ham dan rule of law

32
PAPPER KEWARGANEGARAAN ”HAK ASASI MANUSIA” Disusun oleh : Adtya Dian Permana (2011-11-150) Dimas Dzulcaesar P.H (2011-11-155) Indra Herlambang (2011-11-127) M. Fachri Fachruddin (2011-11-130) Restiya Maulana (2011-11-035) Kelas : H Jurusan : S1 Teknik Elektro

Upload: adtyadian

Post on 06-Aug-2015

35 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: HAM dan Rule of LAW

PAPPER KEWARGANEGARAAN

”HAK ASASI MANUSIA”

Disusun oleh :

Adtya Dian Permana (2011-11-150)

Dimas Dzulcaesar P.H (2011-11-155)

Indra Herlambang (2011-11-127)

M. Fachri Fachruddin (2011-11-130)

Restiya Maulana (2011-11-035)

Kelas : H

Jurusan : S1 Teknik Elektro

Kampus STT-PLN : Menara PLN, Jl. Lingkar Luar Barat, Duri Kosambi, Cengkareng,

Jakarta Barat - 11750 Telp. (021) 5440342, 5440344 Fax. (021) 5440343

Page 2: HAM dan Rule of LAW

I. LATAR BELAKANG

Berbagai kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Republik yang telah

65 tahun merdeka ini ternyata masih marak di depan mata. Kasus Trisakti tahun 1998

yang belum tuntas hingga kini, kasus Lumpur Lapindo yang menyengsarakan ribuan

rakyat tak berdosa masih berlarut-larut, penyerobotan lahan warga oleh aparat militer,

perilaku brutal oknum aparat kepolisian yang memasuki kampus UNHAS tahun 2008,

dan sederetan kasus lainnya, menandakan masih sangat buruknya penegakkan HAM

di Indonesia. Kasus terburuk yaitu pembunuhan terencana Munir, seorang aktivis

sejati pejuang HAM di Indonesia yang diakui secara internasional, telah mencoreng

nama Indonesia di mata dunia.

Iklim penegakan HAM dan Rule of Law di Indonesia setidaknya semakin baik

dalam 10 tahun terakhir (era reformasi). Yang harus diingat bahwa penegakkan HAM

dan Rule of Law akan menjadi „PR‟ bagi setiap pemerintahan yang berkuasa, terlebih

pemilu 2009 sudah semakin dekat. Apa dan bagaimana makna dan penerapan HAM

dan Rule of Law sesungguhnya.

II. PERUMUSAN MASALAH

Pada materi yang akan dibahas, didapatkan beberapa permasalahan di bawah ini :

1. Apa itu konsep dasar dan pengertian Hak Asasi Manusia.

2. Bagaimana perkembangan HAM di Dunia.

3. Macam-macam jenis Hak Asasi Manusia

4. Apa saja lembaga penegak HAM.

5. Apa pengertian Rule of Law itu.

6. Apa fungsi Rule of Law.

III. TUJUAN

1. Mahasiswa memahami Hak asasi manusia (HAM).

2. Mahasiswa memahami Rule of Law.

3. Menuntaskan tugas papper.

IV. PEMBAHASAN

Page 3: HAM dan Rule of LAW

1. Konsep Dasar dan Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)

Konsep Hak Asasi Manusia (HAM) dapat diuraikan dengan pendekatan bahasa

(etimologi) maupun pendekatan istilah. Secara etimologi, kata „hak‟ merupakan

unsur normatif yang berfungsi sebagai pedoman perilaku, melindungi kebebasan,

kekebalan serta menjamin adanya peluang bagi manusia dalam menjaga harkat dan

martabatnya. Sedangkan kata „asasi‟ berarti yang bersifat paling mendasar yang

dimiliki oleh manusia sebagai fitrah, sehingga tak satupun makhluk dapat

mengintervensinya apalagi mencabutnya. Misalnya hak hidup sebagai hak paling

dasar yang dimiliki manusia, sehingga tak satupun manusia ini memiliki kewenangan

untuk mencabut kehidupan manusia yang lain.

Secara istilah, beberapa tokoh dan praktisi HAM memiliki pemahaman akan

makna HAM. Baharudin Lopa, dengan mengutip pernyataan Jan Materson dari

Komisi HAM PBB, mengutarakan bahwa hak asasi manusia adalah hak-hak yang

melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai

manusia. Sedangkan menurut John Locke seorang ahli pikir di bidang Ilmu Negara

berpendapat bahwa hak-hak asasi manusia adalah hak-hak yang diberikan langsung

oleh Tuhan sebagai hak yang kodrati. Ia memperinci hak asasi sebagai berikut:

1. hak hidup (the right to life)

2. hak kemerdekaan (right to liberty)

3. hak milik (right to property).

Konsep Hak Asasi Manusia terus mengalami transformasi. Pada tanggal 6

Januari 1941, F. D. Roosevelt memformulasikan empat macam hak-hak asasi (the

four freedoms) di depan Kongres Amerika Serikat, yaitu:

1. bebas untuk berbicara (freedom of speech)

2. bebas dalam memeluk agama (freedom of religion)

3. bebas dari rasa takut (freedom of fear) dan

4. bebas terhadap suatu keinginan/kehendak (freedom of from want).

Dimensi yang dirumuskan oleh F.D. Roosevelt menjadi inspirasi dan bagian

yang tidak terpisahkan dari Declaration of Human Right 1948, di mana seluruh umat

manusia melalui wakil-wakilnya dalam organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

Page 4: HAM dan Rule of LAW

sepakat dan bertekad memberikan pengakuan dan perlindungan secara yuridis formal

terhadap hak-hak asasi dan merealisasikannya. Secara teoritis, hak-hak yang terdapat

di dalam The Universal Declaration of Human Rights dapat dikelompokkan dalam

tiga bagian:

1. yang menyangkut hak-hak politik dan yuridis

2. yang menyangkut hak-hak atas martabat dan integritas manusia

3. yang menyangkut hak-hak sosial, ekonomi dan budaya

Pengertian hak asasi manusia menurut Tilaar (2001) adalah hak-hak yang melekat

pada diri manusia, dan tanpa hak-hak itu manusia tidak dapat hidup layak sebagai

manusia. Hak tersebut diperoleh bersama dengan kelahirannya atau kehadirannya di

dalam kehidupan masyarakat.

Hak asasi manusia pada dasarnya bersifat umum atau universal, karena diyakini

bahwa beberapa hak yang dimiliki manusia tidak memandang bangsa, ras, atau jenis

kelamin. Dasar dari hak asasi manusia adalah bahwa manusia harus memperoleh

kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat dan cita-citanya. Hak asasi

manusia juga bersifat supralegal, artinya tidak tergantung pada negara atau undang-

undang dasar, dan kekuasaan pemerintah. Bahkan HAM memiliki kewenangan lebih

tinggi karena berasal dari sumber yang lebih tinggi, yaitu Tuhan. Di Indonesia, hal ini

ditegaskan dalam UU No. 39/1999 tentang hak asasi manusia, yang mendefinisikan

hak asasi manusia sebagai seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan

manusia sebagai makhluk Tuhan YME.

Berdasarkan beberapa rumusan pengertian HAM di atas, diperoleh kesimpulan

bahwa HAM merupakan hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati

dan fundamental sebagai suatu anugerah Tuhan yang harus dihormati, dijaga, dan

dilindungi oleh setiap individu, masyarakat, atau negara. Dengan demikian, hakikat

penghormatan dan perlindungan terhadap HAM ialah menjaga keselamatan eksistensi

manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan, yaitu keseimbangan antara hak dan

kewajiban, serta keseimbangan antara kepentingan perseorangan dengan kepentingan

umum.

Upaya menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi HAM, menjadi

kewajiban dan tanggung jawab bersama antara individu, pemerintah (aparatur

pemerintah baik sipil maupun militer) bahkan negara. Jadi, dalam memenuhi

kebutuhan menuntut hak tidak terlepas dari pemenuhan kebutuhan kewajiban yang

Page 5: HAM dan Rule of LAW

harus dilaksanakan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hakikat dari asasi

manusia adalah keterpaduan antara hak asasi manusia (HAM), kewajiban asasi

manusia (KAM), dan tanggung jawab asasi manusia (TAM) yang berlangsung secara

sinergis dan seimbang.

2. Perkembangan HAM di Dunia

1. Hak Asasi Manusia di Yunani

Filosof Yunani, seperti Socrates (470-399 SM) dan Plato (428-348 SM) meletakkan

dasar bagi perlindungan dan jaminan diakuinya hak – hak asasi manusia. Konsepsinya

menganjurkan masyarakat untuk melakukan sosial kontrol kepada penguasa yang

zalim dan tidak mengakui nilai – nilai keadilan dan kebenaran. Aristoteles (348-322

SM) mengajarkan pemerintah harus mendasarkan kekuasaannya pada kemauan dan

kehendak warga negaranya.

2. Hak Asasi Manusia di Inggris

Inggris sering disebut–sebut sebagai negara pertama di dunia yang memperjuangkan

hak asasi manusia. Tonggak pertama bagi kemenangan hak-hak asasi terjadi di

Inggris. Perjuangan tersebut tampak dengan adanya berbagai dokumen kenegaraan

yang berhasil disusun dan disahkan. Dokumen-dokumen tersebut adalah sebagai

berikut :

MAGNA CHARTA

Pada awal abad XII Raja Richard yang dikenal adil dan bijaksana telah diganti oleh

Raja John Lackland yang bertindak sewenang–wenang terhadap rakyat dan para

Page 6: HAM dan Rule of LAW

bangsawan. Tindakan sewenang-wenang Raja John tersebut mengakibatkan rasa tidak

puas dari para bangsawan yang akhirnya berhasil mengajak Raja John untuk membuat

suatu perjanjian yang disebut Magna Charta atau Piagam Agung.

Magna Charta dicetuskan pada 15 Juni 1215 yang prinsip dasarnya memuat

pembatasan kekuasaan raja dan hak asasi manusia lebih penting daripada kedaulatan

raja. Tak seorang pun dari warga negara merdeka dapat ditahan atau dirampas harta

kekayaannya atau diasingkan atau dengan cara apapun dirampas hak-haknya, kecuali

berdasarkan pertimbangan hukum. Piagam Magna Charta itu menandakan

kemenangan telah diraih sebab hak-hak tertentu yang prinsip telah diakui dan dijamin

oleh pemerintah. Piagam tersebut menjadi lambang munculnya perlindungan terhadap

hak-hak asasi karena ia mengajarkan bahwa hukum dan undang-undang derajatnya

lebih tinggi daripada kekuasaan raja.

Isi Magna Charta adalah sebagai berikut :

Ø Raja beserta keturunannya berjanji akan menghormati kemerdekaan, hak, dan

kebebasan Gereja Inggris.

Ø Raja berjanji kepada penduduk kerajaan yang bebas untuk memberikan hak-hak

sebagi berikut :

1. Para petugas keamanan dan pemungut pajak akan menghormati hak-hak penduduk.

2. Polisi ataupun jaksa tidak dapat menuntut seseorang tanpa bukti dan saksi yang sah.

3. Seseorang yang bukan budak tidak akan ditahan, ditangkap, dinyatakan bersalah

tanpa perlindungan negara dan tanpa alasan hukum sebagai dasar tindakannya.

4. Apabila seseorang tanpa perlindungan hukum sudah terlanjur ditahan, raja berjanji

akan mengoreksi kesalahannya.

PETITION OF RIGHTS

Pada dasarnya Petition of Rights berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai hak-hak

rakyat beserta jaminannya. Petisi ini diajukan oleh para bangsawan kepada raja di

Page 7: HAM dan Rule of LAW

depan parlemen pada tahun 1628. Isinya secara garis besar menuntut hak-hak sebagai

berikut :

Ø Pajak dan pungutan istimewa harus disertai persetujuan.

Ø Warga negara tidak boleh dipaksakan menerima tentara di rumahnya.

Ø Tentara tidak boleh menggunakan hukum perang dalam keadaan damai.

3. Hak Asasi Manusia di Amerika Serikat

Pemikiran filsuf John Locke (1632-1704) yang merumuskan hak-hak alam,seperti hak

atas hidup, kebebasan, dan milik (life, liberty, and property) mengilhami sekaligus

menjadi pegangan bagi rakyat Amerika sewaktu memberontak melawan penguasa

Inggris pada tahun 1776. Pemikiran John Locke mengenai hak – hak dasar ini terlihat

jelas dalam Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat yang dikenal dengan

“DECLARATION OF INDEPENDENCE OF THE UNITED STATES”.

Revolusi Amerika dengan Declaration of Independence-nya tanggal 4 Juli 1776, suatu

deklarasi kemerdekaan yang diumumkan secara aklamasi oleh 13 negara bagian,

merupakan pula piagam hak – hak asasi manusia karena mengandung pernyataan

“Bahwa sesungguhnya semua bangsa diciptakan sama derajat oleh Maha Pencipta.

Bahwa semua manusia dianugerahi oleh Penciptanya hak hidup, kemerdekaan, dan

kebebasan untuk menikmati kebhagiaan.

John Locke menggambarkan keadaan status naturalis, ketika manusia telah memiliki

hak-hak dasar secara perorangan. Dalam keadaan bersama-sama, hidup lebih maju

seperti yang disebut dengan status civilis, locke berpendapat bahwa manusia yang

berkedudukan sebagai warga negara hak-hak dasarnya dilindungi oleh negara.

Declaration of Independence di Amerika Serikat menempatkan Amerika sebagai

negara yang memberi perlindungan dan jaminan hak-hak asasi manusia dalam

konstitusinya, kendatipun secara resmi rakyat Perancis sudah lebih dulu memulainya

sejak masa Rousseau. Kesemuanya atas jasa presiden Thomas Jefferson presiden

Amerika Serikat lainnya yang terkenal sebagai “pendekar” hak asasi manusia adalah

Abraham Lincoln, kemudian Woodrow Wilson dan Jimmy Carter. Amanat Presiden

Page 8: HAM dan Rule of LAW

Flanklin D. Roosevelt tentang “empat kebebasan” yang diucapkannya di depan

Kongres Amerika Serikat tanggal 6 Januari 1941 yakni :

Ø  Kebebasan untuk berbicara dan melahirkan pikiran (freedom of speech and expression).

Ø  Kebebasan memilih agama sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya (freedom of religion).

Ø  Kebebasan dari rasa takut (freedom from fear).

Ø  Kebebasan dari kekurangan dan kelaparan (freedom from want).

Kebebasan- kebebasan tersebut dimaksudkan sebagai kebalikan dari kekejaman dan

penindasan melawan fasisme di bawah totalitarisme Hitler (Jerman), Jepang, dan

Italia. Kebebasan – kebebasan tersebut juga merupakan hak (kebebasan) bagi umat

manusia untuk mencapai perdamaian dan kemerdekaan yang abadi. Empat kebebasan

Roosevelt ini pada hakikatnya merupakan tiang penyangga hak-hak asasi manusia

yang paling pokok dan mendasar. 

4. Hak Asasi Manusia di Prancis

Perjuangan hak asasi manusia di Prancis dirumuskan dalam suatu naskah pada awal

Revolusi Prancis. Perjuangan itu dilakukan untuk melawan kesewenang-wenangan

rezim lama. Naskah tersebut dikenal dengan DECLARATION DES DROITS DE

L’HOMME ET DU CITOYEN yaitu pernyataan mengenai hak-hak manusia dan

warga negara. Pernyataan yang dicetuskan pada tahun 1789 ini mencanangkan hak

atas kebebasan, kesamaan, dan persaudaraan atau kesetiakawanan (liberte, egalite,

fraternite

5. Hak Asasi Manusia oleh PBB

Setelah perang dunia kedua, mulai tahun 1946, disusunlah rancangan piagam hak-hak

asasi manusia oleh organisasi kerja sama untuk sosial ekonomi Perserikatan Bangsa-

Page 9: HAM dan Rule of LAW

Bangsa yang terdiri dari 18 anggota. PBB membentuk komisi hak asasi manusia

(commission of human right). Sidangnya dimulai pada bulan januari 1947 di bawah

pimpinan Ny. Eleanor Rossevelt. Baru 2 tahun kemudian, tanggal 10 Desember 1948

Sidang Umum PBB yang diselenggarakan di Istana Chaillot, Paris menerima baik

hasil kerja panitia tersebut. Karya itu berupa UNIVERSAL DECLARATION OF

HUMAN RIGHTS atau Pernyataan Sedunia tentang Hak – Hak Asasi Manusia, yang

terdiri dari 30 pasal. Dari 58 Negara yang terwakil dalam sidang umum tersebut, 48

negara menyatakan persetujuannya, 8 negara abstain, dan 2 negara lainnya absen.

Oleh karena itu, setiap tanggal 10 Desember diperingati sebagai hari Hak Asasi

Manusia.

Universal Declaration of Human Rights antara lain mencantumkan, Bahwa setiap

orang mempunyai Hak :

Ø  Hidup

Ø  Kemerdekaan dan keamanan badan

Ø  Diakui kepribadiannya

Ø  Memperoleh pengakuan yang sama dengan orang lain menurut hukum untuk

mendapat jaminan hokum dalam perkara pidana, seperti diperiksa di muka umum,

dianggap tidak bersalah kecuali ada bukti yang sah

Ø  Masuk dan keluar wilayah suatu Negara

Ø  Mendapatkan asylum

Ø  Mendapatkan suatu kebangsaan

Ø  Mendapatkan hak milik atas benda

Ø  Bebas mengutarakan pikiran dan perasaan

Ø  Bebas memeluk agama

Ø  Mengeluarkan pendapat

Ø  Berapat dan berkumpul

Ø  Mendapat jaminan sosial

Page 10: HAM dan Rule of LAW

Ø  Mendapatkan pekerjaan

Ø  Berdagang

Ø  Mendapatkan pendidikan

Ø  Turut serta dalam gerakan kebudayaan dalam masyarakat

Ø  Menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan keilmuan

Majelis umum memproklamirkan Pernyataan Sedunia tentang Hak Asasi Manusia itu

sebagai tolak ukur umum hasil usaha sebagai rakyat dan bangsa dan menyerukan

semua anggota dan semua bangsa agar memajukan dan menjamin pengakuan dan

pematuhan hak-hak dan kebebasan- kebebasan yang termasuk dalam pernyataan

tersebut. Meskipun bukan merupakan perjanjian, namun semua anggota PBB secara

moral berkewajiban menerapkannya.

6. Hak Asasi Manusia di Indonesia

Secara garis besar, Prof. Dr. Bagir Manan dalam bukunya Perkembangan

Pemikiran dan Pengaturan HAM di Indonesia (2001), membagi pemikiran HAM

dalam dua periode, yaitu periode sebelum kemerdekaan (1908-1956) dan periode

setelah kemerdekaan.

1. Periode sebelum kemerdekaan

Perkembangan pemikiran HAM dalam periode ini dapat dijumpai dalam organisasi

pergerakan sebagai berikut:

a. Budi Oetomo, pemikirannya, “hak kebebasan berserikat dan mengeluarkan pendapat”.

b. Perhimpunan Indonesia, pemikirannya, “hak untuk menentukan nasib sendiri (the

right of self determination).

c. Sarekat Islam, pemikirannya, “hak penghidupan yang layak dan bebas dari

penindasan dan diskriminasi rasial”.

d. Partai Komunis Indonesia, pemikirannya, “hak sosial dan berkaitan dengan alat-alat

produksi”.

e. Indische Party, pemikirannya, “hak untuk mendapatkan kemerdekaan dan perlakuan

yang sama”.

f. Partai Nasional Indonesia, pemikirannya, “hak untuk memperoleh kemerdekaan”.

g. Organisasi Pendidikan Nasional Indonesia, pemikirannya meliputi:

(1) Hak untuk menentukan nasib sendiri,

Page 11: HAM dan Rule of LAW

(2) Hak untuk mengeluarkan pendapat,

(3) Hak untuk berserikat dan berkumpul,

(4) Hak persamaan di muka hukum,

(5) Hak untuk turut dalam penyelenggaraan Negara

2. Periode sesudah kemerdekaan

a. Periode 1945-1950.

Pemikiran HAM pada periode ini menekankan pada hak-hak mengenai:

(1) Hak untuk merdeka (self determination),

(2) Hak kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik yang didirikan,

(3) Hak kebebasan untuk menyampaikan pendapat terutama di parlemen.

Sebagai implementasi pemikiran HAM di atas, pemerintah mengeluarkan Maklumat

Pemerintah tanggal 3 November 1945, tentang Partai Politik dengan tujuan untuk

mengatur segala aliran yang ada dalam masyarakat dan pemerintah beharap partai

tersebut telah terbentuk sebelum pemilu DPR pada bulan Januari 1946.

b. Periode 1950-1959

Pemikiran HAM dalam periode ini lebih menekankan pada semangat kebebasan

demokrasi liberal yang berintikan kebebasan individu. Implementasi pemikiran HAM

pada periode ini lebih memberi ruang hidup bagi tumbuhnya lembaga demokrasi

yang antara lain:

(1) Partai politik dengan beragam ideologinya

(2) Kebebasan pers yang bersifat liberal

(3) Pemilu dengan sistem multipartai

(4) Parlemen sebagai lembaga kontrol pemerintah

(5) Wacana pemikiran HAM yang kondusif karena pemerintah memberi kebebasan

c. Periode 1959-1966

Pada periode ini pemikiran HAM tidak mendapat ruang kebebasan dari pemerintah

atau dengan kata lain pemerintah melakukan pemasungan HAM, yaitu hak sipil,

seperti hak utnuk berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pikrian dengan tulisan.

Page 12: HAM dan Rule of LAW

Sikap pemerintah bersifat restriktif (pembatasan yang ketat oleh kekuasaan) terhadap

hak sipil dan hak politik warga negara. Salah satu penyebabnya adalah karena periode

ini sistem pemerintahan parlementer berubah menjadi sistem demokrasi terpimpin.

d. Periode 1966-1998

Dalam periode ini, pemikiran HAM dapat dilihat dalam tiga kurun waktu yang

berbeda. Kurun waktu yang pertama tahun 1967 (awal pemerintahan Presiden

Soeharto), berusaha melindungi kebebasan dasar manusia yang ditandai dengan

adanya hak uji materiil (judicial review) yang diberikan kepada Mahkamah Agung.

Kedua, kurun waktu tahun 1970-1980, pemerintah melakukan pemasungan HAM

dengan sikap defensif (bertahan), represif (kekerasan) yang dicerminkan dengan

produk hukum yang bersifat restriktif (membatasi) terhadap HAM. Alasan

pemerintah adalah bahwa HAM merupakan produk pemikiran Barat dan tidak sesuai

dnegan nilai-nilai luhur budaya bangsa yang tercermin dalam Pancasila.

Ketiga, kurun waktu tahun 1990-an, pemikiran HAM tidak lagi hanya bersifat

wacana saja melainkan sudah dibentuk lembaga penegakan HAM, seperti Komnas

HAM berdasarkan Keppres No. 50 Tahun 1993, tanggal 7 Juni 1993. Selain itu,

pemerintah memberikan kebebasan yang sangat besar menurut UUD 1945

amandemen, Piagam PBB, dan Piagam Mukadimah.

e. Periode 1998-sekarang

Pada periode ini, HAM mendapat perhatian yang resmi dari pemerintah dengan

melakukan amandemen UUD 1945 guna menjamin HAM dan menetapkan Undang-

Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia. Artinya, pemerintah

memberi perlindungan yang signifikan terhadap kebebasan HAM dalam semua

aspek, yaitu aspek hak politik, sosial, ekonomi, budaya, keamanan, hukum, dan

pemerintahan.

3. Pembagian Bidang, Jenis dan Macam Hak Asasi Manusia Dunia

Pembagian Bidang, Jenis dan Macam Hak Asasi Manusia Dunia :

1. Hak asasi pribadi (personal Right)

Page 13: HAM dan Rule of LAW

Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pndah tempat

Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat

Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan

Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan

kepercayaan yang diyakini masing-masing

2. Hak asasi politik (Political Right)

Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan

Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan

Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi politik

lainnya

Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi

3. Hak asasi hukum (Legal Equality Right)

Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan

Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / PNS

Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum

4. Hak asasi Ekonomi (Property Rigths)

Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli

Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak

Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll

Hak kebebasan untuk memiliki susuatu

Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak

5. Hak Asasi Peradilan (Procedural Rights)

Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan

Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan dan

penyelidikan di mata hukum.

6. Hak asasi sosial budaya (Social Culture Right)

Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan

Hak mendapatkan pengajaran

Page 14: HAM dan Rule of LAW

Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat

4. Lembaga Penegak HAM

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Hak Asasi Manusia adalah

seperangkat hak yang melekat pada manusia sebagai makhluk Tuhan YME dan

merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh

negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan

harkat dan martabat manusia. Oleh sebab itu, untuk menjaga agar setiap orang

menghormati orang lain, maka perlu adanya penegakan dan pendidikan HAM.

Penegakan HAM dilakukan terhadap setiap pelanggaran HAM. Pelanggaran

HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara

baik sengaja ataupun tidak disengaja, atau kelalaian yang secara melawan hukum

mengurangi, menghalangi, membatasi, atau mencabut hak asasi manusia seseorang

atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang.

Untuk mengatasi masalah penegakan HAM, maka dalam Bab VII Pasal 75 UU

tentang HAM, negara membentuk Komisi Hak Asasi Manusia atau KOMNAS

HAM, dan Bab IX Pasal 104 tentang Pengadilan HAM, serta peran serta masyarakat

seperti dikemukakan dalam Bab XIII pasal 100-103.

KOMNAS HAM

Komnas HAM adalah lembaga yang mandiri yang kedudukannya setingkat dengan

lembaga negara lainnya yang berfungsi melaksanakan pengkajian, penelitian,

penyuluhan, pemantauan, dan mediasi hak asasi manusia.

Tujuan Komnas HAM antara lain:

1. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia sesuai

dengan Pancasila, UUD 1945, dan Piagam PBB serta Deklarasi Universal Hak Asasi

Manusia.

2. Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna berkembangnya

pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuannya berpartisipasi dalam

berbagai bidang kehidupan.

Wewenang Komnas HAM:

1. Wewenang dalam bidang pengkajian penelitian

a. Pengkajian dan penelitian berbagai instrument internasional hak asasi manusia dengan

tujuan memberikan saran-saran mengenai kemungkinan aksesi dan atau ratifikasi.

Page 15: HAM dan Rule of LAW

b. Pengkajian dan penelitian berbagai peraturan perundang-undangan untuk memberikan

rekomendasi mengenai pembentukan, perubahan, dan pencabutan peraturan

perundang undangan yang berkaitan dengan hak asasi manusia.

c. Penerbitan hasil pengkajian dan penelitian.

d. Studi kepustakaan, studi lapangan, dan studi banding di negara lain mengenai hak

asasi manusia.

e. Pembahasan berbagai masalah yang berkaitan dengan perlindungan, penegakan dan

pemajuan hak asasi manusia;

f. Kerja sama pengkajian dan penelitian dengan organisasi, lembaga atau pihak lainnya,

baik tingkat nasional, regional, maupun internasional dalam bidang hak asasi

manusia.

2. Wewenang dalam bidang penyuluhan

a. Penyebarluasan wawasan mengenai hak asasi manusia kepada masyarakat Indonesia.

b. Upaya peningkatan kesadaran masyarakat tentang hak asasi manusia melalui lembaga

pendidikan formal dan nonformal serta berbagai kalangan lainnya.

c. Kerja sama dengan organisasi, lembaga, atau pihak lainnya, baik di tingkat nasional,

regional, maupun internasional dalam bidang hak asasi manusia.

3. Wewenang dalam pemantauan

a. Pengamatan pelaksanaan hak asasi manusia dan penyusunan laporan hasil

pengamatan tersebut.

b. Penyelidikan dan pemeriksaan terhadap peristiwa yang timbul dalam masyarakat yang

berdasarkan sifat atau lingkupnya patut diduga terdapat pelanggaran hak asasi

manusia; pemanggilan kepada pihak pengadu atau korban maupun pihak yang

diadukan untuk dimintai dan didengar keterangannya.

c. Pemanggilan saksi untuk diminta dan didengar kesaksiannya, dan kepada saksi

pengadu diminta menyerahkan bukti yang diperlukan.

d. Peninjauan di tempat kejadian dan tempat lainnya yang dianggap perlu.

e. Pemanggilan terhadap pihak terkait untuk memberikan keterangan secara tertulis atau

menyerahkan dokumen yang diperlukan sesuai dengan aslinya dengan persetujuan

ketua pengadilan.

f. Pemeriksaan setempat terhadap rumah, pekarangan, bangunan, dan tempat-tempat

lainnya yang diduduki atau dimiliki pihak tertentu dengan persetujuan ketua

pengadilan.

Page 16: HAM dan Rule of LAW

g. Pemberian pendapat berdasarkan persetujuan ketua pengadilan terhadap perkara

tertentu yang sedang dalam proses peradilan, bilamana dalam perkara tersebut

terdapat pelanggaran hak asasi manusia dalam masalah publik; dan acara

pemeriksaan oleh pengadilan yang kemudan pendapat Komnas HAM tersebut wajib

diberitahukan oleh hakim kepada para pihak.

4. Wewenang dalam bidang mediasi

a. Perdamaian kedua belah pihak.

b. Penyelesaian perkara melalui cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan

penilaian ahli.

c. Pemberian saran kepada para pihak untuk menyelesaikan sengketa melalui

pengadilan;

5. Pengertian Rule of Law

Secara historis, penegakan hukum atau rule of law merupakan suatu doktrin

dalam hukum yang mulai muncul pada abad ke-19, bersamaan dengan kelahiran

negara berdasar hukum (konsitusi) dan demokrasi. Kehadiran rule of law boleh

disebut sebagai reaksi dan koreksi terhadap negara absolute (kekuasaan di tangan

penguasa) yang telah berkembang sebelumnya.

Berdasarkan pengertiannya, Friedman (1959) membedakan rule of law menjadi

dua, yaitu pengertian secara formal (in the formal sense) dan pengertian secara

hakiki/materiil (ideological sense). Secara formal, rule of law diartikan sebagai

kekuasaan umum yang terorganisasi (organized public power), hal ini dapat diartikan

bahwa setiap negara mempunyai aparat penegak hukum. Sedangkan secara hakiki,

rule of law terkait dengan penegakan hokum yang menyangkut ukuran hukum yaitu

baik dan buruk (just and unjust law).

Ada tidaknya penegakan hukum, tidak cukup hanya ditentukan oleh adanya

hukum saja, akan tetapi lebih dari itu, ada tidaknya penegakan hokum ditentukan oleh

ada tidaknya keadilan yang dapat dinikmati setiap anggota masyarakat.

Rule of law tidak saja hanya memiliki sistem peradilan yang sempurna di atas

kertas belaka, akan tetapi ada tidaknya rule of law di dalam suatu negara ditentukan

oleh ”kenyataan”, apakah rakyatnya benar-benar dapat menikmati keadilan, dalam arti

perlakuan yang adil dan baik dari sesama warga negaranya, maupun dari

pemerintahannya, sehingga inti dari rule of law adalah adanya jaminan keadilan yang

dirasakan oleh masyarakat/bangsa. Rule of law merupakan suatu legalisme yang

Page 17: HAM dan Rule of LAW

mengandung gagasan bahwa keadilan dapat dilayani melalui pembuatan sistem

peraturan dan prosedur yang bersifat objektif, tidak memihak, tidak personal, dan

otonom.

6. Fungsi Rule of Law

Fungsi rule of law pada hakikatnya merupakan jaminan secara formal terhadap

”rasa keadilan” bagi rakyat indonesia dan juga ”keadilan sosial”, sehingga diatur pada

Pembukaan UUD 1945, bersifat tetap dan instruktif bagi penyelenggaraan negara.

Dengan demikian, inti dari Rule of Law adalah jaminan adanya keadilan bagi

masyarakat, terutama keadilan sosial. Prinsip-prinsip di atas merupakan dasar hukum

pengambilan kebijakan bagi penyelenggara negara/pemerintahan, baik di tingkat

pusat maupun daerah, yang berkaitan dengan jaminan atas rasa keadilan, terutama

keadilan sosial.

Penjabaran prinsip-prinsip rule of law secara formal termuat di dalam pasal-pasal

UUD 1945, yaitu:

1. Negara indonesia adalah negara hukum (Pasal 1 ayat 3).

2. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan

peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan (Pasal 24 ayat 1).

3. Segenap warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan

dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya

(Pasal 27 ayat 1).

4. Dalam Bab X A tentang Hak Asasi Manusia, memuat 10 pasal, antara lain bahwa

setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum

yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum (Pasal 28D ayat 1).

5. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil

dan layak dalam hubungan kerja (Pasal 28D ayat 2).

V. STUDI KASUS

a. Kasus

“Pembajakan Kapal Indonesia oleh Perompak Somalia”

Page 18: HAM dan Rule of LAW

Kasus pembajakan di lepas pantai oleh perompak Somalia yang dialami kapal

Sinar Kudus pada 16 Maret 2011 lalu, hingga saat ini masih nihil dari upaya

pembebasan. Keluarga ABK, salah satunya dari Kabupaten Kediri merasa cemas dan

berharap pemerintah segera turun tangan.

Salah satu ABK kapal Sinar Kudus adalah Mas Bukhin (37), warga Desa

Purwokerto, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri. Hingga saat ini PT Samudera

Indonesia sebagai pemilik kapal dianggap belum serius melakukan pembebasan,

sehingga 31 ABK yang 20 diantaranya Warga Negara Indonesia (WNI) merasa sangat

tertekan.

"Kontak terakhir ke saya Sabtu kemarin, itupun tak lebih dari 5 menit. Intinya dia

minta saya hubungi Kapolri agar membantu membebaskan, karena perusahaan

sepertinya sudah lepas tangan," ungkap Febi Susilo, keponakan Mas Bukhin saat

ditemui detiksurabaya.com di rumahnya, Kelurahan Burengan, Kecamatan Kota, Kota

Kediri, Kamis (31/3/2011).

Febi yang tercatat sebagai Anggota Sat Brimob Polda Jatim menambahkan,

meski kondisi ABK seluruhnya dipastikan aman, belum adanya upaya pembebasa

dianggap sebagai bentuk lepas tanggung jawab yang tak semestinya ditunjukkan.

"Makan, salat masih boleh. Bahkan telepon kalau tujuannya minta agar bisa segera

dibebaskan juga diizinkan. Tapi kan tetak gak nyaman," sambungnya.

Kapal Sinar Kudus dibajak oleh perompak Somalia pada 16 Maret 2011 di

perairan Laut Arab, saat melakukan perjalanan dari Pomala, Sulawesi Selatan ke

Roterdam, Belanda. Kapal bermuatan biji nikel tersebut berangkat pada tanggal 28

Februari 2011 dan seharusnya sampai 34 hari kemudian.

"Pembajaknya minta tebusan dua setengah juga dollar Amerika. Kalau

dirupiahkan sekitar dua puluh tiga miliar," tandas Febi.

Menyikapi permintaan pamannya, Febi mengaku hanya bisa melaporkannya via

kotak aduan online Mabes Polri, dan sejauh ini belum mendapatkan tanggapan.

PT.Samudera Indonesia sejauh ini dianggap belum melakukan tindakan apapun,

meski keberadaannya di Jakarta.

"Saya di Kediri lapor ke Polres kan jelas salah alamat, jadi saya lapornya via

email ke Mabes (Polri). Nah perusahaan yang seharusnya lapor langsung, sejauh ini

sepertinya gak ada tindakan," tegas Febi.

Page 19: HAM dan Rule of LAW

Sementara Yunita (35), istri dari Mas Bukhin juga menyampaikan permintaan

yang sama. Ibu dari Maya Atria dan Satria Luhuring Pambudi tersebut sementara

hanya bisa berdoa, suaminya secepatnya bisa dibebaskan.

"Mungkin ini yang terakhir kerja sampai ke Eropa. Nanti kalau layar lagi, cukup

yang dalam negeri saja," ungkap Yunita dengan mata berkaca-kaca.

Terkait pembajakan yang dialami suaminya, Yunita mengaku sebenarnya sudah

memiliki firasat. Namun karena bekerja di pelayaran sudah dijalani suaminya sejak

tahun 1996 silam, dia tak menjadikan apa yang dirasakannya sebagai alasan melarang

keberangkatan.

"Pas berangkat dia telepon kakaknya, minta agar menjaga saya dan anak-anak.

Dia juga berangkat sambil dada-dada, padahal sebelumnya gak pernah seperti itu,"

pungkas Yunita sedih.

b. Pendapat

Dalam Bab X A tentang Hak Asasi Manusia, memuat 10 pasal, antara lain bahwa

setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum

yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum (Pasal 28D ayat 1).

Itu artinya para sandra yang merupakan warga negara Indonesia berhak mendapatkan

jaminan dan perlindungan dari pemerintah. Pemerintah harus menyelamatkan mereka

walaupun pada akhirnya negara harus mengeluarkan uang tebusan untuk

membebaskan mereka. Keselamatan manusia dalam hal ini mereka adalah WNI harus

diprioritaskan daripada kepentingan negara lainnya, misalnya dana untuk merenovasi

gedung DPR.

VI. KESIMPULAN

Page 20: HAM dan Rule of LAW

1. HAM merupakan hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati dan

fundamental sebagai suatu anugerah Tuhan yang harus dihormati, dijaga, dan

dilindungi oleh setiap individu, masyarakat, atau negara.

2. HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak

awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun.

3. Negara hukum adalah Negara yang berdasar atas hukum (Rechtsstaat), tidak berdasar

atas kekuasaan belaka (Machtsstaat) dan Pemerintahannya berdasar atas sistem

konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas).

4. Negara hukum dengan penegakan HAM ibarat dua sisi mata uang dengan sisi yang

berbeda. Negara Hukum dan HAM tidak bisa dipisahkan.

5. Indonesia sebagai Negara Hukum telah menetapkan pengertian HAM yang

sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 Undang-undang nomor 39/1999 yaitu Hak asasi

manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia

sebagai makhluk Tuhan YANG MAHA ESA dan merupakan anugerah-Nya yang

wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan

setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

6. HAM di Indonesia untuk mewujudkan penghormatan dan penegak HAM yang kuat

ketika bangsa ini memperjuangkan hak asasinya, yaitu: “kemerdekaan”, yang telah

berabad-abad dirampas oleh penjajah. Oleh karena itu, tidak mengherankan setelah

berhasil mencapai kemerdekaan, para pendiri negeri ini mencantumkan prinsip-

prinsip HAM dalam Konstitusi RI (Undang-undang Dasar 1945 dan Pembukaannya)

sebagai pedoman dan cita-cita yang harus dilaksanakan dan dicapai.

7. Ada tidaknya rule of law di dalam suatu negara ditentukan oleh ”kenyataan”, apakah

rakyatnya benar-benar dapat menikmati keadilan, dalam arti : perlakuan yang adil dan

baik dari sesama warga negaranya, maupun dari pemerintahannya, sehingga inti dari

rule of law adalah adanya jaminan keadilan yang dirasakan oleh masyarakat/bangsa.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Page 21: HAM dan Rule of LAW

[1] http://surabaya.detik.com/read/2011/03/31/123506/1605582/475/keluarga-abk-asal-

kediri-berharap-pemerintah-turun-tangan

[2] Asshiddiqie, Jimly. Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia. Edisi Revisi. Jakarta: Konstitusi Press, 2005

[3] Asshiddiqie, Jimly. Demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Jakarta: Mahkamah Konstitusi, 2005

[4] Zakaria, Nooraihan. Konsep Hak Asasi Manusia. Jakarta: DBP, 2005

[5] Lubis, Todung Mulya. Jalan Panjang Hak Asasi Manusia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005

[6] Ismail, Basuki. Negara Hukum Demokrasi. Jakarta: Rimihyo, 1993

[7] http://www.docstoc.com/docs/7835067/MAKALAH-PKn-HAM

[8] http://organisasi.org/

[9] http://id.shvoong.com/

[10]http://id.wikipedia.org/wiki/Hak_asasi_manusia