handout ppkn kls x-bab 3
DESCRIPTION
Handout dari Slideshow materi PPKn Bab 3 (untuk Kelas X SMA)TRANSCRIPT
23/11/2015
1
MENJAGA KEUTUHAN NEGARA DALAM NAUNGAN NKRI
BAB 3
A. NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
1.BENTUK NEGARA
2.NEGARA KESATUAN
3.TUJUAN NEGARA KESATUAN
4.NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
BENTUK NEGARA
BELANDA“STAATVORMENT”
LEON DUGUIT
MONARKI ADALAH DAN REPUBLIK
BENTUK PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ADALAH
KESATUAN, NEGARA SERIKAT DAN SERIKAT
NEGARA.
SECARA BENTUK UMUM, BENTUK
NEGARA DI DUNIA ADA DUA
BOLEH PUNYA KOSTITUSI, KEPALA NEGARA, PARLEMEN
DAN KABINET SENDIRI YANG BERDAULAT
DALAM NEGARA BAGIAN DALAM NEGARA SERIKAT
FEDERASI / SERIKAT > NEGARA YANG BERSUSUN JAMAK, TERDIRI ATS BEBERAPA NEGARA BAGIAN YANG MASING
MASINGTIDAK BERDAULAT
KESATUAN > BENTUK NEGARA YANG SIFATNYA TUNGGAL DAN TIDAK TERSUSUN DARI BEBERAPA NEGARA YANG MEMILIKI KEDAULATAN, TIDAK TERBAGI, DAN KEWENANGAN ADA DI PUSAT
KHARAKTERISTIK :- ADANYA SUPREMASI KONSTITUSI
FEDERAL- ADA PEMENCARAN KEKUASAAN DARI
FEDERAL KE BAGIAN- ADA KEKUASAAN TERTINGGI YANG
TUGASNYA MENYELESAIKAN SENGKETA ANATAR NEGARA SERIKAT DAN BAGIAN
NAMUN MASIH ADA,
KONFEDERASI/ SERIKAT NEGARA
> GABUNGAN BEBERAPA
NEGARA YANG BERDAULAT
PENUH
NEGARA KESATUAN
SUATU NEGARA YANG MERDEKA DAN
BERDAULAT, YANG BERKUASA HANYA SATU PEMERINTAH
PUSAT YANG MENGATUR SELURUH DAERAH SEBAGAI
BAGIAN DARI NEGARA
CF STRONG >
MERUPAKAN BENTUK NEGARA YANG MEMILIKI KEDAULATAN TERTINGGI BERADA DI TANGAN PUSAT
MOH. KUSNADI, HARMAILY IBRAHIM >
NEGARA YANG SUSUNANYA TERDIRI ATS SATU NEGARA DAN TIDAK DIKENAL ADANYA NEGARA
DALAM NEGARANegara unitaris, unity. Unitaris negara tunggalyang monosentris(berpusat satu),
Semuanya satu berlakuuntuk semua daerah,
kedaulatan tidak terbagi, kekuasaan pusat tidak
dibatasi .
ABU DAUD BUSROH >
NEGARA YANG TIDAK TERUSUN ATAS BEBERAPA
NEGARA MELAINKAN TUNGGAL, TIDAK ADA
NEGARA DALAM NEGARA
PERBEDAAN NEGARA KESATUAN DAN NEGARA SERIKAT
NEGARAKESATUAN NEGARA SERIKAT
ORGANISASI BAGIAN NEGARA DALAM GARIS BESAR TELAH DITETAPKAN OLEH PEMBENTUK UU PUSAT
NEGARA BAGIAN DAPAT MEMBUAT KOSNTITUSI SENDIRI DAN BERWENNAG
MENGATURORGANISASI SENDIRI DALAM RANGKA KOSNTITUSI FEDERAL
WEWENANG PEMBENTUK UU DITETAPKANDALAM SATAU RUMUSAN UMUM DAN WEWENANG PEMBENTUK UU LOKAL
BERGANTUNG KEPADA PUSAT
WEWENANG PEMBENTUK UU ADALAH PUSAT UNTUK MENGATUR HAL TERTENTU, TELAH DIPERINCI SATU PERSATU DALAM KOSNTITUSI FEDERAL
23/11/2015
2
KELEBIHAN NEGARA KESATUAN!1. SECARA STRUKTUR LEBIH SEDERHANA
2.BAGI INDONESIA, BAGI ADA KEAHLIAN YANG BELUM MERATA, PUSAT HARUS MENYEDIAKAN
3. BIAYA MURAH, BIROKRASI PANJANG MAKAN WAKTU
4.RELATIF STABIL UTK MENGURANGI KECEBURUAN ANTAR DAERAH, DAERAH KURANG MAJU DAPAT DANA DARI PUSAT
5. MENGURANGI PROVINSIALISME DAN SEPARATISME
TUJUAN NEGARA KESATUAN
CHARLES E. MERRIAM
A HISTORY OF AMERICAN POLITICAL THEORIES
5 TUJUAN YANG INGIN DICAPAI NEGARA KESATUAN• KEAMANAN EKSTERN• KETERTIBAN INTERN• KEADILAN• KESEJAHTERAAN • KEBEBASAN
ALASAN MENGGUNAKAN UNITARISME
SUDAH MERUPAKAN CITA – CITA GERAKAN KEMERDEKAAN INDONESIA
NEGARA TIDAK MEMBERIKAN TEMOAT HIDUP BAGI PROVINSIALISME
TENAGA TERPELAJAR HANYA DI JAWA SEHINGGA TIDAK ADA TENAGA DI DAERAH UNTUK MEMBENTUK FEDERAL
WILAYAH INDONESIA TIDAK SAMA POTENSI DAN KEKAYAAN
DARI SUDUT GEOPOLITIK, INDONESIA LEBIH KUAT DENGAN NEGARA KESATUAN
NKRISOEPOMO > MENGHENDAKI INTEGRALISTIK
DALAM BPUPKI
MUHAMMAD YAMIN > UNITARISME • PEMBENTUKAN UNITARISME BERTUJUAN UNTUK MENYATUKNA
NKRI MENJADI NEGARA BESAR DAN KOKOH DENGAN KEKUASAAN NEGARA BERSIFAT SENTRALISTIK (TERCANTUM DARI ALINEA KEDUA PEMBUKAAN)
• JIMLY ASSHIDDIQIE > PIHTN JILID 2 > NEGARA INDONESIA BERBENTUK NEGARA KESATUAN
• PASAL 1 AYAT 1 JUNCTO 18 (SEBELUM AMANDEMEN) TERMUAT DALAM BERITA RI TAHUN ii NO 7 ADALAH ……….
• PASAL 18 B AYAT 2……………………….
• PASAL 25 A UUD NKRI 1945…………………..
• PASAL 37 AYAT 5 UUD NKRI 1945………………………
B. BENTUK PEMERINTAHAN
1.PENGERTIAN BENTUK PEMERINTAHAN
2.BENTUK PEMERINTAHAN REPUBLIK
PENGERTIAN BENTUK PEMERINTAHAN
ADALAH
SUATU ISTILAH YANG DIGUNAKAN UNTUK MERUJUK PADA RANGKAIAN INSTITUSI POLITIK YANG DIGUNAKAN UNTUK MENGORGANISASI SUATU NEGARA GUNA MENEGAKKAN
KEKUASAANNYA ATAS SUATU KOMUNITAS POLITIK
23/11/2015
3
BEBERAPA BENTUK PEMERINTAHAN
DUNIA!
ARISTOKRASI
BERASAL DARI BAHASA YUNANI KUNO
SISTEM PEMERINTAHAN YANG
DIPIMPIN OLEH INDIVIDU TERBAIK
ARISTO (TERBAIK)KRATIA (UNTUK MEMIMPIN)
OLIGARKHI
PEMERINTAH YANG KEKUASAAN POLITIKNYA SECARA EFEKTIF PALING
DIPEGANG OLEH KELOMPOK ELIT KECIL DARI MASYARAKAT, BAIK DIBEDAKAN
MENURUT KEKAYAAN, KELUARGA, MILITER
SISTEM PEMERINTAHAN SUATU NEGARA SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN KEDAULATAN RAKYAT ATAS NEGARA UNTUK DIJALANKAN OLEH PEMERINTAHAN NEGARA TERSEBUT
PILAR DALAM DEMOKRASI ADALAH PRINSIP TRIAS POLITICA, MEMBAGI 3 KEKUASAAN NEGARA:
LEGISLATIF, EKSEKUTIF, YUDIKATIF
LEMBAGA BERSIFAT INDEPENDEN DAN SEJAJAR SATU SAMA LAIN
KESEJAJARAN DIPERLUKAN U/ SALING MENGAWASI DAN
MENGONTROL “CHECK AND BALANCES”
OTOKRASI
BAHASA YUNANI
AUTOKRATOR
KEKUASAAN SENDIRI
BIASA DIBANDINGKAN OLEH OLIGARKI
DAN DEMOKRASI
SUATU BENTUK PEMERINTAHAN YANG
KEKUASAAN POLITIKNYA DIPEGANG OLEH SATU
ORANGMONARKI
DUKUNGAN TERHADAP PENDIRIAN, PEMELIHARAAN, ATAU PENGEMBALIAN
SISTEM KERAJAAN SEBAGAI SEBUAH BENTUK PEMERINTAHAN DALAM SEBUAH
NEGARA
23/11/2015
4
EMIRAT
SEBUAH WILAYAH YANG DIPIMPIN OLEH EMIR
UNI EMIRAT ARAB MERUPAKAN SEBUAH NEGARA YANG TERDIRI DARI 7 EMIRAT FEDERAL YANG MASING –MASING DIPERINTAH OLEH SEORANG EMIR
PLUTOKRASIPEMERINTAH YANG
MENGACU PADA SUATU KEKUASAAN ATAS DASAR KEKAYAAN YANG MEREKA
MILIKI
SEJARAH MENCATAT BAHWA KETERLIBATAN KAUM HARTAWAN DALAM POLITIK KEKUASAAN BERAWAL DI KOTA YUNANI YANG KEMUDIAN DIIKUTI DI
KAWASAN GENOVA ITALIA
BENTUK PEMERINTAHAN REPUBLIK
• PADA DASARNYA ADALAH NEGARA YANG DASAR PEMERINTAHAN AKHIRNYA BERCABANG DARI RAKYAT BUKAN DARI TURUNAN BANGSAWAN
• BAHASA LATIN, RES REPUBLICA (KERAJAAN DIMILIKI DAN DIKAWAL RAKYAT)
• DAHULU ROMA SUDAH MENGGUNAKAN REPUBLIK
• ROMA MEMPRAKTIKKAN DUA PRINSIP :
ANUALITY ( MEMERINTAH 1 THN SAJA)
COLLEGIALITY ( 2 ORANG MEEGANG JABATAN KETUA NEGARA)
• SEKARANG INI, REPUBLIK DIPIMPIN PRESIDEN, NAMUN SWISS PENGECUALIAN TERDAPAT MAJELIS TUJUH PEMIMPIN YANG MERANGKAP KETUA NEGARA (BUNDESRAT)
• SAN MARINO, JABATAN KETUA NEGARA DIPEGANG 2 ORANG.
C. SISTEM PEMERINTAHAN DEMOKRASI BERDASARKAN PANCASILA
1. PENGERTIAN PEMERINTAHAN
2. SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIAL
3. SISTEM PEMERINTAHAN RI BERDASARKAN UUD NKRI 1945
SISTEM PEMERINTAHAN DEMOKRASI BERDASARKAN PANCASILA
Pendapat dari para pakar ilmu politik menyatakan bahwa dalam sistem pemerintahan demokrasiakanmengandung prinsip‐prinsip sebagai berikut.
• Semua warga negara berpartisipasi dalam pembuatan keputusan. Jika warga negara tidakberpartisipasi maka pemerintah tidak boleh membuat kebijakan yang bertentangan dengankeinginan rakyat.
• Setiapwarga negara mempunyai persamaan yang sama di depan hukum (equality before the law).
• Pendapatan negara didistribusikan secara adil bagi seluruh warga negara.
• Semua rakyat harus diberi kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan.
• Adanya kebebasanmengemukakan pendapat, berkumpul, dan beragama.
• Semua warga negara berhakmendapat informasi tanpa batas.
• Semua warga negara mengindahkan tata krama politik.
• Adanya semangat kerja sama dalam setiap kegiatan.
• Adanya hak untuk protes ataumengkritik atas kebijakan pemerintah.
• Prinsip‐prinsip pemerintahan demokrasi perlu diperhatikan oleh pemerintah yang berkuasa. Demikian pula halnya dengan Pemerintah Indonesia yang berdasarkanPancasila, penerapan sistem pemerintahannya didasarkan pada ajaran demokrasi.
• Hal ini dapat dilihat pada alinea keempat Pembukaan Undang‐Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945, pada kalimat “...negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat...”.
• Selanjutnya, pada Sila Keempat dari Pancasila yang juga terdapat dalam PembukaanUndang‐Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”.
• Kemudian, hal tersebut dijabarkan dalam Pasal 1 Ayat (2) Undang‐Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan “Kedaulatan berada di tangan rakyat
23/11/2015
5
Ditinjau dari segi pembagian kekuasaannya, organisasi pemerintah itu dibagi menurut garishorizontal dan vertikal.
Pembagian kekuasaan secara horizontal didasarkan atas sifat tugas yang berbeda‐bedajenisnya, yang menimbulkan berbagai macam lembaga di dalam suatu negara.
Adapun, pembagian kekuasaan secara vertikal melahirkan dua garis hubungan antara pusatdan daerah dalam sistem desentralisasi dan dekonsentrasi.
SISTEM PEMERINTAHAN GABUNGAN DARI SISTEM DAN PEMERINTAHAN
Sistem adalah suatu keseluruhan yang terdiri dari beberapa bagianyang mempunyai hubungan fungsional, baik antara bagian‐bagianmaupun hubungan fungsional terhadap keseluruhannya sehinggahubungan itu menimbulkan suatu ketergantungan antara bagian‐bagian yang akibatnya jika salah satu bagian tidak bekerja denganbaik maka akan mempengaruhi keseluruhannya itu.
DALAM ARTI LUAS DALAM ARTI SEMPIT
pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan-badan legislatif, eksekutif,
dan yudikatif di suatu negara dalam rangkamencapai tujuan penyelenggaraan negara.
pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang dilakukanoleh badan eksekutif beserta jajarannya dalam rangkamencapai tujuan penyelenggaraan negara.
Menurut ahli ilmu pemerintahanIstilah pemerintahanmempunyai pengertian yang tidak sama. Beberapa pengertian
tersebut adalah sebagai berikut
Pemerintahan sebagai gabungan dari semua badan kenegaraan yang berkuasa memerintah. Jadi, yang termasuk badan-badan kenegaraan di sini bertugas menyelenggarakan kesejahteraan umum, misalnya badanlegislatif, badan eksekutif, dan badan yudikatif.
Pemerintahan sebagai gabungan badan-badan kenegaraan tertinggi yang berkuasa memerintah di wilayah satu negara, misalnya raja, presiden, atau Yang Dipertuan Agung (Malaysia).
Pemerintahan dalam arti kepala negara (presiden) bersama dengan kabinetnya.
Adapun, sistem pemerintahan diartikan sebagaisuatu tatanan utuh yang terdiri atas berbagaikomponen pemerintahan yang bekerja salingbergantung dan mempengaruhi dalam mencapai tujuandan fungsi pemerintahan.
Komponen-komponen tersebut secara garis besar meliputi lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Jadi, sistem pemerintahan negara menggambarkanadanya lembaga-lembaga negara, hubungan antarlembaga negara, dan bekerjanyalembaga negara dalam mencapai tujuan pemerintahan negara yang bersangkutan.
Sistem Pemerintahan Presidensial
• Kedudukan eksekutif dalam sistem pemerintahan presidensial tidak bergantungpada badan perwakilan rakyat. Adapun, dasar hukum dari kekuasaan eksekutifdikembalikan kepada pemilihan rakyat.
• Sebagai kepala eksekutif, presiden menunjuk pembantu‐pembantunya yang akanmemimpin departemennya masing‐masing danmereka itu hanya bertanggungjawab kepada presiden. Karena pembentukan kabinet itu tidak bergantung padabadan perwakilan rakyat atau tidakmemerlukan dukungan kepercayaan daribadan perwakilan rakyat, makamenteri pun tidak bisa diberhentikan oleh badanperwakilan rakyat.
• Sistem ini terdapat di Amerika Serikat yang mempertahankan ajaranMontesquieu, yakni kedudukan tiga kekuasaan negara yaitu legislatif, eksekutif, dan yudikatifterpisah satu sama lain secara tajam dan salingmenguji serta salingmengadakanperimbangan (check and balance).
• Kekuasaanmembuat undang‐undang berada di tangan congress, namunpresidenmempunyai hak veto terhadap undang‐undang yang sudah dibuatitu. Kekuasaan eksekutif ada pada presiden dan pemimpin‐pemimpindepartemen, yaitu para menteri yang tidak bertanggung jawab padaparlemen. Karena presiden dipilih oleh rakyat, maka sebagai kepalaeksekutif ia hanya bertanggung jawab kepada rakyat.
• Tugas peradilan dilakukan oleh badan‐badan peradilan yang pada azasnyatidak boleh dipengaruhi oleh kekuasaan lain. Hakim diangkat seumur hidupselama kepribadiannya tidak tercela dan ada sebagian hakim yang dipiliholeh rakyat.
• Badan eksekutif dan legislatif memiliki kedudukan yang independen dalam sistem pemerintahan presidensial. Kedua badan tersebut tidakberhubungan secara langsung seperti dalam sistem pemerintahan
23/11/2015
6
Ciri‐ciri Sistem Pemerintahan Presidensial
• Penyelenggara negara berada di tangan presiden. Presiden adalah kepala negara dansekaligus kepala pemerintahan. Presiden tidak dipilih oleh parlemen, tetapi dipilih langsungoleh rakyat atau suatu dewan/majelis.
• Kabinet (dewan menteri) dibentuk oleh presiden. Kabinet bertanggung jawab kepadapresiden dan tidak bertanggung jawab kepada parlemen/legislatif.
• Presiden tidak bertanggung jawab kepada parlemen karena ia tidak dipilih oleh parlemen.
• Presiden tidak dapatmembubarkan parlemen seperti dalam sistem parlementer.
• Parlemenmemiliki kekuasaan legislatif danmenjabat sebagai lembaga perwakilan. Anggotanya pun dipilih oleh rakyat.
• Presiden tidak berada di bawah pengawasan langsung parlemen.
Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pemerintahan Presidensial
Kelebihan• Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya
karena tidak bergantung pada parlemen.
• Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas denganjangka waktu tertentu. Misalnya, masa jabatanpresidenAmerika Serikat adalah 4 tahun danpresiden Indonesia selama 5 tahun.
• Penyusunan program kerja kabinet mudahdisesuaikan dengan jangka waktu masajabatannya.
• Jabatan‐jabatan eksekutif dapat diisi oleh orangluar, termasuk anggota parlemen sendiri. Namun, legislatif bukan tempat kaderisasi untuk jabatan‐jabatan eksekutif.
kekurangan• Kekuasaan eksekutif berada di luar
pengawasan langsung legislatif sehinggadapat menciptakan kekuasaan mutlak.
• Sistem pertanggungjawabannya kurang jelas.
• Pembuatan keputusan/kebijakan publikumumnya hasil tawar‐menawar antaraeksekutif dengan legislatif sehingga dapatterjadi keputusan tidak tegas dan memakanwaktu yang lama.
Sistem Pemerintahan Republik Indonesia Menurut Undang‐Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
• Masalah demokrasi di Indonesia diatur dalam Pasal 1 Ayat (2) Undang‐Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan“Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakanmenurutUndang‐Undang Dasar”.
• Undang‐UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tidakmenganut sistem pemisahan kekuasaan Trias Politica sebagaimana yang diajarkanMontesquieu, melainkanmenganut sistem pembagian kekuasaan.
Hal tersebut disebabkan beberapa hal berikut:
• Undang‐UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tidakmembatasi secara tajam, bahwa tiap kekuasaan itu harus dilakukan olehsuatu organisasi/badan tertentu yang tidak boleh saling campur tangan.
• Undang‐UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tidakmembatasi kekuasaan dibagi atas 3 bagian saja dan juga tidakmembatasikekuasaan dilakukan oleh 3 bagian saja.
• Undang‐UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tidakmembagi habis kekuasaan rakyat yang dilakukanMPR, Pasal 1 Ayat (2), kepada lembaga‐lembaga negara lainnya.
Pokok‐PokokSistem Pemerintahan Indonesia • Pokok‐pokok Sistem Pemerintahan Indonesia sebagaimana termuat dalam Undang‐Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945 adalah sebagai berikut.
• Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi yang luas. Wilayah negara Indonesia terbagi dalam beberapa provinsi.
• Bentuk pemerintahan adalah republik dan sistem pemerintahan adalah presidensial.
• Presiden adalah kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan.
• Menteri‐menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab pada presiden.
• Parlemen terdiri atas 2 bagian (bikameral), yaitu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Para anggota DPR dan DPD merupakan anggota MPR. DPR terdiri atas para wakil rakyat yang dipilihmelalui pemilu dengan sistemproporsional terbuka. Anggota DPD adalah para wakil dari masing‐masing provinsi yang berjumlah 4 orang dari tiap provinsi. Anggota DPD dipilih oleh rakyat melalui pemilu dengan sistem distrik perwakilan. Selain lembaga DPR dan DPD, terdapatDPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota yang anggotanya juga dipilihmelaui pemilu. DPR memiliki kekuasaan legislatif dankekuasaan mengawasi jalannya pemerintahan.
• Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Mahkamah Konstitusi, Mahkamah Agung, dan badan peradilan di bawahnya, yaitupengadilan negeri dan pengadilan tinggi.
• Sistem pemerintahan negara Indonesia menurut Undang‐Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang diamandemen pada dasarnya masih menganut Sistem Pemerintahan Presidensial. Hal ini dibuktikan bahwa Presiden RepublikIndonesia adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Presiden juga berada di luar pengawasan langsung DPR dantidak bertanggung jawab pada parlemen. Namun, sistem pemerintahan ini juga mengambil unsur‐unsur dari sistemparlementer dan melakukan pembaharuan untuk menghilangkan kelemahan‐kelemahan yang ada dalam sistem presidensial.
Sistem Pemerintahan Presidensial RepublikIndonesia
Beberapa ciri dari Sistem Pemerintahan Presidensial Republik Indonesia adalah sebagai berikut.
• Presiden sewaktu‐waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul DPR. Jadi, DPR tetap memilikikekuasaan mengawasi presiden meskipun secara tidak langsung
• Presiden dalam mengangkat pejabat negara perlu mendapat pertimbangan dan/ataupersetujuan DPR. Contohnya, dalam pengangkatan Duta Besar, Gubernur Bank Indonesia, PanglimaTNI dan Kepala Kepolisian RI (Kapolri).
• Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu mendapat pertimbangan dan/ataupersetujuan DPR. Contohnya pembuatan perjanjian internasional, pemberian gelar, tanda jasa, tanda kehormatan, pemberian amnesti dan abolisi.
• Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk undang‐undang dan hakbudget (anggaran).
• Dengan demikian, terdapat perubahan‐perubahan dalam sistem pemerintahan Indonesia. Hal itu diperuntukkan dalam memperbaiki sistem presidensial yang lama. Perubahan tersebutantara lain, adanya pemilihan presiden secara langsung, sistem bikameral, mekanisme cheks and balances, dan pemberian kekuasaan yang lebih besar pada parlemen untuk melakukanpengawasan dan fungsi anggaran.
23/11/2015
7
• PerubahanUndang‐UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 membawaperubahan yang signifikan terhadap eksistensi MPR. MPR tidak lagi memiliki wewenangmemilih Presiden danWakil Presiden. Namun demikian, MPR masih tetapmemilikiwewenangmelakukan impeachment terhadap Presiden dan/atauWakil Presiden dalam masa jabatannya apabila yang bersangkutan terbukti telahmelakukan pelanggaranhukum.
• Impeachment Presiden sering diungkapkan oleh masyarakat luas sebagai istilah yang menunjukkan sebagai pemberhentian Presiden. Impeachment atau pemakzulan lebihlazim dimaksudkan sebagai dakwaan untukmemberhentikan Presiden.
• Presiden dapat diberhentikan dalam jabatannya apabila ia melakukan pelanggaran hukumyang secara tegas diatur dalam UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945. Presiden danWakil Presiden dapat diberhentikan dalam jabatannya apabila terbukti melakukanpelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindakpidana berat lainnya, atau perbuatan tercela, dan apabila terbukti tidak lagi memenuhisyarat sebagai Presiden dan/atauWakil Presiden.
• Mekanisme pemberhentian Presiden diatur dalam Pasal 7B UUD Negara RepublikIndonesia Tahun 1945. Berdasarkan ketentuanUUD ini, lembaga negara yang diberikewenangan untukmemberhentikan Presiden dalam masa jabatannya adalahMajelisPermusyawaratan Rakyat (MPR). Namun, sebelum diputus oleh MPR, prosespemberhentian dimulai dengan proses pengawasan terhadap Presiden oleh DPR.
• Apabila dari pengawasan itu ditemukan adanya pelanggaran hukum yang dilakukan olehPresiden yang berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidanaberat, perbuatan tercela serta tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden, maka DPR dengan dukungan 2/3 (dua per tiga) jumlah suara dapatmengajukan usulan pemberhentiankepadaMPR. Namun, terlebih dahulumeminta putusan dari MahkamahKonstitusi tentangkesimpulan dan pendapat dari DPR. Dalam hal MahkamahKonstitusi memutuskan bahwapendapat DPR itu tidak berdasarkan hukum, maka proses pemberhentian Presidenmenjadi gugur. Sebaliknya, jika MahkamahKonstitusi membenarkan pendapat DPR, makaDPR akanmeneruskannya kepadaMPR untukmenjatuhkan putusannya, memberhentikanatau tidakmemberhentikan Presiden.
• Dengan demikian, pemberhentian Presiden menurut UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945, harus melewati 3 (tiga) lembaga negara yaitu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), MahkamahKonstitusi (MK), serta Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Ketiga lembagaini memiliki kewenangan berbeda. DPR melakukan penyelidikan danmencari bukti‐buktiserta fakta yang mengukuhkan dugaan adanya pelanggaran pasal mengenaipemberhentian Presiden oleh Presiden (yaitu Pasal 7A UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945) serta mengajukan usul pemberhentian kepadaMPR.
• MahkamahKonstitusimengkaji dari segi hukum dan landasan yuridis alasanpemberhentian Presiden. MPR yang akanmenjatuhkan vonis politik apakah Presidendiberhentikan atau tetapmemangku jabatannya.
• DPR sebagai lembaga negara yang memiliki kewenangan untukmengawasi Presiden dan dapatmengusulkan pemberhentian Presiden di tengah masa jabatannya, tentu tidak steril dari pandangan dankepentingan politiknya, karena lembaga DPR terdiri dan perwakilan partai‐partai politik yang terpilihdalam pemilihan umum. Karena itu, dalam mengajukan usulan pemberhentian Presiden, DPR harusseobyektif mungkin dan memiliki alasan‐alasan yang cukup kuat bahwa tindakan/kebijakan Presidenbenar‐benar telah memenuhi dasar substansial pemberhentian Presiden (sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 7A Undang‐Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945).
• Bagaimana mekanisme DPR untukmenyelidiki adanya pelanggaran yang dilakukan oleh Presiden, tidakdiatur secara tegas dalam UUD. Hanya Pasal 20A Ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memberikanHakAngket kepada DPR, yaitu hak untuk melakukan penyelidikan terhadap kebijakanpemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupanmasyarakat dan bangsayang diduga bertentangan dengan peraturan perundang‐undangan. Dengan adanya hak angket secaraimplisit UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memberikan kewenangan kepada DPR untukmengadakan penyelidikan terhadap Presiden.
• Hasil penyelidikan yang dilakukan oleh panitia angket diputuskan oleh DPR dalam rapat paripurna. Jikahasil panitia angket menemukan bukti‐bukti bahwa Presiden memenuhi ketentuan Pasal 7A UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadapnegara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya atau perbuatan tercela dan/atau tidak lagimemenuhi syarat sebagai Presiden dan disetujui oleh paripuma DPR dengan dukungan minimum 2/3 suara, maka selanjutnya DPR harus terlebih dahulu membawa kasus itu kepada Mahkamah Konstitusi untukdiperiksa dan diadili sebelum dilanjutkan kepadaMPR.
• UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tidakmengatur secara rinci mengenai proses pemeriksaanatas pendapat DPR di Mahkamah Konstitusi. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 hanyamenentukan bahwaMahkamah Konstitusi memeriksa, mengadili, danmemutus pendapat DPR bahwaPresiden telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan kepada negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela dan atau pendapat bahwa Presiden tidak lagimemenuhi syarat sebagai Presiden. Undang‐Undang Mahkamah Konstitusi pun tidakmengatur secararinci mengenai proses pemeriksaan di Mahkamah Konstitusi. Dalam Undang‐Undang Mahkamah Konstitusihanya diatur mengenai mekanisme pengajuan permohonan, yaitu diajukan oleh DPR selaku Pemohon. DPR harus mengajukan permohonan secara tertulis dan menguraikan secara jelas mengenai dugaanpelanggaran hukum yang dilakukan oleh Presiden kepada Mahkamah Konstitusi danmelampirkan putusanserta proses pengambilan putusan di DPR, risalah dan atau berita acara rapat DPR disertai bukti mengenaidugaan pelanggaran yang dilakukan oleh Presiden. Undang‐Undang Mahkamah Konstitusi juga mengaturbatas waktu penyelesaian permohonan yang harus diputus oleh Mahkamah Konstitusi dalam waktu 90 harisetelah permohonan diregister, alat‐alat bukti serta bentuk putusan yang dikeluarkan oleh MahkamahKonstitusi.
• Mahkamah Konstitusi dalam melakukan pemeriksaan atas permohonan DPR diwajibkan untuk memanggilPresiden sebagai pihak dalam perkara untuk
• memberikan keterangan atau meminta Presiden untuk memberikan keterangan tertulis. Untuk hadir ataumemberikan keterangan di hadapan Mahkamah Konstitusi, Presiden dapat didampingi atau diwakili olehkuasanya.
• Apakah terdapat perdebatan lebih lanjut, misalnya tanggapan kembali dari DPR serta tanggapan balik dariPresiden. Apakah Mahkamah Konstitusi dapat memeriksa kembali saksi‐saksi yang sudah diperiksa di DPR atau menambah saksi baru, tidak diatur dalam Undang‐Undang Mahkamah Konstitusi.
• Bila memperhatikan ketentuan hukumacara yang diatur dalam Undang‐UndangMahkamahKonstitusi adalah terbuka kemungkinan bagiMahkamahKonstitusi untukmemeriksa kembali danmenilai bukti‐buktiyang diajukan dan dapatmemanggil saksi‐saksi. Dengan demikian bukti‐bukti yang diajukan oleh DPR dapat dinilai dan diuji kembali. MahkamahKonstitusi dapatmemangil kembali saksi‐saksi yang pernah dipanggil diDPR serta dapat memanggil saksi‐saksi baru. Dengan demikian, dalam pemeriksaan kasus usulan pemberhentian Presiden, MahkamahKonstitusitidak cukup hanya denganmemeriksa danmenilai dokumen‐dokumen yang disampaikan oleh DPR.
• Denganmempergunakan ketentuan Pasal 86 Undang‐UndangMahkamahKonstitusi, makaMahkamahKonstitusi dapat membuat hukum acaratambahan sebagai pengaturan lebih lanjut untuk kelancaran pelaksanaantugas dan wewenangnya. Di sinilah kesempatan bagi MahkamahKonstitusiuntukmengatur lebih lanjutmengenai hukumacara dalam hal pemeriksaanatas usulan pemberhentian Presiden oleh DPR.
• Memperhatikan proses pemeriksaan pendapat DPR di Mahkamah Konstitusi dan ketentuan Undang‐UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menentukan bahwaMahkamah Konstitusi ”memeriksa, mengadili, dan memutus” dapatlah disimpulkan bahwa sesungguhnya proses pemeriksaan pendapat DPR diMahkamah Konstitusi adalah sebuah proses peradilan yang tidak terbatas pada pemeriksaan dokumen semata‐mata.
• Karena itu, pemeriksaan pendapat DPR itu dapat dilakukan seperti pemeriksaan dalam perkara pidana biasa. Hanya saja posisi Presiden bukanlah seperti posisi terdakwa dalam perkara pidana, akan tetapi sebagai pihakdalam perkara yang memiliki posisinya sejajar dengan pemohon yaitu DPR yang bertindak seperti ”penuntut” dalam perkara pidana. Dengan proses seperti ini, Mahkamah Konstitusi dapat secara obyektif dan secaramendalammemeriksa dan mengadili perkara yang diajukan oleh DPR, terhindar dari kepentingan danpandangan politik yang dapat saja subyektif dari DPR.
• Proses pemberhentian Presiden selanjutnya berada di lembaga MPR, setelah adanya putusan MahkamahKonstitusi yang membenarkan pendapat DPR. Apa yang terjadi di MPR sesungguhnya adalah pengambilankeputusan politik untuk menentukan apakah Presiden layak untuk diberhentikan atau tidak. Tidak adapemeriksaan kembali seperti halnya yang terjadi di DPR danMahkamah Konstitusi.
• Dalam persidangan itu, MPR hanyamendengarkan pembelaan terakhir dari Presiden setelah mendengarkanusulan pemberhentian dari DPR. Perdebatan yang mungkin terjadi hanyalah perdebatan di antara anggota MPR. Karena itu apakah Presiden berhenti atau tidak adalah sangat bergantung pada suara mayoritas yaitu 2/3 (duapertiga) suara anggota MPR dalam sidang Istimewa MPR yang dihadiri sekurang‐kurangnya 3/4 (tiga perempat) anggota MPR. Di sinilah berlaku prinsip Salus Populi Suprema Lex (suara rakyat adalah hukum tertinggi). Dalam hal MPR tidak memberhentikan Presiden, bukanlah berarti MPR menganulir putusan MahkamahKonstitusi yang membenarkan pendapat DPR mengenai adanya dugaan pelanggaran hukum oleh Presiden. Karena itu, Presiden dapat saja dituntut secara pidanamelalui peradilan pidana biasa manakala terdapatdugaan tindak pidana yang dilakukan oleh Presiden.
23/11/2015
8
D. KEDAULATAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
• SIFAT DAN HAKIKAT NEGARA
• KEDAULATAN NEGARA
• DEMOKRASI SEBAGAI BENTUK KEDAULATAN RAKYAT
• PEMILIHAN UMUM SEBAGAI PERWUJUDAN DEMOKRASI PANCASILA
• NEGARA HUKUM SEBAGAI BENTUK KEDAULATAN NKRI