hak hadhanah anak dalam keluarga beda agamae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/ahmad...

92
i HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMA (Studi Kasus di Desa Getasan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam Oleh: AHMAD MUNTAHA NIM. 211-12-010 JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017

Upload: others

Post on 12-Feb-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

i

HAK HADHANAH ANAK

DALAM KELUARGA BEDA AGAMA

(Studi Kasus di Desa Getasan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

AHMAD MUNTAHA

NIM. 211-12-010

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

Page 2: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

ii

NOTA PEMBIMBING

Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka

skripsi saudara:

Nama : Ahmad Muntaha

NIM : 211-12-010

Jurusan : Hukum Keluarga Islam

Fakultas

JudulSkripsi

:

:

Syari‟ah

Hak Hadhanah Anak dalam Keluarga Beda Agama (Studi

Kasus di Desa Getasan Kecamatan Getasan Kabupaten

Semarang)

Dapat diajukan dalam siding munaqosyah Skripsi. Demikian untuk dapat

dipergunakan sebagaimana mestinya.

Salatiga,20 September 2017

Pembimbing,

Drs. Machfud, M.Ag.

NIP. 196102101987031006

Page 3: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

PENGESAHAN KELULUSAN

SKRIPSI

HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMA

(Studi Kasus di Desa Getasan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang)

DISUSUN OLEH:

AHMAD MUNTAHA

NIM. 211-12-010

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan S-1 Hukum

Keluarga Islam, Fakultas Syari‟ah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga,

pada tanggal 25 September 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna

memperoleh gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Dr. Siti Zumrotun, M. Ag.

Sekretaris : Drs. Machfudz, M. Ag.

Penguji I : H. M. Yusuf Kummaini, M. H.

Penguji II : Farkhani, S. H., S.H.I., M.H.

Salatiga, 25 September 2017

DekanFakultas Syari‟ah

Dr. Siti Zumrotun, M. Ag.

NIP. 19670115199803 2 002

Page 4: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Ahmad Muntaha

NIM : 211-12-010

Jurusan : Hukum Keluarga Islam

Fakultas

Judul Skripsi

:

:

Syari‟ah

Hak Hadhanah Anak dalam Keluarga Beda Agama (Studi

Kasus di Desa Getasan Kecamatan Getasan Kabupaten

Semarang)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya

sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang

ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan

mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Salatiga, 20 September 2017

Penulis,

Ahmad Muntaha

NIM. 211-12-010

Page 5: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

v

MOTTO

~&~

Allah selalu memberikan harapan dibalik keputus asaan

Karena cinta kasih dari Allah dan orang-orang tersayang merupakan

Kekuatan utama dalam melakukan segala sesuatu

Maka jangan berhenti berusaha hanya karena rintangan

percayalah bahwa hasil tidak akan menghianati usaha

Ketahuilah, bahwa kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah

~&~

Page 6: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

vi

PERSEMBAHAN

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang

telah menuntun semua jalan hambaNya, yang telah melimpahkan

kemurahan-Nya dan memberikan kemudahan untuk menyeslesaikan

Skripsi ini. Karya sederhana ini penulis persembahkan untuk:

1. Ibu dan bapak saya pahlawan hidup saya, orang tua yang tangguh

terhebat, teristimewa beliau yang selalu mampu menjelma menjadi

apapun yang saya butuhkan. Beliaulah harta paling berharga,

dokter, juru masak, motivator, guru, cahaya saya.

2. Adik saya Binti Khoirul Mahmudah telah menjadi Adik yang sangat

baik dan membantu saya dalam keadaan apapun.

3. Teman-teman yang selalu mendukung setiap langkah saya.

4. Bapak dan Ibu dosen Institut Agama Islam Negeri yang selama ini

sabar mendidik saya. Terimakasih atas kebaikan Bapak dan Ibu

yang telah membantu saya dalam kesulitan terutama ketika saya

belajar berorganisasi.

5. Teman-teman Hukum Keluarga Islam angkatan 2012.

Page 7: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirobbil‟alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah

SWT, yang selalu memberikan rahmad serta hidayah-nya kepada penulis sehingga

penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “HAK HADHANAH

ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMA (Studi Kasus di Desa Getasan,

Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang)” tanpa halangan yang berarti.

Shalawat serta salam semoga tetap tercuran kepada nabi agung nabi

Akhiruzaman, Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat serta

pengikutnya yang senantiasa setia dan menjadikannya suritauladan. Beliaulah

yang membawa umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman terang

benderang dan semoga kita semua mendapatkan syafaatnya nanti di yaumul

qiyamah, amim ya rabbal „alamin.

Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak yang telah tulus ikhlas membantu penulis menyelesaikan skripsi

ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak trimakasih kepada:

1. Dr. Rahmad Haryadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Dr. Siti Zumrotun, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Syariah.

3. Sukron Ma‟mun, M. Si, selaku Ketua Jurusan Hukum Keluarga Islam.

4. Drs. Machfud, M. Ag, selaku Dosen Pembimbing yang dengan ikhlas

membimbing, mengarahkan, serta mencurahkan waktu dan tenaganya

untuk penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.

5. Seluruh Dosen IAIN Salatiga, yang telah memberikan ilmunya yang

sangat bermanfaat.

6. Kedua orang tua dan adik penulis, yang telah memberikan dan

mencurahkan segala kemampuannya untuk memenuhi keinginan penulis

untuk tetap sekolah. Tanpa mereka mungkin karya ini tidak pernah ada.

Page 8: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

viii

7. Istikomah, SE. yang selalu memberi masukan dan hiburan disaat penulis

menemukan kesulitan di dalam penulisan skripsi ini.

8. Seluruh teman-teman seperjuanganku di Hukum Keluarga Islam angkatan

2012 atas segala semangat dan hiburannya sehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi ini.

9. Seluruh teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dan

mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga

hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta pembaca

pada umumnya.

Amin.

Salatiga, 20 September 2017

Penulis,

Ahmad Muntaha

Page 9: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

ix

ABSTRAK

Muntaha, Ahmad. Hak Hadhanah Anak dalam Keluarga Beda Agama (Studi

Kasus di Desa Getasan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang).

Skripsi. Fakultas Syariah. Jurusan Hukum Keluarga Islam, Institut

Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Drs. Machfud M. Ag.

Kata Kunci: Hadhanah, Keluarga Beda Agama.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak

hadhanah anak yang lahir dari orang tua yang berbeda agama, hadhanah anak

dalam keluarga beda agama yang dimaksud adalah hadhanah yang dilakukan

psangan beda agama di Desa Getasan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.

Dalam penelitian ini peneliti meneliti empat keluarga. Pertanyaan utama yang

ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana penerapan hak

hadhanah anak dalam keluarga beda agama yang terjadi di Desa Getasan,

Kecamatan Getasan? (2) Bagaimana Penerapan hadhanah anak dalam keluarga

beda agama perspektif hukum Islam?

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan

pendekatan hukum Islam. lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Getasan

Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Teknik pengumpulan data pada

penelitian ini dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi.

Dalam penelitian ini peneliti menemukan bahwa di Desa Getasan terdapat

empat pasangan suami istri yang menjalankan rumah tangganya dengan berbeda

agama yang dilakukan oleh keluarga Ismono, Prayogo, Suroto dan Andoyo.

Hadhanah anak dalam hukum Islam adalah menjadi tanggung jawab kedua orang

tua secara kerja sama dalam hal mengasuh, mendidik, merawat dan memenuhi

nafkah bagi anak. Penerapan hak hadhanah anak di Desa Getasan, peneliti

membagi hak hadhanah anak dalam empat permasalahan, yaitu: (1) Pengasuhan

anak keluarga beda agama, (2) Mendidik anak keluarga beda agama, (3)

Menentukan agama anak yang lahir dalam keluarga beda agama, (4) Nafkah anak

keluarga beda agama

Page 10: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL..................................................................................

PERSETUJUAN PEMBIMBING..............................................................

PENGESAHAN KELULUSAN................................................................

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN..................................................

MOTTO .....................................................................................................

PERSEMBAHAN.....................................................................................

KATA PENGANTAR...............................................................................

ABSTRAK.................................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................

DAFTAR TABEL......................................................................................

DAFTAR GAMBAR.................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

i

ii

iii

iv

v

vi

viii

ix

xii

xiii

xiv

1

A. Latar Belakang Masalah .....................................................

B. Rumusan Masalah ..............................................................

C. Tujuan Penelitian ...............................................................

D. Manfaat Penelitian .............................................................

E. Penegasan Istilah ................................................................

F. Tinjauan Pustaka ................................................................

G. Metode Penelitian ..............................................................

1. Jenis Penelitian ..............................................................

2. Kehadiran Peneliti..........................................................

3. Lokasi Penelitian ..........................................................

4. Sumber Data ..................................................................

5. Metode Pengumpulan Data ...........................................

6. Analisis Data ..................................................................

H. Sistematika Penulisan ........................................................

1

5

5

6

6

8

11

11

11

11

11

12

13

14

BAB II HADHANAH MENURUT HUKUM ISLAM 16

A. Pengertian Hadhanah ......................................................... 16

Page 11: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

xi

B. Dasar Hukum Hadhanah ...................................................

1. Al-Qur‟an ......................................................................

2. Undang-undang no 1 Tahun 1974 .................................

3. Kompilasi Hukum Islam (KHI) .....................................

C. Syarat-syarat Hadhanah .....................................................

D. Orang yang berhak dalam Hadhanah ................................

E. Masa berlakunya hadhanah ...............................................

F. Faktor penghalang Hadhanah ............................................

17

18

20

21

21

24

26

28

BAB III PRAKTIK PENGASUHAN ANAK KELUARGA BEDA

AGAMA DI DESA GETASAN KECAMATAN

GETASAN KABUPATEN SEMARANG 30

A. Gambaran Umum Desa Getasan

1. Profil Desa Getasan .......................................................

a. Berdasar Geografis dan Demografis .......................

b. Keadaan Penduduk ..................................................

c. Pendidikan ...............................................................

d. Sosial Ekonomi ........................................................

e. Agama .....................................................................

f. Kesehatan ................................................................

B. Profil Keluarga Beda Agama di Desa Getasan

1. Pasangan Ismono dan Etik ...........................................

2. Pasangan Prayogo dan Wiwin .....................................

3. Pasangan Suroto dan Kayati ........................................

4. Pasangan Andoyo dan Dewi ........................................

30

30

31

32

32

33

35

36

36

36

39

41

43

BAB IV ANALISIS PENERAPAN HAK HADHANAH ANAK

DALAM KELUARGA BEDA AGAMA PRESPEKTIF

HUKUM ISLAM, UNDANG-UNDANG PERKAWINAN

TAHUN 1974 DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) 46

A. Penerapan Hadhonah Anak dalam Keluarga Beda Agama

di Desa Getasan Kecamatan Getasan Kabupaten

Page 12: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

xii

Semarang ............................................................................

1. Pengasuhan Anak dalam Keluarga Beda Agama ..........

2. Mendidik Anak dalam Keluarga Beda Agama ..............

3. Menentukan Agama yang Dianut Anak dalam

Keluarga Beda Agama ...................................................

4. Nafkah Anak dalam Keluarga Beda Agama ..................

B. Pengasuhan Anak dalam Keluarga Menurut Hukum

Islam, Undang-undang Perkawinan no 1 Tahun 1974 dan

Kompilasi Hukum Islam (KHI) ..........................................

1. Pengasuhan Anak .........................................................

2. Mendidik Anak ...........................................................

3. Menentukan Agama Anak ...........................................

4. Nafkah Anak ................................................................

46

46

49

52

54

56

56

58

60

61

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................

B. Saran........................................................................................

63

64

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

LAMPIRAN-LAMPIRAN

66

Page 13: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1

Tabel 3.2

Tabel 3.3

Fasilitas pendidikan formal di Desa Getasan .....................

Fasilitas pendidikan non formal di Desa Getasan ..............

Rekapitulasi jumlah penduduk berdasarkan pendidikan ....

32

33

33

Page 14: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Peta Desa Getasan, Kecamatan Getasan, Kabupaten

Getasan .............................................................................

30

Page 15: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk sosial pasti membutuhkan manusia lain

dalam segala aspek kehidupannya dalam arti bahwa manusia tidak bisa hidup

seorang diri dalam menjalani kehidupan. Atas dasar inilah yang menjadikan

manusia ingin hidup bersama. Lingkup terkecil hidup bersama dimulai dari

sebuah keluarga yang dijalin antara laki-laki dan perempuan melalui suatu

ikatan perkawinan. Mendambakan pasangan merupakan fitrah sebelum

dewasa, dan dorongan yang sulit dibendung setelah dewasa. Oleh karena itu,

agama mensyariatkan dijalaninya pertemuan antara pria dan wanita, dan

kemudian mengarahkan pertemuan itu sehingga terlaksananya perkawinan

(Shihab, 1999:192).

Islam memandang perkawinan suatu nilai keagamaan sebagai wujud

ibadah kepada Allah dan sunah Nabi yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan

Hadits. Sehingga unsur ibadah dalam perkawinan yang berarti ingin

menyempurnakan sebagian dari agama dan ingin menumbuhkan nilai

kemanusiaan serta rasa kasih sayangnya terhadap manusia lainnya (Kamal,

1974:5).

Keluarga merupakan bagian terkecil dari sebuah masyarakat yang di

dalamnya hanya terdiri dari suami, istri, dan anak. Setiap individu juga

menginginkan keluarga yang bahagia maka dibutuhkan rasa kasih sayang,

terciptanya keharmonisan, ketentraman dalam keluarga (sakinah, mawadah,

Page 16: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

2

warahmah). Hal itu merupakan kunci dari tujuan sebuah perkawinan

(Muderis, 1992: 7).

Pekawinan merupakan ikatan yang sakral karena di dalam ikatan

perkawinan tersebut tidak hanya terdapat ikatan lahir atau jasmani saja tapi

juga ada ikatan rohani yang berdasarkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Suatu

perkawinan tidak hanya sekedar hubungan lahiriah saja tapi juga suatu ikatan

atau hubungan lahir batin antara seorang laki-laki dan seorang perempuan

yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Usman, 1989: 21).

Hal ini sejalan dengan rumusan yang terkandung dalam Undang-Undang

perkawinan Indonesia yaitu di dalam Pasal 1 Undang-Undang tahun 1974

tentang perkawinan yang berbunyi “perkawinan adalah ikatan lahir batin

antara seorang pria dengan wanita sebagai suami istri dengan tujuan

membentuk keluarga, rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Islam juga menjelaskan bahwa manusia diciptakan oleh Allah SWT.

Sebagai makhluk berpasang-pasangan, yang tentunya menyatukan keduanya

dengan jalan perkawinan. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Ar-

Ruum ayat 21 dan suat An-Nahl ayat 72 yang berbunyi (Shihab, 1999: 197):

Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan

untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung

Page 17: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

3

dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu

rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu

benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.

Artinya: Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri

dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan

cucu-cucu, dan memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka

mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari

nikmat Allah

Perkawinan dan agama memiliki hubungan yang sangat erat dan tidak

terpisahkan antara keduanya, semua agama mengatur masalah perkawinan

yang tentunya berbeda antara satu dengan yang lainnya sesuai dengan hukum

agama masing-masing. Pada dasarnya semua agama menginginkan

perkawinan yang dilakukan antara laki-laki dan perempuan yang satu agama.

Hal ini dapat dipahami karena agama merupakan dasar atau pondasi yang

sangat penting dalam kehidupan rumah tangga. Dengan memiliki pondasi

agama yang kuat diharapkan orang yang melakukan perkawinan akan

memiliki hubungan yang kuat sehingga tidak akan mudah roboh karena

goncangan terus menerpa.

Indonesia merupakan negara yang beragam terdiri dari agama, ras, suku,

budaya, dan bahasa yang berbeda antara satu ras dengan ras yang lain, suku

satu dengan suku yang lain bahkan akan sangat berbeda antara budaya satu

daerah dengan budaya daerah yang lain. Manusia tidak dapat terlepas dari

Page 18: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

4

kodratnya sebagai makhluk sosial dimana manusia tidak dapat hidup sendiri

maka dari itu kontak antar agama, ras, dan suku budaya lain tidak dapat

dihindari lagi. Pergaulan manusia tidak lagi berkutat pada kelompok kecil

seperti agama, ras, suku saja tetapi sudah menembus dinding batas antara

golongan-golongan yang ada, ditambah dengan kemajuan teknologi. Interaksi

yang ada sudah tidak ada batasan lagi untuk manusia berinteraksi dengan

golongan, agama, ras, dan suku lain.

Dalam kondisi pergaulan masyarakat yang tidak ada batasan dalam

berinteraksi inilah yang menjadi dasar perkawinan campuran baik antar suku,

ras, budaya, bahkan agama yang berbeda. Hal ini akan menimbulkan

perdebatan dan masalah dari pernikahan campuran. Pernikahan beda agama

banyak mengandung perdebatan dan masalah, dikarenakan perbedaan prinsip

yang ada didalam agama masing-masing sehingga menimbulkan beberapa

masalah dimasa yang akan datang.

Melihat fenomena di atas akan sangat menarik untuk dilakukan

penelitian, yang mana terang terlihat bahwa ada beberapa kasus di Desa

Getasan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Getasan, terlihat adanya pernikahan

beda agama. Objek penelitian yang dipilih penulis di Desa Getasan ini

merupakan bentuk keingintahuan atas kasus dan fenomena yang terjadi di

Desa Getasan pada Keluarga yang melakukan pernikahan secara berbeda

agama.

Desa Getasan termasuk dalam pemerintahan Kecamatan Getasan,

Kabupaten Semarang, yang memiliki empat Dusun, yakni Dusun Getasan,

Page 19: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

5

Dusun Ngelo, Dusun Jamplan, Dusun Pandanan, dan Dusun Gading.

Penduduk Desa getasan 70 % beragama islam dan 30 % beragama Kristen,

Khatolik dan Buda. Terdapat kurang lebih empat pasangan di Desa Getasan

yang melakukan pernikahan beda agama. Berbagai kegiatan keagamaan

nampak terjalin rukun, terlihat tentram harmonis tidak ada konflik yang

berarti. Namun bagaimana kehidupan yang sebenarnya apakah sudah menjadi

keluarga yang harmonis dan apakah pelaksanaan pengasuhan anak yang lahir

dari pernikahan beda agama sudah dilaksanakan dengan baik?, dengan

dmikian penulis tertarik untuk meneliti hal tersebut dan mengangkat judul

“Hak Hadhanah Anak dalam Keluarga Beda Agama” (Studi Kasus di

Desa Getasan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang).

B. Rumusan Masalah

Berkenaan dengan permasalah diatas, dirasa perlu untuk menelitinya

dengan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan hak hadhanah anak dalam keluarga beda agama

yang terjadi di Desa Getasan, Kecamatan Getasan?

2. Bagaimana Penerapan hadhanah anak dalam keluarga beda agama

perspektif hukum Islam?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah

di atas maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana proses pengasuhan anak menurut perspektif

hukum Islam.

Page 20: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

6

2. Untuk mengetahui bagaimana proses pengasuhan anak keluarga beda

agama di Desa Getasan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoriritik: untuk memberikan penjelasan teori hukum Islam

tentang hak hadhanah anak terhadap keluarga beda agama.

2. Manfaat untuk praktisi: seperti hakim, ulama, untuk menambah ilmu

pengetahuan atau wawasan mengenai hak hadhanah anak terhadap

keluarga beda agama bila menghadapi hal yang sama.

3. Manfaat untuk masyarakat umum: untuk memberikan pengetahuan bagi

masyarakat yang kurang mengetahui tentang hak hadhanah anak terhadap

keluarga beda agama, agar masyarakat lebih bijak dalam mengatasi

persoalan yang sama.

E. Penegasan Istilah

Penegasan istilah adalah batasan pengertian atau definisi tentang istilah-

istilah atau variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian serta dirumuskan

berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat diukur dan

diamati. Penegasan istilah berfungsi untuk menghindari kesalahpahaman

terhadap istilah-istilah atau variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian,

baik dari penguji maupun pembaca pada umumnya dan memberikan gambaran

umum dari tulisan secara keseluruhan, yang akan menjadi dasar dalam upaya

menjawab pertanyaan penelitian dan mengumpulkan data (Usman, 1989:21).

Page 21: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

7

Berikut penulis memberikan penegasan dan maksud penulisan sebagai berikut:

1. Hak

Pengertian hak menurut kamus besar bahasa indonesia, hak adalah

mempunyai kekuasaan berbuat sesuatu, Hak adalah sesuatu yang mutlak

menjadi milik kita dan penggunaannya tergantung pada kita sendiri. Pada

umumnya hak didapat dengan cara diperjuangkan melalui pertanggung

jawaban atas kewajiban.

2. Hadhanah

Hadhanah adalah tugas menjaga dan mengasuh atau mendidik anak kecil

sejak ia lahir sampai mampu menjaga dan mengurus dirinya sendiri

(Sarong, 2004:191). Hadhanah yang penulis maksud dalam penulisan ini

adalah orang tua yang lebih berhak terhadap hak asuh anak orang tua beda

agama.

3. Anak

Menurut pengetahuan umum, yang dimaksud dengan anak adalah seorang

yang lahir dari hubungan pria dan wanita (Sastrawujaya, 1977: 18).

4. Keluarga

Menurut Ayyub (2006: 254) pengertian umum keluarga adalah suatu

kumpulan manusia dalam kelompok kecil yang terdiri dari suami, istri, dan

anak-anak.

5. Beda Agama

Dalam kamus besar bahasa indonesia beda berarti sesuatu yang

menjadikan berlainan atau tidak sama antara benda yang satu dengan yang

Page 22: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

8

lain, agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan

peribadatan kepada Tuhan yang maha kuasa serta tata kaidah yang

berhubungan dengan pergaulan manusia dengan manusia serta

lingkungannya, dapat disimpulkan bahwa beda agama berarti berlainan

dalam kepercayaan dan peribadatan terhadap Tuhan yang maha kuasa.

F. Tinjauan pustaka

Sebagai pendukung penulis menelusuri hasil penelitian, artikel

maupun buku-buku yang lain tetapi penelitian yang relevan dengan topik

yang dikaji diantaranya sebagai berikut:

Skripsi dari Khaidarulloh, pada tahun 2011 dengan judul “Pola

Pengasuhan Anak Dalam Keluarga Beda Agama (Studi Kasus Di Desa

Sinduadi Kecamatan Mlati Sleman). Kesimpulan pada penelitian ini

menunjukkan bahwa secara sosiologis perbedaan agama tidak

menghambat para pelaku melakukan peran dan fungsinya sebagai keluarga

dalam proses pengasuhan anak dan sebagian besar pelaku melakukan pola

asuh secara demokratis. Secara umum, hal ini tidak terlepas dari sikap

toleran masyarakat Sinduadi yang plural, sikap keluarga beda agama yang

cenderung tidak mengindahkan regulasi maupun doktrin agama dan

lambannya aturan hukum yang berlaku. Sedangkan dampak yang terjadi

adalah mengesampingkan terhadap nilai-nilai agama yang mengurangi

nilai kesucian, hakikat dan tujuan perkawinan. Pembentukan keluarga

beda agama di Sinduadi yang cenderung transaksional secara tidak

langsung akan mengikis nilai-nilai ajaran agama khususnya terhadap

Page 23: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

9

pembentukan kepribadian dan kualitas agama anak. Selanjutnya ditinjau

dari sisi yuridis realitas ini bertentangan dengan aturan tentang kebsahan

pembentukan keluarga (perkawinan) yang harus seagama. Sedangkan

ditinjau dari sisi normatif (fiqh), realitas ini juga bertentangan dengan

nalar fiqh yang mewajibkan setiap manusia untuk menjaga agama dan

menjaga keturunan dalam kehidupan sehari-hari.

Penelitian yang dilakukan oleh Nine Is Pratiwi yaitu mengenai Pola

Asuh Anak pada Pernikahan Beda Agama. Dari hasil analisis data yang

dilakukan menunjukkan bahwa subjek dan pasangannya mengasuh

anaknya dengan menggunakan pola asuh authoriatif yang cukup baik. Hal

ini dapat dilihat dari kehidupan keluarganya yang harmonis dan cukup

bahagia serta tidak ada masalah yang terlalu rumit. Hal tersebut karena

didukung dengan faktor yang mendorong subjek menikah untuk membina

keluarga bahagia rukun dan harmonis karena memang mereka saling

mencintai satu sama lain.

Penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Yasin pada tahun 2010

yaitu mengenai Pola Pengasuhan Anak dalam Keluarga Beda Agama

(Studi Kasus pada 5 Keluarga di Dusun Baros, Desa Tirtohargo, Kec

Kretek, Kabupaten Bantul). Kesimpulan pada penelitian ini adalah pola

asuh anak terhadap agamanya cenderung otoriter, berdampak pada

konversi agama dan anak cenderung bingung dalam memilih agama yang

ia yakini benar. Dalam kacamata penyusun menyimpulkan bahwa

perkawinan berbeda agama semacam ini dilarang menurut syariat dalam

Page 24: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

10

tinjauan Maqosid Asy-Syari’ah. Sebab hal ini akan menimbulkan

terancamnya salah satu dari kelima pokok Maqosid Asy-Syari’ah yang

harus dijaga, yaitu keturunan.

Penelitian yang dilakukan oleh Lilis Sumiyati pada tahun 2015

mengenai Murtad sebagai Penghalang Hadhanah (Studi Analisis Putusan

Pengadilan Agama Jakarta Timur Perkara Nomor 1700/Pdt.G/2010/PAJT).

Kesimpulan pada penelitian ini adalah tidak semua perkara hadhanah itu

diberikan kepada seorang ibu. Majelis hakim beralasan bahwa dalam

perkara hadhanah yang disebabkan salah satu orang tuanya murtad, maka

akibat murtad inilah yang benar benar menjadi penghalang untuk

mendapatkan hak asuh anak, karena faktor agama orang tua yng menjadi

hal yang paling utama sebagai pengasuh anak, disebabkan agama

merupakan pondasi dalam kehidupan dan menjadi prioritas utama dalam

merawat dan mendidik anak. Oleh karena itu, hakim dalam memutus tidak

hanya dengan berpedoman pada satu pasal yang menyatakan hak asuh

anak adalah hak seorang ibu, akan tetapi harus melihat pada kemaslahatan

dan perlindungan bagi anak-anaknya, karena kedudukan sebagai orang tua

tidak saja memenuhi kebutuhan materialnya tetapi juga lingkungan,

pendidikan serta pembinaan akhlak wajib dan harus diperhatikan dari anak

itu masih kecil sampai tumbuh dewasa.

Dari berbagai tinjauan pustaka yang penulis uraikan diatas, tentu

berbeda dengan yang penulis ulas. Di dalam skripsi ini penulis

menjelaskan tentang hadhanah dalam keluarga menurut hukum islam dan

Page 25: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

11

penerapan hak hadhanah dalam keluarga beda agama di Desa Getasan,

Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.

G. Metode Penelitian

7. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah

penelitian lapangan (field research) yaitu peneliti yang terjun langsung ke

lapangan guna mengadakan penelitian pada objek yang dibahas (Ali,

2012:105).

8. Kehadiran peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus

pengumpul data, dimana peneliti dalam meneliti terhadap informan

diketahui secara jelas, sehingga antara informan dengan peneliti terjadi

interaksi secara wajar dan menghindari kesalahpahaman.

9. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di Desa Getasan, Kecamatan Getasan,

Kabupaten Semarang. Di desa ini terdapat banyak anak yang lahir dari

orang tua yang beda agama. Maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti

desa tersebut.

10. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya

baik melalui wawancara, observasi maupun laporan dalam bentuk

dokumen tidak resmi kemudian diolah oleh peneliti.

Page 26: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

12

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen

resmi, buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian, hasil

penelitian dalam bentuk laporan, skripsi dan peraturan perundang-

undangan. (Ali, 2012:106)

c. Data Tersier

Data tersier merupakan data penunjang yang dapat memberi

petunjuk terhadap data primer dan sekunder. Dalam hal ini data tersier

yang digunakan adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia

11. Metode Pengumpulan Data

a. Wawancara

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik wawancara

mendalam (in dept interview). Dengan wawancara mendalam, bisa

digali apa yang bersembuyi di sanubari seseorang apakah yang

menyangkut masa lampau, masa kini maupun masa sekarang (Ali,

2012: 110).

Wawancara ini dilakukan dengan acuan catatan-catatan mengenai

pokok masalah yang akan ditanyakan. Sasaran wawancara adalah orang

tua yang melakukan pernikahan beda agama dengan menanyakan

bagaimana pengasuhan anak yang lahir dari pernikahan mereka.

b. Observasi

Page 27: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

13

Teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui sebuah

pengamatan, dengan disertai pengamatan-pengamatan terhadap keadaan

atau perilaku objek sasaran. (Surahmad, 1996: 130)

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode penelitian ditujukan pada penguraian

dan penjelasan apa yang telah lalu melalui sumber- sumber dokumen

(Surahmad, 1996:132). Metode ini dimaksudkan untuk mencari data

mengenai hal-hal yang dibutuhkan sebagai bahan pelengkap dalam

perolehan data, berupa foto, rekaman dan sebagainya.Metode ini

digunakan sebagai salah satu pelengkap dalam memperoleh data.

12. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif adalah proses pelacakan dan

pengaturan secara sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan, dan

bahan-bahan lain yang dikumpulkan untuk untuk meningkatkan

pemahaman terhadap bahan-bahan tersebut agar dapat diinterpretasikan

temuannya kepada orang lain (Zuriah, 2007: 217).

Prosedur analisis dalam penelitian ini adalah: penyusunan data,

pengolahan data dengan mengklasifikasikan data ke dalam kategori-

kategori yang jumlahnya lebih terbatas sesuai dengan data yang

diperlukan, organisasi data, pemilihan menjadi satuan-satuan tertentu dan

menemuan hal-hal yang penting untuk dipelajari. Dalam penelitian ini

analisis data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data.

Page 28: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

14

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan adalah untuk mempermudah pembahasan

dalam penulisan. Sistematia penulisan penelitian ini adalah sebagai

berikut;

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi uraian tentang Latar Belakang Masalah,

Rumusan Masalah, Penegasan Istilah, Kajian Pustaka, Tujuan

Penelitian, Kegunaan Penelitian, Telaah Pustaka, Metode

Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II HADHANAH MENURUT HUKUM ISLAM

Bab ini berisi tentang pengertian hadhanah (menurut al-

qur‟an, hadits, undang-undang perkawinan no 1 Tahun 1974,

dan menurut kompilasi hukum islam (KHI))

BAB III PRAKTIK PENGASUHAN ANAK KELUARGA BEDA

AGAMA DI DESA GETASAN KABUPATEN

SEMARANG

Bab ini berisi tentang profil Desa Getasan yang membahas

tentang keadaan penduduk, pendidikan, sosial ekonomi,

agama, dan kesehatan. Membahas profil keluarga yang

melakukan praktik pernikahan beda agama di Desa Getasan

Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.

BAB IV ANALISIS PENERAPAN HAK HADHANAH ANAK

Page 29: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

15

DALAM KELUARGA BEDA AGAMA PRESPEKTIF

HUKUM ISLAM, UNDANG-UNDANG PERKAWINAN

TAHUN 1974 DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI)

Bab ini berisikan analisis tentang Penerapan Hadhonah Anak

dalam Keluarga Beda Agama di Desa Getasan Kecamatan

Getasan Kabupaten Semarang dan analisis tentang

Pengasuhan Anak dalam Keluarga Menurut Hukum Islam,

Undang-undang Perkawinan no 1 Tahun 1974 dan Kompilasi

Hukum Islam (KHI).

BAB V PENUTUP

Bab ini berisikan hasil atau kesimpulan analisis dan saran

yang dianggap berguna.

Page 30: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

16

BAB II

HADHANAH MENURUT HUKUM ISLAM

G. Pengertian Hadhanah

Dalam Islam pemeliharaan anak disebut hadhanah. Secara

etimologis, hadhanah jamaknya ahdhan atau hudhun terambil dari kata

hidhn yaitu anggota badan yang terletak dibawah ketiak hingga al-kayah

(bagian badan sekitar pinggul antara pusar dan pinggang). Burung

dikatakan hadhanat-tha’ir baydhahu,manakala burung tidak mengerami

terurnya karena dia mengumpulkan (mengempit) telurnya itu kedalam

dirinya dibawah himpitan sayapnya (Warson, 1997:296). Demikian pula

sebutan hadhanah diberikan kepada seorang ibu manakala mendekap

(mengemban) anaknya dibawah ketiak, dada, serta pinggulnya (Sabiq,

1980:160).

Dalam kamus besar bahasa Indonesia pemeliharaan anak

(hadhanah) terdiri dari dua kata yaitu pemeliharaan dan kata anak,

pemelihara berasal dari kata pelihara yang memiliki arti jaga. Sedangkan

kata pemeliharaan yang berarti proses, cara, perbuatan penjagaan,

perawatan pendidikan.

Menurut ulama fiqih mendefinisikan hadhanah yaitu melakukan

pemeliharaan terhadap anak-anak yang masih kecil, baik laki-laki maupun

perempuan, atau yang sudah besar tapi belum tamyiz, menyediakan

sesuatu yang menjadi kebaikannya, menjaganya dari sesuatu yang

menyakiti dan merusaknya, mendidik jasmani, rohani, akhlaknya agar

Page 31: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

17

mampu berdiri sendiri menghadapi hidup dan memikul tanggung jawab

(Sabiq. 1980:161).

Dari pengertian etimologis di atas dapat disimpulkan bahwa

hadhanah adalah mengasuh anak dalam bentuk pemeliharaan, pemenuhan

kebutuhan dan memberi pendidikan sejak anak dilahirkan kedunia hingga

anak dewasa, pemeliharaan anak juga meliputi pengawasan, pelayanan dan

pembelajaran dalam arti luas. Pengawasan berarti membentuk lingkungan

anak dalam suasana yang aman dan juga sehat, baik secara jasmani

maupun rohani sehingga anak mampu memiliki interaksi sosisal yang

baik, sehingga anak memiliki jiwa sosial yang tinggi. Pelayanan berarti

tindakan orang tua dalam menanamkan rasa kasih sayang terhadap anak.

sedangkan kebutuhan hidup adalah kebutuhan primer atas tempat tinggal,

makanan dan pakaian menjadi kebutuhan yang ditekankan pada soal

nafkah (Harahab. 1975:204). Hadhanah dilakukan baik oleh ibu atau ayah

maupun oleh orang yang menggantikannya. sehingga hadhanah

merupakan langkah pertama dalam perwalian atau bimbingan terhadap

anak (Tahido. 2004:010).

H. Dasar hukum hadhanah

Haddhanah dalam hukum Islam hukumnya adalah wajib, karena

pada perinsipnya dalam Islam bahwa anak-anak mempunyai hak untuk

dilindungi, baik keselamatan akidah maupun dirinya dari hal-hal yang

menjerumuskan mereka kedalam neraka (Manan. 2010:201). Melihat

kondisi anak yang begitu rentan akan bahaya bila tidak dilakukan

Page 32: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

18

pengasuhan, pengawasan, pemberian nafkah dan juga diselamatkan dari

hal-hal yang dapat merusak mental maupun fisik anak. Sehingga

pengasuhan anak menjadi wajib hukumnya agar tidak membahayakan

jasmani dah rohani anak. Dasar hukum hadhanah yaitu:

1. Al-Qur’an

Dasar hukum hadhanah dalam firman Allah SWT terdapat

dalam surat Al-Baqarah ayat 233 yang menyatakan (Sabiq. 1980: 171):

Artinya: Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua

tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan

kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan

cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar

kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena

anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban

demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun)

dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa

atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain,

maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran

menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah

bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.

Page 33: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

19

Pada ayat ini, Allah SWT mewajibkan kepada orang tua untuk

memelihara anak mereka, ibu berkewajiban menyusuinya sampai umur

dua tahun. Dan bapak berkewajiban memberukan nafkah kepada ibu.

Diperbolehkan mengadakan penyapihan (menghentikan penyusuan)

sebelum dua tahun apabila ada kesepakatan antara kedua orang tua dan

mereka boleh mengambil perempuan lain untuk menyusukan anak

tersebut dengan syarat memberikan upah yang pantas. Hal ini demi

keselamatan anak itu sendiri (Ayyub. 2006:292).

Sebagai timbal balik dari kewajiban yang ditetapkan Allah SWT

terhadap ibu kepada anaknya tersebut, maka seorang ayah berkewajiban

untuk memberi nafkah dan pakaian kepada ibu dan anak secara patut

dan baik. jadi kedua-duanya mempunyai beban dan tanggung jawab

terhadap anak yang masih menyusui sampai dewasa. Sehingga

kewajiban bagi seorang ibu ialah merawat anak dengan menyusui dan

memeliharanya, dan kewajiban ayah harus memberi makan dan pakaian

kepada ibu supaya ia dapat memelihara anaknya dan masing-masing

dari kedua orang tuanya harus menunaikan kewajibannya sesuai batas

kemampuannya (Quthb. 2000:302)

Adapun dalam Firman Allah SWT pada surat at-Tahrim ayat 6

yang berbunyi (Sabiq. 1980: 179):

Page 34: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

20

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan

keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan

batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak

mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada

mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Pada ayat ini orang tua diperintahkan Allah SWT untuk

memelihara keluarganya dari api neraka, dengan berusaha agar seluruh

anggota keluarganya melaksanakan perintah-perintah dan menjauhi

larangan-larangan Allah SWT, termasuk anggota keluarga yang

dijelaskan pada ayat ini adalah anak. Kemudian mengantarkan anak-

anaknya dengan cara mendidik, membekali mereka dengan ilmu

pengetahuan baik ilmu agama maupun ilmu umum untuk bekal

mereka kejenjang dewasa (Ghazaly. 2003:177).

2. Undang-undang no 1 Tahun 1974

Pemeliharaan anak pada dasarnya menjadi tanggung jawab kedua

orang tuanya, yang meliputi berbagai hal diantaranya masalah ekonomi,

pendidikan dan segala sesuatu yang menjadi kebutuhan pokok anak.

Oleh karena itu yang terpenting dalam memelihara anak ialah kerja

sama dan saling tolong menolong antara suami dan istri sampai anak

tersebut dewasa. Undang-undang perkawinan tidak secara rinci

mengatur masalah pengasuhan, karena tugas dan kewajiban memelihara

anak intern dengan tugas dan tanggung jawab suami sekaligus sebagai

bapak bagi anak-anak (Rofiq. 2013:189). Kemudian di dalam ketentuan

dalam bab X pasal 45 Undang-undang No. 1 tahun 1974 menyatakan:

Page 35: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

21

a. Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak

mereka sebaik baiknya.

b. Kewajiban kedua orang tua yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini

berlaku sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri, mana

berlaku terus meskipun perkawinan antara kedua orang tua putus.

3. Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hadhanah (pengasuhan) juga sejalan dengan Kompilasi Hukum

Islam (KHI) Bab XIV pasal 98 sebagai berikut:

a. Batas usia anak yang mampu berdiri sendiri atau dewasa adalah 21

tahun, sepanjang anak tersebut tidak bercacat fisik maupun mental

atau belum pernah melangsungkan perkawinan.

b. Orang tuanya mewakili anak tersebut mengenai segala perbuatan

hukum di dalam dan di luar pengadilan.

c. Pengadilan agama dapat menunjuk salah seorang kerabat terdekat

yang mampu menunaikan kewajiban tersebut apabila kedua orang

tuanya meninggal.

Dari penjelasan pasal tersebut bahwa kewajiban kedua orang tua

adalah mengantarkan anak-anaknya dengan cara mendidik, serta

membekali dengan ilmu pengetahuan untuk menjadi bekal mereka di

hari dewasanya (Ali. 2012:65)

I. Syarat-syarat Hadhanah

Seorang Hadinah atau hadhin (ibu asuh) yang menangani dan

menyelenggarakan kepentingan anak kecil yang diasuhnya, yaitu adanya

Page 36: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

22

kecukupan dan kecakapan. kecukupan dan kecakapan yang memerlukan

syarat-syarat tertentu. Jika syarat-syarat tertentu ini tidak terpenuhi satu

saja maka gugurlah kebolehan menyelenggarakan Hadhanah (Sabiq.

1980:165).

Syarat-syarat hadhanah adalah:

1. Berakal sehat, hak hadhanah anak harus diberikan kepada orang yang

berakal sehat dan tidak boleh diberikan kepada orang yang kurang akal

dan gila, karena mereka ini tidak dapat mengurusi dirinya sendiri.

Sebab itu dia tidak boleh diserahi mengurus orang lain. Sebab orang

yang tidak punya apa-apa tentulah iya tidak dapat memberi apa-apa

kepada orang lain (Sabiq. 1980:166).

2. Dewasa, sebab anak kecil meskipun mumayyiz, tetapi ia tetap

membutuhkan orang lain yang mengurusi urusannya dan

mengasuhnya. Karena itu dia tidak boleh mengurusi urusan orang lain

(Sabiq. 1980:166).

3. Mampu mendidik, karena itu tidak boleh menjadi pengasuh orang yang

buta atau rabun, sakit menular atau sakit yang melemahkan jasmaninya

untuk mengurus kepentingan anak kecil, tidak berusia lanjut, yang

bahkan ia sendiri perlu diurus, bukan orang yang mengabaikan urusan

rumahnya sehingga merugikan anak kecil yang diurusnya, atau bukan

orang yang tinggal bersama orang yang sakit menular atau bersama

orang yang suka marah kepada anak-anak, sekalipun kerabat anak

kecil itu sendiri, sehingga akibat kemarahannya itu tidak bisa

Page 37: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

23

memperhatikan kepentingan sianak secara sempurna dan menciptakan

suasana yang tidak baik (Sabiq. 1980:166).

4. Beragama Islam, kalau anaknya beragama Islam sebab ayahnya islam

maka tidak boleh dipelihara oleh ibunya yang kafir. sebab pendidikan

yang diberikan tidak sesuai dengan akidah yang dianut anak, dan

seorang kafir tidak mempunyai hak wilayah (kekuasaan) pada orang

islam. Ada pendapat bahwa ibu yang kafir boleh memelihara anaknya

sampai tamyiz. Pendapat ini sangat lemah dan yang benar orang kafir

tidak berhak wilayah pada orang Islam (Idris. 1994:259)

5. Kasih sayang, pemelihara harus menyayangi anak yang dipeliharanya

dengan penuh kasih sayang (Idris. 1994:259) karena didalam

pemeliharaan anak kasih sayang adalah hal yang paling dibutuhkan

oleh anak yang dipelihara.

6. Ibu belum kawin lagi, perempuan yang sudah bersuami akan

disibukkan dengan urusan suami sehingga tidak bisa memelihara anak

dengan baik. Hal ini akan merugikan bagi anak, meskipun suami baru

mengizinkan. Seperti seorang tuan yang memberi izin kepada

budaknya (Idris. 1994:260). Hukum ini berkenaan dengan ibu tersebut

kalau kawin lagi dengan wanita lain. Tetapi kalau ibu kawin lagi

dengan laki-laki yang masih dekat kekerabatannya dengan anak kecil

tersebut, seperti paman dari dari ayahnya maka hak hadhanahnya tidak

hilang (Sabiq. 1980:170)

Page 38: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

24

7. Merdeka, sebab seorang budak biasanya sangat sibuk dengan urusan-

urusan tuannya, sehingga tidak ada kesempatan mengasuh anak dengan

baik (Sabiq. 1980:170). Menurut kebanyakan ulama pengasuh harus

terhindar dari penyakit-penyakit menular. Sedangkan menurut imam

Ahmad bin Hambal, pengasuh harus terhindar dari penyakit lepra dan

belang dan yang terpenting pengasuh tidak membahayakan kesehatan

anak yang diasuhnya (Muhniyah. 2006:418).

J. Orang yang berhak dalam hadhanah

Pemeliharaan anak menurut hukum Islam pada dasarnya menjadi

hak kedua orang tuanya, namun apabila terjadi perceraian pihak yang lebih

berhak atas hadhanah adalah kaum wanita, karena lebih bisa merawat,

mendidik, dan mempunyai lebih rasa kasih sayang terhadap anak, oleh

karena itu kaum wanita lebih didepankan dalam hal mengurus anak.

Adapun pendapat para fuqoha terkadang lebih mengedepankan dari salah

satu orang tuanya, karena demi keselamatan anak yang dipelihara.

Kemudian dipilihlah salah satu orang tua yang lebih dekat dengan anak

yang akan dipelihara, dan setelah itu baru memilih orang yang berhak

memelihara dari kalangan laki-laki. Hal seperti ini ulama berbeda

pendapat ketika menentukan urutan yang tepat sesuai dengan

kemaslahatan yang dibutuhkan (Ali, 2012: 67)

Urutan-urutan yang berhak melakukan hadhanah dari kalangan

perempuan, menurut ulama fiqih adalah sebagai berikut:

Page 39: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

25

1. Hanafiyyah: Ibu, ibunya ayah, saudara-saudara perempuan, bibi dari

jalur ibu, putri-putri saudara lelaki, bibi jalur ayah, kemudian ashabah

sesuai urutan warisan.

2. Malikiyyah: Ibu, nenek dari jalur ibu, bibi dari jalur ibu, nenek dari

jalur ayah ke atas, kemudian saudara perempuan, bibi dari ayah, dan

putri dari saudara, orang yang mendapat wasiat bagian ashabah yang

nanti akan dijelaskan.

3. Syafi‟iyyah: Ibu, ibunya ibu, ibunya ayah, kakek dari ibu, saudara

perempuan, bibi dari ibu, putri-putri saudara lelaki, putri-putri saudara

perempuan, bibi dari ayah, orang yang termasuk mahram.

4. Hanabilah: Ibu, nenek dari jalur ibu, nenek dari jalur ayah, kakek dan

ibunya kakek, saudara perempuan dari kedua orang tua, saudara

perempuan dari ibu, saudara perempuan dari ayah, bibi dari jalur ayah,

bibinya ibu, bibinya ayah, putrinya saudara lelaki, putri paman ayah

dan kerabat yang paling dekat.

Urutan-urutan yang berhak atas hadhanah dari kalangan laki-laki

yaitu: bapak, kakek terus ke atas, saudara dan putra-putranya terus

kebawah, paman-paman dan putra-putranya. Karena apabila tidak ada

satupun dari kalangan perempuan diatas, maka hak hadhanah pindah ke

kalangan laki-laki (Sabiq, 1980: 164).

Dari urutan yang disebutkan di atas, banyak yang tidak sepakat dalam

keutamaan haknya. Apabila ibu yang berhak dan memenuhi syarat

melepaskan haknya maka pindah kepada ayahnya, karena ibu-ibunya

Page 40: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

26

merupakan cabang, sedangkan ayah bukan merupakan cabang daripada

haknya. Pendapat kedua yang dianggap lebih kuat mengatakan bahwa bila

ibu melepaskan haknya, maka hak tersebut pindah kepada ibunya ibu

karena kedudukan ayah dalam hal ini lebih jauh urutannya (Syarifudin,

2007: 332).

Maksudnya adalah apabila anak belum mencapai masa mumayyiz

maka ibu tetap berkewajiban mengasuh anaknya. Jika ibu tidak mampu

mengasuh anaknya maka dapat dilakukan oleh ibunya ibu (nenek dari

anak) hingga garis keturunan seterusnya. Jika dari semua golongan dari

garis ibunya ibu hingga garis keturunan seterusnya tidak mampu

mengasuh maka menjadi kewajiban ayah untuk mengasuh atau mencari

pengasuh yang mampu untuk mengasuh dan mendidik anak-anaknya.

K. Masa Berlakunya Hadhanah

Hadhanah berhenti (habis) bila anak kecil tersebut yang berada

didalam pengasuhan sudah tidak lagi membutuhkan pelayanan perempuan,

telah dewasa dan dapat berdiri sendiri, serta telah mampu untuk mengurus

sendiri kebutuhan pokoknya seperti: makan sendiri, berpakaian sendiri,

mandi sendiri, dalam hal ini tidak ada batasan tentang waktu habisnya

(Sabiq. 1980:173). Dalam literatur fiqih disebutkan dua periode anak

dalam hadhanah yaitu masa sebelum mumayyiz dan sesudah mumayyiz

kaitanya dengan itu adalah (Satria. 2010:181).

Page 41: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

27

1. Periode Sebelum Mumayyiz (mandiri)

Periode ini dimulai dari anak lahir sampai menjelang umur tujuh

tahun atau delapan tahun. Pada masa tersebut anak masih dikatakan

belum mumayyiz (mandiri), karena masih belum bisa membedakan

antara yang bermanfaat dengan yang berbahaya bagi dirinya. Adanya

sarat-sarat sebagai pengasuh pada periode ini, ulama menyimpulkan

bahwa pihak ibu lebih berhak terhadap anak selanjutnya melakukan

kewajiban hadhanah. karena anak pada masa ini masih membutuhkan

untukhidup didekat ibunya (Satria. 2010:181).

Hadhanah berhenti atau habis bila si anak kecil tersebut sudah

tidak lagi memerlukan pelayanan pelayanan perempuan, telah dewasa

dan dapat berdiri sendiri, serta telah mampu untuk mengurus sendiri

kebutuhan pokoknya seperti: makan sendiri, berpakaian sendiri, mandi

sendiri. dalam hal ini tidakada btasan tertentu untuk waktu habisnhya

(Sabiq. 1980:173). Hanya saja ukuran yang dipakai adalah tamyyiz

(mandiri) dan kemampuan untuk berdiri sendiri. Jika anak sudah dapat

membedakan ini dan itu, dan sudah tidak membutuhkan pelayanan

perempuan dan dapat memenuhi kebutuhan pokoknya sendiri, maka

hadhanahnya telah habis. Fatwa pada madzhab hanafi yaitu: masa

hadhanah berahir atau habis bila mana sianak telah berumur tujuh

tahun kalau laki-laki, dan sembilan tahun kalau ia perempuan (Sabiq.

1980.174).

Page 42: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

28

2. Periode Mummayyiz (mandiri)

Masa mummayyis (mandiri) adalah dari umur tujuh tahun

sampai ia baligh berakal. Pada masa ini seorang anak secara sederhana

telah mampu membedakan masa yang berbahaya dan mana yang

bermanfaat bagi dirinya. Oleh karena itu anak sudah dianggap mampu

menjatuhkan pilihannya sendiri untuk memilih seseorang yang berhak

mengasuhnya, apakah ia akan ikut ibu atau ayahnya (Basyir. 1996:94).

L. Faktor Penghalang Hadhanah

Meskipun hak pengasuhan anak merupakan hak seorang ibu,

namun terkadang ia tidak bisa mendapatkan hak pengasuhannya

disebabkan ada beberapa faktor yang dapat menghalangi haknya,

diantaranya sebagai berikut:

1. Pengasuh seorang budak

Maksudnya orang yang berstatus sebagai pengsuh anak berstatus

sebagai budak, dan seorang budak tidak mempunyai hak perwalian,

disebabkan seorang budak biasanya sangat sibuk dengan urusan-urusan

tuannya, sehingga tidak ada kesempatan mengasuh anak dengan baik

(Sabiq. 1980:170).

2. Perginya Pengasuh ke tempat yang jauh

Ulama hanafiyyah berpendapat bahwa hak pengasuh dapat

dianggab gugur jika Hadhinah (ibu asuh) yang berstatus janda pergi

ketempat jauh, dan ayahnya tidak dapat mengasuhnya. Sedangkan

menurut ulama Syafi‟iyyah hak seorang pengasuh menjadi gugur jika ia

Page 43: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

29

pergi dengan niat untuk pindah baik jarak dekat maupun jauh (Az-

Zuhaili. 2011:70)

3. Seorang pengasuh mengidap penyakit yang membahayakan

Hak seorang hadhinah gugur jika ia memiliki penyakit yang

membahayakan seperti gila, lepra, dan kusta.

4. Seorang pengasuh kafir

Bahwa seorang kafir tidak boleh diserahi hak mengasuh anak yang

beragama islam. karena kondisi orang kafir lebih buruk dari orang fasiq

dan bahaya yang akan munjul jauh lebih besar, ditakutkan anak akan

mengikuti perbuatannya dan mengeluarkannya dari agama Islam

melalui penanaman agamanya. Oleh karena itu orang tua wajib

mendahulukan pertimbangan agama sebagai pengasuh anak daripada

pertimbangan ekonomi dan lain-lain. Alasannya bahwa lingkungan ,

pendidikan dan pembinaan akhlak wajib diperhatikan demi

pembentukan lingkungan akhlak yang baik (Sabiq. 1980:170).

5. Seorang pengasuh telah menikah lagi

Dalam masalah pengasuhan anak, apabila hadinah (ibu asuh)

menikah lagi dengan laki-laki lain yang bukan mahram bagi anaknya

maka hak asuh anak tersebut gugur, kecuali hadinah (ibu asuh)

menikah dengan laki-laki yang mahram bagi anak yang diasuh, maka

hak hadhanah tidak dapat gugur (Sabiq. 1980:170).

Page 44: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

30

BAB III

PRAKTIK PENGASUHAN ANAK KELUARGA BEDA AGAMA DI DESA

GETASAN KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG

A. Gambaran Umum Desa Getasan

1. Profil Desa Getasan

Gambar 3.1

Peta Desa Getasan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang

Page 45: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

31

a) Berdasarkan Geografis dan Demografis

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi, desa Getasan

merupakan salah satu desa yang berada di wilayah kecamatan Getasan

kabupaten Semarang dengan luas wilayah 260,20 Ha, dengan batasan

sebagai berikut:

1) Sebelah Utara : Desa Manggihan

2) Sebelah Selatan :Desa Batur

3) Sebelah Barat :Desa Wates

4) Sebelah Timur :Desa Sumogawe

Desa Getasan berada di ketinggian 1100 meter dari permukaan laut

dan suhu udara rata-rata 22°-23° celcius dengan curah hujan 16°, 75°

mm pertahun. Jarak dari ibu kota Kecamatan adalah 0,25 km, ibu kota

kabupaten adalah 34 km, dan dari ibu kota profinsi 51 km.

Desa Getasan terdiri dari 5 dusun yaitu:

1) Dusun Getasan

2) Dusun Jampelan

3) Dusun Ngelo

4) Dusun Pandanan

5) Dusun Gading

Dalam menjalani aktivitas dan memenuhi kebutuhan sehari-hari

masyarakat desa Getasan sangat mudah karena berada di dekat jalan

Provinsi, jalan raya Salatiga-Kopeng, berada dipusat kota Kecamatan

Page 46: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

32

Getasan dan dekat dengan pasar Getasan yang berada ditempat yang

strategis.

b) Keadaan Penduduk

Sesuai dengan data monografi Desa Getasan tahun 2017 jumlah

penduduk di wilayah Desa Getasan adalah 3482 jiwa, dengan jumlah

penduduk laki-laki sebanyak 1752 jiwa dan perempuan sebanyak 1731

jiwa. Dari perincian tersebut dapat dilihat bahwa jumlah laki-laki di

Desa Getasan lebih banyak dibandingkan jumlah perempuan.

Keseluruhan penduduk yang berada di Desa Getasan merupakan

Warga Negara Indonesia, sehingga mereka berada dalam satu adat,

komunitas, tradisi dan budaya yang sama. Sehinga masyarakat Desa

Getasan dapat hidup secara rukun, damai dan saling menghormati antar

warga masyarakat.

c) Pendidikan

Fasilitas pendidikan di Desa Getasan sudah tergolong memadai,

hal tersebut dapat dilihat dari sarana pendidikan/sekolah yang ada,

yaitu:

No Nama Fasilitas Jumlah Fasilitas Jumlah Guru Jumlah siswa

1 TK 2 15 Guru 111

2 SD 1 15 Guru 357

3 SMP 2 42 Guru 735

4 SMK 1 18 Guru 159

Tabel 3.1.

Fasilitas Pendidikan Formal di Desa Getasan

Page 47: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

33

No Nama Fasilitas Jumlah Fasilitas Jumlah Guru Jumlah siswa

1 TPQ 6 8 Guru 97

Tabel 3.2.

Fasilitas Pendidikan Non Formal di Desa Getasan

Dilihat dari pendidikan penduduk Desa Getasan dapat disimpulkan

bahwa masih banyak sekali warga desa Getasan yang tidak sekolah dan

haya lulusan Sekolah Dasar yang dapat kita lihat dari rekapitulasi

jumlah penduduk berdasarkan pendidikan di Desa Getasan tahun 2017

yaitu:

No Jenjang Pendidikan Laki-laki perempuan Jumlah

1 Tidak Sekolah 325 321 646

2 Belum Tamat SD 101 107 208

3 SD/Sederajat 643 678 1321

4 SLTP/Sederajat 290 293 583

5 SLTA/Sederajat 315 283 598

6 Diploma I/II 2 2 4

7 Akademi/Diploma III 22 20 42

8 Diploma IV/Strata I 59 42 101

9 Strata II 4 3 7

Tabel 3.3.

Rekapitulasi Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan

d) Sosial Ekonomi

Kehidupan ekonomi masyarakat Desa Getasan dapat dikatakan

cukup. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup masyarakat yang sederhana.

Hampir semua keluarga dapat memenuhi kebutuhan sekundernya

Page 48: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

34

seperti kebutuhan kendaraan, TV, kipas, HP, tas, jam tangan, dan

kebutuhan sekunder yang lainnya.

Dari segi mata pencaharian warga Desa Getasan merupakan

mayoritas petani, mengingat lahan seluas 203,03 Ha dari wilayah

Getasan merupakan lahan pertanian. Dalam sektor perdagangan

masyarakat Getasan memiliki potensi yang besar mengingat Desa

Getasan yang berada di kawasan kota Kecamatan Getasan yang terdapat

pasar Getasan dan kawasan ruko yang begitu banyak, terdapat pula

mata pencaharian lain yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Petani : 921 Orang

2) Karyawan : 411 Orang

3) Wiraswasta : 582 Orang

4) Pensiunan : 23 Orang

5) Pegawai Negeri Sipil : 55 Orang

6) Tentara : 6 Orang

7) Kepolisian : 4 Orang

8) Buruh Harian Lepas : 146 Orang

9) Perdagangan : 70 Orang

10) Pelajar/Mahasiawa : 475 Orang

11) Mengurus Rumah Tangga : 97 Orang

12) Dosen :1 Orang

13) Belum/Tidak Kerja : 648 Orang

Page 49: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

35

Dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat Desa Getasan,

selain berproduksi di bidang pertanian dan peternakan masyarakat juga

bekerja dalam sektor industri rumahan seperti pembuatan geplak waluh,

stik waluh, kripik bayam, telur asin, meubel dan lain-lain.

e) Agama

Warga masyarakat desa Getasan merupakan pemeluk agama yang

majemuk, agama yang dianut masyarakat desa Getasan yaitu:

1) Islam : 2.204 orang

2) Kristen : 783 orang

3) Khatholik : 487 orang

4) Budha : 36 orang

Dengan kemajemukan yang dimiliki Desa Getasan tidak

menjadikan suasana yang gaduh dan tidak tentram melainkan

menjadikan suasana yang tentram dan saling menghormati antara satu

agama dengan agama lain, terlihat dari tidak adanya kasus-kasus

kerusuhan antar umat beragama yang terjadi di desa Getasan.

Kemajemukan yang terjadi di desa Getasan semakin terlihat jelas

dengan berdirinya tempat-tempat peribadatan yang ada di desa Getasan

yaitu:

1) Masjid : 5 bangunan

2) Mushola : 5 bangunan

3) Gereja Kristen : 5 bangunan

4) Gereja Katholik : 1 bangunan

Page 50: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

36

5) Wihara : 1 bangunan

Di dalam pelaksanaan peribadatan keagamaan masyarakat

menjalankanya di tempat ibadah masing-masing tanpa ada ancaman dan

singgungan dengan memeluk agama lain, sehingga terciptalah

kerukunan antar umat agama.

f) Kesehatan

Untuk menunjang kesehatan warga masyarakat desa Getasan, saat

ini terdapat puskesmas yang buka selama 24 jam yang berada di Dusun

Getasan siap melayani masyarakat dan juga terdapat posyandu yang

penyelenggaraannya terdapat disetiap dusun yang ada di desa Getasan

yang diselenggarakan oleh ibu-ibu PKK dan puskesmas.

B. Profil Keluarga Beda Agama di Desa Getasan

1. Pasangan Ismono dan Etik

Ismono dan Etik adalah salah satu contoh pasangan yang berbeda

agama dalam menjalankan kehidipan rumah tangganya di Dusun Jampelan

Desa Getasan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Agama yang

dianut Ismono adalah Katholik sedangkan Etik beragama Islam, Etik dan

Ismono menikah secara hukum Islam yang dilakukan secara sederhana di

Desa Jampelan dengan dihadiri saudara dan kerabat.

Bapak Ismono dan ibu Etik bertempat tinggal di Dusun Jampelan Rt

02 Rw 02 dan sudah bertempat tinggal sendiri, pendidikan formal bapak

Ismono adalah tamatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang

sekarang sudah berusia 32 tahun, sejak lahir sudah beragama Katolik, aktif

Page 51: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

37

dalam kegiatan kegamaan seperti ibadah mingguan dan ibadah malam

jum‟at di rumah-rumah warga dan bekerja sebagai montir salah satu

bengkel motor di Desa Getasan. Sedangkan ibu Etik sebagai ibu rumah

tangga berusia 32 tahun berpendidikan formal sampai Sekolah Menengah

Umum (SMU) dan semenjak lahir beragama Islam, aktif mengaji dan

mengikuti kegiatan-kegiatan agama Islam dilingkungan seperti yasinan

sebulan sekali dan pengajian yang diadakan setiap satu bulan sekali.

Kegiatan ibu Etik setiap hari sebagai ibu rumah tangga adalah

mempersiapkan kebutuhan rumah tangga dan mengantar anak sekolah dan

sore hari mengantar anak pertama ke taman pendidikan Al-Qur‟an (TPA).

Pasangan bapak Ismono dan ibu Etik dikaruniai dua orang anak Mutiara

11 tahun dan Khansa 4 tahun.

Bapak Ismono dan Ibu Etik menikah 12 tahun yang lalu dengan tata

cara Islam, dikarenakan bapak Ismono belummau meninggalkan agama

lamanya yaitu Katholik dan masih aktif dalam kegiatan keagamaan

Katolik seperti beribadah di hari minggu di gereja Katholik Dusun

Jampelan, sedangkan ibu Etik tetap ingin mempertahankan iman Islamnya

dan aktif dengan kegiatan keagamaan yang ada di dusun Jampelan.

Dikarenakan kedua belah pihak yang belum mau meninggalkan agama

masing-masing menjadikan mereka menjalani kehidupan rumah tangga

dengan berbeda agama.

Dalam hal pengasuhan anak dalam keluarga bapak Ismono dilakukan

bersama-sama tetapi ibu Etiklah yang berperan penting dalam hal

Page 52: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

38

pengasuhan kerena anak-anak banyak menghabiskan waktu mereka

bersama ibunya karena kesibukan bapak Ismono sebagai montir yang

sering kerja lembur sampai malam, dalam hal mendidik anak ibu Etik yang

bertugas mendidik anak dalam wawancara yang dilakukan penulis tentang

apa saja yang diajarkan beliau menjawab:

“ iyo nak sing tak ajarke yo ajar maca, terus piye carane ngajeni

wong tua, nak seng gede paling ya ngajari nggarap PR, terus nak babakan

agama yo ngajari iqro‟ tok mas, masalahe ya ora patik mudeng masalah

liyane aku mas”

Terjemahan: (iya yang saya ajarkan ya belajar membaca, terus bagaimana

caranya menghormati orang tua, kalo yang besar Cuma belajar

mengerjakan PR, kemudian masalah agama ya cuma mengajari iqro‟

karena ndak paham masalah yang lain aku mas).

Dalam hal pemenuhan kebutuhan keluarga bapak Ismono yang

menanggung biaya kebutuhan pokok mereka, karena dalam keluarga

bapak Ismono bapak Ismonolah yang bekerja sedangkan ibu Etik haya

sebagai ibu rumah tangga. Sedangkan dalam hal kepanutan agama yang

akan ditanamkan kepada anak-anak mereka mereka ibu Etik ingin anak-

anaknya ikut dengan ibunya tetapi tidak mau memaksa anaknya, beliau

mengatakan:

“nak pengenku mas, anak-anak ki melu aku kabeh, Mutiara wes

gelem melu aku mas, wis gelem ngaji, gelem melu TPA ning nak sing

cilik jane yo wis tak ajak mas, ning jenenge sing cilik kulino karo bapakne

Page 53: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

39

dadi nak minggu cok melu pakne nek gerejo, yo piye neh to mas, aku kan

yo raiso mekso ning yo mugo-mugo sok iso melu aku ”

Terjemahan: Kalau keinginanku mas, anak-anak itu ikut saya semua,

Mutiara sudah mau ikut saya mas sudah mau ngaji mau ikut TPA tetapi

yang kecil sudah saya ajak, tapi yang kecil akrab sama ayahnya jadi kalo

minggu kadang-kadang ikut bapaknya ke gereja, tapi ya gimana lagi ya

mas saya kan tidak bisa memaksa tapi ya semoga kedepannya bisa ikut

saya. (wawancara dengan ibu Etik pada tanggal 3 Agustus 2017)

2. Pasangan Prayogo dan Wiwin

Pasangan Prayogo dan Wiwin bertempat tinggal di Dusun Jampelan

Desa Getasan, Kecamatan Getasan, menikah 20 tahun yang lalu menikah

dengan tata cara Islam dan setelah pernikahan bapak Prayogo kembali

kedalam agama lamanya yaitu Katholik, walaupun tidak aktif dalam

kegiatan keagamaan Katholik bapak Prayogo tetap tidak ingin beragama

Islam, ibu Wiwin beragama Islam dan aktif dalam kegiatan-kegiatan

agama Islam dilingkungannya. Ketidak mauan bapak Prayogo memeluk

agama Islam menjadikan keluarga ini menjalankan rumah tangganya

dengan berbeda agama, dan bertempat tinggal di Dusun Jampelan Desa

Getasan, Kecamatan Getasan.

Pedidikan formal bapak Prayogo adalah tamatan Sekolah Menengah

Pertama (SMP), sekarang bekerja sebagai karyawan pabrik di Salatiga dan

sebagai penjaga malam tempat ibadah goa maria pereng, sedangkan ibu

Wiwin tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebagai ibu rumah tangga

Page 54: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

40

ibu Wiwin juga bekerja sebagai pedagang yang berjualan setiap hari

minggu. Rumah tangga yang dibangun bapak Prayogo dan ibu Wiwin

dikaruniai 3 anak, Igo anak pertama 19 tahun tamatan Sekolah Menengah

Atas (SMA) sedang mencari kerja dan masih serumah dengan kedua orang

tuanya, Nabil anak kedua berumur 10 tahun dan bersekolah kelas 4

Sekolah Dasar (SD), Rifki anak ketiga yang berumur 8 tahun dan

bersekolah kelas 1 Sekolah dasar (SD).

Dalam hal pengasuhan anak keluarga bapak Prayoga dan ibu Wiwin

dilakukan secara bersama-sama, dalam hal mendidik anak ibu Wiwinlah

yang lebih banyak mendidik anak-anaknya agar menjadi anak yang

pandai, hal-hal yang diajarkan ibu wiwin adalah bagaimana budi pekerti,

sopan santun dan mengulas pelajaran-pelajaran yang diajarkan disekolahan

dalam hal pendidikan Agama ibu Wiwinlah yang bertugas mendidik

seperti yang dikatakan ibu Wiwin dalam wawancara:

“nak masalah agomo aku mas, sek tugas ndidik anak mergone aku wes

ngomong karo bapakne nak anak-anak kudu melu aku kabeh agomone,

dadi tak ajari iqro‟, carane sholat njok nak sore tak kon melu TPA, ning

bapakne yo nak anak-anak gek keset yo ngongkon mangkat TPA, nak

wayah sholat yo ngongkon sholat mas”

Artinya: (Kalau masalah agama saya mas yang bertugas mendidik anak

karena saya sudah berbicara dengan ayahnya kalau anak-anak semua harus

ikut saya agamanya, jadi saya ajari Iqro‟, caranya sholat kemudian kalau

sore saya suruh ikut TPA, tapi bapaknya kalau anak-anak lagi malas juga

Page 55: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

41

ikut nyuruh berangkat TPA, kalau waktunya sholat juga nyuruh sholat

mas).

Dalam hal nafkah keluarga menjadi tanggung jawab bersama antara bapak

Prayogo yang bekerja sebagai karyawan pabrik garmen di kota salatiga

dan ibu Wiwin yang bekerja sebagai pedagang. (Wawancara dengan ibu

Wiwin pada tanggal 4 Agustus 2017).

3. Pasangan Suroto dan Kayati

Pasangan bapak Suroto dan Ibu Kayati merupakan contoh psangan

beda agama yang yang bertempat tinggal di Dusun Jampelan, Desa

Getasan, Kecamatan Getasan, menikah dengan tata cara Katholik dan

sudah menikah selama 26 tahun dan dikaruniai 3 orang anak, dikarenakan

ketidak nyamannya di dalam agama Katholik selang lima bulan

pernikahan bapak Suroto memutuskan untuk kembali memeluk agama

Islam, sudah beberapa kali bapak Suroto mengajak ibu Kayati memeluk

agama Islam selalu ditolak dengan dalih belum mampu menjalankan

peribadatan yang ada dalam agama Islam, dan alasan inilah yang

menjadikan mereka menjalani rumah tangga secara berbeda agama selama

26 tahun lamanya.

Pendidikan formal bapak Suroto hanya bebatas tamatan Sekolah

Dasar (SD) dan bekerja sebagai pedagang cilot keliling dan aktif dalam

kegiatan agama Islam yang ada dilingkungannya, sedangkan ibu Kayati

adalah tamatan Sekolah Dasar (SD) dan bekerja sebagai pedagang kaki

lima di kantin SMP negeri 1 Getasan dan aktif mengikuti ibadah mingguan

Page 56: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

42

di Gereja Katholik. Pernikahan Bapak Suroto dan ibu Kayati dikaruniai 3

orang anak, anak pertama Desi 25 tahun sudah menikah dan tinggal

bersama suaminya di Dusun Piji, anak kedua Indri 17 tahun dan sedang

belajar kelas 2 Sekolah Menengah Atas (SMA), dan anak kedua Dimas 15

tahun dan sedang belajar kelas 2 Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Pengasuhan anak dalam keluarga bapak Suroto dilakukan secara

bersama-sama secara bergantian, dalam hal mendidik anak adalah menjadi

tugas ibu Kayati yang mempunyai waktu yang banyak bersama anak-anak,

dalam hal materi yang diajarkan kepada anak-anaknya selain materi-materi

yang diajarkan disekolahan ibu kayati juga mengajarkan budi pekerti,

sopan santun dan juga bagaimana berwirausaha agar anak tumbuh sebagai

anak yang mandiri.

Tanggung jawab dalam hal nafkah keluarga adalah tanggung jawab

bapak Suroto selaku kepala rumah tangga dan dibantu ibu Kayati dari hasil

berjualan aneka jajanan di kantin sekolah, bapak Suroto mempunyai

perjanjian dengan ibu Kayati setelah mereka memutuskan untuk

membangun rumah tangga dengan berbeda agama yaitu dalam hal agama

yang akan dianut anak kelak seperti yang beliau katakan dalam

wawancara:

“nak masalah anak sok arep melu aku opo mbokne, biyen aku wis janjian

karo mbokne nak sok anakku wedok kudu melu aku yo kuwi melu agomo

Islam, nak anakku mengko lanang melu mbokne melu dadi Katolik, ning

Page 57: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

43

nak sok delalah duwe calon bojo kok bedo agomo lan anak-anak pengen

malih agomo yo ora popo mas men sak karepe anak”

Artinya: (kalau masalah anak kedepannya mau ikut saya apa ibunya, saya

dulu sudah janjian sama ibunya kalau nanti anakku perempuan harus ikut

saya masuk agama Islam. kalau nanti anakku laki-laki ikut ibunya masuk

agama Katholik, seumpama kedepannya kok kebetulan anak punya

kenalan calon suami kok beda agama dan anak memutuskan berpindah

agama saya tidak mempermasalahkan itu semua terserah kemauan anak).

Dapat disimpulkan bahwa anak pertama perempuan Desi 25 tahun

mengikuti agama ayahnya, anak kedua perempuan Indri 17 tahun juga

beragama Islam, anak ketiga laki-laki Dimas 15 Tahun mengikuti agama

ibunya yaitu Katholik, pendidikan agama anak pertama dan kedua adalah

menjadi tanggung jawab bapak Suroto dan pendidikan agama anak ketiga

menjadi tanggung jawab ibu Kayati. (wawancara dengan bapak Suroto dan

ibu Kayati 3 Agustus 2017)

4. Pasangan Andoyo dan Dewi

Pasangan bapak Andoyo dan ibu Dewi merupakan contoh pasangan

beda agama yang bertempat tinggal di Dusun Ngelo Desa Getasan

Kecamatan Getasan, masih bertempat tinggal bersama kedua orang tua ibu

Dewi karena belum mampu membangun rumah sendiri, pernikahan ini

adalah pernikahan pertama bagi bapak Handoyo dan pernikahan kedua

bagi ibu Dewi, pernikahan antara Bapak handoyo dan ibu Dewi

dilaksanakan dengan tata cara Islam, setelah pernikasan berjalan selama

Page 58: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

44

satu tahun ibu Dewi memutuskan untuk murtad dan kembali keagama

lamanya yaitu Kristen, sedangkan bapak Andoyo tetap beragama Islam,

sehingga menjadikan pasangan ini menjadi pasangan yang berbeda agama

dalam menjalani kehidupan rumah tangganya.

Bapak Andoyo kini berusia 29 tahun. Beliau adalah tamatan Sekolah

Menengah Pertama (SMP) bekerja sebagai pengepul cabai dan

dikarenakan kesibukan sebagai pengepul cabai yang sering pulang larut

malam menjadikan bapak Andoyo tidak aktif dalam kegiatan keagamaan

dilingkungannya. Sedangkan ibu Dewi yang berusia 24 tahun adalah

tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA) sekarang menjadi seorang ibu

rumah tangga dan aktif dalam kegiatan keagamaan Kristen seperti

kebaktian dan ibadah minggu. Ibu Dewi memiliki 2 orang anak. Anak

yang pertama bernama Bagus berusia 4 tahun adalah anak hasil dari

pernikahan yang pertama dan anak yang kedua bernama Mike berusia 1

tahun adalah hasil pernikahan dengan bapak Andoyo.

Dalam hal pengasuhan anak adalah menjadi tanggung jawab ibu

Dewi mengingat anak yang masih kecil, pendidikan anak dilakukan secara

bersama-sama. Ibu Dewi sering mengajarkan bagaimana cara membaca,

berhitung, menulis, dan sopan santun kepada orang yang lebih tua.

Sedangkan anak yang kedua belajar berbicara mengingat usia yang masih

terlalu kecil.

Tanggung jawab dalam hal nafkah keluarga adalah tanggung jawab

bapak Andoyo sebagai kepala keluarga dengan bekerja sebagai pengepul

Page 59: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

45

cabai sedangkan ibu Dewi hanya seorang ibu rumah tangga yang

mengurusi kebutuhan anak-anak. Dalam hal agama anak telah disepakati

berdua bahwa anak pertama dari perkawinan pertama diajarkan agama

Kristen, sedangkan anak kedua dari pernikahan dengan bapak Andoyo

telah disepakati untuk diajarkan agama yang dianut oleh ayah kandungnya

yaitu bapak Andoyo yang bergama Islam (Wawancara dengan bapak

Andoyo, 06 Agustus 2017).

Page 60: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

46

BAB IV

ANALISIS PENERAPAN HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA

BEDA AGAMA PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UNDANG-UNDANG

PERKAWINAN TAHUN 1974 DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI)

C. Penerapan Hadhonah Anak dalam Keluarga Beda Agama di Desa

Getasan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.

Analisis yang dilakukan penulis terhadap hak hadhonah anak dalam

keluarga beda agama digunakan untuk memudahkan penulis membagi dalam

beberapa permasalahan. Analisis yang digunakan pengasuhan anak yang

meliputi penyusuan dan pemenuhan kebutuhan anak, mendidik anak,

menentukan agama anak dan nafkah anak.

5. Pengasuhan Anak dalam Keluarga Beda Agama

Dalam pengasuhan, ibu berkewajiban menyusui anaknya sampai umur

dua tahun. Bapak berkewajiban memberikan nafkah kepada ibu. Seorang

ibu diperbolehkan mengadakan penyapihan (menghentikan penyusuan)

sebelum dua tahun apabila ada kesepakatan antara kedua orang tua dan

mereka boleh mengambil perempuan lain untuk menyusui anak tersebut

dengan syarat memberikan upah yang pantas. Hal ini demi keselamatan

anak itu sendiri (Ayyub. 2006:292).

Pengasuhan anak dalam hukum islam menjadi tanggung jawab kedua

orang tuanya, yang meliputi berbagai hal diantaranya masalah ekonomi,

pendidikan dan segala sesuatu yang menjadi kebutuhan pokok anak. Oleh

karena itu yang terpenting dalam memelihara anak ialah kerja sama dan

Page 61: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

47

saling tolong menolong antara suami dan istri sampai anak tersebut

dewasa, dan ini sejalan dengan Undang-undang ketentuan dalam bab X

pasal 45 Undang-undang No. 1 tahun 1974 menyatakan:

c. Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak

mereka sebaik baiknya.

d. Kewajiban kedua orang tua yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini

berlaku sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri, mana

berlaku terus meskipun perkawinan antara kedua orang tua putus.

Pengasuhan anak dalam keluarga beda agama di Desa Getasan

Menurut analisa penulis lebih dibebankan kepada ibu dikarenakan

kesibukan ayah untuk mencari nafkah, yang membuat ayah tidak dapat

melaksanakan pengasuhan dengan sepantasnya. Dalam keluarga Ismono

dan Etik misalnya, peran pengasuhan terlalu dibebankan kepada Etik, ibu

berperan banyak dalam pengasuhan anak dikarenakan banyak waktu Etik

di dalam keluarga adalah mengasuh anak. Ismono sebagai kepala keluarga

yang bekerja dari pagi sampai sore sehingga banyak waktu dihabiskan di

tempat kerja dibanding waktu untuk mengasuh anak. Pengasuhan anak

yang meliputi membesarkan, penjagaan dan pengawasan banyak dilakukan

oleh Etik dimulai dari pagi hari menyiapkan makan dan perlengkapan

untuk berangkat sekolah, siang hari Etik menjemput anak-anaknya pulang

sekolah dan sore hari Etik mengantarkan anak yang pertama berangkat

mengaji, pengasuhan yang dilakukan Ismono setelah pulang kerja adalah

Page 62: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

48

mengajak bermain anak kedua saat Etik mengantar anak pertama mengaji

dan mengawasi anak agar tidak bermain jauh dari rumah.

Kemudian dalam keluarga Prayogo dan Wiwin pengasuhan anak

terlalu dibebankan kepada Wiwin, ibu berperan banyak dalam pengasuhan

anak dikarenakan banyak waktu Wiwin di dalam keluarga adalah

mengasuh anak. Kesibukan Prayogo sebagai karyawan pabrik yang

bekerja siang hari dan bekerja malam hari sebagai penjaga tempat ibadah

goa Maria pereng menjadikan Prayogo mempunyai sedikit waktu untuk

mengasuh anak. Pengasuhan yang meliputi membesarkan, penjagaan dan

pengawasan banyak dilakukan oleh Wiwin dimulai di pagi hari

menyiapkan makan dan perlengkapan anak-anak untuk berangkat sekolah.

Pada sore hari Wiwin selalu mengantar anak-anaknya untuk berangkat

mengaji di masjid terdekat dan malam hari Wiwin selalu menjaga anak

agar tidak bermain sampai larut malam. Sedangkan Prayogo melaksanakan

tugas pengasuhan saat tidak ada jadwal kerja atau saat masuk jam malam

seperti mengantarkan anak kedua dan ketiga berangkat sekolah.

Kemudian dalam keluarga Suroto dan Kayati peran pengasuhan anak

terlalu dibebankan kepada Kayati, ibu berperan banyak dalam pengasuhan

anak dikarenakan banyak waktu Kayati di dalam keluarga adalah

mengasuh anak. Suroto sebagai kepala keluarga yang bekerja sebagai

pedagang cilok berjualan dari pagi sampai sore hari sehingga banyak

waktu dihabiskan untuk bekerja dibanding waktu untuk mengasuh anak.

Pengasuhan anak yang meliputi membesarkan, penjagaan dan pengawasan

Page 63: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

49

banyak dilakukan oleh Kayati dimulai dari pagi hari menyiapkan makan

dan perlengkapan anak-anak untuk berangkat sekolah. Pada malam hari

Kayati membantu anaknya belajar, dengan mengulas pelajaran yang telah

dipelajari di sekolah. Sedangkan tugas Suroto adalah menjaga pergaulan

anak ketiga yang sering pulang larut malam karena terlalu asik bermain

sampai lupa mengerjakan tugas sekolah.

Kemudian dalam keluarga Andoyo dan Dewi peran pengasuhan anak

terlalu dibebankan kepada Dewi, ibu berperan banyak dalam pengasuhan

anak dikarenakan banyak waktu Dewi di dalam keluarga adalah mengasuh

anak. Andoyo sebagai kepala keluarga bekerja sebagai pengepul cabai

yang terkadang bekerja sampai pagi hari, sehingga banyak waktu

dihabiskan untuk bekerja dibanding waktu untuk mengasuh anak.

Pengasuhan anak yang meliputi membesarkan, penjagaan dan pengawasan

banyak dilakukan oleh Dewi. Mulai dari pagi hari menyiapkan makan dan

perlengkapan anak-anak, siang hari Dewi selalu mengajak anak jalan-jalan

disekitar rumah dan mengawasi anak pertama bermain dengan anak-anak

tetangga. Pengasuhan yang dilakukan Andoyo setelah pulang kerja adalah

mengajak bermain anak pertama dan kedua serta mengawasi anak agar

tidak bermain jauh dari rumah.

6. Mendidik Anak dalam Keluarga Beda Agama

Kewajiban orang tua adalah mengantarkan anak-anaknya dengan

cara mendidik, membekali mereka dengan ilmu pengetahuan baik ilmu

agama maupun ilmu umum untuk bekal mereka kejenjang dewasa

Page 64: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

50

(Ghazaly. 2003:177). Hal ini sejalan dengan Undang-undang

Perkawinan no 1 Tahun 1974 yang berisi bahwa kedua orang tua wajib

memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik baiknya sampai

anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri. Oleh karena itu yang

terpenting dalam memelihara anak ialah kerja sama dan saling tolong

menolong antara suami dan istri sampai anak tersebut dewasa.

Mendidik anak dalam empat keluarga beda agama di Desa

Getasan, lebih membebankan tugas mendidik anak kepada ibu

dikarenakan ayah yang terlalu sibuk mencari nafkah keluarga, yang

membuat ayah tidak dapat mendidik anak dengan maksimal. Keluarga

Ismono dan Etik misalnya, dalam keluarga ini tugas mendidik anak

lebih dibebankan kepada Etik, Ismono sebagai kepala keluarga yang

bekerja dari pagi sampai sore sehingga banyak waktu dihabiskan

ditempat kerja dibanding waktu untuk mendidik anak. Pendidikan yang

diajarkan Etik diantaranya adalah mengajarkan sopan santun, mengulas

pelajaran-pelajaran di sekolah dan pendidikan agama Islam. Pendidikan

agama Islam yang diajarkan Etik adalah bagaimana mengajari anak

membaca al-Qur‟an dan mengajari anak melakukan shalat. Dalam

mendidik anak Etik tidak melakukannya sendiri Setiap sorehari Etik

selalu mengantarkan anak pertama untuk berangkat mengaji dimasjid

dekat tempat mereka tinggal.

Kemudian dalam keluarga Prayogo dan Wiwin tugas mendidik

anak lebih dibebankan kepada Wiwin, kesibukan Prayogo sebagai

Page 65: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

51

karyawan pabrik yang bekerja siang hari dan bekerja malam hari

sebagai penjaga tempat ibadah Goa Maria Pereng menjadikan Prayogo

mempunyai sedikit waktu untuk Mendidik anak. Pendidikan yang

diajarkan Wiwin diantaranya adalah mengajarkan sopan santun,

mengulas pelajaran-pelajaran di sekolah dan pendidikan agama Islam.

Pendidikan agama Islam yang diajarkan Wiwin adalah bagaimana

mengajari anak membaca al-Qur‟an dan mengajari anak melakukan

shalat. Dalam mendidik anak Wiwin tidak melakukannya sendiri. Setiap

sorehari Etik selalu mengantarkan anak pertama untuk berangkat

mengaji dimasjid dekat tempat mereka tinggal.

Kemudian dalam keluarga Suroto dan Kayati tugas mendidik

anak lebih dibebankan kepada Kayati, Suroto sebagai kepala keluarga

yang bekerja sebagai pedagang cilok berjualan dari pagi sampai

sorehari, sehingga banyak waktu dihabiskan untuk bekerja dibanding

waktu untuk mendidik anak. Dalam keluarga ini terdapat pembagian

dalam mendidik anak yaitu Kayati mendidik anak dengan pendidikan

umum sedangkan Suroto bertugas dalam pendidikan agama.

Dikarenakan keterbatasan keilmuan agama yang dimiliki Suroto dalam

mendidik anak Suroto tidak melakukannya dengan baik, sesekali waktu

Suroto mengantar anak untuk mengaji dikarenakan kesibukannya

sebagai pedagang cilot keliling membuat Suroto tidak dapat mengantar

anak mengaji setiap hari.

Page 66: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

52

Kemudian dalam keluarga Andoyo dan Dewi Tugas mendidik

anak lebih dibebankan kepada Dewi, Andoyo sebagai kepala keluarga

bekerja sebagai pengepul cabai yang terkadang bekerja sampai pagi

hari, sehingga banyak waktu dihabiskan untuk bekerja dibanding waktu

untuk mendidik anak. Pendidikan yang diajarkan Dewi adalah belajar

membaca, menulis, sopan santun, dan belajar berbicara untuk anak

kedua, mengingat umur anak-anak yang masih balita dan belum

bersekolah.

7. Menentukan Agama yang Dianut Anak dalam Keluarga Beda Agama

Anak yang lahir dimuka bumi dilahirkan secara fitrah (suci), maka

sebagai orang tua berkewajiban untuk membawa anak menuju keimanan

kepada Allah SWT sebagai bentuk menjaga akidah anak. Peranan orang

tua sangat besar untuk menjadikan anak beriman atau ingkar terhadap

Allah SWT sebagai mana sabda nabi “Setiap anak dilahirkan dalam fitrah,

hanya ibu bapaknyalah yang menjadikan mereka yahudi, nasrani atau

majusi” (Sabiq, 1980:168).

Penentuan agama yang dianut anak dalam keluarga beda agama,

mengharuskan umat Islam membawa anak-anak dan keluarga untuk

beragama Islam, agar terhindar dari siksa api neraka. Penentuan agama

yang dianut anak dalam rangka menjaga keturunan agar terhindar dari api

neraka adalah menjadi tugas setiap orang tua yang beragama Islam.

penentuan agama yang dianut anak yang lahir dalam empat keluarga beda

agama di Desa Getasan tiga keluarga mengikuti agama orang tua yang non

Page 67: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

53

Muslim dan ada yang mengikuti agama urang tua yang Muslim sedangkan

satu keluarga semua anak mengikuti agama orang tua yang muslim.

Pasangan Ismono dan Etik dalam menentukan agama yang akan

dianut anak tidak melalui kesepakatan diantara keduanya, melainkan

menyerahkan sepenuhnya terhadap anak mau mengikuti agama yang

dianut ayah atau ibunya. Anak pertama memilih mengikuti agama Islam

yang menjadi agama ibu berdasarkan kemauan anak itu sendiri, sedangkan

anak kedua belum mampu memilih untuk mengikuti agama yang dianut

ayah atau ibu. Dikarenakan kebiasaan anak kedua yang selalu mengikuti

kegiatan ayah untuk beribadah di gereja katholik dan beribadah malam

jum‟at yang menjadi ibadah rutin umat Katholik di dusun Jampelan, maka

dapat di asumsikan bahwa agama yang dianut anak kedua adalah Katholik.

Kemudian penentuan agama yang dianut anak dalam keluarga

Prayogo dan Wiwin dilakukan secara sepihak oleh Wiwin, yang

mengharuskan anak-anak mengikuti agama Islam. Analisis terhadap apa

yang dilakukan wiwin sebagai ibu asuh yang mengharuskan anak

mengikuti agama yang dianutnya, menurut ajaran Islam sudah benar.

Mengingat latar belakang Wiwin dalam pengetahuan agama yang kurang

cukup, namun dapat mengantarkan anak-anaknya menuju keislaman.

Faktor kesadaran agama yang baik mendorong Wiwin untuk melakukan

tugasnya dengan benar.

Kemudian penentuan agama yang dianut anak dalam keluarga

Suroto dan Kayati dilakukan dengan perjajian yang yang disepakati antara

Page 68: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

54

kedua belah pihak, yaitu apabila anak yang lahir laki-laki maka mengikuti

agama yang dianut ibu yaitu Katholik dan apabila anak yang lahir

perempuan mengikuti agama yang dianut ayah yaitu Islam. Dari perjanjian

ini menjadikan anak anak pertama dan kedua yang berjenis kelamin

perempuan beragama Islam sedangkan anak ketiga yang berjenis kelamin

laki-laki beragama Katholik.

Kemudian Pasangan Andoyo dan Dewi dalam menentukan agama

yang dianut anak adalah dengan jalur keturunan, anak pertama yang lahir

dari pernikahan Dewi yang pertama beragama Kristen mengikuti agama

yang dianut Dewi sekarang, sedangkan anak kedua beragama Islam

mengikuti agama yang dianut oleh Andoyo.

8. Nafkah Anak dalam Keluarga Beda Agama

Nafkah anak menjadi tanggung jawab ayah sebagai kepala keluarga,

dalam surat al-Baqarah ayat 223 menjelakan nafkah yang wajib diberikan

kepada keluarga bersifat umum dan menjadikan perbedaan agama tidak

berpengaruh terhadap kewajiban orang tua memberi nafkah kepada

keluarganya. Orang tua yang muslim maupun yang kafir tetap

berkewajiban memberikan nafkah kepada anak-anak yang berlainan agama

dengannya (Hasbi, 2001:106).

Pemberian nafkah dalam keluarga beda agama menjadi tanggung

kedua orang tua, ayah yang mencari nafkah dan ibu yang membelanjakan.

Dalam empat keluarga beda agama di Desa Getasan pemberian nafkah

berupa sandang (pakaian), pangan (makanan) dan papan (tempat tinggal)

Page 69: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

55

telah dilaksanakan dengan baik. Dalam keluarga Ismono dan Etik

misalnya, dalam hal mencari nafkah keluarga adalah menjadi tanggung

jawab Ismono sebagai kepala keluarga dan menjadi satu-satunya orang

yang bekerja dikeluarga ini, sedangkan tugas Etik adalah membelanjakan

uang yang diterima untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan

pendapatan bapak Ismono sebagai montir dapat memenuhi kebutuhan

keluarga seperti kebutuhan sandang (pakaian), pangan (makanan), serta

rumah yang ditempati merupakan hasil jerih payah selama bekerja dan

juga biaya menyekolahkan kedua anaknya di Sekolah Dasar (SD) dan

Taman Kanak-kanak (TK).

Kemudian dalam Keluarga Prayogo dan Wiwin dalam hal mencari

nafkah keluarga adalah menjadi tanggung jawab Prayogo sebagai kepala

keluarga, sedangkan tugas Wiwin adalah membelanjakan uang yang

diterima untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan pendapatan

bapak Prayogo sebagai Buruh pabrik dan sebagai penjaga malam tempat

ibadah Goa Maria Pereng, dapat memenuhi kebutuhan keluarga seperti

kebutuhan sandang (pakaian), pangan (makanan), serta rumah yang

ditempati merupakan hasil jerih payah selama bekerja dan juga biaya

menyekolahkan kedua anaknya di Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah

Menengah Atas (SMA).

Kemudian dalam Keluarga Suroto dan Kayati pemberian nafkah

keluarga adalah menjadi tanggung jawab Suroto sebagai kepala keluarga,

sedangkan tugas Kayati adalah membelanjakan uang yang diterima untuk

Page 70: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

56

memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan pendapatan Sebagai pedagang

keliling bapak Suroto dapat memenuhi kebutuhan keluarga seperti

kebutuhan sandang (pakaian), pangan (makanan), papan (rumah) dan juga

biaya menyekolahkan anak kedua dan ketiga di Sekolah Menengah

Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) dibantu dari

penghasilan ibu Kayati sebagai pedagang makanan ringan di kantin

sekolah.

Kemudian dalam Keluarga Andoyo dan Dewi, pemberian nafkah

keluarga adalah menjadi tanggung jawab Andoyo sebagai kepala keluarga,

sedangkan tugas Dewi adalah membelanjakan uang yang diterima untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan pendapatan Sebagai pengepul

cabai bapak Andoyo dapat memenuhi kebutuhan keluarga seperti

kebutuhan sandang (pakaian), pangan (makanan), dan papan (rumah)

walaupun pasangan ini masih tinggal satu rumah dengan orang tua Dewi.

D. Pengasuhan Anak dalam Keluarga Menurut Hukum Islam, Undang-

undang Perkawinan no 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam

(KHI)

1. Pengasuhan Anak

Pengasuhan anak dalam hukum islam menjadi tanggung jawab kedua

orang tuanya, yang meliputi berbagai hal diantaranya masalah ekonomi,

pendidikan dan segala sesuatu yang menjadi kebutuhan pokok anak. Oleh

karena itu yang terpenting dalam memelihara anak ialah kerja sama dan

saling tolong menolong antara suami dan istri sampai anak tersebut

Page 71: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

57

dewasa, dan ini sejalan dengan Undang-undang ketentuan dalam bab X

pasal 45 Undang-undang No. 1 tahun 1974 menyatakan:

e. Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak

mereka sebaik baiknya.

f. Kewajiban kedua orang tua yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini

berlaku sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri, mana

berlaku terus meskipun perkawinan antara kedua orang tua putus.

Dasar hukum hadhanah dalam firman Allah SWT terdapat dalam

surat Al-Baqarah ayat 233 yang menyatakan (Sabiq. 1980: 171):

Artinya: Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua

tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan

kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan

cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar

kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena

anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban

demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun)

dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa

atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain,

maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran

menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah

bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.

Page 72: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

58

Pada ayat ini, Allah SWT mewajibkan kepada orang tua untuk

memelihara anak mereka, ibu berkewajiban menyusuinya sampai umur

dua tahun. Dan bapak berkewajiban memberikan nafkah kepada ibu.

Diperbolehkan mengadakan penyapihan (menghentikan penyusuan)

sebelum dua tahun apabila ada kesepakatan antara kedua orang tua dan

mereka boleh mengambil perempuan lain untuk menyusukan anak

tersebut dengan syarat memberikan upah yang pantas. Hal ini demi

keselamatan anak itu sendiri (Ayyub. 2006:292).

Dalam melakukan pengasuhan seharusnya suami istri saling

bekerjasama dalam mengasuh anak, namun yang terjadi dalam keluarga

beda agama di Desa Getasan pengasuhan terhadap anak lebih

dibebankan kepada ibu, karena ayah yang sibuk dengan bekerja mencari

nafkah dengan banyak mengabiskan waktu di tempat kerja

dibandingkan mengasuh anak.

2. Mendidik Anak

Sebagai orang tua hendaknya mengetahui betapa besarnya tanggung

jawab mereka di hadapan Allah terhadap pendidikan anak-ananya

sebagai mana dijelaskan dalam surat At-Tahrim ayat 6 yang berbunyi:

Page 73: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

59

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan

keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan

batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak

mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada

mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Pada ayat ini orang tua diperintahkan Allah SWT untuk

memelihara keluarganya dari api neraka, dengan berusaha agar seluruh

anggota keluarganya melaksanakan perintah-perintah dan menjauhi

larangan-larangan Allah SWT, termasuk anggota keluarga yang

dijelaskan pada ayat ini adalah anak. Kemudian mengantarkan anak-

anaknya dengan cara mendidik, membekali mereka dengan ilmu

pengetahuan baik ilmu agama maupun ilmu umum untuk bekal

mereka kejenjang dewasa (Ghazaly. 2003:177).

Mendidik anak harus dilakukan secara maksimal dan terencana,

dalam mendidik anak dengan ilmu agama haruslah dilakukan secara

berurutan, dimulau dari mengajar anak mengaji, mengajarkan anak

melakukan sholat, dan ilmu-ilmu yang lain. Diharapkan dengan bekal

ilmu yang cukup menjadikan anak taat dengan perintah Allah dan

menjadi anak yang berbakti terhadap orang tua.

Dalam mendidik anak yang sesuai dengan hukum Islam

seharusnya suami istri saling bekerjasama dalam mendidik anak, namun

yang terjadi dalam keluarga beda agama di Desa Getasan pengasuhan

terhadap anak lebih dibebankan kepada ibu, karena ayah yang sibuk

Page 74: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

60

dengan bekerja mencari nafkah dengan banyak mengabiskan waktu di

tempat kerja dibandingkan mendidik anak.

3. Menentukan Agama Anak

Anak yang lahir dimuka bumi dilahirkan secara fitrah (suci), maka

sebagai orang tua berkewajiban untuk membawa anak menuju

keimanan kepada Allah SWT sebagai bentuk menjaga aqidah anak.

Peranan orang tua sangat besar untuk menjadikan anak beriman atau

ingkar terhadap Allah SWT sebagai mana sabda Nabi “Setiap anak

dilahirkan dalam fitrah, hanya ibu bapaknyalah yang menjadikan

mereka Yahudi, Nasrani atau Majusi” (Sabiq, 1980:168).

Orang tua memiliki tanggung jawab untuk menjaga keluarga dan

anak-anak dari api neraka sebagai mana firman Allah dalam Al-Qur‟an

surat at-Tahrim ayat 6 yang berbunyi (Sabiq. 1980: 179):

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan

keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan

batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak

mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada

mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Pada ayat ini orang tua diperintahkan Allah SWT untuk memelihara

keluarganya dari api neraka, dengan berusaha agar seluruh anggota

keluarganya melaksanakan perintah-perintah dan menjauhi larangan-

Page 75: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

61

larangan Allah SWT, termasuk anggota keluarga yang dijelaskan pada

ayat ini adalah anak. Kemudian mengantarkan anak-anaknya dengan

cara mendidik, membekali mereka dengan ilmu pengetahuan baik ilmu

agama maupun ilmu umum (Ghazaly. 2003:177).

Dalam menentukan agama yang dianut anak yang lahir dari

keluarga beda agama di Desa Getasan sebagai bentuk menjaga

keturunan dari api neraka sesuai ajaran Islam, menjadi tanggung jawab

orang tua yang beragama Islam. Pasangan Ismono dan Etik misalnya,

yang bertanggung jawab mengantarkan anak-anaknya menuju

keislaman adalah Etik yang beragama Islam, dan ini juga menjadi

tugas Wiwin, Suroto, dan Andoyo sebagai orang tua yang beragama

Islam.

4. Nafkah Anak

Nafkan anak adalah menjadi tanggung jawab ayah sebagai mana

perintah Allah dalam sutar Al- Baqarah ayat 223 yang berbuyi (Sabiq.

1980: 171):

Page 76: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

62

Artinya: Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua

tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan

kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan

cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar

kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan

karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun

berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum

dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka

tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan

oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu

memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu

kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang

kamu kerjakan.

Dalam penjelasan surat Al-Baqarah ayat 223 telah tergambar jelas

bahwa nafkah anak menjadi tanggung jawab ayah sebagai kepala

keluarga, dalam ayat ini nafkah yang wajib diberikan kepada keluarga

bersifat umum dan menjadikan perbedaan agama tidak berpengaruh

terhadap kewajiban orang tua memberi nafkah kepada

keluarganya.Orang tua yang muslim maupun yang kafir tetap

berkewajiban memberikan nafkah kepada anak-anak yang berlainan

agama dengannya (Hasbi, 2001:106).

Dalam pemberian nafkah terhadap anak yang lahir dari keluarga

beda agama di Desa Getasan adalah menjadi tanggung jawab kedua

orang tua, yang mana ayah menjadi orang yang mencari nafkah

sedangkan ibu yang membelanjakannya. Dalam pemberian nafkah

terhadap anak tentu perlu adanya kerja sama agar dapat berjalan

dengan baik dan keperluan anak dapat terpenuhi secara maksimal.

Page 77: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

63

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan terhadap empat (4) pelaku perkawinan

beda agama, kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

1. Hadhanah (pengasuhan anak) dalam keluarga beda agama di Desa

Getasan lebih di bebankan kepada ibu, karena ayah sibuk bekerja mencari

nafkah, sehingga yang terjadi anak-anak kurang terawat secara baik dalam

pendidikan agama. Dalam empat pasangan keluarga beda agama satu di

antaranya mengikuti agama orang tua yang muslim, sehingga tiga

pasangan keluarga beda agama yang lain ada yang mengikuti agama ibu,

tetapi ada pula yang mengikuti agama ayah. sedangkan kebutuhan

ekonomi dalam bentuk sandang, pangan dan papan dilakukan secara

bersama-sama dalam arti ayah yang yang mencari nafkah sedangkan ibu

yang membelanjakannya.

2. Peneliti melihat praktik hadhanah kelurga beda agama di Desa Getasan

apakah sudah sesui dengan ajaran Islam atau belum. Hadhanah dalam

keluarga beda agama di Desa Getasan Kecamatan Getasan Kabupaten

Semarang, ada yang sesuai dengan ajaran Islam tetapi ada juga yang

belum sesuai dengan ajaran Islam, Undang-undang no 1 Tahun 1974 dan

Kompilasi Hukum Islam. Hadhanah yang sesuai dengan hukum Islam

mengharuskan suami dan istri saling bekerja sama daalam mengasuh,

merawat dan mendidik anak, bentuk kerja sama yang dilakukan suami

Page 78: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

64

istri yaitu 1. pengasuhan anak dalam keluarga beda agama dilaksanakan

secara bersama-sama 2. mendidik anak secara bersama-sama antara suami

dan istri 3. suami mencari nafkah dan istri membelanjakan sesuai dengan

kebutuhan. Sedangkan yang tidak sesuai dengan hukum Islam yaitu apa

bila suami lebih membebankan urusan pengasuhan, penjagaan dan

pendidikan kepada istri.

B. Saran

1. Masyarakat

- Masyarakat harus membekali diri dengan ilmu agama untuk

meminimalisir terjadinya pernikahan beda agama

- Dengan bekal ilmu agama yang cukup baik, diharapkan masyarakat

dapat memilih pasangan yang tepat dan memiliki agama yang sama.

- Apabila telah terjadi pernikahan beda agama, diharapkan dapat

menjalin hubungan rumah tangga yang harmonis dan pasangan

tersebut mampu mengarahkan anak-anaknya memilih agama yang

akan dianut dengan tepat.

- Masyarakat diharapkan lebih bisa menghargai pasangan yang sudah

menikah dan menjalani hubugan dengan landasan agama yang

berbeda.

2. Tokoh Masyarakat

- Tokoh masyarakat diharapkan lebih giat melakukan pendampingan

terhadap pasangan beda agama yang telah menikah.

Page 79: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

65

- Sosialisasi terhadap masyarakat untuk meminimalkan pernikahan

beda agama.

Page 80: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

66

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zainudin. 2012. Hukum Perdata Islam Di Indonesia.Jakarta:Sinar Grafika

Ayyub, Syaikh Hasan. 2006. Fikih Keluarga . jakarta:Puataka Al-kautsar.

Az-Zuhaili. Wahbah. 2011. Fiqih Islam Wa Adilatuhu jilid 10. Jakarta: Gema

Insani Bahrawi, bakir yusuf. 1993. pembinaan kehidupan beragama

islam pada anak. Semarang:dina utama

Basyir. Ahmad Azhar. 1996. Hukum Perkawinan Islam . Yokyakarta: Pustaka

Pelajar Offset

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai pustaka.

Ghazaly, Abdul Rahman. 2003. Fiqh Munakahat. Jakarta: Kencana.

Hasbi, Tengku Muhammad. 2001. Hukum Antar Golongan. Semarang: PT.

Pustaka Rizki Putra

Harahab, Yahya. 1975. Hukum Perkawinan Nasional. Medan:CV. Zahir Trading.

Idris, Abdul Fatah, Ahmadi, Abu. 1994. Fiqh Islam Lengkap. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

Idris, Abdul Fatah. 2004. Fiqh Islam. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Kamal, Muchtar. 1974. Asas-asas Hukum Islam tentang Perkawinan. Jakarta:

Bulan Bintang.

Khaidarullah. 2012. “Pola Pengasuhan Anak Dalam Keluarga Beda Agama (Studi

Kasus di Desa Sinduadi Kec. Mlati Sleman)”. Thesis. UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta.

Manan, Bagir dkk. 2010. Mimbar Hukum Ed.70. Jakarta:PPHIMM

Mohammad Yasin. 2010. “Pola Pengasuhan Anak dalam Pernikahan Beda Agama

(Studi Kasus dalam 5 Keluarga di Dusun Baros Desa Tirtohargo

Kec. Kretek Kab. Bantul)”. Skripsi. UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta.

Muderis, Zaini. 1992. Adopsi Suatu Tinjauan Hukum dari Tiga Sistem Hukum.

Jakarta: Sinar Grafika.

Muhniyah, Muhamad Jawad. 2006. Fiqih Lima Mazhab. Jakarta: Mukhtar,

Kamal. 1974. Asas-asas Hukum Islam tentang Perkawinan. Jakarta:

PT Bulan Bintang.

Page 81: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

67

Pratiwi, Nine. 2014. Pola Asuh Anak Pada Pernikahan Beda Agama. Skripsi.

Universitas Gunadharma.

Quthb. Syahis Sayyid. 2000. Tafsir Fi Zhilalil Al-Qur’an: di Bawah Naungan Al-

Qur’an. Jakarta:Gema Insani Press

Rofiq, Ahmad. 2013. Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta: Rajawali Press.

Sabiq, Sayyid. 1980. Fikih Sunnah Jilid 8. Bandung: PT Alma‟arif.

Sarong, Hamid A. 2004. Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia. Yayasan Pena: Banda Aceh.

Sastrawujaya, Syafiyudin. 1977. Beberapa Masalah Tentang Kenakalan Remaja.

Bandung: PT. Karya Nusantara.

Satria, Efendi M. Zein. 2010. Problemantika Hukum Keluarga Islam

Kontemporer. Jakarta:Kencana

Shihab, Quraish. 1999. Wawasan Al-Quran Tafsir Maudu’i atas Berbagai

Persoalan Umat. Bandung: Mizan.

Sumiyati, Lilis. 2015. Murtad sebagai Penghalang Hadhanah (Studi Analisis

Putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur Perkara Nomor

1700/Pdt.G/2010/PAJT). Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Surahmad, Winarno. 1996. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.

Syafei, Sahlan. 2006. Bagaimana Anda Memiliki Anak. Bogor: Ghalia Indonesia.

Syarifudin, Amir. 2007. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana

Lentera.

Tahido, Huzaemah Yanggo. 2004.Fikih Anak.Jakarta:PT. Al-Mawardi Prima

Zaini Muderis 1992. Adopsi Suatu Tinjauan dari Tiga Sistem

Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.

Undang-undang RI No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Cet. 1. Surabaya:

Puataka Tinta Mas

Usman, Sution Aji. 1989. Kawin Lari dan Kawin Antar Agama. Yogyakarta:

Liberty.

Wawancara dengan Ibu Etik pada tanggal 3 Agustus 2017

Wawancara dengan Ibu Wiwin pada tanggal 3 Agustus 2017

Wawancara dengan Bapak Suroto dan Ibu Kayati pada tanggal 3 Agustus 2017

Page 82: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

68

Wawancara dengan bapak Andoyo pada tanggal 6 Agustus 2017

Zuriah, Nurul. 2007. Metodologi Pendidikan Sosial dan Pendidikan. Jakarta:

Sinar Grafika.

Page 83: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 84: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Ahmad Muntaha

TTL : Kabupaten Semarang, 13 Maret 1993

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Kewarganegaraan : WNI

Alamat : Ngelo RT 04 RW 02, Desa Getasan, Kab.

Semarang

E-mail : [email protected]

Pendidikan Formal

Tahun 2000 – 2006 : SD N Getasan 03

Tahun 2006 – 2009 : MTS Assalaam Temanggung

Tahun 2009 – 2012 : MA Assalaam Temanggung

Tahun 2012 – 2017 : IAIN Salatiga Jurusan S1 – Hukum Keluarga

Islam

Pendidikan Non-formal

Tahun 2012 : Pelatihan Komputer AMIKA Salatiga

Pengalaman Organisasi

Dewan Mahasiswa IAIN Salatiga tahun 2015.

Senat Mahasiswa IAIN Salatiga tahun 2014.

HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) syari‟ah tahun 2013.

PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) tahun 2012.

Demikian Daftar Riwayat Hidup ini saya buat menurut keadaan yang sebenarnya.

Page 85: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah
Page 86: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah
Page 87: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

,

Foto Hasil Observasi di Kantor KelurahanDesaGetasan, Kecamatan Getasan

Kabupaten Semarang padaTanggal 03 Agustus 2017

Page 88: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

F

Foto Hasil Wawancara Keluarga Etik dan Ismono

Tanggal 03 Agustus 2017

Foto Hasil Wawancara Keluarga Prayogo dan Wiwin

Tanggal 04 Agustus 2017

Page 89: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

F

FotoHasilWawancaraKeluargaSurotodanKayati

Tanggal 03 Agustus 2017

Foto Hasil Wawancara Keluarga Andoyo dan Dewi

Tanggal 06 Agustus 2017

Page 90: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

DAFTAR NILAI SKK

NAMA :AHMAD MUNTAHA

NIM : 211 - 12 - 010

FAKULTAS : SYARIAH

JURUSAN : HUKUM KELUARGA ISLAM

NO NAMA KEGIATAN PELAKSANAAN KETERANGAN NILAI

1 OPAK STAIN Salatiga 2012

dengan Tema Progresif Kaum Muda

Kunci Perubahan Indonrsia

05-07 September

2012

Peserta

3

2 OPAK Jurusan Syariah,

Membangun Pribadi Mahasiswa

Melalui Analisa Sosial Ke-Syari'ah-

an

09 September 2012 Peserta

3

3 Orientasi Dasar KeIslaman (ODK),

Membangun Karakter KeIslaman

Bertaraf Internasional di Era

Globalisasi Bahasa, ITTAQO

10 September 2012 Peserta

2

4 Seminar Enterpreneurship dan

Perkoperasian 2012, Explore Your

Enterpreneurship Talent, KSEI &

MAPALA MITAPASA

11 September 2012 Peserta

2

5 Achievment Motivation Training,

dengan AMT Bangun Karakter Raih

Prestasi, JQH & LDK

12 September 2012 Peserta

2

6 UPT Perpustakaan, Library User

Education

13 September 2012 Peserta

2

7 MAPABA PMII Joko Tingkir

Salatiga 2012, PMII

7 Oktober 2012 Peserta

3

8 Seminar Regional Resimen

Mahasiswa Sat. 953

„KALIMOSODO‟, MENWA

29Oktober 2012 Peserta

4

9 Dialog Publik dan Silaturahim

Nasional, Kemanakah Arah

Kebijakan BBM? Mendorong

Subsidi BBM untuk Rakyat, PMII &

ASWAJA TENGAH

10 November 2012 Peserta

6

10 Seminar Nasional Kebangsaan,

IPNU Kab. Semarang

27 Desember 2012 Peserta

6

11 Peringatan Maulid Nabi Muhammad

SAW Tahun 1434 H, KSEI

27Januari 2013 Peserta

2

12 Pelatian Kader Dasar (PKD) 2013

“Kontekstualisasi ASWAJA dalam

Arah Gerak PMII”, PMII

22-24 Februari2013 Peserta

3

Page 91: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

M

13 Seminar Nasional, Mengawal

Pengendalian BBM, Kebijakan

BLSM yang tepatSasaran Serta

Pengendalian Inflasi Dalam Negeri

sebagai Dampak Kenaikan Harga

BBM Bersubsidi, DEMA

8 Juli 2013 Peserta

6

14 Seminar Nasional & Dialok Publik

Tema “Penyesuaian Harga BBM

Bersubsidi”,HMJ Syariah

27 Juni 2013 Peserta 6

15 Kaflah Khotmil Qur,an dan Haul

KH. NUR CHOLIS KE-8

31 Januari 2013 Peserta 2

16 Sosialisasi Pancasila, MPR RI 30 Agustus 2013 Peserta

6

17 Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan dan

Seminar Nasional Tema “4 Pilar

Kebangsaan Untuk Mempertegas

Karakter Ke-Indonesiaan”, IPNU

24 Oktober 2013 Peserta

6

18 SK PC IPNU No: 012/C/SP/XVI/

7354/XI/2014, Pengurus Anak

Cabang IPNU Kecamatan Getasan

Masa Khidmat 2014-2016

15 November 2014 Divisi Kaderisasi

& Organisasi

4

19 Seminar Kesehatan PON-PES

Tahfidzul Qur‟an Daarul Quddusis

Salam

13Februari 2013 Peserta

2

20 SK No: St.24.1/R/PP.00.9/200/2015

Pengurus Dewan Mahasiswa

(DEMA) IAIN Salatiga Masa Bakti

2015

17 Maret 2015 Departeman

Sosial Politik 4

21 Seminar Nasiomal, Tema

“Mencegah Generasi Pemuda Islam

dari Radikalisme ISIS”

6 Mei 2015 Peserta 6

22 Pesantren Kilat PAC IPNU-IPPNU

Getasan Tema “Mencetak Pelajar

Ulul Albab dalam Bingkai Islam

Indonesia”

6 Juli 2015 Panitia 3

23 Pendidikan Mental Dan Orasi

Pergerakan Mahasiswa Islam

Indonesia Tema “Revilusi Mental

yang Tertidur dalam Pergerakan”,

PMII

1-2Desember 2015 Panitia 3

24 Seminar Nasional Tema “ISIS?

RAHMATAL LIL ALAMIN NYA

MANA?”, PMII

19 Desember 2015 Peserta 6

Page 92: HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2567/1/AHMAD MUNTAHA.pdfPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak hadhanah

H