hanya bangsa yang menghargai jasa - kemensos

41

Upload: others

Post on 17-Nov-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hanya Bangsa yang menghargai Jasa - Kemensos
Page 2: Hanya Bangsa yang menghargai Jasa - Kemensos

PRAKATA

”Hanya Bangsa yang menghargai Jasa

Pahlawannya DAPAT menjadi Bangsa yang besar” hal

tersebut mengandung makna yang luhur dan tinggi yang

diberikan bangsa kepada para pahlawan yang telah

mendirikan dan berjuang untuk tetap berdirinya bangsa

dan negara Indonesia yang kita cintai.

Sesuai pasal 15 Undang-Undang Dasar 1945

dinyatakan bahwa ”Presiden memberi gelar, tanda jasa

dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur

Pelaksanaannya dengan undang-undang Nomor 20 Tahun

2010 tentang Gelar Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan”.

Pada peringatan Hari Pahlawan tahun 2017 yang

mengambil tema : ”Perkokoh Persatuan Membangun

Negeri.” dilaksanakan penganugerahan Gelar Pahlawan

Nasional.

Berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor :

115/TK/Tahun 2017 tanggal 6 November 2017, Presiden

menetapkan untuk menganugerahkan Gelar “Pahlawan

Nasional” Pada 4 orang yaitu :

1. TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Dari

Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Page 3: Hanya Bangsa yang menghargai Jasa - Kemensos

2. Sultan Mahmud Riayat Syah dari Provinsi

Kepulauan Riau.

3. Laksamana Malahayati dari Provinsi Aceh.

4. Lafran Pane dari Provinsi D.I.Yogyakarta.

Atas pengabdian dan jasa-jasanya yang luar biasa

kepada Negara dan Bangsa Indonesia sesuai dengan

bidang perjuangannya.

Selanjutnya buku profil ini disusun dengan maksud

untuk menyajikan putra/putri terbaik bangsa yang

menerima anugerah Gelar Pahlawan Nasional atas jasa-

jasanya yang telah disumbangkan kepada Bangsa dan

Negara Indonesia.

Demikian semoga Buku Profil ini dapat bermanfaat

bagi semua pihak.

Jakarta, November 2017

Menteri Sosial

Republik Indonesia

Khofifah Indar Parawansa

Page 4: Hanya Bangsa yang menghargai Jasa - Kemensos

DAFTAR ISI

Prakata ............................................................................................................

Daftar Isi .........................................................................................................

I. Prosedur Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional ........................

A. Pendahuluan .................................................................................

B. Asas dan Tujuan ..........................................................................

C. Syarat Umum dan Syarat Khusus .........................................

D. Mekanisme Pengusulan Gelar ...............................................

II. Profil Gelar Pahlawan Nasional 2017 ...........................................

A. TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid ......................................

B. Laksamana Malahayati (Keumalahayati) ...........................

C. Sultan Mahmud Riayat Syah ..................................................

D. Lafran Pane ....................................................................................

Penutup ...........................................................................................................

Page 5: Hanya Bangsa yang menghargai Jasa - Kemensos
Page 6: Hanya Bangsa yang menghargai Jasa - Kemensos

PROSEDUR PENGUSULAN GELAR PAHLAWAN NASIONAL

A. Pendahuluan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009

tentang Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan, pengertian

Gelar adalah penghargaan negara yang diberikan Presiden

kepada seseorang yang telah gugur atau meninggal dunia atas

perjuangan, pengabdian, darmabakti, dan karya yang luar biasa

kepada bangsa dan negara.

Gelar tertinggi yang diberikan kepada seseorang berupa

Pahlawan Nasional. Pahlawan Nasional adalah gelar yang

diberikan kepada warga Negara Indonesia atau seseorang yang

berjuang melawan penjajahan di wilayah yang sekarang

menjadi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

gugur atau meninggal dunia demi membela bangsa dan Negara,

atau yang semasa hidupnya melakukan tindakan kepahlawanan

atau menghasilkan prestasi dan karya yang luar biasa bagi

pembangunan dan kemajuan bangsa dan negara Republik

Indonesia.

Sesuai Pasal 4 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009,

bahwa Gelar berupa Pahlawan Nasional dan Pemberian Gelar

dapat disertai dengan pemberian Tanda Jasa dan/ atau Tanda

Kehormatan.

Page 7: Hanya Bangsa yang menghargai Jasa - Kemensos

B. Asas dan Tujuan

Dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009

dalam pemberian Gelar, harus berdasarkan atas asas :

a. kebangsaan;

b. kemanusiaan;

c. kerakyatan;

d. keadilan;

e. keteladanan;

f. kehati-hatian;

g. keobyektifan;

h. keterbukaan;

i. kesetaraan; dan

j. timbal balik.

Selanjutnya dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2009 disebutkan bahwa tujuan pemberian Gelar adalah :

a. menghargai jasa setiap orang, kesatuan, institusi

pemerintah, atau organisasi yang telah mendarmabaktikan

diri dan berjasa besar dalam berbagai bidang kehidupan

berbangsa dan bernegara;

b. menumbuhkembangkan semangat kepahlawanan,

kepatriotan, dan kejuangan setiap orang untuk kemajuan

dan kejayaan bangsa dan negara; dan

c. menumbuhkembangkan sikap keteladanan bagi setiap

orang dan mendorong semangat melahirkan karya terbaik

bagi kemajuan bangsa dan negara.

Page 8: Hanya Bangsa yang menghargai Jasa - Kemensos

C. Syarat Umum dan Syarat Khusus

Untuk memperoleh Gelar, Tanda Jasa dan tanda Kehormatan

harus memiliki syarat umum dan syarat khusus, sesuai Pasal 25

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009, syarat umum tersebut

terdiri atas :

1. WNI atau seseorang yang berjuang di wilayah yang

sekarang menjadi wilayah NKRI;

2. Memiliki integritas moral dan keteladanan;

3. Berjasa terhadap bangsa dan Negara;

4. Berkelakuan baik;

5. Setia dan tidak menghianati bangsa dan Negara; dan

6. Tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap

karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan

pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun.

Adapun syarat khusus untuk mendapatkan Gelar Pahlawan

Nasional, yaitu :

1. Pernah memimpin dan melakukan perjuangan bersenjata

atau perjuangan politik atau perjuangan dalam bidang lain

untuk mencapai, merebut, mempertahankan, dan mengisi

kemerdekaan serta mewujudkan persatuan dan kesatuan

bangsa;

Page 9: Hanya Bangsa yang menghargai Jasa - Kemensos

2. Tidak pernah menyerah pada musuh dalam perjuangan;

3. Melakukan pengabdian dan perjuangan yang berlangsung

hampir sepanjang hidupnya dan melebihi tugas yang

diembannya;

4. Pernah melahirkan gagasan atau pemikiran besar yang

dapat menunjang pembangunan bangsa dan Negara;

5. Pernah menghasilkan karya besar yang bermanfaat bagi

kesejahteraan masyarakat luas atau meningkatkan harkat

dan martabat bangsa;

6. Memiliki konsistensi jiwa dan semangat kebangsaan yang

tinggi; dan/atau

7. Melakukan perjuangan yang mempunyai jangkauan luas

dan berdampak nasional.

Page 10: Hanya Bangsa yang menghargai Jasa - Kemensos

D. Mekanisme Pengusulan Gelar

PRESIDEN RIDEWAN GELAR,

TANDA JASA DAN TANDA

KEHORMATAN RI

MENTERI SOSIAL RI

DITJEN DAYASOS

DIT. KK-KRS

GUBERNUR INSTANSI SOSIAL

PROVINSI

BUPATI / WALIKOTA

MASYARAKAT

UPACARA PENGANUGERAHAN

GELAR

TP2GP

TP2GD

TP2GDKeterangan :

Garis Permohonan (Pengusulan)

Garis Persetujuan / Pengakuan

TP2GP Tim Peneliti, Pengkaji Gelar Pusat

TP2GD Tim Peneliti, Pengkaji Gelar Daerah

1. Masyarakat mengajukan usulan Calon Pahlawan Nasional

kepada Bupati/ Walikota setempat.

2. Bupati/ Walikota mengajukan usulan Calon Pahlawan

Nasional kepada Gubernur melalui Instansi Sosial Provinsi

setempat.

3. Instansi Sosial Provinsi menyerahkan usulan Calon

Pahlawan Nasional kepada Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar

daerah (TP2GD) untuk diadakan penelitian dan pengkajian.

4. Usulan Calon Pahlawan Nasional yang menurut

rekomendasi TP2GD memenuhi kriteria, kemudian

Page 11: Hanya Bangsa yang menghargai Jasa - Kemensos

diajukan oleh Gubernur selaku Ketua TP2GD kepada

Menteri Sosial RI.

5. Menteri Sosial RI melalui Direktorat Jenderal

Pemberdayaan Sosial/ Direktorat Kepahlawanan,

Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial

melakukan penelitian administrasi.

6. Usulan Calon Pahlawan Nasional yang telah memenuhi

persyaratan administrasi kemudian diusulkan kepada Tim

Peneliti dan Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP) untuk dilakukan

penelitian dan pengkajian.

7. Usulan Calon Pahlawan Nasional yang menurut

pertimbangan TP2GP dinilai memenuhi syarat, kemudian

oleh Menteri Sosial RI disampaikan kepada Presiden RI

melalui Dewan Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan

untuk kembali diteliti dan dikaji oleh Dewan Gelar, Tanda

Jasa dan Tanda Kehormatan.

8. Selanjutnya Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan

memberikan rekomendasi untuk usulan Calon Pahlawan

Nasional kepada Presiden RI untuk mendapatkan

persetujuan Penganugerahan Pahlawan Nasional sekaligus

tanda kehormatan lainnya.

9. Upacara penganugerahan Pahlawan Nasional dilaksanakan

oleh Presiden RI dalam rangka peringatan Hari Pahlawan

10 November.

Page 12: Hanya Bangsa yang menghargai Jasa - Kemensos

PROFIL GELAR

GELAR PAHLAWAN NASIONAL

Page 13: Hanya Bangsa yang menghargai Jasa - Kemensos

ALMARHUM TGKH. MUHAMMAD ZAINUDDIN ABDUL MADJID

Tokoh dari Provinsi Nusa Tenggara Barat

Page 14: Hanya Bangsa yang menghargai Jasa - Kemensos

PENERIMA GELAR PAHLAWAN NASIONAL

ALMARHUM TGKH. MUHAMMAD ZAINUDDIN ABDUL MADJID

A. RIWAYAT HIDUP :

1. Nama lengkap : Almarhum TGKH.Muhammad Zainuddin Abdul Madjid

2. Jabatan : Pendiri Nahdhatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI)

3. Tempat, Tanggal lahir

: Kampung Bermi, Pancor Lombok Timur, 19 April 1908

4. Wafat : Pancor , Lombok Timur, 21 Oktober 1997

5. Tempat Pemakaman

: Komplek Musholla Al Abror, Pondok Pesantren Darunna

hdlatain Nahdlatul Wathan, Pancor, Lombok Timur

6. Orang Tua :

7. - Ayah : TGH. Abdul Madjid

8. - Ibu : Halimatus Sa’diyah

9. Status perkawinan

: Menikah

10. Istri :

11. Anak : 1. Hj. Siti Rauhun Zainuddin Abdul Majid

2. Hj. Siti Raehanun Zainuddin Abdul Madjid

12. Alamat Ahli Waris

: Jl. TGKH M. Zainuddin Abdul Madjid No.18, Pancor, Selong Lombok Timur

Page 15: Hanya Bangsa yang menghargai Jasa - Kemensos

B. RIWAYAT PERJUANGAN :

1. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid lahir di Kampung

Bermi Pancor Lombok Timur di Kampung Berni, Pancor

Lombok Timur, 19 April 1908. Nama kecilnya ialah Asyagaf

dan setelah menunaikan ibadah haji bersama kedua

orang tuanya, namanya diganti menjadi Muhammad

Zainuddin Abdul Madjid. Ia adalah putra bungsu

pasangan TGH. Abdul Madjid (Guru Mu’minah)-

Halimatus Sa’diyah. Ayahnya dikenal sebagai seorang

mubaligh pemberani dan tercatat pernah memimpin

pertempuran melawan penjajah. Ia berasal dari keluarga

yang terhormat, relijius dan berkecukupan serta

dermawan. Tidak jarang ayahnya mendermakan

kekayaannya untuk keperluan perjuangan dan

membantu banyak orang. Kebiasaan ini dilanjutkan oleh

Muhammad Zainuddin Abdul Madjid. Ia sering

membantu masyarakat dan murid-muridnya misalnya,

untuk melanjutkan sekolah.

2. Pada tahun 1934, sepulang dari Mekah, ia segera mendirikan

sebuah pesantren bernama al-Mujahidin (Para Mujahid atau

Pejuang). Kemudian, dua tahun kemudian yaitu pada tahun

1936 ia mendirikan sebuah madrasah Nahdhatul Wathan

Diniyah Islamiyah (NWDI) dengan sistem klasikal. Ia memang

terinspirasi oleh semangat yang diperoleh dari pendiri

Page 16: Hanya Bangsa yang menghargai Jasa - Kemensos

Madrasah al-Shoulatiyah di Mekah yang revolusioner dan

sistim pendidikan yang diterapkan yaitu klasikal. Tentu saja,

situasi umat Islam di Lombok juga menjadi faktor kuat yang

mendorong untuk melakukan perubahan penting. Penggunaan

nama pesantren dan madrasah yang ia dirikan, sangat kuat

mensyiratkan semangat kepejuangan (Jihad) yang sangat kuat

untuk memajukan umat Islam dan membangkitkan bangsa,

negeri atau tanah air (Nahdhatul Wathan). Ini juga sekaligus

menggambarkan keyakinan dan hasratnya yang sangat kuat

untuk membangun agama dan negara.

3. Tujuh tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1943, ia

kemudian melakukan satu langkah yang sangat penting dalam

rangka apa yang sering disebut sebagai education for all yaitu

mendirikan sekolah/madrasah pertama bagi kaum

perempuan. Sekolah/madrasah ini dinamakan Nahdhatul

Banat Diniyah Islamiyah (NBDI). Ini adalah merupakan

semangat pendidikan emansipatoris agar kaum perempuan,

sebagaimana kaum laki-laki, juga bangkit untuk memajukan

umat Islam, bangsa, negeri dan tanah air. Ia sangat kuat

berkeyakinan bahwa membangun lembaga pendidikan

merupakan langkah strategis membangkitkan kehidupan.

Selain pesantren dan madrasah yang ia dirikan sebelum

kemerdekaan, ia juga merintis berdirinya berbagai sekolah

dan perguruan tinggi setelah kemerdekaan. Bagi Muhammad

Page 17: Hanya Bangsa yang menghargai Jasa - Kemensos

Zainuddin Abdul Madjid lembaga pendidikan (pesantren dan

madrasah) bukan sekedar tempat belajar mengajar, akan

tetapi juga tempat menyiapkan pemimpin; menyemai dan

memperkokoh karakter, patriotism dan nasionalisme. Dan hal

ini benar-benar dilakukan oleh Muhammad Zainuddin Abdul

Madjid. Pesantren dan madrasah menjadi pusat perlawanan

terhadap kolonialisme. Pada tahun 1947 misalnya, ia

membentuk sebuah kelasykaran Mujahidin, sama dengan

nama pesantren yang ia dirikan. Kelasykaran ini selain

masyarakat juga terdiri dari para santri, murid-murid dan

guru-guru pesantren dan madrasah yang ia pimpin. Di bawah

pimpinan adik kandungnya, kelasykaran ini melakukan

penyerangan terhadap tangsi NICA pada tahun 1947, setelah

peristiwa yang sama juga dilakukan di Bali. Tidak sedikit

santri dan guru yang meninggal dan ditangkap untuk

kemudian diasingkan sebagai akibat penyerangan ini. Tak

kurang adik kandungnya yang menjadi pemimpin kelasykaran

ini meninggal dalam pertempuran melawan NICA ini.

4. Setelah penyerangan terhadap NICA tahun 1947, Muhammad

Zainuddin Abdul Madjid bersama Saleh Sungkar membentuk

sebuah wadah yang sifatnya politik untuk berjuang dan

memajukan masyarakat. Wadah ini bernama Persatuan Umat

Islam Lombok (PUIL). Semenjak pembetukan wadah ini,

Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dan Saleh Sungkar

Page 18: Hanya Bangsa yang menghargai Jasa - Kemensos

dikenal sebagai Dwi Tunggal dalam bidang politik kebangsaan.

Kiprah politik Muhammad Zainuddin Abdul Madjid sejak era

Orde Lama hingga Orde Baru tidak bisa diabaikan. Ia aktif

menjadi anggota konstituante, kemudian aktif di Masyumi,

Parmusi dan kemudian Golkar.

5. Pada tahun 1948 ia dipercayakan menjadi Amirul Haj dari

Negara Indonesia Timur (NIT). Ini adalah merupakan

rombongan kehormatan. Kemudian pada 1949 ia menjadi

anggota Delegasi NIT ke Saudi Arabia yang antara lain

bertugas untuk bertemu pemerintah Saudi. Tidak seperti yang

diharapkan oleh pemerintah Belanda, dua rombongan

kehormatan ini justru dimanfaatkan oleh Muhammad

Zainuddin Abdul Madjid untuk bertemu dengan para Mukimun

(masyarakat Indonesia yang bermukim) di Saudi untuk

melakukan konsolidasi membangun semangat nasionalisme.

Sekembali dari Tanah Suci, para Mukimun tersebut melakukan

protes kepada pemerintah Belanda, sesuatu yang sama sekali

tidak diharapkan oleh pemerintah Belanda. Hal ini juga

dilakukan oleh eks haji kehormatan NIT di Lombok.

6. Pada tahun 1953 ia mendirikan sebuah organisasi Islam

Nahdhatul Wathan. Ini adalah organisasi Islam terbesar di

Lombok yang memberikan perhatian kepada pendidikan dan

agama dengan pengaruhnya yang sangat besar. Pengaruh

dalam bidang pendidikan sangat terasa. Semenjak pesantren

Page 19: Hanya Bangsa yang menghargai Jasa - Kemensos

dan madrasah yang ia dirikan, hingga saat ini sektor

pendidikan mengalami perkembangan yang sangat cepat.

Modernisasi terus dilakukan dalam bidang ini hingga

berpengaruh dalam bidang kehidupan lain. Secara keagamaan,

nama Nahdatul Watan yang pada perkembangannya juga

menjadi nama Tarekat dengan Hizb (doa atau wirid-wirid) nya

yang khas dan besar berpengaruh terhadap tradisi keagamaan

masyarakat. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid hingga akhir

hayatnya terus membina, membimbing umat selain melalui

pendidikan juga melalui pengajian, organisasi dan Tarekat

Nahdhatul Wathan. Ajaran-ajaran Tarekatnya yang berbasis

kepada tradisi pemahaman keislaman yang moderat yaitu

Ahlus Sunah waljamaah menjadi trendsetter.

7. Pada akhirnya Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dikenal

sebagai seorang nasionalis pejuang kemerdekaan, Dai,

Mubaligh, guru/pendidik, Ulama/intelektual, satrawan, politisi

dan guru Sufi Tarekat Hizbi Nahdhatul Wathan dan

pembaharu sosial keagamaan dan pendidikan. Ia juga

penerima Penghargaan Bintang Maha Putra.

Page 20: Hanya Bangsa yang menghargai Jasa - Kemensos

ALMARHUM LAKSAMANA MALAHAYATI (KEUMALAHAYATI)

Tokoh dari Provinsi Aceh

Page 21: Hanya Bangsa yang menghargai Jasa - Kemensos

PENERIMA GELAR PAHLAWAN NASIONAL

ALMARHUMAH LAKSAMANA MALAHAYATI (KEUMALAHAYATI)

A. RIWAYAT HIDUP :

1. Nama lengkap : Laksamana Keumalahayati

2. Jabatan : Admiral/Laksamana

3. Tempat, Tanggal lahir : Aceh Besar Tahun 1550

4. Wafat : Tahun 1615 M

5. Tempat Pemakaman : Desa Lamreh Kecamatan

Krueng Raya Kabupaten

Aceh Besar

6. - Ayah : Laksamana Mahmud Syah

7. Status perkawinan : Menikah

8. Suami : Laksamana Zainal Abidin

Page 22: Hanya Bangsa yang menghargai Jasa - Kemensos

B. RIWAYAT PERJUANGAN :

1. Laksamana Keumalahayati adalah anak dari Laksamana

Mahmud Syah, cucu Laksamana Said Syah dan cicit dari

Sultan Aceh, Sultan Salahudin Syah yang memerintah

1530-1539. Semangat wira samudra ini merupakan

warisan dari ayah dan kakeknya yang juga menjadi

panglima angkatan laut Kesultanan Aceh. Laksamana

Keumalahayati lahir sekitar tahun 1550-an dan wafat

pada tahun 1615. Makamnya terletak di desa Lamreh,

Kecamatan Krueng Raya Kabupaten Aceh Besar. Pada

masa kanak-kanak dan remaja mengalami pendidikan di

istana dan juga pendidikan agama di meunasah, rangkang

dan dayah. Keumalahayati kemudian mengikuti jejak

ayah dan kakeknya, yaitu menempuh pendidikan militer

di akademi mahad Baitul Maqdis, ia memilih jurusan

angkatan laut. Setelah lulus dari akademi militer

tersebut, Keumalahayati diangkat oleh Sultan Alauddin

Riayat Syah Al-Mukammil (1589-1604), sebagai

komandan protokol istana Darud-dunia di Kesultanan

Aceh Darussalam.

2. Kisah perjuangan Keumalahati dimulai pasca terjadinya

peristiwa pertempuran Teluk Haru antara armada laut

Portugis melawan armada laut Kesultanan Aceh, pada

Page 23: Hanya Bangsa yang menghargai Jasa - Kemensos

masa Sultan Alauddin Riayat Syah (1589-1604),

pertempuran ini dimenangkan oleh armada kesultanan

Aceh, namun pihak Aceh harus merelakan dua

laksamananya dan banyak prajurit yang gugur, termasuk

suami Keumalahayati, yaitu Laksamana Zainal Abidin.

Keumalahayati ingin berjuang juga seperti suaminya, dia

kemudian mengajukan usulan kepada Sultan Alauddin

untuk membentuk prajurit-prajurit yang berasal dari

para janda prajurit Aceh yang gugur dalam peperangan.

Permintaan Malahayati dikabulkan oleh sultan, dia diberi

tugas untuk memimpin pasukan laut Inong Balee dan

Malahayati diangkat sebagai laksamana, wanita Aceh

pertama yang menyandang pangkat laksamana. Awalnya

berkekuatan 1000 pasukan, kemudian berkembang

menjadi 2000 pasukan. Pasukan Inong Balee ini mahir

menembakkan meriam dan menunggang kuda. Teluk

Lamreh Krueng Raya menjadi markas armadanya, dan

dekat teluk tersebut didirikan benteng. Waktu itu armada

laut Aceh berkekuatan 100 kapal/galley yang dapat

memuat 400-500 prajurit. Kapal perang Kesultanan Aceh

ini bahkan ukurannya melebihi kapal-kapal dagang

Eropa. Kapal-kapal perang Aceh ini bertugas menjaga

keamanan laut dan perdagangan Aceh. Armada ini juga

Page 24: Hanya Bangsa yang menghargai Jasa - Kemensos

melindungi pelabuhan-pelabuhan dagang ditempat yang

jauh seperti Pedir dan Daya. Benteng inong balee terletak

dibukit berketinggian 100 meter dari permukaan laut.

Tembok benteng ini menghadap ke laut dengan

dilengkapi beberapa meriam.

3. 21 Juni 1599, Laksamana Malahayati memimpin armada

laut Kesultanan Aceh untuk menghadapi upaya para

pedagang Belanda yang datang dengan dua kapalnya,

yang memaksakan kehendaknya dalam perdagangan

dengan Kesultanan Aceh. Dalam peristiwa tersebut

Cornelis De Houtman dan beberapa pelaut Belanda

tewas. Wakil komandan armada Belanda Frederick de

Houtman ditangkap pihak Aceh.

4. Pada tanggal 21 November 1600, armada kapal dagang

Belanda yang bersenjata meriam menyerang sebuah

kapal dagang Kesultanan Aceh, akibat tindakan Belanda

ini Laksamana Malahayati kemudian melakukan

serangan terhadap kapal dagang Belanda yang datang ke

perairan Aceh, menahan para awaknya pada tanggal 31

juni 1601.

5. Laksamana Malahayati mewakili Sultan Aceh melakukan

perundingan damai dengan komandan empat kapal

dagang Belanda, komisaris Gerard de Roy dan Laksamana

Page 25: Hanya Bangsa yang menghargai Jasa - Kemensos

Laurens Bicker yang datang ke Aceh tanggal 23 Agustus

1601. Perdamaian terwujud, Frederick de Houtman

dibebaskan, tetapi Belanda harus membayar kerugian

kepada kesultanan Aceh sebesar f. 50.000

6. Dalam bidang diplomasi peran Laksamana Malahayati

tercatat ketika Ratu Elizabeth I (1558-1603) mengutus

diplomatnya menghadap Sultan Aceh Alauddin,

pemimpin rombongan armada Inggris dipimpin oleh John

Lancaster yang tiba di pelabuhan Aceh pada 6 juni 1602.

Lancaster berunding dulu dengan Malahayati terkait

hubungan diplomatik tersebut.

7. Pada bulan Juni 1606, armada Portugis yang dipimpin

oleh Alfonso de Castro. Laksamana Malahayati bersama

Darmawangsa Tun pangkat (kelak menjadi Sultan

Iskandar Muda), armada Aceh berhasil mengalahkan

armada laut Portugis.

8. Laksamana Malahayati berhasil mengatasi konflik

internal istana Kesultanan Aceh, akibat putra tertua

Sultan Alauddin merebut kekuasaan dari ayahnya dan

mengambil gelar Sultan Ali Riayat Syah. Karena dianggap

tidak cakap, Laksamana Malahayati, kemudian

mendukung pencalonannya menggantikan pamannya

Sultan Ali Riayat Syah. Pada tahun 1607, Sultan Iskandar

Page 26: Hanya Bangsa yang menghargai Jasa - Kemensos

Muda naik tahta sampai 1636. Pada tahun 1615,

Laksamana Malahayati meninggal dunia. Makamnya

terletak di desa Lamreh, Kecamatan Krueng Raya

Kabupaten Aceh Besar.

Page 27: Hanya Bangsa yang menghargai Jasa - Kemensos

ALMARHUM SULTAN MAHMUD RIAYAT SYAH

Tokoh dari Provinsi Kepulauan Riau

Page 28: Hanya Bangsa yang menghargai Jasa - Kemensos

PENERIMA GELAR PAHLAWAN NASIONAL

ALMARHUM SULTAN MAHMUD RIAYAT SYAH

A. RIWAYAT HIDUP :

1. Nama lengkap : Sultan Mahmud Riayat Syah

2. Jabatan : Sultan Riau Lingga Johor Pahang

3. Tempat, Tanggal lahir : Hulu Sungai Riau, Agustus 1760

4. Wafat : 12 Januari 1812

5. Tempat Pemakaman : Daik Lingga

6. Orang Tua

7. - Ayah : Sultan Abdul Jalil Muazam Syah

8. - Ibu : Tengku Putih

9. Anak : Tengku Husein Saleh (Titisan ke 8 dari Sultan Mahmud Riayat Syah

10. Alamat Ahli Waris : Per.Bukit Indah, Desa Air Raja, Tanjung Pinang Timur

Page 29: Hanya Bangsa yang menghargai Jasa - Kemensos

B. RIWAYAT PERJUANGAN :

1. SULTAN Mahmud Riayat Syah ibni Sultan Abdul Jalil

Muazam Syah lahir di Dalam Besar Istana Kesultanan

Riau-Lingga, Hulu Riau, Tanjungpinang, pada Agustus

1760. Beliau mendapatkan pendidikan umum dan agama

Islam dengan baik di lingkungan istana Kesultanan Riau-

Lingga di bawah bimbingan paman-pamannya antara lain

Daing Kamboja dan Raja Haji, yang menjadi Dipertuan

Muda Kesultanan Riau-Lingga. Kala itu istana Kesultanan

Riau-Lingga memang juga berfungsi sebagai pusat

pendidikan, khususnya pendidikan agama Islam, bagi

kalangan bangsawan. Beliau telah diangkat menjadi

sultan ketika berusia 2 tahun karena menggantikan

ayahandanya yang wafat. Beliau wafat di Daik, Lingga,

Kepulauan Riau pada 12 Januari 1812 dalam usia lebih

kurang 52 tahun.

2. Pada 1782 Sultan Mahmud Riayat Syah dan Yang

Dipertuan Muda IV Raja Haji memerangi Belanda yang

hendak menanamkan pengaruhnya di Riau-Lingga.

Perang Riau I itu berlangsung pada 1782—1784. Perang

yang berlangsung lebih kurang 2 tahun itu mencapai

puncaknya pada 6 Januari 1784. Pasukan Sultan Mahmud

Riayat Syah berhasil mengalahkan pasukan Belanda di

Page 30: Hanya Bangsa yang menghargai Jasa - Kemensos

Tanjungpinang dan sekitarnya dalam suatu peperangan

yang sangat dahsyat sehingga menjatuhkan banyak

korban di pihak Belanda. Dalam perang itu pasukan Riau-

Lingga dapat meledakkan kapal komando Belanda

Malaka’s Walvaren. Bersamaan dengan itu, Belanda yang

kalah perang dipaksa keluar dari Riau dan terpaksa

kembali ke markasnya di Melaka.

3. Dari 22 Juni 1784 sampai dengan 29 Oktober 1784

terjadi kembali perang antara Kesultanan Riau-Lingga, di

bawah pimpinan Sultan Mahmud Riayat Syah, dengan

Belanda di Tanjungpinang sebagai pusat kerajaan kala

itu. Belanda yang kalah dalam perang sebelumnya datang

kembali menyerang Riau-Lingga di bawah pimpinan

Pieter Jacob van Braam. Pada 29 Oktober 1784 Belanda

minta berdamai dan mengajak Sultan Mahmud Riayat

Syah untuk berunding pada 30 Oktober 1784 dan

menandatangani perjanjian dengan Belanda. Permintaan

Belanda itu ditolak oleh Sultan Mahmud Riayat Syah.

Pada 10 November 1784 Belanda kembali meminta

Sultan Mahmud Riayat Syah untuk menandatangani

perjanjian. Permintaan Belanda itu sekali lagi ditolak oleh

Sultan Mahmud. Laporan Belanda yang dibuat oleh

E. Netscher menyebutkan, “Sultan tidak berada dalam

Page 31: Hanya Bangsa yang menghargai Jasa - Kemensos

keadaan siap untuk melaksanakan isi surat perjanjian

tersebut.”

4. Pada 7 Februari 1787 Belanda memaksakan lagi

ditandatangani perjanjian antara Kesultanan Riau-Lingga

dan Belanda. Permintaan Belanda itu sekali lagi ditolak

oleh Sultan Mahmud. Sebelum itu, pada Desember 1786

Sultan Mahmud Riayat Syah mengirim utusan secara

rahasia kepada Raja Tempasuk (Kalimantan) yang

merupakan penguasa bajak laut Ilanun. Beliau meminta

bantuan pasukan untuk menyerang Belanda di Riau. Atas

permintaan Sultan Mahmud, Raja Tempasuk mulai

mengirimkan pasukan bantuan mulai 2 Mei 1787 secara

bertahap sehingga seluruh bantuannya terdiri atas 90

kapal perang dengan kekuatan 7.000 prajurit.

5. Pada 10 Mei 1787 pecah perang antara koalisi nusantara

(Riau, Lingga, Johor, Pahang, Tempasuk, Kalimantan

Barat, Sulu, Batu Bahara, Rembau, dll.) yang dipimpin

oleh Sultan Mahmud melawan Belanda di Riau

(Tanjungpinang). Dalam Perang Riau II itu pasukan yang

dipimpin oleh Sultan Mahmud Riayat Syah berhasil

menghancurkan garnizun Belanda di Tanjungpinang

pada 13 Mei 1787. Pasukan Belanda yang masih hidup,

Page 32: Hanya Bangsa yang menghargai Jasa - Kemensos

termasuk Residen David Ruhde, melarikan diri ke

Melaka.

6. Pada 24 Juli 1787 Sultan Mahmud Riayat Syah

memindahkan pusat pemerintahan dari Hulu Riau

(Tanjungpinang) ke Daik, Lingga. Beliau membawa serta

rakyatnya sehingga Pulau Bintan menjadi kosong, kecuali

yang tinggal hanya buruh kebun. Beliau mengubah

strategi perang melawan Belanda dengan strategi Perang

Gerilya Laut yang dipusatkan di Lingga, yang memiliki

604 pulau sebagai benteng alami. Dalam sebuah laporan

arsip catatan rapat VOC di Melaka pada 1790 disebutkan

bahwa kepindahan Sultan Mahmud dan pengikutnya ke

Lingga sangat membahayakan kedudukan Belanda di

kawasan Kepulauan Riau.

7. Dari pusat kerajaan yang baru, di Daik-Lingga, sejak 1788

sampai dengan 1793 Sultan Mahmud Riayat Syah

memerangi Belanda dengan cara perang gerilya laut.

Beliau dan pasukannya mengacaukan perdagangan

Belanda di Selat Melaka dan Kepulauan Riau dengan

menyerang pasukan Belanda di perairan tersebut.

Menurut pengakuan Gubernur VOC-Belanda di Melaka,

de Bruijn, “Kekuatan armada VOC tidak mampu

Page 33: Hanya Bangsa yang menghargai Jasa - Kemensos

menandingi kekuatan armada laut Sultan Mahmud Riayat

Syah di ‘belantara lautan’ Kepulauan Lingga.”

8. Dengan kegigihan perjuangannya melawan Belanda, pada

29 Mei 1795 Gubernur Jenderal VOC-Belanda di Batavia

mengakui dan menyetujui kedaulatan Kesultanan Riau-

Lingga-Johor-Pahang di bawah pimpinan Sultan Mahmud

Riayat Syah. Pada 23 Agustus 1795 Gubernur Melaka

berkirim surat kepada Sultan Mahmud juga untuk

menyatakan pengakuan yang sama. Inggris pun membuat

pengakuan yang sama melalui Henry Newcome dan A.

Brown sebagai perwakilan Kantor Pusat Angkatan

Perang Kerajaan Inggris di Melaka. Bersamaan dengan

itu, pada 9 September 1795 Residen VOC di

Tanjungpinang dan pasukan Belanda ditarik dari Riau

(Tanjungpinang) serta benteng-benteng Belanda

dibongkar.

9. Pada 5 Januari 1811 Sultan Mahmud Riayat Syah

mengirimkan bantuan sebuah kapal perang lengkap

dengan prajurit dan persenjataannya yang digunakan

untuk melawan ekspansi Belanda ke Sumatera Timur,

Sumatera Selatan, dan Bangka-Belitung. Dengan

demikian, perjuangan Sultan Mahmud yang bertahta di

Lingga itu memang bertujuan untuk membebaskan

Page 34: Hanya Bangsa yang menghargai Jasa - Kemensos

nusantara dari kekuasaan pihak asing, khususnya

Belanda.

10. Sultan Mahmud Riayat Syah mangkat pada 12 Januari

1812 (wafat dan dimakamkan di Daik Lingga dan diberi

gelar Marham Masjid Lingga.

Page 35: Hanya Bangsa yang menghargai Jasa - Kemensos

ALMARHUM LAFRAN PANE

Tokoh dari Provinsi D.I.YOGYAKARTA

Page 36: Hanya Bangsa yang menghargai Jasa - Kemensos

PENERIMA GELAR PAHLAWAN NASIONAL

ALMARHUM LAFRAN PANE

A. RIWAYAT HIDUP :

1. Nama lengkap : Lafran Pane

2. Jabatan : Pendiri Himpunan

Mahasiswa Islam (HMI)

3. Tempat, Tanggal

lahir

: Sitirok, 12 April 1923

4. Wafat : 24 Januari 1991 di

Yogyakarta

5. Tempat Pemakaman : Karang Kajen, Yogyakarta

6. Orang Tua :

7. - Ayah : Sutan Pangurabaan Pane

8. - Ibu : Gonto Siregar Sitirok

9. Status perkawinan : Menikah

10. Istri : 1. Martha Dewi

2. Bisromah

11. Anak : Iqbal Lafran Pane

12. Alamat Ahli Waris : Jl. Pondok Betung No.100,

Bintaro, Tanggerang

Selatan

Banten

Page 37: Hanya Bangsa yang menghargai Jasa - Kemensos

B. RIWAYAT PERJUANGAN :

1. Lafran Pane lahir pada tanggal 12 April 1923 di Sipirok,

Padang Sidempuan, Sumatera Utara dan meninggal dunia

pada tanggal 24 Januari 1991 di Yogyakarta. Ia

menempuh pendidikan dasar di kampung halamannya.

Pada tahun akhir pendidikan dasarnya, ia pindah ke

Batavia dan masuk kelas 7 pada HIS, lalu melanjutkan ke

MULO, AMS Muhammadiyah, dan Taman Dewasa Raya

Jakarta. Setelah kemerdekaan ia melanjutkan pendidikan

tinggi di Yogyakarta, yaitu ke Sekolah Tinggi Islam dan

Akademi Ilmu Politik yang merupakan cikal bakal

Fakultas Hukum, Ekonomi dan Politik UGM.

2. Pada tahun 1937 Lafran Pane pindah dari kampung

halamannya ke Batavia. Ia langsung bergabung dengan

kegiatan memperjuangkan kemerdekaan bangsa

Indonesia yang dibangun oleh para tokoh pergerakan

nasional. Keikutsertaannya dalam perjuangan di bawah

bimbingan kedua kakak kandungnya (Armijn Pane dan

Sanusi Pane) yang dikenal sebagai tokoh muda

pergerakan nasional. Di antara organisasi perjuangan

yang diikuti oleh Lafran Pane adalah Barisan Pemuda

Gerindo (1940-1942) dan Indonesia Muda (1940-1942).

Page 38: Hanya Bangsa yang menghargai Jasa - Kemensos

3. Pada tahun 1942 pemerintahan kolonial Hindia Belanda

berakhir, digantikan pemerintah pendudukan Jepang.

Saat itu Lafran tinggal di Jakarta dan segera bergabung ke

dalam kelompok pemuda pejuang. Ia masuk ke dalam

kelompok muda radikal yang menolak kemerdekaan

melalui restu dari pemerintah pendudukan Jepang.

Antara 14-17 Agustus 1945 aktif dalam berbagai

aktivitas pemuda radikal menekan para tokoh tua yang

tergabung dalam PPKI agar segera memproklamasikan

kemerdekaan bangsa Indonesia.

4. Setelah Proklamasi kemerdekaan, Lafran melanjutkan

studi ke Sekolah Tinggi Islam (STI) di Yogyakarta 1946-

1948. Selama menjadi mahasiswa STI, ia memprakarsai

pembentukan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Organisasi ini berdiri pada tanggal 5 Februari 1947 di

Yogyakarta. Pembentukan HMI sangat penting karena

menjadi organisasi yang menghimpun kontribusi para

mahasiswa untuk mempertahankan kemerdekaan

bangsa Indonesia. Di bawah pengaruhnya, orientasi HMI

menjadi nasionalis sehingga HMI mendukung ideologi

Pancasila. Organisasi HMI menolak gagasan

pembentukan Negara Islam yang digagas Sekarmadji

Maridjan Kartosoewirjo, pendiri gerakan Darul Islam.

Page 39: Hanya Bangsa yang menghargai Jasa - Kemensos

5. Lafran Pane menjadi salah satu tokoh utama penentang

PKI yang menggagas pergantian ideologi negara dari

Pancasila menjadi Komunisme. Pada tanggal 30

September 1965 PKI melancarkan kudeta. Ia turut

memelopori pembentukan Ikatan Sarjana Muslimin

Indonesia (ISMI) yang menghimpun para sarjana

antikomunis. ISMI memberikan dukungan kepada

Pangkostrad/Pangkopkamtib Letjen Soeharto untuk

menumpas G3S/PKI.

6. Setelah lulus dari Akademi Ilmu Politik (AIP), Lafran

Pane memilih profesi sebagai dosen di Universitas Gajah

Mada (UGM) hingga dianugerahi gelar Guru Besar.

Selama menjadi dosen, ia mengembangkan pemikiran

dan sikap politik yang mendorong para mahasiswanya

untuk memberikan kontribusi membangun bangsa dan

Negara Republik Indonesia.

7. Lafran memelopori pembentukan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan (FKIP) UGM untuk memenuhi

kebutuhan guru pada pendidikan dasar dan menengah.

Saat itu jabatannya adalah Direktur Kursus BI dan BII

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam

perjalannya FKIP UGM menjadi Institut Keguruan dan

Page 40: Hanya Bangsa yang menghargai Jasa - Kemensos

Ilmu Pendidikan (IKIP) Yogyakarta dan kemudian

menjadi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Page 41: Hanya Bangsa yang menghargai Jasa - Kemensos

PENUTUP

Demikian profil ini kami sajikan, semoga dapat memberikan

manfaat kepada kita semua. Akhir kata kami haturkan permohonan

maaf yang sebesar-besarnya untuk segala kekurangan dan

keterbatasan dalam penyajian.

Terima kasih.