gugus depan sebagai ujung tombak gerakan pramuka

9
GUGUS DEPAN SEBAGAI UJUNG TOMBAK GERAKAN PRAMUKA 19 Februari 2012 pukul 6:05 GUGUS DEPAN SEBAGAI UJUNG TOMBAK GERAKAN PRAMUKA Oleh: Joko Mursitho Makalah dipresentasikan bagi Ketua Majelis Pembimbing se Kota Bogor, pada hari Senin tanggal, 23 Mei 2011, di Gedung Sarbini Taman Wiladatika, Cibubur. TANTANGAN BANGSA SAAT INI. Fenomena negatif yang muncul pada anak bangsa saat ini adalah: 1. Tawuran. Gejala ini adalah merupakan konflik horizontal dan konflik vertikal. Konflik horizontal misalnya tawuran pada anak-anak sekolah, tawuran antar kampung, antar suku, antar pendukung kesebelasan sepak bola, antar penonton musik dang-dut atau konser-konser musik rock/Pop; tawuran antar pendukung bakal calon bupati/walikota/gubernur; bahkan tawuran antar oknum polisi dan TNI, dan yang paling mengharukan adalah tawuran antar anggota DPR dan juga DPRD. Tawuran yang sifatnya vertikal biasanya terjadi karena kesenjangan ekonomi, dan kesenjangan status. Misalnya antara perusahaan dan para buruh atau pemilik lahan; pengusiran pedagang kaki lima dengan Pol PP. karena lahan kerjanya akan dibangun Mall atau apartemen. 2. Deviasi perilaku individu. Penyimpangan perilaku ini banyak macamnya antara lain: penyimpangan seksual; kondisi ini sangat memilukan. Francis Fukuyama (2005) menyatakan bahwa di Amerika dari 3 bayi yang lahir hanya dua bayi yang lahir dari perkawinan yang sah; bahkan di Skandinavia dari 2 bayi yang lahir hanya 1 bayi yang lahir dari perkawinan yang sah. Di Indonesia gejala ini pun sudah sangat merisaukan. vandalism; mencoret-coret dinding kantor, mencoret-coret tempat umum, merusak telpon umum, melempari lampu jalan, dan sebagainya. mulai dari merokok yang sudah menjadi budaya remaja, perobaan minuman keras, sampai dengan narkoba. Data statistik sangat mengejutkan karena angka presentase pengguna narkoba di kalangan usia sekolah mencapai 4 % dari seluruh pelajar di Indonesia. Berdasarkan tingkat pendidikan, kelompok yang paling banyak mengkonsumsi narkoba adalah kalangan mahasiswa (9,9 %), SLTA (4,8 %), dan usia sekolah di bawahnya (1,4 %).

Upload: blue-eagle-scout

Post on 11-Nov-2015

16 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

IJ

TRANSCRIPT

GUGUS DEPAN SEBAGAI UJUNG TOMBAK GERAKAN PRAMUKA

19 Februari 2012 pukul 6:05GUGUS DEPAN SEBAGAI UJUNG TOMBAKGERAKAN PRAMUKA

Oleh: Joko Mursitho

Makalah dipresentasikan bagi Ketua Majelis Pembimbing se Kota Bogor, pada hari Senin tanggal, 23 Mei 2011, di Gedung Sarbini Taman Wiladatika, Cibubur.

TANTANGAN BANGSA SAAT INI.

Fenomena negatif yang muncul pada anak bangsa saat ini adalah:

1. Tawuran.Gejala ini adalah merupakan konflik horizontal dan konflik vertikal.

Konflik horizontal misalnya tawuran pada anak-anak sekolah, tawuran antar kampung, antar suku, antar pendukung kesebelasan sepak bola, antar penonton musik dang-dut atau konser-konser musik rock/Pop; tawuran antar pendukung bakal calon bupati/walikota/gubernur; bahkan tawuran antar oknum polisi dan TNI, dan yang paling mengharukan adalah tawuran antar anggota DPR dan juga DPRD.

Tawuran yang sifatnya vertikal biasanya terjadi karena kesenjangan ekonomi, dan kesenjangan status. Misalnya antara perusahaan dan para buruh atau pemilik lahan; pengusiran pedagang kaki lima dengan Pol PP. karena lahan kerjanya akan dibangun Mall atau apartemen.

2. Deviasi perilaku individu.Penyimpangan perilaku ini banyak macamnya antara lain:

penyimpangan seksual; kondisi ini sangat memilukan. Francis Fukuyama (2005) menyatakan bahwa di Amerika dari 3 bayi yang lahir hanya dua bayi yang lahir dari perkawinan yang sah; bahkan di Skandinavia dari 2 bayi yang lahir hanya 1 bayi yang lahir dari perkawinan yang sah. Di Indonesia gejala ini pun sudah sangat merisaukan.

vandalism; mencoret-coret dinding kantor, mencoret-coret tempat umum, merusak telpon umum, melempari lampu jalan, dan sebagainya.

mulai dari merokok yang sudah menjadi budaya remaja, perobaan minuman keras, sampai dengan narkoba. Data statistik sangat mengejutkan karena angka presentase pengguna narkoba di kalangan usia sekolah mencapai 4 % dari seluruh pelajar di Indonesia. Berdasarkan tingkat pendidikan, kelompok yang paling banyak mengkonsumsi narkoba adalah kalangan mahasiswa (9,9 %), SLTA (4,8 %), dan usia sekolah di bawahnya (1,4 %).

Perjudian yang terang-terangan maupun terselubung melalui permainan-permainan, yang diikuti oleh remaja di kota maupun di desa semakin merebak.

Kriminalitas, mulai dari pencopetan, pencurian, perampokan, dan diikuti tindak kekerasan, sampai dengan pembunuhan.

3. Deviasi sosial. Sikap asosial, yang membiarkan keterlantaran orang, tidak peduli terhadap nasib masyarakat, bangsa dan Negara. Orang hanya sampai pada tingkat menonton bila ada sesuatu yang seharusnya perlu ditolong.

Korupsi yang tidak hanya dilakukan secara individu tetapi justru dilakukan bersama-sama, bahkan dilakukan oleh para pemimpin dan penegak hukum.

Premanisme, pemerasan, penindasan oleh kelompok tertentu, dan sindikat kejahatan.

4. Infiltrasi budaya negatif Budaya negatif baik yang datang secara langsung atau melewati media, yang bertentangan dengan budaya luhur bangsa Indonesia yang telah dikristalkan menjadi dasar Negara Indonesia yakni Pancasila, sangat berbahaya bagi kehidupan berbangsa dan Negara. Hal ini tercermin dari:

Melemahnya penghayatan nilai-nilai spiritual, nilai-nilai religiositas. Hal ini terbukti dengan semakin berkurangnya generasi muda yang dekat dengan masjid, gereja, pura atau vihara. Penelitian disertasi saya menunjukkan bahwa anak yang mengaji di TPQ dan yang tidak mengaji berbanding 1 : 9.

Western styleyang hanya diambil dipermukaan dalam bentuk penampilan fisik, seperti mode pakaian yang tidak pas dengan budaya bangsa, perubahan kegemaran dari menu makanan Indonesia ke makanan ala Barat, musik ala Barat, dan bahkan semua yang dianggap dari Barat seperti layaknya sebuah agama baru yang seakan-akan menjadi tren wajib yang harus diikuti oleh kawula muda. Bagi kawula muda yang tidak mengikuti dianggap kolot, dan tidak gaul.

Pengaruh film Barat dan Mandarin yang jagoannya sering menenggak minuman keras, seakan menjadi kiblat pemuda/pemudi yang menamakan dirinya modern.

Gaya hidup yang hedonistis, dan individualistis.

PENYEBAB MUNCULNYA PERMASALAHAN BANGSA1. Lemahnya institusi keluarga dalam mendidik karakter anak muda. Orang tua di rumah seakan-akan telah mempercayakan anak sepenuhnya pada sekolah. Tanggung jawab pendidikan di keluarga sebagai medan pendidikan yang pertama dan utama, telah terabrasi, bahkan sudah banyak dilupakan.

2. Lemahnya institusi sekolah dalam mendidik karakter anak muda. Guru-guru dalam pendidikan formal sebagai soko gurunya pembelajaran di sekolah selalu dituntut menyelesaikan kurikulum sekolah yang sangat banyak, dalam upaya menghadapi ujian nasional anak-anak muridnya, sehingga banyak guru yang mengabaikan pendidikan karakter.

3. Lemahnya institusi pendidikan non-formal.

LSM sebagian besar bergerak di bidang politik. Jarang sekali LSM yang bergerak di bidang pendidikan; sedangkan kesibukan Kepala Sekolah sebagai manajer yang seharusnya tugas pokoknya adalah meningkatkan kualitas proses di sekolah banyak dihanggu oleh urusan-urusan administratif yang tidak penting, bahkan banyak diganggu oleh wartawan-wartawan liar.

Pendidikan non-formal yang muncul saat ini adalah kursus-kursus yang hanya berorientasi pada life-skill.

Organisasi yang mengarah kepada pendidikan sifatnya tidak universal, artinya yang banyak saat ini adalah organisasi khusus untuk agama tertentu, khusus untuk suku tertentu, khusus untuk keterampilan tertentu (Out-bound; Palang merah remaja; Kelompok ilmiah remaja, dst)[i], dan hanya untuk usia tertentu.

5. Kurangnya tokoh panutanBanyaknya wakil-wakil rakyat dan pemimpin yang bertingkah laku negatif dan dipublikasikan besar-besaran lewat media menjadikan anak-anak tidak memiliki acuan perilaku yang baik. Hal ini juga terjadi karena media terlalu banyak mem blow up karakter jelek.[ii]

6. Kuatnya terpaan budaya pra-figuratif.Pada abad ke 20 negara yang disebut adi kuasa adalah negara yang memiliki persenjataan paling canggih, tetapi pada abad ke 21, fenomena tersebut berubah. Negara yang dianggap adikuasa adalah negara yang menguasai informasi. Saat ini informasi sangat dikuasai oleh Barat yang selalu melagukan simphoni west is the best.

6. Kurangnya open space yang kondusif bagi anak untuk pengembangan karakter. Alam terbuka, tanah lapang, telah banyak berubah fungsi menjadi mall, apartemen, lapangan golf, sehingga tidak bisa dinikmati oleh anak-anak muda untuk berolah raga, beraktivitas, mengembangkan keterampilan dan nilai-nilai.

SOLUSI PERMASALAHAN BANGSA DALAM PENDIDIKAN.Banyak solusi yang dikemukakan oleh para cerdik pandai di dalam membangun karakter bangsa, tetapi semuanya harus dilakukan dengan biaya yang sangat mahal, biaya proyek yang belum dijamin keberhasilannya. Bagaimana menciptakan solusi yang mudah dan murah adalah bagian yang sangat penting dan cerdas untuk pengembangan karakter bagi generasi kita. Untuk itu perlu dipertimbangkan, pertama mengingat lemahnya institusi keluarga, dan masih sulitnya guru-guru di sekolah untuk mengintegrasikan mata pelajaran yang diasuhnya ke dalam pendidikan karakter atau setidaknya mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam mata pelajaran yang diasuhnya; kedua mengingat sebagian besar waktu anak-anak saat ini adalah di masyarakat, maka solusi untuk mengatasi permasalahan bangsa ini antara lain harus memperkuat pendidikan karakter melalui lembaga-lembaga yang ada di masyarakat.

Satu-satunya wadah untuk mendidik karakter yang bersifat universal mulai dari anak usia 7 tahun sampai orang dewasa, yang tidak membedakan suku, agama, profesi, status sosial hanyalah Gerakan Pramuka. Oleh karena itu pemerintah dan seluruh masyarakat Indonesia hendaknya sadar bahwa pendidikan kepramukaan saat ini adalah merupakan solusi andal untuk mengatasi permasalahan degradasi karakter bangsa.

1. Gerakan Pramuka Sebagai Wadah Pilihan Utama dalam Membentuk Karakter Bangsa.a. Dasar Formal

Saat ini Indonesia telah mengeluarkan UU Nomor 12 tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka. Dalam UU tersebut dicantumkan di dalam pasal 16 bahwa Gugusdepan dan Pusdiklat merupakan unit pendidikan dalam gerakan Pramuka. Pasal ini sangat penting, karena sebagian besar orang masih menganggap bahwa kwartir adalah fungsi terpenting dalam Gerakan Pramuka.

Anggaran Dasar (AD) Gerakan Pramuka berbeda dengan AD organisasi-organisasi lainnya, karena AD Gerakan Pramuka adalah berupa Keputusan Presiden. Karena Presiden adalah Kepala Negara, maka seharusnya AD Gerakan Pramuka mengikat seluruh Alat Negara untuk ikut serta berpartisipasi di dalam memajukan Gerakan Pramuka.

b. Dasar Faktual

Gerakan Pramuka satu-satunya organisasi pendidikan non-formal yang dipercaya oleh pemerintah dengan munculnya Surat Keputusan Bersama 5 Menteri untuk menyelenggarakan pendidikan Bela Negara (Menteri Dalam negeri, Menteri Pendidikan, Menteri Agama, Menteri Pertahanan, serta Menteri Pemuda dan Olah Raga).

Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan sebagai landasan operasional Gerakan Pramuka yang di dalamnya berisikan janji dan ketentuan moral bagi pramuka adalah cocok untuk digunakan sebagai dasar landasan pendidikan karakter bagi seluruh bangsa Indonesia, apapun agamanya, apapun sukunya, apapun profesinya, dan berapapun usianya, dan berapapun jumlahnya.

Gerakan Pramuka terbukti menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa. Contoh: Di saat ada pertemuan anak-anak, remaja, atau orang dewasa yang berjumlah besar, kondisi ini sangat rawan dihinggapi oleh konflik, dan bahkan sering terjadi (hampir selalu) perkelahian yang mengakibatkan korban jiwa. Salah satu contoh bila ada konser musik, karena banyaknya orang, yang semuanya ingin berebut berada di depan maka sering terjadi orang terhimpit bahkan sampai terinjak-injak dan meninggal dunia. Contoh lain: perhelatan yang berupa lomba-lomba yang melibatkan orang banyak sering sekali terjadi perkelahian dan menimbulkan korban jiwa; bahkan sepak bola yang dibiayai ratusan miliar sporternya sering baku hantam dan merusak fasilitas umum. Lain halnya dengan Gerakan Pramuka yang menyelenggarakan Jambore Nasional yang melibatkan lebih dari 22 ribu orang, mereka masing-masing dari daerah siap untuk berkompetisi, tetapi di dalam kegiatan tersebut mereka mengubah kompetisi menjadi integrasi; mereka bertemu dari pamer kebolehan menjadi saling bersahabat, dan tidak pernah ada perkelahian di dalam setiap jambore.

Peristiwa lain yang disaksikan sendiri oleh penulis terjadi ketika dilaksanakan Jambore Nasional di Baturaden tahun 2001. Pada waktu baru saja ada konflik antara etnis Madura dan Dayak di Kalimantan Tengah (Sanggau Ledau). Menjelang penutupan Jambore berlari-larian anak dari Kalimantan Tengah menuju kemah Madura, saya beserta beberapa Pembina yang menyaksikan agak cemas, dan berlarian untuk mencegah bila terjadi insiden yang tidak menyenangkan, tetapi kami terlambat; peristiwa itu begitu saja terjadi dengan cepatnya; ternyata mereka disambut peserta dari Madura. dan terjadilah mereka saling bersalaman, bermaaf-maafan dan bahkan saling berpelukan. Tak terasa air mata kami jatuh, inilah nilai didikan kami yang berhasil menyatukan anak-anak dari konflik menjadi bersahabat, dari kompetisi menjadi integrasi.

2.Gugusdepan Menjadi Ujung Tombak Penyelesaian MasalahKehidupan di Gugusdepan di manapun peran Majelis Pembimbing sangat menentukan, karena mereka akan menjadi pemrakarsa, penggerak kegiatan kepramukaan yang mulia karena sarat akan nilai-nilai dan keterampilan; kegiatan kepramukaan menjadi wahana untuk membangkitkan kecintaan anak-anak terhadap tanah air, dan penerapan nilai-nilai luhur bangsa yang tercermin dari implementasi perilaku satya dan darma Pramuka.

Kepala sekolah sebagai ketua Majelis Pembimbing bagi gugusdepan yang berpangkalan di sekolah, adalah pintu gerbang yang dapat membuka langkah anak-anak menuju keutamaan tindak. Manakala pintu gerbang itu ditutup maka sulit dijamin keutamaan perilaku anak-anak nantinya akan menjadi baik di masa yang akan datang, namun bila pintu gerbang itu dibuka, maka anak-anak akan dapat memasuki ranah pendidikan karakter yang walaupun hasilnya tidak segera nampak terlihat, tetapi yakin bahwa mereka yang aktif di dalam Gerakan Pramuka akan lebih baik perilakunya, sopan santunnya bila dibandingkan dengan anak yang tidak ikut Gerakan Pramuka.

a. Peran Ketua Majelis PembimbingFungsi bimbingan

Peran Majelis Pembimbing (Mabi) dalam hal memberikan bimbingan yang pertama adalah melakukan bantuan, pengarahan,saran dan nasihat(kalau disingkat menjaditurah sarat),dalam keseluruhan proses kegiatan di gugusdepan. Bantuan ini bisa berupa moral, organisatoris, materiel, dan finansiel,

Di sini Mabi berhak hadir dalam setiap musyawarah apa pun di gugusdepannya.

Mengusahakan secara aktif fasilitas apapun yang kurang di gugusdepannya;

Memberikan dukungan moril, materiel, finansiel yg diperlukan oleh satuan Pramuka.

Fungsi partisipasi

Pendidikan yang terbaik adalah contoh yang baik. Ada ungkapan satu contoh yang baik lebih berharga dari pada 1000 nasihat yang baik. Oleh karena itu partisipasi aktif bagi Mabi hendaknya dijalankan. Mabi hendaknya aktif dalam segala kegiatan usaha pembinaan dan pengembangan, berusaha secara aktif mengatasi kesulitan yang dihadapi gugusdepannya. Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani.

Untuk itulah ditetapkan pertemuan-pertemuan bagi majelis pembimbing sebagai berikut:

MABINAS, sedikitnya 1 X setahun, 2 X dng KAMABIDA

MABIDA, sedikitnya 1 X dlm 6 bulan, 1 X dlm 1 tahun dengan kamabicab.

MABICAB, sedikitnya 1 X dlm 3 bulan, 1 X dlm 6 bulan dengan kamabiran.

MABIRAN, sedikitnya 1 X dlm 2 bulan, 1 X dlm 6 bulan dengan kamabigus.

MABISA, sedikitnya 1 X dlm 2 bulan, 1 X 6 bulan dengan kamabigus.

MABIGUS, sedikitnya 1 X dlm sebulan

b. Peran Pembina Pramuka

Aktivitas Pembina Pramuka.

Apabila Majelis Pembimbing memerankan fungsinya secara aktif maka dapat dipastikan Pembina Pramuka akan menjadi aktif membina di gugusdepannya. Karena para Pembina masih memiliki rasa malu & rasa segan terhadap pemimpinnya. Manakala mekanisme bimbingan berjalan dengan baik Mabi memberikan dorongan moral, dan finansial maka akan memacu semangat para Pembina untuk strive and not yield dalam menjalankan fungsinya sebagai pendidik. Strategi agar para Pembina aktif harus senantiasa diupayakan bagi Mabi, lebih-lebih apabila ketua majelis pembimbing ikut turun langsung. Apabila gugusdepannya berjalan dengan baik, maka keharuman nama kepala sekolah akan senantiasa dikenang oleh anak-anak sampai pada masa tuanya, dan Negara kita akan memiliki anak-anak bangsa yang berkarakter.

Bagi Pembina yang belum bisa sukarela, diberi substitusi jam pelajaran mengajarnya di sekolah dengan jam untuk membina Pramuka di luar sekolah.[iii]

Mengusulkan Pembina Pramuka (termasuk Mabinya) yang aktif untuk mendapatkan bintang Pancawarsa setiap lima tahun, bintang Darma Bakti setelah 25 tahun dan selanjutnya bintang Melati, setelah cukup mendarmabaktikan kepada peserta didik.

Mengusulkan kemudahan sertifikasi guru (termasuk kepala sekolah) yang aktif membina Gerakan Pramuka.

Akan sangat baik apabila Ketua Majelis Pembimbing dalam upaya memberi contoh kepada koleganya mengikuti sendiri kursus-kursus yang diselenggarakan oleh kwartirnya. Hasil observasi penulis: Kepala Sekolah yang kebetulan sebagai pelatih pembina pramuka sekolahnya benar-benar baik, manajemen kepemimpinannya menjadi lebih arif.

Meningkatkan Kualitas Kemampuan Pembina Pramuka

Kegiatan yang baik tidak cukup hanya dengan kemauan dan keaktifan, tetapi harus didukung oleh kemampuan. Saat ini masih banyak Pembina Pramuka yang kemampuan membinanya masih di bawah standard, sungguh pun para Pembina tersebut telah mengikuti kursus Pembina Pramuka Tingkat Mahir Lanjutan. Ibarat suatu senjata seorang Pembina yang telah dikursus telah memiliki senjata, tetapi manakala senjata tadi hanya disimpan saja ia akan menjadi besi yang berkarat, besi yang tidak berguna bahkan akan mencelakakan orang yang menyentuhnya.

Oleh karena itu kemampuan Pembina Pramuka harus senantiasa diasah, difasilitasi misalnya ditugasi mengikuti gelang ajar, karang pamitran, dan kursus-kursus keterampilan yang bermanfaat bagi pengembangan kecakapan anggota Gerakan Pramuka.

Mengikutsertakandalam pendampingan kegiatan peserta didik seperti: Bagi Siaga --Bazar Siaga, Persari; Bagi Penggalang --- Jambore, Lomba Tingkat, Perkemahan Bakti; bagi Penegak dan Pandega: Raimuna; Perkemahan Wirakarya; Perkemahan Bakti Saka; dll.

Mendasarkan semua kegiatan atas dasar pengembangan ranah Spiritual, Emosional, Sosial, Intelektual, dan Fisik/kinestetik.

3.Dukungan Pemerintah dan Lembaga-lembaga Terkait terhadap Gerakan Pramuka.Dukungan Pemerintah terhadap Gerakan Pramuka selain fasilitas, tetapi yang lebih penting artinya terhadap pengembangan karakter, adalah melalui contoh-contoh nyata para pemimpinnya dalam berperilaku baik pihak eksekutif, legislatif, dan terutama para penegak hukumnya.

4.Dukungan Lembaga-Lembaga Profit Terhadap Gerakan Pramuka.Dalam masyarakat yang sangat global ekonomi menjadi faktor yang cukup dominan, sebagai tolok ukur keberhasilan baik perseorangan, kelompok, atau bahkan suatu klan.

Oleh karena itu manakala di perusahaan-perusahaan baik BUMN maupun swasta didirikan Gugusdepan-gugusdepan, maka hal ini akan menjadi model perpaduan yang harmonis antara pengembangan kekuatan ekonomi bangsa dan pembangunan karakter.

5.Peran Mass Media dalam Mendukung Gerakan Pramuka.

Mas media yang saat ini banyak memberitakan perangai negatif seseorang, ceritera-ceritera yang mengedepankan fitnah, ceritera-ceritera mistis, peranan banci yang sukses, lawakan-lawakan yang menghina bentuk tubuh, humor yang mentertawakan kesengsaraan orang sebaiknya diarahkan kepada ceritera-ceritera yang mengandung pendidikan, sehingga media bisa menggabungkan kepentingan bisnis dan tanggung-jawabnya sebagai sarana pembangunan bangsa.

Keseimbangan berita tentang kegiatan pembangunan antara top public figure dan lembaga sosial yang benar-benar beramal nampak sangat kurang. Sebagai contoh, ketika seorang tokoh bintang film menyumbang sebuah panti asuhan hanya 10 juta rupiah, beritanya di highlight di semua media, tetapi manakala ratusan anggota Pramuka yang usia Siaga, Penggalang, Penegak atau Pandega berpeluh di lumpur kerja bakti, atau bahkan menanam pohon bakau ribuan di pantai terluar Indonesia satu media TV-pun tidak ada yang memuatnya.

PENUTUPSemua daya upaya apabila dilakukan dengan cerdas, cermat, beretika, ikhlas dan syukur pasti akan membuahkan kesuksesan. Sukses bukan dilihat dari gebyar nya tetapi dilihat dari kelangsungan peserta didik dalam melakukan kebajikan. Amin.

Jakarta, 22 Mei 2011

SALAM JABAT HATI

[i]inipun jumlahnya sangat kecil

[ii]Media bersemboyan bad news is good news.

[iii]Aktivitas kepramukaan dilakukan di luar jam pelajaran di sekolah.