liburan

sehingga peneliti dapat melanjutkan penelitian berupa

wawancara yang dimulai pada bulan Januari 2012. Dari 11

mahasiswa yang dijumpai saat melaksanakan observasi dan

memenuhi kriteria, hanya 9 mahasiswa yang bersedia

menjadi riset partisipan sehingga peneliti hanya melakukan

wawancara pada 9 mahasiswa, dengan melakukan kontrak

waktu terlebih dahulu.

Page 4: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

32

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Riset Partisipan 1 (RP1)

4.2.1.1 Gambaran Umum RP1

RP1 berinisial Sdri. F dan saat ini partisipan berusia

22 tahun. RP1 berasal dari Ambon dan tinggal di Salatiga

sejak tahun 2007. Ciri-ciri fisik RP1 yaitu tinggi badan ± 165

cm, rambut panjang dan kulit sawo matang. Menurut RP1,

saat melaksanakan praktek klinik di rumah sakit, RP1

menemukan pasien yang kebanyakan bisa menggunakan

bahasa Indonesia, sehingga tidak mengalami kendala dalam

hal bahasa. Kendala dalam hal bahasa, biasanya dijumpai

pada pasien lansia yang menggunakan bahasa daerah

sehingga untuk mengatasi kendala tersebut, RP1 meminta

bantuan keluarga membantu menjelaskan informasi yang

disampaikan oleh RP1 kepada pasien, demikian sebaliknya.

Menurut RP1, hubungan yang terjalin dengan pasien yang

menggunakan bahasa Indonesia ketika berkomunikasi, akan

lebih akrab jika dibandingkan dengan pasien yang

berkomunikasi dengan menggunakan bahasa daerah.

Menyadari kondisi perbedaan budaya antara RP1 dan pasien,

biasanya RP1 terbuka dengan pasien dengan kondisi latar

belakang budayanya. RP1 mengatakan bahwa kecepatan

bicara saat melakukan komunikasi terkadang masih seperti

Page 5: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

33

logat asalnya yang cendrung cepat. Akan tetapi, melalui

pergaulan dengan teman-teman yang berasal dari Jawa

sebelum melaksanakan praktek klinik, RP1 belajar untuk

menyesuaikan diri dengan cara bicara kebudayaan Jawa

yang menurut RP1 hal tersebut tidak terlalu sulit untuk

disesuaikan. RP1 lebih sering berkomunikasi dengan pasien

ketika melakukan tindakan atau memanfaatkan waktu luang

dengan bertemu pasien, hal tersebut dilakukan sebagai salah

satu bentuk menjalin hubungan saling percaya dengan pasien

dan keluarga.

4.2.1.2 Analisa Data RP1

Data yang didapat dari hasil wawancara dan

observasi, dianalisa mana yang termasuk keterampilan

komunikasi berdasarkan teknik komunikasi yang dilakukan

oleh riset partisipan. Adapun keterampilan komunikasi yang

dilakukan oleh RP1, sebagai berikut:

a. Bentuk Komunikasi

1) Komunikasi Verbal

Selama melaksanakan praktek klinik, RP1

melakukan komunikasi dengan kata-kata yang

diucapkan secara langsung dan menggunakan

bahasa Indonesia. Meskipun pasien menggunakan

bahasa daerah ketika berkomunikasi, RP1 akan

Page 6: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

34

merespon dengan menggunakan bahasa Indonesia

dengan meminta bantuan keluarga untuk membantu

menerjemahkan. Menurut RP1, kecepatan bicaranya

terkadang masih cepat karena terbawa logat

asalnya. Namun partisipan berusaha untuk

menyesuaikan kecepatan dan penggunaan logat

bicara pasien yang dijumpai. Jika menurut pasien,

partisipan berbicara terlalu cepat maka pasien akan

memberitahukan bahwa partisipan berbicara terlalu

cepat.

2) Komunikasi Non Verbal

Bentuk komunikasi non verbal yang ditunjukkan oleh

RP1 setiap kali bertemu dengan pasien yaitu

tersenyum serta melakukan kontak mata selama

berinteraksi dengan pasien. RP1 akan memberikan

sentuhan jika dirasa perlu, seperti ketika

menenangkan pasien.

b. Teknik Komunikasi

Adapun teknik komunikasi yang dilakukan oleh RP1

ketika melakukan komunikasi dengan pasien, sebagai

berikut:

Page 7: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

35

1) Mengajukan Pertanyaan

RP1 mengajukan pertanyaan yang berhubungan

dengan perasaan dan keadaan pasien. Bentuk

pertanyaan yang digunakan adalah bentuk

pertanyaan terbuka, seperti:

“Bagaimana Bu perasaannya? Apa yang sakit?” (RP1, 68-69). “Trus gimana Ibu, perasaannya sekarang? Apa udah baikan belum? Apa yang masih sakit?” (RP1, 83-85). “Bagaimana Bu? Apa kabar” (RP1, 151).

Mengajukan pertanyaan dilakukan RP1 untuk

memulai pembicaraan ataupun diajukan ditengah

pembicaraan dengan pasien.

2) Mendengarkan

Respon yang diberikan oleh RP1 terhadap

pembicaraan yang dilakukan dengan pasien

berbeda-beda. RP1 lebih banyak mendengarkan

dan memberikan respon jika dirasa perlu.

Cuma dengar aja terus kalau ada misalnya yang menurut saya harus diberikan motivasi, nanti diberikan motivasi. Nanti kalau misalnya cuma untuk dengar, jadi pendengar, yasudah jadi pendengar yang baik. Ga nambah-nambah “Ga boleh Bu, Ibu tu mesti begini-begini-begini lho.” Kalau itu, ga sich. (RP1, 155-160)

Page 8: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

36

3) Menetapkan Observasi

Menetapkan observasi dilakukan RP1 ketika bertemu

dengan pasien yang sedang sendirian. Bentuk

menetapkan observasi yang dilakukan oleh RP1

dengan mengajukan pertanyaan untuk memastikan

keadaan pasien pada saat itu.

Pernah ada satu Ibu, aku datang untuk kasi suntikan. Nah.. pas aku selesai kasi suntikan, aku tanya “Bu, sendiri aja? Ga ada yang temani Ibu?” Ibunya langsung nangis. “Lho…Bu, kenapa nangis?” Aku yang nanya, langsung aduh kayaknya udah salah ngomong. Jadi akhirnya ga bisa ke kamar sebelah dulu, jadi aku tetap sama Ibunya dulu. Aku tenangi “Ibu sendiri?” “Iya De, anak saya jauh-jauh semua. Kemarin ada yang jengukin aku tapi katanya mesti balik, ga bisa ditinggalin kerjaannya. Saya di Rumah Sakit sendirian, ga ada yang jagain.” Jadi aku cuma elus-elus aja bahunya sambil dibilangin “Udah Bu, ga apa-apa. Ibu di sini ga sendiri kok, ada kita kalau misalnya Ibu perlu bantuan atau mau ngapain, nanti tinggal pencet bel aja. Nanti kita datang, kalau bukan aku pasti ada teman-teman ku atau ada perawat ruangan yang bakal datang temani Ibu. Jadi ga usah khawatir.” (RP1, 205-220)

Keberadaan RP1 untuk tetap bersama dengan

pasien menunjukkan kesediaan untuk menanggapi

keluhan yang dirasakan oleh pasien dan RP1

berusaha untuk menenangkan pasien dengan

memberikan sentuhan.

Page 9: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

37

4.2.2 Riset Partisipan 2 (RP2)

4.2.2.1 Gambaran Umum RP2

RP2 berinisial Sdri. V dan saat ini partisipan berusia

23 tahun. RP2 berasal dari Ambon dan tinggal di Salatiga

sejak tahun 2007. Ciri-ciri fisik RP2 yaitu tinggi badan ± 163

cm, rambut lurus dan panjang, kulit sawo matang. Meskipun

berasal dari Ambon, namun RP2 telah beberapa kali pindah

tempat tinggal sehingga berinteraksi dengan orang yang

berbeda budaya merupakan hal yang sudah biasa bagi

dirinya. Bahkan mempelajari bahasa Jawa sudah pernah

dilakukan dan menurut RP2, belajar bahasa Jawa cukup sulit

terutama Jawa kromo, namun untuk mengerti bahasa Jawa

yang digunakan sehari-hari, RP2 cukup bisa memahami

karena pernah tinggal di Biara bersama Suster yang berasal

dari Jawa. Pada saat melaksanakan praktek klinik di rumah

sakit, menurut RP2 kendala datang dari pasien yang tidak

bisa menggunakan bahasa Indonesia, namun demikian RP2

tetap menghargai perbedaan antara RP2 dengan pasien dan

mencoba untuk menyesuaikan diri dengan pasien seperti

intonasi bicara lebih diperkecil dan dibuat sehalus mungkin.

Jika bertemu dengan pasien yang menggunakan bahasa

daerah, maka RP2 akan meminta bantuan oranglain untuk

mempermudah komunikasi, akan tetapi jika tidak ada yang

Page 10: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

38

membantu maka RP2 akan menggunakan bahasa non verbal

dengan menggunakan gerakan tangan dan berusaha

menyimak pasien untuk memahami maksud yang ingin

disampaikan pasien. Pendekatan pada pasien dilakukan

berbeda-beda oleh RP2 sesuai dengan tingkat usia pasien.

Pada pasien anak, biasanya RP2 melakukan komunikasi

dengan bantuan orangtuanya. Untuk menjalin hubungan

yang baik dengan pasien, RP2 biasanya menemui pasien

ketika waktu luang dan sebelum bertemu dengan pasien, RP2

menenangkan diri terlebih dahulu.

4.2.2.2 Analisa Data RP2

Data yang didapat dari hasil wawancara dan

observasi, dianalisa mana yang termasuk keterampilan

komunikasi berdasarkan teknik komunikasi yang dilakukan

oleh riset partisipan. Adapun keterampilan komunikasi yang

dilakukan oleh RP2, sebagai berikut:

a. Bentuk Komunikasi

1) Komunikasi Verbal

Selama melaksanakan praktek klinik, RP2

melakukan komunikasi dengan kata-kata yang

diucapkan secara langsung dan menggunakan

bahasa Indonesia. Menurut RP2, kecepatannya

Page 11: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

39

menjadi lebih pelan sejak tinggal di Jawa sehingga

dari dirinya tidak mengalami kendala.

2) Komunikasi Non Verbal

Bentuk komunikasi non verbal yang ditunjukkan oleh

RP2 selama komunikasi antara lain seperti senyum,

sentuhan, melakukan kontak mata. Menurut RP2,

ketika tersenyum dengan pasien maka pasien akan

membalas dan menjadikan suasana lebih nyaman.

Partisipan juga biasa menggunakan gerakan tangan

untuk membantu komunikasi saat mengalami

kendala dengan penggunaan komunikasi verbal,

terutama ketika tidak ada orang yang bisa membantu

pada situasi tersebut.

b. Teknik Komunikasi

Adapun teknik komunikasi yang dilakukan oleh RP2

ketika melakukan komunikasi dengan pasien, sebagai

berikut:

1) Mengajukan Pertanyaan

Bentuk pertanyaan yang diajukan kepada pasien

adalah pertanyaan yang berkaitan dengan keadaan

dan apa yang dirasakan oleh pasien. Cara RP2

mengajukan pertanyaan berbeda-beda, bergantung

pada tingkat usia pasien.

Page 12: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

40

Kalau pas datang itu langsung “Selamat pagi Pak, bagaimana keadaannya hari ini? Atau apa yang dirasakan?” Tergantung sich, kita lihat pasiennya. Kalau anak muda, memang katanya harus formal tapi ga lucu kalau kita tanya “Gimana keadaannya hari ini?” Akhirnya ga dekat. Kita kalau diajarkan memang harus terapeutik, bahasanya formal tapi kan tidak sesuai dengan di lapangan. Kalau yang orang tua, saya biasa pake kayak gitu “Bagaimana keadaannya hari ini, Pak? Apa yang Bapak rasakan?” Tapi kalau sama anak muda, “Gimana Mas? Apa yang dirasain?” Langsung aja, kalau kita tanyain formal nanti malah ga dekat. Kalau formal, kita terkesan membatasi diri. (RP2, 110-120)

2) Mendengarkan

Ketika pasien bercerita, maka RP2 akan fokus untuk

mendengarkan, kecuali pada pasien yang mengalami

gangguan jiwa karena RP2 mengalami kebingungan

dengan apa yang diceritakan oleh pasien. Selain

mendengarkan, RP2 biasanya merespon pasien

dengan memberikan solusi jika dirasa perlu dengan

bersikap empati.

Fokus untuk mendengarkan pasien, tetapi untuk pasien jiwa yang waham, saya kurang fokus karena bingung mau mendengarkannya yang mana. Hehehehe.... (RP2, 125) Kalau memang saya bisa kasi solusi, kasi solusi. Tapi kalau tidak, saya cukup mendengarkan dan mungkin kasi beberapa tanggapan. Kalau saya juga mungkin mau, bukan maksudnya bukan mau mengerti sich tapi saya bisa mengerti apa yang pasien rasakan. (RP2, 90)

Page 13: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

41

3) Menyimpulkan dan Memberikan Informasi

Kesimpulan dilakukan setelah RP2 melakukan

tindakan, sehingga bentuk kesimpulan yang

dilakukan merupakan kesimpulan hasil tindakan

yang dikaitkan dengan menanyakan kondisi

ataupun aktivitas pasien sebelumnya. Setelah

melakukan kesimpulan dan bertanya, selanjutnya

RP2 memberikan informasi dan penjelasan terkait

kondisi pasien dan hasil tindakan.

Kesimpulan kalau saya lakukan tindakan, saya langsung kasi tau. Jadi sebelum mau permisi, hasilnya sudah dikasi tau duluan. Jadi kayak tensi, selesai tensi nanti saya kasi tau “Pak, ini tensinya segini.” Kalau misalnya rendah, nanti tanya “Bapak, tidurnya semalam gimana?” Jadi pada saat melakukan tindakan dan sudah dapat hasil, saya langsung menjelaskan sich. (RP2, 145-150)

4) Mengklarifikasi

Klarifikasi dilakukan ketika ada informasi yang kurang

jelas dari pasien maka RP2 akan meminta pasien

untuk mengulang kembali. Ketika bertemu dengan

pasien yang tidak bisa melakukan komunikasi karena

penyakit yang dialami, RP2 melakukan komunikasi

dengan keluarga. Hal tersebut peneliti dapatkan saat

melakukan observasi.

Page 14: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

42

5) Humor

Menurut RP2, orang yang sakit perlu diajak tertawa

sehingga sesekali RP2 mengajak pasien untuk

bercanda.

Kalau saya, biasa saya ajak bercanda karena orang sakit itu perlu tertawa. Hehehehe… Tapi bukan berarti ga ada isinya gitu lho tapi ya sesekali kita bikin mereka ketawa supaya ya jangan semakin sakit lah. (RP2, 130)

4.2.3 Riset Partisipan 3 (RP3)

4.2.3.1 Gambaran Umum RP3

RP3 berinisial Sdri. L dan saat ini partisipan berusia

21 tahun. RP3 berasal dari Ambon dan tinggal di Salatiga

sejak tahun 2007. Ciri-ciri fisk RP3 yaitu tinggi badan ± 158

cm, rambut lurus dan panjang, kulit sawo matang. Menurut

RP3, ketika melakukan komunikasi dengan pasien saat

melaksanakan praktek klinik, RP3 berbicara lebih tenang,

lembut dan halus. Menurut RP3, hal tersebut dipengaruhi

oleh lamanya tinggal di Salatiga dan lingkungan tempat

tinggal yang mayoritas orang Jawa sehingga ketika pasien

berbicara menggunakan bahasa Jawa, RP3 dapat mengerti

sedikit-sedikit. RP3 biasanya terbuka dengan pasien tentang

latar belakang budayanya dan keterbatasan untuk memahami

bahasa Jawa. Untuk mengatasi keterbatasan tersebut, RP3

Page 15: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

43

biasanya meminta bantuan oranglain ataupun menggunakan

bahasa tubuh untuk dapat berkomunikasi dengan pasien.

Agar terjalin hubungan yang baik, ketika bertemu dengan

pasien biasanya RP3 memberikan senyuman, sapaan,

memperkenalkan diri dan menanyakan nama pasien.

4.2.3.2 Analisa Data RP3

Data yang didapat dari hasil wawancara dan

observasi, dianalisa mana yang termasuk keterampilan

komunikasi berdasarkan teknik komunikasi yang dilakukan

oleh riset partisipan. Adapun keterampilan komunikasi yang

dilakukan oleh RP3, sebagai berikut:

a. Bentuk Komunikasi

1) Komunikasi Verbal

Selama melaksanakan praktek klinik, RP3

melakukan komunikasi dengan kata-kata yang

diucapkan secara langsung dan menggunakan

bahasa Indonesia.

2) Komunikasi Non Verbal

Bentuk komunikasi non verbal yang ditunjukkan oleh

RP3 saat melakukan komunikasi antara lain seperti

senyum ketika bertemu dengan pasien, melakukan

kontak mata dan menggunakan gerakan tangan

untuk membantu komunikasi verbal.

Page 16: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

44

b. Teknik Komunikasi

Adapun teknik komunikasi yang dilakukan oleh RP3 ketika

melakukan komunikasi dengan pasien, sebagai berikut:

1) Mengajukan Pertanyaan

Bentuk pertanyaan yang diajukan kepada pasien adalah

pertanyaan yang berkaitan dengan kondisi pasien,

sebagai berikut:

“Bu, bagaimana kondisinya? Bagaimana tidurnya tadi malam?” (RP3, 68-69)

Bentuk pertanyaan yang diajukan oleh RP3

memberikan kesempatan kepada pasien untuk

menceritakan kondisi yang dialaminya.

2) Mendengarkan

Terhadap permasalah yang diceritakan oleh pasien,

RP3 fokus dan bersedia untuk mendengarkan apa yang

diceritakan oleh pasien.

Kita mendengarkan. Tapi saya pernah, waktu saya tensi kan pake stetoskop jadi ga dengar. Pas sementara Ibunya berbicara, saya bilang “Ibu, sebentar ya Bu.” Nanti kalau udah selesai tensi, baru lanjut berbicara lagi. Tapi saya pernah bilang kok “Sebentar ya Ibu”. Setelah itu baru fokus mendengarkan pasien. (RP3, 115-122) Pokoknya ketika saya datang, yang pertama salam. Kalau salam kan mereka pasti senyum. Setelah itu saya kan fokus dengan apa yang mereka bicarakan, terus berikan tindakan juga sambil berbicara. (RP3, 125-130)

Page 17: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

45

3) Mengulang dan Memberi Informasi

RP3 biasanya mengulangi kembali informasi yang

disampaikan oleh pasien, seperti ketika pasien

menceritakan kondisinya. RP3 akan mengulang

kembali apa yang disampaikan sambil memberi

informasi tambahan.

Saya bertanya, kayak “Bu, bagaimana kondisinya? Bagaimana tidurnya tadi malam?” Jadi Ibunya menjawab “Baik, begini…. Tapi tadi malam kayak ga bisa tidur.” Nanti saya mengulangi lagi apa yang dikatakan oleh pasien tersebut. Jadi kayak, “Oh...jadi tadi malam Ibu kayak gini ya? Lain kali tidurnya dijaga ya Bu.” Atau kayak misalnya makan, orang yang sakit maag itu biasanya kan ga suka makan, jadi nanti kita kasi tau walaupun Ibunya ga mau makan, tapi makan aja sedikit-sedikit tapi sering. Jadi apa yang dibilang pasien, nanti saya mengulanginya. (R3, 100-105)

4.2.4 Riset Partisipan 4 (RP4)

4.2.4.1 Gambaran Umum RP4

RP4 berinisial Sdra. P dan saat ini partisipan berusia

22 tahun. RP4 berasal dari Kupang dan tinggal di Salatiga

sejak tahun 2007. Ciri-ciri fisik RP4 yaitu tinggi badan ± 167

cm, rambut keriting dan kulit sawo matang. Menurut RP4,

melakukan komunikasi dengan pasien yang berbeda budaya

dengan dirinya merupakan suatu hal yang cukup rumit karena

sering terjadi kebingungan yang disebabkan karena

Page 18: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

46

perbedaan bahasa. Pasien biasanya melakukan komunikasi

dengan bahasa daerah. Selain keadaan dimana pasien

menggunakan bahasa daerah, kendala juga datang dari RP4

dimana RP4 melakukan komunikasi dengan menggunakan

bahasa Indonesia, namun logat RP4 masih dipengaruhi oleh

logat daerah asalnya yaitu Kupang. RP4 mengatakan bahwa

dalam kesehariaannya lebih sering bergaul dengan teman-

teman dari Kupang. Sehingga ketika berkomunikasi dengan

pasien, RP4 mengulang kembali dengan memperjelas

maksud yang ingin disampaikan. Sedangkan, jika kendala

datang dari pasien yang menggunakan bahasa daerah maka

RP4 akan meminta bantuan oranglain untuk membantu

proses komunikasi. RP4 mengatakan bahwa komunikasi

lebih sering dilakukan dengan pasien yang merupakan pasien

khusus yang dirawat RP4 saat pengkajian dan ketika dikaji,

pasien terbuka. Menurut RP4, keterbukaan pasien

dikarenakan kemampuan untuk merespon pembicaraan

pasien serta melakukan kontak mata.

4.2.4.2 Analisa Data RP4

Data yang didapat dari hasil wawancara dan

observasi, dianalisa mana yang termasuk keterampilan

komunikasi berdasarkan teknik komunikasi yang dilakukan

Page 19: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

47

oleh riset partisipan. Adapun keterampilan komunikasi yang

dilakukan oleh RP4, sebagai berikut:

a. Bentuk Komunikasi

1) Komunikasi Verbal

Selama melaksanakan praktek klinik, RP4

melakukan komunikasi dengan kata-kata yang

diucapkan secara langsung dan menggunakan

bahasa Indonesia. RP4 sendiri mengakui kalau

kendala yang dialami tidak hanya dari pasien yang

menggunakan bahasa Jawa, akan tetapi dari dirinya

yang merasa lebih sering bergaul dengan orang-

orang Kupang sehingga logatnya masih tetap

meskipun menggunakan bahasa Indonesia, namun

sesekali keceplosan dengan bahasa Kupang.

Menurut RP4, pasien mengalami kesulitan untuk

menangkap pembicaraan dari RP4 sehingga

dilakukan berulang-ulang untuk memperjelas.

2) Komunikasi Non Verbal

Bentuk komunikasi non verbal yang sering

ditunjukkan RP4 pada pasien, antara lain senyum,

kontak mata, ekspresi wajah yang menyesuaikan

situasi pasien saat itu. Kontak mata dilakukan

Page 20: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

48

sebagai salah satu bentuk membangun hubungan

saling percaya.

b. Teknik Komunikasi

Adapun teknik komunikasi yang dilakukan oleh RP4 ketika

melakukan komunikasi dengan pasien, sebagai berikut:

1) Mengajukan Pertanyaan

Bentuk pertanyaan yang diajukan oleh RP4, yaitu

menanyakan keadaan dan apa yang dirasakan oleh

pasien.

Yang saya lakukan yaitu sapa, terus menanyakan keadaan terus apa yang dirasakan. Jadi itu yang saya lakukan, mengerti keadaan pasien kan? Terapeutik kan, mengerti keadaan pasien. Menanyakan keadaannya seperti apa. Begitu saja. (RP4,115)

2) Mendengarkan

RP2 bersedia untuk mendengarkan apa yang pasien

ceritakan, akan tetapi RP2 terkadang mengalami

kebingungan. Kebingungan yang dialami oleh RP4

dikarenakan pasien yang menggunakan bahasa daerah

ataupun karena RP4 kurang menguasai materi yang

menjadi permasalahan pasien, namun RP4 tetap

menyimak dan merespon. RP4 lebih banyak melakukan

komunikasi pada pasien yang menjadi pasien khusus

Page 21: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

49

yang akan dirawat oleh RP4 karena lebih sering

melakukan pengkajian.

Iya. Saya memang mendengarkan, menyimak tapi kebingungannya itu luar biasa, pertama kali pengkajian, mereka tanya. Baru pengkajian beikutnya saya jelaskan begini begini. Tapi waktu itu saya menyimak karna bagaimana ya, itu merupakan saya punya pasien untuk saya kaji jadi apa yang dia kasi tau, saya perlu untuk merespon balik dengan menyimak, data yang saya dapat tidak akan sepenuhnya kalau saya tidak menyimak jadi kebanyakan saya komunikasi sama pasien yang saya kaji. Selain itu tidak pernah, ya begitu. Komunikasi itu kebanyakan pasien yang saya kaji saja. (RP4, 170-180)

3) Mengulang

Mengulang kembali informasi, dilakukan ketika RP4

memberikan respon. Ketika pasien bertanya kepada

RP4, maka RP4 akan menjawab dengan mengulang

kembali pertanyaan yang disampaikan oleh pasien.

Mereka biasa ini kasi pertanyaan jadi saya ulang kembali dia punya kata-kata sambil kasi dia punya jawaban. (RP4, 70)

4) Menyimpulkan

Bentuk kesimpulan yang dilakukan RP4 yaitu dengan

memberikan kesimpulan tentang kondisi pasien ketika

data mencukupi setelah dilakukan beberapa kali

pengkajian oleh RP4.

Kalau saya sich biasanya pertemuan kedua baru memberikan kesimpulan. Jadi kalau ini

Page 22: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

50

menurut saya begini, begini, begini jadi kesimpulannya itu pertemuan pengkajian kedua. Kalau pertemuan pertama itu jarang saya langsung “Ooo…terimakasih atas informasinya.” Begitu, langsung pulang. Biasanya pengkajian kedua atau pengkajian terakhir di orang yang dikaji begitu. Dipertemuan selanjutnya, jadi sudah akhir. Data yang saya data sudah cukup untuk saya kaji, itu baru saya kasi kesimpulan. (R4, 215-220)

5) Empati

Jika pasien menceritakan hal yang sedih maka RP4

akan menunjukkan ekspresi wajah yang sedih,

sedangkan jika pasien dalam keadaan senang maka

pasien akan menunjukkan ekspresi wajah yang senang.

Menurut peneliti, respon tersebut merupakan salah satu

cara menunjukkan empati dengan keadaan pasien.

Kalau saya ini menciptakan suasana, kayak humor itu jarang paling kayak ekspresi wajah saja yang saya ciptakan. Mungkin kalau cerita sedih, buat muka sedih. Kalau mereka senang, buat muka senang. Selama cerita-cerita dengan pasien itu kurang, suasana hanya dengan saya punya ekspresi wajah saja jadi kalau mereka cerita sedih, sedih. Cerita senang, ikut senang. Hehehehe… (RP4, 185-190)

4.2.5 Riset Partisipan 5 (RP5)

4.2.5.1 Gambaran Umum RP5

RP5 berinisial Sdri. Y dan saat ini partisipan berusia

22 tahun. RP5 berasal dari Sumba dan tinggal di Salatiga

Page 23: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

51

sejak tahun 2007. Ciri-ciri fisik RP5 yaitu tinggi badan ± 160

cm, rambut panjang dan kulit sawo matang. Menurut RP5,

kebiasaan cara bicara dari daerah Timur seperti daerah

asalnya, ketika melakukan komunikasi, intonasi bicara agak

tinggi dan cepat. Namun, karena tinggal di Jawa dan

melaksanakan praktek klinik di Jawa maka saat melakukan

komunikasi, lebih menyesuaikan dengan cara bicara orang

Jawa yang cenderung lebih pelan. RP5 biasanya terbuka

dengan pasien tentang latar belakang budayanya yang

berbicara agak cepat. Ketika bertemu dengan pasien yang

berbicara menggunakan bahasa daerah, RP5 meminta

bantuan kepada oranglain seperti keluarga pasien untuk

membantu komunikasi dan pada pasien yang tidak dapat

melakukan komunikasi, maka RP5 akan melakukan

komunikasi dengan keluarga untuk membahas kondisi dan

perkembangan pasien.

4.2.5.2 Analisa Data RP5

Data yang didapat dari hasil wawancara dan

observasi, dianalisa mana yang termasuk keterampilan

komunikasi berdasarkan teknik komunikasi yang dilakukan

oleh riset partisipan. Adapun keterampilan komunikasi yang

dilakukan oleh RP5, sebagai berikut:

Page 24: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

52

a. Bentuk Komunikasi

1) Komunikasi Verbal

Saat melaksanakan praktek klinik, RP5 melakukan

komunikasi dengan kata-kata yang diucapkan secara

langsung menggunakan bahasa Indonesia dan

menyesuaikan dengan dialeg Jawa. Menurut RP5,

kecepatan bicaranya diusahakan untuk pelan dan

diperlambat, namun terkadang cepat dan diingatkan

oleh pasien kalau partisipan berbicara cepat. Agar

pasien dapat memahami maksud dari pesan yang

akan disampaikan, RP5 melakukan komunikasi

dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien.

2) Komunikasi Non Verbal

Bentuk komunikasi non verbal yang ditunjukkan RP5

saat melakukan komunikasi dengan pasien, antara

lain melakukan kontak mata dan melakukan

sentuhan.

b. Teknik Komunikasi

Adapun teknik komunikasi yang dilakukan oleh RP5

ketika melakukan komunikasi dengan pasien, sebagai

berikut:

Page 25: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

53

1) Mengajukan Pertanyaan dan Memberi Informasi

Bentuk pertanyaan yang diajukan RP5 kepada

pasien adalah pertanyaan yang berkaitan dengan

kondisi pasien. Ketika pasien memberikan informasi

kondisinya, maka RP5 akan merespon dengan

memberikan informasi terkait keadaan pasien.

Biasanya kalau kita habis TTV, kalau kayak pasien yang tekanan darahnya tinggi atau tekanan darahnya terlalu rendah biasanya ditanya dulu “Bu, tekanan darahnya sebelum ini, terakhir berapa?” Kalau dia sampaikan berapa, kalau naik atau turun ditanya dulu tidurnya seperti apa. Jadi palingan kalau tensi darahnya tinggi, disuruh kurangi makanan yang agak bergaram tapi itu kan sudah diatur rumah sakit biasanya jadi istirahatnya harus baik, bagus. Tidak boleh banyak kepikiran. Sama orang yang darahnya rendah juga begitu. Istirahatnya cukup sama tidak terlalu banyak kepikiran, itu saja. Kadang juga saya kasi tau, cara-cara misalnya seperti yang biasalah kalau orang sakit, istirahatnya bagus jadi lebih kepada cara dia mengatasi sakitnya sendiri supaya pemulihannya lebih bagus. (RP5, 145-160)

2) Mendengarkan dan Menyimpulkan

Ketika pasien bercerita, RP5 lebih memilih untuk

mendengarkan dan memberikan respon jika dirasa

perlu. Setelah mendengarkan, RP5 menyimpulkan

dan melaporkan kepada perawat ruangan untuk

menindaklanjuti permasalahan yang dihadapi pasien.

Page 26: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

54

Tergantung keadaan pasien, kalau pasiennya lagi cerita biasanya cuma mendengarkan. Misalnya kalau dia minta untuk perlu dikasi respon ya kasi respon. Tapi kalau tidak ya cukup mendengarkan saja. Intinya kalau misalnya pasien menceritakankan masalah yang dihadapi selama di rumah sakit kan pada saat kita mendengarkan, misalnya setelah mendengarkan disimpulkan. Kalau saya sich, setelah saya dengarkan, saya simpulkan, nanti keluar dari situ saya laporkan dengan perawat yang bekerja di rumah sakit. Tadi pasiennya bilang begini-begini. Bagaimana solusinya, biasanya seperti itu.(RP5,120-130)

4.2.6 Riset Partisipan 6 (RP6)

4.2.6.1 Gambaran Umum RP6

RP6 berinisial Sdra. S dan saat ini partisipan berusia

22 tahun. RP6 berasal dari Papua dan tinggal di Salatiga

sejak tahun 2008. Ciri-ciri fisik RP6 yaitu tinggi badan ± 169

cm, rambut gelombang dan kulit coklat. Menurut RP6, ketika

melaksanakan praktek klinik dan berinteraksi dengan pasien,

perbedaan bahasa ditanggapi RP6 dengan cukup serius

sehingga jika ada kata atau kalimat yang tidak dimengerti,

maka RP6 akan segera bertanya atau meminta bantuan

oranglain untuk menerjemahkan maksud yang disampaikan

oleh pasien, demikian sebaliknya. Meminta bantuan

keluarga untuk melakukan komunikasi, dapat dijadikan

sebagai salah satu cara untuk menjalin hubungan yang baik

Page 27: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

55

juga dengan keluarga. RP6 mengatakan bahwa melakukan

interaksi dengan pasien, ada pasien yang menolak untuk

melakukan komunikasi sehingga keluarga merupakan sarana

untuk melakukan pendekatan kepada pasien dan jika

dikaitkan dengan kebiasaan yang dimiliki oleh RP6 jika ada

orang yang menolak, maka RP6 akan bersikap cuek. Akan

tetapi, saat melaksanakan praktek klinik, ketika ada pasien

yang menolak maka RP6 akan berusaha untuk tetap

melakukan komunikasi.

4.2.6.2 Analisa Data RP6

Data yang didapat dari hasil wawancara dan

observasi, dianalisa mana yang termasuk keterampilan

komunikasi berdasarkan teknik komunikasi yang dilakukan

oleh riset partisipan. Adapun keterampilan komunikasi yang

dilakukan oleh RP6, sebagai berikut:

a. Bentuk Komunikasi

1) Komunikasi Verbal

Selama melaksanakan praktek klinik, komunikasi

yang digunakan oleh RP6 diucapkan secara

langsung dengan menggunakan bahasa Indonesia.

Jika ada pasien yang melakukan komunikasi dengan

menggunakan bahasa daerah, maka RP6 akan

merespon dengan menggunakan bahasa Indonesia.

Page 28: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

56

Menurut partisipan, kecepatannya bisa dikontrol

namun terkadang kebiasaan bicara cepat karena

gugup. Agar maksud yang ingin disampaikan dapat

diterima oleh pasien, RP6 akan berbicara dengan

selambat-lambatnya dan menggunakan bahasa yang

dimengerti oleh pasien.

2) Komunikasi Non Verbal

Bentuk komunikasi non verbal yang ditunjukkan RP6

kepada pasien yaitu senyum. RP6 memberikan

senyuman sebagai salah satu cara untuk membuat

pasien merasa lebih tenang. Selain senyum, RP6

menggunakan gerakan tangan.

b. Teknik Komunikasi

Adapun teknik komunikasi yang dilakukan oleh RP6

ketika melakukan komunikasi dengan pasien, sebagai

berikut:

1) Mengajukan Pertanyaan

Pasien yang dijumpai RP6 merupakan pasien yang

sering menceritakan permasalahannya dan aktif

untuk bertanya, sedangkan bentuk pertanyaan yang

diajukan RP6 kepada pasien merupakan pertanyaan

yang berkaitan dengan kondisi dan aktivitas pasien.

Biasanya itu membalas seperti “Oh…begitu ya Bu?” terus macam Ibunya berkata begitu,

Page 29: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

57

misalnya ada pertanyaan yang diberikan dari orang yang menyampaikan informasi itu, saya merespon dengan menjawab. Biasa juga ada pasien yang tanya, “Ini kapan sich sembuhnya?”, “Ini obat apa yang diberikan?”, terus “Mas,kalau tensinya rendah itu tambah parah atau tidak?” biasa mereka bertanya, misalnya saat kita memberikan obat nanti mereka tanya “Ini obat apa, bagus tidak untuk kesembuhan?” terus kalau misalnya kita tensi, kemudian kita mengatakan tensinya, mereka suka bilang kalau dikaitkan dengan penyakit mereka itu tambah parah atau gimana. Misalnya kalau tensinya tinggi, nanti ditanya tadi malam tidurnya nyenyak atau tidak gitu terus ditanya “Pak, ini udah makan atau belum?” (RP6, 100-115)

2) Mendengarkan

RP6 sangat antusias kepada pasien yang

menceritakan permasalahannya sehingga selalu

bersedia untuk mendengarkan. Menurut RP6, hal

tersebut merupakan salah satu cara menjalin

hubungan yang baik dengan pasien.

Biasanya saya sangat antusias kepada pasien yang berani memberikan curhatnya karna dengan begitu hubungan timbal balik pasti terjalin dengan baik. Jadi saya selalu mendengarkannya. (RP6, 95)

Untuk dapat menerima dan mengerti informasi yang

disampaikan oleh pasien, RP6 akan menyimak

terutama ketika mengalami kendala perbedaan

bahasa.

Page 30: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

58

Biasanya sich mengerti. Awalnya memang tidak mengerti tapi lama kelamaan mulai ngerti, jadi kalau cerita itu kan mulai dari awal walaupun bahasanya berbeda tapi kalau kita menyimak terus-terus kan lama-lama kita mengerti. (RP6, 120)

3) Mengklarifikasi

Klarifikasi dilakukan jika ada informasi dari pasien

yang tidak dimengerti, maka RP6 akan bertanya

kembali kepada pasien.

Biasanya sich kalau saya tidak mengerti, saya akan bertanya dulu. Saya mengklarifikasikan, tapi kalau klarifikasi saya salah maka mereka akan membenarkan. Kalau saya mengerti, ya lanjut (RP6, 135)

4) Memberi informasi

RP6 biasanya memberikan informasi seperti

pendidikan kesehatan yang sederhana kepada

pasien sesuai dengan apa yang dimiliki karena

menurut RP6, dirinya masih mahasiswa jadi tidak

berani memberikan banyak informasi kepada pasien

karena takut salah.

Mungkin seperti masalah yang pasien tanyakan, kita memberikan solusinya gitu terus misalnya seperti pasien yang infusnya, darahnya naik itu biasanya saya anjurkan kalau mau jalan, infusnya diberikan agak tinggi dari tangan yang ada infusnya. Kalau ke kamar mandi, usahakan menggunakan tiang. Biasanya juga saya kasi penkes (pendidikan kesehatan) yang sederhana saja. Masih tingkat mahasiswa kayak gini, saya takut memberikan informasi yang salah

Page 31: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

59

jadi ya biasa memberikan informasi apa adanya. Seperti misalnya yang ceritakan tadi, tentang infus yang darahnya sampai naik. Terus obat, makannya jangan terlalu sedikit karna obatnya keras, misalnya kalau ada jenis-jenis obat yang keras, makannya harus diimbangi. Terus buat pasien yang harus banyak minum, dianjurkan banyak minum. (RP6, 140-150)

5) Empati

RP6 antusias kepada pasien yang ingin

menceritakan permasalahannya dan RP6 berempati

dengan keadaan pasien. Teknik tersebut juga

digunakan untuk menciptkan suasana yang nyaman

selama melakukan komunikasi dengan pasien.

Menciptakan suasana dalam komunikasi, jadi saya membuka dirilah jadi saya pun ikut empati dengan keadaan pasien. (RP6, 155)

6) Mengulang dan Menyimpulkan

RP6 biasanya mengulang sekaligus memberi

kesimpulan tentang keluhan pasien yang selanjutnya

ditulis pada buku laporan pasien.

Biasanya kalau macam pasien bilang “Saya sudah sakit segini, begini-begini.” Jadi saya bilang “Oh...jadi gitu ya Pak? Bapak gini-gini. Oya, nanti saya tanya kan atau tulis di buku laporannya.” begitu. Biasa ada keluhan-keluhan, jadi saya ulangi lagi. “Oh…jadi Bp keluhannya begini-begini.” Jadi nanti saya tuliskan dibuku laporan tensinya, itu ada keterangan. Disitu biasa kita nulis biar bisa dibaca. (RP6,170-175)

Page 32: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

60

7) Humor

Salah satu cara yang dilakukan oleh RP6 untuk

menciptakan suasana selama komunikasi, selain

membuka diri dan berempati, RP6 biasanya

melakukan humor dengan pasien.

Biasanya juga kalau saya biasa bawa dengan hal-hal yang funny begitu, lucu biar pasiennya menanggapinya baik. Selama ini pasiennya ya menanggapinya dengan baik, malahan ada yang mengajak guyon gitu. (RP6,165)

4.2.7 Riset Partisipan 7 (RP7)

4.2.7.1 Gambaran Umum RP7

RP7 berinisial Sdra. R dan saat ini partisipan berusia

21 tahun. RP7 berasal dari Ambon dan tinggal di Salatiga

sejak tahun 2008. Ciri-ciri fisik RP7 yaitu adalah tinggi badan

± 170 cm, rambut pendek dan kulit sawo matang. Menurut

RP7, kecepatan bicaranya masih cendrung cepat karena

dipengaruhi kebudayaan asalnya yaitu cepat. Meskipun

belum banyak menguasai tentang kebudayaan Jawa, RP7

mencoba mempelajari kebudayaan kebudayaan Jawa melalui

kehidupan sehari-hari selama tinggal di Jawa dan melalui

Mama RP7 yang berasal dari Jawa, sehingga saat

berkomunikasi dengan pasien, RP7 berbicara lebih

diperlambat. Ketika menemui pasien yang menggunakan

Page 33: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

61

bahasa daerah maka RP7 akan meminta bantuan oranglain

untuk melakukan komunikasi. Selain itu, RP7 juga biasanya

terbuka dengan pasien tentang latar belakang budayanya

dengan harapan pasien juga dapat mengerti. RP7 menemui

pasien dan melakukan komunikasi, selain ketika melakukan

tindakan, interaksi dengan pasien dilakukan ketika waktu

luang. Hal tersebut dilakukan sebagai salah satu cara untuk

meningkatkan hubungan saling percaya.

4.2.7.2 Analisa Data RP7

Data yang didapat dari hasil wawancara dan

observasi, dianalisa mana yang termasuk keterampilan

komunikasi berdasarkan teknik komunikasi yang dilakukan

oleh riset partisipan. Adapun keterampilan komunikasi yang

dilakukan oleh RP7, sebagai berikut:

a. Bentuk Komunikasi

1) Komunikasi Verbal

RP7 melakukan komunikasi dengan kata-kata yang

diucapkan secara langsung dan menggunakan

bahasa Indonesia. Menurut RP7, kecepatan bicara

masih dipengaruhi kebudayaan asalnya yaitu agak

cepat. RP7 juga mengatakan kalau pasien pernah

mengutarakan langsung bahwa kecepatan bicaranya

terkadang cepat.

Page 34: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

62

2) Komunikasi Non Verbal

Bentuk komunikasi non verbal yang biasa

ditunjukkan oleh RP7 seperti melakukan kontak

mata, senyum, memberikan sentuhan dan

menggerakkan tangan.

b. Teknik Komunikasi

Adapun teknik komunikasi yang dilakukan oleh RP7

ketika melakukan komunikasi dengan pasien, sebagai

berikut:

1) Mengajukan Pertanyaan

Bentuk pertanyaan yang diajukan oleh RP7 kepada

pasien bergantung pada tujuan ketika akan bertemu

pasien dan sesuai dengan kebutuhan yang

diperlukan oleh pasien.

Tergantung sich kebutuhan apa di pasien. Kalau misalnya datang untuk TTV, ya bilang mau tensi trus tanya kabarnya gimana, udah baikan belum. Tanya-tanya begitu biasa trus sapaan juga. Tergantung apa yang dibutuhkan. (RP7, 90)

2) Mengklarifikasi

Ketika bertemu dengan pasien, RP7 akan

mendengarkan apa yang disampaikan oleh pasien.

Jika ada informasi yang tidak dimengerti, RP7 akan

mengklarifikasi dengan menanyakan maksud yang

ingin disampaikan oleh pasien melalui keluarga. Hal

Page 35: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

63

tersebut dilakukan oleh RP7 ketika menemukan

pasien lansia dan menggunakan bahasa daerah.

Pertama itu mungkin faktor usia, terus faktor yang itulah kalau bicara sedikit-sedikit pake bahasa Jawa, sedikit-sedikit pake bahasa Indonesia. Itu yang parah. Trus di depan pasien mendengar. Menyimak kalau ada yang tidak dimengerti, menanyakan kembali maksudnya apa karna kalau mau laporan, kami kan harus pahami to karna mau melanjutkan informasi lagi. Sebagian besar, kami harus mencari informasi dari pasien atau dari dia punya keluarga. (RP7, 100-105)

3) Mendengarkan

Jika informasi yang disampaikan oleh pasien

berhubungan dengan kondisi kesehatan pasien, RP7

akan bersedia untuk mendengarkan dan jika dirasa

perlu diberikan respon maka RP7 akan memberikan

respon , akan tetapi jika RP7 dalam kondisi capek,

biasanya terlihat lemah, tidak bergairah didepan

pasien serta tidak fokus dan terkadang menolak

untuk melakukan komunikasi, apalagi jika cerita yang

disampaikan oleh pasien dirasa kurang penting

seperti masalah keluarga ataupun ekonomi.

Tergantung. Kalau sibuk, tidak. Kalau tidak sibuk, bersedia. Tapi kalau lagi sibuk dan penting, mau. Tapi kalau tidak sibuk dan tidak penting, kadang-kadang tidak mau. (RP7, 110); Kalau dia sakit, itu penting. Kalau yang tidak penting itu biasanya dia cerita masalah keluarga, itu tidak penting.

Page 36: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

64

Kalau bicara soal kesehatan, itu penting. Kalau menceritakan dirinya tentang kesehatan, itu masih masuk akal tapi kalau menceritakan untuk sampai ke sini, ke sana, kayak keluarga begini-begini kayaknya kurang penting. Ekonomilah, malas. (R7, 120); Kalau bersedia kayak tadi, iya-iya terus kalau ada pendapat yang bisa diutarakan, ya dikasi. Biasa kalau menolak, bilang ini hanya mau tensi, beri suntik atau beri obat. Itukan untuk memberi alasan. Tapi kalau sudah capek, saya sudah tidak fokus lagi. Didepan pasien itu kelihatan lemah, tidak bergairah. (RP7, 130)

4) Menyimpulkan

Bentuk kesimpulan yang dilakukan oleh RP7 yaitu

dengan menjelaskan penyebab dari keluhan yang

disampaikan oleh pasien.

Biasa iya, kadang-kadang kalau pasien tidak bisa tidur, dia kan cerita-cerita to. Nanti dikasi tau “Ooo,,,itu karna tekanan darah yang berpengaruh” kayak gitu. Biasa dikasi kesimpulan. (RP7, 150)

4.2.8 Riset Partisipan 8 (RP8)

4.2.8.1 Gambaran Umum RP8

RP8 berinisial Sdri. L dan saat ini partisipan berusia

21 tahun. RP8 berasal dari Ambon dan tinggal di Salatiga

sejak tahun 2008. Ciri-ciri fisik RP8 yaitu tinggi badan ± 151

cm, rambut lurus dan panjang, kulit sawo matang. Menurut

RP8, kendala melakukan komunikasi biasanya terjadi pada

pasien lansia dan kurang mengerti bahasa Indonesia

Page 37: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

65

sehingga untuk mengatasi kendala tersebut, RP8 meminta

bantuan oranglain serta menggunakan bahasa verbal dan

non verbal. Untuk menjalin hubungan yang baik dengan

pasien, RP8 melakukan pertemuan beberapa kali dengan

pasien.

4.2.8.2 Analisa Data RP8

Data yang didapat dari hasil wawancara dan

observasi, dianalisa mana yang termasuk keterampilan

komunikasi berdasarkan teknik komunikasi yang dilakukan

oleh riset partisipan. Adapun keterampilan komunikasi yang

dilakukan oleh RP8, sebagai berikut:

a. Bentuk Komunikasi

1) Komunikasi Verbal

RP8 melakukan komunikasi dengan kata-kata yang

diucapkan secara langsung dan menggunakan

bahasa Indonesia. Meskipun pasien merespon

dengan menggunakan bahasa Jawa, jika RP8

mengerti yang dimaksud oleh pasien maka RP8 akan

memberikan merespon dengan menggunakan

bahasa Indonesia. Menurut RP8, kecepatan bicara

disesuaikan dengan pasien sehingga keceapatan

bicaranya diperlambat.

Page 38: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

66

2) Komunikasi Non Verbal

Penggunaan bahasa tubuh yang biasa ditunjukkan

oleh partisipan antara lain melakukan kontak mata,

memberikan sentuhan dan menggunakan gerakan

tangan. Gerakan tangan dilakukan RP8 untuk

membantu komunikasi verbal.

b. Teknik Komunikasi

Adapun teknik komunikasi yang dilakukan oleh RP8

ketika melakukan komunikasi dengan pasien, sebagai

berikut:

1) Mendengarkan

RP8 merespon pasien ketika bercerita dengan

mendengarkan dan memberikan respon.

Kita mendengarkan terus biasanya kalau pasien kasi jawaban gitu dari pertanyaan, ya kita respon “Oh, iya Ibu.” Ada pertanyaan balik, respon balik. “Terus ini gimana?” Ada respon baliklah. (RP8, 72)

2) Mengajukan Pertanyaan

Bentuk pertanyaan yang diajukan kepada pasien

adalah pertanyaan yang terkait dengan kondisi

kesehatan pasien.

Setiap kali mau masuk tindakan, selalu tanya keadaannya. Apakah hari ini dengan kemarin, ada beda. Maksudnya lebih baik atau kah bagaimana. (RP8, 78) Tingkatkan BHSPnya ke pasien, terus setiap kali datang ke pasien, ajak ngobrol.

Page 39: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

67

Pendekatan ke pasien, beberapa hari nanti lama kelamaan, baru dia terbuka dengan kita. Kita juga memancing pertanyaan. Kalau misalnya pengkajian tu kan, kalau misalnya cuma tanya misalnya kalau cuma tanya awal penyakit kan, kalau misalnya asma begitu. Trus “Ibu merasa kayak bagaimana to? Sebelum merasa sesak napas, Ibu ngapain?” Dia cuma bilang masak, begitu. Tidak menjelaskan masaknya tu masak apa-apa. Nanti baru kita tanya “Ibu masaknya masak apa” misalnya masak pedas begitu? “Sudah sering kah ibu merasa sesak napas?” Baru dia cerita biasanya begini-begini. (RP8, 125-135)

Mengajukan pertanyaan dilakukan RP8 dengan

tujuan untuk mendapatkan informasi dari pasien.

Untuk dapat melakukan pengkajian kepada pasien,

RP8 terlebih dahulu melakukan pertemuan beberapa

kali dengan pasien, hal tersebut juga dilakukan

sebagai salah satu bentuk membina hubungan saling

percaya.

3) Mengklarifikasi

Jika ada informasi yang kurang dimengerti dari

pasien, RP8 akan melakukan klarifikasi dengan

menanyakan kembali kepada pasien ataupun

keluarga.

Menanyakan kembali kepada pasien, ini maksudnya kayak gimana atau tanya ke keluarganya. (R8, 87)

Page 40: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

68

4) Menyimpulkan

Bentuk kesimpulan yang dilakukan oleh RP8 yaitu

menyimpulkan pembicaraan yang dilakukan dengan

pasien, namun hal ini tidak selalu dilakukan.

Kadang memberikan kesimpulan, kayak “Oh..jadi begini, begini, begini ya Bu?” tapi ada kalanya juga tidak. (R8, 112)

4.2.9 Riset Partisipan 9 (RP9)

4.2.9.1 Gambaran Umum RP9

RP9 berinisial Sdri. E dan saat ini partisipan berusia

22 tahun. RP9 berasal dari Toraja dan tinggal di Salatiga

sejak tahun 2008. Ciri-ciri fisik riset partisipan yaitu tinggi

badan ± 158 cm, rambut pendek, tomboy dan kulit sawo

matang. Menurut RP9, dirinya berasal dari Indonesia Tengah

dengan cara bicara yang tidak begitu cepat. Akan tetapi, jika

dibandingkan dengan kecepatan bicara pasien, kecepatan

bicaranya lebih cepat sehingga RP9 lebih menyesuaikan

kecepatan bicaranya dengan kecepatan bicara pasien

dengan lebih diperlambat. Jika menemukan pasien yang

menggunakan bahasa daerah, maka RP9 akan meminta

bantuan oranglain untuk melakukan komunikasi. Sedangkan

komunikasi pada anak kecil, dilakukan melalui orangtuanya.

Bergaul dengan teman-teman kuliah yang berasal dari Jawa

dan berada pada lingkungan tempat tinggal orang Jawa,

Page 41: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

69

secara tidak langsung telah membentuk RP9 untuk

menyesuaikan diri dengan kebudayaan yang dihadapi.

4.2.9.2 Analisa Data RP9

Data yang didapat dari hasil wawancara dan

observasi, dianalisa mana yang termasuk keterampilan

komunikasi berdasarkan teknik komunikasi yang dilakukan

oleh riset partisipan. Adapun keterampilan komunikasi yang

dilakukan oleh RP9, sebagai berikut:

a. Bentuk Komunikasi

1) Komunikasi Verbal

RP9 melakukan komunikasi dengan kata-kata yang

diucapkan secara langsung dan menggunakan

bahasa Indonesia. Menurut RP9, kecepatan

bicaranya tidak terlalu cepat karena dirinya berasal

dari daerah Indonesia Tengah dan ketika berbicara

dengan pasien, kecepatan bicaranya lebih

diperlambat.

2) Komunikasi Non Verbal

Penggunaan bahasa tubuh yang sering ditunjukkan

saat melakukan komunikasi, mempertahankan

kontak mata, memberikan sentuhan pada bagian

yang tidak sensitif serta tidak membuat pasien

merasa risih.

Page 42: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

70

b. Teknik Komunikasi

Adapun teknik komunikasi yang dilakukan oleh RP9

ketika melakukan komunikasi dengan pasien, sebagai

berikut:

1) Memberi Informasi

RP9 memberikan informasi kepada pasien yang

berkaitan dengan kondisi kesehatan dan kebutuhan

pasien.

Iya, disitu memberikan komunikasi terapeutik sambil memberikan penkes (pendidikan kesehatan) juga tentang strokenya itu kenapa sampai Bapak harus berbaring untuk sementara dan setiap Bapak membutuhkan, pokoknya kalau dia mau mandi atau buang air besar atau buang air kecil itu harus pake pispot. Nah...disitu perawat melakukan tugasnya memberikan e membantu Bapak tadi. Membantu Bapaknya kalau mau membuang air besar menggunakan pispot trus sibinnya trus mem\berikan makan, obat injeksi, yang lewat oral, TTV setiap hari. (RP9, 50-55)

2) Mendengarkan

RP9 fokus untuk mendengarkan permasalahan yang

diceritakan pasien, memberikan masukan dan

semangat.

Selama praktek kemarin, fokus mendengarkan curhatan terus bagaimana dengan peningkatan kesehatan mereka, mulai dari awal masuk sampai pada saat hari-hari terakhir mereka mengalami kesembuhan total untuk bisa diijinkan pulang, karna itu kan sudah merupakan

Page 43: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

71

tugas dan kewajiban kita dalam melayani klien. Jadi saat pasien bercerita tentang bagaimana kemajuan kesehatannya, saya mengatakan kepada pasien. misalnya seperti ini “Oya Bu, selama Ibu dalam masa perawatan seperti ini, Ibu harus mematuhi pesan-pesan dari perawat dan dokter, obat-obat yang disarankan untuk diminum sampai habis kalau bisa Ibu habiskan, supaya Ibu cepat sembuh. Terus setelah Ibu sembuh nanti, Ibu sebaiknya mengikuti saran-saran seperti Ibu tidak melakukan hal-hal yang dapat menyebabkan penyakit Ibu kambuh lagi atau makan-makanan yang dipantangi untuk penyaitnya Ibu, itu jangan diulang lagi, dimakan lagi seperti kemarin supaya penyakit Ibu tidak kambuh lagi.” (RP9, 180-200) Nanti kalau pasien bercerita, saya selalu duduk, mendengarkan terus memberikan masukan kalau pasien membutuhkan masukan atau kadang mereka hanya membutuhkan kita untuk mendengarkan saja. Adakan pasien yang merasa sudah senang kalau kita mendengarkan dan mengiyakan dan memberikan semangat. Itu aja sich. Kebetulan yang seperti itu hanya beberapa, tidak banyak yang curhat. (RP9, 245-250)

3) Mengklarifikasi

Klarifikasi dilakukan dengan meminta pasien untuk

mengulang kembali informasi yang disampaikan

ketika ada yang tidak dimengerti. Hal tersebut

dilakukan pada pasien yang biasanya menggunakan

bahasa daerah.

Tapi sebelumnya coba minta pasien untuk mengulang kembali maksudnya dia tapi kalau ada yang tidak dimengerti, tidak dimengertinya itu kalau mereka

Page 44: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

72

menggunakan bahasa Jawa gitu. (RP9, 285)

4) Mengevaluasi

RP9 melakukan evaluasi dengan menanyakan

kembali kepada pasien tentang informasi yang telah

disampaikan oleh RP9. Hal tersebut dilakukan untuk

memastikan informasi yang disampaikan oleh RP9,

sudah dimengerti oleh pasien.

Biasanya kalau habis memberikan, kayak misalnya memberikan saran atau apa gitu, saya itu biasa menanyakan kembali. “Ibu, Mbah, Bapak, Mas sudah mengerti?” Kalau sudah mengerti, saya langsung bilang “Ooo…yasudah, kalau Ibu, Mbah, Bapak, Mas sudah mengerti, bisa diulang ga apa yang tadi saya bilang?” Kadang mereka lupa setengahnya, kalau mereka lupa, saya ulangi. Tapi biasa mereka langsung ingat sich, walaupun kadang mereka ngomongnya kayak terbata-bata. Mencoba mengingat kembali apa yang kita bilang. Yasudah, habis itu saya pamit dan bilang, “Kalau masih membutuhkan bantuan lagi, langsung panggil perawat aja.” (RP9, 320-330)

5) Mengajukan Pertanyaan

Bentuk pertanyaan yang diajukan oleh RP9 adalah

pertanyaan yang berkaitan dengan perkembangan

kesehatan pasien.

Nanti berikan salam dan tanya, “Selamat pagi Ibu. Bagaimana keadaannya? Masih seperti yang kemarin atau sudah ada perubahan.” Kalau Ibunya mengatakan seperti kemarin, nanti kita berikan support, terus ingatkan untuk minum obat serta

Page 45: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

73

banyak makan dan minum. Harus semangat untuk kesembuhannya sendiri. (RP9, 360)

4.3 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dilakukan dengan menggunakan

triangulasi teknik dan sumber. Triangulasi teknik dilakukan

dengan membandingkan hasil wawancara dan hasil

observasi, sedangkan triangulasi sumber dilakukan dengan

melakukan wawancara pada pasien, keluarga pasien dan

pembimbing klinik mahasiswa.

4.4 Pembahasan

a. Bentuk Komunikasi

1) Komunikasi Verbal

Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan,

mahasiswa melakukan komunikasi kepada pasien

dengan kata-kata yang diucapkan secara langsung

dan menggunakan bahasa Indonesia. Ketika pasien

memberikan respon dengan menggunakan bahasa

daerah, mahasiswa menanggapi dengan

menggunakan bahasa Indonesia. Beberapa

mahasiswa mengatakan bahwa kecepatan bicara

masih cenderung cepat karena kebiasaan yang

merupakan bagian dari pengaruh budaya.

Page 46: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

74

Sedangkan menurut Forsyth (dalam Suryani, 2005),

kecepatan bicara yang tepat turut menentukan

keberhasilan komunikasi verbal. Sehingga

permasalahan yang terjadi pada bentuk komunikasi

verbal adalah perbedaan bahasa dan kecepatan

bicara, namun mahasiswa mengatasi hal tersebut

dengan meminta bantuan oranglain dan

menyesuaikan kecepatan bicara untuk lebih lambat.

2) Komunikasi Non Verbal

Melakukan kontak mata, sentuhan dan senyum

merupakan bentuk komunikasi non verbal yang

sering dilakukan oleh mahasiswa. Mempertahankan

kontak mata merupakan salah satu bahasa tubuh

yang menunjukkan kesediaan untuk mendengarkan

pasien dengan penuh perhatian. Menurut Stuart

(dalam Suryani, 2005) mengemukakan bahwa kontak

mata pada level yang sama atau sejajar berarti

menghargai pasien dan mengatakan keinginan untuk

tetap berkomunikasi, sedangkan sentuhan yang

dilakukan pada saat pasien merasa sangat sedih,

memiliki arti empati. Pada pelaksanaanya sangat

perlu untuk memahami siapa, kapan dan mengapa

sentuhan dilakukan karena komunikasi non verbal ini

Page 47: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

75

mempunyai efek yang berbeda pada setiap individu

(Brammer & Mc Donald, dalam Suryani, 2005).

Penggunaan kontak mata dan sentuhan harus

diperhatikan karena ada kebudayaan tertentu,

melakukan kontak mata atau sentuhan merupakan

hal yang tidak sopan. Selain itu, partisipan

menggunakan gerakan tangan untuk membantu

menjelaskan informasi yang disampaikan kepada

pasien sebagai bentuk penekanan terhadap

komunikasi verbal.

b. Teknik Komunikasi

Dari hasil yang didapatkan dalam penelitian ini, setiap

mahasiswa melakukan teknik komunikasi yang berbeda-

beda. Adapun teknik komunikasi yang dilakukan

mahasiswa yaitu mengajukan pertanyaan,

mendengarkan, menyimpulkan, mengklarifikasi,

membuka diri, memberi informasi, mengulang, empati,

humor, menyampaikan observasi dan mengevaluasi.

1) Mengajukan Pertanyaan

Mengajukan pertanyaan merupakan teknik yang

dilakukan oleh semua mahasiswa dan bentuk

pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan yang

berkaitan dengan kondisi pasien seperti bagaimana

Page 48: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

76

keadaan pasien hari ini dan apa yang dirasakan.

Bentuk pertanyaan tersebut merupakan bentuk

pertanyaan yang bertujuan untuk mendapatkan

informasi dari pasien tentang kondisi kesehatannya

serta memberikan kesempatan kepada pasien untuk

mengeksplorasi perasaan dan pikirannya.

2) Mendengarkan

Selain mengajukan pertanyaan, teknik komunikasi

yang juga dilakukan oleh mahasiswa yang terlibat

dalam penelitian ini adalah mendengarkan. Menurut

Stuart (dalam Suryani, 2005) mengungkapkan bahwa

mendengarkan berarti mengkomunikasikan kepada

pasien tentang minat dan penerimaan perawat

secara nonverbal. Dengan demikian,

mendengarkan merupakan teknik yang efektif dalam

proses komunikasi karena pasien akan merasa

dihargai dan diterima sehingga dapat meningkatkan

hubungan saling percaya. Mahasiswa lebih sering

memilih untuk mendengarkan saja dan memberikan

tanggapan atau respon jika dirasa perlu, seperti

memberikan motivasi yang bergantung pada kondisi

dan pembicaraan yang dilakukan dengan dan

pasien.

Page 49: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

77

3) Menyimpulkan

Mahasiswa melakukan kesimpulan pada situasi yang

berbeda-beda. Ada mahasiswa yang memberikan

kesimpulan terhadap hasil tindakan yang dilakukan,

memberikan kesimpulan tentang kondisi pasien

setelah dilakukan beberapa kali pengkajian serta

melakukan kesimpulan dari hasil pembicaraan atau

keluhan pasien. Kesimpulan juga dilakukan dengan

tujuan untuk memastikan inti informasi yang

diberikan pasien telah sesuai dengan yang

dimaksudkan. Informasi yang diberikan oleh pasien,

selanjutnya akan dilaporan pada perawat di ruangan.

Menurut Suryani (2005), menyimpulkan merupakan

teknik komunikasi yang membantu klien

mengeksplorasi point penting dari interaksi.

Sehingga kesimpulan akan lebih tepat jika dilakukan

dengan mengulang kembali inti dari pembicaraan

yang telah dilakukan. Menyimpulkan dapat

meningkatkan rasa kepercayaan pasien karena

dapat menunjukkan bahwa mahasiswa telah

memahami pesan yang disampaikan.

Page 50: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

78

4) Mengklarifikasi

Klarifikasi lebih sering dilakukan mahasiswa jika ada

informasi yang kurang jelas dari pasien, sehingga

mahasiswa seringkali meminta pasien untuk

mengulang kembali. Geldard (dalam Suryani, 2005)

mengatakan bahwa klarifikasi berarti menjelaskan

kembali ide atau pikiran yang tidak jelas atau

meminta klien untuk menjelaskan arti dari

ungkapannya. Kurang jelasnya informasi, lebih

sering ditemui karena faktor usia ataupun bahasa,

sehingga tidak jarang klarifikasi dibantu oleh

keluarga pasien.

5) Memberi informasi

Memberi informasi yang ditemukan dalam penelitian

ini yaitu mahasiswa memberikan pendidikan

kesehatan kepada pasien. Untuk dapat memberikan

pendidikan kesehatan yang tepat sesuai dengan

kebutuhan pasien, mahasiswa harus mengetahui

permasalahan kesehatan pasien dengan melakukan

pengkajian terlebih dahulu. Geldard (dalam Suryani,

2005) mengatakan bahwa sebelum memberikan

informasi kepada pasien, seharusnya dilakukan

pengkajian terlebih dahulu untuk mengetahui

Page 51: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

79

informasi apa yang dibutuhkan oleh pasien.

Pengkajian dilakukan oleh mahasiswa dengan

mengajukan pertanyaan kepada pasien tentang

keadaan pasien. Setelah pasien menjelaskan

kondisi ataupun perkembangan kesehatannya, maka

mahasiswa akan merespon dengan memberikan

informasi atau pendidikan kesehatan yang berkaitan

dengan keluhan pasien, berdasarkan pengetahuan

yang dimiliki oleh mahasiswa. Selain memberikan

informasi tambahan yang berkaitan dengan

kesehatan pasien, menurut Potter & Perry (2005)

memberikan informasi akan mendorong timbulnya

respon lebih lanjut sehingga komunikasi yang

berjalan akan lebih efektif.

6) Mengulang

Teknik mengulang dilakukan ketika mahasiswa

memberikan respon atau menjawab petanyaan klien

dengan mengulang kembali pertanyaan yang

diberikan oleh pasien. Menurut Suryani (2005)

mengulang berarti menunjukkan bahwa perawat

mendengarkan dan memvalidasi, menguatkan dan

mengembalikan perhatian pasien pada sesuatu yang

telah diucapkan.

Page 52: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

80

7) Empati

Empati menururt Wiseman (dalam Suryani, 2005)

merupakan kesadaran yang objektif akan pikiran dan

perasaan orang lain. Sedangkan menurut Taufik &

Juliane (2010) empati merupakan suatu perasaan

dan penerimaan terhadap perasaan yang dialami

oleh pasien dan kemampuan dalam dunia pribadi

pasien. Mahasiswa membuka diri dan berempati

ketika pasien menceritakan permasalahannya.

Empati juga dilakukan dengan menunjukkan ekspresi

wajah. Wheeler dan Wolberg (dalam Suryani, 2005)

mengatakan bahwa empati terbagi atas 2 tipe yaitu

empati dasar yang merupakan respon alamiah

seseorang untuk memahami orang lain dan empati

terlatih yang didapatkan melalui training.

Potter & Perry (2005) mengungkapkan bahwa empati

telah diterima secara luas sebagai komponen klinis

dalam hubungan yang membantu. Dengan

demikian, empati merupakan hal yang penting dalam

hubungan antara perawat dan pasien sebagai suatu

hubungan membantu, dalam hal ini empati dari

seorang perawat akan membantu pasien

menjelaskan dan mengkaji perasaannya sehingga

Page 53: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

81

pemecahan permasalahan yang dihadapi pasien

dapat terjadi.

8) Humor

Meskipun tidak banyak dilakukan oleh mahasiswa,

akan tetapi humor merupakan salah satu teknik yang

diterapkan oleh mahasiswa. Mengajak pasien untuk

bercanda dilakukan mahasiswa dengan tujuan agar

pasien tertawa dan merasa terhibur. Menurut

Sullivan-Dean (dalam Taufik & Juliane, 2010) humor

merangsang kotekolamin sehingga seorang merasa

sehat. Tertawa dapat mengurangi ketegangan dan

rasa sakit. Menurut Anonyomus (dalam Suryani,

2005) humor dapat meningkatkan kesadaran mental

dan kreativitas, serta menurunkan tekanan darah dan

nadi. Stuart (2006) mengungkapkan bahwa humor

dapat meningkatkan pemahaman dengan

menekankan topik secara sadar, dapat mengatasi

paradoks, agresi kemarahan dan memberikan pilihan

baru, merupakan bentuk sublimasi yang paling dapat

diterima secara sosial.

9) Menetapkan Observasi

Mahasiswa menetapkan observasi dengan

mengajukan pertanyaan seperti ketika melihat pasien

Page 54: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

82

sendirian dan setelah diajukan pertanyaan, pasien

menangis dan mengungkapkan perasaannya.

Dengan demikian, mahasiswa telah mampu

menetapkan observasi karena telah menguraikan

kesan yang ditimbulkan oleh syarat non verbal

pasien (Taufik & Juliane, 2010).

10) Mengevaluasi

Mahasiswa melakukan evaluasi untuk memastikan

informasi yang disampaikan telah dimengerti oleh

pasien dengan mengajukan pertanyaan. Evaluasi

dilakukan sebelum mahasiswa meninggalkan pasien.

Brammer & Mc Donald (dalam Suryani, 2005)

menyatakan bahwa meminta pasien untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah didiskusikan

merupakan sesuatu yang sangat berguna pada

tahap terminasi. Dalam melakukan evaluasi,

sebaiknya tidak terkesan menguji kemampuan

pasien, akan tetapi terkesan sekedar mengulang dan

menyimpulkan.

Komunikasi merupakan proses yang terus dipelajari dan

dikembangkan, seperti yang dikatakan oleh Sheldon

(2009) bahwa cara perawat menggunakan keterampilan

komunikasinya dengan pasien, akan berkembang seiring

Page 55: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

83

dengan waktu dan pengalaman. Jika dilihat pada aspek

komunikasi antarbudaya, perbedaan secara verbal

merupakan perbedaan yang sangat mudah untuk

dirasakan ketika mahasiswa melakukan komunikasi

dengan pasien, baik dari bahasa maupun kecepatan

bicara, namun demikian mahasiswa melakukan

komunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia dan

memperlambat kecepatan bicaranya untuk

mempertahankan proses komunikasi.

Sheldon (2009) mengemukakan bahwa keterampilan

yang baik dalam melakukan komunikasi, tidak hanya

penting untuk menyampaikan informasi, akan tetapi dapat

menciptakan kepercayaan, menunjukkan rasa hormat

terhadap kebutuhan dan perasaan pasien, serta

memperoleh penghargaan dalam berhubungan dengan

pasien. Selain itu, kata-kata yang diberikan perawat

dapat meringankan penderitaan pasien, menciptakan

hubungan yang baik, melihat kondisi dan masalah pasien

secara akurat, memberikan dukungan, membantu

membuat keputusan dan melaksanakan intervensi yang

efektif. Hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya

sebuah keterampilan komunikasi seorang perawat dalam

memberikan pelayanan kepada pasien karena dengan

Page 56: HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2011 hingga Mei …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2965/5/T1_462008081_BAB I… · pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan

84

memiliki keterampilan dalam berkomunikasi, perawat

diharapkan akan lebih mudah menjalin hubungan saling

percaya sehingga akan lebih efektif dalam mencapai

tujuan asuhan keperawatan.