handout hingga pertemuan terakhir
TRANSCRIPT
-
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU-ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
Mata Kuliah : Geografi Industri
Materi Pokok : Model Gravitasi dan Teori Titik Henti
Waktu : 100 menit
I. PENDAHULUAN
Terdapat beberapa teori interaksi yang disebabkan oleh perbedaan kekuatan atau
massa yang dimiliki oleh dua benda/tempat atau lebih. Teori gravitasi pertama kali
dikenalkan oleh Isaac Newton pada tahun (1642 1727). Berdasarkan pengalamannya
lahirlah suatu pernyataan bahwa pada dua benda yang memiliki massa tertentu akan
memiliki gaya tarik menarik yang disebut dengan gaya gravitasi. Dalam studi geografi
teori gravitasi dapat dilihat pada peristiwa interaksi yang terjadi antar wilayah.
Sebagaimana diketahui setiap daerah memiliki keunikan dan kelebihan serta kekurangan
masing masing. Berkaitan dengan itu, akan memicu timbulnya interaksi antar wilayah.
Teori titik henti merupakan teori yang memberikan gambaran tentang lokasi batas dua
wilayah dalam kegiatan perdagangan.
II. PEMBELAJARAN
A. Rencana Pembelajaran Mahasiswa (KD)
Melalui kegiatan belajar ini diharapkan mahasiswa :
Mengetahui dan mampu menjelaskan fungsi model gravitasi dan teori titik henti dan
menerapkannya dalam menganalisa kekuatan interaksi antar wilayah.
B. Kegiatan Belajar
1. Kegiatan Belajar 8
a. Learning Outcome
-
(1) Standar Kompetensi
Mengetahui dan mampu menjelaskan fungsi model gravitasi dan teori
titik henti dan menerapkannya dalam menganalisa kekuatan interaksi antar
wilayah.
(2) Kompetensi Dasar
a. mampu mendeskripsikan fungsi model gravitasi dan teori titik henti.
b. mampu menganalisa kekuatan interaksi antar wilayah dan menentukan
batas wilayah perdagangan dan atau pusat pelayanan antar dua daerah
b. Uraian Materi
Model Gravitasi sebagai penentu lokasi industri
Fungsinya :
Untuk melihat besarnya daya tarik dari suatu potensi yang berada pada suatu
lokasi
Dalam perencanaan wilayah penentuan lokasi pusat pelayanan
Ada dua kota (A dan B), ingin diketahui berapa besar interaksi antara kedua kota.
Faktor faktor yg terlibat dalam pengukuran :
- Jumlah penduduk
- Jarak antara kota
Formula :
Breaking Point Teori :
Modifikasi dari Gravitasi Reilly
-
Manfaat : untuk perkiraan penempatan lokasi industri dan memperkirakan
garis batas yg memisahkan wilayah perdagangan antara dua wilayah/kota
Faktor penentu : jarak dan jumlah penduduk
Formula :
c. Rangkuman
- Kekuatan interaksi dua wilayah dapat diukur dengan menggunakan
model gravitasi
- Dalam menentukan posisi/lokasi pembangunan pusat pelayanan
menggunakan teori titik henti
d. Evaluasi
Soal :
Latihan kasus :
Jumlah penduduk X=50.000 dan Y=30.000, jarak antara kota X dengan Y
adalah 60 kilometer. Hitunglah jarak titik hentinya.
DAFTAR PUSTAKA
Daldjoeni. 1997. Geografi Baru
Hartono.2008. Geografi; Jelajah Bumi dan Alam Semesta; hal 108.
-
Tarigan. 2006. Ekonomi Regional
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU-ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
Mata Kuliah : Geografi Industri
Materi Pokok : Analisis Spasial IBM dan IKT
Waktu : 200 menit
III. PENDAHULUAN
-
Aktivitas industri berlangsung di atas ruang dengan segala unsur yang terkandung
di dalamnya. Jika dilihat kecenderungan aktivitas industri berada mengelompok atau
terkonsentrasi di tempat yang menguntungkan operasional industri tersebut. Dengan
begitu jelas bahwa proses keberadaan industri sangat selektif terkait aspek geografis.
Kondisi geografis alam sangat berperan dalam pemilihan lokasi atau letak industri.
Contohnya di Amerika aktivitas industri manufaktur berlokasi di manufacturing belt,
adalah suatu wilayah konsentrasi industri. Di Inggris terdapat konsentrasi wilayah
industri manufaktur yang terkenal dengan Axial Belt dan lainnya. Berangkat dari
peristiwa keruangan ini pengamatan dan analisa terhadap gejala pengklusteran atau
pengelompokan industri secara geografis akan menambah literatur khususnya
pembahasan ekonomi regional, ekonomi perkotaan dan aktivitas ekonomi dari suudut
pandang geografi
IV. PEMBELAJARAN
A. Rencana Pembelajaran Mahasiswa (KD)
Diharapkan mahasiswa mampu :
Mendeskripsikan latar belakang kajian spasial IBM dan IKT, menjelaskan teori
teori terkait dan menganalisis keberadaan industri manufaktur secara spasial
(lokasi, sebaran, pola, mengapa berlokasi disana, perbandingan pola IBM dan IKT).
B. Kegiatan Belajar
I. Kegiatan Belajar 10 dan 11
a. Learning Outcome
(1) Standar Kompetensi
Mahasiswa memahami latar belakang kajian spasial IBM dan IKT,
mampu menjelaskan teori teori terkait dan menganalisis keberadaan industri
manufaktur secara spasial (lokasi, sebaran, pola, mengapa berlokasi disana,
perbandingan pola IBM dan IKT).
(2) Kompetensi Dasar
1.mendeskripsikan latar belakang kajian spasial IBM dan IKT
-
2.menganalisis keberadaan industri manufaktur secara spasial (lokasi,
sebaran, pola, mengapa berlokasi disana, perbandingan pola IBM dan
IKT
b. Uraian Materi
Terdapat bentuk bentuk kluster berdasarkan perbedaan tipe dari
eksternalitas dan perbedaan tipe dari orientasi dan intervensi kebijakan
(Kolehmainen,2002 dalam Erlangga) :
1) The industrial districts cluster.
Industrial district cluster atau yang biasa disebut dengan Marshalian
Industrial District adalah kumpulan dari perusahaan pada industri yang
terspesialisasi dan terkonsentrasi secara spasial dalam suatu wilayah
(Marshal,1920). Pandangan Marshal mengenai industrial district masih relevan
sampai saat ini dan secara empiris masih dapat dijumpai. Industrial district cluster
berbasis pada eksternalitas sebagai berikut:
a) penurunan biaya transaksi (misalnya, biaya komunikasi dan transportasi)
b) tenaga kerja yang terspesialisasi (misalnya, penurunan biaya rekruitment
tenaga kerja yang terspesialisasi dan penurunan biaya untuk pengembangan
sumber daya manusia)
c) Ketersediaan sumber daya, input dan infrastruktur yang spesifik dan
terspesialisasi (misalnya pelayanan spesial dan tersedia sesuai dengan
kebutuhan lokal)
d) Ketersediaan ide dan informasi yang maksimal (misalnya mobilitas tenaga
kerja, knowledge spillover, hubungan informal antar perusahaan).
Intinya, industrial district, terjadi secara alamiah dan bersifat open
membership. Dalam industial district tidak memerlukan investasi dalam
membangun relationship. hal ini menunjukkan bahwa jenis kluster ini dapat
muncul tanpa memerlukan usaha untuk memunculkannya.
2) The industrial complex cluster.
Industrial complex cluster berbasis pada hubungan antar perusahaan yang
teridentifikasi dan bersifat stabil yang terwujud dalam perilaku spasial dalam
-
suatu wilayah. Hubungan antar perusahaan sengaja dimunculkan untuk
membentuk jaringan perdagangan dalam kluster. Model kompleks industri pada
dasarnya lebih stabil daripada model distrik industri, karena diperlukannya
investasi dalam menjalin hubungan antara perusahaan perusahaan dalam kluster
ini, dimana hubungan yang terjadi berdasarkan atas pertimbangan yang mantap
dalam pengambilan keputusan. Dengan kata lain kluster ini (komplek industri)
terjadi karena perusahaan-perusahaan ingin meminimalkan biaya transaksi spasial
(biaya transportasi dan komunikasi) dan memiliki tujuan-tujuan tertentu baik
secara implist ataupun eksplisit dengan menempatkan perusahaannya dekat
dengan perusahaan-perusahaan lain. Dalam beberapa kasus , terjadinya kluster
industri didorong oleh adanya suatu perusahaan yang mengekspor produk akhir ke
pasar internasional, yang menjadi mesin penggerak bagi perusahaan perusahaan
lain untuk berada pada kluster tersebut.
Komplek industri tidak terbangun secara alami dan berbasis pada
hubungan saling ketergantungan yang tidak simetris antara perusahaan besar dan
kecil. Keadaan ini dapat menghalangi penyerapan dan pengembangan inovasi dan
menempatkan perusahaan kecil pada kedudukan yang yang rendah dalam
menciptakan investasi dalam penelitian dan pengembangan serta pemasaran.
3) The Social Network cluster.
Social Network cluster menekankan pada aspek sosial pada aktifitas
ekonomi dan normanorma institusi dan jaringan. Model ini berdasarkan pada
kepercayaan dan bahkan hubungan informal antar personal. hubungan
interpersonal dapat menggantikan hubungan kontrak pasar atau hubungan hirarki
organisasi pada proses internal dalam kluster. Harrison (1992) menyatakan bahwa
konsentrasi spasial pada kluster ini merupakan konteks alami yang terbentuk
karena adanya hubungan informal dan modal sosial yang berupa kepercayaan,
karena hal tersebut yang membentuk dan menjaga melalui persamaan sosial dan
sejarah dan terus menerus melakukan kegiatan bersama dan saling berbagi. Perlu
diingat bahwa jaringan sosial antar perusahaan tidak perlu dibentuk dalam ruang
lingkup regional ataupun lokal karena kedekatan wilayah dan budaya dapat
memfasilitasi terbentuknya proses tersebut.
-
a. Rangkuman
- Kluster merupakan salah satu ciri dari industri manufaktur
- Terdapat 3 bentuk kluster berdasarkan perbedaan tipe dari eksternalitas
dan perbedaan tipe dari orientasi dan intervensi kebijakan.
b. Evaluasi
Tugas :
1. Membuat laporan tentang kondisi IBM dan IKT yang ada di Kota/Kab?
2. Menganalisa dan membuat laporan tentang keberadaan IBM dan IKT yang
ada di Kota Padang secara spasial
DAFTAR PUSTAKA
Kuncoro, M. (2002). Analisis Spasial dan Regional. Jogjakarta: AMP YKPN
Marshal, A. (1920) Principles of Economics, London: Mcmillan
Maurel, F and Sedillot, B. (1999). A Measure Geographic Concentration In
French Manufacturing Industries. Regional Science and Urban Economics. Vol. 53. pp 469-481
Porter, M.E (1998a). Clusters and New Economics of Competition. Harvard Business Review, November-December (6), 77-91
.
-
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU-ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
Mata Kuliah : Geografi Industri
Materi Pokok : Orientasi industri
Waktu : 100 menit
I. PENDAHULUAN
A. Rencana Pembelajaran (KD)
Mahasiswa mampu menjelaskan orientasi industri ke depan menurut sektor atau
klasifikasinya
B. Kegiatan Belajar 12
a. Learning Outcome
(1) Standar Kompetensi
Mahasiswa mampu menjelaskan orientasi industri
(2) Kompetensi Dasar
Diharapkan mahasiswa mampu :
1. Mendeskripsikan peraturan pemerintah tentang pengembangan industri
2. Menjelaskan orientasi industri ke depan sesuai sektor
pengembangannya
b. Uraian Materi
Pola Pengembangan Industri
Pengelompokan pola pikir industrialisasi secara keseluruhan telah tercakup dalam
Pola Pengembangan Indutri Nasional (PPIN) yang dibuat oleh Departemen Perindustrian
(dalam Siahaan, 1996). PPIN tersebut berintikan 6 butir kebijakan :
1. Pengembangan industri yang diarahkan untuk pendalaman dan pemantapan struktur
industri serta dikaitkan dengan sektor lainnya.
2. Pengembangan indutri permesinan dan elektronika penghasil barang modal.
-
3. Pengembangan industri kecil.
4. Pembangunan ekspor komoditi industri.
5. Pembangunan kemampuan penelitian, pengembangan dan rancang bangun khususnya
perangkat lunak dan perekayasaan.
6. Pembangunan kemampuan para wiraswasta dan tenaga kerja industri berupa
manajemen, keahlian, kejujuran serta keterampilan.
Perkembangan Sektor Industri Manufaktur Nasional
Sektor industri manufaktur di banyak Negara berkembang mengalami
perkembangan sangat pesat dalam tiga decade terakhir. Asia Timur dan Asia Tenggara
dapat dikatakan sebagai kasus istimewa. Lebih dari 25 tahun terakhir, dijuluki a
miraculous economic karena kinerja ekonominya sangat hebat. Dari 1970 hinga 1995,
industri manufaktur merupakan contributor utama. Untuk melihat sejauh mana
perkembangan industry manufaktur di Indonesia selama ini, perlu dilihat perbandingan
kinerjanya dengan sector yang sama di Negara-negara lain. Dalam kelompok ASEAN,
misalnya kontribusi output dari sector industry manufaktur terhadap pembentukan PDB
di Indonesia masih relative kecil, walaupun laju pertumbuhan output rata-ratanya
termasuk tinggi di Negara-negara ASEAN lainnya. Struktur ini menandakan Indonesia
belum merupakan Negara dengan tingkat industrialisasi yang tinggi dibandingkan
Malaysia dan Thailand.
Permasalahan dalam Industri Manufaktur
Secara umum, industry manufaktur di Negara-negara berkembang masih
terbelakang jika dibandingkan dengan sector yang sama di Negara maju, walaupun di
Negara-negara berkembanga ada Negara-negara yang industrinya sudah sangat maju.
Dalam kasus Indonesia, UNIDO (2000) dalam studinya mengelompokkan masalah yang
dihadapi industry manufaktur nasional ke dalam 2 kategori, yaitu kelemahan yang
bersifat structural dan yang bersifat organisasi. Kelemahan-kelemahan structural di
antaranya:
1. Basis ekspor dan pasarnya yang sempit
-
a. Empat produk, yakni kayu lapis, pakaian jadi, tekstil dan alas kaki
memiliki pangsa 50% dari nilai total manufaktur
b. Pasar tekstil dan pakaian jadi sangat terbatas
c. Tiga Negara (US, Jepang dan Singapura), menyerap 50% dari total ekspor
manufaktur Indonesia, sementara US menyerap hampir setengah total nilai
ekspor tekstil dan pakaian jadi
d. Sepuluh produk menyumbang 80% seluruh hasil ekspor manufaktur
e. Banyak produk manufaktur padat karya yang terpilih sebagai produk
unggulan Indonesia mengalami penurunan harga di pasar dunia akibat
persaingan ketat
f. Banyak produk manufaktur yang merupakan ekspor tradisional Indonesia
mengalami penurunan daya saing
2. Ketergantungan impor yang sangat tinggi
3. Tidak adanya industry berteknologi menengah
4. Konsentrasi regional
Kelemahan-kelemahan organisasi, di antaranya:
1. Industry skala kecil dan menengah (IKM) masih underdeveloped
2. Konsentrasi pasar
3. Lemahnya kapasitas untuk menyerap dan mengembangkan teknologi
4. Lemahnya SDM
Strategi dan Kebijakan Pembangunan Sektor Industri
1. Strategi Subtitusi Impor
Lebih menekankan pada pengembangan industry yang berorientasi pada pasar
domestic. Strategi subtitusi impor adalah industry domestic yang membuat barang
menggantikan impor. Dilandasi oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi
yang tinggi dapat dicapai dengan mengembangkan industry dalam negeri yang
memproduksi barang pengganti impor.
-
Pertimbangan yang lajim digunakan dalam memilih strategi ini adalah:
a. SDA dan factor produksi lain (terutama tenaga kerja) cukup tersedia
b. Potensi permintaan dalam negeri memadai
c. Pendorong perkembangan sector industry manufaktur dalam negeri
d. Dengan perkembangan industry dalam negeri, kesempatan kerja lebih luas
e. Dapat mengurangi ketergantungan impor
2. Penerapan strategi subtitusi impor dan hasilnya di Indonesia
Industry manufaktur nasional tidak berkembang baik selama orde baru
Ekspor manufaktur Indonesia belum berkembang dengan baik
Kebijakan proteksi yang berlebihan selama orde baru menimbulkan high cost
economy. Teknologi yang digunakan oleh industry dalam negeri, sangat diproteksi.
3. Strategi Promosi Ekspor.
Lebih berorientasi ke pasar internasional dalam pengembangan usaha dalam negeri.
Tidak ada diskriminasi dalam pemberian insentif dan fasilitas kemudahan lainnya dari
pemerintah. Dilandasi pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat
dicapai jika produk yang dibuat di dalam negeri dijual di pasar ekspor. Strategi
promosi ekspor mempromosikan fleksibilitas dalam pergeseran sumber daya ekonomi
yang ada mengikuti perubahan pola keunggulan komparatif.
4. Kebijakan industrialisasi.
Dirombaknya system devisa sehingga transaksi luar negeri lebih bebas dan sederhana.
Dikuranginya fasilitas khusus yang hanya disediakan bagi perusahaan Negara dan
kebijakan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan sector swasta bersama-sama
dengan BUMN.
Pengukuran Daya Saing Industri
Globalisasi pada dasarnya adalah penomena yang mendorong perusahaan di
tingkat mikro ekonomi untuk meningkatkan efisiensi agar mampu bersaing di tingkat
lokal, nasional, maupun internasional. Dengan globalisasi yang menyatukan pasar dan
kompetisi investasi internasional meningkatkan tantangan sekaligus peluang bagi semua
perusahaan baik kecil, menengah maupun besar. Daya saing adalah kemampuan
perusahaan, industri, daerah, negara, atau antar daerah untuk menghasilkan faktor
-
pendapatan dan faktor pekerjaan yang relatif tinggi dan berkesinambungan untuk
menghadapi persaingan internasional (sumber OECD). Oleh karena daya saing industri
merupakan penomena di tingkat mikro perusahaan, maka kebijakan pembangunan
industri nasional didahului dengan mengkaji sector industri secara utuh sebagai dasar
pengukurannya. Analisa difokuskan pada dua sisi yaitu: Sisi Penawaran dan Sisi
Permintaan.
Sisi penawaran diukur dari 2 unsur yaitu:
(1) Kondisi kemampuan ekonomi Indonesia atau Modal Dasar (SDA, SDM, Teknologi,
dan infrastruktur fisik).
(2) Kondisi saat ini struktur industri manufaktur Indonesia (kemampuan organisasi,
kontribusi sektor, produktifitas, internasionalisasi, dan faktor klasifikasi).
Sedangkan sisi permintaan diukur dari 2 unsur yaitu:
(1) Tingkat Pengembangan daya saing (posisi daya saing Indonesia dalam
perdagangan dunia; dan struktur ekspor, spesialisasi ekspor, dan penetrasi
impor)
(2) Lingkungan daya saing internasional (dinamisme ekspor, struktur persaingan
di negara tujuan ekspor, dan struktur pasar impor dunia).
Untuk menentukan industri yang prospektif dikembangkan di masa mendatang
telah dilakukan pengukuran daya saing. Pengukuran dilakukan terhadap faktor-faktor
yang mempengaruhi daya saing internasional industri Indonesia. Indikator yang
digunakan untuk melihat faktor yang mempengaruhi daya saing internasional terdiri atas
15 parameter dari sisi penawaran (supply side) dan 8 parameter dari sisi permintaan
(demand side).
Parameter-parameter yang digunakan untuk melihat factor yang mempengaruhi daya
saing industry Indonesia adalah sebagai berikut;
Sisi penawaran;
1. Modal Dasar
2. Ukuran Perusahaan
3. Struktur Kepemilikan
-
4. Spesialisasi
5. Penganekaragaman
6. Keluaran
7. Nilai Tambah
8. Biaya Tenaga Kerja
9. Aset Tetap
10. Produktifitas
11. Cakupan Ekspor
12. Ketergantungan Impor
13. FDI dan cakupan Ekspor
14. Faktor Intensitas
a. Evaluasi
Tugas : Membuat makalah tentang orientasi industri dengan data
spasialnya
DAFTAR PUSTAKA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL
rocana.kemenperin.go.id
http://lufitasari.blogdetik.com/
-
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU-ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
Mata Kuliah : Geografi Industri
Materi Pokok : Perencanaan Industri Pedesaan
Waktu : 100 menit
i. PENDAHULUAN
Pembangunan yang adil dan merata adalah keinginan semua pihak. Tidak hanya
terkonsentrasi di perkotaan saja namun pelaksanaan dan efek positifnya juga harus
dirasakan oleh masyarakat pedesaan. Berbagai teori pembaangunan mengungkapkan
bahwa pembangunan perkotaan akan memberikan efek pada daerah sekitarnya, namun
kenyataan tidak sedikit wilayah pedesaan belum merasakan apa yang disebut dengan
aktivitas pembangunan. Spesialisasi aktivitas ekonomi yang dimiliki wilayah pedesaan
tidak harus berubah mengikuti aktivitas ekonomi perkotaan untuk melangsungkan
pembangunan. Pembangunan di pedesaan khususnya pertanian bisa berdampingan atau
beriringan dengan pembangunan industri di pedesaan.
A. Rencana Belajar Mahasiswa (Kompetensi Dasar)
Mahasiswa mampu memahami tentang :
Memahami konsep, teori, isu serta pendekatan perencanaan industri pedesaan
-
B. Kegiatan Belajar
1. Kegiatan Belajar 13 dan 14
a. Learning Outcome :
(1) Standar Kompetensi
Mahasiswa memahami dan mampu menjelaskan konsep, teori, fungsi, isu
tentang industri pedesaan serta mampu menjelaskan pendekatan perencanaan
industri pedesaan.
(2) Kompetensi Dasar
Diharapkan mahasiswa mampu :
1. Mendeskripsikan konsep dan teori serta fungsi industri pedesaan
2. Menjelaskan isu isu dalam perencanaan industri pedesaan
3. Menjelaskan pendekatan pendekatan yang digunakan dalam perencanaan
industri pedesaan
b. Uraian Materi
Konsep dan Fungsi Industri Pedesaan
Menurut Sutardjo Kartodikusuma desa adalah suatu kesatuan hukum
dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan tersendiri. Prof. Bintaro
mengungkapkan bahwa untuk mendefenisikan desa memang sulit, namun kita
dapat berpatokan pada tiga unsur yaitu penduduk, tanah dan bangunan. Berkaitan
dengan itu maka Bintarto membatasi pengertian desa merupakan perwujudan atau
kesatuan goegrafi, sosial, ekonomi, politik dan kultur yang terdapat ditempat itu
(suatu daerah) dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan
daerah lain.
Menurut Undang Undang No.5 Tahun 1984, industri adalah kegiatan ekonomi
yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang
jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya,
termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Istilah industri
lebih dikenal dengan sebutan kegiatan manufaktur (manufacturing).
Konsep industrialisasi pedesaan didasari oleh pemikiran apa yang dapat
dilakukan untuk pengembangan ekonomi desa. Dengan transformasi teknologi
-
dan pengetahuan, sumberdaya lokal dengan basis pengelolaan oleh masyarakat
dan pemerintah desa diharapkan dapat mewujudkannya. Industrialisasi desa
ditandai oleh kepekaan pada pengelolaan lingkungan, orientasi padat karya dan
bukan padat modal, penggunaan teknologi menengah, serta
berorientasi pada kebutuhan jangka panjang (sustainable).
Industrialisasi adalah upaya pemanfaatan sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan
hidup manusia dan mengolahnya agar memiliki nilai guna atau manfaat yang lebih
tinggi. Industrialisasi pedesaan bergerak di kegiatan kegiatan sektor primer yang
mengandung unsur inovasi tinggi dan mengadopsi nilai nilai kearifan lokal.
Industri pedesaan menurut Hag (1979); Meles dan Norcliffe (1984) dalam
Handoyo (2013): Perusahaan-perusahaan Pengolahan yang berlokasi di luar kota
(tanah pertanian yang tersebar, perdusunan, pusat-pusat pasar kecil atau kota-kota
kecil yang bisa mentransformasikan dan mengembangkan struktur sosial dan
ekonomi daerah perdesaan.
Industri primer menurut John Bale :
Mengekstrak material/bahan baku langsung dari alam (darat dan laut), tidak
melibatkan pemrosesan atau pabrikasi untuk memperoleh produk jadi, contoh :
perikanan, pertanian, tambang, kehutanan dan lainnya.
Fungsi pengembangan industri pedesaan :
Meningkatkan pembangunan ekonomi
Mengurangi pengangguran dan kemiskinan di pedesaan, menciptakan
kesempatan kerja dibidang non-pertanian
Membantu mencegah arus migrasi ke perkotaan
Membantu mewujudkan kemandirian wilayah pedesaan dalam pemenuhan
kebutuhan primer dan sekunder.
Penguatan basis ekonomi wilayah perdesaan dan mengurangi kebocoran
pendapatan perdesaan ke perkotaan
Menstimulir kreatifitas penduduk pedesaan dengan menghasilkan produk yang
memiliki nilai tinggi
Pelestarian kebudayaan dan kearifan lokal
-
Menciptakan interaksi keruangan yang positif untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat pedesaan dalam bentuk kerjasama produsen dan
konsumen (pedesaan dan pasar di perkotaan)
Meningkatkan penguatan kelembagaan ekonomi di pedesaan
Isu isu dalam perencanaan industri pedesaan :
- Pengaruh kebijakan dan kepentingan sektoral terhadap pemilihan prioritas
pembangunan (program dan kegiatan)
- Pemilihan jenis industri yang akan dikembangkan, terkait ketersediaan bahan
baku, nilai komersil.
- Aspek kelembagaan
- Aspek pemasaran, terkait segmen pasar dari hasil produksi, pemilihan lokasi
pabrik dalam rangka meminimalisir biaya terkait waktu dan jarak.
- Kesiapan sumberdaya manusia, terkait motivasi untuk berkembang,
kemampuan mengelola atau manajemen industri.
- Arus globalisasi, terkait persaingan pasar
Pendekatan pendekatan yang digunakan dalam perencanaan industri
pedesaan
- Melalui kebijakan; pengalihan arus migrasi dari kota kota besar ke kota
kecil atau menengah, pengembangan
- Meningkatkan produktivitas sektor pertanian, menciptakan kesempatan
kerja diluar sektor pertanian yang stabil dan secara finansial menarik
kegiatan Off-Farm dan Non-Farm
c. Rangkuman
- Industri adalah upaya pemanfaatan sumberdaya untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia dan mengolahnya agar memiliki nilai guna atau
manfaat yang lebih tinggi
- Fungsi PIP diantaranya; meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menjaga
kearifan lokal, meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa, mengurangi
pengangguran
-
- Isu PIP diantaranya; kebijakan yang berpihak, segmen pasar, kualitas sdm
pelaku, arus globalisasi, aspek kelembagaan
- Pendekatan perencanaan industri pedesaan dapat dilakukan melalui
pengembangan kebijakan pemerintah dalam hal peningkatan produktivitas
pertanian dan menciptakan lapangan pekerjaan serta mengalihkan arus
migrasi dari kota besar ke kota kecil/menengah
d. Evaluasi
Tugas :
Membuat makalah tentang industrialisasi pedesaan dengan contoh kasus bahasan
(kliping PIP terkini).
Soal :
1. Jelaskan pengertian industrialisasi
2. Jelaskan konsep dasar industrialisasi pedesaan
3. Jelaskan fungsi PIP dan pendekatan PIP
DAFTAR PUSTAKA
Daldjoeni. 1995. Geografi Kota dan Desa.
Joni Purwo Handoyo. 2009. Perencanaan Industri Pedesaan. Handout Mata Kuliah Perencanaan
Industri Pedesaan. Geografi UGM. Yogyakarta
http://repository.ipb.ac.id.
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU-ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
Mata Kuliah : Geografi Industri
Materi Pokok : Dampak Industri Terhadap Lingkungan
Waktu : 100 menit
ii. PENDAHULUAN
Pembangunan diperlukan untuk mengatasi banyak masalah terutama ekonomi, namun
harus waspada dengan dampak negatifnya. Pada kondisi tertentu tidak dilarang untuk
-
melakukan pembangunan karena tanpa itu kita tidak akan maju. Tapi di sisi lain menekan
dampak negatifnya sekecil mungkin. Pembangunan harus berwawasan lingkungan yaitu
lingkungan diperhatikan sejak pembangunan itu mulai direncanakan sampai operasional
pembangunan itu dilaksanakan. Dengan prinsip ini pembangunan berkelanjutan dapat
dilaksanakan.
A. Rencana Belajar Mahasiswa (Kompetensi Dasar)
Mahasiswa mampu memahami tentang :
Dampak industri terhadap lingkungan sekitar maupun global
B. Kegiatan Belajar
1. Kegiatan Belajar 15
a. Learning Outcome :
(1) Standar Kompetensi
Mahasiswa mampu memahami dan mendeskripsikan tentang dampak aktivitas
industri terhadap lingkungan sekeliling dan akumulasi dampaknya bagi
lingkungan lebih luas (global)
(2) Kompetensi Dasar
Diharapkan mahasiswa mampu :
a. Mendeskripsikan tentang dampak keberadaan industri terhadap
lingkungan sekeliling secara umum (ekonomi, sosial budaya,
kesejahteraan umum, lingkungan, kesehatan)
b. Memahami dan menjelaskan pentingnya analisis dampak lingkungan
akibat aktivitas manusia
b. Uraian Materi
Dalam kegiatan ekonomi, yang utama adalah bagaimana memperoleh
keuntungan sebesar besarnya bagi perusahaan yang bersangkutan. Tetapi
keberadaan aktivitas ekonomi pada lokasi tertentu memberikan dampak yang
lebih luas kepada masyarakat di lingkungan sekitarnya terutama. Dengan begitu
-
keberadaan suatu perusahaan di dalam ruang atau di suatu lokasi sangat erat
kaitannya dengan lingkungan sekitarnya sebagai penerima dampak terdekat
setelah perusahaan itu sendiri. Dampak yang diterima oleh masyarakat sekeliling
dapat berupa dampak positif maupun negatif. Namun kembali kepada tujuan
perencanaan bahwa memaksimalkan dampak positif dan menekan hingga sekecil
kecilnya dampak negatif yang ditimbulkan dari suatu aktivitas manusia.
Dampak dapat diartikan perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas.
Aktivitas tersebut secara keseluruhan dapat berupa, aktivitas fisik, kimia, biologi
dan dapat disebabkan oleh aktivitas manusia misalnya kegiatan pembangunan
sarana transportasi.
Pada dasarnya dampak yang ditimbulkan oleh keberadaan industri tidak dapat
dipisahkan karena saling berkaitan. Hal ini disebabkan penerima dampak adalah
manusia yang melakukan aktivitas di dalam ruang/lingkungan. Jadi dampak fisik
akan saling berkaitan dengan non fisik. Meskipun demikian berikut akan
diuraikan dampak aktivitas menurut bentuknya.
Dampak aktivitas industri kepada kehidupan disekelilingnya dapat dinyatakan
dalam berbagai sisi atau bentuk, diantaranya ekonomi, sosial budaya, kesehatan,
lingkungan dan kesejahteraan umum).
-
Dampak ekonomi
Bentuk dampak yang ditimbulkan adalah : peningkatan produksi, peningkatan
pendapatan dan pengurangan pengangguran.
Dampak lingkungan
Dampak kegiatan pembangunan terhadap lingkungan adalah kondisi dimana
perkiraan perubahan lingkungan yang ada tanpa adanya faktor pendorong
perubahan dan kondisi perubahan lingkungan dengan adanya faktor pendorong
terjadinya perubahan terhadap lingkungan. Makna kedua adalah maksud dampak
lingkungan yang terjadi akibat keberadaan industri sebagai salah satu aktivitas
pembangunan yang dilakukan manusia.
Dampak industri terhadap lingkungan alam dapat secara langsung dan dampak
tidak langsung. Dampak langsung seperti polusi udara, polusi air, polusi tanah dan
polusi suara. Sedangkan dampak tidak langsung contohnya longsor atau banjir
bandang yang disebabkan oleh bukit yang tandus karena penebangan pohon,
banjir karena berkurangnya resapan area di daerah hulu, perubahan iklim ekstrim,
dan lainnya.
Dampak sosial budaya
Menurut Undang undang no. 4 tahuan 1982 dampak ini adalah dampak non fisik
yang ditimbulkan. Dampak sosial budaya lebih terlihat pada pengaruh perubahan
pada diantaranya keamanan, kenyamanan, gangguan terhadap pola penghidupan
dan tingkah laku masyarakat. Dampak dalam bentuk ini akan lebih besar efek
negatifnya dibandingkan positif apabila dirasakan oleh penduduk yang
emosionalnya lebih dominan. Biasanya dimiliki penduduk di daerah pedesaan
(penduduk yang jarang melihat hal baru). Sedangkan dampak positif akan
dirasakan oleh penduduk yang cenderung memiliki sosial budaya rasional yang
pada umumnya dimiliki oleh masyarakat perkotaan. Oleh karena itu keberadaan
suatu perusahaan/industri akan berbeda pendekatannya apabila didirikan di lokasi
yang berdekatan dengan masyarakat terbelkang, pedesaan dengan masyarakat
perkotaan.
conto
Dampak Kesejahteraan Umum
-
Dampak kesejahteraan umum dilihat dari analisa dampak keberadaan lokasi
industri atau perusahaan secara menyeluruh. Tidak hanya positifnya saja termasuk
dampak negatif yang ditimbulkan. Dampak biasanya memiliki intensitas tinggi di
daerah dekat perusahaan dan akan menurun menjauhi perusahaan/lokasi industri.
Berikut adalah contoh keterkaitan dampak aktivitas manusia terhadap
bidang/aspek kehidupan :
Gambar diagram alir di atas memberikan gambaran kaitan pada setiap bentuk
dampak aktivitas manusia (pembangunan/bidang industri). Pertumbuhan
penduduk mengakibatkan peningkatan jumlah limbah domestik, sedangkan
limbah domestik memicu terjadinya pertumbuhan massal mikrofita, seperti
enceng gondok dan kiambang. Limbah domestik eutrofikasi dan pertumbuhan
massal mikro dan makrofita adalah dampak biofisik pertumbuhan penduduk yang
sesungguhnya adalah faktor sosial, pertumbuhan massal mikro dan makrofita
menimbulkan resiko kesehatan, pemurnian diri air (biofisik dan kesehatan),
-
perbaikan kualitas air (sosial dan kesehatan), penurunan hasil ikan (biofisik dan
sosial), penurunan pendapatan (kesejahteraan) dan selanjutnya.
Analisis mengenai dampak lingkungan dalam perencanaan pembangunan
Dalam analisa dampak kita cenderung menilai dampak negatifnya saja walaupun
sebenarnya dampak positif juga ditimbulkan dari aktivitas pembangunan
(industri). Di negara maju juga lebih cenderugn hanya menganalisa dampak
negatif yang ditimbulkan. Namun tetap harus diperhatikan mana persentase yang
lebih besar. Analisis dampak terhadap lingkungan dalam perencanaan sangat perlu
dilakukan mengingat tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Dengan demikian apabila dampak yang ditimbulkan
pembangunan dominan merugikan sebaiknya dilakukan peninjauan ulang atau
dibatalkan. Kemudian apakah semua kegiatan pembangunan harus dianalisis
terlebih dahulu sebelum pelaksanaannya? Tidak semua program atau proyek harus
melakukan tahapan analisa dampak. Pemerintah memberikan daftar kegiatan
pembangunan apa saja yang perlu melakukan analisa dampak dan kaitannya
dengan kebutuhan dana yang dikeluarkan. Analisa pra pelaksanaan program dan
kegiatan pembangunan disebut juga dengan AMDAL singkatan dari analisis
mengenai dampak lingkungan.
Tentang AMDAL
Adalah kajian mengenai dampak penting suatu Usaha dan/atau Kegiatan
yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan.
Amdal lahir melalui amanat Undang Undang tentang lingkungan hidup di
Amerika Serikat. National Environmental Policy Act (NEPA), mulai diberlakukan
pada tanggal 1 januari 1970 pasal 102 (2) (C) semua usulan legislasi dan
aktivitas pemerintah federal yg besar yg diperkirakan akan mempunyai dampak
penting terhadap lingkungan diharuskan disertai laporan environmental impact
assessment (Analisis dampak lingkungan) tentang usulan tersebut.
Di Indonesia amdal mulai serius dibicarakan sejak pelita ke IV dan dibentuknya
Kementrian Kependudukan dan Lingkungan Hidup.
-
Dasar hukum pelaksanaan amdal :
- Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup 17/2012 ttg pelibatan
masyarakat dalam Amdal dan Izin Lingkungan
- PP No.27/2012 ttg keterlibatan masyarkat dalam Amdal dan Izin Lingkungan
- Permen LH No.16/2012 ttg Pedoman Penyusunan dokumen lingkungan
terdiri dari: KA-ANDAL, ANDAL, RKL, RPL dan Ringkasan Eksekutif,
sesudah KA-ANDAL, ANDAL dan RKL-RPL.
Lingkup kajian amdal : dampak positif dan negatif dari rencana suatu kegiatan
layak atau tidak lingkungan. Kajian amdal disusun dengan mempertimbangkan
aspek fisik, kimia, biologi, sosial-ekonomi, sosialbudaya dan kesehatan
masyarakat (aspek ini dikaji melalui survey ke masyarakat dan juga analisis
komponen lingkungan di laboratorium).
AMDAL bermanfaat untuk menjamin suatu usaha atau kegiatan pembangunan
agar layak secara lingkungan. Dengan AMDAL, suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan pembangunan diharapkan dapat meminimalkan kemungkinan dampak
negatif terhadap lingkungan hidup, dan mengembangkan dampak positif,
sehingga sumber daya alam dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan
(sustainable).
Pihak-pihak yang berkepentingan dalam proses AMDAL :
- Pemerintah memberi keputusan oleh komisi penilai
- Pemrakarsamelaksanakan kajian AMDAL(yg bertanggung jawab terhadap
rencana kegiatan)
- Masyarakat yang berkepentingan (yang terkena pengaruh)
c. Rangkuman
Dampak lingkungan adalah suatu kondisi yang diperkirakan terhadap
lingkungan tanpa adanya faktor yang mendorong perubahan dan kondisi
yang diperkirakan akan berubah karena adanya faktor pendorong
terjadinya perubahan.
-
Dampak industri dapat dianalisa dari beberapa bentuk diantaranya dampak
terhadap lingkungan fisik, dampak terhadap sosial budaya, dampak
terhadap kesehatan dan dampak terhadap kesejahteraan umum
Terdapat keterkaitan yang erat antara bentuk dampak satu dengan lainnya.
Analisa dampak dalam perencanaan pembangunan dilakukan sebelum/pra
pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan.
d. Evaluasi
Tugas :
1. Mendiskusikan dampak industri terhadap lingkungan fisik dan non fisik di
dalam kelompok dan membuat laporannya dalam presentasi kelas.
2. Membuat laporan contoh kasus aktivitas industri dan pengaruhnya atau
dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan.
Soal :
- Jelaskan yang dimaksud dengan dampak
- Jelaskan bentuk bentuk dampak yang ditimbulkan lokasi industri terhadap
lingkungan dengan contoh
- Jelaskan peran analisa mengenai dampak lingkungan dalam perencanaan
pembangunan
DAFTAR PUSTAKA
Marsudi Djojodipuro. 1992. Teori Lokasi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta
Otto Sumarwoto.1996. Analisi Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Robinson Tarigan. 2006. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi; Edisi Revisi.PT. Bumi Aksara.
Jakarta.
-
DAFTAR PUSTAKA
Ahyuni.2011.Geografi Pembangunan;Handout. Geografi UNP. Padang
Daldjoeni.1997. Geografi Baru; Organisasi Keruangan Dalam Teori dan Praktek. PT.Alumni
Bandung
Fenneman, N.M. (1919). The Circumference of Geography, Ann. Ass. Am. Georgr.,
French Manufacturing Industries. Regional Science and Urban Economics. Vol. 53. pp 469-481
Griffin R. 2006. Business. New Jersey: Pearson Education.
Hadi Sabari Yunus. 1989. Metode Penelian Geografi. UGM. Yogyakarta
Hartono, 2007. Geografi: Jelajah Bumi dan Alam Semesta Kelas X SMA/MA.Bandung:Citra
Praya. Hlm.9
Hartono.2008. Geografi; Jelajah Bumi dan Alam Semesta; hal 108.
Jawoto Sih Setyono.2004. Dasar dasar Teori Lokasi Industri; Weberian and Loschian Theories
Joni Purwo Handoyo. 2009. Perencanaan Industri Pedesaan. Handout Mata Kuliah Perencanaan
Industri Pedesaan. Geografi UGM. Yogyakarta
-
Kuncoro, M. (2002). Analisis Spasial dan Regional. Jogjakarta: AMP YKPN
Marshal, A. (1920) Principles of Economics, London: Mcmillan
Marsudi Djojodipuro. 1992. Teori Lokasi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta
Maurel, F and Sedillot, B. (1999). A Measure Geographic Concentration In
Marsudi Djojodipuro.1992. Teori Lokasi
Otto Sumarwoto.1996. Analisi Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Porter, M.E (1998a). Clusters and New Economics of Competition. Harvard
Business Review, November-December (6), 77-91
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG
KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL
Robinson Tarigan. 2006. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi; Edisi Revisi.PT. Bumi Aksara.
Jakarta.
Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Baduose Media. Padang
Utoyo, Bambang. (2007). Geografi:Membuka Cakrawala Dunia untuk SMA dan MA Kelas X.
Bandung: Setia Purna.
rocana.kemenperin.go.id
http://lufitasari.blogdetik.com/
http://repository.ipb.ac.id.