halo

7
Alternatif Langkah Belajar Filsafat Seiring dengan pesatnya perkembangan filsafat, semakin banyak metode yang ditemukan untuk belajar filsafat melalui berbagai pendekatan. Umumnya, para filsuf memecahkan masalah filsafat dan mengkaji aliran filsafat tertentu melalui analisis berdasarkan pengenalan obyeknya dalam kenyataan. Menurut Komaruddin (2001:53), analisis adalah kegiatan berfikir untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen sehingga dapat mengenal tanda-tanda komponen, hubungannya satu sama lain, dan fungsi masing-masing dalam satu keseluruhan yang terpadu. Sedangkan, menurut Katsoff (2004), analisis merupakan pengumpulan semua pengetahuan yang dapat dikumpulkan oleh manusia untuk menyusun suatu pandangan tentang dunia. Analisis bertujuan untuk memperoleh makna baru dan menguji istilah-istilah melalui penggunaannya. Setelah melakukan analisis istilah, filsuf pun kemudian berusaha untuk memadukan hasil-hasil penyelidikanya melalui aktivitas sintesis. Katsoff (2004) mendefinisikan sintesis sebagai aktivitas menemukan benang merah antarbagian yang dipilah berdasarkan kategori tertentu untuk kemudian menemukan kesamaan makna yang komprehensif di antara bagian-bagian tersebut. Penggunaan analisis dan sintesis dalam filsafat ini disebut metode analisis-sintesis. Secara ringkas, Kattsoff (2004:34-38) menjabarkan tujuh langkah metode analisis-sintesis, yakni: 1. Memastikan adanya masalah yang diragukan kesempurnaan atau kelengkapannya

Upload: alisha-soebroto

Post on 23-Dec-2015

7 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

yoma

TRANSCRIPT

Page 1: halo

Alternatif Langkah Belajar Filsafat

Seiring dengan pesatnya perkembangan filsafat, semakin banyak metode yang

ditemukan untuk belajar filsafat melalui berbagai pendekatan. Umumnya, para filsuf

memecahkan masalah filsafat dan mengkaji aliran filsafat tertentu melalui analisis

berdasarkan pengenalan obyeknya dalam kenyataan. Menurut Komaruddin (2001:53),

analisis adalah kegiatan berfikir untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen

sehingga dapat mengenal tanda-tanda komponen, hubungannya satu sama lain, dan fungsi

masing-masing dalam satu keseluruhan yang terpadu. Sedangkan, menurut Katsoff (2004),

analisis merupakan pengumpulan semua pengetahuan yang dapat dikumpulkan oleh manusia

untuk menyusun suatu pandangan tentang dunia. Analisis bertujuan untuk memperoleh

makna baru dan menguji istilah-istilah melalui penggunaannya. Setelah melakukan analisis

istilah, filsuf pun kemudian berusaha untuk memadukan hasil-hasil penyelidikanya melalui

aktivitas sintesis. Katsoff (2004) mendefinisikan sintesis sebagai aktivitas menemukan

benang merah antarbagian yang dipilah berdasarkan kategori tertentu untuk kemudian

menemukan kesamaan makna yang komprehensif di antara bagian-bagian tersebut.

Penggunaan analisis dan sintesis dalam filsafat ini disebut metode analisis-sintesis.

Secara ringkas, Kattsoff (2004:34-38) menjabarkan tujuh langkah metode analisis-

sintesis, yakni:

1. Memastikan adanya masalah yang diragukan kesempurnaan atau kelengkapannya

2. Masalah umumnya terpecahkan dengan mengikuti dua langkah, yakni menguji

prinsip-prinsip kesahihannya dan menentukan sesuatu yang tak dapat diragukan

kebenarannya (untuk menyimpulkan kebenaran yang lain)

3. Meragukan dan menguji secara rasional segala hal yang ada sangkut pautnya dengan

kebenaran.

4. Mengenali apa yang dikatakan orang lain mengenai masalah yang bersangkutan dan

menguji penyelesaian-penyelesaian mereka

5. Menyarankan suatu hipotesis yang kiranya memberikan jawaban atas masalah yang

diajukan

6. Menguji konsekuensi-konsekuensi dengan melakukan verifikasi terhadap hasil-hasil

penjabaran yang telah dilakukan.

7. Menarik simpulan mengenai masalah yang mengawali penyelidikan.

Page 2: halo

Adapula tiga metode lain, yakni metode kritis, historis, dan sistemis. Metode kritis

digunakan oleh mereka yang ingin mempelajari filsafat tingkat intensil dimana selama proses

berlangsung, terjadi proses mempertemukan ide-ide, interplay antaride, dan penjernihan

keyakinan orang yang ditujukan untuk kalangan umum. Metode historis merupakan suatu

metode untuk mengkaji filsafat yang berdasarkan pada suatu prinsip atau pegangan. Teknik

ini sering digunakan untuk memperkaya wawasan peserta tentang bagaimana dan mengapa

suatu kejadian di masa lalu dapat terjadi, dan bagaimana keadaan kejadian tersebut saat ini

dengan harapan pemahaman orang tersebut tentang kejadian saat ini meningkat dan

pemerolehan dasar dilakukan secara rasional demi terwujudnya masa depan yang lebih baik.

Teknik ini memiliki banyak tantangan karena historis mencakup hubungan antara manusia,

peristiwa, waktu, dan tempat secara kronologis dan tidak terpotong-potong. Sedangkan,

metode sistematis ialah cara mempelajari filsafat mengenai materi atau masalah-masalah

yang dibacakannya. Sistematis dalam hal ini berarti adanya susunan dan urutan/hierarki.

Kenyataannya, di dunia ini terdapat banyak jenis metode belajar filsafat lantaran setiap

filosof memiliki metode yang berbeda-beda sesuai dengan paham filsafat yang mereka anut.

Jadi, tidak heran apabila saat ini kita mengenal adanya metode analisa Socrates, metode

sintesis Plato, metode empiris Locke dan David Hume, metode kritis Kant, dan metode

dialektis dari Hegel.

Pada umumnya, metode belajar filsafat tidak hanya dapat digunakan untuk belajar

filsafat, tetapi juga dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran ilmu pengetahuan yang lain.

Selain sifat filsafat, kritis, radikal, dan sistematis, cara filsuf menemukan pengetahuan juga

dimanfaatkan oleh para ilmuwan untuk menemukan pengetahuan. Yang membedakan antara

filsuf dan ilmuwan ialah bahwa ilmuwan membutuhkan cara berpikir tersebut ditambah

dengan bukti empirik untuk menghasilkan solusi permasalahan yang paling tepat. Dalam

kehidupan sehari-hari, filsafat juga sebenarnya digunakan oleh manusia untuk menyelesaikan

masalah yang dihadapinya. Akhirnya, dapat disimpulkan bahwa manfaat berpikir filosofis,

mencakup berpikir mendalam, menyeluruh, analitis, sistematis, kritis, dan logis, dapat kita

rasakan pada segala aspek dalam kehidupan kita. Berpikir filosofis membuat kita dapat terus

menerus menambah pengetahuan kita, serta menyadari keterbatasan pengetahuan kita

sehingga kita menjadi orang yang rendah hati, terbuka, dan siap untuk memperbaiki

pengetahuan yang kita miliki.

LOGIKA

Page 3: halo

Istilah logika sudah dipakai sejak abad 1 M oleh Cicero yang menggunakan kata logika

yang berarti ‘seni berdebat’. Sebelumnya, pada masa Aristoteles, logika masih disebut

‘analitica’ yang secara khusus meneliti berbagai argumentasi yang berasal dari kalimat

pernyataan yang benar, serta ‘dialektika’ yang secara spesifik meneliti argumentasi yang

berasal dari kalimat pernyataan yang sebenarnya masih diragukan kebenarnanya. Inti dari

logika Aristoteles saat itu ialah silogisme. Zaman dahulu, hanya Aristoteles-lah yang dapat

menjelaskan bagaimana pikiran manusia bekerja dan cara memperoleh pengetahuan yang

benar secara sistematis dan komprehensif selain filsuf Yunani Kuno lainnya, seperti

Parmenides, Zeno, dan Phytagoras.

Dari segi filsafat, logika dapat diartikan sebagai cabang dari filsafat yang mengkaji

prinsip, hukum, dan metode berpikir yang benar, tepat, dan lurus. Selain menjadi cabang

filsafat, logika juga terkategorikan sebagai matematika murni karena pada dasarnya

matematika adalah logika yang tersistematisasi. Dari segi matematika, logika diartikan

sebagai cabang yang mengkaji seluk-beluk perumusan pernyataan atau persamaan yang

benar. Maka, dapat dikatakan bahwa logika merupakan dasar filosofis dari matematika

karena asas epistemologis matematika berasal dari filsafat. Logika juga berhubungan erat

dengan pemahaman manusia dalam kesehariannya karena sama-sama menggunakan bahasa

sebagai medianya.

Terdapat dua pengertian lain dari logika, yakni logika sebagai kajian tentang kebenaran

khusus dan logika sebagai kajian ciri-ciri atau bentuk umum dari putusan. Sebagai kajian

tentang kebenaran khusus, logika merupakan ilmu yang bertujuan untuk menjelaskan suatu

kebenaran atau fakta tertentu. Kebenaran yang masuk akal dalam hal ini merupakan satu

kebenaran yang dapat dipahami sebagai asumsi dasar atau postulat atau prinsip yang

mencukupi diri kita sendiri. Kebenarannya pun terjamin sejauh makna dari konstanta

logisnya tetap, terlepas dari apa makna bagian lain yang menyertainya.

Menurut The Liang Gie (1980) dalam Adib (2010: 102-104), logika memiliki pengertian

luas dan pengertian sempit. Dalam arti luas, pemakaian istilah logika mencakup kesimpulan

dari berbagai data dan tentang bagaimana suatu sistem yang jelas disusun dalam ilmu alam

yang juga membahas mengenai logika itu sendiri. Sedangkan dalam artian sempit, logika

dianggap sama artinya dengan logika deduktif atau logika formal. Lebih jauh lagi, The Liang

Gie (1980) juga mengklasifikasikan logika menjadi 4 tipe, yakni logika deduktif dan induktif,

logika formal dan material, logika murni dan terapan, serta logika filsafati dan matematik.

Yang pertama, logika deduktif merupakan logika yang mempelajari asas penalaran deduktif

yang menyimpulkan sesuatu sebagai kemestian dari pangkal pikiran, sedangkan logika

Page 4: halo

induktif mempelajari asas penalaran yang benar dari sejumlah data pada kesimpulan umum

yang mungkin terjadi. Selanjutnya, logika formal merupakan logika minor yang mempelajari

asas dan hukum berpikir yang harus ditaati agar orang dapat mencapai kebenaran, sedangkan

logika material atau mayor mempelajari tentang cara kerja akal serta menilai hasil logika

formal dan mengujinya dengan kenyataan yang sesungguhnya, mempelajari lebih dalam

megenai pengetahuan tersebut, sampai akhirnya metode ilmu pengetahuan yang tepat

terumuskan.

Ketiga, logika murni ialah pengetahuan tentang asas dan aturan logika yang berlaku

umum dalam berbagai bidang tanpa mempersoalkan arti khusus dari istilah pernyataan yang

dimaksud, sedangkan logika terapan ialah pengetahuan logika yang diterapkan pada setiap

cabang ilmu dan juga percakapan sehari-hari. Kemudian, logika filsafati merupakan logika

yang berhubungan erat dengan bidang filsafat, sedangkan logika matematik lebih mengarah

kepada penggunaan metode matematik serta bentuk lambang yang khusus untuk menghindari

kemungkinan ambigu.

Penggolongan logika tidak berhenti sampai disitu. Adib (2010: 148) menambahkan

bahwa ada pula yang dinamakan dengan logika alamiah dan logika ilmiah. Logika alamiah

menggunakan cara kerja akal budi manusia sebelum dipengaruhi kecenderungan yang

subjektif, sedangkan logika ilmiah ada sejak lahir dan menjadi ilmu khusus yang

merumuskan asas yang harus ditepati. Mundiri (2011: 15-16) juga menerangkan bahwa

logika terdiri atas logika naturalis dan artifisialis, logika tradisional dan modern, serta logika

formal dan material.

Dalam kajian ini, dapat disimpulkan bahwa logika merupakan alat yang penting dan

sangat kita butuhkan dalam mengkaji berbagai macam ilmu pengetahuan, unsur-unsur

putusan, dan susunannya demi memperoleh pola atau bentuk umum dari proses pembuatan

putusan serta menyelesaikan persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Logika dapat dipahami

sebagai asas pengaturan alam

Referensi

1. Tafsir A. Filsafat Ilmu. Bandung: PT Remaja BosdaKarya; 2004.

2. Mastury M. Epistemologi suatu Pengantar Filsafat Pengetahuan. Yogyakarta: Fak.

Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga; 1978.

3. Barnadib I. Filsafat Pendidikan Pengantar mengenai Sistem dan Metode. Yogyakarta: Andi

Offset; 1990.

Page 5: halo

4. Adib M. Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2010.

5. Mundiri. Logika. Jakarta: RajaGrafindo Persada; 2011.