hadits.pdf

21
Page | 1 MAKALAH STUDI HADITS KRITIK SANAD HADITS Dosen pengampuh : Muhammad Tulus, M.Pd.I Disusun Oleh : 1. Amir fahmi amrulloh (13110020) 2. Farid andriyanto (13110075) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2014

Upload: afhafahmi

Post on 11-Oct-2015

7 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • Page | 1

    MAKALAH STUDI HADITS

    KRITIK SANAD HADITS

    Dosen pengampuh :

    Muhammad Tulus, M.Pd.I

    Disusun Oleh :

    1. Amir fahmi amrulloh (13110020)

    2. Farid andriyanto (13110075)

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN JURUSAN

    PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2014

  • Page | 2

    Kata Pengantar

    Alhamdulillah,dengan rahmat dan karunia Allah Swt, kami dapat menyusun

    makalah berjudukritik sanad hadits. Semua ini tidak lepas dari Rahman dan Rahim

    sertapertolongan-Nya.sehingga semua hamba tandan kendala dalam penyusunan

    makalah ini dapat dilalui dengan mudah.Tak lupa shalawat serta salam,selalu

    tercurahkan kepadaNabi Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya dari

    kegelapan menuju masa yang ternagbenderang.

    Makalah ini, diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada para

    mahasiswa yang ingin mempelajari tentang kritik sanad hadits agar lebih mudah

    dalam belajar dan mengetahui karakteristik suatu budaya dalam antropologi.Karena

    studi budaya merupakan saat satu ilmu penting dalam kehidupan masyarakat

    Semoga makalah ini dapat membantu semua teman mahasiswa/i dalam

    mempelajari dan memahami mata kuliahIlmustudi hadits. Khususnya dalam hal kritik

    sanad hadits.

    Malang, juni 2014

    Penyusun

  • Page | 3

    Daftar Isi

    Daftar Isi...i

    A. BAB I PENDAHULAN....ii

    B. BAB II PEMBAHASAN...1

    C. Sifat-sifat hadits yang diterima periwayatannya1

    D. Sifat-sifat hadits di tolak periwayatannya..2

    E. Metode penerimaan suatu periwayatan..2

    F. Contoh hadits..6

    G. Redaksi hadits.6

    H. Skema para perawi hadits...7

    1. Para Periwayat Dan Biografinya8

    2. Uji Kethiqahan Para Periwayat10

    3. Pembahasan Derajat Hadith Secara Kualitas Dan Kuantitas12

    4. Syarh hadits13

    BAB III KESIMPULAN15

    Daftar Pustaka

  • Page | 4

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Perkataan, kepribadian dan perbuatan Nabi Muhammad Saw merupakan

    pegangan, dan uswah (tauladan) bagi kita kaum mislimin. Selain itu, sejarah

    perjuangannya pun dijadikan motivasi bagi ummat Islam sedunia dalam melanjutkan

    dakwah menyebarkan amar maruf dan nahi mungkar . Oleh karena itu, siapa saja

    yang ingin mengetahui manhaj (metodologi) keberhasilan perjuangan, karakteristik

    dan pokok-pokok ajaran Nabi muhammad Saw. Maka hal itu dapat kita pelajri

    bersama dalam sunnah al Nabawiyyah.

    Penelitian kualitas dan kuantitas hadis perlu dilakukan, bukan berarti

    meragukan hadis Nabi Muhammad saw, tetapi melihat keterbatasan perawi hadis

    sebagai manusia, yang ada kalannya melakukan kesalahan, baik karena lupa maupun

    karena didorong oleh kepentingan tertentu . Keberadan perawi hadis sangat

    menentukan kualitas hadis, baik kualitas sanad maupun kualitas matan hadis.Obyek

    terpenting dalam rangka penilitian hadis ada dua macam, yaitu : (1) materi hadis itu

    sendiri (matn al hadis) dan (2) rangkaian terhadap sejumlah periwayat yang

    menyampaikan riwayat hadis (sanad al hadis), akan tetapi dalam makalah ini kami

    hanya mengkritik sanad hadits.

  • Page | 5

    B. Rumusan masalah

    1. Bagaimana sifat-sifat hadits yang diterima atau ditolak periwayatannya?

    2. Bagaimana metode penerimaan suatu periwayatan?

    3. Bagaimana biografi dan ketsiqahan para perawi hadits ?

    4. Bagaimana derajat suatu hadith secara kualitas dan kuantitas ?

    C. Tujuan masalah

    1. Mengetahui sifat-sifat hadits yang diterima atau ditolak periwayatannya

    2. Mengetahui metode penerimaan suatu periwayatan

    3. Mengetahui biografi dan ketsiqahan para perawi hadits

    4. Mengetahui derajat suatu hadith secara kualitas dan kuantitas

  • Page | 6

    BAB II

    PEMBAHASAN

    I. Sifat-sifat hadits yang diterima periwayatannya

    Dalam kualitas suatu hadis, misalnya hadis sahih perawi yang periwayatannya di

    terima apabila dengan ketentuan sebagai berikut:

    1. Diriwayatkan oleh para perawi yang dapat dipercaya amalan agamannya;

    dikenal sebagai orang yang jujur, memahami dengan baik hadis yang

    diriwayatkan, mengetahui perubahan arti hadis bila terjadi perubahan lafalnya;

    mampu meriwayatkan hadis dengan secara lafal, terpelihara hapalannya bila

    meriwayatkan hadis secara lafal, bunyi hadis yang diriwayatkan oleh oarang

    lain dan terlepas dari tadlis (menyembunyikan cacat).1

    2. Rangkaian riwayatnya bersambung sampai kepada Nabi Muhammad SAW,

    atau dapat juga tidak sampai pada Nabi.2

    3. Seorang perawi harus adil.

    Kata adil menurut bahasa berarti lurus, tidak berat sebelah tidak dzalim, tidak

    menyimpang, tulus, dan jujur. Seseorang dikatakan adil apabila dalam dirinya

    terdapat sifat yang dapat mendorong terpeliharanya ketakwaan, yaitu

    senantiasa melaksanakan perintah agama dan meninggalkan larangannya, dan

    terjaganya sifat Muruah, yaitu senantiasa berakhlaq baik dalam segala

    tingkah lakunya.3

    4. Seorang perawi yang dhabit

    Kata dhabit menurut bahasa artinya yang kokoh, yang kuat. Seorang perawi

    dikatakan dhabit apabila dia mempunyai daya ingat sempurna terhadap hadis

    yang diriwayatkannya.

    1 Mudasir, Ilmu Hadis, Bandung: Pustaka Setia, 2010, hal. 143

    2 Ibid.

    3 Ibid, hal. 146

  • Page | 7

    Menurut Ibnu Hajar al-Syaqalani, perawi yang dhabit adalah perawi yang kuat

    hafalannya terhadap segala sesuatu yang pernah didengarnya, kemudian

    mampu menyampaikan hafalan tersebut manakal diperlukan. Ini artinyabahwa

    orang yang disebut dhabit harus mendengar secara utuh apa yang diteriama

    atau didengarnya, memahami isinya sehingga terpantri dalam ingatannya,

    kemudian mampu menyampaikan kepada orang lain atau meriwayatkannya

    sebagai mestinya.4

    J. Sifat-sifat hadits di tolak periwayatannya

    Sedangkan perawi yang periwayatannya tidak diterima adalah kebalikan dari

    ketentuan perawi yang riwayatnya diterima yaitu sebagai berikut:

    1. Seorang perawi yang berdusta

    2. Perawinya tidak adil

    3. Hafalan hadis seorang perawi itu tidak kuat atau tidak dhabit

    4. Hadis yang disampaikan oleh perawi itu hadis yang palsu.

    K. Metode penerimaan suatu periwayatan

    Para ulama hadis menggolongkan metode penerimaan suatu periwayatan hadis

    menjadi delapan macam berikut ini5:

    a. As-Sima, yakni penerimaan hadis dengan cara mendengar perkataan

    gurunya, baik dengan cara didiktekan maupun cara lainnya, baik dari

    hapalannya maupun dari tulisannya.

    Menurut jumhur ahli hadis, as-sima merupaka cara penerimaan hadis yang

    paling tinggi tingkatnya. Sebagian dari mereka mengatakan bahwa as-sima

    yang dibarengi dengan al-kitabah mempunyai nilai lebih tinggi karena

    4 Ibid, hal. 147

    5 Ibid, hal. 183

  • Page | 8

    terjamin kebenarannya dan terhindar dari kesalahan dibandingkan dengan

    cara-cara lainnya.

    b. Al-Qiraah Ala Asy-syekh atau disebut juga dengan Al-Ard

    Yaitu penerimaan hadis dengan cara seorang murid membacakan hadis di

    hadapan guru, baik dia sendiri yang membacakan maupun tidak, namun ia

    memegang atau mengetahui tulisannya atau tergolong tsiqah.

    Para ulama sepakat bahwa cara seperti ini dianggap sah, namun mereka

    berbeda pendepat mengenai derajat al-qiraah. Al-Lais bin Saad, Syuban,

    Ibnu Juriah, Sufyan Ats-Tsauri, dan Abu Hanifah menganggap bahwa al-

    qariah lebih baik dibandingkan dengan as-sima, sebab dalam as-sima,

    sebab dalam as-sima bila bacaan gurunya salah, murid tidak leluasa untuk

    menolak kesalahan, sedangkan dalam al-qiraah, bila bacaan murid salah,

    guru segera mengolaksinya. Imam Malik, Bukhari, kebanyakan ulama hijaz

    dan kufah menganggap bahwa al-qiraah dengan as-sima mempunyai derajat

    yang sama. Ibnu Abbas mengatakan (kepada muridnya), bacakanlah

    kepadaku, sebab bacaan kalian kepadaku seperti bacaanku kepada kalian.

    Sementara itu Ibnu Ash-Shalah, Imam dan beberapa ulama lainnya

    beranggapan bahwa as-sima lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan

    cara al-qiraah

    c. Al-Ijazah

    Yakni seorang guru yang memberikan izin kepada muridnya untuk

    meriwayatkan hadis atau kitab kepada seseorang atau orang-orang tertentu,

    sekalipun sangmurid tidak membacakan kepada gurunya

    Para ulama berbeda pendapat mengenai penggunan al-Ijazah sebagai cara

    untuk meriwayatkan hadis. Ibnu Hazm mengatakan bahwa cara

    meriwayatkan hadis dengan menggunakan ijazah dianggap bidah, dan tidak

    diperbolehkan. Bahkan ada sebagian ulama yang mengingkari cara al-ijazah

  • Page | 9

    ini. Adapun ulama yang memeperbolehkan cara al-ijazah ini menetapkan

    bahwa sang guru hasur benar-benar mengerti tentang hadis atau kita yang

    diijazahkan dan naskah muridnya harus menyamai dengan yang asli, ehingga

    seolah-olah naskah tersebut adalah aslinya selain itu, guru yang memberi

    ijazah itu benar-benar ahli ilmu.

    d. Al-Munawalahd

    Yakni seorang guru memberikan hadis atau beberapa hadis atau sebuah kitab

    kepada muridnya untuk diriwayatkan. Ada juga yang mengatakan bahwa al-

    munawalah ialah seorang guru memberi kepada muridnya sebuah kitab

    asliyang didengar dari gurunya, atau suatu naskah yang sudah dicocokkan,

    sambil berkata: inilah hadis-hadis yang sudah aku dengar dari seseorang,

    maka riwayatkanlah hadis ini dariku dan akan aku ijazahkan kepadamu untuk

    diriwayatkan.

    e. Al-Mukatabah

    Yakni seorang guru kepada menuliskan sendiri atau menyuruh orang lain

    untuk menuliskan sebagian hadisnya untuk diberikan kepada murid yang ada

    dihadapannya atau yang tidak hadir dengan jalan mengirimkan surta melalui

    orang yang tidak hadir dengan jalan mengirimkan surat melalui orang yang

    dipercaya untuk menyampaikannya.

    f. Al-Ilam

    Yakni memberitahuan seorang guru kepadda muridnya, bahwa hadis atau

    kitab yang diriwayatkan di terima dari sesseorang tanpa memberikan izin

    kepada muridnyan unutk meriwayatkan hadis-hadis tersebut atau tanpa ada

    perinta untuk meriwayatkan. Sebagian ulama ahli ushul da Ibnu Ash-shalah

    menetapn bahwa meriwayatkan hadis dengan cara ini adalah tidaksah,

    sedangkan kebanyakan ulama ahli hadis, ahli fiqh, dan ahli ushul

    membolehkan.

  • Page | 10

    g. Al-Wasiyah

    Yakni seorang guru ketika akan meninggal atau bepergian, meninggalkan

    pesan kepada orang lain untuk meriwayatkanhadis atau kitabnya apabila ia

    meninggal atau bepergian. Periwayatan hadis dengan cara ini oleh jumhur

    dianggap lemah.

    h. Al-Wajadah

    Yakni seseorang memperoleh hadis orang lain dengan mempelajari kitab-

    kitab hadis dengan tidak melalui cara as-sima, al-ijazah, atau al-munawalah.

    Para ulama berselisih pendapat mengenai cara ini. Imam Syafii dan

    segolongan pengikutnya memperbolehkan beramal dengan hadis yang

    periwayatannya melalui cara ini. Ibnu Ash-Shalah mengatakan bahwa

    sebagian ulama muhaqqiqin mewajibkan mengamalkannya bila diyakini

    kebenrannya.

  • Page | 11

    L. Contoh hadits Berikut adalah hadits hasil penelitian penulis:

    5. Redaksi hadits

    (16( )2674)

    :

    :

    .

    .1

    Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah bin Sa'id dan

    Ibnu Hujr, mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Isma'il yaitu Ibnu

    Ja'far dari Al 'Ala dari bapaknya dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah

    shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: "Barang siapa mengajak kepada

    kebaikan, maka ia akan mendapat pahala sebanyak pahala yang diperoleh orang-

    orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun.

    Sebaliknya, barang siapa mengajak kepada kesesatan, maka ia akan mendapat

    dosa sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi

    dosa mereka sedikitpun."

    1 . : : :2003 :

    : . :171

  • 21 | egaP

    :stidah iwarep arap amekS .6

    ) (

  • Page | 13

    7. Para Periwayat Dan Biografinya

    1.

    Abu Hurairah lahir pada tahun 21 sebelum Hijriyah. pada masa

    Jahiliyah, sebelum ia masuk Islam, namanya aslinya abdurahman bin syakr

    ada juga yang menyebutnya Abu Syamsi. ia Masuk Islam pada tahun ke-7

    Hijriyah, ketika perang Khaibar sedang berkecamuk. Abu hurairah langsung

    terjun ke dalam perang tersebut. setelah ia msuk Islam, Nabi SAW

    memberinya nama Abdurahman.Abu Hurairah sangat menyenangi seekor

    kucing, sehingga sering kucing itu digendong, dirawat, diberi makan dan bagi

    kucing itu disediakan tempat khusus. maka beliau digelari pula dengan Abu

    Hurairah, yang artinya orang yang menyanyangi kucing. Nama lengkap

    Beliau adalah Abu Hurairah bin Shakhkhar. Ibunya adalah Maimunah, yang

    sempat masuk Islam sebelum wafatnya.

    2.

    Nama Lengkap : Abdur Rahman bin Ya'qub

    Kalangan : Tabi'in kalangan pertengahan

    3.

    Nama Lengkap : Al 'Alaa' bin 'Abdur Rahman bin Ya'qub dari Kalangan

    Tabi'in kalangan biasa Kuniyahnya Abu Syubul berasalNegeri semasa hidup :

    Madinah beliau Wafat 132 H

    4. ( )

    Nama lengkapnya adalah Abul Fida, Imaduddin Ismail bin Umar bin

    Katsir al-Qurasyi al-Bushrawi ad-Dimasyqi, lebih dikenal dengan nama Ibnu

    Katsir. Beliau lahir pada tahun 701 H di sebuah desa yang menjadi bagian dari

    kota Bashra di negeri Syam. Pada usia 4 tahun, ayah beliau meninggal

    sehingga kemudian Ibnu Katsir diasuh oleh pamannya. Pada tahun 706 H,

    beliau pindah dan menetap di kota Damaskus.

  • Page | 14

    5.

    Yahya bin Ayyub, nama lengkapnya adalah Yahya bin Ayyub Al-

    Maqabiri Abu Zakaria al-Baghdadi al-Abid.Dilahirkan pada tahun 157 H dan

    wafat pada tanggal 2 Rabiul Awwal 234H. Guru-guru beliau adalah Ismail

    bin Jafar, Abdullah bin Mubarak, Hasyim, marwan bin Muawiyah, Ibn

    Wahab, dan lain-lain.Sedangkan murid-murid beliau adalah Imam Muslimin,

    Abu Daud, Imam Bukhari, Imam Nasai, Abdullah BIN Ahmad bin Hanbal

    dan lain-lain.Ibnu Syuaib AL-Hirani mengatakan bahwasannya beliau adalah

    seorang hamba pilihan Allah SWT.Imam Husain bin Fahmi juga mengatakan

    bahwa Ibnu Yahya bin Ayyub adalah orang yang tsiqah (kuat), wara, muslim

    yang baik , berkata-kata sesuai dengan sunnah.

    6.

    Qutaibah bin Said, Nama lengkap beliau adalah Qutaibah bin Said

    bin Jamil bin Tharif bin Abdullah Ats-Tsaqafy. Ibnu Adi mengatakan: nama

    beliau adalah Yahya, sedangkan Qutaibah adalah gelar. Sedangkan Ibnu

    mundah mengatakan : nama beliau adalah Al. Guru-guru beliau adalah :

    Malik, Al-Laits, Rasyidin bin Saad, Ismal bin Jafar, Ismal bin Alyah,

    ibnu Dhamrah, Ibnu Usamah, Marwan bin Muawiyah, dan lain-lain.Murid-

    murid beliau adalah: Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Ab Daud, Imam

    Nasi, Imam TarmidziAhmad bin Saad Ad-Darimy, Ab Bakar bin Syaibah,

    dan lain-lain. Beliau mempunyai satu murid yaitu an-nasi.Ibnu Muayyan,

    Ab Hatim, dan Imam Nasi mengatakan bahwa Qutaibah adalah orang yang

    tsiqh (kuat). Imam Nasi menambahkan, beliau juga dalah orang yang

    shuduq (dapat dipercaya). Farhiyany mengatakan : Qutaibah adalah orang

    yang dapat dipercaya. Al-hakim juga berpendapat: Qutaibah adalah orang

    yang tsiqtun mamun (kuat lagi amanah).

  • Page | 15

    7.

    Nama Lengkap Ali bin Hajar bin Iyas berasal dari KalanganTabi'ut

    Tabi'in kalangan biasa mempunyai Kuniyah Abu Al Hasanberasal dari Negeri

    semasa hidup Baghdad dan beliau Wafat 244 H

    8. Uji Kethiqahan Para Periwayat

    1.

    a) Dalam kitab As-shabah Karya Ibnu Hajar asqolani 2hal 1166 jilid 2-

    disebutkan: bahwa abu Hurairah di sebut sahabat yang sudah tidak

    diragukan lagi keshitqohannya.

    2.

    a) Dalam kitab tadzkirah limarifatul kitabu asirah hal 1034- jilid 2-

    disebutkan bahwa tidak masalah mengambilnya sebagai perawi. 3

    b) Dalam kitab Tadhzibut Tahzib hal 202 jilid 6 disebutkan bahwa,

    abi Hatim, ayahnya menilainya: 4

    c) Dari kitab dan halaman yang sama Hibban menilainya

    3.

    a) Dalam kitab tadzkirah limarifatul kitabu asirah hal 1319 jilid 2-

    5disebutkan bahwa imam ahmad menilainya :

    b) Dalam kitab Tadhzibut Tahzib hal 300- jilid- 6 disebutkan Abdullah

    bin ahmad dari Abiyah menilainya

    2 Ibnu Hajar asqolani As-shabah , jus 2, hlm 1166

    3 tadzkirah limarifatul kitabu asirah jilid, 2 ,;hal 1034,

    4 Tadhzibut Tahzib ; jilid 6,; hal 202

    5 tadzkirah limarifatul kitabu asirah; jilid 2; hal 1319

  • Page | 16

    c) Dari kitab dan halaman yang sama Hubaan menilainya

    4. ( )

    a) Dalam kitab tadzkirah limarifatul kitabu asirah hal 113 jilid 1

    disebutkan bahwa Imam ahmad, Abu Zurah annasai, dan para jumhur

    ahli hadits menilainya:

    b) Dalam kitab Tadhzibut Tahzib hal 301- jilid 6 6disebutkan Ahmad,

    Abu Zurah Nasai dan abu Muin menilainya :

    5.

    a) Dalam kitab tadzkirah limarifatul kitabu asirah hal 1823- jilid 4 di

    sebutkan bahwa, Imam Ahmad menilainya : shaleh, sedangkan ibn

    Madini dan ibn Hatim menilainya : shaduq .

    b) Dalam kitab Tadhzibut Tahzib hal 207 jilid 9 disebutkan bahwa,

    Ahmad menilainya shaleh, sedangkan Dzakarah ibnu Hibban

    menilainya .

    6.

    a) Dalam kitab tadzkirah limarifatul kitabu asirah hal 1486- jilid -3, di

    sebutkan bahwa Yahya, abu Hatim, dan Nasai menyebutnya dan

    Ahmad memujinya sebagai orang yang terakhir yang mendengar abu

    Lahiah.

    b) Dalam kitab Tadhzibut Tahzib hal 488 jilid 6- , disebutkan bahwa

    ibn Maiin, abu Hatim, Nasai menilainya .

    7.

    6 Tadhzibut Tahzib -.,jilid 6 ,. hal 301

  • Page | 17

    a) Dalam kitab tadzkirah limarifatul kitabu asirah hal 1190- jilid -2,

    desebutkan bahwa ia termasuk hafidz lagi , NasaI menilainya

    mamun.

    M. Pembahasan Derajat Hadith Secara Kualitas Dan Kuantitas

    1. Kualitas

    Dari paparan data dan analisa tentang tsiqah al-rawi dan ittisal al-sanad dapat

    disimpulkan sebagai berikut:

    a) Dilihat dari kualitas periwayat dapat dinyatakan bahwa seluruh periwayat

    dalam sanad termasuk periwayat yang tsiqah.

    b) Semua periwayat dalam sanad bersambung sanadnya.

    Maka dengan demikian bisa disimpulkan bahwa hadits tentang anjuran menikah

    ini adalah shahihul isnad.

    2. Kuantitas

    Sebagaimana yang terlampir di atas, meski terdapat beberapa

    periwayatan hadits, namun hadits ini hanya diriwayatkan oleh satu orang

    sahabat yakni sahabat Abu Hurairah, sehingga dapat disimpulkan bahwa

    hadits ini termasuk hadits shahih.

  • Page | 18

    Syarh hadits

    Hadits di atas menerangkan bahwa betapa pentingnya seorang muslim

    mengajak dan menyeru saudara muslimnya untuk kebaikan karena dengan menyeru

    mereka kepada kebaikan maka seorang muslim akan mendapatkan keutamaan dari

    Alloh SWT. Hal ini sesuai dengan misi rosul diutus di bumi ini yaitu dakwah.

    Dakwah menurut bahasa (etimologi) berasal dari kata Ad-Dua yang berarti nenyeru

    semua manusia atas urusan dan memberi dorongan kepada manusia agar berbuat

    untuk urusan itu, sebagaimana firman Alloh SWT:

    Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki orang yang

    dikehendaki-Nya kepada jalan yang Lurus (Islam).

    Dakwah adalah adalah tugas diutusnya para nabi ke dunia. Alloh SWT

    berfirman

    :

    Hai Nabi, Sesungguhnya Kami mengutusmu untuk Jadi saksi, dan pembawa

    kabar gemgira dan pemberi peringatan, dan untuk Jadi penyeru kepada agama Allah

    dengan izin-Nya dan untuk Jadi cahaya yang menerangi. (QS. Al-Ahzab: 45-46)

    Karena dakwah merupakan pekerjaan nabi dan rosul, maka sebaik-baik

    pekerjaan adalah dakwah. Karena orang yang sanggup berdakwah berarti pewaris

    tugas nabi. Firman Alloh SWT:

  • Page | 19

    Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru

    kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku

    Termasuk orang-orang yang menyerah diri? ( QS. Fushilat: 33)

    Beliau sendiri mengajarkan kepada umatnya untuk berdakwah. Ilmu yang

    dipunyai tidak hanya untuk diri sendiri , namun ilmu itu di samping disamping

    diambil guna manfaat untuk dirinya, juga untuk member guna manfaat pad orang

    lain. Rosuluulloh bersabda:

    Sampaikan ( sesuatu) yang bersumber dariku meski hanya satu ayat (H.R. Bukhori)

    Semoga Alloh menganugerahkan wajah (di hari kiamat) bagi seseorang yang

    mendengar sesuatu dari kemudian dia menyampaikan apa yang dia dengar itu.

    Karena boleh jadi seorang penerima lebih wai (memahami) daripada pendengar itu

    sendiri. (H.R. Turmudzi)

  • Page | 20

    BAB III

    KESIMPULAN

    Meneliti tentang hadits, seperti telah dikaji oleh para ulama terdahulu sangat

    penting untuk diteliti ulang oleh para sarjana masa kini, meskipun kajian-kajian

    hadits yang akan dilakukan hanya terbatas pada kajian literatur yang telah ditulis oleh

    ulama terdahulu, hal ini menjadi penting karena kajian tentang penelitian hadits ini

    kurang banyak digeluti oleh para sarjana .

    Penelitian hadits memerlukan sebuah ketelitian, referensi yang banyak dan

    kesungguhan karena ini merupakan penelitian yang tidak sederhana dan tidak

    gampang, meneliti hadits yang benar-benar berasal dari Rasulullah (baca: shahih)

    tidak hanya cukup meneliti dari segi sanadnya saja, namun lebih dari pada itu

    meneliti matan juga penting meskipun sebagian ulama sepakat bahwa penelitian

    tentang syadz dan illat bukanlah perkara yang mudah.

  • Page | 21

    DAFTAR PUSTAKA

    Mudasir, Ilmu Hadis, 2010

    .

    : : 2003

    Ibnu Hajar asqolani. As-shabah

    tadzkirah limarifatul kitabu asirah

    Tadhzibut Tahzib

    Nuruddin. 2012. itr ulumul hadits.