hak

12
HAK & KEWAJIBAN RSUD CIBABAT DASAR HUKUM Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan; Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran; Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit; Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 Tahun 2008 Tentang Rekam Medis; World Medical Association Declaration of Lisbon 2005 Tentang The Rights of The Patient. HAK PASIEN Dalam World Medical Association Declaration of Lisbon tahun 2005 tentang The Rights of the Patient disebutkan beberapa hak pasien di antaranya hak memilih dokter, hak dirawat dokter yang bebas, hak menerima atau menolak pengobatan setelah menerima informasi, hak atas kerahasiaan, hak mati secara bermartabat, hak atas dukungan moral atau spiritual. Dalam UU Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan Pasal 53 disebutkan beberapa hak pasien yaitu hak atas Informasi, hak atas opini kedua (second opinion), hak atas kerahasiaan, hak atas persetujuan tindakan medis, hak atas masalah spiritual, dan hak atas ganti rugi. Dalam UU Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran Pasal 52 diatur hak-hak pasien yang meliputi: Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 Ayat 3; Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain; Mendapat pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis; Menolak tindakan medis; Mendapatkan isi rekam medis. Dalam UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit Pasal 4-8 disebutkan setiap orang berhak atas kesehatan, akses atas sumber daya, pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau; menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan, lingkungan yang sehat, info dan edukasi kesehatan yang seimbang dan bertanggungjawab, serta informasi tentang data kesehatan dirinya. Sedangkan hak sebagai pasien meliputi: Hak menerima atau menolak sebagian atau seluruh pertolongan kecuali tidak dalam keadaan sadar, penyakit menular berat, atau gangguan jiwa berat; Hak atas rahasia pribadi kecuali perintah dalam UU, perintah pengadilan, ijin yang bersangkutan, kepentingan yang bersangkutan, dan kepentingan masyarakat); Hak tuntut ganti rugi sebagai akibat salah atau kelalaian kecuali tindakan penyelamatan nyawa atau cegah cacat. Dalam UU Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit Pasal 32 disebutkan setiap pasien mempunyai hak meliputi:

Upload: lutfi

Post on 15-Jan-2016

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hak dan kewajiban pasien

TRANSCRIPT

Page 1: Hak

HAK & KEWAJIBAN

RSUD CIBABAT

DASAR HUKUM

Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan; Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran; Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit; Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 Tahun 2008 Tentang Rekam Medis; World Medical Association Declaration of Lisbon 2005 Tentang The Rights of The Patient.

HAK PASIEN

Dalam World Medical Association Declaration of Lisbon tahun 2005 tentang The Rights of the Patient disebutkan beberapa hak pasien di antaranya hak memilih dokter, hak dirawat dokter yang bebas, hak menerima atau menolak pengobatan setelah menerima informasi, hak atas kerahasiaan, hak mati secara bermartabat, hak atas dukungan moral atau spiritual.

Dalam UU Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan Pasal 53 disebutkan beberapa hak pasien yaitu hak atas Informasi, hak atas opini kedua (second opinion), hak atas kerahasiaan, hak atas persetujuan tindakan medis, hak atas masalah spiritual, dan hak atas ganti rugi.

Dalam UU Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran Pasal 52 diatur hak-hak pasien yang meliputi:

Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 Ayat 3;

Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain; Mendapat pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis; Menolak tindakan medis; Mendapatkan isi rekam medis.

Dalam UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit Pasal 4-8 disebutkan setiap orang berhak atas kesehatan, akses atas sumber daya, pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau; menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan, lingkungan yang sehat, info dan edukasi kesehatan yang seimbang dan bertanggungjawab, serta informasi tentang data kesehatan dirinya. Sedangkan hak sebagai pasien meliputi:

Hak menerima atau menolak sebagian atau seluruh pertolongan kecuali tidak dalam keadaan sadar, penyakit menular berat, atau gangguan jiwa berat;

Hak atas rahasia pribadi kecuali perintah dalam UU, perintah pengadilan, ijin yang bersangkutan, kepentingan yang bersangkutan, dan kepentingan masyarakat);

Hak tuntut ganti rugi sebagai akibat salah atau kelalaian kecuali tindakan penyelamatan nyawa atau cegah cacat.

Dalam UU Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit Pasal 32 disebutkan setiap pasien mempunyai hak meliputi:

Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit; Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien; Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi; Memperoleh pelayanan kesehatan bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional; Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi; Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan; Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di rumah sakit; Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain (second opinion) yang memiliki Surat

Ijin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar rumah sakit; Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya; Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap

penyakit yang dideritanya;

Page 2: Hak

Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan;

Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya;

Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit; Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya; Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya; Menggugat dan atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit itu diduga memberikan pelayanan yang

tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana; Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui media cetak dan

elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

Dalam Permenkes Nomor 269 Tahun 2009 Pasal 12 disebutkan hak pasien terkait informasi rekam medis meliputi:

Berkas rekam medis milik sarana pelayanan kesehatan; Isi rekam medis merupakan milik pasien; Isi rekam medis sebagaimana dimaksud pada Ayat 2 dalam bentuk ringkasan rekam medis; Ringkasan rekam medis sebagaimana dimaksud pada Ayat 3 dapat diberikan, dicatat, atau disalin oleh pasien

atau orang yang diberi kuasa atau atas persetujuan tertulis pasien atau keluarga pasien yang berhak untuk itu.

KEWAJIBAN PASIEN

Dalam UU Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran Pasal 53 diatur kewajiban sebagai pasien yaitu:

Pasien memberi informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya kepada dokter yang merawatnya;

Pasien mematuhi nasihat dan petunjuk dokter dan dokter gigi; Pasien mematuhi ketentuan yang berlaku di tempat pelayanan kesehatan baik di Rumah Sakit, Puskesmas, atau

tempat pelayanan kesehatan lainnya; Pasien memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau perjanjian yang telah dibuatnya; Pasien memberi imbalan jasa atas pelayanan kesehatan yang diterimanya.

HAK TENAGA MEDIS

Dalam UU Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran Pasal 50 diatur hak tenaga medis sebagai berikut:

Memperoleh perlindungan hukum sepanjang sesuai Standar Profesi (SP) dan Standar Operasional Prosedur (SOP);

Memberikan layanan medis menurut Standar Profesi dan Standar Operasional Prosedur; Memperoleh informasi yang jujur dan lengkap dari pasien atau keluarga pasien yang bersangkutan; Menerima imbalan jasa atas pelayanan kesehatan yang diberikannya.

Adanya perlindungan hukum bagi dokter ini mengingat bahwa pekerjaan dokter dianggap sah sepanjang memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku. Dan dalam bekerja seorang dokter harus bebas dari intervensi pihak lain, dan bebas dari kekerasan. Jika pun terdapat dugaan "malpraktik" harus melalui proses pembuktian hukum terlebih dahulu, termasuk di antaranya tentu saja seorang dokter bebas memperoleh pembelaan hukum.

KEWAJIBAN TENAGA MEDIS

Dalam UU Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran Pasal 52 diatur kewajiban sebagai tenaga medis yaitu:

Memberi pelayanan medis sesuai Standar Profesi (SP) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) serta kebutuhan medis pasien;

Merujuk pasien bila tidak mampu; Menjamin kerahasiaan pasien;

Page 3: Hak

Memberikan pertolongan darurat atas dasar peri kemanusiaan, kecuali bila yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu;

Menambah dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran.

KEWAJIBAN RUMAH SAKIT

Dalam UU Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit diatur kewajiban Rumah Sakit sebagai berikut:

Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit kepada masyarakat; Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, tidak diskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan

kepentingan pasien sesuai dengan Standar Pelayanan Rumah Sakit; Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan pelayanannya; Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana, sesuai dengan kemampuan

pelayanannya; Melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas pelayanan pasien tidak mampu atau

miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan;

Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau miskin; Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit sebagai acuan

dalam melayani pasien; Menyelenggarakan rekam medis; Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara lain sarana ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana

untuk orang cacat, wanita menyusui, anak-anak, lanjut usia; Melaksanakan sistem rujukan; Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika serta peraturan perundang-

undangan; Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan kewajiban pasien; Menghormati dan melindungi hak-hak pasien; Melaksanakan etika Rumah Sakit; Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana; Melaksanakan program Pemerintah di bidang kesehatan baik secara regional maupun nasional; Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau kedokteran gigi dan tenaga kesehatan

lainnya; Menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (Hospital by Laws); Melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas Rumah Sakit dalam melaksanakan tugas; Memberlakukan seluruh lingkungan Rumah Sakit sebagai kawasan tanpa rokok.

Page 4: Hak

Contoh Format Informed Consent

SURAT PERSETUJUAN/PENOLAKAN MEDIS KHUSUS

 Saya yang bertanda tangan di bawah ini :  

Nama :

Jenis Kelamin(L/P) :

Umur/Tgl Lahir :

Alamat :

Telp :

Menyatakan dengan sesungguhnya dari saya sendiri/*sebagai orang tua/*suami/*istri/*anak/*wali dari:  

Nama :

Jenis Kelamin(L/P) :

Umur/Tgl Lahir :

Alamat :

Telp :

Dengan ini menyatakan SETUJU/MENOLAK untuk dilakukan Tindakan Medis

 berupa…………………………………………………………………………….

 Dari penjelasan yang diberikan, telah saya mengerti segala hal yang berhubungan dengan  penyakit tersebut, serta tindakan medis yang akan dilakukan dan kemungkinana pasca tindakan yang dapat terjadi sesuai penjelasan yang diberikan. Padang

,…………………

..

….20

14 Bidan/Pelaksana, Yang membuat pernyataan, Ttd Ttd

(……………………)

 

(…………………………..)

 *Coret yang tidak perlu

Page 5: Hak

Informed Consent / Persetujuan Tindakan Medis

Standar akreditasi RS 2012 HPK.6 / JCI PFR.6 mensyaratkan agar rumah sakit melakukan Informed Consent sebelum melakukan tindakan dan atau prosedur tertentu. Informed Consent sangat penting untuk dipahami, karena menyangkut hak pasien yang paling asasi. Juga aspek legal yang terkait dengannya. Tanpa Informed Consent, pihak rumah sakit atau dokter tidak boleh melakukan suatu tindakan atau prosedur kepada pasien.

Informed Consent terdiri dari kata informed yang berarti telah mendapatkan informasi dan consent berarti persetujuan (ijin). Yang dimaksud dengan Informed Consent dalam profesi kedokteran adalah pernyataan setuju (consent) atau ijin dari seseorang (pasien) yang diberikan secara bebas, rasional, tanpa paksaan terhadap tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadapnya sesudah mendapatkan informasi yang cukup tentang tindakan kedokteran yang dimaksud.

Namun pentingnya Informed Consent tidak sejalan dengan praktek yang terjadi. Dalam berbagai kasus, Informed Consent tidak dilakukan, tidak lengkap, atau bahkan salah. Akibatnya, rumah sakit atau dokter kadang dihadapkan pada konsekuensi legal yang tidak perlu seandainya Informed Consent dilakukan dengan benar. Kasus yang sering terjadi adalah pasien merasa tidak pernah mendapat penjelasan apapun dari dokter, tetapi sudah diminta tanda tangan berkas persetujuan operasi. Sering juga dijumpai Informed Consent dilakukan hanya untuk tindakan operasi, sementara untuk prosedur anestesinya tidak dilakukan. Hal ini tentu tidak dapat dibenarkan. Tulisan ini bermaksud menjelaskan bagaimana standar Informed Consent yang baik.

Kapan Informed Consent Perlu Dibuat?

Informed Consent harus dibuat pada kondisi-kondisi berikut ini:

Seluruh prosedur anestesi (kecuali anestesi local). Seluruh tindakan / prosedur dimana anestesi digunakan (kecuali anestesi local). Seluruh operasi / tindakan besar atau kecil yang memasukkan sesuatu ke dalam tubuh, baik

melalui insisi atau bagian tubuh yang sudah terbuka. Prosedur non bedah yang memberikan risiko atau merubah bagian tubuh pasien.

Informasi Apa yang Harus Disampaikan Kepada Pasien Sebelum Permintaan Informed Consent?

Kondisi pasien Usulan penatalaksanaan Nama dokter yang akan memberikan penatalaksanaan Potensi manfaat dan kekurangan Alternatif penatalaksanaan lain yang mungkin Peluang keberhasilan Kemungkinan permasalahan sehubungan dengan proses penyembuhan Kemungkinan yang terjadi jika tidak dilakukan penatalaksanaan

Sampai di tahap ini, ada perbedaan pendapat perihal seberapa detail informasi yang harus diberikan kepada pasien:

Pendapat pertama:Informasi harus diberikan sedetail mungkin kepada pasien dalam bentuk tertulis, sehingga pasien dapat membaca dengan jelas. Jadi, setiap satu jenis operasi / tindakan dibuatkan informasi tertulis yang detail.

Page 6: Hak

Keuntungan: pasien mendapat penjelasan tertulis dan detail, ada bukti tertulis bahwa pasien sudah diberi informasi.

Kerugian: Terlalu banyak kemungkinan yang terjadi selama operasi / tindakan yang akhirnya tidak seluruh kemungkinan dapat dijelaskan dalam bentuk tertulis, sehingga tetap terbuka peluang ada informasi tertentu yang belum disampaikan kepada pasien.

Pendapat kedua: Informasi cukup diberikan secara lisan, dan pasien kemudian diminta menandatangani pernyataan bahwa sudah diberi informasi yang diperlukan perihal operasi / tindakan yang akan dilakukan.

Keuntungan: lebih praktis, tidak perlu membuat informasi tertulis yang banyak. Kerugian: Tidak ada bukti tertulis informasi apa saja yang sudah diberikan; informasi yang

diberikan tidak terstruktur dan lebih banyak kemungkinan tidak lengkapnya.

Mana yang harus dipilih? Untuk alasan efektifitas, saya memilih pendapat kedua. Karena pendapat pertama pun tetap memiliki kelemahan berupa peluang ketidaklengkapan pemberian informasi. Namun demikian, untuk menutupi kelemahan pendapat kedua, pasien perlu diberi kesempatan seluas-luasnya untuk bertanya perihal rencana tindakan / prosedur / operasi yang akan dilakukan. Juga perlu ditambahkan kalimat “….sudah diberi kesempatan bertanya perihal tindakan / prosedur / operasi yang akan dilakukan….” pada surat pernyataan yang akan ditandatangani pasien. Hal ini untuk memberi kesempatan pada pasien bertanya sebanyak-banyaknya agar menjadi jelas. Juga untuk menutup peluang tuntutan pasien akibat adanya informasi yang belum diberikan.

Nah, jika pasien sudah diberi penjelasan, sudah diberi kesempatan bertanya, merasa puas atas penjelasan yang diberikan, dan tidak ingin bertanya lagi, barulah dimintakan tanda tangan formulir Informed Consent. Dokter yang akan melakukan tindakan / prosedur / operasi harus menandatangani, selanjutnya pasien, dan juga saksi-saksi dari pihak rumah sakit dan pasien. Semua isian harus diisi lengkap, termasuk tanggal, jam, dan nama jelas.

Page 7: Hak

SOP INFORMED CONSENT

PengertianSuatu persetujuan dari pasien/keluarga mengenai tindakan medis/ perawatan selama dirawat di RS

TujuanSebagai pedoman persetujuan dari pasien atau keluarga terhadap tindakan yang dilakukan

Kebijakan

Dilakukan kepada setiap pasien yang akan dilakukan tindakan HD

ProsedurA. Setelah pasien diindikasikan tindakan HD oleh dokter, pasien atau keluarga dijelaskan mengenai: Pengertian tindakan HD Tujuan HD Indikasi HD Komplikasi HD Prosedur tindakan HDB. Penjelasan diberikan oleh dokter yang merawat pasien tersebut atau perawat yang sudah mendapatkan limpahan dari dokter yang merawatC. Yang berhak menandatangani persetujuan tindakan adalah: Pasien itu sendiri dengan usia > 18 tahun dan dalam kondisi sadar penuh Pasangan hidup pasien (istri atau suami) Orang tua / wali Bagi pasien usia < 18 tahun, wali atau orang tua atau keluarga terdekat (penanggung jawab)D. Setelah pasien dan keluarga paham tentang tindakan HD yang akan dilakukan, kemudian menandatangani surat persetujuan yang telah tersedia dengan disertai saksi sesuai dengan format surat pernyataan

Unit Terkait– Ruang HD– Rawat Inap– Rawat Jalan– I G D

Page 8: Hak
Page 9: Hak
Page 10: Hak