hardiono
TRANSCRIPT
MENJADIKAN ANAK SEHAT
PERKEMBANGAN ANAK, NORMAL atau ABNORMAL?
dr. Hardiono D. Pusponegoro, Sp. A (K)
Dokter Spesialis Anak, Konsultan Saraf Anak
bag. Ilmu Kesehatan Anak, FAKUI, RS Cipto Mangunkusumo
Klinik Anakku Kelapa Gading
PENDAHULUAN
Mengamati seorang anak yang sedang berkembang merupakan hal yang sangat menarik. Ia berkembang dari bayi yang terlentang pasif, kemudian dapat tengkurap, duduk, berdiri, berjalan sampai berlari-lari dengan aktif. Dari tidak mengerti apa-apa, mengoceh, kemudian dapat berbicara proses perkembangan yang normal ini memerlukan perkembangan otak yang optimal sesuai tahapan umurnya.
perkembangan dapat dibagi menjadi perkembangan motorik kasar, perkembangan kemampuan pemecahan masalah visuo-motor yang merupakan gabungan fungsi penglihatan dan motorik halus. Perkembangan kemampuan berbahasa dan perkembangan interaksi sosial. Sebenarnya perkembangan seorang anak merupakan suatu kesatuan yang utuh, pembagian tersebut semata-mata hanya untuk memudahkan pengamatan, diagnosis dan penanganan bila terdapat suatu penyimpangan.
Hubungan perkembangan motorik kasar dengan kecerdasan dikemudian hari sangat sedikit, anak yang mengalami retardasi mental tidak selalu mengalami keterlambatan perkembangan motorik kasar. Sebaliknya anak yang menunjukan perkembangan motorik kasar yang cepat belum tentu merupakan anak yang cerdas. Mengenai perkembangan motorik kasar tidak dibicarakan hari ini.
Yang penting diketahui adalah perkembangan kemampuan berbahasa dan kemampuan pemecahan masalah visuo-motor. Kedua jenis perkembangan ini sangat berhubungan dengan intelegensi anak dikemudian hari.
PERKEMBANGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH VISUO-MOTOR
Perkembangan motorik halus dan kemampuan pemecahan masalah visuo-motor adalah kemampuan tangan dan jari-jari serta koordinasi mata-tangan untuk memanipulasi lingkungan. Kontrol tangan dimulai dari bahu yang menghasilkan gerak lengan yang kasar, menjadi gerak siku yang baik dan akhirnya gerak pergelangan tangan dan jari-jari yang halus. Gerak mengambil benda dimulai dari mengambil dengan genggaman seluruh tangan kemudian menggunakan jari-jari untuk melakukan pincer grasp (menjumput dengan dua jari).
Sebagai contoh misalnya seorang bayi melihat suatu benda yang menarik perhatiannya (Visual). Ia berpikir bagaimana cara mendapat benda yang menarik tersebut (kecerdasan). ia akan merangkak mendekati benda tersebut (lokomosi dan postur). Kemudian ia meraih benda tersebut dengan jari-jarinya dan benda tersebut dimasukan ke mulutnya (motorik halus). Jelaslah bahwa kemampuan ini dipengaruhi oleh matangnya fungsi motorik halus, kerjasama saraf-otot yang baik, fungsi penglihatan yang akurat dan kecerdasan. Kemampuan memecahkan masalah visio-motor merupakan indikator yang baik dari inteligensi dikemudian hari. Bila ada gangguan, harus dibedakan apakah penyebabnya merupakan gangguan motorik, gangguan penglihatan atau gangguan kecerdasan.
Tahapan perkembangan normal motorik halus dan pemecahan masalah visuo-motor
Tabel 1. Tahapan perkembangan motorik halus
Visual
Umur
Fiksasi pandangan
lahir
Mengikuti benda melalui garis tengah
2 bulan
Mengetahui adanya benda kecil
5 bulan
Motorik
Telapak tangan terbuka
3 bulan
Menyatukan kedua tangan
4 bulan
Memindahkan benda antara kedua tangan5 bulan
Menjimpit imatur (mengambil dng jari)
9 bulan
Menjimpit dengan baik
11 bulan
Melepaskan benda dengan sengaja
12 bulan
Pemecahan masalah
Memeriksa benda
7-8 bulan
Melemparkan benda
9 bulan
Membuka penutup mainan
10 bulan
Meletakan kubus dibawah gelas
11 bulan
Menggambar
Mencoret
12 bulan
Meniru membuat garis
15 bulan
Membuat garis spontan
18 bulan
Membuat garis datar dan tegak
25-27 bulan
Meniru membuat lingkaran
30 bulan
Membuat lingkaran spontan
3 tahun
Melaksanakan tugas
Memasukan biji kedalam botol
12 bulan
Melepaskan biji dengan meniru
14 bulan
Melepaskan biji spontan
16 bulan
Menyusun kubus
Menyusun 2 kubus
15 bulan
Menyusun 3 kubus
16 bulan
Kereta api dengan 4 kubus
2 tahun
Jembatan dari 3 kubus
3 tahun
Pintu gerbang dari 5 kubus
4 tahun
Makan
Makan biskuit yang dipegang
9 bulan
Minum dari gelas sendiri
12 bulan
Menggunakan sendok
12 bulan
Berpakaian
Membuka baju sendiri
24 bulan
Memakai baju
36 bulan
Membuka kancing
36 bulan
Memasang kancing
48 bulan
Mengikatkan tali sepatu
60 bulan
KETERLAMBATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS
Adanya keterlambatan harus dipikirkan bila ditemukan hal berikut :
Tidak mau memegang atau memegang benda yang diletakan ditangannya pada usia 4 bulan
Tangan tetap terkepal erat sampai usia 4-5 bulan
Tidak dapat melakukan gerak menjimpit benda kecil dengan ujung jari sampai 1 tahun
Tidak dapat melepaskan benda kecil ke dalam gelas usia 18 bulan
tetap bermain dengan jari saja sampai usia 6-7 bulan
Tetap memasukan benda kedalam mulut disertai ngiler berlebihan sampai usia 2 tahun
Pada anak yang agak besar, gangguan perkembangan pemecahan masalah visuo-mptpr dapat diperiksa secara bermain dengan anak. Gunakan kubus berukuran 2,5 cm untuk menguji kemampuan anak. Uji lain dapat dilakukan misalnya dengan menggambar dengan menggunakan crayon.
Beberapa gangguan gerak dapat merupakan bagian dari suatu kelainan saraf :
Gerakan seperti mencuci tangan terus menerus pada anak perempuan dapat merupakan ciri sindrom Rett, suatu kelainan yang ditandai kemunduran mental seorang anak.
Gerakan tangan seperti melambai-lambai di sisi tubuh dapat menjadi salah satu ciri autisme
Anak yang bermain menonton dapat menjadi ciri autisme
PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA
Fungsi berbahasa merupakan proses paling kompleks di antara seluruh proses perkembangan. Kemampuan berbahasa bersama kemampuan perkembangan pemecahan masalah visio-motor merupakan petunjuk yang paling baik dari ada tidaknya gangguan intelegensia. Perkembangan bahasa memerlukan fungsi reseptif dan ekspretif. Fungsi reseptif adalah kemampuan anak untuk mengenal dan bereaksi terhadap seseorang, terhadap kejadian di lingkungan sekitarnya, mengerti maksud mimik dan nada suara dan akhirnya mengerti kata-kata. Fungsi ekspretif adalah kemampuan anak mengutarakan pikirannya, dimulai dari komunikasi preverbal (sebelum anak dapat berbicara), komunikasi dengan ekspresi wajah atau mimik, gerakan tubuh, dan akhirnya dengan menggunakan kata-kata atau komunikasi verbal.
Kemampuan berbahasa pada bayi baru lahir
Fungsi reseptif terlihat dengan adanya reaksi bayi terhadap suara dan mengenal bunyi. hal ini pada mulanya bersifat refleks. Kemudian ia memperhatikan respons berupa terdiam kalau mendengar suara, mengedip, atau seperti gerak terkejut. Fungsi ekspresif muncul berupa munculnya suara tenggorok misalnya bertahak, batuk dan menangis. Fungsi suara tenggorok berangsur menghilang umur 2 bulan, digantikan dengan suara ooo-ooo. Senyum sosial telah dapat dilihat pada umur 5 minggu dengan cara mengajaknya berbicara atau mengelus pipinya. Reaksi orientasi terhadap bunyi seperti respons motorik, mengedip atau gerakan seperti kaget merupakan hal yang penting untuk diperhatikan.
Kemampuan berbahasa pada umur 2-21 bulan
Pada umur 2 bulan, bayi dapat mengeluarkan suara ooo-ooo dengan irama yang musikal. Pada umur 4 bulan, terdengar suara agguuu-aguuu. Padaumur 6 bulan terdengar anak dapat menggumam (babbling) seperti mam-mam. Pada umur 8 bulan dia dapat mengucapkan dadada lalu menjadi dada yang belum berarti, disusul dada yang diucapkan saat ia melihat ayahnya. mama akan muncul lebih belakang. ia dapat mengerti tidak boleh!! yang disertai suara nada tinggi pada umur 9 bulan. Pada umur 11 bulan ia dapat mengucapkan kata pertama yang benar, disusul kata kedua pada umur 1 tahun.
Reaksinya terhadap suara bel dapat digunakan untuk menguji kemampuan reseptif dan orientasi. Pada umur 5 bulan ia menoleh tetapi tidak menatap kepada suara. Umur 7 bulan menoleh dan menatap sumber suara. Umur 10 bulan ia mencari an menatap sumber suara. bel tidak dapat digunakan untuk menguji pendengaran dengan baik, hanya sebagai screening saja.
Kemampuan berbahasa 12-18 bulan
Antara 12-15 bulan terdengar munculnya kata-kata baru sebanyak 4-6 kata. Dapat terdengar pula immature jargoning yaitu anak berbicara dalam bahasa yang aneh, atau mencoba mengucapkan kalimat berupa suara yang tidak jelas artinya. Antara 16-17 bulan, ia sudah dapat menguasai 7-20 kata dan jargoning menjadi lebih matang yang ditandai munculnya kata yang benar diantara kata yang tidak benar pada usia 18 bulan, ia dapat mengucapkan kalimat pendek yang susunannya belum benar misalnya: Joni minta, kasih joni, minta susu.
Kemampuan berbahasa setelah 18 bulan
Pada umur 21 bulan, perbendaharaan kata mencapai 50 kata, dan ia dapat mengucapkan kalimat terdiri dari 2 kata. Ia sudah menggunakan kata saya atau kamu walaupun seringkali belum tepat. Pada umur 30 bulan, kata saya atau kamu sudah benar. Pada umur 3 tahun ia menguasai 250 kata dan dapat membentuk kalimat terdiri 3 kata. Pada umur 4 tahun ia mulai bertanya mengenai arti suatu kata, terutama yang abstrak. Ia dapat bercerita dan menggunakan kalimat terdiri dari 4-5 kata.
Tabel 2. Tahapan Perkembangan Bicara
Reseptif (pengertian)
Bereaksi terhadap suara
lahir
Tersenyum sosial
5 minggu
Orientasi terhadap suara
4 bulan
Menoleh kepada suara bel
5-9 bulan
Mengerti perintah Tidak boleh!
8 bulan
Mengerti perintah ditambah mimik
11 bulan
Mengerti perintah tanpa mimik
14 bulan
Menunjuk 5 bagian badan yang disebutkan
17 bulan
Ekspretif (ucapan)
Oooo-ooo
6 minggu
Guu,guuu
3 bulan
a-guuu, a-guuu
4 bulan
Mengoceh
4-6 bulan
Dadadada (menggumam)
6 bulan
Da-da, ma-ma tanpa arti
8 bulan
Dada, mama dengan arti
10 bulan
Kata pertama selain mama
11 bulan
Kata kedua
12 bulan
Kata ketiga
13 bulan
4-6 kata
15 bulan
7-20 kata
17 bulan
Kalimat pendek 2 kata
21 bulan
50 kata
2 tahun
Kalimat terdiri dari 2 kata
250 kata
3 tahun
Kalimat terdiri dari 3 kata
Kalimat terdiri dari 4-5 kata
4 tahun
Bercerita
Menanyakan arti suatu kata
Menghitung sampai 20
KETERLAMBATAN, KETIDAKSEIMBANGAN DAN PENYIMPANGAN BERBAHASA
Kemungkinan adanya keterlambatan berbahasa harus dipikirkan bila seorang anak terlambat mencapai tahapan berbahasa yang sesuai untuk umurnya. Selanjutnya fungsi berbahasa diatur pula oleh aturan tatabahasa, yaitu bagaimana suara membentuk kata, kata membentuk kalimat yang benar dan seterusnya. Keterlambatan bicara terjadi pada 3-15% anak, dan merupakan kelainan perkembangan yang paling sering terjadi. Sebanyak 1% anak yang mengalami keterlambatan bicara tetap tidak dapat bicara. Tiga puluh persen di antara anak yang mengalami keterlambatan ringan akan sembuh sendiri, tetapi 70% di antaranya akan mengalami kesulitan berbahasa, kurang pandai atau berbagai kesulitan belajar lainnya.
Kemampuan berbahasa sangat terlambat bila :
Bayi tidak mau tersenyum sosial sampai 10 minggu
Bayi tidak mengeluarkan suara sebagai jawaban pada usia 3 bulan
Tidak ada perhatian terhadap sekitar sampai usia 8 bulan
Tidak bicara sampai usia 15 bulan
Tidak mengucapkan 3-4 kata sampai usia 20 bulan.
Salah satu gangguan adalah bila ditemukan perbedaan kecepatan perkembangan antara 2 faset yang berbeda, yang disebut sebagai ketidak seimbangan kecepatan perkembangan. Hal ini penting untuk deteksi gangguan komunikasi, Dimana fungsi bahasa jelas tertinggal dari fungsi pemecahan masalah. Pada retardasi mental, keduanya terlambat sedangkan pada gangguan motorik yang disebut sebagai palsi serebral fungsi motorik terlambat dibandingkan fungsi bahasa dan pemecahan masalah.
Penyimpangan berbahasa menunjukan kemampuan berbahasa yang tidak teratur atau tidak menurut aturan yang seharusnya. Keadaan ini sering lolos dari pemeriksaan karena sulit dikenali. Misalnya anak berumur 15 bulan sudah mempunyai perbendaharaan kata 10-15 kata (kemampuan anak 18-20 bulan) tetapi bahasanya tidak sempurna (kemampuan anak 14-15 bulan). Terlihat juga adanya kata yang diucapkan tetapi tidak dimengerti artinya. Pada anak prasekolah, misalnya dapat membuat kalimat 5-6 kata tetapi perbendaharaan baru terbatas pada 200-300 kata (kemampuan anak berumur 2,5 tahun). Penyimpangan yang hebat sering ditemukan pada autisme.
PENYEBAB GANGGUAN BICARA DAN BERBAHASA
Developmental language delay / Maturational delay (Keterlambatan pematangan / perkembangan)
Merupakan bentuk keterlambatan bicara yang mungkin paling sering ditemukan. Hal ini disebabkan gangguan pematangan proses di otak yang diperlukan untuk bicara pada keluarga. Kebanyakan dapat berbicara lancar pada umur sekolah. Anak dengan maturational delay tidak menunjukan gangguan kepandaian dan gangguan pengertian atau reseptif.
Retardasi Mental
Retardasi mental adalah kurangnya kepandaian seorang anak dibandingkan anak lain seusianya. Retardasi mental merupakan 50% di antara penyebab keterlambatan bicara. Angka kejadian retardasi mental ada;ah 2-3% di antara semua penduduk, baik berdiri sendiri atau merupakan bagian dari penyakit lain. Diagnosis sering terlambat karena diagnosis retardasi mental sebelum usia sekolah relatif agak sulit, adanya anggapan bahwa anak yang menunjukan perkembangan motorik kasar normal tidak mungkin mengalami retardasi mental, anggapan bahwa tidak mungkin mendeteksi retardasi mental sebelum dilakukan uji IQ secara formal. Anak yang mengalami retardasi mental ,menunjukan urutan tahapan perkembangan yang teratur tetapi terlambat, meliputi keterlambatan bicara reseptif, ekspretif, disertai keterlambatan visuo-motor, kemampuan penafsiran sesuatu yang didengar dan gangguan penggunaan mimik.
Gangguan Pendengaran
Anak yang mengalami gangguan pendengaran terlihat memerlukan usaha berlebihan untuk mendengar, meminta pertanyaa diulang sebelum menjawab, berbicara tidak akurat, atau memperlihatkan kebingungan saat berdiskusi. Pada saat mendengat TV atau radio ia mendekatkan telinganya ke arah sumber bunyi. Gangguan pendengaran selalu harus dipikirkan bila ada keterlambatan bicara. Pengobatan dengan pemasangan alat bantu dengar akan sangat membantu bila kelainan ini dideteksi sejak awal. Pada anak yang mengalami gangguan pendengaran tetapi kepandaian normal, perkembangan berbahasa sampai 6-9 bulan tampaknya normal dan tidak ada kemunduran. kemudian menggumam akan hilang disusul hilangnya suara lain dan anak tampaknya sangat pendiam. Untuk menilai gangguan pendengaran dapat digunakan bel, kertas atau suara ketukan sendok pada cangkir.
Language / learning disordes atau Gangguan berbahasa dan belajar
Istilah learning disorders, learning disability belum baku. Beberapa penulis menyebutkannya sebagai Specific Learning Impairment (SLI) atau Specific Learning Disability. Demikian pula dengan istilah Specific Impairment. Hal ini disebabkan banyaknya ahli yang berkecimpung di bidang ini, ahli edukasi, psikologi, pediatri perkembangan, neurologi, psikiatri. speech pathologist, dan lain-lain. Para ahli ini sering menggunakan istilah yang disukai di bidangnya masing-masing.
Istilah Specific Language Impairment digunakan bila anak mengalami kesulitan berbahasa sedangkan kemampuan non verbal atau kepandaian adalah normal.
Untuk mampu berkomunikasi, anak harus menguasai finologi (bunyi kata-kata), modifikasi dari kata-kata (morfologi), tata bahasa (sintaks), isi bahasa berdasarkan kata-kata yang diketahui (leksikon), arti kata atau kalimat (semantik) dan pengunaannya dalam konteks yang sesuai (pragmatik). Semua fungsi tersebut harus berjalan sinkron untuk kemampuan komunikasi yang baik.
Gangguan berbahasa spesifik misalnya:
1. Gangguan bicara ekspretif
2. Gangguan bicara campuran reseptif-ekspretif
3. Gangguan pengucapan
4. Gagap
5. Gangguan berbahasa tidak spesifik.
Klasifikasi ini menjadi kontroversi. Beberapa ahli menganggap bahwa gangguan bicara reseptif-ekspretif.
Gangguan bicara ekspresif / Expressive Language Disordes
Anak-anak ini mempunyai kepandaian, pendengaran, kemampuan komprehensi, dan emosi yang normal. Keadaan ini disebabkan gangguan fungsi otak, yang tidak mampu menerjemahkan gagasan kepada bicara. Anak dapat menggunakan mimik untuk menyatakan kehendak.
Keadaan in sulit dibedakan dengan developmental lenguage delay.Anak mengalami kesulitan mengkomunikasikan kebutuhan, pikiran dan maksudnya dengan ucapan yang benar. Perbendaharaan kata terbatas, kalimat pendek, tidak lengkap dan tata bahasa kacau, cerita dan kejadian disampaikan secara tidak terorganisasi. Untuk menegakan diagnosis, perlu uji kemampuan bicara atau intelegensi non-verbal.
Sebanyak 50-80% di antara anak-anak ini akan mencapai kemampuan berbicara yang normal sebelum umur sekolah. Prognosis kurang baik bila gangguan berbicara ekspretif menetap sampai umur sekolah. Anak-anak ini dapat menunjukan gangguan lainnya misalnya gangguan membaca dan gangguan pemusatan perhatian. Kadang-kadang anak nampak normal, tetapi tetap mengalami kesulitan bila harus menceritakan suatu hal yang kompleks. Hambatan ini akan menurunkan prestasi akademik, menyebabkan gangguan personal-sosial dan menyebabkan timbulnya rasa rendah diri.
Berbeda dengan developmental language delay yang dapat sembuh sendiri, anak-anak ini tetap mengalami gangguan bila tidak dilakukan intervensi.
Gangguan berbahasa campuran reseptif-ekspretif
Selain ciri gangguan bicara ekspretif, anak-anak ini juga mempunyai kesulitan mengartikan ucapan orang lain, terutama yang bersifat abstrak. Mereka sering salah mengartikan pertanyaan, komentar, atau cerita yang panjang. Kriteria diagnosis memerlukan intelegensi non-verbal yang normal.
prognosis kurang baik dibandingkan gangguan berbahasa ekspretif. Pada masa sekolah mereka akan tertinggal oleh teman sebayanya. Karena komprehensi kurang baik, dapat muncul gangguan atensi. Kira-kira 40-60% akan mengalami gangguan fonologi, sedangkan 50% mengalami gangguan membaca. Masalah bahasa, dikombinasi dengan kesulitan membaca atau atensi akan menyebabkan lingkaran setan kemampuan akademik yang kurang, rasa percaya diri yang rendah, motivasi yang rendah dan isolasi sosial pada 70% kasus.
Mereka akan dapat berbicara, tetapi terlambat dibandingkan anak sebayanya. Pada masa dewasa, kemampuan bicara cukup untuk komunikasi sehari-hari, tetapi mereka tetap menunjukan kesulitan bila harus mengartikan atau menceritakan suatu masalah yang kompleks.
Gangguan bicara karena kelainan organ bicara
Keadaan ini tidak dibahas disini.
Autisme
Penyandang autisme menunjukan gangguan komunikasi yang menyimpang. Gangguan komunikasi tersebut dapat terlihat sebagai keterlambatan bicara, tidak bicara, bicara dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti (bahasa planet), atau bicara hanya meniru saja (ekolalia). Selain gangguan komunikasi, anak juga menunjukan gangguan interaksi dengan orang di sekitarnya, baik orang dewasa maupun orang sebayanya. Penyandang autisme juga menunjukan perilaku yang tidak adekuat, seperti tidak tahu caranya bermain.
Deprivasi atau kurang stimulasi
Dalam keadaan ini anak tidak mendapat rangsang yang cukup dari lingkungannya. Apakah stimulasi yang kurang akan menyebabkan gengguan berbahasa? Penelitian menunjukan bahwa anak dari orang tua yang mengalami retardasi mental dapat menunjukan sedikit keterlambatan bicara, tetapi tidak berat. Bilamana anak yang kurang mendapat stimulasi tersebut juga mengalami kurang makan atau child abuse, maka kelainan berbahasa dapat lebih berat karena penyebabnya bukan deprivasi semata-mata tetapi juga kelainan saraf karena gizi atau child abuse.
Bicara dalam 2 bahasa
Hanya kadang-kadang saja menyebabkan keterlambatan. Umumnya anak dapat menguasai 2 bahasa dengan mudah.
Cara membedakan berbagai keterlambatan berbahasa
Dengan memperlihatkan fungsi reseptif, ekspretif, kemampuan pemecahan masalah visuo-motor dan pola keterlambatan perkembangan, dapat diperkirakan penyebab kesulitan bicara.
Tabel 3. Diagnosis banding beberapa penyebab keterlambatan berbahasa
DiagnosisBahasa reseptifBahasa ekspresifKemampuan pemecahan masalah Visuo-motorPola perkembangan
Tuli< normal< normal< normalTidak seimbang
Retardasi mental< normal< normal< normalKeterlambatan menyeluruh
Kesulitan belajarNormal,
< normalNormal
< normalNormal,
< normalTidak seimbang
Autisme< normal, normal anehTampaknya normal, Biasanya lebih baik dibandingkan kemampuan berbahasaTidak penyeimbang
Keterlambatan pematangan otaknormal< normalnormalHanya ekspresif yang terganggu
Kesimpulan
Dalam perkembangnnya menjadi manusia dewasa, seorang anak berkembang melalui tahapan tertentu. Di antara jenis perkembangan, yang paling penting untuk menentukan kemampuan intelegensi di kemudian hari adalah perkembangan motorik halus dan pemecahan masalah visuo-motor, serta perkembangan berbahasa. Bila kedua kemampuan tersebut berkembang dengan baik, anak akan menunjukan kemampuan hubungan sosial dan penyesuaian diri dengan lingkungan yang baik.
Walaupun kecepatan perkembangan setiap anak berbeda-beda, kita harus waspada apabila seorang anak mengalami keterlambatan perkembangan atau penyimpangan. Untuk mendeteksi keterlambatan, dapat digunakan 2 pendekatan :
Yang pertama adlah menyerahkan kepada orangtua, nenek, guru atau pengasuh untuk melaporkan bila anak mengalami kesulitan dalam berbahasa. Kerugian cara ini adalah bahwa orangtua sering menganggap bahwa anak akan dapat menyusul keterlambatannya dikemudian hari dan cukup ditunggu saja, atau nenek mengatakan bahwa ayah atau ibu juga terlambat bicara, atau anggapan bahwa anak yang cepat jalan akan lebih lambat bicara. Kadang-kadang juga disulitkan oleh reaksi menolak dari orang tua yang tidak mau mengakui bahwa anak mengalami keterlambatan bicara.
Pendekatan kedua adalah dengan deteksi aktif, membandingkan apakah seorang anak dapat melakukan fungsi bahasa yang sesuai dengan baku untuk anak seusianya. Pendekatan kedua juga mempunyai kelemahan yaitu akan terlalu banyak anak yang diidentifikasi sebagai abnormal karena bicara terlambat. Tetapi overdiagnosis ini mempunyai risiko yang lebih kecil dibandingkan keterlambatan diagnosis.
Menurut hemat saya peran orang tua untuk melaporkan kecurigaannya dan peran dokter untuk menanggapi keluhan tersebut sama pentingnya dalam penatalaksanaan anak. Bila dijumpai keterlambatan atau penyimpangan harus dilakukan pemeriksaan untuk menentukan apakah hal tersebut merupakan variasi normal atau suatu kelainan yang serius. Jangan berpegang pada pendapat: Nanti juga akan berkembang sendiri atau Anak semata-mata hanya terlambat sedikit tanpa bukti yang kuat, yang akan mengakibatkan diagnosis yang etrlambat dan penatalaksanaan yang semakin sulit.
Daftar Rujukan
Tudor M. Child development. Mc Graw-Hill Book Company, 1981.
Capute AJ, Accardo PJ. Development disabilities in infancy and childhood. Paul H Brookes Publ. Co., 1991.
Illingworth RS. The normal child, 10th ed. Churchil Livingstone, 1991.
Levy SE, Hyman SL. Pediatric assesment of the child with development delay. Pediatr Clin North Am 1993;40:465-77
Drillen CM, Drummond MB. Neurodevelopmental problems in early childhood.
Assesment and management. Blackwell Scientific Publications, 1977.
Rapin I. Children with hearling impairment. Dalam : Swaiman KF, Ed. Pediatric neurology principles and practice; edisi ke-3. C. V. Mosby Company, 2000.
Pusponegoro HD. Gangguan komunikasi. Makalah pada pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Dokter Anak Indonesia, Palembang, 2001
Pusponegoro HD. Diagnosis autisme. Pertemuan Ilmiah Berkala Ilmu Kesehatan Anak, 2002.