guided discovery.pdf

7
UPEJ 1 (1) (2012) Unnes Physics Education Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej © 2012 Universitas Negeri Semarang ISSN NO 2257-6935 Info Artikel Abstrak Abstract PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY PADA MATERI PEMANTULAN CAHAYA UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS Candra Eko Purwanto 1 , Sunyoto Eko Nughoro 2 , Wiyanto 2 Jurusan Fisika, FMIPA Gedung D7 Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229, Universitas Negeri Semarang, Indonesia Sejarah Artikel: Diterima Maret 2012 Disetujui Maret 2012 Dipublikasikan Mei 2012 Penelitian ini bertujuanuntukmengetahui penerapan model pembelajaran guided discovery pada materi pemantulan cahaya terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa SMP. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 13 Magelang, merupakan penelitian eksperimen dengan Design Control Group PretestPosttest. Populasi pada penelitianini siswa kelas VIIIA sampai VIIIF SMP Negeri 13 Magelang tahun ajaran 2010/2011. Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling dengan mengambil dua kelas secara acak dari populasi sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pengumpulan data menggunakan metode tes dengan soal uraian. Analisis uji gain ternormalisasi memberikan hasil peningkatan 0.40 untuk siswa yang diajar menggunakan guided discovery dan 0,36 untuk siswa yang diajar menggunakan cooperatif learning. Disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran guided discovery dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Alamat korespondensi: E-mail: [email protected] Kata kunci: berpikir Kritis cooperative learning model Pembelajaran Guided Discovery This research was aimed to determine the application of guided discovery learning applied in reflection of light material in increasing the ability of junior high school students’ critical thinking skills. The design of this research was experimental research with the Control Group Pretest-posttest Design. The populationsin this research were the students of VIIIA to VIIIF classes SMP 13 Magelang school year 2010/2011. Sampling technique of this research used simple random sampling technique by taking two classes at random from the populationas a control class and experimental class. Reasearcher collected data from test method. The data analysis using gain normalized test showed result 0.40 for class which was taught by guided discovery model, and 0.36 for class which was taught by cooperatif learning. The conclusion of this research is the application of guided discovery learning can enhance students' critical thinking skills.

Upload: zainal-islam

Post on 06-Nov-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ini merupakan file pdf berisi pengertian GD

TRANSCRIPT

  • UPEJ 1 (1) (2012)Unnes Physics Education Journalhttp://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej

    2012 Universitas Negeri SemarangISSN NO 2257-6935

    Info Artikel Abstrak

    Abstract

    PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY PADAMATERI PEMANTULAN CAHAYA UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIRKRITISCandra Eko Purwanto1, Sunyoto Eko Nughoro2, Wiyanto2Jurusan Fisika, FMIPA Gedung D7 Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229, UniversitasNegeri Semarang, Indonesia

    Sejarah Artikel:Diterima Maret 2012Disetujui Maret 2012Dipublikasikan Mei 2012

    Penelitian ini bertujuanuntukmengetahui penerapan model pembelajaran guideddiscovery pada materi pemantulan cahaya terhadap peningkatan kemampuanberpikir kritis siswa SMP. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 13 Magelang,merupakan penelitian eksperimen dengan Design Control Group PretestPosttest.Populasi pada penelitianini siswa kelas VIIIA sampai VIIIF SMP Negeri 13Magelang tahun ajaran 2010/2011. Pengambilan sampel penelitian inimenggunakan teknik simple random sampling dengan mengambil dua kelassecara acak dari populasi sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen.Pengumpulan data menggunakan metode tes dengan soal uraian. Analisis ujigain ternormalisasi memberikan hasil peningkatan 0.40 untuk siswa yang diajarmenggunakan guided discovery dan 0,36 untuk siswa yang diajar menggunakancooperatif learning. Disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran guideddiscovery dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

    Alamat korespondensi:E-mail: [email protected]

    Kata kunci:berpikir Kritiscooperative learningmodel Pembelajaran GuidedDiscovery

    This research was aimed to determine the application of guided discoverylearning applied in reflection of light material in increasing the ability of juniorhigh school students critical thinking skills. The design of this research wasexperimental research with the Control Group Pretest-posttest Design. Thepopulationsin this research were the students of VIIIA to VIIIF classes SMP 13Magelang school year 2010/2011. Sampling technique of this research usedsimple random sampling technique by taking two classes at random from thepopulationas a control class and experimental class. Reasearcher collected datafrom test method. The data analysis using gain normalized test showed result0.40 for class which was taught by guided discovery model, and 0.36 for classwhich was taught by cooperatif learning. The conclusion of this research is theapplication of guided discovery learning can enhance students' critical thinkingskills.

  • 27

    CE Purwanto / Unnes Physics Education Journal 1 (1) (2012)PENDAHULUAN

    Proses pembelajaran merupakanjantung dari keseluruhan proses pendidikanformal, karena melalui sebuah prosespembelajaran terjadi transfer ilmu dari guru kesiswa yang berisi berbagai tujuan pendidikan.Guru dalam pembelajaran baiknya memberikanbimbingan dan kesempatan bagi siswa untukberkembang secara mandiri melalui penemuandan berpikir kritis.

    Salah satu kecakapan hidup (life skill)yang perlu dikembangkan melalui prosespendidikan adalah keterampilan berpikir(Depdiknas, 2004). Kemampuan berpikir jugasebagai sarana untuk mencapai tujuanpendidikan yaitu agar siswa mampumemecahkan masalah taraf tinggi (Nasution,2008).

    Berpikir kritis merupakan salah satutahapan berpikir tingkat tinggi yang diperlukandalam kehidupan masyarakat. Manusia selaludihadapkan pada permasalahan sehinggadiperlukan data-data agar mampu membuatkeputusan yang logis. Membuat keputusan yangtepat diperlukan kemampuan berpikir kritis, halini dilakukan agar apabila ada sesuatuketerangan yang tidak atau belum pastihendaknya jangan dipercaya begitu saja.Menurut Gerhard sebagaimana dikutip olehRedhana (2003), berpikir kritis didefinisikansebagai suatu proses kompleks yang melibatkanpenerimaan dan penguasaan data, analisis data,dan evaluasi data dengan mempertimbangkanaspek kualitatif serta melakukan seleksi ataumembuat keputusan berdasarkan hasil evaluasi.

    Wahidin sebagaimana dikutip olehSusriyati (2007) menyebutkan beberapakeuntungan yang diperoleh dari pembelajaranyang menekankan pada proses keterampilanberpikir kritis, yaitu (1) belajar lebih ekonomis,yakni bahwa apa yang diperoleh danpengajarannya akan tahan lama dalam pikiransiswa; (2) cenderung menambah semangatbelajar, gairah (antusias) baik pada gurumaupun pada siswa; (3) diharapkan siswadapat memiliki sikap ilmiah; dan (4) siswamemiliki kemampuan memecahkan masalahbaik pada saat proses belajar mengajar di kelasmaupun dalam menghadapi permasalahannyata yang akan dialaminya.

    Upaya mencapai tujuan pembelajaransains khususnya fisika masih menemui kendala.Salah satu kemungkinan penyebabnya adalahpenggunaan metode yang kurang tepat dalam

    proses pembelajaran. Pembelajaran sering kalihanya menekankan pada aktivitas mengingat,memahami, dan mengaplikasikan (low order ofthinking). Tantangan masa depan menuntutpembelajaran harus lebih mengembangkanketerampilan high order of thinking.

    Berdasarkan survey peneliti waktu PPL(Praktik Pengalaman Lapangan) di SMP Negeri13 Magelang ditemukan beberapa kendala padaproses pembelajaran. Pertama, pembelajaranfisika banyak mengandung prinsip, konsep, danteori yang abstrak sulit dipahami oleh siswa.Kedua, siswa kurang optimal saat mengikutipembelajaran sehingga pemahaman konsepsiswa kurang baik dan berakibat siswa hanyamenghafal materi. Ketiga siswa menganggappembelajaran fisika sebagai hal yang sulit untukdipelajari sehingga pada proses pembelajaransiswa kurang antusias. Beberapa kendalatersebut mengakibatkan banyak siswa yangmemperoleh hasil belajar kurang dari batasketuntasan dan kemampuan berpikir kritis siswakurang baik.

    Ndraka sebagaimana dikutip oleh Wirta(2008), Pembelajaran Fisika di sekolahhendaknya menyiapkan anak didik untuk (1)mampu memecahkan masalah yang dihadapidalam kehidupan sehari-hari denganmenggunakan konsep-konsep sains yang telahmereka pelajari, (2) mampu mengambilkeputusan yang tepat dengan menggunakankonsep-konsep ilmiah, dan (3) mempunyaisikap ilmiah dalam memecahkan masalah yangdihadapi sehingga memungkinkan merekauntuk berpikir dan bertindak secara ilmiah.

    Untuk memecahkan permasalahanpembelajaran yang demikian perlu dilakukanupaya antara lain berupa perbaikan strategipembelajaran yaitu mengubah modelpembelajaran yang dapat memfasilitasiterjadinya komunikasi antara siswa dengansiswa dan guru dengan siswa, sehingga mampumenumbuhkan berpikir kritis siswa.

    Model pembelajaran discoverymerupakan kegiatan pembelajaran yangmelibatkan secara maksimal seluruhkemampuan siswa untuk mencari danmenemukan sesuatu (benda, manusia, atauperistiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitissehingga mereka dapat merumuskan sendiripenemuanya dengan penuh percaya diri.Pembelajaran discovery memiliki kelebihan yaitumenjadikan siswa lebih aktif dalampembelajaran, siswa dapat memahami benar

  • CE Purwanto / Unnes Physics Education Journal 1 (1) (2012)

    28

    konsep yang telah dipelajari, jawaban yangdiperoleh akan menimbulkan rasa puas padasiswa.

    Menurut Joolingen (1999), discoverylearning adalah suatu tipe pembelajaran dimanasiswa membangun pengetahuan mereka sendiridengan mengadakan suatu percobaan danmenemukan sebuah prinsip dari hasil percobaantersebut.

    METODEPenelitian ini dilaksanakan diSMP

    Negeri 13 Magelang tahun ajaran 2010/2011dengan populasi seluruh siswa kelas VIIIA,VIIB, VIIIC, VIIID, VIIIE, dan VIIIF. Sampelyang dipilih dengan teknik simple randomsampling didapatkelas VIIIB sebagai kelaskontrol dan kelas VIIIC sebagai kelaseksperimen. Variabel bebas dalam penelitian iniadalah model pembelajaran IPA di SMP,sedangkan variabel terikat dalam penelitian iniadalah kemampuan berpikir kritis siswa SMPNegeri 13 Magelang kelas VIII.

    Penelitian ini merupakan penelitianeksperimen dengan desain control group pretestposttest. Desain penelitian yang menggunakandesain eksperimen ini mengukur kondisi awalsiswa dengan pretest kemudian mengukurperbedaan kondisi kelas setelah diberi perlakuanyang berbeda dengan posttest dengansebelumnya memastikan kedua kelas homogenpada kondisi awal.

    Instrumen penelitian diujimenggunakan uji validitas isi, reliabilitas, dayapembeda, dan tingkat kesukaran sebelumdigunakan untuk evaluasi. Soal evaluasi yangdigunakan adalah berupa soal uraian karenadengan tes ini dapat mengukur kemampuanberpikir kritis siswa.

    Metode pengumpulan data dalampenelitian ini menggunakan metode tes. Datadianalisis melalui dua tahap, yaitu uji tahapawal dan uji tahap akhir. Uji tahap awal yangdimaksud adalah uji homogenitas populasimenggunakan persamaan uji Barlett. Uji tahapakhir terdiri atas uji normalitas data pretest danposttest, uji perbedaan dua rata-rata data hasilposttest, uji peningkatan kemampuan berpikir.Kemudian uji kriteria berpikir kritis digunakanuntuk mengetahui tingkatan berpikir kritis anakdimulai dari kriteria sangat kritis sampai kurangkritis.

    Uji normalitas digunakan untuk melihat

    penyebaran atau distribusi nilai siswa dalamsatu kelas berdistribusi normal atau tidak.Rumus yang digunakan adalah Chi Kuadrat.

    dengan 2 menunjukkan Chi-Kuadrat, Oimenunjukkan frekuensi yang diperoleh dari datapenelitian, Ei menunjukkan frekuensi yangdiharapkan, dan k menunjukkan banyaknyakelas interval. Jika 2hitung 2tabel denganderajat kebebasan dk = k -3 dengan tarafsignifikan 5% maka data berdistribusi normal(Sudjana, 2005).

    Uji perbedaan dua rata-rata data hasilpost-test menggunakan uji .Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakahkemampuan berpikir kritis siswa kelaseksperimen lebih baik daripada kemampuanberpikir kritis siswa kelas kontrol yang diukurdari data nilai hasil post-test. Menurut Sugiyono(2007), rumus uji t yang digunakan adalah:

    dengan menunjukkan rata-rata nilaipada kelas eksperimen, menunjukkanrata-rata nilai pada kelas kontrol, menunjukkanjumlah siswa kelas eksperimen, menunjukkanjumlah siswa kelas kontrol, menunjukkankorelasi antara dua sampel, 1 menunjukkansimpangan baku kelas eksperimen,menunjukkan simpangan baku kelas kontrol,menunjukkan varians pada kelas eksperimen,menunjukkan varians pada kelas kontro l. thitungdibandingkan dengan ttabel dengan dk = n1+n2-2dan taraf kesalahannya 5%. Kriteria pengujianadalah Ha diterima apabila harga thitung ttabel yang berarti rata-rata hasil belajar materipemantulan cahaya kelas eksperimen lebih baikdaripada rata-rata hasil belajar materipemantulan cahaya kelas kontrol.

    Uji peningkatan kemampuan berpikirkritis bertujuan untuk mengetahui besarpeningkatan kemampuan berpikir kritis siswasebelum diberi perlakuan dan setelahmendapatkan perlakuan. Menurut Savinainen &Scott, sebagaimana dikutip oleh Wiyanto(2008), peningkatan kemampuan berpikir kritissiswa dapat dihitung menggunakan rumusternormalisasi sebagai berikut:

  • 29

    CE Purwanto / Unnes Physics Education Journal 1 (1) (2012)

    Dengan menunjukkan skor rata-rata , dan menunjukkan skorrata-rata . Besarnya faktor gdikatagorikan sebagai berikut:

    Uji kriteria berpikir kritis dianalisismenggunakan rumus sebagai berikut:

    (Ali, 1993)Kriteria kemampuan berpikir kritis

    adalah:

    HASIL DAN PEMBAHASANSebelum pelaksanaan penelitian,

    dilakukan analisis tahap awal yang bertujuanuntuk mengetahui kondisi awal populasi.Analisis tahap awal menggunakan ujihomogenitas Bartlet. Data yang digunakanadalah nilai ujian fisika semester gasal kelasVIII SMP Negeri 13 Magelang. Ujihomogenitas digunakan untuk mengetahuikeadaan awal populasi yang terdiri dari 6 kelasdengan jumlah keseluruhan 201 siswa.Berdasarkan hasil perhitungan diperolehX2hitung = 3,72 kemudian hasil X2hitungdibandingkan dengan X2tabel. Untuk = 5%dengan dk = k-1= 6-1 = 5 diperoleh X2tabel =11,07. Karena X2hitung < X2tabel maka populasimempunyai varians yang sama (homogen)sehingga dapat digunakan untuk penelitian.

    Kemampuan berpikir kritis meliputikemampuan mengingat dan menghubungkandengan pembelajaran yang terdahulu;memusatkan pada bagian permasalahan(focus); mengumpulkan data & mengukukurinformasi; memeriksa kebenaran suatuinformasi; kemampuan menentukan alasan darisuatu jawaban; mengingat dan menghubungkandengan pembelajaran yang terdahulu;kemampuan menarik kesimpulan;merefleksikan secara alami.

    Penilaian aspek tersebut untukmengetahui kemampuan berpikir kritis siswaselama pembelajaran. Hasil kemampuanberpikir kritis siswa dalam penelitian ini padasaat pretest rerata kelas eksperimen 46,18 dan

    kelas kontrol 45,06. Pada saat posttest hasilrerata kelas eksperimen 67,94 dan kelas kontrol65,06. Hasil kemampuan bepikir kritis siswamengalami peningkatan dari keadaan awal (pretest) dan keadaan akhir (posttest) baik kelaseksperimen maupun kelas kontrol. Lebihjelasnya hasil kemampuan berpikir kritis dalampenelitian ini disajikan dalam Tabel 1.

    Hasil belajar siswa berupa kemampuan

    berpikir kritis saat pretest pada kelas eksperimenjumlah siswa yang berkategori cukup kritis 25dan kurang kritis 9 sedang kelas kontrol jumlahsiswa yang berkategori cukup kritis 23 dankurang kritis 11. Tidak ada siswa yangberkategori sangat kritis dan kritis pada saat pretest baik kelas eksperimen maupun kelaskontrol. Hasil post-test pada kelas eksperimenjumlah siswa yang berkategori sangat kritis 4,kritis 25, dan cukup kritis 5. Kelas kontrol saatpost-test jumlah siswa yang berkategori sangatkritis 3, kritis 20, cukup kritis 10, dan kurangkritis 1. Hasil belajar kemampuanberpikir kritis menunjukan kelas eksperimenlebih baik dari kelas kontrol. Lebih jelasnyahasil belajar kemampuan berpikir kritis siswadisajikan pada Tabel 2.

    Hasil rekapitulasi presentase indikatorkemampuan berpikir kritis kelas kontrol melaluimetode tes meliputi mengingat danmenghubungkan dengan pembelajaran yangterdahulu 85%, kemampuan menarikkesimpulan 73% dan 67%, mengumpulkan datadan mengukukur informasi 78%, memusatkanpada bagian permasalahan (focus) 38%,merefleksi secara alami 60%, kemampuanmenentukan alasan dari suatu jawaban 67%,memeriksa kebenaran suatu informasi 68%, dan

  • CE Purwanto / Unnes Physics Education Journal 1 (1) (2012)

    30

    menganalisis aspek dari permasalahan 54%.Hasil rekapitulasi presentase indikator

    kemampuan berpikir kritis kelas eksperimenmelalui metode tes meliputi mengingat danmenghubungkan dengan pembelajaran yangterdahulu 88%, kemampuan menarikkesimpulan 75% dan 64%, mengumpulkan datadan mengukukur informasi 78%, memusatkanpada bagian permasalahan (focus) 44%,merefleksi secara alami 68%, kemampuanmenentukan alasan dari suatu jawaban 70%,memeriksa kebenaran suatu informasi 75%, danmenganalisis aspek dari permasalahan 57%.Ujipeningkatan rata-rata kemampuan berpikir kritishasil belajar siswa dilakukan denganmenggunakan rumus gain rata-rataternormalisasi, dapat disajikan pada Tabel 3.

    Berdasarkan analisis data, rata-ratakemampuan berpikir kritis siswa mengalamipeningkatan dari keadaan awal (pretes) dankeadaan akhir (posttes) baik kelas eksperimenmaupun kelas kontrol. Peningkatan berpikirkritis siswa dapat diketahui dari hasil keadaanawal rata-rata berpikir kritis kelas eksperimensebelum dan sesudah diberi pembelajarandengan model pembelajaran guided discoveryadalah sebesar 46,18 dan 67,94 (kategori kritis).Hasil keadaan awal rata-rata berpikir kritis kelaskontrol diketahui kemampuan awal siswasebesar 45,26. Setelah diberi pembelajarandengan model pembelajaran cooperatif learning,diperoleh rata-rata nilai siswa sebesar 65,06(kategori kritis).

    Meningkatnya kemampuan berpikirkritis siswa pada kelas eksperimen dan kelaskontrol dikarenakan perubahan modelpembelajaran yang mencakup kegiatan yangmelatih kemampuan berpikir kritis. Pada kelaseksperimen menggunakan model pembelajaranguided discovery yang memberikan dampakpositif terhadap siswa. Model pembelajaran inimampu memberikan kesempatan bagi siswauntuk lebih aktif dalam proses pembelajaran.Siswa didorong untuk mempunyai pengalamandan melakukan percobaan yang memungkinkanmereka menemukan prinsip-prinsip ataupengetahuan bagi dirinya. Proses pembelajarantidak lagi terpusat pada guru, melainkan padamasing-masing siswa itu sendiri. Melaluipenerapan model pembelajaran guided discovery,siswa sungguh terlibat pada persoalannya,

    menemukan prinsip-prinsip, dan jawaban lewatpercobaan. Sesuai pendapat Hai-Jew (2008)discovery memberikan ruang belajar untukpeserta didik untuk membuat keputusan danmembentuk kompetensi belajar baru.

    Pada pembelajaran guided discovery,siswa terlibat dalam kelompok untukmelakukan percobaan di laboratorium. Setiapkelompok beranggotakan enam sampai tujuhsiswa sehingga mereka bisa saling membantudengan cara bekerjasama untuk menemukankonsep, prinsip, atau jawaban lewat praktikumpada materi pemantulan cahaya. Pada materipemantulan cahaya, terdapat banyak materiyang bersifat abstrak, sehingga membuat siswacukup kesulitan untuk memahami materipemantulan cahaya tersebut. Menurut kajianpsikologi (Santiyasa, 2007), anak lebih mudahmempelajari hal yang konkret ketimbang yangbersifat abstrak. Pembelajaran fisika yangbersifat abstrak akan lebih mudah dipelajariketika berawal dari sesuatu yang konkret ataunyata. Ini sesuai dengan pelaksanaanpembelajaran guided discovery yang didukungdengan praktikum yang dilakukan siswa denganbantuan alat percobaan sehingga pembelajaranmenjadi lebih efektif dan siswa dapat belajaruntuk menemukan sendiri. Adanya bantuan alatpercobaan ini materi fisika yang bersifat abstraksemakin mudah dipahami karena siswa dapatmempunyai pengalaman dan melakukanpercobaan yang memungkinkan merekamenemukan prinsip-prinsip atau pengetahuanbagi dirinya. Saat percobaan siswa terlebihdahulu harus merangkai alat dengan teman satukelompok sesuai petunjuk yang ada di LembarKerja Siswa (LKS). Siswa diarahkan untukmelakukan percobaan untuk menemukankonsep, hukum dan prinsip materi pemantulancahaya sendiri. Dari keaktifan siswa dalammelakukan percobaan dapat melatihkemampuan berpikir kritis siswa.

    Pada proses pembelajaran guideddiscovery siswa juga mengalami dua pengalamanbelajar yaitu pengalaman mental danpengalaman sosial. Pengalaman mentaldiperoleh dari indra pendengaran danpenglihatan, informasi yang didapatkanberdasarkan apa yang didapatakan berdasarkanindra pendengaran diperoleh dari penjelasanyang diberikan guru sedangkan indrapenglihatan berasal dari penemuan siswa itusendiri. Penemuan tersebut akan selalu diingatoleh siswa daripada harus mendengarpenjelasan dari guru. Pengalaman sosial

  • 31

    CE Purwanto / Unnes Physics Education Journal 1 (1) (2012)diperoleh saat siswa berinteraksi dengan temansekelompok waktu melakukan percobaansehingga mereka lebih terlibat aktif dalamproses pembelajaran. Pengalaman yangdiperoleh siswa digunakan untuk mengambilkesimpulan secara spesifik. Guru memberikebebasan kepada siswa untuk menemukansendiri karena dengan menemukan sendiri siswaakan lebih mengerti. Pembelajaran guideddiscovery menggugah rasa keinginan tahunansiswa sebab dalam pelaksanaannya siswa diajakuntuk menemukan sendiri berbakai teori,hukum, dan konsep dengan praktikum.Dampak dari penemuan sendiri mempengaruhihasil belajar siswa menjadi lebih baik. Hal inisesuai pendapat Catharina (2007) hasil belajaritu tidak disebabkan oleh kemampuan internalmanusia, tetapi karena faktor keingintahuaanmanusia yang menimbulkan respon.

    Berbeda dari model pembelajaran guideddiscovery yang melakuakan praktikum dilaboratorim didukung alat percobaan. Kelaskontrol menggunakan model pembelajarancooperatif learning dengan cara siswa diajakberdiskusi. Pada pembelajaran cooperatiflearning, siswa diberi berbagai persoalan untukdidiskusikan secara berkelompok. Setiapkelompok beranggotakan empat sampai limasiswa sehingga mereka bisa saling membantudengan cara berdiskusi untuk menemukankonsep, prinsip, atau jawaban materipemantulan cahaya. Pada kelas kontrol sebelumsiswa berdiskusi guru memberi gambaran sedikittentang materi pemantulan cahaya, kemudiansiswa diberi lembar diskusi yang berisi berbagaipersoalan untuk didiskusikan. Pemantulancahaya yang didalamnya banyak materi yangbersifat abstrak membuat siswa kelas kontrolcukup kesulitan untuk memahami materipemantulan cahaya tersebut. Siswa cukupmengalami kesulitan sebab saat berdiskusidengan kelompok untuk memecahkan persoalanpada lembar diskusi, diskusi tersebut tanpa adapercobaan atau alat peraga untuk menemukanjawaban. Siswa dalam menjawab hanya bisamembayangkan serta ingatan mereka saatmendegarkan penjelasan dari guru. Masalahtersebut yang menyebabkan perbedaan nilairata-rata berpikir kritis kelas kontrol lebihrendah sedikit dari rata-rata berpikir kritis kelaseksperimen. Membuktikan bahwa pembelajaranguided discovery, memberi pengalaman belajarsiswa untuk melahirkan pemahaman yang baiksehingga hasil belajar siswa juga menjadi lebihbaik.

    Perbedaan hasil belajar antara kelaseksperimen dan kelas kontrol semakin diperkuatmelalui uji signifikansi. Uji signifikansi inimenggunakan uji-t perbedaan rata-rata satupihak yaitu uji t-test sampel related digunakanuntuk mengetahui apakah terdapat perbedaanpeningkatan kemampuan berpikir kritis yangsignifikan antara kelas eksperimen dan kelaskontrol. Berdasarkan hasil uji-t menggunakantaraf ketidakpastian 5% dan dk= 66 diperolehharga ttabel= 2,00 sedangkan harga thitung=2,28. Harga thitung > ttabel, sehingga Ho ditolak,dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaanpeningkatan kemampuan berpikir kritis yangsignifikan antara kelas eksperimen dengan kelaskontrol. Dengan demikian, rata-ratakemampuan berpikir kritis siswa pada kelaseksperimen meningkat secara signifikandaripada rata-rata kemampuan berpikir kritispada kelas kontrol sehingga nilai atau hasilbelajar siswa pada kelas eksperimen lebih baikdari nilai atau hasil belajar siswa pada kelaskontrol.

    Besarnya peningkatan rata-ratakemampuan berpikir kritis dianalisismenggunakan uji gain rata-rata ternormalisasidan diperoleh peningkatan hasil belajar antarakelas eksperimen dan kontrol berbeda. Kelaseksperimen mengalami peningkatan hasilbelajar yang lebih baik dibandingkan dengankelas kontrol. Hasil perhitungan gain kelaseksperimen sebesar 0,40 dan kelas kontrolsebesar 0,36 yang sama-sama tergolong sedang.

    Pelaksanaan pembelajaran guideddiscovery dalam penelitian mengalami beberapakendala. Siswa belum terbiasa dengan modelpembelajaran baru sehingga siswa kurangterampil dalam melaksanakan praktikum. Halini menyebabkan banyak waktu yang terbuang.Keterbatasan alat juga mempengaruhi jumlahsiswa dalam satu kelompok yang seharusnyaempat sampai lima siswa menjadi enam sampaitujuh siswa. Jumlah tersebut menyesuaikanjumlah alat yang tersedia. Jumlah siswa yangterlalu banyak dalam satu kelompok membuatada sebagian anggota yang tidak membantupada saat praktikum dan membuat suasanamenjadi gaduh, sehingga kerjasama siswadalam kelompok menjadi kurang optimal.Menurut Slavin (2010), jumlah siswa dalam satukelompok yang ideal beranggotakan empatorang. Kelompok yang berjumlah empat orangmemudahkan siswa bekerja sama danmenguasai materi yang dipelajari.

    Pembelajaran guided discovery ini dapat

  • CE Purwanto / Unnes Physics Education Journal 1 (1) (2012)

    32

    dijadikan alternatif pembelajaran baru bagiguru-guru, karena pembelajaran ini terbuktiberpengaruh terhadap hasil kemampuanberpikir kritis siswa. Hal ini dapat dilihat darihasil belajar siswa, dimana kelas eksperimenmemperoleh rata-rata nilai yang lebih baik daripada kelas kontrol.

    SIMPULANBerdasarkan analisis, hasil penelitian

    dan pembahasan dapat ditarik simpulan bahwapenerapan model pembelajaran guided discoverydapat meningkatkan kemampuan berpikir kritissiswa. Hal ini sesuai dengan hasil uji gainternormalisasi yang menunjukan terjadipeningkatan kemampuan berpikir kritis sebesar0,40 pada siswa yang diajar menggunakanguided discovery, sedangkan peningkatan rata-ratahasil belajar siswa yang diajar menggunakancooperatif learning sebesar 0,36.

    DAFTAR PUSTAKAAli, M. 1993. Penelitian Kependidikan Prosedur DanStrategi. Bandung: Sarana Panca Karya.Depdiknas. 2004. Standar Kompetensi Mata PelajaranSains. Jakarta: Departemen PendidikanNasional.Hai-Jew, S. 2008.

    4(4).

    Joolingen, W.V. 1999. Cognitive Tools For DiscoveryLearning. International Journal Of ArtificialIntelligence In Education (IJAIED) 10Nasution, S. 2008. Berbagai Pendekatan dalam ProsesBelajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.Redhana, I.W. 2003. Meningkatkan KeterampilanBerpikir Kritis Siswa Melalui PembelajaranKooperatif Dengan Strategi PemecahanMasalah. Jurnal Pendidikan Dan Pengajaran 36(2).Santyasa, I.W. 2007. Landasan Konseptual MediaPembelajaran. Makalah. UniversitasPendidikan Ganesha.Slavin, R.E. 2010. Cooperative Learning. Bandung:Nusa MediaSudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung:Alfabeta.Susriyati, M., Susiningrum, & Suyanto. 2007.Penerapan Pembelajaran Berdasarkan Masalahdengan Strategi Kooperatif Model STAD padaMata Pelajaran Sains untuk MeningkatkanKemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik KelasV Mi Jenderal Sudirman Malang. JurnalPenelitian Pendidikan 17(1).Wirta, I.M & N.K. Rapi. 2008. Pengaruh ModelPembelajaran dan Penalaran Formal terhadapPenguasaan Konsep Fisika dan Sikap IlmiahSiswa SMA Negeri 4 Singaraja.Jurnal Penelitiandan Pengembangan Pendidikan1 (2).Wiyanto. 2008. Menyiapkan Guru SainsMengembangkan Kompetensi Laboratorium.Semarang: UNNES Press.