hasil dan pembahasan
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
INDUSTRI TERNAK UNGGAS
PEMELIHARAAN AYAM BROILER
Disusun oleh:
KELOMPOK I
(PT/ 05571)
(PT/ 05702)
(PT/ 05723)
(PT/ 05734)
(PT/ 05750)
Asisten: M. Mauludin
LABORATORIUM ILMU TERNAK UNGGAS BAGIAN REPRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
HASIL DAN PEMBAHASAN
AYAM BROILER
Kegiatan praktikum industri ternak unggas adalah pemeliharaan
ayam Broiler dari DOC sampai siap untuk dijual. Strain ayam yang
digunakan untuk praktikum kali ini adalah Lohmann Broiler dengan tipe
DOC Platinum. DOC didapatkan dari PT Mutibreeder Adirama Indonesia
Tbk. Ayam yang dipelihara kelompok 1 sebanyak 6 ekor dengan
komposisi 2 ayam jantan dan 4 ayam betina. Ayam broiler yang dipelihara
saat praktikum telah memenuhi syarat. Hal ini bisa dilihat dari kesehatan
ayam dengan keadaan fisik yang tidak cacat, bangsanya jelas, mata
bersinar, dan asal bibit yang diketahui keunggulannya. Demikian juga
pedoman teknis untuk memilih DOC yang telah terpenuhi misalnya DOC
dengan gerak normal, bulu tampak halus dan bersih, serta baik
pertumbuhannya. Menurut Anonim (2011), kualitas terbaik dari anak ayam
broiler itu akan terlihat jika manajemen parent stocknya benar,
pengawasan dan kontrol yang tepat saat di hatchery dan DOC di antar
secara hati-hati.
Ayam broiler yang dipelihara saat praktikum sampai berumur 28
hari atau kurang lebih 4 minggu dengan rata-rata berat ayam 1,2 kg. Hal
tersebut tidak berkorelasi dengan literatur yang ada karena menurut Jahja
(2000) ayam pedaging dipelihara selama ± 6 sampai 7 minggu. Sampai
umur 5 minggu beratnya kira-kira sama dengan ayam telur dewasa yaitu ±
1,5 kg. Hal ini terjadi untuk mempercepat masa praktikum karena ayam
yang seharusnya dipelihara pertama kali mati semua akibat suhu brooder
terlalu panas, sehingga harus memesan DOC yang baru dan chick in baru
bisa dilakukan 4 hari kemudian.
Perkandangan
Tipe kandang ayam ada 2 yaitu postal (litter) dan slat. Kandang
yang biasa digunakan untuk ayam broiler adalah tipe postal (litter). Di
industri besar kandang menggunakan sistem modern environmentally
controlled dan kandangnya dibuat closed house. Hal ini untuk
mempermudah pengawasan dan kontrol terutama temperatur, ventilasi
dan pencahayaan, baik intensitas maupun durasinya.
Tipe kandang yang digunakan pada saat praktikum adalah
kandang litter dengan sistem perkandangan open-house atau open-sided.
Litter yang digunakan adalah jerami padi yang sudah dikeringkan.
Penggunaan litter ini bertujuan untuk menyerap ekskreta, menurut Anonim
(2011) fungsi utama litter adalah sebagai penyerap ekskreta dan air yang
tertumpah dari tempat minum, jika terlalu banyak akan membuat litter
basah. Hal tersebut meningkatkan penurunan nilai ayam selama
pemeliharaan karena ayam akan mengalami lepuh dada (breast blister)
dan amonia yang membakar kulit. Peningkatan konsentrasi amonia yang
disebabkan oleh litter yang basah akan mengganggu sistem kekebalan
tubuh ayam. untuk itu perlu dilakukan pemilihan litter yang tepat, seperti
disebutkan oleh Jahja (2000) bahwa bahan litter yang baik adalah mudah
menyerap air, cepat kering, tidak berdebu, empuk, murah dan mudah
didapat.
Kelebihan kandang litter antara lain biaya lebih murah,
meminimalisir bau kotoran, tenaga yang diperlukan sedikit, ayam bebas
dan tidak stres. Sesuai dengan Jahja (2000) yang menyatakan bahwa
kebaikan kandang litter antara lain adalah biaya pembuatan kandang per
ekor ayam relatir lebih murah, tenaga kerja untuk pemeliharaan lebih
sedikit diperlukan, bau kotoran berkurang, mencegah terjadinya
kelumpuhan pada ayam, dan daya hidup ayam lebih baik.
Kekurangan kandang dengan sistem litter ialah harus melakukan
penggantian alas litter secara teratur agar tidak terjadi lepuh dada (breast
blister). Menurut Jahja (2000) kekurangan kandang litter adalah penularan
penyakit lebih mudah terjadi, dapat timbul kanibalisme dan litter yang
basah merupakan media pertumbuhan yang baik bagi cacing, protozoa
dan jamur.
PERLAKUAN SAAT PRAKTIKUM
Kandang disucihamakan terlebih dahulu 2 sampai 3 hari sebelum
DOC dimasukkan dengan cara membersihkan kandang, mencuci tempat
pakan, tempat minum serta segala peralatan yang diperlukan selama
pemeliharaan ayam, membersihkan lingkungan kandang dan menyemprot
kandang dengan desinfektan. Kandang yang telah bersih kemudian
dilapisi dengan koran pada seluruh bagiannya. Kegiatan tersebut
didukung oleh Anonim (2011) yang menyatakan bahwa sebelum ayam
datang kandang, lingkungan kandang dan semua peralatannya harus
dibersihkan dan disemprot menggunakan desinfektan. Hal ini juga berlaku
untuk kandang brooding.
Kegiatan sanitasi sebelum penggunaan kandang di atas dilakukan
pada saat service period. Service period adalah lama waktu senggang di
antara siklus yang diperlukan untuk perbaikan, pembersihan dan
pembebashamaan (desinfectan time) kandang dan perlatan kandang
sebelum digunakan kembali. Waktu tersebut juga dimanfaatkan untuk
mengangkut kotoran ayam keluar kandang dan memasarkan sebagai
pupuk kandang. Service period untuk pemeliharaan ayam broiler adalah 7
hari (Sidadolog, 2001).
Kandang brooding adalah kandang dengan pemanas untuk anak
ayam. Persiapan kandang brooding ini dilakukan dengan hati-hati. Di
mulai dengan melakukan program sanitasi dan desinfeksi kandang,
lingkungan kandang dan peralatan kandang. Tujuan perlakuan ini untuk
mengurangi resiko anak ayam terinfeksi bibit penyakit dari dalam kandang
bekas (Jahja, 2000). Kandang brooding yang digunakan pada saat
praktikum didalamnya ditabur litter dari sekam kemudian dibuat chick
guard melingkar, bentuk ini bertujuan agar anak ayam tidak bertumpuk
disudut ruangan sehingga mengurangi mortalitas. Pemanas (brooder)
berjarak kurang lebih 1 meter dari permukaan lantai. Alas litter ditabur
kemudian segala peralatan seperti tempat pakan dan minum diatur
penempatannya.
Pertama kali ayam datang langsung dilakukan pengelompokkan
berdasarkan jenis kelamin, kemudian dilakukan pengukuran panjang
shank, panjang badan, lingkar dada, panjang tulang dada, dan
penimbangan. Ayam diberi minum dan makan sesegera mungkin. Air
minum tersebut dicampur dengan vita chicks untuk meningkatkan kondisi
tubuh dan mengatasi stres.
Anonim (2011) yang menyatakan bahwa ketika ayam datang, harus
dilakukan pengelompokkan, ayam dikeluarkan dari boks secara hati-hati
dan didistribusikan ke seluruh bagian kandang, jangan sampai bertumpuk.
Boks yang sudah kosong harus segera dibuang dari kandang sesegera
mungkin. Di dalam kandang, semua ayam harus diberi makan dan minum
secepatnya. Untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, ayam
dibiarkan selama 1 sampai 2 jam. Kemudian setelah 1 sampai 2 jam
harus di cek kembali bagaimana akses untuk pakan dan air minumnya,
keaktifan ayam dan menyebar secara menyeluruh didalam kandang.
Pengecekan ayam harus dilakukan setiap 4 sampai 6 jam sekali selama
24 jam, terutama pengecekan terhadap ventilasi, temperatur, tempat
pakan dan minum.
Suhu brooder adalah sekitar 32oC. indikator suhu yang tepat
didalam kandang adalah distribusi dan perilaku ayam, bila suhu terlalu
panas maka ayam diam, panting, kepala serta sayapnya turun dan
menjauhi brooder. Sementara bila suhu terlalu dingin maka ayam akan
berkumpul dibawah pemanas dan sangat berisik. Menurut Jahja (2000),
suhu yang diperlukan ayam :
Tabel Temperatur kandang ayam broiler
No Minggu ke - Suhu (oC)1 I 352 II 32,23 III 29,44 IV 26,65 V 22-236 VI 21-227 VII 18-21
Kepadatan kandang litter adalah 25-30 ekor/m2, Rasyaf (1992)
menyatakan bahwa ayam broiler yang dipelihara antara 0 sampai 5 atau 6
minggu mempunyai syarat kepadatan kandang di daerah tropis 10 sampai
11 ekor/m2, menurut Anonim (2011) kepadatan kandang untung ayam
berbobot badan 1 kg adalah 34 ekor/m2 dan untuk ayam berbobot 1,4 kg
adalah 24 ekor/m2.
Selama 7 hari pertama ayam diberi pakan sebanyak 10
gram/ekor/hari. Pakan yang diberikan adalah BR1 yang berbentuk
crumble. Air minum diberikan bersamaan dengan pemberian pakan
dengan penambahan vitastress setiap hari. Hari ke-3 dilakukan vaksinasi
ND 1strain Hitchner B1 dengan metode tetes mata. Sebelum diteteskan
ke mata ayam, vaksin dilarutkan dahulu dengan oil adjuvant . Masing-
masing ayam diberikan satu tetes pada salah satu matanya.
Penimbangan minggu ke-1 dilakukan beberapa perlakuan antara lain
penimbangan bobot badan ayam, lingkar dada, panjang shank, panjang
badan, serta panjang tulang dada. Penimbangan bobot badan ayam
dilakukan dengan menggunakan timbangan analitik, panjang shank diukur
dari tulang fibula, tibia, metatarsus, sampai ujung metatarsus, panjang
dada diukur dari tulang clavicalis sampai sternum, panjang badan diukur
dari ujung paruh sampai ujung kuku.
Pemeliharaan minggu ke-2, waktu pemberian pakan tetap sama
seperti minggu yang sebelumnya yaitu pagi hari pakan diberikan pada
pukul 06.30 sedangkan pada sore hari pakan diberikan pukul 15.30.
Pakan yang diberikan pada minggu ini yaitu sebanyak 18 gram/ekor/hari
pada 3 hari pertama dan 32 gram/ekor/hari pada 4 hari berikutnya. Minggu
ke-2 tepatnya hari ke-10 dilakukan vaksinasi Gumboro yang dilakukan
dengan cara mencampurkan vaksin pada air minumnya. Pagi dan sore
hari sebelum dilakukan vaksinasi Gumboro ayam diberi vitastress agar
pada saat dilakukan vaksinasi ayam tidak mengalami stress. Ayam
terlebih dahulu dipuasakan selama dua jam sebelum vaksinasi gumboro
supaya saat pemberian vaksin ayam dapat dengan segera meminum air
minum yang telah bercampur dengan vaksin tersebut. Air minum harus
diganti karena masa hidup vaksin hanya selama 2 jam saja. Penimbangan
ke-2 dilakukan pada hari ke-14.
Pemeliharaan minggu ke-3, koran yang melapisi kandang sudah
mulai dilepas sebab ayam sudah mulai aktif bergerak dan nafsu makan
tinggi serta untuk memperlancar sirkulasi udara dalam kandang. Pakan
yang diberikan pada minggu ini adalah sebanyak 594 gram dengan rincian
3 hari pertama sebanyak 38 gram/ekor/hari, kemudian 4 hari selanjutnya
120 gram/ekor/hari. Hari ke-19 dilakukan vaksinasi ND 2 dengan cara
injeksi pada bagian subkutan. Pagi dan sore hari sebelum dilakukan
vaksinasi ND 2 ayam diberi vitastress agar pada saat dilakukan vaksinasi
ayam tidak mengalami stress. Saat penimbangan minggu ke-3 ini yang
dilakukan antara lain adalah penimbangan bobot badan ayam,
pengukuran panjang, lingkar dada, panjang badan, serta panjang tulang
dada.
Pada minggu ke-4, koran yang menutupi kandang dilepas kecuali
bagian atas kandang. Pemberian pakan pada minggu ini adalah 900 gram
dengan rincian 3 hari sebanyak 120 gram/ekor/hari, kemudian 4 hari
selanjutnya 135 gram/ekor/hari. Saat penimbangan ke-4 yang dilakukan
adalah penimbangan bobot badan ayam serta pengukuran panjang
badan, panjang tulang dada, lingkar dada.
PAKAN
Pakan yang diberikan adalah BR1 yang berupa crumble dengan
frekuensi pemberian 2 kali sehari, pagi dan sore. Pemberian pakan di pagi
hari pada pukul 06.30 sampai 07.00 WIB, sedangkan di sore hari pada
pukul 15.00 sampai 15.30 WIB. Pakan yang sisa tidak dibuang, tetapi
ditampung ke dalam plastik tersendiri untuk menghitung Feed Intake (FI).
Tabel Konsumsi pakan
No Minggu ke -Pakan (gram)
Pemberian Sisa Konsumsi1 I 420 - 4202 II 1092 - 10923 III 3564 133 34314 IV 4740 306,478 593,522
Rata-rata pertambahan bobot badan ayam selama 4 minggu masa
pemeliharaan adalah:
Tabel Gain dan bobot akhir selama 4 mingguNo Minggu ke - Bobot akhir (gram) Gain (gram)1 I 136,83 86,832 II 324,5 187,673 III 743,167 418,674 IV 1192,167 518,8
Berdasarkan data tersebut pemberian pakan setiap minggunya
selalu bertambah. Minggu I pemberian pakan sebanyak 420 gram, minggu
II 1092 gram, minggu III sebanyak 3564 gram dan minggu IV sebanyak
4740 gram. Peningkatan pemberian pakan ini berhubungan dengan
pertambahan bobot badan ayam setiap harinya. Semakin tinggi konsumsi
pakan maka bobot badan ayam akan semakin bertambah. Menurut
Sidadolog (2001), faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan selain
bobot badan adalah kualitas pakan, metode pemberian pakan, kondisi
kesehatan ayam, temperatur lingkungan, bentuk pemeliharaan, dan
tempat pakan.
Rata-rata pertambahan bobot badan pada minggu pertama adalah
86,83 gram, minggu ke II sebanyak 187,67 gram, minggu III sebanyak
418,67 gram dan minggu IV sebanyak 518,8 gram. Menurut Yudi (2012),
berat badan ideal pada minggu keempat adalah 1250 gram dan minggu
kelima 1800 gram sampai 2000 gram. Berat badan akhir yang diperoleh
berdasarkan penimbangan pada minggu keempat adalah 1192,167 gram.
Berat badan akhir ini masih dibawah standar bila dibandingkan dengan
literatur di atas.
Perbedaan rata-rata gain pada minggu III dan IV hanya selisih 100
gram, hal ini terjadi akibat matinya ayam nomor 3 pada hari ke 2 setelah
penimbangan ke 3. Kematian ayam nomor 3 tersebut sampai sekarang
tidak diketahui penyebabnya, padahal FCR nya pada penimbangan 3
tergolong baik yaitu 1,28.
Tabel Kebutuhan Nutrien untuk ayam broiler Berdasarkan fase pertumbuhan
Umur Ayam (minggu)Nutrien 0 – 3 (starter) 3 – 6 (finisher)Protein Kasar (%) 21 – 23 18 - 20Metabolisme energi (kkal/kg) 2.800 – 2.900 3.000 – 3.200Kalsium (%) 1,00 1,25Fosfor (%) 0,50 0,45
(Tri Yuwanta, 2004)
Dari tabel tersebut terlihat bahwa semakin berumur ayam semakin
menurun kebutuhan proteinnya. Kebutuhan protein untuk umur 0 - 3
minggu sekitar 23%, kebutuhan protein lebih banyak jika dibandingkan
umur 3 - 6 minggu yaitu sekitar 20% dan pada umur 6 - 8 minggu
kebutuhan protein hanya 18% (NRC, 1994).
Rata-rata FCR broiler sampai minggu IV adalah sebagai berikut :
Tabel FCR ayam broiler selama 4 mingguNo Minggu ke - FCR1 I 0,8062 II 0.9673 III 1,364 IV 1,37
Standar dalam setiap minggu untuk ayam broiler berturut-turut
adalah 0,89, 1,10, 1,28, dan 1,43 (Anonim, 2011). FCR paling besar
didapat pada minggu ke empat dan yang paling efisien pada minggu
pertama. Menurut Anonim (2012), FCR rata-rata untuk ayam adalah 1,65
sampai 1,85 dengan bobot badan mencapai 2 kg. FCR pada minggu
pertama adalah 0,802, hal ini terjadi karena pada minggu pertama ayam
masih mengalami perbanyakan jumlah sel. Sedangkan pada minggu-
minggu setelahnya FCR seharusnya diatas FCR pada minggu pertama,
karena pada masa ini ayam telah mengalami pembesaran sel. Menurut
Noble et. al.(2003), FCR pada ayam broiler tidak berhubungan dengan
makan, minum, berjalan atau mematuk. Meskipun begitu, FCR berkorelasi
positif dengan berdirinya ayam dan preening, serta berkorelasi negatif
terhadap perilaku beristirahat. Broiler dengan FCR yang bagus
sebenarnya mempunyai sifat kelesuan lebih sedikit dan tidak ada rasa
takut daripada ayam yang FCR nya jelek. Ditambahkan Noble et. al.
(2004) yang menyatakan bahwa pertambahan bobot badan adalah faktor
utama yang mempengaruhi FCR dan suhu tubuh bukan merupakan
penentu yang bisa dipercaya untuk memprediksi FCR.
Perhitungan FCR
MINGGU I
MINGGU II
FCR=feed intakegain
¿ 7086,83
= 0,806
FCR=feed intakegain
¿ 182187,67
= 0,967
MINGGU III
MINGGU IV
FCR=feed intakegain
=594418,67
= 1,36
FCR kematian=FI1 + FI2
gain 1+ gain2
=980,29+3791866+2594
=4771,293460
= 1,37
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Broiler Management Programme: New Lohmann (MB 202). PT Multibreeder Adirama Indonesia Tbk.
Anonim. 2012. Efisiensi FCR. Available at http://toni_komara.blogspot.com/2008/10/efisiensi_fcr.html. diakses pada 10 Mei 2012 pukul 12.35.
Jahja, J. 2000. ayam sehat ayam produktif 2. Edisi ke delapan belas. Bandung.
Noble, D.O. Skinner, R.B. Jones and R.G Teeter. 2003. Components of Feed Efficiency in Broiler Breeding Stock : Is Improved Feed Conversion Associated with Increased Docility and Lethargy in Broilers ? 1,2. Poultry Science 82 : 532 – 537.
Noble, D.O. Skinner and R.G Teeter. 2004. Components of Feed Efficiency in Broiler Breeding Stock : The Use of Fasted Body Temperature as an Indicator Trait for Feed Conversion in Broiler Chickens 1,2. Poultry Science 83 : 515 –520.
Rasyaf, M. 1990. Pengelolaan Penetasan. Edisi Kedua. Kanisius. Yogyakarta.
Sidadolog, J.H.P. 2001. Manajemen Ternak Unggas. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Yudi, A. P. 2012. Budidaya Ayam Broiler. Available at http://www.warintek.ristek.go.id/peternakan/budidaya/ayam_pedaging.pdf. diakses pada 10 Mei 2012 pukul 12.30
Yuwanta, Tri. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius. Yogyakarta.