hak asasi manusia

10
Setiap O 1. Pengertian Hak asa Pengertian hak asa tetapi saya di sini berikut: 1) Hak asasi manus Dalam Pasal 1 Manusia adalah manusia sebaga yang wajib dih Pemerintah, da martabat manus 2) Hak asasi manus Hak asasi manu manusia melalu Islam manusia jawab, oleh kar yang ditegakan Maknanya tuga sementara keb tanggung jawab Islam bertolak telah menjadik tercantum dala “ Dan Dialah ya Serta dalam sur HAK ASASI MANUSIA HAM Ke-7 Orang Memiliki Hak Yang Sama Dimata Huku asi manusia asi manusia ini sebenaranya, ruang lingku hanya mengambil dari dua sudut pandan sia menurut UU No.39 Tahun 1999 tentang h ayat (1) Undang-undang ini yang dimaksu h seperangkat hak yang melekat pada hak ai mahkluk Tuhan Yang Maha Esa dan meru hormati, dijunjung tinggi dan dilindungi o an setiap orang demi kehormatan serta per sia. sia menurut Islam usia dalam Islam tertuang secara transende ui syariat Islam yang diturunkan melalui wa adalah makhluk yang bebas yang memilik renanya ia memiliki hak dan kebebasan. Das n atas dasar persamaan atau egaliter t as yang diemban tidak akan terwujud tanp bebasan secara eksistensial tidak akan ter b itu sendiri. dari akidah yang tinggi dalam memandang kan manusia sebagai Khalifah di muka am al-Qur’an surat al-An’am ayat 165, yang ar ang menjadikan kamu penguasa-penguasa di rat al-Baqarah ayat 30, yang artinya : um upnya sangatlah luas, ng saja yaitu sebagai hak asasi manusia ud dengan Hak Asasi kikat dan keberadaan upakan anugerah-Nya oleh negara, hukum, rlindungan harkat dan en untuk kepentingan ahyu. Menurut ajaran ki tugas dan tanggung sarnya adalah keadilan tanpa pandang bulu. pa adanya kebebasan, rwujud tanpa adanya g manusia. Allah SWT a bumi sebagaimana artinya : i bumi”.

Upload: rizka-puspaning-hanar

Post on 18-Feb-2016

6 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Hak Asasi Manusia; setiap orang memiliki hak yang sama dimata hukum

TRANSCRIPT

HAK ASASI MANUSIA

HAM Ke-7

Setiap Orang Memiliki Hak Yang Sama Dimata Hukum

1. Pengertian Hak asasi manusia

Pengertian hak asasi manusia ini sebenaranya, ruang lingkupnya sangatlah luas,

tetapi saya di sini hanya mengambil dari dua sudut pandang saja yaitu sebagai

berikut:

1) Hak asasi manusia menurut UU No.39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia

Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-undang ini yang dimaksud dengan Hak Asasi

Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan

manusia sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya

yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum,

Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan

martabat manusia.

2) Hak asasi manusia menurut Islam

Hak asasi manusia dalam Islam tertuang secara transenden untuk kepentingan

manusia melalui syariat Islam yang diturunkan melalui wahyu. Menurut ajaran

Islam manusia adalah makhluk yang bebas yang memiliki tugas dan tanggung

jawab, oleh karenanya ia memiliki hak dan kebebasan. Dasarnya adalah keadilan

yang ditegakan atas dasar persamaan atau egaliter tanpa pandang bulu.

Maknanya tugas yang diemban tidak akan terwujud tanpa adanya kebebasan,

sementara kebebasan secara eksistensial tidak akan terwujud tanpa adanya

tanggung jawab itu sendiri.

Islam bertolak dari akidah yang tinggi dalam memandang manusia. Allah SWT

telah menjadikan manusia sebagai Khalifah di muka bumi sebagaimana

tercantum dalam al-Qur’an surat al-An’am ayat 165, yang artinya :

“ Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi”.

Serta dalam surat al-Baqarah ayat 30, yang artinya :

HAK ASASI MANUSIA

HAM Ke-7

Setiap Orang Memiliki Hak Yang Sama Dimata Hukum

1. Pengertian Hak asasi manusia

Pengertian hak asasi manusia ini sebenaranya, ruang lingkupnya sangatlah luas,

tetapi saya di sini hanya mengambil dari dua sudut pandang saja yaitu sebagai

berikut:

1) Hak asasi manusia menurut UU No.39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia

Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-undang ini yang dimaksud dengan Hak Asasi

Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan

manusia sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya

yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum,

Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan

martabat manusia.

2) Hak asasi manusia menurut Islam

Hak asasi manusia dalam Islam tertuang secara transenden untuk kepentingan

manusia melalui syariat Islam yang diturunkan melalui wahyu. Menurut ajaran

Islam manusia adalah makhluk yang bebas yang memiliki tugas dan tanggung

jawab, oleh karenanya ia memiliki hak dan kebebasan. Dasarnya adalah keadilan

yang ditegakan atas dasar persamaan atau egaliter tanpa pandang bulu.

Maknanya tugas yang diemban tidak akan terwujud tanpa adanya kebebasan,

sementara kebebasan secara eksistensial tidak akan terwujud tanpa adanya

tanggung jawab itu sendiri.

Islam bertolak dari akidah yang tinggi dalam memandang manusia. Allah SWT

telah menjadikan manusia sebagai Khalifah di muka bumi sebagaimana

tercantum dalam al-Qur’an surat al-An’am ayat 165, yang artinya :

“ Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi”.

Serta dalam surat al-Baqarah ayat 30, yang artinya :

HAK ASASI MANUSIA

HAM Ke-7

Setiap Orang Memiliki Hak Yang Sama Dimata Hukum

1. Pengertian Hak asasi manusia

Pengertian hak asasi manusia ini sebenaranya, ruang lingkupnya sangatlah luas,

tetapi saya di sini hanya mengambil dari dua sudut pandang saja yaitu sebagai

berikut:

1) Hak asasi manusia menurut UU No.39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia

Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-undang ini yang dimaksud dengan Hak Asasi

Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan

manusia sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya

yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum,

Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan

martabat manusia.

2) Hak asasi manusia menurut Islam

Hak asasi manusia dalam Islam tertuang secara transenden untuk kepentingan

manusia melalui syariat Islam yang diturunkan melalui wahyu. Menurut ajaran

Islam manusia adalah makhluk yang bebas yang memiliki tugas dan tanggung

jawab, oleh karenanya ia memiliki hak dan kebebasan. Dasarnya adalah keadilan

yang ditegakan atas dasar persamaan atau egaliter tanpa pandang bulu.

Maknanya tugas yang diemban tidak akan terwujud tanpa adanya kebebasan,

sementara kebebasan secara eksistensial tidak akan terwujud tanpa adanya

tanggung jawab itu sendiri.

Islam bertolak dari akidah yang tinggi dalam memandang manusia. Allah SWT

telah menjadikan manusia sebagai Khalifah di muka bumi sebagaimana

tercantum dalam al-Qur’an surat al-An’am ayat 165, yang artinya :

“ Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi”.

Serta dalam surat al-Baqarah ayat 30, yang artinya :

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, Sesungguhnya Aku

hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”.

Hak asasi manusia dalam Islam mengandung prinsip-prinsip dasar tentang

persamaan, kebebasan dan penghormatan terhadap sesama manusia.

Persamaan, artinya Islam memandang semua manusia setara, yang

membedakan adalah prestasi ketakwaanya. Hal ini sesuai dengan al-Qur’an Surat

al-Hujurat ayat 13, yang artinya :

“ Hai manusia, sesungguhnya Kami ciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan,

dan Kami jadikan kamu berbanga-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling

mengenal. Sesungguhnya yang mulia diantara kamu adalah yang paling takwa”.

2. Hak Asasi Manusia Setiap Orang Memiliki Hak Yang Sama Dimata Hukum

Kali ini saya akan membahas hak asasi manusia tentang setiap orang memilik hak

yang sama dimata hukum yang dipandang dari sudut pandang undang-undang dan

agama. Diantaranya sebagai berikut:

a) Berdasarkan Undang-Undang

Dalam mukadimah pasal 7 yang berbunyi:

“Semua orang sama di depan hukum dan berhak atas perlindungan hukum yang

sama tanpa diskriminasi. Semua berhak atas perlindungan yang sama terhadap

setiap bentuk diskriminasi yang bertentangan dengan Pernyataan ini dan

terhadap segala hasutan yang mengarah pada diskriminasi semacam itu.”

Dalam UUD 1945 pasal 28 D ayat 1 yang berbunyi

“Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan perlindungan, dan kepstian

hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum”

Dalam pasal 7 UU HAM No. 39 tahun 1999 yang berbunyi:

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, Sesungguhnya Aku

hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”.

Hak asasi manusia dalam Islam mengandung prinsip-prinsip dasar tentang

persamaan, kebebasan dan penghormatan terhadap sesama manusia.

Persamaan, artinya Islam memandang semua manusia setara, yang

membedakan adalah prestasi ketakwaanya. Hal ini sesuai dengan al-Qur’an Surat

al-Hujurat ayat 13, yang artinya :

“ Hai manusia, sesungguhnya Kami ciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan,

dan Kami jadikan kamu berbanga-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling

mengenal. Sesungguhnya yang mulia diantara kamu adalah yang paling takwa”.

2. Hak Asasi Manusia Setiap Orang Memiliki Hak Yang Sama Dimata Hukum

Kali ini saya akan membahas hak asasi manusia tentang setiap orang memilik hak

yang sama dimata hukum yang dipandang dari sudut pandang undang-undang dan

agama. Diantaranya sebagai berikut:

a) Berdasarkan Undang-Undang

Dalam mukadimah pasal 7 yang berbunyi:

“Semua orang sama di depan hukum dan berhak atas perlindungan hukum yang

sama tanpa diskriminasi. Semua berhak atas perlindungan yang sama terhadap

setiap bentuk diskriminasi yang bertentangan dengan Pernyataan ini dan

terhadap segala hasutan yang mengarah pada diskriminasi semacam itu.”

Dalam UUD 1945 pasal 28 D ayat 1 yang berbunyi

“Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan perlindungan, dan kepstian

hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum”

Dalam pasal 7 UU HAM No. 39 tahun 1999 yang berbunyi:

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, Sesungguhnya Aku

hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”.

Hak asasi manusia dalam Islam mengandung prinsip-prinsip dasar tentang

persamaan, kebebasan dan penghormatan terhadap sesama manusia.

Persamaan, artinya Islam memandang semua manusia setara, yang

membedakan adalah prestasi ketakwaanya. Hal ini sesuai dengan al-Qur’an Surat

al-Hujurat ayat 13, yang artinya :

“ Hai manusia, sesungguhnya Kami ciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan,

dan Kami jadikan kamu berbanga-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling

mengenal. Sesungguhnya yang mulia diantara kamu adalah yang paling takwa”.

2. Hak Asasi Manusia Setiap Orang Memiliki Hak Yang Sama Dimata Hukum

Kali ini saya akan membahas hak asasi manusia tentang setiap orang memilik hak

yang sama dimata hukum yang dipandang dari sudut pandang undang-undang dan

agama. Diantaranya sebagai berikut:

a) Berdasarkan Undang-Undang

Dalam mukadimah pasal 7 yang berbunyi:

“Semua orang sama di depan hukum dan berhak atas perlindungan hukum yang

sama tanpa diskriminasi. Semua berhak atas perlindungan yang sama terhadap

setiap bentuk diskriminasi yang bertentangan dengan Pernyataan ini dan

terhadap segala hasutan yang mengarah pada diskriminasi semacam itu.”

Dalam UUD 1945 pasal 28 D ayat 1 yang berbunyi

“Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan perlindungan, dan kepstian

hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum”

Dalam pasal 7 UU HAM No. 39 tahun 1999 yang berbunyi:

1) Setiap orang berhak untuk menggunakan semua upaya hukum nasional dan

forum internasional atas semua pelanggaran hak asasi manusia yang dijamin

oleh hukum Indonesia dan hukum internasional mengenai hak asasi manusia

yang telah diterima negara Republik Indonesia.

2) Ketentuan hukum internasional yang telah diterima negara Republik

Indonesia yang menyangkut hak asasi manusia menjadi hukum nasional

b) Menurut pandangan agama

Islam memerintahkan umatnya untuk berbuat adil dengan

semua orang, memerintah mereka berbuat adil dengan orang

yang mereka cintai dan orang yang mereka benci, ia menginginkan

mereka adil secara mutlak hanya karena Allah, bukan karena

sesuatu yang lain, standarnya tidak dipengaruhi oleh kecintaan

dan kebencian; rasa cinta tidak mendorong umat Islam yang

bertakwa meninggalkan kebenaran dan condong kepada kebatilan

karena orang yang mereka cintai, dan kebencian tidak

menghalangi mereka melihat kebenaran dan memperhatikannya

karena orang yang mereka benci.

banyak ayat al-Qur'an yang menjelaskan manhaj Islam yang

lurus dalam masalah keadilan kepada semua manusia, orang

yang kita cintai, dan orang yang kita benci, dalam setiap

situasi dan kondisi.

Allah swt berfirman dalam berbuat adil pada orang yang kita

cintai:

Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang

benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi Karena Allah

biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum

kerabatmu. (QS. An Nisaa': 135)

1) Setiap orang berhak untuk menggunakan semua upaya hukum nasional dan

forum internasional atas semua pelanggaran hak asasi manusia yang dijamin

oleh hukum Indonesia dan hukum internasional mengenai hak asasi manusia

yang telah diterima negara Republik Indonesia.

2) Ketentuan hukum internasional yang telah diterima negara Republik

Indonesia yang menyangkut hak asasi manusia menjadi hukum nasional

b) Menurut pandangan agama

Islam memerintahkan umatnya untuk berbuat adil dengan

semua orang, memerintah mereka berbuat adil dengan orang

yang mereka cintai dan orang yang mereka benci, ia menginginkan

mereka adil secara mutlak hanya karena Allah, bukan karena

sesuatu yang lain, standarnya tidak dipengaruhi oleh kecintaan

dan kebencian; rasa cinta tidak mendorong umat Islam yang

bertakwa meninggalkan kebenaran dan condong kepada kebatilan

karena orang yang mereka cintai, dan kebencian tidak

menghalangi mereka melihat kebenaran dan memperhatikannya

karena orang yang mereka benci.

banyak ayat al-Qur'an yang menjelaskan manhaj Islam yang

lurus dalam masalah keadilan kepada semua manusia, orang

yang kita cintai, dan orang yang kita benci, dalam setiap

situasi dan kondisi.

Allah swt berfirman dalam berbuat adil pada orang yang kita

cintai:

Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang

benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi Karena Allah

biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum

kerabatmu. (QS. An Nisaa': 135)

1) Setiap orang berhak untuk menggunakan semua upaya hukum nasional dan

forum internasional atas semua pelanggaran hak asasi manusia yang dijamin

oleh hukum Indonesia dan hukum internasional mengenai hak asasi manusia

yang telah diterima negara Republik Indonesia.

2) Ketentuan hukum internasional yang telah diterima negara Republik

Indonesia yang menyangkut hak asasi manusia menjadi hukum nasional

b) Menurut pandangan agama

Islam memerintahkan umatnya untuk berbuat adil dengan

semua orang, memerintah mereka berbuat adil dengan orang

yang mereka cintai dan orang yang mereka benci, ia menginginkan

mereka adil secara mutlak hanya karena Allah, bukan karena

sesuatu yang lain, standarnya tidak dipengaruhi oleh kecintaan

dan kebencian; rasa cinta tidak mendorong umat Islam yang

bertakwa meninggalkan kebenaran dan condong kepada kebatilan

karena orang yang mereka cintai, dan kebencian tidak

menghalangi mereka melihat kebenaran dan memperhatikannya

karena orang yang mereka benci.

banyak ayat al-Qur'an yang menjelaskan manhaj Islam yang

lurus dalam masalah keadilan kepada semua manusia, orang

yang kita cintai, dan orang yang kita benci, dalam setiap

situasi dan kondisi.

Allah swt berfirman dalam berbuat adil pada orang yang kita

cintai:

Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang

benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi Karena Allah

biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum

kerabatmu. (QS. An Nisaa': 135)

dan Allah berfirman dalam berbuat adil terhadap orang-orang

yang kita benci:

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang

yang selalu menegakkan (kebenaran) Karena Allah, menjadi

saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap

sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.

berlaku adillah, Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. (QS.

Al Maidah: 8)

Islam menyuruh adil dalam kesaksian jika kita diminta untuk

bersaksi, walaupun kesaksian ini menyulitkan kita atau

menyulitkan orang yang disaksikan, karena ia adalah kesaksian

karena Allah:

Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di

antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu

Karena Allah. (QS. ath Thalaq: 2)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya hak asasi manusia dalam

kesamaan hak dalam memperoleh keadilan dimata hukum menurut undang-undang

sesuai dengan agama. Sehingga jika tanpa adanya undang-undang sistem ini sudah

dapat berjalan dengan mudah ksrena sudah ditetapkan sejak dahulu, namun seiring

berjalannya waktu ada perubahan akhlaq dari masyarakat sehingga perlu adanya

penegakan hukum yang memiliki dasar yang disebut dengan undang-undang dasar

dan di perkuat dengan adanya undang-undang hak asasi manusia.

dan Allah berfirman dalam berbuat adil terhadap orang-orang

yang kita benci:

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang

yang selalu menegakkan (kebenaran) Karena Allah, menjadi

saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap

sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.

berlaku adillah, Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. (QS.

Al Maidah: 8)

Islam menyuruh adil dalam kesaksian jika kita diminta untuk

bersaksi, walaupun kesaksian ini menyulitkan kita atau

menyulitkan orang yang disaksikan, karena ia adalah kesaksian

karena Allah:

Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di

antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu

Karena Allah. (QS. ath Thalaq: 2)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya hak asasi manusia dalam

kesamaan hak dalam memperoleh keadilan dimata hukum menurut undang-undang

sesuai dengan agama. Sehingga jika tanpa adanya undang-undang sistem ini sudah

dapat berjalan dengan mudah ksrena sudah ditetapkan sejak dahulu, namun seiring

berjalannya waktu ada perubahan akhlaq dari masyarakat sehingga perlu adanya

penegakan hukum yang memiliki dasar yang disebut dengan undang-undang dasar

dan di perkuat dengan adanya undang-undang hak asasi manusia.

dan Allah berfirman dalam berbuat adil terhadap orang-orang

yang kita benci:

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang

yang selalu menegakkan (kebenaran) Karena Allah, menjadi

saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap

sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.

berlaku adillah, Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. (QS.

Al Maidah: 8)

Islam menyuruh adil dalam kesaksian jika kita diminta untuk

bersaksi, walaupun kesaksian ini menyulitkan kita atau

menyulitkan orang yang disaksikan, karena ia adalah kesaksian

karena Allah:

Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di

antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu

Karena Allah. (QS. ath Thalaq: 2)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya hak asasi manusia dalam

kesamaan hak dalam memperoleh keadilan dimata hukum menurut undang-undang

sesuai dengan agama. Sehingga jika tanpa adanya undang-undang sistem ini sudah

dapat berjalan dengan mudah ksrena sudah ditetapkan sejak dahulu, namun seiring

berjalannya waktu ada perubahan akhlaq dari masyarakat sehingga perlu adanya

penegakan hukum yang memiliki dasar yang disebut dengan undang-undang dasar

dan di perkuat dengan adanya undang-undang hak asasi manusia.

3. Permasalah yang terjadi terkait dengan pelanggaran HAM oleh penegak hukum

1) Tingkat Kekayaan Seseorang

Salah satu keputusan kontroversial yang terjadi pada bulan Februari ini adalah

jatuhnya putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (PN Jakpus) terhadap

terpidana kasus korupsi proyek pemetaan dan pemotretan areal hutan antara

Departemen Hutan dan PT Mapindo Parama, Mohammad “Bob” Hasan . PN

Jakpus menjatuhkan hukuman dua tahun penjara potong masa tahanan dan

menetapkan terpidana tetap dalam status tahanan rumah. Putusan ini

menimbulkan rasa ketidakadilan masyarakat, karena untuk kasus korupsi

yang merugikan negara puluhan milyar rupiah, Bob Hasan yang sudah

berstatus terpidana hanya dijatuhi hukuman tahanan rumah. Proses

pengadilan pun relatif berjalan dengan cepat. Demikian pula yang terjadi

dengan kasus Bank Bali, BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia), kasus

Texmaco, dan kasus-kasus korupsi milyaran rupiah lainnya.

Dibandingkan dengan kasus pencurian kecil, perampokan bersenjata, korupsi

yang merugikan negara “hanya” sekian puluh juta rupiah, putusan kasus Bob

Hasan sama sekali tidak sebanding. Masyarakat dengan mudah melihat bahwa

kekayaanlah yang menyebabkan Bob Hasan lolos dari hukuman penjara.

Kemampuannya menyewa pengacara tangguh dengan tarif mahal yang dapat

mementahkan dakwaan kejaksaan, hanya dimiliki oleh orang-orang dengan

tingkat kekayaan tinggi.

2) Tingkat Jabatan Seseorang

Kasus Ancolgate berkaitan dengan studi banding ke luar negeri (Australia,

Jepang, dan Afrika Selatan) yang diikuti oleh sekitar 40 orang anggota DPRD

DKI Komisi D. Dalam studi banding tersebut anggota DPRD yang berangkat

memanfaatkan dua sumber keuangan yaitu SPJ anggaran yang diperoleh dari

anggaran DPRD DKI sebesar 5.2 milyar rupiah dan uang saku dari PT

Pembangunan Jaya Ancol sebesar 2,1 milyar rupiah. Dalam kasus ini, sembilan

orang staf Bapedal dan Sekwilda dikenai tindakan administratif, sementara

Kepala Bapedal DKI Bambang Sungkono dan Kepala Dinas Tata Kota DKI

Ahmadin Ahmad tidak dikenai tindakan apapun.

Dalam kasus ini, terlihat penyelesaian masalah dilakukan segera setelah media

cetak dan elektronik menemukan ketidakberesan dalam masalah pendanaan

studi banding tersebut. Penyelesaian secara administratif ini seakan dilakukan

agar dapat mencegah tindakan hukum yang mungkin bisa dilakukan. Rasa

ketidakadilan masyarakat terusik tatkala sanksi ini hanya dikenakan pada

pegawai rendahan. Pihak kejaksaan pun terkesan mengulur-ulur janji untuk

mengusut kasus ini sampai ke pejabat tertinggi di DKI, yaitu Gubernur

Sutiyoso, yang sebagai komisaris PT Pembangunan Jaya Ancol ikut

bertanggungjawab.

3) Nepotisme

Terdakwa Letda (Inf) Agus Isrok, anak mantan Kepala Staf Angkatan Darat

(KASAD), Jendral (TNI) Subagyo HS, diperingan hukumannya oleh mahkamah

militer dari empat tahun penjara menjadi dua tahun penjara . Disamping itu,

terdakwa juga dikembalikan ke kesatuannya selama dua minggu sambil

menunggu dan berpikir terhadap vonis mahkamah militer tinggi. Putusan ini

terasa tidak adil dibandingkan dengan vonis-vonis kasus narkoba lainnya yang

terjadi di Indonesia yang didasarkan atas pelaksanaan UU Psikotropika.

Disamping itu, proses pengadilan ini juga memperlihatkan eksklusivitas

hukum militer yang diterapkan pada kasus narkoba.

4) Tekanan Internasional

Kasus Atambua, Nusa Tenggara Timur, yang terjadi pada tanggal 6 September

2000, yang menewaskan tiga orang staf UNHCR mendapatkan perhatian

internasional dengan cepat. Dimulai dengan keluarnya Resolusi No. 1319 dari

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB), surat dari Direktur

Bank Dunia kepada Presiden Abdurrahman Wahid untuk segera

menyelesaikan permasalahan tersebut, permintaan DK PBB untuk mengirim

misi penyelidik kasus Atambua ke Indonesia, desakan CGI (Consultatif Group

on Indonesia), sampai dengan ancaman embargo oleh Amerika Serikat.

Tekanan internasional ini mengakibatkan cepatnya pemerintah bertindak,

dengan segera melucuti persenjataan milisi Timor Timur dan mengadili

beberapa bekas anggota milisi Timor Leste yang dianggap bertanggung jawab.

Apabila dibandingkan dengan kasus-kasus kekerasan yang terjadi di bagian

lain di Indonesia, misalnya : Ambon, Aceh, Sambas, Sampit, kasus Atambua

termasuk kasus yang mengalami penyelesaian secara cepat dan tanggap dari

aparat.

Dalam enam bulan sejak kasus ini terjadi, kekerasan berhasil diatasi, milisi

berhasil dilucuti, dan situasi kembali aman dan normal. Meskipun ada

perhatian internasional dalam kasus-kasus kekerasan lain di Indonesia, namun

tekanan yang terjadi tidak sebesar pada kasus Atambua. Dalam pandangan

masyarakat, derajat tekanan internasional menentukan kecepatan aparat

melakukan penegakan hukum dalam mengatasi kasus kekerasan.

Beberapa Akibat Inkonsistensi Penegakan Hukum di Indonesia

Inkonsistensi penegakan hukum di atas berlangsung terus menerus selama puluhan

tahun. Masyarakat sudah terbiasa melihat bagaimana law in action berbeda dengan

law in the book. Masyarakat bersikap apatis bila mereka tidak tersangkut paut

dengan satu masalah yang terjadi. Apabila melihat penodongan di jalan umum,

jarang terjadi masyarakat membantu korban atau melaporkan pelaku kepada aparat.

Namun bila mereka sendiri tersangkut dalam suatu masalah, tidak jarang mereka

memanfaatkan inkonsistensi penegakan hukum ini. Beberapa contoh kasus berikut

ini menunjukkan bagaimana perilaku masyarakat menyesuaikan diri dengan pola

inkonsistensi penegakan hukum di Indonesia.

1. Ketidakpercayaan Masyarakat pada Hukum

Masyarakat meyakini bahwa hukum lebih banyak merugikan mereka,dan sedapat

mungkin dihindari. Bila seseorang melanggar peraturan lalu lintas misalnya, maka

sudah jamak dilakukan upaya “damai” dengan petugas polisi yang bersangkutan agar

tidak membawa kasusnya ke pengadilan . Memang dalam hukum perdata, dikenal

pilihan

penyelesaian masalah dengan arbitrase atau mediasi di luar jalur pengadilan untuk

menghemat waktu dan biaya. Namun tidak demikian hal nya dengan hukum pidana

yang hanya menyelesaikan masalah melalui pengadilan. Di Indonesia, bahkan

persoalan pidana pun masyarakat mempunyai pilihan diluar pengadilan.

2. Penyelesaian Konflik dengan Kekerasan

Penyelesaian konflik dengan kekerasan terjadi secara sporadis di beberapa tempat di

Indonesia. Suatu persoalan pelanggaran hukum kecil kadang membawa akibat

hukuman yang sangat berat bagi pelakunya yang diterima tanpa melalui proses

pengadilan. Pembakaran dan penganiayaan pencuri sepeda motor, perampok,

penodong yang dilakukan massa beberapa waktu yang lalu merupakan contoh.

Menurut Durkheim masyarakat ini menerapkan hukum yang bersifat menekan

(repressive). Masyarakat menerapkan sanksi tersebut tidak atas pertimbangan

rasional mengenai jumlah kerugian obyektif yang menimpa masyarakat itu,

melainkan atas dasar kemarahan kolektif yang muncul karena tindakan yang

menyimpang dari pelaku. Masyarakat ingin memberi pelajaran kepada pelaku dan

juga pada memberi peringatan anggota masyarakat yang lain agar tidak melakukan

tindakan pelanggaran yang sama.

3. Pemanfaatan Inkonsistensi Penegakan Hukum untuk Kepentingan Pribadi

Dalam beberapa kasus yang berhasil ditemukan oleh media cetak, terbukti adanya

kasus korupsi dan kolusi yang melibatkan baik polisi, kejaksaan, maupun hakim

dalam suatu perkara. Kasus ini biasanya melibatkan pengacara yang menjadi

perantara antara terdakwa dan aparat penegak hukum. Fungsi pengacara yang

seharusnya berada di kutub memperjuangkan keadilan bagi terdakwa , berubah

menjadi pencari kebebasan dan keputusan seringan mungkin dengan segala cara bagi

kliennya. Sementara posisi polisi dan jaksa yang seharusnya berada di kutub yang

menjaga adanya kepastian hukum, terbeli oleh kekayaan terdakwa. Demikian pula

hakim yang seharusnya berada ditengah-tengah dua kutub tersebut, kutub keadilan

dan kepastian hukum, bisa jadi condong membebaskan atau memberikan putusan

seringan-ringannya bagi terdakwa setelah melalui kesepakatan tertentu.

4. Penggunaan Tekanan Asing dalam Proses Peradilan

Campur tangan asing bagaikan pisau bermata dua. Disatu pihak tekanan asing dapat

membawa berkah bagi pencari keadilan dengan dipercepatnya penyidikan dan

penegakan hukum oleh aparat. Lembaga asing non pemerintah biasanya aktif

melakukan tekanan-tekanan semaam ini, misalnya dalam pengusutan kasus

pembunuhan di Aceh, tragedi Ambon, Sambas, dan sebagainya.

Namun di lain pihak tekanan asing kadang juga memberi mimpi buruk pula bagi

masyarakat. Beberapa perusahaan asing yang terkena kasus pencemaran lingkungan,

gugatan tanah oleh masyarakat adat setempat, serta sengketa perburuhan, kadang

menggunakan negara induknya untuk melakukan pendekatan dan tekanan terhadap

pemerintah Indonesia agar tercapai kesepakatan yang menguntungkan kepentingan

mereka, tanpa membiarkan hukum untuk menyelesaikannnya secara mandiri.

Tekanan tersebut dapat berupa ancaman embargo, penggagalan penanaman modal,

penghentian dukungan politik, dan sebagainya. Kesemuanya untuk meningkatkan

posisi tawar mereka dalam proses hukum yang sedang atau akan dijalaninya.

Persoalannya adalah bagaimana mengatasi ini semua, tentunya harus dimulai dari

pembenahan sistem pendidikan hukum di Indonesia yang harus juga diikuti dengan

penguatan kode etik profesi dan organisasi profesi bagi kelompok advokat,

pengaturan dan penguatan kode perilaku bagi hakim, jaksa, dan polisi serta adanya

sanksi yang tegas terhadap setiap terjadinya tindakan tercela, adanya transparansi

informasi hukum melalui putusan-putusan pengadilan yang dapat diakses oleh

masyarakat, dan adanya kesejahteraan dan kondisi kerja yang baik bagi aparat

penegak hukum.

Oleh sebab bagi masyarakat insonesia pengadilan dan hukum bukanlah payung untuk

tempat berlindung namun hanya sekedar pelengkap pendiriannya negara. Sehingga

untuk membangkitkan kepercayaan masyarakat terhadap hukum negara sangatlah susah,

padahal dalam teori tertulis bahwa setiap warga negara memiliki hak yang sama dimata

hukum. Namun tak jarang pula banyak penegak hukum yang memiliki jiwa yang adil dan

banyak kasus yang terselesaikan dengan damai dan menguntungkan banyak pihak.

Daftar pustaka

1. Undang-Undang Hak Asasi Manusia No.39 Tahun 1999

2.