growth n development of the face

12

Click here to load reader

Upload: nonaviona

Post on 31-Jul-2015

107 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Growth n Development of the Face

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN WAJAH (EMBRIONIK)

Perkembangan pada daerah kepala tergantung ada aktivitas induksi pusat pengatur

prosensephalik dan rombensephalik. Pusat prosensephalik berasal dari mesodermal

prakordal yang berjalan melalui garis primitif, di balik forebrain (prosensephalon).

Prosensephalik merangsang pembentukan indra penglihatan, pembentukan telinga tengah

dan satu pertiga atas wajah.

Rombensephalik kaudal merangsang pembentukan satu pertiga bawah dan tengah

wajah, pembentukan telinga luar dan tengah.

Wajah berasal dari lima tonjolan yang mengelilingi cekungan sentral (stomodeum)

yang nantinya berperan sebagai bakal mulut. Lima tonjolan tersebut adalah tonjolan

frontonasal tengah tunggal, sepasang tonjolan maksila, dan sepasang tonjolan mandibula.

Kedua tonjolan terakhir (maksila dan mandibula) berasal dari pasangan pertama dari

keenam lengkungan brankial. Pada akhir minggu ke empat pusat perkembangan yang

membentuk wajah akan mulai berkembang.

Tonjolan frontonasal mengelilingi forebrain selanjutnya akan mengeluarkan

divertikulum optilk lateral yang akan membentuk mata. Bagian frontal dari tonjolan antar

mata akan membentuk dahi. Pada sudut inferolateral akan terbentuk penebalan plakoda

nasal ektodermal (olfaktoris). Plakoda ini dirangsang oleh saraf olfaktoris dibawahnya,

ditembus oleh perpanjangan ridge berbentuk tapal kuda terbalik disebut pula tonjolan nasal

medial dan tonjolan nasal lateral, yang mengelilingi tiap celah nasal yang terbenam. Celah

ini merupakan bakal nares anterior, yang pada awalnya berhubungan dengan stomodeum.

Penggabungan tonjolan wajah terjadi melalui dua tahap:

1. Penggabungan tonjolan frontonasal, maksila dan mandibula.

Page 2: Growth n Development of the Face

2. Penggabungan komponen-komponen maksilanasal sentral

Penyatuan dari organ yang awalnya merupakan tonjolan terpisah, terjadi ketika

groove yang memisahkannya hilang akibat perpindahan ke dan/atau proliferasi mesensim

dibawahnya. Penyatuan-penyatuan organ tersebut terjadi pada minggu ke lima sampai ke

tujuh. Tonjolan nasal medial dan tonjolan nasal lateral juga maksila dahulunya terletak

bebas, untuk menggabungkan dua tonjolan tersebut diperlukan adanya disintegrasi dari

sayap nasal, sehingga memungkinkan bergabungnya sel mesensim dibawahnya. Kegagalan

disintegrasi normal dari sayap nasal, melalui kematian sel atau pertukaran mesensimal,

merupakan penyebab dari celah bibir atas dan celah bagian depan palatum.

Tonjolan nasal medial dan maksila nantinya membentuk hubungan dengan rahang

atas dan bibir, memisahkan celah nasal dari stomodeum.

Penyatuan garis tengah tonjolan nasal medial nantinya akan membentuk

tuberkulum medial dan philtrum bibir atas, ujung hidung dan palatum primer. Penyatuan

garis tengah tonjolan mandibula membentuk rahang bawah dan bibir bawah. Penyatuan

lateral dari tonjolan mandibula dan maksila akan membentuk comisura (sudut mulut).

Dulu dianggap bahwa tonjol-tonjol maxilla juga bersatu sedikti dengan tonjol

mandibula dan dengan demikian membentuk pipi. Akan tetapi pemeriksaan yang seksama

mengenai hubungan antara berbagai unsur pembentuk rongga mulut memperlihatkan

bahwa lebar mulut tidak ditentukan oleh penyatuan tonjol-tonjol maxilla dan mandibula dan

bahwa pipi berkembang dari perubahan letak lidah, dasar mulut dan perluasan mandibula.

Kemudian pipi dan bibir dimasuki jaringan mesenkim lengkung insang kedua.

Mesenkim ini akan membentuk otot-otot pipi dan bibir, yang akan dipersarafi oleh nervus

facialis. Cara penyatuan tonjol-tonjol maxilla dengan tonjol-tonjol hidung lateral adalah lebih

rumit. Pada mulanya susunan-susunan ini dipisahkan oleh suatu alur yang dalam, sulcus

nasolacrimalis. Ectoderm pada dasar alur ini membentuk tali epitel yang padat, yang

melepaskan diri dari ectoderm disekitarnya. Setelah tali ini memperoleh rongga terbentuklah

ductus nasolacrimalis. Kemudian tonjol maxilla dan tonjol hidung lateral saling melekat dan

bersatu.

Dibawah ini merupakan gambaran dari tahap perkembangan wajah pada masa

embrional:

1. Tahap Perkembangan Wajah pada Minggu ke-3 sampai Minggu ke-4

Page 3: Growth n Development of the Face

2. Tahap Perkembangan Wajah pada Minggu ke-4 sampai Minggu ke-6

Page 4: Growth n Development of the Face

3. Tahap Perkembangan Wajah pada Minggu ke-7 sampai Minggu ke-10

Page 5: Growth n Development of the Face

KELAINAN PERKEMBANGAN PADA WAJAH

Cacat perkembangan wajah merupakan akibat kombinasi dari berbagai faktor,

beberapa bersifat genetik, beberapa lagi tidak diketahui. Ilmu tentang kelainan ini disebut

teratologi.

Kelainan dapat berupa cacat atau pergeseran struktur, menimbulkan gangguan

bentuk, kelainan bentuk atau kerusakan. Bentuk yang terganggu berasal dari gangguan

pertumbuhan, sedang kelainan bentuk merupakan perkembangan normal yang dihambat

oleh faktor mekanis, sedang kerusakan adalah akibat kerusakan perkembangan dari organ

normal. Bentuk yang terganggu timbul terutama pada periode embrionik dan tidak dapat

diperbaiki sendiri, sedang kelainan bentuk dan kerusakan timbul pada periode fetus dan

dapat memperbaiki diri sendiri.

Page 6: Growth n Development of the Face

Asephali, tidak adanya kepala, merupakan cacat yang paling ekstrim. Struktur

postkranial dapat terus bertumbuh dalam uterus; namun, keadaan ini bersifat letal bila bayi

sudah lahir.

Tidak adanya otak (anensephali) menimbulkan akrania (tidak adanya tengkorak),

akalvaria (tengkorak tanpa tempurung), kraniosis (fisur kranium), serta berbagai macam efek

pada wajah. Manusia dangan ciri-ciri ini umumnya sulit bertahan hidup.

Cacat perkembangan wajah yang ringan, sering ditemukan. Kegagalan penyatuan

tonjolan wajah akan menimbulkan celah perkembangan abnormal.

Celah bibir atas unilateral (cheilosis) berasal dari kegagalan penggabungan

tonjolan nasal medial dengan tonjolan maksila pada kedua sisi garis tengah. Celah bibir

unilateral paling sering terlihat pada sisi kiri, serta merupakan cacat kongenital yang umum

(1 dari 800 kelahiran) yang memiliki kecenderungan keturunan yang besar, menunjukan

kemungkinan latar belakang genetik.

Celah bibir bilateral yang langka menimbulkan garis tengah yang lebar dari bibir

atas dan probosis protuberansia.

Page 7: Growth n Development of the Face

Celah bibir median yang sangat langka (true harelip) biasanya disebabkan oleh

penggabungan tidak sempurna dari kedua tonjolan nasal medial dan karena itu, pada

sebagian besar kasus, terlihat groove garis tengah hidung yang dalam, menimbulkan

berbagai bentuk ‘hidung bercabang’.

Penyatuan tonjolan maksila dan mandibula yang membentuk ukuran mulut yang

lebih kecil atau mendekati normal akan menghasilkan mulut yang terlalu kecil (mikrostomia)

atau terlalu besar (makrostomia). Kadang-kadang tonjolan maksila dan mandibula bersatu

membentuk mulut yang tertutup (astomia)

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN WAJAH (POSTNATAL)

Wajah dapat dibagi secara acak menjadi 3 – atas, tengah dan bawah –batas –

batasnya adalah bidang horisontal yang melewati pupil mata dan rima oris. Ketiga bagian ini

berhubungan terhadap tonjolan fontonasal, maksila, dan mandibula embrionik. Sepertiga

atas wajah terdiri terutama dari neurokranial, dengan tulang frontal kalvaria yang berperan

pada pembentukan dahi. Sepertiga tengah merupakan rangka paling rumit, terdiri dari dasar

kranial dan perluasan nasal dari sepertiga atas serta sebagian dari alat kunyah (termasuk

gigi geligi atas). Sepertiga bawah wajah melengkapi alat kunyuh, terdiri dari mandibula dan

gigi geligi.

Sepertiga atas wajah pada mulanya bertumbuh dengan cepat, untuk

mempertahankan hubungan neurokranialnya dan merupakan permulaan dari perkembangan

lobus frontal otak, merupakan struktur pertama yang memiliki potensi pertumbuhan

maksimal, berhenti bertumbuh pada usia 12 tahun. Sebaliknya, sepertiga tengah dab bawah

bertumbuh sampai akhir masa remaja. Penyempurnaan alat kunyah dengan erupsi molar

ketiga (18-25 tahun) menandai terhentinya pertumbuhan dua pertiga bawah wajah.

Bola mata pada mulanya bertumbuh dengan cepat, mengikuti pola pertumbuhan

neural dan berperan pada pelebaran wajah fetus yang berjalan dengan cepat. Orbit

Page 8: Growth n Development of the Face

menyempurnakan setengah dari pertumbuhan postnatal selama dua tahun pertama

kehidupan, sehingga terlihat terlalu besar pada wajah anak. Otak dan bola mata, bertumbuh

bersamaan dengan cepat, ‘mengisi’ ruang; bentuk akhir dari dinding orbital mencerminkan

penyesuaian mutual antara berbagai matrik fungsional ini. Rongga orbital mempertahankan

dimensi dewasanya sampai umur 7 tahun.

Pada saat lahir, rongga nasal terletak hampir seluruhnya antara orbit; pertumbuhan

tulang rawan septum nasal berlangsung terus, tetapi melambat, sampai umur 6 tahun,

menurunkan dasar rongga nasal di bawah orbit.

Tarikan dan dorongan dari pertumbuhan septum nasal akan memisahkan berbagai

suture frontomaksila, frontonasal, frontosigomatik dan sigomatikomaksila. Potensi

pertumbuhan tulang rawan septum nasal jelas terlihat pada kasus celah bibir dan palatum

bilateral; ujung hidung, kolumela, philtrum, prolabium, dan palatum primer jelas berbeda dari

probosis yang bila terbebas dari perlekatan lateralnya dari maksila, akan menonjol pada

wajah sebagai hasil pertumbuhan vomer dan septum nasal. Pertumbuhan ini biasanya

meluas ke struktur wajah di sekitarnya, menunjukkan ketahanan terhadap dorongan

pertumbuhan. Septum nasal akan membengkok dari garis tengah selama akhir anak-anak,

menunjukkan ketahan terhadap daya pertumbuhan septum. Pertumbuhan bola mata, otak,

dan tulang rawan sikondrosal speno-osipital, berfungsi untuk memisahkan suture-suture

wajah.

Pertumbuhan maksila tergantung pada pengaruh beberapa matrix fungsional yang

bekerja pada berbagai daerah tulang. Kerumitan aksi gaya fungsional terhadap tulang wajah

akan menimbulkan berbagai efek pada berbagai suture. Jadi, suture temporosigomatik pada

lengkung sigomatik akan bertumbuh lebih dominan dalam arah anteroposterior horisontal,

terutama karena pertumbuhan longitudinal dari otak dan tulang rawan spenosipital.

Pertumbuhan anteroposterior pada suture nasomaksila, menghasilkan jembatan

hidung yang meninggi, dari perluasan anteroposterior dari septum nasal. Suture

frontomaksila, frontosigomatik, frontonasal, etmoidomaksila, dan frontoetmoidal merupakan

daerah pertumbuhan terutama ke arah vertikal, sebagai akibat perluasan bola matan dan

septum nasal. Bila pertumbuhan septum nasal kurang sempurna, tinggi sepertiga tengah

wajah kurang terpengaruh, dibanding deimensi anteroposterior, menghasilkan wajah yang

cekung. Perluasan lateral dari suture sigomatikomaksila oleh mata dan pertumbuhan pada

suture intermaksila, akan melebarkan wajah. Wajah bayi baru lahir, dua kali lebih lebar

dibanding tingginya, daripada di orang dewasa, dan akan menyesuaikan ke proporsi dewasa

selama masa kanak-kanak.

Page 9: Growth n Development of the Face

Efek keseluruhan dari penyimpangan arah pertumbuhan adalah sisa tulang yang

dominan pada permukaan posterior dan superior dari tulang-tulang wajah. Terbungkus

jaringan lemak, terletak antara permukaan posterosuperior maksila dan dasar kranial (tulang

spenoid), menghasilkan struktur tulang yang melawan tekanan. Deposisi tulang pada

permukaan posterosuperior makssila dan pada daerah tuberositas alveolar maksila, akan

menggeser maksila menjauhi lapisan lemak ini. dengan adanya lapisan lemak dan

kondrokranium yang bekerja sebagai dasar tempat terjadinya pertumbuhan tulang wajah,

sepertiga tengah (dan bawah) wajah akan bergerak ke bawah dan sedikit ke depan

terhadap dasar kranial. Pertumbuhan suture terbesar adalah pada saat usia 4 tahun.

Remodelling terjadi pada seluruh permukaan tulang, untuk menyesuaikan tulang

dengan posisinya yang baru setelah pergeseran. Deposisi tulang sepanjang tepi alveolar

maksila (dan mandibula) akan membentuk prossesus alveolar tempat berkembangnya benih

gigi. Pertumbuhan prossesus alveolar akan menambah tinggi vertikal wajah dan kedalaman

palatum, dan memungkinkan perluasan sinus maksilaris.

Ruang kosong dari rongga nasal akan mempengaruhi pertumbuhan dan bentuk

wajah. Penggunaan rongga nasal yang kurang sempurna karena kebiasaan bernapas

melalui mulut, berhubungan dengan wajah cekung serta sempit dan lengkung palatum yang

tinggi dari adenoidal facies, disebut demikian karena mungkin berhubungan dengan

hipertropi tonsil faringeal atau adenoid.hungan sebab-akibat dari bentuk wajah dengan

kebiasaan bernapas melalui mulut, belum terbukti.

Telinga adalah satu-satunya organ yang mencapai ukuran dewasa pada akhir bulan

ke 5 dan awal bulan ke 6. Penyempurnaan dini ini, akan mengurangi pengaruhnya pada

pertumbuhan rangka kranial selanjutnya. Namun letak telinga dalam dan tengah pada dasar

rongga kranial, mengharuskan melekatnya organ vestibulocochlear pada ruang otak, antara

fosa endokranial tengah dan belakang. Bersama dengan deposisi jaringan tulang pada

permukaan endokranial tulang petrosal temporal, kedekatan pada ruang otak dapat

menimbulkan kenaikan kompensasi dari rongga kranial ke arah yang lain.