harapan masyarakat. oleh sebab itu, pemerintah sebagai...

27
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Manajemen Perguruan Tinggi Swasta Perguruan Tinggi Swasta dalam tatanan sistem pendidikan nasional di Indonesia mempunyai peranan strategis. Hal itu, selaras dengan tuntutan historis, filosofis, kebangsaan dan perkembangan Ilmu Pengetahuan serta Teknologi. Peranan dan fungsi Perguruan Tinggi Swasta saat ini, semakin kompleks dan penuh persaingan pada berbagai tingkat (lokal, regional dan internasional), selaras dengan harapan masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah sebagai pembina penyelenggaraan Perguruan Tinggi Swasta, telah mengeluarkan berbagai perangkat peraturan guna menjaga dan memelihara keberadaannya. Beberapa peraturan tersebut, antara lain Keputusan Mendikbud No.020/U/1986; No.0198/U/1987; PP.30 Tahun 1990 dan SE. Dirjen Dikti N0.421/ DlKTI/Kep/996. Kemudian pedoman pendirian/ akreditasi melalui SK.Dirjen Dikti No.l41/D/Q/1989; Keputusan Menteri No.0686/ U/1991; Kepmen No.0343/U/1994 dan SK Dirjen Dikti No. 470/DAY1996 serta Keputusan Menteri No.0323/ U/1996 tanggal 31 Oktober 1996 tentang Kriteria Akreditasi Program Studi pada PTS untuk program sarjana. Berdasarkan data mengenai pendidikan tinggi nasional menunjukkan kepada kita sampai tahun 1993/1994 peranan swasta (PTS), dalam meningkatkan kehidupan intelektual masyarakatsekitar 2.430.380 orang atau 65,66 % atau lebih dari 1,3juta

Upload: truongthu

Post on 22-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: harapan masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah sebagai ...repository.upi.edu/1188/4/T_ADPEN_999779_Chapter1.pdf · akademi, sekolah tinggi, institut dan universitas. Hasil penilaian

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

1. Manajemen Perguruan Tinggi Swasta

Perguruan Tinggi Swasta dalam tatanan sistem pendidikan nasional di

Indonesia mempunyai peranan strategis. Hal itu, selaras dengan tuntutan historis,

filosofis, kebangsaan dan perkembangan Ilmu Pengetahuan serta Teknologi. Peranan

dan fungsi Perguruan Tinggi Swasta saat ini, semakin kompleks dan penuh

persaingan pada berbagai tingkat (lokal, regional dan internasional), selaras dengan

harapan masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah sebagai pembina penyelenggaraan

Perguruan Tinggi Swasta, telah mengeluarkan berbagai perangkat peraturan guna

menjaga dan memelihara keberadaannya. Beberapa peraturan tersebut, antara lain

Keputusan Mendikbud No.020/U/1986; No.0198/U/1987; PP.30 Tahun 1990 dan SE.

Dirjen Dikti N0.421/ DlKTI/Kep/996. Kemudian pedoman pendirian/ akreditasi

melalui SK.Dirjen Dikti No.l41/D/Q/1989; Keputusan Menteri No.0686/ U/1991;

Kepmen No.0343/U/1994 dan SK Dirjen Dikti No. 470/DAY1996 serta Keputusan

Menteri No.0323/ U/1996 tanggal 31 Oktober 1996 tentang Kriteria Akreditasi

Program Studi pada PTS untuk program sarjana.

Berdasarkan data mengenai pendidikan tinggi nasional menunjukkan kepada

kita sampai tahun 1993/1994 peranan swasta (PTS), dalam meningkatkan kehidupan

intelektual masyarakat sekitar 2.430.380 orang atau 65,66 % atau lebih dari 1,3juta

Page 2: harapan masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah sebagai ...repository.upi.edu/1188/4/T_ADPEN_999779_Chapter1.pdf · akademi, sekolah tinggi, institut dan universitas. Hasil penilaian

mahasiswa adalah mahasiswa PTS. Dengan kata lain dari setiap 100 mahasiswa

Indonesia 66 anggotanya adalah mahasiswa PTS, dan ini terus meningkat selaras

dengan pertumbuhan PTS di berbagai daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Secara kuantitatif PTS mencapai sekitar 1500 buah yang dibina oleh sekitar 51 PTN

yang ada. Namun demikian jumlah tersebut dilihat dari berbagai hal seperti

manajemen, kualitas proses dan luaran sangatlah bervariasi. Mulai dari kontinum

yang paling menyamai PTN sampai ke yang perlu pembinaan terus-menerus.

Implikasi dari kondisi tersebut, adalah pada proses pendidikan dan luaran yang

bermuara kepada pemenuhan tuntutan masyarakat. Oleh sebab itu, yang menjadi

fokus dalam memerankan posisinya PTS harus memenuhi kriteria yang ditetapkan

sebagai standar atau patokan logis yang salah satu diantaranya melalui Penilaian

Akreditasi Nasional. Untuk mencapai standar tersebut, sangat tergantung pada

manajemen PTS itu sendiri.

2. Kondisi PTS di Kopertis Wilayah IV Jawa Barat

Secara umum PTS yang ada di lingkungan Kopertis Wilayah IV Jawa Barat

jumlahnya sangat banyak sekitar 225 terdiri dari 146 fakultas, 740 jurusan dan 890

program studi, yang tersebar di 26 Kabupaten di Jawa Barat, yang terkonsentrasi pada

akademi, sekolah tinggi, institut dan universitas. Hasil penilaian tim akreditasi

nasional, di lingkungan Kopertis IV terdapat, peringkat A 21, peringkat B 109,

peringkat C 60 yang tersebar di berbagai jurusan.

Page 3: harapan masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah sebagai ...repository.upi.edu/1188/4/T_ADPEN_999779_Chapter1.pdf · akademi, sekolah tinggi, institut dan universitas. Hasil penilaian

Penilaian terbaik hanya diberikan kepada 2 PTS di Kota Bandung yang

termasuk kelompok 15 besar secara nasional. Dan dapat dibayangkan ternyata

sebagian besar masih di bawah harapan. Hal itumemberikan gambaran bahwa PTS di

Propinsi JawaBarat diindikasikan mengalami berbagai hambatan. Hambatan secara

umum, berkenaan dengan sumber daya manusia, teknologi, manajemen, teknologi

dan sumber dana yangada di lingkungan PTS.

Implikasi dari penilaian Badan Akreditasi Nasional bagi PTS, berkaitan

dengan kepercayaan masyarakat. Kepercayaan tersebut dapat berupa kepercayaan

masyarakat orang tua untuk menjadi pelanggan dalam menyekolahkan anak-anaknya,

dan masyarakat pengguna lulusan dalam merekrut lulusan PTS tersebut. Hal itu,

merupakan salah satu faktor yang menjadi modal dasar pengembangan pendidikan

tinggi swasta. Keadaan tersebut, merupakan tantangan yang dihadapi oleh para

penyelenggara khususnya bagaimana manajemen diselenggarakan sebaik-baiknya.

Padahal telah kita ketahui bersama, pendidikan akan berkualitas jikaditangani oleh

SDM khususnya tenaga dosen yang berkualifikasi dan mempunyai relevansi yang

memadai, serta didukung oleh fasilitas sehingga kepercayaan masyarakat meningkat.

Berpangkal darikeadaan tersebut, menarik perhatian penulis untukmelakukan

penelitian berkenaan dengan mekanisme pengembangan lembaga khususnya terkait

dengan manajemen dalam mengelola PTS dan konstribusinya terhadap status

akreditasi hasil penilaian Badan Akreditasi Nasional.

Page 4: harapan masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah sebagai ...repository.upi.edu/1188/4/T_ADPEN_999779_Chapter1.pdf · akademi, sekolah tinggi, institut dan universitas. Hasil penilaian

B. Perumusan Masalah

Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi Swasta yang diselenggarakan oleh

masyarakat baik yang bersifat Badan-Badan maupun Yayasan, sesungguhnya setiap

institusi penyelenggara mempunyai karakter pengelolaan yang sangat bervariasi.

Namun demikian dipandang dari sudutmanajemen sebagai proses penyelenggaraan-

nya mempunyai kecenderunganmenghadapipersoalanyang relatifsama. Oleh sebab

itu tentunya persoalan yang dihadapi tidak jauh berbeda. Salah satu issu strategis

masa kini adalah bagaimana PTS melaksanakan optimalisasi potensi dan strategi

pengembangannya. Baik dipandang dari perencanaan, maupun pelaksanaan yang

menuju pada hasil dan mampu bersaing secara lokal, regional dan internasional.

Bertolak dari uarain tersebut, diajukan permasalahannya sebagai berikut:

"Berapa besar konstribusi manajemen program studi terhadap hasil peringkat

penilaian Badan Akreditasi Nasional "

Mengingat masalah tersebut sangat luas, maka selanjutnya dirinci menjadi pokok

masalah sebagai berikut:

1. Berapa besar konstribusi pengembangan program studi, terhadap hasil peringkat

penilaian Badan Akreditasi Nasional ?

2. Berapa besar konstribusi tenaga dosen program studi, terhadap hasil peringkat

penilaian Badan Akreditasi Nasional ?

3. Berapa besar konstribusi implementasi kurikulum, terhadap hasil peringkat

penilaian Badan Akreditasi Nasional ?

4. Berapa besar konstribusi fasilitas program studi, terhadap hasil peringkat

penilaian Badan Akreditasi Nasional ?

Page 5: harapan masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah sebagai ...repository.upi.edu/1188/4/T_ADPEN_999779_Chapter1.pdf · akademi, sekolah tinggi, institut dan universitas. Hasil penilaian

5. Berapa besar konstribusi keadaan mahasiswa, terhadap hasil peringkat penilaianBadan Akreditasi Nasional ?

Permasalahan yang diungkapkan sangat luas, oleh sebab itu untuk memperoleh hasil

penelitian aplikatif, rasional dan ilmiah, maka perlu dibatasi. Adapun batasan

masalahnya dapatdikemukakan sebagai berikut:

a. Manajemen pengembangan program studi merupakan aktivitas di setiaplingkungan fakultas, melalui perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan padaperiode tertentu dan pendekatan tertentusesuai otonomi PTS tersebut.

b. Hasil penilaian Badan Akreditasi Nasional, adalah perolehan skor penilaiankelayakan program studi yang diselenggarakan PTS.

C. Tuj uan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini secara umum, adalah untuk memperoleh

informasi berkenaan dengan bagimana konstribusi manajemen pengembangan

program studi PTS, terhadap status akreditasi hasil perolehan penilaian Badan

Akreditasi Nasional di lingkungan Kopertis Wilayah IV.

Secara khusus penelitian ini adalah untuk menganalisis konstribusi:

1. Pengembangan program studi terhadap hasil peringkat penilaian Badan AkreditasiNasional

2. Tenaga dosen program studi terhadap hasil peringkat penilaian Badan AkreditasiNasional

3. Implementasi kurikulum terhadap hasil peringkat penilaian Badan AkreditasiNasional

Page 6: harapan masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah sebagai ...repository.upi.edu/1188/4/T_ADPEN_999779_Chapter1.pdf · akademi, sekolah tinggi, institut dan universitas. Hasil penilaian

4. Fasilitas program studi terhadap hasil peringkat penilaian Badan AkreditasiNasional

5. Keadaan mahasiswa terhadap hasil peringkat penilaian Badan Akreditasi Nasional

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dapat dipandang dari dua aspek, yaitu teoreris dan praktis.

Teoretis diharapkan dari temuan penelitian ini dapat mengembangkan konsep

administrasi pendidikan khususnya dalam penyelenggara pendidikan tinggi swasta

(PTS). Adapun aspek praktis, diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak

penyelenggara PTS dalam rangka pengembangan program studi di lingkungan

Kopertis Wilayah IV Jawa Barat.

E. Kerangka Berpikir

1. Kerangka Berpikir

Dipandang dari konsep sistem Perguruan Tinggi tidak dapat melepaskan diri

dari perkembangan yang terjadi pada lingkungan eksternal dan internal. Dengan

demikian karaktersitik perguruan tinggi sebagai organisasi akademik, mempunyai

sejumlah kekhasan dalam tujuan, layanan, teknologi, ssumber daya manusia, dan

manajemen.

Baldridge (ASHE, 1986:15) menggambarkan perbandingan perguruan tinggi

sebagai organisasi akademik dengan birokrasi tradisional sebagaimana ditinjukkan

pada Tabel 1.1.

Page 7: harapan masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah sebagai ...repository.upi.edu/1188/4/T_ADPEN_999779_Chapter1.pdf · akademi, sekolah tinggi, institut dan universitas. Hasil penilaian

Tabell.l

ORGANIZATIONAL CHARACTERISTIC OF ACADEMIC ORGANIZATIONALAND MORE TRADITIONAL BUREAUCRATIES

Academic Organizations(Colleges and Universities)

Traditional Breaucratcies

(Government agency,industry)Goals Ambiguous,

contested,inconsistent

Clearer goals, less disagreement

Client

Service

Client serving Material, processing, segmented

Technology Unclear, nonroutineHolistic

Clearer, routinized, segmented

Staffing Predominantlyprofesional

Predominantly non profesional

Environ-

Mental

Relation

Very vulnerable Less vulnarable

SummaryImage

"Organized anarchy" "Bureacracy"

Tabel tersebut menunjukkan bahwa Perguruan Tinggi sebagai organisasi

akademik memiliki karakteristik yang khas. Ia memiliki ambiquous goals yang

sering ditunjukkan secara kuat, dan melayani clientsyang membutuhkan suara dalam

pengambilan keputusan. Ia memiliki problematic technology, teknologinya harus

bersifat menyeluruh dan adaptable untuk memenuhi. Kebutuhan secara individual.

Ia adalali professionalized organizations yang membutuhkan pekerjadalamjumlah

besaruntukmengontrol proseskeputusan institusional yangberlebihan. Akhirnya, ia

menjadi lebih berhadapan langsung dengan masyarakat. Satu hal yang menjadi

summary image adalah sebagai organzedanarchy sebagaimana yang dikemukakan

Cohen dan March (1974). Keduanya mengemukakan bahwa Perguruan Tinggi

sebagai "organizedanarchy system with little central coordination or control:

In a university anarchy each individual in the university is seen as makingautonomous decisions. Teachers decide if when, and what to teach. Students

Page 8: harapan masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah sebagai ...repository.upi.edu/1188/4/T_ADPEN_999779_Chapter1.pdf · akademi, sekolah tinggi, institut dan universitas. Hasil penilaian

decide if when, and what to learn. Legislators and donorsdeTtde if, when, andwhat to support. Neither coordinations... or control(is) practized. Resources areallocated by whatever process emerges but without explicit reference to somesuperordinate goal. The"decisions " ofthe system are a consequence produced bythe system but intended by no one and decisively controlled by no one (Cohen andMarch,1974:33-34; dalam ASHE, 1985:15).

Implikasi dari bentuk organisasi demikian, adalah akan membentuk arah yang saling

berbeda dari tiap individu tanpa adanya suatu koordinasi yang kuat. Keputusan

diambil secara individu, sering diambil secara spontan dan tidak terencana dan

mengarah pada dinamika yang ambiquous.

Hak tersebut, berbeda dengan organisasi yang tradisional memiliki

karakteristik; (i) goal; clearer goals, less disagrement; (ii) client service; material-

processing; commercial; (Hi) technology:; cleare, routinized, segemented; (iv)

staffing; predominantlynon professional; (5) summary image "Bureacracy".

Hasil studi yang dilakukan Judith D. Hackmant (1986:323) dalam penelitian

yang berjudul "Power and Centrality in the allocation ofresources in colleges and

universities" menunjukkan dukungan kepada... Colleges and universities in

interactions with organizations that operate as systems in interaction with

environment. Ditinjau dari karakteristik Perguruan Tinggi nampak bahwa peran dan

fungsi penyelenggaraan pendidikan tinggi, sangatlah kompleks dan unik jika

dibandingkan dengan organisasi non kependidikan.

Di Indonesia penyelenggaraan Pendidikan Tinggi secara konsep legal terdapat

pada PP.NO. 30 Tahun 1990, pasal 4 yang menegaskan baliwa pendidikan akademik

mengarah kepada "peningkatan mutu dan memperluas wawasan ilmu pengetahuan",

Page 9: harapan masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah sebagai ...repository.upi.edu/1188/4/T_ADPEN_999779_Chapter1.pdf · akademi, sekolah tinggi, institut dan universitas. Hasil penilaian

sedangkan pendidikan profesionalmenonjolkan " peningkatan kemampuanpenerapan

ilmupengetahuan", yang diselenggarakan oleh sekolah tinggi, institut dan universitas.

Demikian pula pada PP No.60 dan PP No.61 Tahun 1999, berkenaan dengan tugas

dan fungsi perguruan tinggi.

Dunia pendidikan tinggi di Indonesia menganut tiga fungsi yang dikenal Tri

Darma Perguruan Tinggi. Konsep tiga fungsi sesungguhnya bertolak dari beberapa

pakar dan organisasi pendidikan dunia.

UNESCO mengenai pendidikan tinggi seperti dilaporkan Siedel (1990)

merekomendasikan lima fungsi universitas, yaitu; (1) memberikan pendidikan dan

pelatihan yang mengkombinasikan riset dan pelatihan; (2) pelatihan profesional; (3)

riset; (4) pembangunan termasuk pembangunan regional dan inter-nasional; (5) fungsi

sosial yaitu pengembangan intelektual dan sosial masyarakat. Demikian pula hasil

pertemuan universitas-universitas di Asia-Pasifik pada tahun 1990 di New England

University of Australia, merumuskan mengenai fungsi pen-didikan tinggi terdapat

sebagai "serve their societies through their work in teaching, research and wider

community service". Rumusan ini mirip dengan Tri Darma pendidikan kita.

Jose Ortega y Gasset seorang filsuf Spanyol, menurut penelitian Clark Kerr

merumuskan empat misi universitas yaitu; (1) pendidikanprofesional; (2) riset; (3)

latihan kepemim-pinan; (4) Persiapanuntukkehidupan seseorang.

Di Amerika Serikat universitas lebih terbuka menurut Clark Kerr diarahkan

kepad tujuh fungsi yaitu; (1) pendidikan liberal; (2) pendidikan profesional; (3) riset;

(4)pendidikan gramedial; (5) pengabdian padamasyarakat; (6) kesamaan kesempatan

Page 10: harapan masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah sebagai ...repository.upi.edu/1188/4/T_ADPEN_999779_Chapter1.pdf · akademi, sekolah tinggi, institut dan universitas. Hasil penilaian

10

memperoleh pendidikan tinggi; (7) pengembangan suatu bangsa terdidik. Sebagai

gambaran bagaimana perkembangan konsep perguruan tinggi di negara-negara lain

sebagai bahan perbandingan dengan apa yang dianut di Indonesia ditunjukkan pada

Tabell.2.

Tabel 1.2

Ortega y Amerika UNESCO OECD Karl UU.No2 UUNo2 PP No.30 1990Gasset Serikat (1987) Jaspers Tahun

1961

Tahun

1989Pendidikan

profesionalPendidikan Pendidikan dan Pendidikan Mengajar Mengajar Mening Menvelengsarakanliberal pelatihan pasea seko- Dan riset katkan pendidikan

ditunjang riser lah menc-

ngahakademik lingkungan

RisetRiset Profcsionalismc Profcsionalis-

me

Riset Profcsio-

nalisineRiset Mengem

bangkan

Ixtihan

kepeiuiiii-Riset Riset Kebutuhan Pendidikan Pengabdian

dan

menerap-

Pengarxii-ankepada

Tenaga untuk. kepada kan Iptek Masyarakatkerja manusia

seutuhnyama sya ra ka t Untuk

meningkatPtTS la pa !f Pend.Remidial Menunjang Mengajar kanuntuk pembangunan kesejahie-kehiduixui F'entiHbdian lokal, regional raan mada lain \jctdn dan interna- syarakatmasy^rakaT ma sya ra ka t siona)

fengembancan Mennnj^ng

dan

pengem

banganKesamaan ke intelektualtual ekonomi Budaya

i sempatan dan sosii! kompctitif nasional

1 lurmjKTok'.h masyarakat Pei igembai 1

i iinididikan gan in-

1 Tinggi dustri

1i Pengembangan Mobilisasi

i

i|ij

iiIi

bangsa terthdik

1

Sosial

Model

untuk

tujuannasional

Mcnyiap-kan ealon

peininipmma sya m -

kat

Fungsi-fungsi yang diuraikan tersebut, nampak mempunyai kesamaan dan titik berat

yangdominan adalah pengembangan di masa depan.

Perguruan tinggi dalam era globalisasi Clark Kerr mengintroduksi dua jenis

perspektif yaitu; (1) cenderung ke masa lalu dan (2) cenderung ke masa depan.

Untukjelasnya ditunjukkan pada tabel 1.3.

Page 11: harapan masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah sebagai ...repository.upi.edu/1188/4/T_ADPEN_999779_Chapter1.pdf · akademi, sekolah tinggi, institut dan universitas. Hasil penilaian

Tabel 1.3

Perspektif Alternatif Tujuan Pendidikan Tinggi Clark KerrPerspektif !

Filsafat

Waktu !Kecenderungan

Masa lalu Masa depanMonistik-Idealis 1. Konsentrasionisme 3. Transformasionis i

Pluralistik-Pragmatik 2. Preservasionisme 4. Ekspansionis i

Perspektif yang cenderung ke masa lalu terdapat bentuk konsentrasi dan

preservasionisme. Kedua pendekatan tersebut sama-sama bersifat status quo

sedangkan yang mempunyai kecenderungan ke masa depan dapat bersifat

transformasionis dan ekspansionis. Pendekatan transformasionis menunutut

perubahan visi pendidikan tinggi yang dapat mengakomodasikan perubahan-

perubahan masyarakat masa depan.

Dilihat dan uraian tersebut, menunjukkan bahwa perguruan tinggi baik negeri

maupun swasta mempunyai tanggung jawab dan posisi yang sama pada sistem

pendidikan nasional, berkenaan dengan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada

masyarakat. Hal ituditegaskan bahwa negara kitamenganut, pendidikan merupakan

tanggung jawabkeluarga, masyarakat dan pemerintah seperti yang dituangkan dalam

PP Nomor 39 Tahun 1992 mengenai peran serta masyarakat.

Tolok ukur keberhasilan suatu organisasi termasuk penyelenggara Pendidikan

Tinggi, dapat ditinjau dari berbagai aspek. Salah satunya adalah pendekatan fungsi-

fungsi manajemen pengembangan yang berorientasi pada efektivitas dan efisiensi

proses dan hasil.

Page 12: harapan masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah sebagai ...repository.upi.edu/1188/4/T_ADPEN_999779_Chapter1.pdf · akademi, sekolah tinggi, institut dan universitas. Hasil penilaian

12

Efektivitas dan efisiensi merupakan indikator dari produktivitas. Efektivitas

mengacu kepada pencapaian target secara kuantitas dan kualitas suatu sasaran

program.

Makin besar persentase target suatu program yang tercapai makin tinggi tingkat

efektivitasnya.

Efektivitas berkaitan dengan kualitas, sedangkan efisiensi merupakan refleksi

hubungan antara output dan input yang bersifat kuantitas. Efisiensi berkaitan dengan

besarnya input untuk menghasilkan output dan besamya tingkat pemborosan.

Efektivitas merupakan refleksi kemampuan untuk mem-pengaruhi terjadinya suatu

produk. Keefektivitan menunjukkan besamya pengaruh terhadap suatu proses

produksi. "Effectiveness^ quantity x quality, and if either is zero there is no

effectiveness". (Holzer and nagel, 1984). Jadi keefektivitan suatu usaha secara

implisit mengandung makna kuantitas dan kualitas.

Achmad Sanusi (1988) dalam Sistem Manajemen Pendidikan di Indonesia

efektivitas menekankan kepada relevansi dan adaptabilitas suatu keputusan dalam

rencana dan program terhadap dinamika nilai-nilai dalam hubungan interpersonal

pegawai serta lingkungan budayanya. Efisiensi diartikan sebagai bentuk upaya untuk

mengukur dan menguji secara emperis hubungan antara input dan output. Dari sisi

produk efisiensi terjadi apabila biaya yang dikeluarkan minimal dan mendatangkan

keuntungan yang sepadan. Efisiensi menunjukkan secara tegas garis pembatas antara

sejumlah biaya maksimum untuk membiayai beberapa input secara kuantitas dan

Page 13: harapan masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah sebagai ...repository.upi.edu/1188/4/T_ADPEN_999779_Chapter1.pdf · akademi, sekolah tinggi, institut dan universitas. Hasil penilaian

proporsional sehingga menghasilkan sejumlah output menurut standar mutu yang

telah ditetapkan.

Produk pendidikan adalah jasapendidikan. Lulusan tidak dapat sepenuhnya

merupakan produk pendidikan, karena terdapat faktor lingkungan yang juga

mempunyai peran dalam perkembangan mahasiswa menjadi lulusan. Karena itu,

dikatakan bahwa produk pendidikan adalah jasa pendidikan. Dengan pengertian ini,

perencanaan dan pelaksanaan pendidikan termasuk pengukuran hasil pendidikan,

dapat dilakukan dengan objektif(Dede Sutisna,1999.7).

Lulusan dapat dipahami sebagai kustomer primer yang telah memahami dan

mangahayati sekolah secara utuh. Jasa sekolah dikelompokkan atas lima komponen

utama yakni;

Jasa kurikuler

Jasa administrasi

Jasa kebijakan

Jasa ekstrakurikuler

Jasa penelitian

Jasa kurikuler, merupakan pelayanan yang bersifat kurikuler seperti

penyusunan kurikulum dan silabus, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran,

evaluasi, binibingan. Jasa administrasi, baik meliputi bersifat umum, akademis dan

kesiswaan. Jasa kebijakan umum, berbagai pelayanan yang bersifat kebijakan umum

terutama dilakanakan oleh pimpinan sekolah. Sedangkan jasa ekstrakurikuler

merupakan pelayanan dalam pengembangan kesiswaan di luar kegiatan kurikuler,

tetapi mendukung kegiatan studi seperti pengembangan minat, rekreasi, kesejahteraan

Page 14: harapan masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah sebagai ...repository.upi.edu/1188/4/T_ADPEN_999779_Chapter1.pdf · akademi, sekolah tinggi, institut dan universitas. Hasil penilaian

14

dan pengembang-an kemampuan untuk berkarier. Adapun jasa penelitian, merupakan

pelayanan dan pelaksanaan penelitian yang menghasilkan konsep yang dapat

dipergunakan oleh kostumer tersier.

Strategic planning merujuk pada adanya keterkaitan antara internal strengths

dengan external needs. Dalam hal ini, strategi mengandung unsur analisis kebutuhan,

proyeksi, peramalan, pertimbangan ekonomis dan finansial, serta analisis terhadap

rencana tindakan yang lebih rinci.

Kerangka kerja strategicmanagement yang dikemukakan Rowe(1990) terdiri

atas empat komponen utama yaitu; slratgeic planning, organizational structure,

strategic control, dan resource requirements. Lebih lanjut dikatakan bahwa strategic

management merupakan suatu proses dalam mengelola keempat gugus komponen

tersebut. Keempat gugus komponen yang harus dikelola tersebut, aktivitas kuncinya

terletak pada strategic planning, sebab pada fase ini dilakukan analisis terhadap

tantangan dan peluang eksternal, serta kekuatan dan kelemahan internal organisasi.

Strategic management berfungsi untuk mengarahkan operasi internal organisasi

berupa alokasi sumber daya manusia, fisik dan keuangan, untuk mencapai interkasi

optimal dengan lingkungan ekstenialnya.

Pengertian strategi tersebut, jika dikaitkan dengan masalah bagaimana

lembaga pendidikan tinggi dalam mengembangkan pendidikan. Secara konsep

manajemen sangattepat, mengingat bagaimana seorangpengelola melakukan upaya-

upaya dalam mengelola sumber daya yang terdapat di dalam lingkup pendidikan.

Hal yang urgen adalah adanya kerjasama antara stake holders internal dan eksternal

Page 15: harapan masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah sebagai ...repository.upi.edu/1188/4/T_ADPEN_999779_Chapter1.pdf · akademi, sekolah tinggi, institut dan universitas. Hasil penilaian

15

sehingga ada iklim yang kondusif dalam melayani semua pihak. Stake holders

internal berkenaan dengan terciptanya kerjasama internal antara badan pendiri,

pengurus dan pelaksana harian (rektorat), tenaga edukatif dan administratif, serta

seluruh komponen civitas akademik. Adapun stake holders eksternal adalah seluruh

yang berkepentingan di luar organisasi kampus.

Dede Sutisna (1998) dalam kesimpulan penelitian berkenaan dengan Mutu

Total PTS di JawaBaratterdapat tujuh pokok-pokok pikiran yaitu:

Pertama, kriteria kemampuan dosen tetap PTS di Jawa Barat "tertinggal" 21 tahun

dan hanya sepertiganya saja yang berorientasi TQM. Pada umumnya masih inherent

berorientasi pada kompetisi yang bersifat generik essensial, yang dapat diidentifikasi.

Kedua, kemampuan dosen tetap dituntut jauh lebih tinggi dibanding dengan gaya

kepemimpinan, motivasi dan upaya tahapan mutu total.

Ketiga, gaya kepemimpinan yang dikehendaki para dosen PTS di Jawa Barat adalah

bertipe gaya pengajak serta dan gaya pendelgasian.

Keempat, generator motivasi tidak hanya bergantung pada human basic needs saja,

tetapi tantangan dan tanggung jawab dalam mencapai mutu total kenyataannya

mengkontaminasi atmosfir motivasi.

Kelima, kinerja dosen harus berpaling dariorientasi how to teach kepada how to learn

yang secara empirik merupakan fungsi dari kemampuan, gaya kepemimpinan,

motivasi dan upaya tahapan mutu total.

Page 16: harapan masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah sebagai ...repository.upi.edu/1188/4/T_ADPEN_999779_Chapter1.pdf · akademi, sekolah tinggi, institut dan universitas. Hasil penilaian

Keenam, perbedaan latar belakang pendidikan dan kecocokan bidang studi membawa

pengaruh yang signifikan terhadap kinerja dosen, terkecuali perbedaan usia, jabatan

akademik, jenis kelamin, kecocokan studi dengan aktivitas di luar kampus.

Ketujuh, tangga menuju Total Quality Management di Perguruan Tinggi nielalui

sembilan tahap yaitu, budaya malu tidak bennutu, misi mutu, kepemimpinan mutu,

kebijakan mutu, pelatihan mutu, pemberdayaan mutu, sikap mutu, perilaku dan

budaya mutu.

Pandangan dari pokok pikiran tersebut, memberikan inspirasi kepada penulis

bahwa pengembangan PTS diperlukan seperangkat komitmen yang mengarah kepada

tuntutan kualitas. Oleh sebab itu, perlu adanya suatu identifikasi apakah pembinaan

PTS yang dilaksanakan mempunyai dampak yang berarti kepada penampilan baik

fisik maupun proses dan luaran yang ada.

Bertolak dari uraian tersebut memberikan gambaran bahwa penyelenggaraan

pendidikan tinggi, diperlukan suatu organisasi yang dinamis dengan dukungan

infrastruktur yang kuat dan sumber-sumber daya yang mengalir.

Suatu organisasi sebagai sistem yang terbuka selalu berinteraksi dengan

lingkungan. Konsekuensinya bagi organisasi pendidikan adalah menjaga

keseimbangan antara kemampuan antisipasi dengan kompleksitas yang terjadi pada

masyarakat, disamping itu perkembangan informasi internasional semakin

memperpendek jaringan interaksi sosial, ekonomi, teknologi dan bahkan politik. Oleh

sebab itu, untuk mempertahankan kelangsungan hidup atau melakukan

pengembangan, perlu adanya perubahan organisasi.

Page 17: harapan masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah sebagai ...repository.upi.edu/1188/4/T_ADPEN_999779_Chapter1.pdf · akademi, sekolah tinggi, institut dan universitas. Hasil penilaian

17

Robbins (1996:225) memandang hubungan antara lingkungan dengan struktur

berbagai organisasi menghadapi tingkat ketidakpastian yang berbeda. Para manajer

tidak menyukai ketidakpastian, mereka mencoba untuk menghilangkan atau paling

tidak meminimalkan dampaknya terhadap organisasi.

Perubahan organisasi pada hakikatnya merupakan suatu kesanggupan dalam

menyesuaikan diri dan antisipasi terhadap keadaan lingkungan agar kelangsungan

hidup organisasi dapat dipertahankan, terus tumbuh dan berkembang. Selanjutnya

dikemukakan bahwa, organisasi sebagai sistem sosioteknis harus bekerja efektif,

untuk tetap dapat bertahan hidup. Pandangan yang realistis mengenai perubahan perlu

adanya stabilitas dan menyesuaikan diri (adaptation) yang merupakan esensi untuk

kelangsungan hidup. Dinamika dan dorongan terhadap organisasi datang dari sumber

dalam supra-sistem lingkungan eksternal, di samping dari berbagai sistem dan sub

lingkungan internal (sasaran dan nilai, teknik, struktur, psikososial, dan manajerial).

Daft (1986:269) menyatakan bahwa perubahan organisasi, ada empat tipe

meliputi, perubahan administratif dan manajerial, perubahan produk/layanan,

pembahan kebutulian sumber daya manusia, dan perubahan teknologi. Perubahan

administratif dan manajerial, berkenaan dengan organisasi perusahaan, mencakup

struktur, tujuan, kebijakan, insentif sistem informasi, dan anggaran. Perubahan

produk atau layanan, berkenaan dengan hasil atau layanan sesuai dengan kebutuhan

pihak konsumen, atau pihak-pihak yang terkait. Perubahan kebutuhan sumber daya

manusia berkenaan dengan tuntutan sikap, kemampuan, keterampilan, pengharapan,

kepercayaan, dan perilaku para pegawai termasuk para pimpinan. Perubahan

Page 18: harapan masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah sebagai ...repository.upi.edu/1188/4/T_ADPEN_999779_Chapter1.pdf · akademi, sekolah tinggi, institut dan universitas. Hasil penilaian

teknologi berkenaan dengan tuntutan kebutuhan baik sebagai alat maupun produk,

dari suatu organisasi.

Dengan demikian perguruan tinggi harus ditunjangoleh oleh :

(1) Tenaga dosen berkualitas

(2) Fasilitas yang memadai

(3) Dana yang cukup

(4) Infrastruktur yang kuat

(5) Kurikulum sesuaidengan perkembangan Iptek

(6) Potensi akademik mahasiswa

(7) Manajemen program studi

(8) Pelayanan akademik dan administratifyang memuaskan

Kedelapan faktor yang dikemukakan merupakan landasan membangun kepercayaan

masyarakat, terhadap eksistensi perguruan tinggi.

Tenaga dosen, merupakan faktor strategis dalam memberikan pelayanan

akademik. Tenaga dosen harus memenuhi persyaratan profesional, baik ditinjau dari

kualifikasi pendidikan, jenjang pendidikan, pengalaman jabatan akademik, maupun

relevansi keilmuannya. Sedangkan fasilitas, dana dan kurikulum sera mahasiswa

merupakan perangkat operasional dalam proses pelayanan untuk mencapai tujuan

pendidikan tinggi.

Produktivitas PTS sangat ditentukan oleh berbagai faktor, yang dilandasi oleh

efektivitas dan efisiensi proses dan luaran serta bermuara kepada kepercayaan

Page 19: harapan masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah sebagai ...repository.upi.edu/1188/4/T_ADPEN_999779_Chapter1.pdf · akademi, sekolah tinggi, institut dan universitas. Hasil penilaian

19

masyarakat luas. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan tersebut, adalah

manajemen pengembangan yang secara sinerji dalam proses dalam mencapai tujuan.

Dalam penelitian ini, dapat kiranya diajukan model hubungan variabel penelitian

sebagai berikut:

§#F ' ^

•* i•**> i

Gambar 1.1 Model Hubungan Variabel Penelitian

Pengembangan program studi (Xi) yang dimaksud secara konseptual

merupakan proses manajemen dalam konteks Badan Akreditasi Nasional dibangun

oleh delapan faktor, yakni usia program studi, risalah berdirinya, kepemimpinan,

jumlah pertemuan, tujuan pertemuan, rencana pengembangan program dan upaya

perbaikan kinerja.

Page 20: harapan masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah sebagai ...repository.upi.edu/1188/4/T_ADPEN_999779_Chapter1.pdf · akademi, sekolah tinggi, institut dan universitas. Hasil penilaian

20

Secara teoretis, pengembangan program studi merupakan salah satu faktor

garapan manajemen PTS. Hal itu selaras dengan pendapat Engkoswara (1987:1)

mengemukakan bahwa "administrasi pendidikan dalam arti seluas-luasnya adalah

suatu ilmu yang mempelajari penataan sumber daya untuk mencapai tujuan

pendidikan secaraproduktif \ Selanjutnya mengatakan penataan mengandung makna,

"mengatur, manajemen, memimpin, mengelola atau mengadministrasikan sumber

daya yang meliputi merencanakan, melaksanakan dan mengawasi, atau membina".

Sumberdayanya terdiri dari; (1) sumber daya manusia (pesertadidik,pendidik, dan

pemakai jasa pendidikan), (2) sumber belajar atau kurikulum (segala sesuatu yang

disediakan lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan),dan (3) fasilitas

(peralatan,barang,dan keuangan yang menunjang kemungkinan terjadinya

pendidikan). Tujuan pendidikan yang produktif berupa prestasi yang efektifdan

suasana atau proses yang efisien. Selanjutnya keberhasilan pencapaian tujuan

pendidikan yang produktif dapat dilihat dari sudut administratif, psikologis,dan

ekonomis. Hakikat dari strategik adalali cara berpikir manusia yang sistematis.

Akhir-akhir ini cara berpikir tersebut, telali berkembang menjadi suatu landasan

konseptual manajemen.

Agustinus SW (1996:4) menjelaskan bahwa karakteristik masalah strategik

manyangkut, orientasi ke masa depan; berhubungan dengan unit-unit kegiatan yang

kompleks; perhatian manajemen puncak; pengaruh jangka panjang; dan alokasi

sumber-sumber daya. Dengan demikian berpikir strategik, berkenaan dengan banyak

pilihan sebagai alternatifpemecahan masalah. Dalam pemecahan masalah diperlukan

Page 21: harapan masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah sebagai ...repository.upi.edu/1188/4/T_ADPEN_999779_Chapter1.pdf · akademi, sekolah tinggi, institut dan universitas. Hasil penilaian

21

'*/

seperangkat kemampuan analisis yang tepat dan cermat untuk memperkecil tingkat

kesalahan yang timbul di masa depan.

Tenaga dosen program studi (X2) merupakan variabel yang strategis,

mengingat sebagai tenaga kependidikan yang sesungguhnya sebagai pelaksana

pencapaian tujuan pendidikan melalui transformasi kurikulum ideal. Pengelolan

sumber daya manusia pendidikan, khususnya dosen merupakan unsur yang sangat

penting, mengingat produktivitas pendidikan akan sangattergantung kepada seberapa

besar konstribusi yang diberikan sumber daya manusiamelalui fungsi dan perannya.

Untuk mencapai kualitas pendidikan yang maksimal, maka tenaga dosen harus

memenuhi perinsip:

a. Sesuai atau cocok (suitable) dan mempunyai sumbangan yang berarti untukmengembangkan organisasiprogram studidalamarahyangbenar untuk mencapaimisinya.

b. Layak (feasible/achieveable) artinya tujuan adalali sesuatu yang benar- benardapatdicapai oleh organisasi program studidengansumberdayayang tersedia.

c. Lentur (flexible) artinya tujuan dimungkinkan untuk dimodifikasi di masadepanjika keadaan mendesak.

d. Memotivasi (motivating) artinya tujuan yang baik dapat memotivasi dosen untukmencapainya.

e. Dimengerti (understandable) artinya tujuan yang dinyatakan dalam bahasayangdimengerti pihak terkait dalam organisasi program studi.

f. Terkait(linkage) artinyatujuan harus konsisten dan mendukung misi organisasi.g. Dapat diukur (measurable) artinya tujuan secara jelas dan konkret menyatakan

apa yang akan dicapai dan kapan tujuan dapat dicapai, sehingga dapatditerjemahkan ke dalam sasaran operasional.

Tujuan tanpa memperhatikan prinsip yang telah dijelaskan, maka tujuan tersebut

hanya merupakan sesuatu pernyataan yang sulit untuk dicapai oleh organisasi.

Adapun sasaran yang ingin dicapai mempunyai sifat lebih spesifik dari tujuan,

dibatasi oleh waktu, dapat diukur serta dapat dikuantifikasikan.

Page 22: harapan masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah sebagai ...repository.upi.edu/1188/4/T_ADPEN_999779_Chapter1.pdf · akademi, sekolah tinggi, institut dan universitas. Hasil penilaian

2?

Randall S.Schuler (1987:6) mendiskripsikan fungsi pengelolaan sumber daya

manusia meliputi "planing for human resources needs; staffing the organizations

personnel needs; appraising and compensating employee behavior; improving and

mantaining effective working relationships". Perencanaan (planning) sumber daya

manusia merupakan langkah pertama yang diperlukan dalam program personalia

yang lebih efektif Fungsi dari perencanaan sumber daya manusia yang diperlukan

meliputi dua kegiatan pokok, yaitu (a) perencanaan dan peramalan sumber daya

manusia yang diperlukan organisasi baik jangka pendek maupun jangka penjang; (b)

analisis pekerjaan dalam menetapkan tugas, keterampilan, pengetahuan, kecakapan,

yang diperlukan organisasi. Kedua aktivitas ini sangat diperlukan bagi efektivitas

perfonnansi pegawai dan pengelolaan sumber daya manasia, misalnya membantu

menunjukkan keperluan organisai sekarang dan yang akan datang berkenaan dengan

jumlah dan ripe pegawai. Selain itu juga membantu menetapkan bagaimana

memperoleh pegawai yang diperlukan.

Fungsi pengembangan sumber daya manusia di lingkungan organisasi

pendidikan dapat diidentifikasi berdasarkan dimensi yang dilandasi kerangka sistem.

William B.Castetter (1996:7) memberikan gambaran pengambilan keputusan

dalam pengembangan sumber daya manusia melalui dimensi yang memberikan

penekanan pada enam dimensi berkaitan dengan dimensi manusia, dimensi

organisasi, dimensi lingkungan, dimensi budaya, dimensi misi dan etika, setiap

dimensi saling tergantung dan berpengaruh dalam suatu sistem.

Page 23: harapan masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah sebagai ...repository.upi.edu/1188/4/T_ADPEN_999779_Chapter1.pdf · akademi, sekolah tinggi, institut dan universitas. Hasil penilaian

Proses pengembangan sumber daya manusia pendidikan harus dilaksanakan

meliputi:

(1) Mengembangkan asumis-asumsi perencanaan sumber-sumber daya manusia;(2) Memproyeksikan persyaratan struktur organisasi dan kebutuhan sumber daya

manusia;(3) Mempersiapkan inventarisasi keadaan sumber daya manusia;(4) Meramalkan perubahan-perubahan;(5) Mengimplementasikan perencanaan SDM;(6) Mengadakan pengawasan perencanaan sumber daya manusia

Dengan melaksanakan keenam langkah tersebut, maka pengembangan sumber daya

manusia dapat mencapai tujuan yang diharapkan, pengembangan sumber daya

manusia merupakansuatu usaha untuk meningkatkan kemampuanteknis, teoretis atau

konseptual dan sikap personil sesuai dengan kebutuhan jabatan melalui pendidikan

dan latihan.

Implementasi kurikulum program studi (X 3), merupakan inti dari proses

pencapaian tujuan pendidikan pada tingkat program studi. Kurikulum ideal pada

tataran kurikulum nasional maupun lokal, sangat menentukan arah pencapaian

pengajaran yang dilaksanakan dosen. Dosen sangat bertanggung jawab kepada

pelayanan penyampaian kurikulum ideal secara aktual, melalui tahapan

pengembangan sampai transformasi rencana, pelaksanaan dan evaluasi. Oleh sebab

itu, kurikulum aktual adalah dosen itu sendiri.

Program studi pada PTS merupakan penyelenggara pendidikan yang

mempersiapkan sumber daya manusia yang berkeahlian atau berkemampuan

intelektual sesuai dengan bidang keahliannya. Kurikulum adalah integrasi seluruh

Page 24: harapan masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah sebagai ...repository.upi.edu/1188/4/T_ADPEN_999779_Chapter1.pdf · akademi, sekolah tinggi, institut dan universitas. Hasil penilaian

24

aktivitas yang direncanakan untuk memandu ke arah pembelajaran. Inti dari

kurikulum mempunyai ruang lingkup berikut ini.

<P Filosofi

<F Tujuan utamadan kandungan bidangkeahlian<P Dampak yang direncanakan dari pembelajaran (nonna, nilai, skill, sosial dan

ekonomi)<P Metode pembelajaran& Metode penilaian dan evaluasi yang diterapkan<? Sumber daya yang diperlukan

Dengan demikian kurikulum dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pelayanan

intelektualisme, profesionalisme dan keterampilan serta bersikap ilmiah. Kerangka

mengembangkan kurikulum dapat dilakukan berdasarkan kerangka kerja pencapaian

tujuan program studi.

Fasilitas program studi (X4), merupakan variabel yang dapat strategis dalam

manajemen PTS. Dalam pencapaian tujuan program studi, tidak dapat dilepaskan

dari fasilitas (sarana dan prasarana yang dilandasi infrastruktur) yang kuat. Variabel

fasilitas merupakan daya dukung kurikulum, daya tenaga dosen dan dikembangkan

melalui perencanaan, pengorganisasian, pengaturan pengadaan, dan pemeliharaan

sesuai dengan karakteristik fasilitas (jumlah, kualitas, kegunaan dan manfaat).

Kemahasiswaan (X5), merupakan kunsumen primer yang langsung dilayanai

oleh program studi pada PTS. Mahasiswa harus merasakan bahwa kebutuhan dalam

proses pembelajaran yang bersifat akademik maupun non akademik dapat dilayani.

Sehingga untuk memasuki program studi, mencari berbagai infromasi apakah

kebutuhanyang diharapkan dapat dipenuhi di PTS tersebut ?.

Dengan demikian hubungan variabel antara pengembangan program studi

(Xi), Tenaga dosen (X2), Implementasi Kurikulum (X3), Fasilitas (X4) dan

Kemahasiswaan (X5), dengan penilaian BAN (Y), dipandang sebagai gambaran

apakah setiap penyelenggara program studi di PTS dapat dijamin mutunya. Oleh

sebab itu, proses penilaian yang dilaksanakan hakikatnya merupakan untuk memberi

Page 25: harapan masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah sebagai ...repository.upi.edu/1188/4/T_ADPEN_999779_Chapter1.pdf · akademi, sekolah tinggi, institut dan universitas. Hasil penilaian

25

informasi kepada masyarakat mengenai kekuatan pada setiap program studi PTS dilingkungan Kopertis Wilayah IV.

Bertolak dari uraian hubungan variabel tersebut dapat diskematiskan kerangkaberpikir penelitian sebagai berikut:

PERAN SERTA MASYARAKAT DIKTI

BADAN

PENYELENGGARA <*••>KOPERTIS

WILAYAH IV JABAR

^

- Visi-MUi %

Tujuan Strategi

1 fcr PROGRAM STUDI

Stake holders

MasyarakatIndustri

Pemerintahan

Kerjasama eksternal]

KinerjaManajemen program Studi

Tenaga dosen, implementasiKurikulum, fasilitas programstudi dan keadaan mahasiswa

Penilaian

BAN

Umpan Balik

Gambar 1.2. Kerangka Berpikir Penelitian

2. Hipotesis

Bertolak dari latar belakang masalah, perumusan masalah dan tujuan

penelitian serta kerangka penelitian, maka diajukan rumusan hipotesis penelitian

sebagai berikut:

Page 26: harapan masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah sebagai ...repository.upi.edu/1188/4/T_ADPEN_999779_Chapter1.pdf · akademi, sekolah tinggi, institut dan universitas. Hasil penilaian

26

1. Pengembangan program studi di lingkungan PTS berkonstribusi terhadap hasil

peringkat penilaian Badan Akreditasi Nasional

2. Tenaga dosen program studi di lingkiuigan PTS berkonstribusi terhadap hasil

peringkat penilaian Badan Akreditasi Nasional

3. Implementasi kurikulum tingkat jurusan di lingkungan PTS berkonstribusi

terhadap hasil peringkat penilaian Badan Akreditasi Nasional

4. Fasilitas program studi berkonstribusi terhadap hasil peringkat penilaian Badan

Akreditasi Nasional

5. Keadaan maliasiswa program studi berkonstribusi terhadap hasil peringkat

penilaian Badan Akreditasi Nasional.

Page 27: harapan masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah sebagai ...repository.upi.edu/1188/4/T_ADPEN_999779_Chapter1.pdf · akademi, sekolah tinggi, institut dan universitas. Hasil penilaian