h. landasan teori 1. pengertianproduktivitas · bagi bank dan nasabah yang ingin mendapatkan...
TRANSCRIPT
H. LANDASAN TEORI
1. PENGERTIANPRODUKTIVITAS
Produktivitas pekerja hanyalah salah satu dari sekian banyak faktor yang
terkait di dalam produktivitas secara keseluruhan, di samping itu juga
terdapat faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu produktif yang
dihasilkan oleh pekerja. Adapun pengertian yang sesungguhnya dari
produktivitas secara umum adalah menghasilkan lebih, dengan kata lain lebih
baik, optimal dalam jumlah yang sama dari usaha manusia yang telah
dikeluarkan (Glaser, 1976). Sedangkan menurut Gregerman, (1984, pp. 4-5)
dikatakan bahwa secara sederhana produktivitas dapat diuraikan sebagai
suatu perbandingan antara total output yang berupa barang maupun jasa pada
waktu tertentu dibagi dengan total input-nya yang berupa 5 (lima) M, yaitu
man, material, money, method dan machine selama periode yang
bersangkutan dalam satuan unit. Dengan tetap mengacu pada sumber yang
sama, secara matematis produktivitas dapat digambarkan menjadi:
Productivity = total outputs of the firm : total inputs used by the firm
Untuk lebih sederhananya, produktivitas pekerja adalah suatu efisiensi,
dengan sumber daya-sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan jenis
output tertentu. Hal ini mengacu pada jumlah jam kerja yang dikeluarkan oleh
pekerja atau total jam yang dipakai untuk pengukuran output pekerja.
Produktivitas bukanlah sesuatu yang digunakan untuk membuat pekerja
11
bekerja lebih lama ataupun lebih keras. Namun hasil dari peningkatan
produktivitas ini umumnya berasal dari perencanaan yang baik, waktu
produktif yang dihasilkan tinggi, penanaman investasi yang bijaksana,
teknologi baru, maupun pencapaian efisiensi yang lebih tinggi.
Dalam judul laporan tugas akhir ini, pengertian dari pekerja white-collar
sendiri tidak dapat didefinisikan secara eksplisit. Hal ini dapat meliputi segala
macam tingkatan jabatan, mulai dari pekerja-pekerja kantor, insinyur,
ilmuwan, pegawai administrasi, bahkan CEO. Beberapa menyamakan
pengertian pekerja white-collar ini dengan pekerja tidak langsung atau
indirect labor (Ruch, 1996).
Ada beberapa faktor yang membuat pengukuran produktivitas pekerja
white-collar ini perlu dilakukan, yaitu:
1. Evaluasi: Untuk menjawab pertanyaan "Seberapa baik pekerjaan yang
sudah dilakukan?" Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa hal ini
semacam evaluasi untuk mengontrol beberapa tujuan pemberian jasa dan
untuk mengetahui beberapa variabel pengukuran.
2. Perencanaan: Untuk menjawab pertanyaan "Apa yang sebaiknya
dilakukan?" Hal ini berupa usulan maupun pandangan atas hasil analisa
dari pengukuran produktivitas di masa lalu.
Adapun halangan-halangan yang mengacu kepada pengembangan
pengukuran produktivitas white-collar ini dibagi ke dalam lima kategori
dasar, yaitu:
1. Kesukaran untuk mendefinisikan atau menentukan suatu output atau
kontribusi yang dibuat oleh pekerja white-collar.
12
2. Kecenderungan orang menganalisa produktivitas diukur dari aktivitas
daripada hasil yang didapatkan.
3. Antara kuantitas dan kualitas pada umumnya sering tidak dapat
dipisahkan, di mana kuantitas dan kualitas ini lebih mudah
didefinisikan dalam suatu perusahaan manufaktur daripada dalam suatu
industrijasa.
4. Perbedaan tidak dapat selalu dibuat antara efisiensi dan efektifitas.
Efisiensi mengacu kepada seberapa baik suatu pekerjaan dilakukan
dengan menghargai kebutuhan akan waktu, material, modal atau
sumber daya-sumber daya yang lain; sedangkan efektifitas mengacu
kepada seberapa baik suatu pekerjaan diselesaikan sesuai dengan tujuan
yang sudah dinyatakan pada awalnya.
5. Pekerja-pekerja white-collar pada umumnya sering tidak terbiasa
terhadap pengukuran yang dilakukan. Mereka melihat suatu sistem
pengukuran sebagai suatu pelanggaran terhadap hak-hak mereka dan
mereka merasa takut terhadap hasil dari pengukuran tersebut.
2. PENGERTIAN CUSTOMER SERVICE
Customer Service merupakan suatu bagian dari unit organisasi yang
berada di front office yang berfungsi sebagai sumber informasi dan perantara
bagi bank dan nasabah yang ingin mendapatkan jasa-jasa pelayanan maupun
produk-produk bank.
Sesuai dengan fungsinya, Customer Service diharapkan dapat melakukan
One Stop Service, artinya nasabah cukup menghubungi bagian Customer
13
Service saja dalam berhubungan dengan bank dan selanjutnya Customer
Service akan menjelaskan ataupun mengerjakan kebutuhan nasabah tersebut
dengan menghubungi bagian yang terkait. Hal ini akan meningkatkan
kepuasan nasabah karena akan merasa bahwa kepentingannya dilaksanakan
dengan rasa penuh tanggung jawab dan tidak perlu berhubungan dengan
banyak orang untuk memenuhi kebutuhannya.
Dalam kedudukannya sebagai centre & contact point antara bank
dengan nasabah, Customer Service haruslah mengetahui secara umum dan
luas bentuk-bentuk pelayanan jasa dan produk bank dengan baik. Kesempatan
berhubungan dengan nasabah yang cukup besar dapat dipergunakan secara
efektif untuk menawarkan produk-produk bank lainnya dalam rangka Cross
Selling.
2.1 Jasa Pelayanan Customer Service
Pelayanan yang dapat diberikan oleh bagian Customer Service
adalah:
1. Pengertian, media dan pembukaan rekening koran harian maupun
bulanan,
2. melayani pembuatan slip pendebetan biaya rekening koran harian,
3. melayani nasabah tentang informasi saldo,
4. melayani pembukaan rekening giro,
5. melayani penutupan rekening giro,
6. melayani pembukaan dan perpanjangan rekening tabungan,
7. melayani penutupan rekening tabungan,
14
8. melayani pembuatan slip untuk biaya penutupan rekening tabungan,
9. melayani pembukaan rekening deposito,
10. melayani pembukaan dan penutupan ATM,
11. melayani inkaso,
12. melayani nasabah dalam memberikan informasi mengenai transfer,
13. melayani pembukaan maupun pemberian informasi mengenai listrik,
14. melayani nasabah dalam persiapan dan pengambilan buku CH/BG,
15. melayani pembatalan CH/BG,
16. melayani pembuatan slip untuk beban biaya buku CH/BG,
17. melayani penjualan counter cheque,
18. melayani pembuatan slip untuk counter cheque,
19. melayani maupun mengatasi saran dan keluhan nasabah,
20. melayani nasabah dalam hal permohonan informasi apapun,
21. melayani tolakan maupun tarikan kliring dan kiriman uang.
2.2 Sikap Petugas Customer Service
Daya tarik sebuah bank juga dapat diperhatikan dari citra dan
pelayanan dari karyawannya. Citra adalah pelayanan yang cepat, tepat,
disertai etiket dan sopan santun kepada nasabah. Etiket atau sopan santun
dalam pelayanan adalah ketentuan yang tidak tertulis yang harus
dilaksanakan oleh seorang karyawan yang berada pada bidang pelayanan
itu sendiri, dalam menghadapi nasabah dengan metode lebih memuaskan
dan menyenangkan para nasabah. Hal ini merapakan syarat mutlak demi
citra perusahaan dan memerlukan pelatihan dan kemauan yang kuat.
15
3. PEMAHAMAN METODA SAMPLING KERJA (WORKSAMPLING)
Pengukuran kerja melalui metoda sampling ini adalah suatu teknik untuk
mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap aktivitas kerja dari mesin,
proses atau pekerj a/operator. Dalam bahasa asingnya, sampling sendiri sering
disebut dengan work sampling atau random observation method
(Wignjosoebroto, 1995, pp. 214). Pengukuran kerja dengan metoda sampling
kerja ini diklasifikasikan sebagai pengukuran kerja secara langsung, karena
pelaksanaan kegiatan pengukuran harus secara langsung di tempat kerja yang
diteliti. Teknik sampling kerja ini pertama kali digunakan oleh seorang
sarjana Inggris bernama L.H.C. Tippett dalam aktivitas penelitiannya di
industri textil. Adapun cara atau metoda sampling kerja ini telah terbukti
sangat efektif dan efisien untuk digunakan dalam mengumpulkan informasi
mengenai kerja mesin atau operatomya, sebab cara ini dapat dipakai untuk
menentukan waktu longgar (allowance time) yang tersedia untuk suatu
pekerj aan dengan cepat dan mudah serta untuk menetapkan waktu baku
dalam proses produksi dan pendayagunaan mesin yang sebaik-baiknya.
Apabila dibandingkan dengan metoda kerja yang lain, metoda sampling kerja
ini akan terasa jauh lebih efisien karena informasi yang dikehendaki akan
didapatkan dalam waktu relatif lebih singkat dan dengan biaya yang tidak
terlalu besar. Secara garis besar metoda sampling kerja ini akan dapat
digunakan untuk:
• Mengukur "Rasio Produktivitas" dari sejumlah mesin, karyawan/operator
atau fasilitas kerja lainnya. Sebagai contoh ialah untuk menentukan
16
prosentase dari jam atau hari dimana mesin atau orang benar-benar
terlibat dalam aktivitas kerja dan prosentase dimana sama sekali tidak ada
aktivitas kerja yang dilakukan (menganggur atau idle)
Metoda kerja sampling ini dikembangkan berdasarkan hukum probabilitas
{the law of probability), karena itulah maka pengamatan suatu obyek tidak
perlu dilaksanakan secara menyeluruh (populasi) melainkan cukup dilakukan
dengan menggunakan contoh (sampel) yang diambil secara acak (random).
Suatu sampel atau contoh yang diambil secara acak dari suatu grup populasi
yang besar akan cenderung memiliki pola distribusi yang sama seperti yang
dimiliki oleh grup populasi tersebut. Apabila sampel yang diambil cukup
besar, maka karakteristik yang dimiliki oleh sampel tersebut tidak akan jauh
berbeda dibandingkan dengan karakteristik dari grup populasinya.
3.1 Prosedur Pelaksanaan Sampling Kerja
Untuk lebih memahaminya, bagan atau gambar di bawah ini akan
menjelaskan tentang langkah-langkah pelaksanaan sampling kerja
sebagai berikut:
17
LANGKAH PERSIAPAN AWAL
•*" Catat segala informasi dari semua fasilitas yang ingin diamati.
•»" Rencanakanjadwal waktu pengamatan berdasarkan prinsip randomisasi.
I PENGAMATAN AWAL (PRE-WORK SAMPLING)
•" Melaksanakan pengamatan awal sejumlah pengamatan tertentu secara acak (N).
"~ Menghitung pengamatan awal untuk N pengamatan tersebut.
HITUNG DERAJAT KETELITIAN DARI DATA PENGAMATAN YANG
DIPEROLEH
Rumus yang digunakan adalah:
1/pO-P) s=k lhr Catatan: p di sini adalah prosentase produktif.
I V
w
ANALISA KESIMPULAN
Membuat analisa terhadap hasil akhir yang berkaitan dengan
Menarik kesimpulan dan saran perbaikan.
% produktivitas (P).
Sumber. Wignjosoebroto (1995)
Gambar 2.1
Langkah-langkah Sistematis Dari Aktivitas Sampling Kerja
3.2 Aplikasi Sampling Kerja Untuk Kegiatan Perkantoran (Office Work)
Dalam hal ini dipergunakan untuk mengamati kegiatan dan perilaku
pekerja-pekerja kantor (clerical workers). Beberapa program dirancang
pula untuk mengukur prosentase waktu yang dikontribusikan untuk
berbagai macam aktivitas perkantoran dengan hasil akhir berupa saran-
saran perbaikan ke arah peningkatan efisiensi kerja. Seperti halnya
dengan aktivitas sampling kerja lainnya maka terlebih dahulu harus
18
dijabarkan secara detail elemen-elemen kerja perkantoran tersebut,
misalnya:
• Menerima dan mempelajari instruksi-instruksi (informasi).
• Kegiatan menghitung, menulis, mengetik, dan Iain-lain.
• Kegiatan menelepon.
• Idle, delay, allowance, dan Iain-lain.
Secara menyeluruh, akti vitas sampling kerja adalah
menyederhanakan metoda/ prosedur kerja dengan harapan hal ini akan
mengarah ke peningkatan efisiensi kerja dan mengurangi biaya overhead.
Selain itu tentu saja aktivitas ini akan berguna untuk:
• Mengidentifikasikan kegiatan-kegiatan produktif dan kegiatan-
kegiatan yang tidak produktif.
• Memperbaiki aktivitas pekerja.
• Mengidentifikasikan saat-saat kegiatan puncak (aktivitas sibuk) dan
kegiatan menganggur {idle atau delay) yang terjadi.
• Menopang usulan penambahan jumlah personil yang ada dan
sebaliknya.
• Mengidentifikasikan macam-macam kegiatan yang seharusnya
dilaksanakan dalam suatu jabatan dan menghilangkannya apabila
dianggap perlu (Job content atau job description).
Di samping itu, aktivitas sampling kerja ini juga sangat baik
diaplikasikan dalam suatu area kerja dimana variasi elemen-elemen
kegiatan banyak diperoleh. Selain untuk mengukur prosentase delay atau
idle dari proses, aktivitas sampling kerja ini dapat pula digunakan untuk
19
menghitung prosentase elemen-elemen kegiatan dalam suatu pekerjaan
secara proporsional. Secara umum, kegiatan dari teknik sampling keija
ini adalah sebagai berikut:
• Tidak memerlukan pengamat yang trampil yang perlu dididik secara
khusus, meskipun tetap diharapkan bahwa pengamat cukup mengenal
dengan baik pekerjaan yang akan diteliti.
• Memberikan tingkat ketelitian yang diperoleh meskipun tetap kurang
teliti bila dibandingkan dengan pengamtan yang dilaksanakan secara
kontinyu, dan Iain-lain (Wignjosoebroto, 1995, pp.227-229).
4. PENGERTIAN KEPUASAN KONSUMEN
Pada umumnya kepuasan adalah pemenuhan yang diperoleh dari
pengalaman melakukan berbagai macam pekerjaan dan mendapatkan
imbalan. Istilah kepuasan ini digunakan untuk menganalisis hasil yang telah
dialami oleh seorang konsumen atau pelanggan. Yang dimaksud dengan
kepuasan di sini adalah suatu keadaan yang timbul sebagai akibat dari
perilaku produsen atau yang berkepentingan langsung dengan konsumen, di
mana konsumen dapat merasa puas atau tidak puas dengan perilaku maupun
hasil kerja yang diberikan serta hubungan imbalan yang ada.
4.1 Identifikasi Jenis-Jenis Pelanggan
Konsumen atau pelanggan adalah semua orang yang menuntut kita
atau perusahaan kita untuk memenuhi suatu standar kualitas tertentu, dan
karena itu akan memberikan pengaruh pada performansi (performance)
20
kita atau perusahaan kita. Manajemen perusahaan L.L. Bean, Freeport,
Maine, memberikan beberapa definisi tentang konsumen atau pelanggan,
yaitu:
1. Pelanggan adalah orang yang tidak tergantung pada kita, tetapi kita
yang tergantung padanya.
2. Pelanggan adalah orang yang membawa kita kepada keinginannya.
3. Tidak ada seorang pun yang pernah menang beradu argumentasi
dengan pelanggan.
4. Pelanggan adalah orang yang teramat penting yang harus dipuaskan.
Berbicara mengenai pelanggan yang harus dipuaskan dalam suatu
sistem kualitas modern, perlu terlebih dahulu diidentifikasi jenis-jenis
pelanggan itu. Pada dasarnya dikenal tiga macam pelanggan dalam
sistem kualitas modern, yaitu:
1. Pelanggan internal (internal customer)
Pelanggan internal adalah orang yang berada dalam perusahaan dan
memiliki pengaruh pada performansi (performance) pekerjaan atau
perusahaan. Contohnya adalah bagian pembelian, produksi,
penjualan, karyawan, dan sebagainya.
2. Pelanggan antara (intermediate customer)
Pelanggan antara adalah mereka yang bertindak atau berperan
sebagai perantara, bukan sebagai pemakai akhir produk. Contohnya
adalah distributor, agen-agen, dan sebagainya.
3. Pelanggan eksternal (external customer)
21
Pelanggan ekstemal adalah pembeli atau pemakai akhir produk
tersebut, yang sering disebut sebagai pelanggan nyata (real
customer).
Dalam kaitannya dengan kepuasan konsumen yang terdapat pada
laporan Tugas Akhir ini, maka yang dimaksud di sini adalah pelanggan
ekstemal, pembeli atau pemakai akhir produk yang ditawarkan oleh bank
(nasabah).
4.2 Prinsip-Prinsip Dasar Kepuasan Konsumen
Dalam hal ini perlu dipahami komponen-komponen yang berkaitan
dengan kepuasan konsumen atau pelanggan tersebut. Pada dasamya
kepuasan pelanggan di sini dapat didefinisikan secara sederhana sebagai
suatu keadaan di mana kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggan
dapat terpenuhi melalui produk yang dikonsumsi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi dan ekspektasi pelanggan adalah:
1. "Kebutuhan dan keinginan" yang berkaitan dengan hal-hal yang
dirasakan pelanggan ketika ia sedang mencoba melakukan transaksi
dengan produsen/pemasok produk (perusahaan). Jika pada saat itu
kebutuhan dan keinginannya besar, harapan atau ekspektasi
pelanggan akan tinggi, demikian pula sebaliknya.
2. Pengalaman masa lalu (terdahulu) ketika mengkonsumsi produk dari
perusahaan maupun pesaing-pesaingnya.
3. Pengalaman dari teman-teman, di mana mereka akan menceritakan
kualitas produk yang akan dibeli oleh pelanggan itu. Hal ini jelas
22
mempengaruhi persepsi pelanggan terutama pada produk-produk
yang dirasakan berisiko tinggi.
4. Komunikasi melalui iklan dan pemasaran juga mempengaruhi
persepsi pelanggan. Orang-orang di bagian penjualan dan periklanan
seyogianya tidak membuat kampanye yang berlebihan melewati
tingkat ekspektasi pelanggan. Kampanye yang berlebihan dan secara
aktual tidak mampu memenuhi ekspektasi pelanggan akan
mengakibatkan dampak negatif terhadap persepsi pelanggan tentang
produk tersebut.