guru yang tak pernah pergi, inspirasi pak ino

Upload: devi-pandansari

Post on 01-Jun-2018

421 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    1/322

    Bukik Setiawan, Rahkman Ardi, Visi Puspita (Editor)

    Guru yang

     Tak Pernah PergiInspiras i Pak Ino  

    Penerbit

    IKA Psikologi Unair

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    2/322

     

    2

     JUDUL BUKU:

    Guru yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak InoOleh: Bukik Setiawan, Rakhman Ardi & Visi Puspita (Editor)

    Copyright © 2010 by Ikatan Alumni Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

    PenerbitIkatan Alumni Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

    Desain Sampul & Foto:

    Dimas Aryo Wacaksono

    Diterbitkan melalui:

     www.nulisbuku.com

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    3/322

     

    3

    Penulis

    @absurdaus, @ardinouv, @arieswnugroho, @ayubiianda,@Bukik, @c1ndhy, @charismania, @child_smurf, @dekdea,@dian_wirawan, @DonSemaun, @Eviee___, @handy_talkie,

    @indiradhe, @IniGagat, @IniOnik, @junerodhian, @lila_amh,@metakarina, @NotJustDimas, @sukasukariza, @tyodeh

     A. Ditya Wardhana, Afi Motik, Agatha Stefani, Agnes Dovin,Kurnianti, Ahim, Alma, Amalia Jiandra, Anandita Kuma, Anfield

    Gang, Anindita, Anita Widi Astuti, Ardinov, Ari Pratiwi, Asri, Astri Dita Nuriani, Aui.is.Me, Birgita Pertiwi (Tiwin), BobbyHartanto, Botak Sakti, Bukik Setiawan, Citra Prawita, Dana

    Oktiana, Desty, Devi Krisnahapsari, Dewi Hargiyanto, Dewi

    Syarifah, Dimas Ade Irawan, Dimas Aryo Wicaksono, DimasMaheswara, Dita, Duniatanpasuara, Dwi Krid, Dyah Hanung Wardhani, Edwin “Nobo”, Elga Andina, Fatma Puri Sayekti,

    Fransiscus Aprilian S, Grace Susilowati Man, HanggaraHardiansyah, Hasan Bisri BFC, Hengki Setiawan, Herlida, Ika

     Widyarini, Indah Sri Astuti, Is Harjatno, Iwan W. Widayat, Iwe’04, James W. Sasongko , Jony Eko Yulianto, Josephine Antonia, Josephine MJ Ratna (Vivien), Kasih Kumala, Kinanti Alfisyahri,

    Lila, Listya Yuanita, Maria Eko Sulistyowati, Marini, Mega SR,Meynar, Miefaza, Mirza Abdillah, Mita - Psikologi 2008, MumukIsmuharto, Nay, Nur Desthi, Petite, Phebe Illenia S., Pita Adiati,

    Puspita Dian Arista, Putri PS, Ridho, Rovien Aryunia, Rudi Cahyo,Rullyta Indrianti, Sanich Desvi Rachmania, Santi, Sekar KiranaHermianto, Selly Leonita, Siro, Syahani Rahmawati, Tita, Visi

    Puspita, Wati, Widi, Wiwin Hendriani, Yulistiyani Rahayu,ZankDJYes ’06, Zatul Farrah

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    4/322

     

    4

    PENGANTAR

    Sometimes you'll never know the value of a moment until it becomes amemory ~Dr.Seuss

    Buku ini adalah lontaran panah ide yang terlepas darikegalauan kami karena meninggalnya ayah, guru dan sahabatkami, Ino Yuwono. Kedukaan yang dalam dialami banyak

    orang. Beberapa orang menulis kedukaan tersebut di mediasosial. Tweet dengan tagar #InoYuwono mengalir deraspada hari meninggalnya Pak Ino (Tercatat di Topsy.com ada1048 tweet  ). Status Facebook  pun banjir dengan berita,kenangan, dan inspirasi mengenai Pak Ino. BBM menyebardari satu orang ke orang lain. Beberapa orang punmenuliskannya di blog.

    Pada malam hari pertama, kami berada di depan laptopmemperhatikan kedukaan teman, kakak, dan adik kami. Adabanyak kutipan yang bernas. Ada yang bercerita pengalamanmengesankan, ada yang menyimpulkan pelajaran. Duahingga tiga hari itu seperti mendapat kiriman banjir pelajarandari Pak Ino. Beberapa hal sudah kami ketahui, tapi banyaklagi yang baru kami sadari. Meski kami dekat dengan Pak

    Ino, pada kenyataanya masih banyak pelajaran yang barukami ketahui. Kami belajar banyak dari banyak orang.

    Ditengah banyaknya pelajaran tersebut, kami merasa sayangbila pelajaran itu berlalu begitu saja. Status di Facebook  danTwitter   akan segera hilang dalam beberapa hari ke depan.Sekali membaca, sedih dan kemudian terlupakan. Kamikemudian mengajak orang yang memasang status di Facebook 

    dan Twitter  untuk menuliska pengalaman, atau inspirasi dariPak Ino di blog. Penulisan di blog membuat pelajaran dari

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    5/322

     

    5

    Pak Ino bisa diakses lebih banyak orang dan lebih tahanlama.

    Gayung bersambut, beberapa orang bersedia melakukannyabaik dengan menulis di blog sendiri maupun di kolomkomentar blog yang menulis mengenai pelajaran dari PakIno. Jadi tidak heran bila menemui komentar yangpanjangnya 3 halaman A4, lebih panjang dari padatulisannya. Antusiasme yang begitu besar.

    Obrolan dengan satu-dua orang teman akhirnya tercetus ideagar tulisan di blog tersebut dikumpulkan dan diterbitkanmenjadi buku. Bahkan ketika masih membicarakan obrolanini, ada tweet  dan pesan Facebook yang mengusulkan ide yangsama. Akhirnya kami pun bertekad untuk menjadikantulisan-tulisan di blog tersebut menjadi buku.

     Tapi apakah menulisnya harus di blog? Datanglah

    pertanyaan tersebut. Kami pun memperluas lingkupnya,boleh ditulis di blog, boleh di tulis di catatan Facebook.Mengapa harus dipublikasikan dulu di blog dan Facebook baru kami terima? Publikasi secara personal dengan sendirimembuat setiap teman penulis mempertimbangkan kualitasdari tulisannya. Kami berharap adanya penyuntingan secaramandiri oleh teman-teman.

     Alhamdulillah banyak tulisan yang masuk. Lebih dari 30tulisan yang panjangnya 170 halaman A4 dengan beragamsudut pandang, pelajaran, tema hingga gaya penulisan hanyadalam 3 hari. Kami baca tulisan tersebut satu per satu. Aktivitas yang menyenangkan sekaligus menyedihkan. Kamiseolah-olah terus menerus diingatkan dengan sosok Pak Ino.

    Kami bersyukur karena semakin mengenal Pak Ino. Tulisan-tulisan tersebut menggambarkan Pak Ino sebagai sosok yang

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    6/322

     

    6

    manusiawi sekaligus monumental. Sosok Pak Inosebagaimana adanya dengan kelebihan dan kelemahannyamenjadi monumental, karena setiap perjumpaanmeninggalkan kesan mendalam.

     Tantangan bagi kami selaku tim penyunting adalahbagaimana menyunting banyak tulisan ini menjadi sebuahbuku. Bagaimana semua tulisan bisa dimuat tanpa membuatbuku terlalu tebal? Bagaimana semua sudut pandang bisaterwakili tanpa membuat isinya bertele-tele?

    Demi sebuah buku yang bernas sekaligus menampungsemua cerita, maafkan kami bila semena-mena dan tegadalam melakukan penyuntingan. Kami memangkas tulisansesuai dengan bobot yang terkandung didalamnya. Kamimempertahankan poin-poin puncak dalam tulisan danmemangkas bagian-bagian lain. Kami juga memangkas ceritaatau pengalaman yang muncul berulang pada beberapa

    tulisan. Sungguh bukan demi kepuasan kami, tapi demikenyamanan pembaca buku dalam mengenal danmempelajari sosok Pak Ino.

    Buku ini bukan mengenai pemikiran-pemikiran Pak Ino.Bukan pula menggambarkan perjalanan hidup Pak Ino.Bahkan mungkin tidak menggambarkan Pak Ino secara

    lengkap. Buku ini berisi inspirasi Pak Ino yang terpatri dihati murid-muridnya. Pengalaman mengesankan, kutipan,atau cerita-cerita yang didengar, dialami atau disaksikan olehpara murid beliau. Ada yang baru saja terjadi tapi ada jugapengalaman yang terjadi belasan tahun yang lalu.

    Inspirasi yang terpatri di hati para murid menunjukan bahwameskipun Pak Ino telah meninggal, tapi sosoknya sebagai

    pendidik tidak pernah pergi. Ia selalu ada dalam hati.

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    7/322

     

    7

    Buku ini persembahan para muridnya yang bersyukur danbangga pernah dididik, sedikit atau banyak, oleh Pak Ino.Sebuah buku yang menjadi media untuk memudahkanmurid-muridnya mengingat nilai-nilai yang telah diajarkanPak Ino.

    Pada akhirnya, kami mempersembahkan buku ini untuksemua orang Indonesia yang punya semangat belajar luarbiasa dan berdedikasi di dunia pendidikan. Kami tidak punyaharapan tinggi-tinggi terhadap buku ini selain bisa

    menghidupkan nilai dan keyakinan Pak Ino dalammemajukan pendidikan Indonesia.

    Bila ada kekurangan, tentu berasal dari kemampuan kamimenyunting dan kami minta maaf untuk itu. Bila ada yangluar biasa, sumbernya berasal dari tulisan teman-teman danpengalaman luar biasa yang diberikan Pak Ino.

     Terima Kasih

     Tim Editor

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    8/322

     

    8

    Pilihan Perjalanan Pembaca Buku

    Kata Pengantar

    Buat pembaca yang ingin tahu latar belakang dan tujuanbuku. Abaikan bila tidak ingin tahu

    Sepucuk Surat & Puisi Buat Guru

    Buat pembaca yang ingin segera mengetahui sosok PakIno sebagai pendidik tapi belum punya banyak waktubuat membaca

    Kisah Inspiratif Guru

    Buat pembaca yang ingin menikmati perjalanan

    pengalaman murid diajar oleh Pak Ino atau pengalamankerja pada rekan kerjanya

    Sosok Guru yang Tak Pernah Pergi

    Buat pembaca yang ingin mengetahui prinsip & filosofikehidupan Pak Ino sebagai pendidik. Lebih sesuai buat

    pembaca yang suka dengan tulisan analisis

     Tak Kenal Tetap Sayang Guru

    Buat pembaca yang ingin mengetahui sosok Pak Inodari sudut pandang orang lain

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    9/322

     

    9

    Serpihan Kisah Guru

    Buat pembaca yang punya banyak waktu untukmenyelusuri lebih dalam kesan para murid mengenaiPak Ino

    Kisah Jenaka Guru

    Buat pembaca yang suka cerita ringan jenaka dengantetap mendapatkan pelajaran

    Kutipan Inspiratif Guru

    Buat pembaca yang saat baca tulisan ini hanya punya waktu 5 menit. Dijamin tetap menohok isinya

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    10/322

     

    10

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar 3

    Sepucuk Surat 10

    Puisi Buat Guru 15

    Kisah Inspiratif Guru 23

    Sosok Guru yang Tak Pernah Pergi 155

     Tak Kenal Tetap Sayang Guru 185

    Serpihan Kisah Guru 201

    Kisah Jenaka Guru 256

    Kutipan Inspiratif Guru 318

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    11/322

     

    11

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    12/322

     

    12

     Akhir perjalanan hidupku adalah

     Awal sebuah perjalanan baru

    Setelah beberapa kali maut nyaris menghampiriku, kini akhirperjalanan telah kujelang. Aku telah sampai pada akhir darisebuah perjalanan. Aku tidak pernah menyesal maupun

    malu. Akhir perjalanan ini adalah awal sebuah perjalananbaru bagiku.

     Teman, aku akan mengatakan secara tegas tentang apa yangkuyakini. Keyakinan yang memanduku selama perjalananhidup dari awal hingga saat ini di ujung akhir. Aku tak akanbicara panjang lebar. Bukan sebagai wasiat tapi mungkinengkau bisa mengambil pelajaran.

     Aku telah mengalami banyak kejadian, tidak semua, tapiapapun yang aku alami adalah pilihanku. Aku jalani setiappilihan seutuhnya. Aku menghidupkan setiap pilihansehidup-hidupnya. Mungkin ada keraguan, mungkin adapenyesalan. Mungkin ada kekeliruan, tapi tak cukup besarsebagaimana keyakinanku dalam menjalani pilihanku.

    Hidup adalah mengenai tujuan sekaligus cara kitamenjalaninya. Kesedihan terbesarku adalah ketikamenyaksikan banyak orang menjalani hidup tanpamenjalaninya. Orang menjalani kehidupan yang menjadipilihan orang lain, tidak menjadikan hidup sebagai bagiandari diri. Hidup seolah sebagai beban dari orang lain yangdibebankan kepadanya.

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    13/322

     

    13

     Jangan heran bila dalam banyak perjumpaan aku banyakbertanya. Bertanya mengenai tujuan-tujuan dari pilihantindakanmu. Untuk apa kuliah? Untuk apa belajar? Untukapa bekerja? Untuk apa hidup? Banyak orang terkejutbahkan terganggu atas pertanyaan sederhanaku ini. Banyakorang yang mengabaikan pertanyaan itu karena hidup tidakmenjadi bagian dari dirinya.

    Mengapa aku tanyakan pertanyaan sederhana itu? Hidupadalah anugerah bagimu, sebagaimana engkau adalah

    anugerah bagi sesama dan kehidupan. Bagaimana bisamensyukuri anugerah bila kita tidak tahu kemana kita akanmenuju dalam hidup?

    Namun pertanyaan sederhana mengenai tujuan hidupseringkali tidak menemukan jawaban. Banyak orang tetapmemilih untuk tidak menjawab pertanyaan itu, apalagi untukmenjalani jawabannya. Orang memang lebih nyaman

    menjalani apa yang sudah dijalani bertahun-tahun meski iatidak tahu kemana arah tujuan.

     Ada banyak orang yang tidak menyukai cara mengajarku.Mereka mengatakan caraku mengajar itu biadab. Sayangnya,cara-cara yang disebut biadab itu yang lebih sering membuatorang berani meninggalkan kenyamanannya. Cara-cara

    biadab itu yang justru menyebabkan orang tergerak untukmenjadi lebih beradab.

    Bukannya aku menyukai cara-cara biadab itu. Aku tahubanyak yang membenci karena caraku itu. Aku tahu banyakorang menghindariku. Aku tahu banyak orang bicaraseperlunya denganku. Aku juga tahu ada orang-orang yangmentertawaiku. Aku hadapi konsekuensinya, selama sebuah

    cara bisa membuat orang menjadi lebih terdidik.

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    14/322

     

    14

     Aku mencintai pendidikan. Aku suka mendidik. Berapapunbiaya yang dibutuhkan untuk melakukannya. Meski akuseolah menjadi monster ganas yang ditakuti orang. Meskiaku seolah berada di puncak gunung, sendiri, dan sepi.Cintaku pada pendidikan melampui itu semua. Mendidikadalah panggilan hidupku!

    Selama perjalanan hidup, aku telah melakukan banyaktindakan. Aku nikmati beragam suasana dalam perjalananitu. Ada kalanya tawa bahagia menjadi warna. Tak jarang

    kesepian datang menyergapku seperti disergap sekawananserigala yang lapar. Tapi aku nikmati kesepian itusebagaimana aku menikmati tawa bahagia. Terima kasihtelah bersedia menjadi teman, kala tawa menjadi warna,ketika sepi datang menggigit.

     Teman, selama perjalanan ini aku telah bertemu engkau.Mungkin pada suatu belokan, pada jalan lurus terbentang,

    pada turunan curam, atau jalan mendaki yang tajam. Setiapmomen perjumpaan mempunyai warnanya sendiri. Engkaumungkin mengenalku pada suatu momen, tapi mungkin takmengenalku di momen yang lain. Begitulah aku, begitulahkehidupan yang beragam ini. Aku mungkin seperti apa yangkau bayangkan sekaligus apa yang tidak kau bayangkan.

    Bila dalam perjumpaan tersebut, ada pelajaran, ambil danmanfaatkan. Bila dalam perjumpaan tersebut, ada perbedaan,jadikanlan sebagai cermin.

     Janganlah sesekali berusaha meniruku. Engkau adalahkeagungan kehidupan sejati. Engkau adalah anugerah bagikehidupan. Jadilah dirimu, jalani jalanmu. Apa artinyamanusia bila tidak menjadi dirinya sendiri.

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    15/322

     

    15

    Kebanggaanku dalam hidup bukanlah karena jasa-jasakupada kehidupan. Kebanggaanku terbesar adalah pilihankuuntuk menempuh jalanku sendiri. Meski terjal. Meski sendiri.Meski sepi. Apapun akibatnya, aku bangga mengatakanbahwa inilah jalanku.

    Sekarang aku sudah di akhir perjalananku. Aku tidak lagimenentukan pilihan. Engkaulah yang mempunyai pilihan.Memaafkan kesalahanku atau membiarkan kesalahankumenjadi ganjalan dalam hatimu. Mengambil pelajaran dari

    perjalananku atau melupakan pelajaran seiring waktuberjalan.

     Aku tidak pergi meninggalkanmu. Aku melanjutkanperjalananku. Akhir perjalanan hidupku adalah awal sebuahperjalanan baru. Sapalah aku bila kita berjumpa dalamperjalanan yang sama di lain waktu. Aku akan dengan senanghati meluangkan waktuku untuk berbicara denganmu.

    Dari hati yang terdalam

     Temanmu…..

    Ch. Ino Yuwono

    Catatan Editor: Surat ini dibacakan oleh wakil alumni pada saatPenghormatan Terakhir Ino Yuwono oleh Fakultas PsikologiUniversitas Airlangga

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    16/322

     

    16

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    17/322

     

    17

     Ada yang Pergi, Tapi Tak Hilang:Mengenang Tuan Guru Ino Yuwono 

    Oleh Hasan Bisri BFC

    sebilah waktu menebas leher jamanlepas penanggalan dalam gerimis hujandi sudut sepi duka melenggang

    ada yang pergi, tapi tak hilang, sayang

    darimana kumulai melidahkan segenap kenangansementara kelu menukas selaksa ingatandulu, ya dulu sekaliketika kami bersama-sama menyampanada teguran ombak dan keraguankami angkat tangan dan berteriak:akan jadi apakah kita jika selamanya menyusu induk kami?

    mesti tak serupa Jangkung yang membagi senyumandan juga kelapangan jiwaatau kelembutan Maramis yang meneteskan cahayagemerutuk gerahammu menggigit pikiran dangkal kamilalu tegas berkata:di luar negeri, fakultas teknik menjadi induk psikologilalu mesti ragu apalagi?5 tahun kemudian aku berangkat ke Australiadan Negeri Sakuradan kau tidak pura-pura

    ada yang pergi, tapi tak hilang, sayang

     waktu lalu dan seperti kereta cepat berlari

    secepat kau mengganti rokok dan menghembuskan asapnyakami menjadi lebih dewasa

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    18/322

     

    18

    dibanting dari kasar kata-kataatau tawa ejekanmu di kala hari:psikolog iku mung kembange banonok gak onok podho aekami tertawa, dan kau tertawamembalikkan badan seraya berjalanseperti tokoh kartun yang kusukatapi ada mutiara dibalik cambukan kata-katamaka tak segan kubawa pulangdan kutimang dalam tidur dan jaga

    siapa tahu jadi bekal hari tua

    ada yang pergi, tapi tak hilang, sayang

    kini, ketika rimbun hujan temampangdan suara duka bersahut-sahutanucap apalagikah yang mesti kusuarakan

    kata apalagikah yang mesti kusampaikansemuanya telah dicatat dan digariskanpada akhirnya kemuliaan tak bisa dikalahkanoleh api kremasimeski abu telah diterbangkan anginkebaikan demi kebaikan akan diwariskanpada generasi yang sentiasa merindu pengajaran dankebenaran

     Jakarta, Desember 2012

    Hasan Bisri BFC adalah angkatan ’83. Puisinya sudah tersebar di24 antologi baik dalam maupun luar negeri. Puisi-puisinyadibacakan secara langsung di TPI ( sekarang MNCTV ) saatreformasi dan periode 2005 – 2006 seminggu sekali. Dibacakanlangsung pula di Indosiar dan TV Edukasi. Antologi tunggalnyaadalah Jazirah Api ( 2011 ). 

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    19/322

     

    19

     Tentang Waktu dan Sang GuruOleh Aui.is.Me - Aiuisme.blogspot.com

    Duka tak pernah mengenal waktu. Ya, waktu yang itu. Yang terkadang terlalu deras memburu.Seakan tak mampu menanggung sedetikpun kata tunggu.

    Dan duka pun tak pernah menunggu.Hingga sehari yang lalu.

    Sehari yang lalu.Pagi masih begitu biru.Ketika haru mengetuk-ngetuk pintu kamarku.Mengantarkan jutaan gelembung awan, lalu menjejalkansemuanya pada dalam mataku. Yang tak perlu menunggu waktu untuk meleleh menjadi

    bulirbulir hujan, masih pada mataku.

    Sehari yang lalu. Waktu tak mau menunggu.Duka mengambil singgasana di sampingku.Demi menggantikan kealpaan sang guru.

    Sehari yang lalu.Senyumnya tersebar dalam getir manis kenangan yangsemerta membanjir pada lini kalaku.

    Senyum itu.Senyum yang sama yang kunikmati adanya setiap pagi,bertahun yang lalu.Senyum yang sama yang masih selalu membayangiku.

    Pada acapkali aku mengenangnya dalam sebuah kisah lucu.

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    20/322

     

    20

    Senyum yang sama yang selalu tersungging pada tiapkecupan di tangan dalam sekali temu.

    Sehari yang lalu.Segala kata tumpah ruah laksana hujan pada bulanDesember yang tak pernah mengenal nanti untuk dijatuhkan.Segala kata yang pernah kau ucapkan.Segala kata tentangmu yang kami kenangkan.Kata-kata bualan.Kata-kata perhatian.

    Kata-kata pesan.Kata-kata gurauan.Kata-kata sindiran.Segala kata yang kekal dalam kenangan.Segala kata yang kami simpan rapi dalam bilik keabadian.Segala kata yang mengungkap betapa adamu begituberkesan.

    Segala kata yang mengisahkan tiadamu yang amatmemilukan.Sehari yang lalu.Ratusan kilo dari ragamu. Air mataku tak mampu mengendalikan dirinya untuk takmemperburuk wajahku.Sehari yang lalu.Pagi masih begitu biru.

    Duka hadir tanpa mengenal waktu.Dan waktu tak mau mengenal kata tunggu.Pun maut yang hanya tahu mengabdi untuk membawakembali sang guru kembali pada-Mu.

    Hari ini, ia telah pergi.Benar-benar pergi.

    Meninggalkan sebaris senyum dalam bilik memori kami.

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    21/322

     

    21

    Mewariskan barisan ilmu yang menganak sungai pada segalapenjuru bumi.Pada kepala manapun ilmunya pernah menjadi sebuah semi.Hari ini, raga guru kami telah kembali.Namun dimanapun ia berada, jiwanya adalah ilmu takpernah mati.

    Dan esok, kami akan mengenang anda dalam senyumanbangga.Kami akan bahagia pernah mengenal anda.

    Kan kami abadikan petuah dan ilmu dalam nyata.

     Tersenyumlah disana. Tersenyumlah senantiasa bersamaNya.Bahagialah, guru. Karena kami telah bisa. Adamu kan abadi dalam segala amal, ilmu, petuah dan katayang senantiasa kami jaga.

     Teruntuk guruku, ayah, pembimbing dan pendidik sejatiku.Bapak Ino Yuwono. :')

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    22/322

     

    22

     Tinggal Cerita(08 Des 2012)

    Oleh Sanich Desvi Rachmania ‘12

     Aku tahu dia, tapi tidak benar-benar tau. Aku baru di sini, baru saja menginjakkan kaki di dimensiasing ini.Siapa dia? Mengapa sangat dielu-elukan akan segalakeabdiannya.Setiap langkah disiplinnya dihormati, segala nasehatnyadiiyakan, semua pengajarannya diikuti, tentu sajakharismanya dikagumi. Tapi siapa? Siapa dia?Bahkan Tuhan tidak memberiku kesempatan untuk bertemudan sekadar saling sapa.Cerita tentangmu saja sudah cukup berkharisma, bagaimanajika aku bertemu dan merasakan tuntunanmu?

    Namun, belum tanya itu ditempa jawab kau pergi jauhmeninggalkan hari untuk selamanya. Aku iri pada mereka yang mengenalmu.Hanya tinggal cerita yang mampu menghapus tanyaku Tentang kau yang hebat, pengajaranmu yang hebat,nasehatmu yang hebat, dan kharismamu yang hebat. Waktu memang terus bergulir mengganti masa. Kecuali Tuhan, yang ada memang untuk tak ada.Dimensi baruku ini kehilangan seorang legenda, aku danmereka yang baru tentu sedih tak mendapat kesempatanmerasakan pengajaranmu.Dan kini aku tahu dia! Meski tetap tidak benar-benar tahu.Dia ayah, guru, sahabat, dan panutan yang hebat danberkharisma. Itu kata mereka..Maafkan kami yang asal memuji tanpa mengenalmu terlebih

    dahulu. Tuhan.. aku tau Kau tau. Dia hebat, bukan?

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    23/322

     

    23

    Beri dia tempat yang terhebat pula di sana, dan segalanyatentang yang terhebat.Itu pantas untuk dia yang mengabdikan ilmu dengan ikhlas.Selamat jalan Pak Ino Yuwono…Meski menyesal aku mengenalmu hanya lewat cerita, namunaku bangga menjadi calon anak didikmu.

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    24/322

     

    24

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    25/322

     

    25

    Guru Tak Pernah Pergi

    Oleh Ardinov – Ardinov.com

    Ekaterinburg. Tengah Malam 4 Desember 2012

    @ardinouv   you told me often about Pak Ino the most. Now withthese thousands miles I wonder how tough this loss for you. We lovehim either (message by @andianinda )

    Tweet   di atas ditulis keponakanku, Ninda, 3 jam yang lalu.Sepanjang aku di Surabaya sejak kepulanganku dari Rusiatahun 2011 hingga keberangkatan ke Polandia tahun 2012,aku memang banyak bercerita tentang interaksiku denganbeliau kepada orang-orang terdekatku, begitu juga ibu danbapakku. Perhatian, perdebatan, dan diskusi tiada akhir

    selalu menarik untuk diceritakan kembali.

    Pagi ini message bertubi-tubi datang dari mahasiswa dantemanku bahwa Pak Ino telah tiada. Tidak percaya, tapisemua rekan hampir serempak mengabarkan berita. Lebihdari 6000 mil aku berada. Lemas.  Mood -ku seharian remuk. Aku yakin perasaan ini tak hanya aku yang merasakan.Semua yang mengenal Pak Ino dari dekat pasti merasakan

    dalamnya kehilangan.

    Baru dua minggu lalu aku bicara dengan beliau via Skype . Waktu itu beliau hanya memakai kaos kutang, begitu santaidan banyak tertawa. Dia menanyakan sekolah danaktivitasku. Aku antusias bercerita layaknya bercerita denganbapakku sendiri. Beliau juga banyak bercerita soal keadaan

    fakultas kami.

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    26/322

     

    26

    Semasa kuliah S1, aku nyaris tak pernah berinteraksi denganbeliau. Interaksi dekatku dengan Pak Ino baru dimulai sejak2006. Bukik dan Samian adalah orang yang banyakmemperkenalkan diriku dan minatku kepadanya. Interaksikudengan beliau sedikit banyak merubah hidupku.

    Kadang agak sulit bagiku untuk mengikuti jalan pikiran PakIno yang liar dan meloncat-loncat. Amunisi pengetahuannyaterlampau banyak, namun banyak hal baru yang akudapatkan dari beliau. Obrolan yang khas Pak Ino karena

    selalu ada bumbu chaosophy , psikologi non-mainstream ,sekaligus juga yang mainstream .

    Pak Ino adalah salah satu orang yang selalu mendorongkuuntuk belajar di luar negeri. Seputar tahun 2006-2008,berkali-kali dia bilang, “Kamu mesti sekolah di luar. Biartahu orang bule itu sama kayak kita. Biar ga minder. Soaletos kadang kita lebih. Lain itu biar punya wawasan yang

    berbeda. Biar tahu budaya belajar yang berbeda.” Pak Inoawalnya ingin sekali aku mengambil jurusan sejarah danmengkaji soal collective unconsciousness   masyarakat Jawa. Akusempat mendaftar di Leiden University, Belanda tahun 2007untuk sekolah di jurusan Javanologi, tapi conditional offer letter  tak kutindaklanjuti, karena beberapa alasan. Beliau beberapakali agak menyayangkan.

    Pak Ino adalah ensiklopedia berjalan. Isi harddisk komputernya seperti perpustakaan. Bisa kuminta sesuka hati. Tak terhitung siapa saja yang sudah dibagi . Bukik, Samian,Ucok, Aryo, Mbak Wiwin adalah beberapa dari mereka yangjadi penikmat isi harddisk Pak Ino.

    Pertengahan tahun 2008, aku diterima beasiswa di salah satu

    perguruan tinggi di Rusia. Banyak orang mengernyitkan dahi. Tujuan kebanyakan orang Indonesia bersekolah adalah di

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    27/322

     

    27

     Australia, Amerika, dan Eropa Barat. Eropa Timur, terutamaRusia, distereotipekan komunis dan sarang mafia. Yang inginberangkat kesana dianggap anomali. Beberapa kolega sempatmengernyitkan dahi ketika tahu tujuan sekolahku. Pak Ino? Tidak sama sekali. Dia mendukung penuh. Dia mengatakanpada banyak orang bahwa Psikologi butuh diversifikasi ilmupengetahuan dari banyak sumber, jangan semua ke Australiaatau ke Amerika, kalau bisa pun harus ada yang ke Indiaataupun ke Afrika Selatan.

     Jujur, sebenarnya aku sendiri sempat ragu berangkat gara-gara beberapa informasi di media yang menyebutkankerasnya medan di Rusia. Banyak orang bilang setelahmendapatkan sekolah di Rusia, restu ibu bakal jauh lebihsulit untuk didapatkan. Lagi-lagi aku diyakinkan Pak Ino danjuga Mbak Ira untuk berangkat. Dan benar, terlepas darihidupku di Rusia yang setelah berangkat ternyata agak pahit,setengah sulit dan super irit, aku merasa dibesarkan secaramental disana. Aku pun lulus master dengan selamat. Bisajadi tanpa penguatan hati dan dukungan penuh beliau ketikaitu, mungkin aku tidak akan pernah menginjakkan kaki diRusia. Dan justru karena aku pernah menginjakkan kaki disini, sekarang aku menikmati buahnya, aku dipercaya untukmengajar di perguruan tinggi tempat aku dulu belajar diRusia. Pak Ino, aku dedikasikan pencapaian yang kudapatkan

    disini kepadamu.

    Pak Ino tak hanya dikenal dari obrolan yang berat. Bayanganyang paling jelas muncul di kepalaku adalah kepalanya yangmelongok di ruang UP3 gedung lama ataupun di ruangankudi gedung baru. Lalu biasanya Pak Ino mulai memanggil,“Di, kopi iki karek njupuk wae. Iki ono kopi jahe, kopi nescafe. Ikienak iki!” , “Di, wis mangan?” , “Di, tahu isi iki lho!” , “Di, ayorokokan sek!” , “Di, arek-arek nyantrik ta?”  Atau tiba-tiba deringtelponku berbunyi di jam sibuk, “Di, mampir neng kelasku Di.

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    28/322

     

    28

     Arek-arek nggowo gethuk iki. Ayo ndaang!”, “Di ayo mangan di,ajaken Dewi, Sam, Aryo, karo Ucok.”  Mbak Wiwin yangruangannya disebelahku juga selalu diperhatikan soal urusanlogistik oleh Pak Ino. Begitu sering Pak Ino juga melongok-longok di ruangan Mbak Wiwin untuk menawarkanmakanan dan juga melempar-lempar pertanyaan liar. MbakDewi Syarifah tentunya hari ini menangis tanpa henti danmatanya bengkak, karena aku tahu begitu sayangnya Pak Inoterhadap dia (dan pasti juga sebaliknya). Ini ibarat bapak keanak.

    Pak Ino punya perhatian besar dengan dosen muda diPsikologi Unair dan juga terhadap fakultas secara umum. Aku ingat pagi-pagi hari Kamis entah bulan apa, pastinyatahun ini, tiba-tiba teleponku berdering, lalu Pak Inosetengah bergetar menahan sedih bilang, “Di, Bukik beneranmengundurkan diri. Coba kau bicara dengan Bukik. CumaSamian, kamu, dan Aryo yang mungkin dia mau sedikitmendengarkan. Kita kehilangan besar kalau itu benar.” Akujuga masih ingat ucapan yang pernah beliau katakan di mejaseberang kepada Mbak Ira dan Ucok, “Ayo tak ajari statistik,mumpung aku belum mati.”

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    29/322

     

    29

     Aku ingat ketika mampir di Trawas dan dibayari pijat gara-gara badanku yang kecapean. Masih membekas bagaimanakenangan perjalanan terakhirku dengan Pak Ino di Medan

    ketika pernikahan Ucok. Pagi hari di hotel di Danau Toba,badanku dibalik oleh beliau karena sulit bangun gara-garaefek obat tidur. Disana juga beliau memberiku obattambahan untuk ‘sangu’ (persediaaan) diriku yang akansekolah lagi. Pak Ino tahu problem susah tidurku.

    Pak Ino adalah orang yang bisa mengesankan orang di

    pertemuan pertama. Bulan April 2012, aku memperkenalkanPak Ino dengan temanku yang berasal dari Rusia. Malamsetelah perkenalan dengan beliau, kawanku bilang bahwa iaingin bicara lebih banyak dengan Pak Ino. Aku tanyakepadanya apa yang membuat ia tertarik bertemu Pak Ino. Temanku bilang, “Orang-orang Indonesia yang kukenal rata-rata berjabat tangan dengan tangan yang lemah. Cara diaberjabat tangan kuat dan erat. Dia tipe orang yang percaya

    dengan dirinya. Entah kenapa aku ingin banyak bicaradengan dia.”

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    30/322

     

    30

    Pak Ino adalah orang yang setia dan berdedikasi. BulanFebruari 2012, ia pernah bercerita tentang semua yangpernah terjadi di fakultas, “Di, dulu aku pernah mengalamimasa yang berat di fakultas. Dosen-dosen keluar darifakultas. Aku ditekan, tapi aku bertahan disini, walaupunberat. Kamu harus tahu tiap detail sejarah di fakultas kita,termasuk konflik yang dulu-dulu. Sekarang masa itu udahlewat, tapi arahnya mesti diperjelas. Kalian yang muda yangmestinya bikin jelas.”

    Pak Ino pernah mengeluh karena banyak mahasiswapsikologi yang cuma sekolah sekedarnya dan tidak pahambody of knowledge   psikologi. Beliau seringkali frontalmengkritik sistem pendidikan kita yang mekanis danbirokratis.

     Yang paling masuk di kepalaku adalah pesannya, “Di…kamu simpan uang baik-baik. Cari duit. Bukan buat kamu.

    Buat anakmu nanti. Kamu rela anakmu dididik sama-samaorang-orang yang ga punya dedikasi dan integritas kayakbegitu!”

    Pak Ino adalah inspirator dan profesor tanpa gelar. Ia tidakpeduli dengan kenaikan pangkat. Untuk seusianya Pak Inopunya golongan pangkat dan jabatan yang tidak tinggi. Beliau

    tidak pernah pusing dan justru malas mengurus tetek bengekadministrasi kenaikan pangkat. Tapi dimata semua pengajardisini, dialah THE REAL PROFESSOR. Beliau ibaratensiklopedi berjalan. Pengetahuannya soal isu indigenous  jawa,filsafat, sejarah, dan psikologi tak perlu diragukan. Diaadalah orang pertama yang mendorong dan jadi inspirasikuuntuk belajar sejarah.

     Terakhir aku bertemu dengan Pak Ino di Indonesia, iamemberikan aku buku. Satu buku tipis tentang filsafat Jawa

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    31/322

     

    31

    dan satu buku tua bersampul coklat pudar dari CornellUniversity soal budaya Jawa. Dia berpesan agar aku selalukembali pada akarnya. Buku itu belum kubaca dan kutinggaldi Polandia.

    Dua bulan sebelumnya ada kata-kata dari Pak Ino yangsekarang terngiang-ngiang dikepalaku, “Di aku banyak punyabuku bagus, Kamu ambil apa yang kamu suka. Engkok nekaku mati, wis gak ono sing moco meneh soale.”

    Pak Ino, aku bangga pernah dekat denganmu. Aku banggapernah jadi anak didikmu. Selamat jalan The Great Inspirator ! Jasadmu akan segera dikremasi seperti apa yang pernahkamu katakan kepada kami. Hari ini kamu telah pergi, tapisesungguhnya guru tak pernah pergi, karena guru itu selaluada tempatnya di hati kami. Vi vsegda s nami – vnutri nas. Vivsegda zhivoi! I miss you more than these words could ever say. 

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    32/322

     

    32

    Sugeng Sare ya Bapak!

    Oleh Dimas Aryo Wicaksono

    Bagi saya butuh kekuatan besar untuk menorehkan tulisanini, bukan apa-apa, Saya tahu bapak pasti tidak ingin melihatsaya terus terlarut dalam kesedihan, tapi memang begituberat bisa melepaskan bapak. Baru sekitar seminggu kemarin

    ketika diajak temen-temen untuk kasih materi tentang AMTsaya bercerita tentang salah satu figur yang sangatberpengaruh dalam hidup saya, iya figur itu adalah BapakIno Yuwono. Bagi saya cerita tentang pak Ino lebih darisekedar interaksi dosen-mahasiswa, tapi juga sudah sepertiinteraksi bapak-anak, mungkin ini juga yang dirasakan olehanak didiknya yang sangat dekat dengan beliau. Bapak, tidak

    hanya berpengaruh ketika semasa saya kuliah, atau ketikasaya meniti karir pertama sebagai dosen dan melanjutkanstudi, tapi beliau juga yang sangat berpengaruh dalambagaimana saya mempersiapkan keluarga saya.

    "Yok, kamu itu harapan papamu, kalau kamu kayak ginikesiapa papamu harus berharap", itu adalah kata-kata yangpaling saya dengerin ketika saya harus menghadapi IP yang

    satu koma. Pada saat itu juga saya berpikir, kalau saya gakniat kuliah gimana nanti saya bisa menghidupi keluarga.Bapak juga yang membuat saya pada akhirnya bisamenikmati psikologi. Beliau juga yang membuat saya tidakpernah melupakan momen sidang skripsi saya, dimana ketikaitu Pak Ino membuka pintu lebar-lebar dan meneriaki semuaorang yang lewat, "ayo-ayo iki sidange ayok, melu dan takon

    lho yo"...alhasil ada mas bukik, bu ike, pak bagus, mas ardi,mas teguh dan pak ino sendiri, dan kesemuanya tanya dalamsidang saya...merasa berat? tidak sama sekali Pak, justru satu

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    33/322

     

    33

    kebanggaan bagi saya bisa berdiskusi dengan orang-oranghebat tersebut.

    "Yok, nggak penting kamu nanti sekolah apa, tapi yangpaling penting kamu bisa belajar hidup di negeri orang”, ituadalah pesan Pak Ino ketika saya sedang berjuang untukmelanjutkan studi saya. Dan benar, pernyataan beliau jugayang membuat saya bisa bertahan dan menikmati semuaproses ketika saya mencari sekolah hingga berjuang di negeriorang. Kekuatan dari pernyataan Bapaklah yang membuat

    saya belajar gak penting bahwa saya bisa dapet nilai apa, tapibagaimana saya bisa belajar tentang hidup.

    Bapak selalu memiliki cara yang unik untuk mendidik saya,termasuk ketika mendidik saya menjadi seorang konsultan.Pernah suatu waktu kita berdua sedang melakukan presentasitentang proposal proyek yang kami ajukan pada suatuperusahaan. Perjanjiannya saya hanya sebagai asrot (asisten

    sorot) pada kesempatan itu, tapi tiba-tiba seakan-akanmemberikan bola liar ke saya, beliau bilang ke audiens pada waktu itu “yak, untuk metode yang akan kita gunakan,silahkan Pak Aryo yang menyampaikan”, bola liar sudahdioperkan, jadi saya harus bisa menggiringnya, untuk Bapakjuga mengajarkan saya untuk bagaimana kita bisa mengelesdan bersilat hehehe…

    Pak Ino, bagi saya dan mungkin juga bagi sebagian orangyang dekat dengannya adalah seorang Bapak. Saya teringatbetul, bagaimana beliau “meracuni” saya untuk mengajakistri saya (pada waktu itu masih calon) untuk studi lanjut.“pokoke Tya kudu mbok ajak yok, nek nggak ngono isoksoro engkok awakmu”, dan kata yang sama juga dia utarakanke Tya. Saya meyakini Bapak tidak ingin nantinya saya dan

     Tya memiliki cara pandang tentang hidup yang berbeda.Sungguh betapa Bapak ikut serta menyiapkan saya

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    34/322

     

    34

    membentuk keluarga kecil saya. Bahkan, hari terakhir ketikasaya bertemu Bapak, dia berpesan “Yok, iki onok kerjoanlumayan isok sampek 3 tahun, awakmu isok nabung danninggali bojomu nek awakmu sekolah maneh, tapi terus ojoklali tahun kedua ngono bojomu ajaken melu sekolah.” Ituadalah kata-kata terakhir Bapak yang masih terngiangditelinga saya, Betapa Bapak begitu peduli tentang masadepan anak didiknya, hal serupa juga diutarakan ke sahabatsaya Ucok.

    Bapak selalu berusaha menstimulasi anak didiknya denganpertanyaan-pertanyaan liar yang bikin kita deg-degan kalauditanyain. Walaupun kadang beliau sudah memilikijawabannya, tapi tidak mudah buat kita untuk mendapatkanjawabannya dari beliau. Setidaknya Pak Ino ingin melihatbahwa kita berusaha untuk mencari jawaban dari pertanyaanyang beliau ajukan. Bapak juga hobi banget mengiming-imingi buku-buku bagus, tapi juga tidak mudah bagi kitauntuk mendapatkannya, kadang kita kepikir kayaknya emanghobinya yang menstimulus dan ngiming-ngimingi kitakonsisten dengan namanya “I know you want know”(dibaca: ino yuwono). Tapi beberapa bulan yang lalu, sekitarawal tahun ada kejadian yang tidak biasa, yaitu bapakmembagi-bagi buku yang dimilikinya, saya dan ucokdipanggil keruangannya untuk memilih buku yang kita suka,

    akhirnya kita pilih sesuai kompetensi kita, ucok memilihbuku-buku tentang organisasi dan teori organsasi, kalau sayaambil buku-buku tentang sumber daya manusia. Seakan-akanbeliau sudah menunjukkan tanda bahwa sudah saatnya akumembagikan buku-buku ini.

    Banyak orang yang geleng-geleng dengan kebiasaan bapakyang merokok, tapi beliau pernah bilang sama saya “yok,ngerokok ini adalah sumber kesenanganku, ga mungkin akudisuruh berhenti”, makanya saya tidak pernah berusaha

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    35/322

     

    35

    untuk menghentikannya karena saya memang berpikir bahwasaya tidak mungkin memisahkan dia dari sumberkesenangannya. Selain merokok, bapak juga hobi bangetsama makan, lontong kikil, bakso, soto, tahu campur dangorengan adalah beberapa makanan yang doyan bangetdisantap sama bapak, kita selalu berbagi info tentang tempatmakan yang enak, pernah suatu hari ketika saya baru pulangdari sekolah beliau bilang, “sejak awakmu sekolah, aku gaktau nemu panggon makan sing enak yok”, bahkan pak Inomemilih untuk berkendara sepeda motor ke kantor biar bisa

    mampir-mampir beli makanan. Pada suatu malam teleponsaya berdering, pak Ino menelepon saya, “yok-yok aku mautanya sesuatu, ini pasti kompetensimu” (rasanya udah deg-degan pak Ino mau tanya apa nih, saya memang selalukhawatir ketika pak Ino bertanya dan saya tidak tahujawabannya, dan saya hanya khawatir kalau beliau nanti akankecewa dengan saya). Dia melanjutkan pertanyaannya “yok,

    ibuku iku lagi pengen tahu campur, tahu campur sing enakiku nang endi yo? Ojok ngomong sing nang kalasan,”rasanya lega bahwa Pak Ino ternyata lagi tanya tentangsesuatu yang bener-bener kompetensi saya, yaitu soalmakanan. Hobi pak Ino tentang makanan juga yang bikinkita di departemen PIO hobi cari makan, dan membudayaseperti yang biasa disebut mbak Dewi “makan jauh”

    Hari itu, 5 Desember 2012 adalah hari terakhir saya melihat wajah bapak, sebelum peti mati Bapak ditutup. Terakhir kalisaya melihat Bapak, saya melihat Bapak tersenyum padasaya. Senyuman itu seakan-akan memberikan kekuatantersendiri bagi saya. Senyuman itu seakan-akan memberikanpesan sama halnya apa yang disampaikan Ibu Ino kepadasaya, “Bapak selalu bersama kita yok”. Senyuman itu lebih

    dari kata-kata atau sentilan yang selama ini Bapak berikan kesaya, terima kasih bapak sudah tersenyum pada saya ketikaterakhir kali saya melihat Bapak. Terima kasih atas segala

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    36/322

     

    36

    dukungan dan perhatian yang Bapak berikan kepada saya,terima kasih telah mengajarkan kepada saya tentangbagaimana menjalankan kehidupan.

    Sugeng sare ya bapak, tidur yang nyenyak dan damai, selamatmenikmati perjalanan baru. Bapak tidak akan sendirian,karena suatu hari nanti kita pasti akan berkumpul lagi.

    Murid, Anak, Sahabat dan Kolega

     Aryo Wicaksono.

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    37/322

     

    37

    Untuk Pak Ino, Guru yang Luar Biasa

    Oleh Wiwin Hendriani – WiwinHendriani.com

    Dear Pak Ino,

     Ternyata Jumat kemarin adalah pertemuan terakhir sayadengan Bapak.

    Seperti biasa, Bapak melongok ke bilik saya sambil menyapa,“Halo Win…”

    Sapaan yang sangat khas.

     Tapi berbeda dari biasanya, hari itu sapaan Bapak tidakdiikuti dengan rangkaian pertanyaan yang berbau ilmiah, atau

    kritik tentang sesuatu.

    Bapak hanya bertanya, “Lagi apa kamu?” dan setelah itutersenyum mendengar jawaban saya, berdiri agak lama disebelah dinding bilik, lalu pergi.

    Pak Ino, tahukah Bapak, kalau ada orang yang dulu sangatsaya takuti di fakultas ini, bahkan mungkin sempat saya

    benci, namun kemudian menjadi begitu saya hormati, ituadalah Bapak.

    Setiap pertanyaan sulit Bapak adalah jalan bagi saya untukbelajar lebih banyak. Setiap kritik yang Bapak berikan adalahpemacu bagi saya untuk melakukan sesuatu dengan lebihbaik. Bahkan setiap ejekan yang Bapak lontarkan pun

    menjadi cermin bagi saya untuk mengkoreksi diri. Saya akanselalu merindukan sapaan Bapak, pertanyaan Bapak, kritikdan ejekan Bapak, semuanya.

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    38/322

     

    38

    Selamat jalan Pak Ino…

    Beristirahatlah dalam damai…

    Segala kebaikan Bapak akan selalu menjadi kenangan buatsaya.

    I love you, Pak Ino…

    Salam,

     Wiwin.

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    39/322

     

    39

    Beberapa Obrolan Ringan BersamaPak Ino…

    Oleh Wiwin Hendriani – WiwinHendriani.com

     Ayo Win, arep tak takoni opo meneh? | Whuaaa….. SikPak, bentar Pak, jangan sekarang… Saya masih bunek samalaporan penelitian… | Kapan? | Ntar… Sabar ya Pak… Tarsaya bilang Bapak kalau sudah siap ditanyai lagi. Kanpertanyaan Bapak kelas berat. Bikin saya mikir berkali-kalilipat… | Hahaha… Tapi bikin kamu jadi belajar to? | Iyamemang, hehehe…

    Dan di hari lain yang saya janjikan: Pak Inooo…. saya sudahsiap ditanyai Pak! Hayo… Bapak mau tanya apa? | Wuuu…

    gayamu Win! | Hahahaha….

    ***

     Win, kamu butuh kopi nggak? | Masih ada Pak, masihpunya… | Ini lho, kalo kamu butuh, ambil aja di mejaku.Lemon tea, jahe juga ada… | Hot chocolatenya ada nggakPak? | Wuuu… kon iku, coklat ae sing digoleki… |

    Hehehehe… Lha enak lho Pak… | Larang iku Win… |Memang, makanya saya minta Bapak, hehe… | Sik durungtuku meneh…

    ***

     Wiiin… kamu mau kue nggak? Ini aku baru dikasih samamahasiswa, ambil aja mana yang kamu suka… | Makasih ya

    Pak… (setelah mengambil 1 potong dari kardus yangdisodorkannya) | Ayo ambil lagi, ini masih banyak… |

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    40/322

     

    40

    Sudah Pak, cukup. | Ambilkan sekalian untuk Bukik dananakmu, mereka pasti seneng… (Sungguh sosok Bapak yangsangat perhatian)

    ***

    Kamu ini pinter ternyata… | Memang. Bapak aja yangnggak perhatian sama saya… | Terus, kenapa nggak kamumanfaatkan? Kenapa malah sekolah di sini, nggak sekolah keluar? | Karena ini pilihan saya Pak. Karena saya memang

    nggak pengen sekolah ke luar negeri. | Tapi kan kualitasnyalebih bagus… | Tapi bukan berarti juga yang sekolah didalam kualitas ilmunya pasti lebih jelek Pak… Kantergantung orangnya juga, mau belajar apa enggak… (Dan iapun tersenyum mendengar kata kuncinya: BELAJAR)

    ***

     Wiiiin….. Reneo dilut! | Ya Pak! (sambil jalan ke ruang PakIno waktu masih di gedung lama) | Iki lho, kon butuh jurnalopo, mumpung aku lagi mbukak… (membuka link kebeberapa perpustakaan universitas di Amerika yang Pak Inopunya aksesnya). Kon lak perkembangan se… Iki wocoen,lek butuh tak downloadne pisan… | Waaah, iya Pak! Mau-mau! | Wuuu… kon iku, mau-mau ae… | Hehehe… Yakan nggak tiap hari Bapak nawarin jurnalnya… | Wis, opomeneh… Nek aku gak sayang, gak tak wehi Win… (IyaPak… saya juga sayang sama Bapak…)

    ***

    Beberapa bulan lalu, sepulang dari nikahan Ucok di Siantar(satu perjalanan jauh yang awalnya dikhawatirkan tidak akan

    kuat dilalui Pak Ino dengan kondisi kesehatannya):

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    41/322

     

    41

    Halo Win… | Halo Pak Ino… Wah, masih sehat Pak? |Iyo, wong-wong podho mabuk kabeh. Mabuk duren! |Bapak juga? | Yo enggak… Gak wani akeh-akeh akumangane Win! | Sapa aja yang mabuk? | Yo Ardi, Rudi, …Untung aku nggowo obat | Jadi bukan Bapak yang ditolong,tapi malah Bapak yang nolong orang sama obatnya Bapak? |Hahahaha….. Iyo! | Kalo gitu bener berarti, untung Bapakjadi ikut berangkat ya Pak? Hehehe…

    ***

     Win, kon gelem ta, Damai sekolah dididik sama orang-orangyang nggak punya integritas sebagai pendidik? Yangpunyanya gelar tok tapi ilmunya nggak ada? Sekolah dhuwurtapi ngomong ae mbelgedhes… Opo meneh ijazahe tuku. |Hehehe… ya enggak Pak… | Makane nabungo…asuransi… Biar nanti anakmu bisa sekolah ke luar, dapetilmu yang bener… | Iya Pak, diusahakan… | Tenanan iki

     Win! | Lho iya, tenanan Pak…

    Dan akhirnya, obrolan-obrolan ringan yang ngangeni   itusudah nggak akan ada lagi ya Pak Ino…

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    42/322

     

    42

    Saya (TIDAK) Benci Pak Ino!

    Oleh Agatha Stefani - Randomnyes.blogspot.com

    “Saya benci Pak Ino!” Mungkin bukan awal yang manis bagisebuah obituari, namun jika saya boleh jujur, kesan itulahyang saya dapatkan setelah interaksi pertama saya denganbeliau di suatu perkuliahan.

    Dan mungkin saya punya beberapa alasan untuk tidakmenyukai beliau. Pak Ino kerap memanggil saya “Ndut”—  well saya memang gendut sih. Beliau pernah menolakmentah-mentah untuk menjawab pertanyaan saya seputarPIO di luar kelas. Dan gara-gara itu saya malu bukan mainsampai nangis. Di suatu perkuliahan, Pak Ino pernah

    mengata-ngatai almamater saya yang berlokasi dekatKuburan Cina sebagai SMA yang seram sehingga membuatsaya yang berbadan besar ini juga tampak menyeramkan. PakIno juga pernah mengancam akan melempar saya dengansandal karena saya terlalu banyak bertanya pada beliau disuatu perkuliahan, “Kamu minta saya jelaskan lagi? Taklempar pakai sandal!”

    Di perkuliahan terakhir yang beliau ajar, Pak Ino masihsempat menyepak kaki saya ketika tidak bisa memecahkanmasalah sepele tentang validitas dan reliabilitas.

    Cruel? A bully? Hateable?  Tidak juga. Sebab semua 'kejahatan'itu dilakukan Pak Ino demi kebaikan. A greater good.

    Karena berbagai ucapan beliau malah membuat saya

    melakukan banyak refleksi diri. Ungkapan bernada satir yangsering Pak Ino lontarkan berkali-kali membuat saya tertohok

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    43/322

     

    43

    dan malu pada diri sendiri. Cukup banyak pembelajaran sayaperoleh dari beliau.

    Saya belajar untuk belajar dengan benar. Beberapa kali PakIno menyindir kami para mahasiswa sebagai calon SarjanaPower Point   yang jarang membaca buku, yang memangkenyataannya seperti itu. Saya—sebelum ditampar telakdengan pernyataan itu—memang kolektor sejati materikuliah yang terangkum dalam  power point ; kaum yang jarangmenyentuh buku apalagi membacanya dengan nggetu . Karena

    beliaulah sekarang saya lebih bersemangat untuk bertekunmembaca kitab-kitab ilmu berbahasa asing. Saya belajaruntuk benar-benar memahami materi dan tidak menerapkanauto-delete- mode dalam pembelajaran.

    Saya belajar bahwa teori itu penting, penting sekali dan akanmempermudah praktek. Tanpa teori, kita cuma sekumpulandomba tak bergembala yang dilepas di padang tanpa tau

    arah.

    Saya belajar bahwa orang yang belajar psikologi (dianggap)memiliki kekuatan super. Saya mengikuti kuliahPsikodiagnostik dengan asal-asalan; asal lulus. Tapi saya ingatucapan keras Pak Ino pada kuliah Asas-Asas Manajemententang beratnya titel Sarjana Psikologi—maupun mahasiswa

    psikologi—karena sebagian besar orang masih menganggappsikolog sebagai cenayang dan penentu nasib orang lewatberbagai skor asesmen psikologi. Psikolog dianggap orangdengan kekuatan super, yang ucapannya bisa memutus hidupseseorang.

    Beliau bercerita tentang hasil psikotesnya yang dibawah rata-rata. He told us he was a debil. (Really, sir?) Seandainya orang tua

    beliau saat itu benar-benar percaya pada hasil psikotesnya,

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    44/322

     

    44

    seharusnya beliau tidak akan pernah mengenyam ilmusampai Amerika—karena hanya anak ber-IQ jongkok.

    “Berapa banyak itu orang tua percaya anaknya goblokakhirnya pasrah atau marah-marah? Berapa banyak oranggak bisa kerja karena IQ dari hasil psikotes nya rendah?Makanya saya nggak mau itu ngetes-ngetes. Saya cuma bisamenyarankan. Apa orang ini diterima kerja di perusahaanatau jabatan tertentu atau tidak disarankan.”

    Wasn't his exact words thou, but that's what he said. As he told usthis story, I scribed my note with Uncle Ben’s quote, “with great power,comes great responsibility.” And I agreed with Pak Ino about this.

    Ucapan ini begitu mengena bagi saya yang juga bekerjasebagai tenaga serabutan untuk suatu lembaga psikologi yangsering memberikan psikotes ke sekolah-sekolah. Setiap kaliakan melakukan skoring terhadap psikotes anak-anak SMA

    ini, saya ingat bahwa saya punya tanggung jawab yang besaruntuk menentukan ‘nasib’ si anak ini. Sebisa mungkin sayalakukan skoring dengan hati-hati dan teliti.

    Saya belajar untuk tidak cuma jadi kembang ban . Di suatuperkuliahan saya pernah bertanya pada beliau, “Kalausemester ini kita bacaannya buku-buku manejemen gini Pak,terus apa bedanya dong kami anak PIO sama anakManajemen?” Beliau menjawab,

    “Tidak ada! Kalian ini kan cuma kembang ban ; onok gak popo, gak onok yo gak popo. Makanya kalian harus belajar supaya bisajadi lebih dari mereka yang sama-sama belajar organisasi danmanajemen!”

     Jawaban Pak Ino terkait kembang ban   ini memang ucapanstandarnya. Namun kali itu, saya yang sudah mengambilbeberapa mata kuliah peminatan PIO benar-benar merasa

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    45/322

     

    45

    terusik dan berkali-kali membuat saya bertanya, “Lapo akubiyen njupuk peminatan PIO lek pas kerjo mek dadi kembang ban?”   Tapi pada akhirnya saya sadar, ucapan itu adalah cambukbagi kami—bagi saya—untuk menjadi sosok yang lebih darisekadar kembang ban yang harus terus belajar supayamemiliki nilai tambah, agar nantinya tidak akan jadi kuli dinegeri sendiri.

    Pak Ino membuat saya bertanya pada diri sendiri, “Ngapainaja aku selama kuliah ini?” Tujuh semester dengan sisa enam

    bulanan untuk menggarap skripsi dan saya merasa sayabelum layak lulus ataupun menyandang gelar sarjana.Membaca tagar #InoYuwono di linikala dan mengingat-ingat kembali perkataan beliau di berbagai perkuliahanmembuat saya merasa tertampar berkali-kali.

    "Semester berapa kamu? Berapa banyak buku yang sudahkamu baca? Shame on you!"  Teringat minimnya jumlah buku

    terkait perkuliahan dan psikologi yang pernah saya baca— yang sangat sedikit jumlahnya. Teringat KHS yang walaudihiasi beberapa huruf yang mengimplikasikan nilai bagusrasanya lebih layak untuk disebut KHS  Ajur bin Bosok."Berapa nilai Statistik kamu? Berapa sih IPmu? Nilai Akalian itu Ajur, B-nya Bosok!"

     Terbersit rasa takut menjadi TKI (Tenaga Kuli Indonesia) dinegara sendiri karena minimnya kualitas diri.

    "Ya seperti ini kondisi work-force   di Indonesia. Kalo kalianmales kalian bisa jadi TKI di negara sendiri. Tenaga KuliIndonesia!"

    Dan rasa malu luar biasa karena merasa hebat jadi

    mahasiswa psikologi yang dibekali teori-teori motivasi dankepribadian tapi tidak bisa mengaplikasikannya dengan tepat.

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    46/322

     

    46

    "Jam saya ini Rolex. Kenapa saya pakai? Kata kamu tadi apa?Maslow? Aktualisasi diri? Self-esteem?   Self-confidence?   Mbelgedes  semuanya! Saya pakai jam ini karena saya mau kok!" Katabapak sambil teratawa culas. "Kenapa tidak tanya langsungke saya alasannya apa? Main analisa tok sembarangan pakaiteori."

     Ah… Shame on me. Really, shame on me, Sir.  Saya layakmendapat statement  itu dari beliau. Saya merasa selama kuliahsaya tidak menggunakan waktu saya dengan baik dan sudah

     waktunya bagi saya untuk memanfaatkan waktu yang sempitini untuk jadi mahasiswa calon sarjana yang baik.

    Dan sayapun lupa kenapa di awal perkuliahan dulu sayamembenci Pak Ino. Terlalu banyak pelajaran dan bekalhidup yang beliau berikan. Terlampau banyak bekal positifbeliau berikan lewat ucapan kejamnya. Beliau tidak layakdibenci. Somehow he made us love him, and he did it in his own way

    by making us hating him.

    Saya akan merindukan Bapak dan segala sindiran yangmembuka cakrawala yang Bapak lontarkan.

     Although you are now gone, parts of you still lives with us, Pak. MayGod rests your soul!

    Dari mahasiswa yang mungkin tidak ia ingat, Ernestine.

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    47/322

     

    47

    Pak Ino yang Annoying 

    Oleh Elga Andina - Jurnalsipeneliti.wordpress.com

    Suatu hari di kelas Psikologi Niaga, Pak Ino menampilkansebuah video iklan deodoran. Dalam tayangan tersebutterlihat seorang laki-laki mencium ketiak perempuan yangtelah menggunakan produk yang diiklankan. Pak Ino

    menjelaskan, “Iklan ini annoying , kan? Tapi, karena annoying -lah orang jadi selalu ingat.” Kisah ini terjadi hampir 8 tahunyang lalu.

    Bagi saya, Pak Ino juga annoying   karena cara bicaranya yangsarkastis, leluconnya yang mungkin bagi sebagian orangterlalu kasar, dan kritikannya yang tajam namun tepat

    sasaran. Beliau memang annoying , karena sifat-sifat tersebut,beliau ditakuti (dalam arti yang sebenarnya) oleh banyakmahasiswa psikologi. Bahkan pada jaman saya dulu, adamahasiswa yang beralih jurusan dari Psikologi IndustriOrganisasi (PIO) karena tidak sanggup berhadapan denganPak Ino. haha.

     Akan tetapi, guru seperti Pak Ino adalah salah satu guru

    terbaik buat saya. Kalau boleh dicari pembandingnya, PakIno itu seperti Severus Snape dalam kisah Harry Potter.Karakternya keras bahkan terkesan “jahat”, namunsebenarnya ia melakukan yang terbaik yang ia bisa untukmembantu Harry. Begitu juga Pak Ino di mata saya. Carabicaranya yang pedas, kadang sedikit menghina (bagi yangterhina ya) selalu ada pelajaran yang perlu direnungkan.

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    48/322

     

    48

    Sebenarnya, tidak banyak yang bisa saya ingat dari pelajaranPIO yang bapak ajarkan. Malah saya lebih banyak belajarmengembangkan kepercayaan diri. Pernah suatu kali, beliaubercerita bahwa IQ orang Indonesia tidak kalah denganorang luar, “Saya sudah membuktikannya,” begitu katanya.Dengan begitu, tidak ada alasan bagi kita untuk merasarendah diri. Buat saya, itu merupakan motivasi yang besaruntuk percaya pada kemampuan sendiri.

    Sayang sekali ya, Bapak tidak berhasil membuat saya sakit

    hati. Bapak memang annoying, sehingga membuat saya susahmelupakan. Tumbuh dengan mendengarkan celotehan bapakdi kelas maupun di lorong-lorong kampus Psikologi telahmembuat saya yang sekarang ini. Terima kasih, Pak. Youmade me what I am today .

    Disadur dan dikembangkan dari My annoying teacher (http://s4kuramochi.blogspot.ru/2012/12/my-annoying-techer.html)

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    49/322

     

    49

    Kembangan Ban

    dan Pak Ino yang Menyebalkan

    Oleh Iwe ’04

    Saya memulai menulis ini di kala menempuh macetnyaperjalanan dari Grati menuju Surabaya, dikala kepadatan dan

    kesibukan kantor yang luar biasa di akhir tahun, dan di kalamenahan sakit akibat duri ikan bandeng yang tersangkut ditenggorokan.

    Menyebalkan. Menyebalkan adalah mendapatkan sesuatuyang tidak diduga ( unpleasant  ) ketika kita tidak siap. Das sollen -nya ingin menikmati makan enak dengan nyaman dan perut

    kenyang tapi das sein -nya malah dapat duri menancap ditenggorokan. Ditambah macet dan masih terngiangsetumpuk pekerjaan yang harus diselesaikan sebelumdeadline akhir tahun. Huff.. sebal yang sempurna.

    Perasaan menyebalkan ini hampir sama dengan yang sempatsaya rasakan saat pertama kali bertemu dengan Pak Ino,hanya saja tarafnya saat itu lebih besar. Saya masih ingat

    ketika saya dan teman-teman baru mengikuti awal kuliah dikampus. Layaknya mahasiswa baru, semangat dan harapankami membumbung tinggi. Beberapa dosen tampak di depankelas. Salah satunya dengan dosen yang memegang sebatangrokok dan bersandar di pintu. Sejenak dia mengamati wajah- wajah kami lalu tersenyum-senyum. Entah apa yangdipikirkannya. Satu hisapan kemudian dia berteriak kepada

    seisi kelas, “Kenapa masuk psikologi???”.

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    50/322

     

    50

    “Supaya bisa menolong orang pak,” jawab seorang darikami.

    “Caranya bagaimana?”

    “Yaa.. Melalui ilmu psikologi yang kita dapatkan,” sahutseorang teman yang lain.

    Sang dosen semakin tersenyum lebar, “Jika dibandingkandengan seluruh ilmu yang ada di seluruh dunia yangdiibaratkan sebuah mobil, menurut kalian Psikologi itubagian apanya?”

    “Spion!” jawab kami. “Salah!” ujarnya. “Jok!”. “Ngawur!! ”.“Lampu!”. “Tambah ngawur!!! Ayo mana yang dari SPMB?Biasanya pinter-pinter!”.

    “Kamu! Dari SPMB bukan? Dari tampangnya kelihatan

    pinter,” tunjuknya kepada seorang mahasiswa. Mahasiswa itumengangguk. “Coba kamu jawab!”pinta sang dosen.

    Berpikir sejenak, mahasiswa itu menjawab,”Ban pak! Karenapsikologi bisa mengarahkan hidup seseorang menjadi lebihbaik”. “Naah, hampir betul jawabannya. Lumayaan. Yanglain, kalau jawab itu kayak dia ini. Pikiren! Ojo ngawur! ” katasang dosen.

     Tiba-tiba seorang teman dengan optimistis dan meyakinkanmenjawab, “Setir pak! Psikologi yang menentukan maukemana hidup seseorang..”.

     Tawa sang dosen membahana. “Hahaha... Rungokno Fen, psikologi iku setir jarene,”  ujarnya kepada dosen lain yang ikuttersenyum. “Jawaban kalian salah semua! Gak ono sing

    bener!! Ngawur kabeh. Cuma satu yang hampir benar tadi,”sambungnya sambil terkekeh mengejek kami.

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    51/322

     

    51

    “Kalian tahu? Ilmu psikologi gak hanya lebih dari sekedar kembangannya ban. Ono gak po po, gak ono yo gak po po.  Jadikalau yang tadi jawab mau tolong orang, mau bantu orang,kalian salah besar masuk sini!!!” kata sang dosen sambilmengacungkan jarinya. “Mumpung masih di awal,mengundurkan diri saja, masuk ke Fakultas lainnya. Ngapainkalian kuliah di sini? Daripada kalian menyesal lebih baikmundur sekarang. Kalau perlu aku yang daftarkan kalian kefakultas lain. 100% dijamin diterima.”

    “Gimana? Ada yang mau gak? Psikologi iku cuma kembangan ban. Nyesel gak masuk psikologi ?” tanyanya kepada kami semua.

     Tengok kiri tengok kanan, saya melihat perubahan ekspresipada wajah kami. Melongo, masam, dan sedikit geram. Itulahyang disebut sebal. Sangat menyebalkan mendapatberondongan pertanyaan seperti itu di awal kami kuliah. Apalagi dari seorang dosen congkak yang terus berasap

    sedari tadi dengan tersenyum culas memandang kami. Oh, Tuhan apa salah kami? Bukannya di awal seperti ini dosenseharusnya memberikan kami motivasi positif untukmenyongsong dunia perkuliahan? Justru yang kami dapatkanmalah bully  sadis nan pesimistis. Duh..

    Belakangan saya tahu bahwa nama dosen tersebut Ino

     Yuwono. Dosen yang dikenal lama sebagai sosok sarkas,tiran, dan menyebalkan. Tak heran banyak mahasiswa yangtakut dan menghindari kehadirannya. Baik menghindarisosoknya atau menghindari lontaran pertanyaan menjebakdarinya. Bahkan konon ada dosen yang juga memilihmenghindarinya.

    Namun memang begitulah originalitas seorang Ino Yuwono.

     Jarang rasanya melihat seorang dosen yang mampumenjelma menjadi sosok yang begitu menyebalkan

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    52/322

     

    52

    sepertinya. Menyebalkan dalam arti luas. Menyebalkankarena memang ingin mengejek dan menjatuhkan.Menyebalkan karena ingin memaksa kita berpikir lebih keras. Atau bisa juga gabungan dari keduanya.

     Terserah bagaimana kita menilainya. Namun satu yang jelas,Pak Ino itu memang menyebalkan.

    Mengapa? Karena beliau sering melemparkan pertanyaan-pertanyaan tajam di kala kita belum siap dengan jawabannya.

    Meskipun kita sudah menyiapkan jawaban, ternyata kitamasih belum siap, ketika beliau melemparkan pertanyaanlanjutannya. Luar biasanya, seringkali pertanyaan yang iaajukan adalah pertanyaan yang simpel. Tapi mampumembuat kita berpikir berkali-kali sebelum menjawabnya.

    Berbeda dengan kita, Pak Ino tidak pernah sebal ketika kitamengajukan pertanyaan kepada beliau. Bahkan pertanyaan

    yang kita anggap paling sulit sekalipun. Beliau selalu punyajawabannya dan sekaligus sudah siap dengan pertanyaanbalik untuk kita. Tak peduli sesering mungkin kita bertanya,beliau tak pernah lelah menjawabnya. Tampaknya beliausangat menikmatinya. Kadang saya iri dengan Pak Ino.Memiliki samudra pengetahuan yang begitu luas.

    Begitulah Pak Ino. Seperti ditakdirkan menjadi sosokmenyebalkan. Bahkan di saat kepergiannya. Saya (danmungkin beberapa teman lainnya) tidak siap ketika beliauberpulang. Saya belum siap dengan jawaban atas pertanyaanbeliau, “bagaimana kalau aku pergi untuk selamanya?”

    Namun tampaknya pertanyaan tersebut tidak perlu dijawab.Biarkan begitu agar saya bisa memikirkan jawabannya setiap

    hari. Agar menjadi pengingat saya atas semua pesan-pesan

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    53/322

     

    53

    beliau. Saya mungkin hanya perlu mengikhlaskan danmelepaskan kepergian beliau.

    Mengenai “kembangan ban” tadi, saya mungkin setujudengan Pak Ino. Psikologi mungkin memang kembanganban. Tetapi di saat mobil itu melaju dan semakin kencang,kembangan ban itu bisa menjadi penentu kesuksesan yangtidak terelakkan.

     Ambil contoh perlombaan mobil supercepat Formula One.

     Amati bagaimana signifikannya faktor kembangan ban didalamnya. Salah memilih kembangan ban, bisa-bisamenurunkan performa mobil. Fatal akibatnya. Itulahtantangan psikologi. Harus bisa menjadi “kembangan ban”yang dibutuhkan oleh dunia yang berputar cepat. Dan pastibisa terwujud. Lihat saja nanti, Pak Ino. Selamat jalan PakIno. Saya akan merindukan sosokmu yang menyebalkan. Terima kasih atas semua pelajaran yang kau berikan.

    Beristirahatlah dengan tenang..

    8 Desember 2012

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    54/322

     

    54

    Ketika Guru Lain Pergi,

    Guru Ini Tetap Bersama Muridnya

    Oleh Bukik Setiawan – Bukik.com

    Setiap orang punya guru, orang yang memberi pelajaranhidup, orang yang menginspirasi kita buat mengubah jalan

    hidup. Bagiku, Pak Ino adalah guru kehidupanku.

     Aku seharusnya tidak diajar Pak Ino. Dulu aku mengambilpeminatan Psikologi Sosial di Fakultas Psikologi Unair.Perjumpaan terjadi karena MPK (Model PengambilanKeputusan) jadi mata kuliah wajib yang harus diambil. PakIno adalah dosen PJMK untuk mata kuliah itu. Dari ruang

    kelas itulah perubahan mulai terjadi.

     Aku masuk kelas tersebut sebagai seorang aktivis dengankepongahan masa muda. Aktivis sosial yang punyapandangan minor terhadap dosen Psikologi Industri danOrganisasi (PIO). Bahwa PIO adalah kapitalis, pemeraskeringat rakyat. Pandangan itu mewarnai pertanyaan,tanggapan dan kritikanku terhadap beliau. Tanggapan beliau?

    Beragam, ada yang sependapat, tapi seringkali bertolakbelakang, bahkan tidak jarang mengejek.

    Pada akhirnya aktivis sosial itu, aku, mendapat pukulan telakketika berbicara mengenai misi hidup. Untuk apa hidup?Untuk apa kuliah? Dapat nilai bagus? Buat apa bekerja?Sekedar mengejar uang? Pertanyaan-pertanyaan tersebuttidak kusangka keluar dari seorang dosen PIO. Pertanyaanapa itu? Apa hubungannya sama mata kuliah MPK? Absurdmemang.

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    55/322

     

    55

     Tapi pertanyaan dan diskusi tersebut yang meneguhkan akuuntuk serius kuliah. Aku meninggalkan belajar dari  fotocopy  catatan teman, dan mulai membaca buku teks bahasa inggris. Aku bodoh Bahasa Inggris. Tapi berkat beliau aku bisa tahanbaca buku tebal bahasa inggris, berulang-ulang. Iya berulang-ulang biar benar-benar paham. Pusing? Iya. Ngantuk? Jelas.Muak? Sering. Tapi memang inilah pilihanku, kuliah untukbelajar, bukan untuk mendapat nilai bagus.

     Awalnya dari  fotocopy  catatan menjadi buku teks, selanjutnya

    dari buku teks ke berbagai bacaan lain mulai jurnal dannovel-novel bermutu. Aku merasa terus dikejar, terusditantang oleh Pak Ino untuk selalu belajar melampui batas-batas normatif. Belajar bukan sekedar karena kuliah, tapibelajar karena kita hidup. Belajar apa saja, bukan sekedar apayang diajarkan.

    Mulailah petualangan intelektualku. Aku mengenal Capra

    dan Teori Fisika Kuantum berkat Pak Ino. Tidak puasdengan penjelasannya. Aku baca buku-bukunya Fritjof Caprahingga The Dancing Wu Li Masters   dari Gary Zukav yangbahasanya sangat teknis. Aku mencoba belajar memahamikonsekuensi penemuan Fisika Kuantum terhadap psikologidan kehidupan.

    Pak Ino mengajarkan psikologi bukan sekedar pengukurankuantitatif terhadap perilaku manusia, tapi penghayatanterhadap pengalaman hidup. Buat yang mengenal Pak Inoterlebih dahulu, pandangan ini mungkin aneh karena PakIno adalah jagoan statistik, jagoan bikin alat ukur. Anehmemang kalau memandang Pak Ino dari kulit luarnya.

    Pak Ino adalah paradoks. Ia mengubah orang dengan cara-

    cara yang ajaib. Bisa dengan cara positif, tapi bisa jugadengan cara negatif. Bisa dengan cara sopan, tapi bisa juga

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    56/322

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    57/322

     

    57

    Beberapa tahun yang lalu, Departemen PIO memutuskanmembuka program studi S2 Magister Perubahan danPengembangan Organisasi (MPPO). Pak Ino ingin MPPObukan menjadi sekedar S2, tapi sebagai sebuah penandakeseriusan kami dalam mempelajari Psikologi Organisasi.Orang masuk MPPO bukan sekedar ingin mendapat gelar,tapi menghayati hidup dan mengalami perubahan nyata.Impian Pak Ino ini yang dengan susah payah kuterjemahkandalam kurikulum dan proses belajar. Aku dan Pak Inobergantian mendampingi perkuliahan meski diakhir pekan.

     Aku dan Pak Ino mendiskusikan mana yang sudah bagusdan mana yang perlu dikembangkan.

    Mimpi Pak Ino adalah menjadikan kampus sebagai tempatpembelajaran seumur hidup. Visi ini yang beliau sampaikanketika di workshop Kusuma Agro Wisata. Kampus adalahtempat dimana orang-orang yang punya kemauan belajarbisa belajar terus. Tempat dimana para alumni kembali untukberbagi pengetahuan dan belajar kembali. Tempat dimanaorang-orang didalamnya mencintai belajar.

    Ia mencintai kampus Psikologi Unair lebih dari yang disadarikebanyakan orang. Ia punya bisnis di luar kampus agar bisamenyekolahkan anaknya sampai ke luar negeri. Ia tidakpernah meninggalkan perkuliahan begitu saja. Bahkan ia

    tidak meninggalkan kampus ini meski beberapa orang,termasuk aku, memilih untuk meninggalkan kampus. Iamencintai kampus dengan hati, jiwa, dan raganya.

    Keputusanku mengundurkan diri dari kampus pun disikapisecara paradoks oleh Pak Ino. Pada satu sisi, ekspresi wajahnya menunjukkan keberatan yang teramat sangat. Tapidisisi lain, ia terus mendorongku untuk mengikuti kata hati,

    “Ikuti kata hatimu….” Maaf Pak Ino, aku mengecewakanmuuntuk satu urusan ini. Tapi semangat Pak Ino akan terus

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    58/322

     

    58

    kubawa, belajar sepanjang hayat, baik untuk diriku sendirimaupun untuk orang-orang disekitarku.

    Sampai terakhir bertemu, sekitar 1 bulan yang lalu, Pak Inomasih menunjukkan kegelisahannya mengenai kualitaspendidikan di Indonesia. Masih ngomel-ngomel   panjang lebar.Begitulah Pak Ino, Ia adalah orang yang peduli pendidikanyang ditunjukkan dengan cara-cara ajaib.

    Masih banyak lagi pelajaran dan kenangan bersama Pak Ino.

     Tapi aku sudah tidak sanggup menuliskannya.

     Terakhir, tadi malam Pak Ino masih memberi pelajaranterakhir padaku melalui Facebook (foto terlampir).

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    59/322

     

    59

    Selamat jalan Pak Ino. Selamat Jalan Christophorus DanielIno Yuwono.

    Mohon maaf buat semua kesalahanku. Aku akan berusahamemenuhi janjiku padamu, belajar bahasa Inggris dan belajardi luar negeri. Terima kasih buat persahabatan, perhatian,kata-kata keras, pencerahan dan semuanya. Terima kasihbuat gorengan yang engkau bawakan pada sore-sore di ruangCattel.

    Buat teman-teman, maafkan semua kesalahan beliau danmohon doanya agar beliau damai di sisi-Nya

    Damai di bumi. Damai di hati

    Murid, Anak dan Sahabat

    Bukik

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    60/322

     

    60

    Panggilan

    Oleh Dwi Krid - Nightmareideas.posterous.com

    "Kik, kembali pada tulisan kuno ya, semua ada waktunya. Adawaktu untuk menanam ada waktu untuk memanen, ada waktuuntuk bertemu ada waktu untuk berpisah."  

    Ino Yuwono kepada Bukik Setiawan, 3 Desember 2012, 17:52WIB

    Pagi ini, 4 Desember 2012, saya melihat dosen saya - yangusai mengajar Penelitian Kualitatif - terdiam saat menerimapanggilan telepon. Saya kurang tahu itu panggilan telepontersebut berasal dari siapa, namun panggilan tersebutmengisyaratkan sebuah panggilan lain: kepulangan salahseorang dosen senior di tempat saya belajar saat ini: PakIno.

    Gelombang emosional mulai terlihat di linikala Twitter   saya;beberapa berduka, beberapa sangsi sambil menunggukepastian. Saya dan teman-teman berkumpul di lantaipertama gedung perkuliahan, sampai akhirnya kabar

    kepulangan Pak Ino benar adanya. Para dosen bergegas,meluncur ke kediaman beliau, sedangkan para mahasiswa -termasuk saya - disediakan bus universitas. Ada kehilanganyang terpancar dari mata teman-teman saya, ada pula airmata. Pilu semakin menjadi saat saya dan teman-teman tibadi rumah beliau. Beberapa dosen sembab. Dua atau tigateman saya meledak tangisnya. Beliau terbaring, diam; sayabahkan belum sempat melihat wajah Pak Ino karena beliauakhirnya dibawa masuk ke dalam mobil ambulans.

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    61/322

     

    61

    Menoleh ke belakang, saya masih melihat mata yang

    berkaca-kaca. Ada pelukan. Ada sedu. Kehilangan itumemang nyata: sebuah panggilan untuk beliau, sekaligussebuah kepergian untuk orang-orang yang ditinggalkannya,termasuk keluarga di tempat Pak Ino mengajar: para dosen,karyawan, serta kami sebagai mahasiswa beliau. Didikan PakIno yang keras - tuntutan beliau agar kami membaca buku,bukan slide Power Point  - pasti menjadi kesan mendalam buat

    saya dan teman-teman. Terlepas dari segala kritik, saya yakinPak Ino sayang pada semua mahasiswa dan mantanmahasiswa beliau, yang sampai pagi ini menjadi rekan kerjasebagai sesama dosen.

    Menutup tulisan ini, komentar terakhir Pak Ino di status PakBukik  diambil dari Kitab Pengkhotbah, atau mungkin lebihtepatnya, kutipan yang dibacanya dalam Zahir - salah satu

    novel gubahan Paulo Coelho - yang juga menjadi salah satufavorit saya.

    Selamat menerima panggilan, terima kasih, dan selamat jalan.

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    62/322

     

    62

     JANGAN PULANG!

    Oleh Josephine MJ Ratna – Vivien

    “JANGAN PULANG!” – Perintah Pak Ino.

    “Pokoknya kalau bisa, kamu jangan pulang. Ngapain? Disana lebih enak dan dihargai Vien”, kalimat yang selalu

    beliau sampaikan jika saya pulang kampung. Dan jawabansaya ”Ya dilihat nantilah, Pak, khan saya memang haruspulang dulu.”

    Bukan Pak Ino namanya kalau ia menerima begitu sajajawaban saya. Pernyataan lanjutannya sebenarnya mengujiseberapa saya meyakini jawaban saya. “Lihat nanti apa?!?Sudah jelas! Kerja di sini soro-soro padahal kamu pinter bisasantai di sana dan dihargai. Ya memang pajakmu besar tapi yo gak popo bukune akeh, apik-apik, ya nggak? Lagian anakmupinter-pinter, ngapain di sini dikuliahi dosen yang nggaupdate ilmunya, nggak mutu, percuma. Di sana anakmulebih berkembang dan mandiri.” Biasanya setelahpembicaraan ini, Ibu Ino (saya panggil Tante Liliek)menimpali, “Wes tha, wong   belum perlu diputuskan” atau

    semacam itu saya tidak ingat pastinya. Intinya untukmembawa kami ke pembicaraan yang lebih ringan.

    Pak Ino adalah salah satu dosen pembimbing skripsi S1 sayadengan alasan klasik biar urusan statistik tidak salah. Seolahmengetahui persis tujuan saya, Pak Ino sering mengeluarkanancaman, “Jangan pikir aku dosen pembimbingmu, kamubisa lulus gampang yo! Tak etrek-etrek  kamu sampe   elek! ”disertai pandangan sinis dan ‘merendahkan’ yang diikutidengan pertanyaan yang tak kalah menyeramkan. “Wedhi,

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    63/322

     

    63

    tha?” tambahnya. Aku menjawab, “Lha ayo Pak diajari, neksaya sampe keliru ya salah yang ngajar to Pak, kok nggak bisabikin saya ngerti.” Pak Ino adalah pembimbing yang selaluserius menunjukkan dimana kesalahan saya dalam analisadata ataupun juga menunjukkan apa yang harus saya bacauntuk dapat menulis lebih baik.

     Awal mula kedekatan saya dengan Pak Ino, karena kebetulanmenjadi asisten dosen Asas Asas Manajemen yangdikomandani oleh Pak Handoko Sasmito, teman dekat Pak

    Ino. Kedua dosen ini setali 3 uang dalam membagi ilmu dan‘tekanan’ untuk selalu mengupayakan yang terbaik. “Laopokamu ke sini?” Belum lagi ditambah dengan ucapan ‘sayang’yang disambung dengan cium tangan, berpelukan ataubahkan ketika saya sudah alumni mulai berani untuk cipika  dan cipiki.

    Hubungan kami sempat sedikit terputus ketika saya

    melanjutkan studi di Australia, kurang setahun setelah sayalulus dari Psikologi Unair (program studi saat itu). Dan sayakembali berdekatan dengan Pak Ino, saat anaknya Reza inginstudi di Australia dan memilih Psikologi. Hal ini membuatPak Ino mengatakan kepada saya, “Wah repot anakku milihPsikologi di universitasmu dulu lagi. Salahmu ini Vien”

     Jika saya kebetulan diminta sebagai alumni Unair untukmampir dan sharing   dengan adik kelas, saya selalu mencariPak Ino dengan tujuan utama ‘menjadi polisi rokok’. Yangterjadi Pak Ino dengan gayanya yang khas lebih dulu lantangmenyapa, “Ngapain kamu ke sini Vien! Percuma!” sambilmenghembuskan asap rokok. Saya kalah set sambilmengambil nafas panjang. Hentakan sapaan lalu diikutidengan intonasi suara lebih rendah, “Kamu mau bicara apa

    sama mahasiswa elek-elek iki. Beberapa otak’e main . Cuma elek

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    64/322

     

    64

     Vien. Ayu-ayu jamanmu,” begitu cara Pak Inomembandingkan situasi dengan sarkasmenya.

    Saya balas, “Tetep ayu sampe sekarang to, Pak?”

    Pak Ino menjawab, “Iyo, pancet, tuek lan lemu tapine” dankami tertawa bersama. “Wes sanao, jok lali aku punya bukubaru, copy -en, apik, cocok buat klinis”.

    Pak Ino selalu mempertanyakan saya saat menekuni bidangklinis dengan gayanya yang seolah meremehkan. Tetapijangan terkecoh dengan pengetahuan Pak Ino tentangPsikologi Klinis. Ia tidak kalah jago terutama bila membahaskepribadian manusia yang patologis yang menghambatpengembangan diri dan profit perusahaan.

    Suatu malam jam 20.00, tiba-tiba rasa kangen luar biasakepada Pak Ino membuat saya rela menerjang hujan angin

    menuju Pondok Tjandra. Aku menelpon, “Pak Ino, dirumah? Aku mampir ya?”

     Jawab Pak Ino, “Kamu janji-janji thok, ayo tak tunggu,banyak buku ku nih.”

    Malam itu, kami bertiga dengan Tante Liliek terus berceritatentang apa saja. Kami tertawa, ngakak, berandai-andai dan

    seolah sungguh tidak ada jarak. Hampir 2 jam saya di sanadan setiap saya menunjukkan bahasa tubuh saya mau pulangkarena waktu sudah larut, Pak Ino malah memulai dengancerita baru. Sampai akhirnya hampir pukul 23.00, sayaterpaksa memotong pembicaraan dan mohon diri.

    Dan keesokan harinya menjelang siang, “Halo, Vien. Ini Tante Liliek. Pak Ino masuk ICU, Vien” Jantung sayaberdebar dan langsung saya meninggalkan kantor menujuRumah Sakit Premier (d/h Surabaya Internasional).

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    65/322

     

    65

    Kebetulan saya berpraktek di sana, maka saya diijinkanmasuk ke ICU. OMG, malam sebelumnya kami begitubahagia dan tertawa lepas. Dan siang itu sosok Pak Inoterbaring lemas dengan mata tertutup dan selang tergantung.Saya baru sadar telah menjadi salah satu faktor penyebab ini.“Maafkan saya, Tante Liliek,” kataku. Tetapi ia berkata“Vien, Pak Ino sueneng  sekali kamu datang tadi malam.”

    Pak Ino tidak boleh terlalu excited , tidak boleh over the top.Emosi yang naik turun secara mendadak menyebabkan

    kondisi jantungnya tidak stabil. Saya gemetar dan menangisdi depan Pak Ino. Saya memegang tangannya. Pak Inomembuka mata, tersenyum, dan untuk pertama kali sayamelihat dia menangis, “Aku wes tuek Vien. Kamu kapanmau studi lagi?”

     Ya ampun, beliau masih menanyakan dan memikirkan saya.“Pak Ino, ayo sembuh dulu, nanti aku janji sekolah lagi,”

    jawabku. Setelah kondisi membaik dan dipindahkan ke ruangperawatan, Pak Ino yang ‘nakal’ mulai kelihatan usilnya danberkata, “Vien, ojo kuatir, aku isin nek matek ono kowe.”   Sayameyakini jika beliau mulai usil itu artinya sehat.

    Setelah gagal berkali-kali dan berulang-ulang saya memintareferensi Pak Ino untuk melanjutkan studi S3, saya akhirnya

    berhasil dan berangkat Januari 2011. Saya kabarkan beritabaik ini dan mengundang Pak Ino dalam perpisahansederhana. Namun entah mengapa rupanya undangan lewatSMS tidak diterima beliau. Pak Ino merasa sangat sedihkarena saya seolah melupakannya. Luapan kekecewaandisampaikan lewat FB saat saya mengupload foto-foto dialbum “Friends Made My Day”. Saat itu saya baru mengertimengapa Pak Ino tidak hadir. Ah Pak Ino, I am so sorry, I

    would never abandon you. 

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    66/322

     

    66

    Di salah satu foto di album tersebut yang saya upload  bulan Agustus 2012, Pak Ino menyatakan bahwa jika adapertemuan lagi takutnya beliau sudah ‘gone forever’ . Sejak saatitu saya sering melihat Pak Ino online dan seolah ‘mengecek’satu persatu keadaan anak didiknya.

    Sesekali kami online, chatting  dan kembali ke pesan utamanyakepada saya, ”JANGAN PULANG!” Apakah ini perintahPak Ino yang terakhir buat saya dan keluarga? Saya belumbisa menentukan apakah akan menuruti perintah atau

    melanggarnya. Yang pasti hati saya masih di Indonesia.Mungkin maksud Pak Ino adalah, “teruslah belajar”. Kalauini arti “Jangan Pulang!”mu, saya pastikan I will always learn . Atau maksudnya adalah “Jangan Pulang!” saat engkau pergiselamanya Pak? Apakah itu maksudnya Pak? Konsistendengan perkataannya – Pak Ino pergi saat saya tidak beradadi Indonesia dan saya diminta untuk tidak pulang – apapunmaknanya.

     Yang selalu mengasihi dan menghormatimu,

     Josephine MJ Ratna – Vivien (Hengki, Ignas dan Mika)

    Di Perth – Australia

    7 Desember 2012

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    67/322

     

    67

    Di Balik Sepi Sang Inspirator

    Oleh Sekar Kirana Hermianto – Notes Facebook

    Hari Selasa, tanggal 4 Desember, ketika saya membuka matadi pagi hari, saya merasa ada yang aneh danmembingungkan. Malamnya saya bermimpi sangat aneh.Saya bertemu dengan seekor burung hitam, dan anehnya,

    sekeliling orang di sekitar saya mendadak gegap gempita,riuh-rendah, dan bahagia. Entah mengapa perasaan  sayaberubah aneh. Saya memang memiliki kemampuan yanglebih dibandingkan orang-orang lain, sehingga ketika adaorang yang saya kenal akan pergi meninggalkan dunia, sayapasti akan selalu diberi semacam "tanda" oleh Yang MahaKuasa. Saya sudah merasa ketakutan karena saya merasa

    akan ada yang "pergi". Entah apa yang saya pikirkan padasaat itu, mendadak badan saya panas tinggi. Kepala sayaterasa berat. Jantung ini berdegup dengan tempo yang tidaksemestinya. Akhirnya hari itu saya izin sakit dalam satu matakuliah pagi dan beristirahat. Anehnya, mata ini masih susahjuga untuk terpejam.

     Akhirnya saya memutuskan untuk membuka twitter.  Scroll  

    pertama di iPad saya masih berupa celotehan kawan-kawan.Scroll   kedua, jantung saya terasa hampir berhenti berdetak.Kaget. Shock. Benar-benar tidak percaya. Yang saya bacapertama kali adalah tweet milik teman saya @ramadhanicitra;"selamat jalan, Pak Ino....". Sangat simple , kan? Saya panik.Saya langsung bertanya sana-sini. Saya mengecek recent update  BBM, scroll twitter,  dan ada satu dua tweet dengan kalimat

    yang hampir sama. Kabarnya masih simpang siur. Sayabertanya dengan Abang Herison, saya bertanya kepadateman-teman lain, saya bertanya kepada senior, dan mencari

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    68/322

     

    68

    informasi sana-sini. Selang beberapa saat, FIX   saya mulaiyakin bahwa Bapak Ino Yuwono, guruku, dosenku,inspiratorku, inspirator dari inspiratorku telah tiada.

    Bapak Ino Yuwono adalah sosok yang selalu dielu-elukankeberadaannya. Klise memang. Saya seperti mahasiswalainnya, takut pada beliau. Saya menolaknya di tatapanpertama. Saya menolaknya untuk singgah di kehidupan saya.Saya tidak terbiasa dengan rasa takut dengan seorang guruatau dosen, karena pola pikir labil khas anak ABG. Bagi saya

    ada rumus bahwa dosen killer   + kasih nilai susah + hobinggojlog   orang lain = LAMA LULUS. Itulah alasan utamamengapa saya menolaknya untuk hadir di kehidupan saya,mentah-mentah.

    Saya ingat ketika mengambil mata kuliah Asas-AsasManajemen. Beliau menjadi PJMK sekaligus pengajar dimata kuliah tersebut. Di dalam kelas suara beliau yang begitu

    menggelegar, ditambah dengan acara nilai kuis E semua,membuat saya tertekan. Saya sampai tidak berani ijin kekamar mandi. Saya menahan pipis, menahan sakit perut,tidak berani bolos. Saya merelakan diri  membaca bukuMorgan demi beliau, walau tetap saja nilai yang keluar diKHS adalah D. Saya marah, emosi, dan kalut. Sayamembenci beliau seketika. Sejak saat itu, saya pun tidak

    pernah peduli. Mau ada beliau atau tidak, toh kehidupan sayamasih baik-baik saja.

    Sampai kemudian saya berada dalam fase depresi untukmengejar IPK 3 koma yang masih tak sampai. Pada fasetersebut, datanglah seorang dosen yang baru pulang dariRusia, Kak Rahkman Ardi. Saya mengenal beliau karenabeliau juga menggantikan direktur lama tempat magang saya,

    yaitu UP3 (Unit Penelitian dan Publikasi Psikologi).

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    69/322

     

    69

    Sekedar tahu saja  tempat magang saya di GL (gedungpsikologi lama), bersebelahan sekat dengan tempat Pak Ino. Walaupun bersebelahan sekat, saya tak pernah menegurbeliau . Toh siapa sih, Pak Ino itu? Bapakku bukan. Kakekkujuga bukan. Nggak ada dia, aku tetep bisa makan enak, buangair kecil tak perlu pakai ditahan, apapun juga tetap berjalanseperti biasanya dan tidak  perlu keluar keringat dingin sepertilayaknya di kelas. Intinya saya putuskan untuk masa bodohdengan kehadiran beliau.

    Kak Ardi bukanlah hanya seorang direktur, dosen, dan gurubuat saya, namun sudah menjadi seorang kakak, sekaligussahabat berbagi dikala sedih. Karena kami sangat dekat, Kak Ardi sering bercerita tentang kehidupan beliau di Rusia,termasuk anteseden beliau pergi ke Rusia. Hal yangmembuat saya tertegun adalah ketika beliau berkata, "PakIno adalah orang yang memberikan aku keyakinan disaat akubimbang dengan keputusanku mengambil S2 di Rusia."Seketika pertahanan saya retak. Hanya sedikit sih retaknya.

    Sering berjalannya waktu, saya terbiasa satu ruangan denganPak Ino. Saya terbiasa mendengar beliau berbincang-bincangdengan Kak Ardi. Yang paling saya ingat waktu beliaumemanggil Kak Ardi, "Di! Kopi, Di! Enak iki kopine,ambilen ae." Tawaran makanan dan minuman kepada Kak

     Ardi  akhirnya menyebabkan munculnya perasaan positifterhadap beliau. Itupun bukan tanpa sebab, karena apapunakhirnya hal tersebut membuat anak magang UP3 seringkecipratan upeti dari Pak Ino yang diberi ke Kak Ardi.

    Pada suatu hari, tim UP3 hangout  bersama-sama. Tentu sajabukan masalah pekerjaan yang kami diskusikan, melainkanbergosip. Salah satu orang yang kecipratan bahan gosip

    adalah Pak Ino Yuwono. Berbagai komplain diungkapkanteman-teman terutama tentang asap rokok, teguran beliau

  • 8/9/2019 Guru Yang Tak Pernah Pergi, Inspirasi Pak Ino

    70/322

     

    70

    karena kegaduhan kami yang terlalu, dan berbagai macamkeadaan yang menjengkelkan saat itu. Satu kalimat yangmembuat saya bergetar adalah ketika Muhammad Riza, biasadipanggil Ijoet, senior sekaligus sahabat saya berkata, "PakIno, kok kayak semacam kesepian, ya?" Seketika pertahananyang kemarin sedikit retak menjadi sangat retak dan mulairapuh. Belum lagi saya mendengar kabar bahwa Pak Bukik,salah satu dosen yang selalu dibanggakan Pak Ino yang jugasaya senangi karena spirit   beliau, mengundurkan diri dariFakultas.

    Entah teman-teman lain sadar atau tidak, setelah itu diam-diam saya mulai mengamati Pak Ino. Saya mulaimemperhatikan gerak-geriknya, mencoba menduga apa yangdia pikirkan, menebak arti air muka, senyum dan tawanya. Ada yang berbeda. Ia tidak selepas dulu. Wajahnya semakinterlihat lelah, menua, dan semangatnya memudar. Ada yanglain dengan senyum dan tawanya. Ada kesedihan dan lukayang mendalam. Pak Ino sedang terluka. Saya berkeyakinan,jika Pak Ino menetap di gedung lama dikarenakan jerihpayah beliau untuk mengusir segala luka di hatinya. Mungkinagar lebih dekat dengan Kak Ardi yang selalu ada di UP3.Mungkin juga untuk mengusir segala penat dan sepi denganmendengarkan hingar-bingar mahasiswa-mahasiswa magangyang selalu penuh tawa, keributan, dan huru-hara, walaupun

    mungkin sedikit menjengkelkan.

    Beliau kadang datang jam setengah 8 pagi, ketika toko bukuEtude mulai dibuka, dan kadang pulang jam 6 sore, ketikakami semua sudah tutup lapak. Ia datang dan pulang dalamdiam dan ta