grand design peningkatan kapasitas hakimbab v - rencana aksi 37 a. tahun 1 (2012) 37 b. tahun 2...

144

Upload: others

Post on 16-Jul-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup
Page 2: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

GRAND DESIGNPeningkatan Kapasitas Hakim

Komisi Yudisial Republik IndonesiaBiro Rekrutmen, Advokasi dan Peningkatan Kapasitas Hakim

© 2013

Page 3: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup
Page 4: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

GRAND DESIGNPeningkatan Kapasitas Hakim

Page 5: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

Penanggung JawabDanang Wijayanto

PengarahAnggota Komisi Yudisial

Alamat Redaksi: Komisi Yudisial Biro Rekrutmen, Advokasi dan Peningkatan Kapasitas HakimJl. Kramat Raya No. 57 Jakarta PusatPO.BOX 2685 Telp: (021) 390 5876Fax: (021) 390 6215website: www.pkh.komisiyudisial. go.id

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.Dilarang mengutip, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa seizin tertulis dari Penerbit

Georgia 11, xiv + 128 hlm, 15 x 21 CmCetakan Pertama, September 2013ISBN: 978-602-14350-2-1

Tim Penyusun

KetuaHeru Purnomo

WakilHamka Kapopang

SekretarisLina Maryani

PenyuntingM. Muslih Aris Purnomo

Penyelaras AkhirDodi Widodo

SekretariatAdli ArdiantoEva DewiIndah Dwi PermatasariNur Aini Fatmawati

Layout & Desain SampulFajar Dewo Sukmono

Page 6: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

Peraturan Komisi Yudisial Republik Indonesia

Nomor 03 Tahun 2013

Tentang

Grand Design Peningkatan Kapasitas Hakim

Page 7: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup
Page 8: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIANOMOR 03 TAHUN 2013

TENTANGGRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESAKETUA KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan upaya peningkatan kapasitas hakim yang diselenggarakan oleh Komisi Yudisial, diperlukan Grand Design Peningkatan Kapasitas Hakim;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Komisi Yudisial tentang Grand Design Peningkatan Kapasitas Hakim;

Mengingat : 1. Pasal 24B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4958);

3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Komisi Yudisial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4415) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Komisi Yudisial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5250);

Page 9: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

MEMUTUSKANMenetapkan : PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK

INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

Pasal 1Menetapkan Grand Design Peningkatan Kapasitas Hakim sebagaimana terlampir dalam Peraturan Komisi Yudisial ini.

Pasal 2Grand Design Peningkatan Kapasitas Hakim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 menjadi acuan bagi Komisi Yudisial dalam melakukan upaya peningkatan kapasitas hakim.

Pasal 3Grand Design Peningkatan Kapasitas Hakim dapat diubah sesuai dengan kebutuhan dimasa mendatang, yang penetapannya dilakukan dengan Peraturan Komisi Yudisial.

Pasal 4Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Peraturan Komisi Yudisial ini, diatur oleh Sekretaris Jenderal Komisi Yudisial.

Pasal 5Peraturan Komisi Yudisial ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Komisi Yudisial ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Page 10: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 6 Februari 2013 KETUA KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA,

ttdEMAN SUPARMAN

Diundangkan di Jakartapada Tanggal 8 Maret 2013MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

ttd AMIR SYAMSUDIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 383

Page 11: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup
Page 12: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

xi

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

Daftar Isi

Tim Penyusun iv

Peraturan Komisi Yudisial Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2013

Tentang Grand Design Peningkatan Kapasitas Hakim v

Daftar Isi xi

Lampiran Grand Design Peningkatan Kapasitas Hakim

Bab I - Pendahuluan 3

A. Latar Belakang 3

B. Dasar Hukum 7

C. Tujuan 8

D. Ruang Lingkup 8

E. Pengertian 8

Bab II - Kerangka Konseptual 11

A. Kerangka Umum 11

B. Kerangka Operasional 15

Bab III - Arah Kebijakan dan Strategi 23

A. Visi dan Misi Komisi Yudisial 23

B. Tujuan Komisi Yudisial 25

C. Sasaran Peningkatan Kapasitas Hakim 26

D. Arah Kebijakan Peningkatan Kapasitas Hakim 26

E. Strategi Peningkatan Kapasitas Hakim 26

Bab IV - Pendekatan dan Metode 29

A. Pendekatan 29

B. Metode Pelaksanaan 32

C. Metode Evaluasi 34

Page 13: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

xii

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

DAFTAR ISI

Bab V - Rencana Aksi 37

A. Tahun 1 (2012) 37

B. Tahun 2 (2013) 38

C. Tahun 3 (2014) 39

D. Tahun 4 (2015) 39

E. Tahun 5 (2016) 40

Bab VI - Penutup 41

Panduan Penyelenggaraan Pelatihan Peningkatan Kapasitas

Hakim

Bab I - Pendahuluan 45

A. Latar Belakang 45

B. Maksud dan Tujuan 51

C. Sasaran 52

D. Manfaat 52

E. Ruang Lingkup 53

F. Dasar Hukum 53

G. Pengertian-Pengertian 55

Bab II - Perencanaan Pelatihan 59

A.IdentifikasiKebutuhanPelatihan 59

B. Jenis Pelatihan 61

C. Metode Pelatihan 66

D. Kurikulum Pelatihan 69

Bab III - Penyelengaraan Pelatihan 85

A. Persiapan 85

B. Pelaksanaan 90

C. Pelaporan 92

Bab IV - Standard Mutu 95

A. Standard Isi 95

Page 14: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

xiii

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

DAFTAR ISI

B. Standard Proses 104

C. Standard Produk/Output 115

D. Standard Dampak/Outcome 116

Bab V - Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan 117

A. Monitoring 117

B. Evaluasi 121

C. Pelaporan 126

Page 15: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup
Page 16: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

Lampiran

Grand Design Peningkatan Kapasitas Hakim

Page 17: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup
Page 18: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

3

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mengawali penyusunan grand design peningkatan

kapasitas hakim ini, ada baiknya kita mengingat kembali

ungkapan yang disampaikan Taverne, “... berikan saya

seorang hakim yang jujur dan cerdas, maka dengan

peraturan perundang-undangan yang buruk sekalipun,

saya akan menghasilkan putusan yang adil”. Hakim yang

jujur dan cerdas menjadi syarat mutlak untuk menegakkan

hukum dan keadilan. Dalam perkembangan kehidupan

sosial yang semakin komplek sekarang ini, bisa jadi jujur

dan cerdas saja tidak cukup, sehingga pembuat undang-

undang menegaskan kembali dalam peraturan perundang-

undangan dibidang kekuasaan kehakiman bahwa hakim

harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela,

jujur, adil, profesional, bertaqwa dan berakhlak mulia, serta

berpengalaman dibidang hukum. Meskipun peraturan

perundang-undangan dengan tegas mengatur persyaratan

untuk dapat diangkat menjadi hakim seperti diatas, namun

dalam menjalankan tugas fungsional (memeriksa, mengadili,

dan memutus perkara), ternyata kinerja hakim masih sering

menjadi sorotan masyarakat khususnya masyarakat pencari

keadilan.

Masyarakat pencari keadilan masih sering

mendapatkan putusan yang dirasakan tidak adil, seolah-olah

hukum dalam bentuk putusan pengadilan tajam kebawah

tetapi tumpul keatas. Putusan pengadilan begitu mudah

untuk menjatuhkan sanksi kepada masyarakat kecil seperti

Page 19: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

4

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PENDAHULUAN

pada kasus “Prita Mulyasari”, kasus “Pencuri Sandal Jepit”,

kasus “Pemulung Pemakai Narkoba”, kasus “Mbo Minah”,

dan masih banyak lagi kasus-kasus lainnya. Sebaliknya,

putusan pengadilan tidak mampu menghukum berat pelaku

tindak pidana korupsi, bandar narkoba, dan aktor utama

illegal logging. Asas setiap orang mempunyai kedudukan

yang sama dihadapan hukum (equality before the law)

terasa semakin menjauh dari putusan hakim, padahal

hakim sebelum melaksanakan tugasnya, telah bersumpah

senantiasa akan menjalankan jabatan dengan jujur dan

tidak membeda-bedakan orang, serta memutus dengan

seadil-adilnya. Sementara Gustav Radbruch menyatakan

bahwa nilai-nilai dasar dari hukum mengandung nilai-nilai

keadilan, kemanfaatan, dan kepastian. Mengacu pandangan

tersebut, maka putusan pengadilan sebagai hukum harus

mengandung nilai-nilai keadilan, kemanfaatan, dan

kepastian. Secara umum dapat dikatakan bahwa, putusan

pengadilan sebagaimana digambarkan dimuka, baru sebatas

memenuhi kepastian hukum, tetapi belum memberikan

keadilan dan kemanfaatan bagi masyarakat.

Berawal dari ketidakpuasan terhadap putusan

pengadilan, masyarakat pencari keadilan lebih jauh

mempertanyakan integritas hakim yang secara lebih luas

diatur dalam Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim

(KEPPH). Masyarakat melaporkan hakim yang diduga

melakukan pelanggaran KEPPH kepada Badan Pengawasan

Mahkamah Agung (Bawas MA) dan Komisi Yudisial (KY).

Sepanjang tahun 2011, Bawas MARI menerima sejumlah

3.232 pengaduan, dengan perincian, 2.833 merupakan

pengaduan masyarakat, 258 merupakan pengaduan institusi,

Page 20: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

5

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PENDAHULUAN

dan 141 masuk melalui pengaduan online. Pengaduan yang

layak ditindaklanjuti sebesar 62%, dengan hasil akhir 43

aparatur peradilan telah dikenakan hukuman disiplin

berat, diikuti 22 aparat yang dijatuhi hukuman sedang, 62

orang aparatur peradilan yang dikenakan hukuman disiplin

ringan, dan 3 orang dari peradilan militer, dengan perincian

2 orang teguran dan 1 orang penahanan ringan. Dari total

130 aparatur peradilan yang dikenakan sanksi, tercatat

mayoritas 38% diantaranya adalah hakim, disusul oleh staf

pengadilan sebesar 19,6% dan Panitera Pengganti sebesar

11,8%. Sementara pada tahun yang sama KY menerima

3368 laporan masyarakat yang terdiri 1710 langsung

ditunjukkan kepada Komisi Yudisial, sedangkan sebanyak

1644 berupa surat tembusan. Dari 1710 laporan sebanyak

740 laporan masyarakat telah dilakukan registrasi karena

telah memenuhi persyaratan kelengkapan laporan, dengan

hasil akhir sebanyak 16 hakim direkomendasikan untuk

diberi sanksi karena dinilai terbukti melakukan pelanggaran

Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim. Pada tahun 2011,

MA dan KY telah menggelar sidang Majelis Kehormatan

Hakim (MKH) sebanyak empat kali dengan hasil

menjatuhkan sanksi pemberhentian tidak hormat kepada

1 orang hakim, sanksi pemberhentian dengan hormat tidak

atas permintaaan sendiri kepada 1 orang hakim, sanksi non

palu dan dimutasi kepada 1 orang hakim, dan sanksi teguran

tertulis kepada 1 orang hakim.

Data-data diatas menunjukkan bahwa hakim

yang ideal sebagaimana diinginkan pembentuk undang-

undang dan didambakan masyarakat masih belum dapat

diwujudkan sepenuhnya. Kondisi demikian akan memicu

Page 21: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

6

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PENDAHULUAN

ketidakpercayaan masyarakat kepada badan peradilan yang

dalam jangka panjang dapat membahayakan keutuhan

bangsa karena masyarakat cenderung main hakim sendiri.

Integritas, pengetahuan hukum, dan independensi

hakim harus segera ditingkatkan, jika kita semua masih

menginginkan badan peradilan sebagai pelaku kekuasaan

kehakiman dapat menegakkan hukum dan keadilan.

MA dan KY harus bahu membahu secara sinergis untuk

meningkatkan kapasitas hakim baik dari segi integritas,

kemampuan intelektual, maupun kemampuan penerapan

hukum dalam memeriksa dan memutus perkara.

Sesungguhnya MA telah mengupayakan

peningkatan kapasitas hakim secara terus menerus

dan berkesinambungan melalui beberapa programnya,

antara lain: a) Program Pendidikan Calon Hakim (PPC

Terpadu), b) Program Pendidikan Hakim Berkelanjutan

(CJE), c) Beasiswa Sekolah, dan d) Diklat Kekhususan atau

SertifikasiBagiTenagaTeknisPeradilan.Beberapaprogram

tersebut belum seluruhnya dapat dilaksanakan secara

maksimal dan optimal karena berbagai keterbatasan. Untuk

meningkatkan kapasitas hakim secara terus menerus dan

berkesinambungan, MA menghadapi keterbatasan anggaran

dan SDM untuk menjangkau seluruh hakim yang tersebar di

seluruh wilayah Indonesia yang sangat luas sehingga tidak

seluruh hakim mendapatkan pelatihan secara terpusat.

KY sebagai lembaga negara yang berada di ranah

kekuasaan kehakiman sudah seharusnya dapat berperan

aktif dalam meningkatkan kapasitas hakim. Pembuat

Undang-Undang memandang penting keterlibatan KY dalam

peningkatan kapasitas hakim, sehingga memberikan tugas

Page 22: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

7

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PENDAHULUAN

kepada KY untuk meningkatkan kapasitas hakim melalui

perubahan undang-undang. Pasal 20 ayat (2) Undang-

Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi

Yudisial menyatakan bahwa “Komisi Yudisial mempunyai

tugas mengupayakan peningkatan kapasitas dan

kesejahteraan Hakim”. Berlandaskan ketentuan tersebut,

KY mempunyai tugas untuk mengupayakan peningkatan

kapasitas hakim. Peningkatan kapasitas hakim yang

dilakukan KY diharapkan dapat melengkapi dan mendukung

peningkatan kapasitas hakim yang telah dilakukan MA.

Peningkatan kapasitas hakim dilakukan dalam rangka

mewujudkan hakim yang bersih, jujur, dan profesional.

Agar peningkatan kapasitas hakim tersebut dapat berjalan

dengan terencana, terarah, terprogram dan terealisasi,

maka KY memandang perlu untuk mengawalinya dengan

menyusun grand design peningkatan kapasitas hakim.

B. Dasar Hukum

Kegiatan ini dilandasi oleh beberapa dasar hukum

sebagai berikut:

1. Undang-undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14

Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung.

2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun

2004 tentang Komisi Yudisial.

3. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 75 Tahun

2005 tentang Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial.

4. Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung dan Ketua

Page 23: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

8

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PENDAHULUAN

Komisi Yudisial Nomor: 047/KMA/SKB/IV/2009;

Nomor: 02/SKB/P.KY/IV/2009 tentang Kode Etik

dan Pedoman Perilaku Hakim.

5. Peraturan Sekretaris Jenderal Komisi Yudisial

Republik Indonesia Nomor: 01/P/SJ.KY/1/2006

tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal

Komisi Yudisial.

C. Tujuan

Grand Design Peningkatan Kapasitas Hakim disusun

dengan tujuan untuk menyediakan acuan atau pedoman bagi

KY dan pihak lain yang terlibat dalam pelaksanaan program

peningkatan kapasitas hakim yang akan dilaksanakan secara

bertahap, sistematis, terarah, terukur, dan komprehensif

demi mencapai visi dan misi KY dalam rangka mewujudkan

hakim yang bersih, jujur, dan profesional.

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup grand design peningkatan kapasitas

hakim mencakup:

1. Peningkatan kapasitas hakim yang dilakukan sejak

dini sebelum pengangkatan menjadi hakim.

2. Peningkatan kapasitas hakim yang dilakukan setelah

pengangkatan menjadi hakim.

E. Pengertian

Pengertian yang digunakan dalam grand design

peningkatan kapasitas hakim ini adalah sebagai berikut:

1. Hakim adalah hakim agung dan hakim pada badan

peradilan dilingkungan peradilan umum, peradilan

Page 24: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

9

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PENDAHULUAN

agama, peradilan militer, dan peradilan tata usaha

negara yang berada di bawah Mahkamah Agung,

termasuk hakim ad hoc dan hakim pengadilan pajak.

2. Kapasitas Hakim adalah kemampuan intelektualitas

dan moralitas yang harus dimiliki hakim sebagai

pelaksana kekuasaan kehakiman dalam rangka

menegakkan hukum dan keadilan.

3. Peningkatan Kapasitas Hakim untuk selanjutnya

disebut PKH adalah kegiatan yang dilakukan KY untuk

mengupayakan agar hakim memiliki kemampuan

intelektualitas dan moralitas sehingga menjadi hakim

yang bersih, jujur, dan profesional.

4. Grand Design Peningkatan Kapasitas Hakim adalah

dokumen perencanaan peningkatan kapasitas hakim

yang disusun sesuai dengan Rencana Strategis Komisi

Yudisial.

5. Mahkamah Agung adalah pelaku kekuasaan kehakiman

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

6. Komisi Yudisial adalah lembaga negara sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

Page 25: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup
Page 26: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

11

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

BAB II

KERANGKA KONSEPTUAL

A. Kerangka Umum

1. LandasanFilosofisPengembanganKapasitasHakim

Hakim adalah figur sentral dalam proses

peradilan, senantiasa dituntut untuk membangun

kecerdasan intelektual, terutama kecerdasan

emosional, kecerdasan moral dan spiritual. Jika

kecerdasan intelektual, emosional dan moral spiritual

terbangun dan terpelihara dengan baik bukan hanya

akan memberikan manfaat kepada diri sendiri, tetapi

juga akan memberikan manfaat bagi masyarakat

dalam konteks penegakkan hukum.

Meminjam terminologi Danah Zohar dan Ian

Marshall, hakim harus mengoptimalkan IQ, EQ dan

SQ. Tiga kecerdasan tersebut menjadi sangat penting

dalam diri seorang hakim dan harus memperoleh

perhatian seimbang dalam kepribadian, kedinasan

serta dalam pergaulan kemasyarakatan, sehingga

keluhuran dan martabat hakim dimanapun dan

kapanpun akan tetap terjaga dan terpelihara.

Secara formal, tugas Hakim adalah memeriksa

dan memutus perkara, yang diajukan kepadanya, tetapi

sejatinyasecarafilosofis,tugashakimharusberjuang

mengerahkan segala kemampuan untuk menemukan

kebenaran dan keadilan yang sangat abstrak ditengah

hiruk-pikuknya kehidupan. Oleh karena itu hakim

dalam memutus perkara wajib menggali, mengikuti,

dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup dalam

Page 27: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

12

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

KERANGKA KONSEPTUAL

masyarakat.

Peningkatan kapasitas hakim memiliki landasan

filosofisyangjelas.Landasanadalahalas,dasar,atau

tumpuan, atau dikenal pula sebagai pondasi. Mengacu

kepada hal itu, landasan itu menjadi dasar pijakan,

suatu titik tumpu atau titik tolak dari sesuatu hal; atau

suatu pondasi tempat berdirinya sesuatu hal yang

menunjuk kepada landasan yang bersifat konseptual.

Landasan yang bersifat konseptual pada dasarnya

identik dengan asumsi, yaitu suatu gagasan, nilai-

nilai, kepercayaan, prinsip, pendapat atau pernyataan

yang sudah dianggap benar, yang dijadikan titik

tolak dalam rangka berpikir (melakukan suatu studi)

dan/atau dalam rangka bertindak (melakukan suatu

kegiatan praktek).

Pada hakekatnya, peningkatan kapasitas

hakim adalah sebuah proses humanisasi. Tujuannya

menciptakan dan membentuk hakim ideal yang

dicita-citakan sesuai nilai-nilai dan norma-norma

yang dianut dan telah ditetapkan, yaitu berharap

membentuk hakim menjadi sosok manusia ideal,

berakhlak mulia, sehat, cerdas, terampil, mampu

berperan dalam kehidupan sebagai agen perubahan.

Sebab itu, peningkatan kapasitas hakim harus dapat

dipertanggungjawabkan, tidak dapat dilaksanakan

secara sembarangan, melainkan harus dilaksanakan

secara bijaksana, terarah dan terprogram. Artinya

peningkatan kapasitas hakim harus dilaksanakan

secara sadar dengan mengacu kepada suatu

landasan yang kokoh, sehingga jelas tujuannya,

Page 28: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

13

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

KERANGKA KONSEPTUAL

tepat isi kurikulumnya, serta efisiendan efektif cara

pelaksanaannya. Berdasarkan uraian diatas dapat

disimpulkan bahwa landasan filosofis kegiatan

peningkatan kapasitas hakim adalah asumsi-asumsi

yang bersumber dari filsafat, nilai, cita hukum yang

menjadi titik tolak kegiatan yang bertolak pada kaidah

metafisika/ontologi, epistemologi dan aksiologi

dalam upaya peningkatan kapasitas hakim, sehingga

hakim mampu mengekternalisasi, objektivasi dan

internalisasi nilai-nilai yang dianutnya selama ini.

2. Landasan Sosiologis

Hakim bagaimanapun juga adalah manusia yang

menjalankansuatufungsitertentu,artinyafigurhakim

atau kedirian hakim akan sangat dipengaruhi oleh

berbagai macam variabel yang melekat pada hakim

itu sendiri, kualitas hakim ditentukan oleh usia, latar

belakang sosial, ras atau etnis, agama dan pendidikan,

pengalaman, pengetahuan dan pemahaman serta

seribu satu macam lainnya, sehingga dapat dipastikan

akan ada lebih dari satu tipe hakim. Artinya berbagai

variabel itu memiliki peluang untuk menentukan

bagaimana kecenderungan seorang hakim untuk

memutus, dan dari banyak hasil penelitian

memperlihatkan bahwa hakim cenderung memutus

menurut pola tertentu yang sangat dipengaruhi oleh

aspek-aspek kemanusiaan, khususnya lingkungan

sosial dimana manusia itu hidup.

Hakim dalam memutus tentu tidak hanya

membaca sebuah undang-undang, melainkan

didasarkan kepada pilihan nilai yang menjadi

Page 29: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

14

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

KERANGKA KONSEPTUAL

landasannya. Hakim dituntut untuk benar-benar

memiliki pengetahuan yang luas, pemahaman yang

terbuka dan mendalam, karena posisi hakim sebagai

penafsir utama dan menjadikan nilai-nilai yang

abstrak menjadi konkrit dalam putusannya. Oleh

karena itu perlu membentuk hakim sesuai dengan

karakter kemanusiannya. Hakim secara sosiologi

paling tidak ada dua, pertama apabila memeriksa

perkara, terlebih dahulu akan menanyakan hati

nurani atau mendengarkan putusan hati-nuraninya,

kemudian mencari pasal-pasal dalam peraturan untuk

mendukung putusannya tersebut. Kedua; adalah

hakim apabila memutus terlebih dahulu berkonsultasi

dengan kepentingan perutnya dan kemudian mencari

pasal-pasal untuk memberikan legitimasi terhadap

putusan perutnya.

Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, hakim

sebagai manusia perlu ditingkatkan kemampuannya

agar mampu berbuat sesuai dengan harkat dan

martabat mereka dalam melaksanakan hak-hak dan

tanggungjawabnya selaku profesi yang terhormat.

Paling tidak melalui peningkatan kapasitas hakim ini,

dapat dicapai; tahap pertama yaitu adanya keinginan

dari Hakim untuk berubah menjadi lebih baik. Tahap

kedua, Hakim diharapkan mampu melepaskan

halangan-halangan atau faktor-faktor yang bersifat

resistensi terhadap kemajuan dalam dirinya dalam

membangun dan menjaga profesinya. Tahap ketiga,

Hakim diharapkan sudah menerima kebebasan

tambahan dan merasa memiliki tanggungjawab dalam

Page 30: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

15

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

KERANGKA KONSEPTUAL

mengembangkan dirinya dan profesinya. Tahap

keempat lebih merupakan kelanjutan dari tahap

ketiga yaitu upaya untuk mengembangkan peran dan

batas tanggungjawab yang lebih luas, dari hakim, dan

hal ini juga terkait dengan minat dan motivasi untuk

melakukan pekerjaan dengan lebih baik. Tahap kelima

ini hasil-hasil nyata dari peningkatan kapasitas hakim

dapat terlihat, dimana peningkatan rasa memiliki yang

lebih besar menghasilkan keluaran kinerja yang lebih

baik. Tahap keenam telah terjadi perubahan perilaku

dan kesan terhadap dirinya, dimana keberhasilan

dalam peningkatan kinerja mampu meningkatkan

perasaan psikologis diatas posisi sebelumnya. Tahap

ketujuh hakim dapat meningkatkan kompetensi

dirinya, merasa tertantang untuk upaya yang lebih

besar guna mendapatkan hasil yang lebih baik. Siklus

ini secara sosiologis menggambarkan proses mengenai

upaya hakim untuk mengikuti perjalanan kearah

prestasi dan kepuasan individu dan pekerjaan yang

lebih tinggi.

B. Kerangka Operasional

1. Hakim

Interaksi antara manusia satu dengan lainnya

dapat menyebabkan perbedaan paham dan bahkan

mengakibatkan terjadinya konflik atau perselisihan

antar satu dengan lainnya. Perselisihan atau disebut

juga dengan sengketa adalah situasi atau keadaan

dimana dua pihak atau lebih memperjuangkan tujuan

Page 31: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

16

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

KERANGKA KONSEPTUAL

mereka masing-masing yang tidak dapat dipersatukan

dan mereka masing-masing mencoba menyakinkan

pihak lain mengenai kebenaran tujuan masing-masing.

Untuk mencegah munculnya kebenaran versi masing-

masing pihak dibuatlah kaidah-kaidah hukum dalam

bentuk perundang-undangan, untuk menjadi dasar

hukum dalam menyelesaikan konflik yang terjadi.

Dalam konteks hukum, pada umumnya penyelesaian

konflik diselesaikan dengan cara mengunakan

kekuasaan badan peradilan atau yang disebut dengan

litigasi.

Badan peradilan merupakan tempat mencari

keadilan, “nec curia deficeret in justitia exhibenda”

(pengadilan adalah istana dimana dewi keadilan

bersemayam untuk menyemburkan aroma keadilan

tiada henti). Keadilan dalam menyelesaikan sengketa

tidak mungkin dapat dihasilkan oleh badan peradilan

tanpa adanya peran hakim dalam persidangan di

pengadilan. Hakim memegang peran sentral dalam

mengadili perkara dalam persidangan di pengadilan.

Begitu pentingnya hakim pada badan peradilan

sebagai pelaku kekuasaan kehakiman, pembuat

undang-undang memberikan kedudukan hakim

sebagai pejabat negara.

Menurut Undang-Undang Hukum Acara Pidana,

mengadili adalah serangkaian tindakan hakim untuk

menerima, memeriksa, dan memutus perkara pada

sidang pengadilan dalam hal dan menurut cara yang

diatur dalam peraturan perundang-undangan. Secara

umum hakim sebagai pejabat negara mempunyai

Page 32: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

17

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

KERANGKA KONSEPTUAL

tugas pokok untuk memeriksa dan memutus perkara

dalam rangka menjalankan kekuasaan kehakiman

untuk menegakkan hukum dan keadilan. Tugas pokok

memeriksa dan memutus perkara harus dilakukan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan

KEPPH dalam rangka menegakkan hukum dan

keadilan.

2. Kapasitas Hakim

Untuk dapat menjalankan tugas pokok

memeriksa dan memutus perkara, hakim harus

memiliki kemampuan tertentu sehingga dapat

menghasilkan putusan yang mengandung nilai-

nilai keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum.

Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman memberi

syarat hakim harus memiliki integritas dan

kepribadian yang tidak tercela, jujur, adil, profesional,

bertaqwa dan berakhlak mulia, serta berpengalaman

dibidang hukum. Sementara Beijing Statement of

Principles of the Indpendence of Judiciary in the Law

Asia Region yang kemudian diubah di Manila pada

Tahun 1997 menetapkan bahwa untuk menegakkan

kebenaran dan keadilan, maka hakim harus memiliki

kapasitas yang terdiri dari tiga pilar utama yaitu nilai-

nilai kecakapan (competence), kejujuran (integrity),

dan kemerdekaan (independence). Sedangkan MA

menyatakan bahwa untuk dapat melakukan tugas

fungsionalnya (memeriksa, mengadili, dan memutus

perkara), setidaknya hakim harus menguasai

beberapa aspek utama dan aspek pendukung. Aspek

utama yang harus dimiliki hakim adalah penguasaan

Page 33: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

18

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

KERANGKA KONSEPTUAL

ilmu hukum serta nalar hukum, penguasaan

hukum materiil dan formil, dan penguasaan teknis

persidangan termasuk didalamnya teknis pembuktian,

manajemen persidangan, dan lain-lain. Sedangkan

aspek penunjang yang diperlukan bagi seorang hakim

adalah bertanggungjawab, sikap kepemimpinan, dan

kemampuan bekerjasama. Sejalan dengan pandangan

sebelumnya, Komisi Hukum Nasional (KHN)

memberikan kriteria kapasitas hakim yang dilihat

dari aspek penguasaan atas ilmu hukum, kemampuan

berpikir yuridik, kemahiran yuridik (penerapan

hukum), serta kesadaran dan komitmen profesional.

Dari pandangan-pandangan diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa kapasitas hakim secara garis besar

mengandung dua aspek yaitu aspek kemampuan

pengetahuan hukum dan aspek komitmen terhadap

etika dan pedoman perilaku. Aspek kemampuan

pengetahuan hukum meliputi penguasaan terhadap

asas-asas, kaidah-kaidah, dan aturan-aturan baik

ditingkat lokal, nasional, maupun internasional;

penguasaan terhadap bidang-bidang hukum pada

sektor-sektor kehidupan masyarakat; penguasaan

terhadap metode penerapan dan penemuan hukum.

Sedangkan aspek komitmen terhadap etika dan

perilaku hakim meliputi komitmen untuk megetahui,

memahami, menerapkan, dan menegakkan KEPPH.

3. Peningkatan Kapasitas Hakim

Peningkatan kapasitas hakim merupakan sebuah

tindakan yang dilakukan untuk menghasilkan hakim

yang mempunyai kapasitas pengetahuan hukum dan

Page 34: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

19

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

KERANGKA KONSEPTUAL

komitmen untuk menjaga dan menegakkan KEPPH.

Dari sudut pandang psikologi pendidikan, kapasitas

pengetahuan hukum berkaitan dengan ranah

kognitif dan psikomotorik hakim, meskipun dalam

tataran tertentu tidak dapat dipisahkan dari ranah

afektif. Sedangkan komitmen untuk menjaga dan

menegakkan KEPPH berkaitan dengan ranah afektif

dan psikomotorik, meskipun tidak dapat dipisahkan

secara tegas dari ranah kognitif. Menurut Bloom,

ranah kognitif secara bertingkat terdiri dari aspek

pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis,

dan evaluasi. sementara ranah psikomotorik terdiri

dari aspek persepsi, kesiapan, respon terpimpin,

mekanisme, respon nyata yang kompleks, penyesuaian,

dan organisasi. Sedangkan ranah afektif meliputi

aspek penerimaan, penanganan, penghargaan,

pengorganisasian, dan pengarakterisasian. Merujuk

pada kapasitas hakim yang perlu ditingkatkan, maka

peningkatan kapasitas hakim yang dilakukan KY

dapat menyentuh ranah afektif, kognitif, maupun

psikomotorik. Dengan peningkatan kapasitas

hakim ini, diharapkan hakim memiliki kapasitas

pengetahuan hukum dan komitmen untuk menjaga

dan menegakkan KEPPH sehingga dapat menjadi

hakim yang bersih, jujur, dan profesional.

Meskipun peningkatan kapasitas hakim yang

dilakukan KY menyentuh pada ranah afektif, kognitif,

dan psikomotorik, belum tentu akan dihasilkan

hakim yang ideal. Hal ini disebabkan karena

persoalan kapasitas hakim sangat berkaitan dengan

Page 35: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

20

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

KERANGKA KONSEPTUAL

kualitas SDM calon hakim dan proses rekrutmen

hakim. Boy Nurdin mensinyalir bahwa untuk

melahirkan hakim yang ideal harus dipersiapkan

sejak dini mulai dari menyiapkan kualitas SDM

calon hakim, proses rekrutmen hakim transparan

dan akuntabel. Untuk menyiapkan SDM calon hakim

yang berkualitas diperlukan pendidikan profesi

penegak hukum khususnya profesi hakim dengan

program dan kurikulum yang disesuaikan dengan

profesi hakim. Sementara pada tahap pelaksanaan

rekrutmen hakim, Boy Nurdin menyarankan perlunya

dilakukan perubahan model rekrutmen hakim dengan

menekankan pelaksanaan investigasi terhadap rekam

jejak calon hakim. Oleh karena itu, peningkatan

kapasitas hakim yang dilakukan KY perlu menjangkau

pada tahapan penyiapan SDM calon hakim yang

berkualitas, perbaikan proses rekrutmen hakim

yang transparan dan akuntabel, sampai pada meng-

upgrade kapasitas hakim, baik hakim pada tingkat

pertama, tingkat banding, maupun tingkat kasasi

sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.

Dari segi pelaksanaan, peningkatan kapasitas

hakim yang dilakukan KY tidak dapat dipisahkan dari

kegiatan yang telah dilakukan MA karena keberadaan

hakim secara administratif dan keorganisasian berada

dibawah wewenang MA. Peningkatan kapasitas hakim

yang dilakukan KY diharapkan dapat melengkapi dan

mendukung peningkatan kapasitas hakim yang telah

dilakukan MA. Oleh karena itu, peningkatan kapasitas

hakim yang dilakukan KY harus dilaksanakan secara

Page 36: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

21

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

KERANGKA KONSEPTUAL

sinergis melalui kerjasama kemitraan dengan MA dan

pihak lain yang terlibat.

Page 37: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup
Page 38: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

23

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

BAB III

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

A. Visi dan Misi Komisi Yudisial

1. Visi

Pernyataan visi Komisi Yudisial adalah

perwujudan harapan tertinggi yang diwujudkan oleh

semua unit dan jajaran di Komisi Yudisial melalui

serangkaian tindakan yang dilakukan secara terus

menerus untuk mendukung pelaksanaan wewenang

dan tugas Komisi Yudisial. Visi Komisi Yudisial, yaitu:

“Terwujudnya Komisi Yudisial yang bersih,

transparan, partisipatif, akuntabel, dan kompeten

dalam rangka mewujudkan hakim bersih, jujur dan

profesional”.

Visi adalah suatu pandangan jauh kedepan

yang akan mengarahkan kita untuk menuju pada

kondisi yang akan dicapai di masa depan. Visi akan

diwujudkan oleh seluruh pemangku kepentingan

baik di internal Komisi Yudisial maupun pemangku

kepentingan diluar Komisi Yudisial.

Rumusan visi Komisi Yudisial tersebut

merupakan pandangan dan pemikiran dasar bahwa

hakim bersih, jujur dan profesional merupakan

prasyarat penting untuk menegakkan hukum

dan keadilan dalam sebuah negara hukum yang

demokratis.

2. Misi

Misi merupakan langkah utama sesuai dengan

wewenang dan tugas pokok suatu lembaga. Komisi

Page 39: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

24

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

Yudisial mempunyai langkah utama yang akan

diupayakan oleh seluruh jajaran Komisi Yudisial untuk

mewujudkan visi yang sudah ditetapkan. Adapun misi

Komisi Yudisial sebagai berikut:

a. Meningkatkan kapasitas kelembagaan Komisi

Yudisial menjadi lembaga yang bersih, transparan,

partisipatif, akuntabel dan kompeten.

b. Memberikan pelayanan kepada masyarakat dan

pencarikeadilansecaraefektifdanefisien.

c. Menyiapkan dan merekrut calon hakim agung,

calon hakim ad hoc di Mahkamah Agung dan

hakim yang bersih, berilmu, dan berkeadilan.

d. Menjaga kehormatan, keluhuran martabat,

serta perilaku hakim secara efektif, transparan,

partisipatif, dan akuntabel.

e. Menegakkan KEPPH secara adil, obyektif,

transparan, partisipatif, dan akuntabel.

Rumusan misi tersebut merupakan langkah

utama yang akan dilakukan KY sesuai dengan

wewenang tugasnya, sehingga tidak semua rumusan

misi diatas sesuai dengan pelaksanaan tugas

mengupayakan peningkatan kapasitas hakim.

Rumusan misi yang berkaitan dengan pelaksanaan

tugas mengupayakan peningkatan kapasitas hakim

adalah rumusan misi huruf c dan huruf d. Dengan

rumusan misi huruf c, Komisi Yudisial bertekad

untuk menyiapkan dan menyeleksi calon hakim

agung, hakim ad hoc di Mahkamah Agung dan hakim

dengan integritas moral, kompeten dan sekaligus

mampu mengemban amanah untuk menjadi hakim

Page 40: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

25

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

yang jujur, bersih dan profesional. Sementara dengan

rumusan misi huruf d, Komisi Yudisial bertekad

untuk berperan aktif dalam meningkatkan kapasitas

hakim. Peningkatan kapasitas hakim ditujukan untuk

menambah kemampuan pengetahuan hukum dan

komitmen untuk menjaga dan menegakkan KEPPH

sehingga terwujud hakim yang bersih, jujur dan

profesional.

B. Tujuan Komisi Yudisial

Dalam melaksanakan Misi “Menyiapkan dan

merekrut calon hakim agung, calon hakim ad hoc di

Mahkamah Agung, dan hakim yang bersih, berilmu dan

berkeadilan”, KY menetapkan tujuan yang terdiri dari:

1. Mendapatkan bakal calon yang layak menjadi calon

hakim agung dan calon hakim ad hoc pada MA.

2. Mendapatkan calon hakim yang layak menjadi hakim.

3. Menghasilkan calon hakim agung dan calon hakim ad

hoc pada MA, serta hakim yang bersih, berilmu dan

berkeadilan melalui proses seleksi yang transparan,

partisipatif dan akuntabel.

Dalam melaksanakan Misi “Menjaga kehormatan,

keluhuran martabat, serta perilaku hakim secara efektif,

transparan, partisipatif dan akuntabel.”, KY menetapkan

tujuan yang terdiri dari:

1. Mencegah hakim melakukan pelanggaran KEPPH.

2. Meningkatkan kapasitas hakim.

3. Memastikan hakim terlindungi kehormatan dan

keluhuran martabatnya.

Tujuan KY yang tetapkan berdasarkan misi yang

Page 41: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

26

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

berkaitan dengan peningkatan kapasitas hakim diatas masih

bersifat umum, sehingga perlu dirumuskan tujuan khusus

dalam peningkatan kapasitas hakim yang meliputi:

1. Menyiapkan dan menghasilkan hakim yang bersih,

jujur dan profesional.

2. Meningkatkan kemampuan hakim pada aspek

pengetahuan hukum dan aspek komitmen untuk

menjaga dan menegakkan KEPPH.

C. Sasaran Peningkatan Kapasitas Hakim

Sasaran peningkatan kapasitas hakim yang dilakukan

Komisi Yudisial adalah sebagai berikut:

1. Terwujudnya hakim yang bersih, jujur dan profesional.

2. Terlaksananya peningkatkan kemampuan hakim pada

aspek pengetahuan hukum dan aspek komitmen untuk

menjaga dan menegakkan KEPPH.

D. Arah Kebijakan Peningkatan Kapasitas Hakim

Setelah menetapkan tujuan khusus peningkatan

kapasitas hakim, maka perlu dirumuskan arah kebijakan

yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan khusus tersebut.

Arah kebijakan untuk mencapai tujuan khusus peningkatan

kapasitas hakim adalah penyelenggaraan pelatihan hakim

dan kegiatan-kegiatan yang melibatkan partisipasi hakim.

E. Strategi Peningkatan Kapasitas Hakim

Arah kebijakan peningkatan kapasitas hakim yang

telah ditetapkan akan dijabarkan melalui strategi sebagai

berikut:

Strategi yang akan digunakan dalam pelatihan hakim

Page 42: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

27

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

dan kegiatan-kegiatan yang melibatkan partisipasi hakim,

terdiri dari:

1. Menyelenggarakan pelatihan KEPPH.

2. Menyelenggarakan pelatihan tematik.

3. Menyelenggarakan pelatihan khusus.

4. Menyelenggarakan forum yudisial.

5. Menyediakan bahan bacaan bagi hakim.

6. Menyediakan situs/pelatihan online bagi hakim.

Page 43: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup
Page 44: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

29

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

BAB IV

PENDEKATAN DAN METODE

A. Pendekatan

Pendekatan merupakan kerangka pemikiran yang

digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar

tercapai sesuai dengan yang dikehendaki. Dalam menyusun

dan pelaksanaan grand design peningkatan kapasitas hakim

ini dapat digunakan dua jenis pendekatan, yaitu:

1. Pendekatan Keilmuan

Pendekatan ilmiah dimaksudkan bahwa

penyusunan dan pelaksanaan grand design

peningkatan kapasitas hakim ini dilakukan dengan

menggunakan langkah ilmiah yang terarah dan

sistematis. Pendekatan yang digunakan adalah

pendekatan sistem. Pendekatan sistem merupakan

pendekatan yang cocok dalam upaya penyusunan

dan pelaksanaan model atau design, karena cukup

komprehensif dan holistik didalam memahami

persoalan persoalan yang akan dalam pelaksanaan

kegiatan.

Pendekatan sistem akan digunakan untuk

membangun berbagai komponen yang dapat

membentuk disain peningkatan kapasitas hakim

maupun berbagai komponen yang berpengaruh dalam

pelaksanaan kegiatan peningkatan kapasitas hakim.

Pendekatan ini berkarakter multi disipliner/inter dan

antar disipliner, yaitu selalu berupa penggabungan

berbagai ragam pendekatan. Pendekatan sistem

umumnya mencakup aspek substansi, struktur

Page 45: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

30

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PENDEKATAN DAN METODE

dan kultur. Dalam pendekatan sistem ini akan

dilakukan melalui beberapa sub pendekatan seperti

pendekatankebijakan,pendekatannormatif,filosofis

dan pendekatan lain yang relevan dengan upaya

pengembangan disain atau model peningkatan

kapasitas hakim.

2. Pendekatan Praktis

Pendekatan praktis dimaksudkan bahwa

penyusunan disain dan pelaksanaan kegiatan

peningkatan kapasitas hakim dilakukan melalui

kegiatan fungsional untuk memotret kebutuhan riil

dan mengukur relevansi kebutuhan hakim dengan

kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan sesuai

dengan disain kapasitas peningkatan hakim.

Melalui pendekatan praktis dapat diperoleh

gambaran yang meyakinkan tentang kekuatan,

kelemahan dan juga peluang serta ancaman (SWOT)

yang akan sangat bermanfaat bagi penyusunan dan

pelaksanaan suatu disain. Pendekatan ini dilakukan

melalui beberapa kegiatan antara lain: Diskusi

terbuka, FGD, Diskusi pakar, simulasi serta kegiatan

relevan lain yang didalamnya melibatkan partisipasi

berbagai pihak, mulai dari masyarakat, hingga

pemangku kepentingan.

3. Pendekatan Partisipatif

Partisipasi adalah salah satu kata kunci dalam

pendidikan, pembangunan, politik, dan media.

Berasal dari gabungan dua kata Latin: pars yang

artinya bagian dan capere yang artinya mengambil.

Dalam Tesaurus Bahasa Indonesia karangan Eko

Page 46: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

31

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PENDEKATAN DAN METODE

Endarmoko menyama-artikan partisipasi sebagai

kesetaraan, keikutsertaan, keterlibatan, peran-

serta, dan kontribusi. KBBI Pusat Bahasa Edisi

IV mengartikan serupa yaitu, turut berperan serta

dalam suatu kegiatan; keikutsertaan; peran serta.

Partisipasi adalah proses aktif dan inisiatif yang

muncul dari masyarakat serta akan terwujud sebagai

suatu kegiatan nyata apabila terpenuhi oleh tiga faktor

pendukungnya yaitu adanya: kemauan, kemampuan,

dan kesempatan untuk berpartisipasi. Selanjutnya

dalam bukunya Ach. Wazir Ws menyebutkan bahwa,

partisipasi sebagai keterlibatan seseorang secara

sadar kedalam interaksi sosial dalam situasi tertentu.

Dengan pengertian itu, seseorang bisa berpartisipasi

bila ia menemukan dirinya dan/atau dalam kelompok,

melalui berbagai proses berbagi dengan orang lain

dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan, kepatuhan

dan tanggungjawab bersama.

Dalam konteks pendidikan atau pembelajaran

untuk orang dewasa partisipasi merupakan syarat

utama. Partisipasi memegang peranan penting

dalam pendidikan bagi orang dewasa mengingat

ada beberapa hal yang harus dipahami bahwa orang

dewasa memiliki kecenderungan antara lain: tidak mau

digurui atau diceramahi, berusaha mengembangkan

diri melalui pendidikan atau pengamatan diri

sendiri, mengarahkan dan menjadi guru bagi diri

sendiri, sehingga proses pendidikan yang dilakukan

seyogyanya mendorong peluang partisipasi seluas-

luasnya antara lain:

Page 47: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

32

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PENDEKATAN DAN METODE

a. Memberikan kesempatan berkreasi dan

berinisiatif;

b. Menciptakan suasana yang demokratis dan

terbuka;

c. Menghargai dan menghormati semua pihak

terutama menempatkan manusia dewasa yang

mandiri dan bertanggungjawab.

Dengan kata lain pendidikan orang dewasa

adalah pendidikan partisipatoris. Pendidikan

yang menekankan kepada keterbukaan, keaktifan,

kekritisan dan kreatifitas peserta didik. Model

pendidikan ini bertumpu kepada proses daripada

hasil. Pendidikan partisipatoris membuka peluang

pada setiap orang untuk berpartisipasi dan bersifat

dialogis dalam proses belajar sehingga lebih interaktif

dan terbuka. Dalam hal ini pendidik harus memiliki

pikiran yang terbuka terhadap perbedaan atau pola

pikir, khususnya dengan peserta didik. Sehingga

sistem pendidikan atau pembelajaran dengan peserta

didik dewasa lebih mengarah pada berbagai bentuk

kegiatan belajar sesuai dengan kebutuhan peserta dan

kebutuhan sumber serta bahan belajar, seperti pada:

kelompok diskusi, bermain peran, simulasi, pelatihan,

(group discusion, team designing, roleplaying,

simulations, skill practice sessions) (dalam Inggalls,

Knowless dan Unesco).

B. Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan merupakan cara atau teknis

yang akan dilakukan dalam meningkatkan kapasitas hakim

Page 48: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

33

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PENDEKATAN DAN METODE

sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan. Dengan

demikian metode pelaksanaan ini melekat pada masing-

masing kegiatan yang direncanakan dalam mengupayakan

peningkatan kapasitas hakim.

Metode pelaksanaan penyelenggaraan pelatihan

hakim dan kegiatan lain yang melibatkan partisipasi hakim.

1. Metode pelaksanaan yang akan dilakukan dalam

penyelenggaraan pelatihan KEPPH, pelatihan tematik

dan pelatihan khusus adalah sebagai berikut:

a. Menyusun modul pelatihan.

b. Menjalin kerjasama dengan Diklat Kumdil MA

untuk menyelenggarakan pelatihan.

c. Menyelenggarakan pelatihan TOT.

d. Menyelenggarakan pelatihan.

e. Monitoring dan evaluasi kegiatan

2. Metode pelaksanaan yang akan dilaksanakan dalam

penyelenggaraan forum yudisial, adalah sebagai

berikut:

a. Menyusun rencana kegiatan forum yudisial.

b. Menyeleksi peserta forum yudisial.

c. Menyelenggarakan kegiatan forum yudisial.

d. Monitoring dan evaluasi kegiatan

3. Metode yang akan dilakukan dalam penyediaan bahan

bacaan bagi hakim, adalah sebagai berikut:

a. Menganalisis bahan bacaan yang sesuai dengan

kebutuhan hakim.

b. Menyeleksi bahan bacaan berdasarkan prioritas

kebutuhan hakim.

c. Mencetak bahan bacaan terseleksi.

d. Menyebarkan bahan bacaan kepada hakim.

Page 49: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

34

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PENDEKATAN DAN METODE

e. Monitoring dan evaluasi kegiatan

4. Metode penyediaan situs hakim

a. Menginventarisasi data berdasarkan kebutuhan.

b. Menyusun desain sistem.

c. Memasukkan data dan mengimplementasikan

kedalam sistem.

d. Mengujicobadanmemverifikasisistem.

e. Perawatan sistem.

C. Metode Evaluasi

Metode evaluasi merupakan suatu cara yang

digunakan untuk mengukur keberhasilan program yang

telah dilaksanakan. Metode evaluasi disusun berdasarkan

kepentingan seseorang, lembaga atau instansi yang ingin

mengetahui apakah program yang telah dilaksanakan dapat

mencapai hasil yang diharapkan. Metode atau pendekatan

evaluasi yang sering dijadikan rujukan dalam evaluasi

program pendidikan meliputi: a) Objective-Oriented

Approach, b) Management-Oriented Approach, dan c)

Naturalistic-Participant Approach. Dari ketiga metode

atau pendekatan evaluasi tersebut, metode Naturalistic-

Participant Approach dipandang paling sesuai untuk

mengevaluasi pelaksanaan program peningkatan kapasitas

hakim yang diselenggarakan KY.

Pendekatan naturalistic atau partisipatif dalam

penilaian merupakan suatu pendekatan evaluasi yang

dilakukan secara natural dengan keterlibatan (partisipasi)

evaluator lapangan yang menjadi sasaran evaluasi.

Pendekatan naturalistic-partisipatif mengharuskan seorang

evaluator ‘masuk kedalam’ situasi yang menjadi sasaran

Page 50: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

35

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PENDEKATAN DAN METODE

evaluasi. Pendekatan ini cocok terutama dalam rangka

penilaian proses atau implementasi program. Stake (1967)

dalam paper yang berjudul The Countenace of Educational

Evaluation menganggap terdapat dua aktifitas utama

dalam kegiatan evaluasi, yaitu: deskripsi dan pertimbangan

(judgment), yang dikenal sebagai Two Countenances

of Evaluation. Untuk membantu evaluator dalam

mengorganisasikan pengumpulan dan interpretasi data,

Stake menciptakan kerangka kerja yang harus dilakukan

seorang evaluator, yang meliputi langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Menyajikan latar belakang, justifikasi dan deskripsi

dari rasional program (termasuk kebutuhan);

2. Membuat daftar anteceden yang diharapkan (input,

sumberdaya, dan kondisi yang ada), transaksi yang

diharapkan(aktifitasdanproses),sertahasil-hasilnya;

3. Mencatat anteceden, ransaksi, dan hasil-hasil yang

terobservasi (termasuk hal-hal yang tidak diharapkan);

4. Menyatakan secara eksplisit standar-standar (Kriteria,

harapan-harapan, kinerja program yang setara) untuk

membuat pertimbangan atas anteceden, ransaksi, dan

hasil-hasil program;

5. Mencatat pertimbangan pertimbangan yang dibuat

tentang kondisi-kondisi anteceden, transaksi, dan

hasil.

Seorang evaluator akan menganalisis informasi dalam

matrik deskripsi dengan melihat kongruensi antara yang

diharapkan dan hasil observasi, serta ketergantungan atau

kontingensi antara hasil yang dicapai dengan transaksi

dan anteseden maupun ketergantungan transaksi atas

Page 51: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

36

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PENDEKATAN DAN METODE

anteseden. Pertimbangan akan dibuat dengan menerapkan

standar terhadap data deskriptif.

Karakteristik utama yang terdapat pada metode/

pendekatan naturalistik-pastisipatif adalah sebagai berikut:

1. Berdasar pada alasan-alasan induktif. Pemahaman isu,

peristiwa, atau suatu proses pendataan dari observasi

dan penemuan berbasis akar rumput.

2. Menggunakan multiplicity data. Pemahaman atas

suatu persoalan didasarkan pada asimilasi data dari

sejumlah sumber. Representasi gejala-gejala yang

dievaluasi, baik yang subyektif maupun obyektif,

kuantitatif maupun kualitatif digunakan.

3. Tidak disandarkan pada rencana yang standar. Proses

eveluasi berjalan sebagaimana pengalaman yang

diperolehpartisipandalamsemuaaktifitasprogram.

4. Mencatat realitas yang multiple ketimbang

single. Seseorang melihat sesuatu dan menginter-

pretasikannya dengan cara yang berbeda-beda. Tidak

seorangpun mengetahui segala sesuatu yang terjadi di

sekolah, dan tidak satu perspektif pun yang diterima

sebagai kebenaran. Karena hanya orang tersebutlah

yang paling tahu benar apa yang dia alami, semua

perspektif diterima sebagai sesuatu yang benar dan

tugas utama evaluator adalah menangkap realitas

ini semua dan potretnya tanpa menyederhanakan

kompleksitas dunia pendidikan.

Page 52: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

37

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

BAB V

RENCANA AKSI

Rencana aksi merupakan rancangan pelaksanaan kegiatan

yang akan dilaksanakan dalam upaya peningkatan kapasitas

hakim. Rencana aksi berisikan sasaran, keluaran dan program

jangka panjang 25 tahunan, jangka menengah 5 tahunan, dan

jangka pendek 1 tahunan. Rencana aksi yang disusun dalam

bagian ini adalah rencana aksi tahunan sampai dengan 5 tahun

pertama, yang diuraikan sebgai berikut:

A. Tahun 1 (2012)

1. Sasaran:

Tersedianya Sistem dan Instrumen PKH

2. Keluaran:

a. Konsep Rekrutmen Hakim/Pendidikan Profesi

b. Modul Pelatihan KEPPH

c. Modul Pelatihan Tematik

d. Modul Pelatihan Khusus

e. Konsep Forum Yudisial

f. Peta Kebutuhan Bacaan Hakim

g. Desain Situs Hakim

h. Terjalinnya kerjasama dengan negara/lembaga

pemberi donor

3. Program:

a. Penyususunan Konsep Rekrutmen Hakim/

Pendidikan Profesi

b. Penyususunan Modul Pelatihan KEPPH

c. Penyususunan Modul Pelatihan Tematik

d. Penyususunan Modul Pelatihan Khusus

Page 53: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

38

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

RENCANA AKSI

e. Penyususunan Konsep Forum Yudisial

f. Pemetaan Kebutuhan Bacaan Hakim

g. Penyusunan Desain Situs Hakim

h. Penjajakan negara/lembaga pemberi donor

B. Tahun 2 (2013)

1. Sasaran:

Tersempurnakannya konsep dan implementasi PKH

2. Keluaran:

a. Modul Pelatihan KEPPH

b. Terlaksananya 2x Pelatihan KEPPH I

c. Terlaksananya 3x Pelatihan Tematik

d. Terlaksananya 3x Pelatihan Khusus

e. Terlaksananya 1x Forum Yudisial

f. Tersedianya dan terdistribusikannya 3 Bahan

Bacaan hakim serta terkumpulkannya resensi

dari hakim

g. Pengelolaan Situs/Pelatihan Online bagi Hakim

h. Tersedianya dan terkirimnya hakim penerima

beasiswa

3. Program:

a. Penyempurnaan Modul Pelatihan KEPPH

b. Penyelenggaraan Pelatihan KEPPH I

c. Penyelenggaraan Pelatihan Tematik

d. Penyelenggaraan Pelatihan Khusus

e. Penyelenggaraan Forum Yudisial

f. Penyediaan dan Pendistribusian Bacaan Hakim

g. Pengelolaan Situs/Pelatihan Online bagi Hakim

h. Seleksi dan pengiriman hakim penerima beasiswa

Page 54: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

39

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

RENCANA AKSI

C. Tahun 3 (2014)

1. Sasaran:

Tersedianya wadah PKH

2. Keluaran:

a. Terlaksananya Pelatihan KEPPH I dan II @2x

b. Terlaksananya 3x Pelatihan Tematik

c. Terlaksananya 3x Pelatihan Khusus

d. Terlaksananya 1x Forum Yudisial

e. Buku Penunjang PKH

f. Pengelolaan Situs/Pelatihan Online bagi Hakim

3. Program

a. Penyelenggaraan Pelatihan KEPPH I, II dan III

b. Penyelenggaraan Pelatihan Tematik

c. Penyelenggaraan Pelatihan Khusus

d. Penyelenggaraan Forum Yudisial

e. Penyediaan dan Pendistribusian Bacaan Hakim

f. Pengelolaan Situs/Pelatihan Online bagi Hakim

g. Seleksi dan pengiriman hakim penerima beasiswa

D. Tahun 4 (2015)

1. Sasaran:

Optimalisasi Media PKH

2. Keluaran:

a. Terlaksananya Pelatihan KEPPH I, II dan III @

2X

b. Terlaksananya 3x Pelatihan Tematik

c. Terlaksananya 3x Pelatihan Khusus

d. Terlaksananya 1x Forum Yudisial

e. Buku Penunjang PKH

f. Pengelolaan Situs/Pelatihan Online bagi Hakim

Page 55: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

40

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

RENCANA AKSI

3. Program

a. Penyelenggaraan Pelatihan KEPPH I, II dan III

b. Penyelenggaraan Pelatihan Tematik

c. Penyelenggaraan Pelatihan Khusus

d. Penyelenggaraan Forum Yudisial

e. Penyediaan dan Pendistribusian Bacaan Hakim

f. Pengelolaan Situs/Pelatihan Online bagi Hakim

g. Seleksi dan pengiriman hakim penerima beasiswa

E. Tahun 5 (2016)

1. Sasaran:

Pemeliharaan dan Pertumbuhan PKH

2. Keluaran:

a. Terlaksananya Pelatihan KEPPH I, II dan III @3X

b. Terlaksananya 3x Pelatihan Tematik

c. Terlaksananya 3x Pelatihan Khusus

d. Terlaksananya 1x Forum Yudisial

e. Buku Penunjang PKH

f. Pengelolaan Situs/Pelatihan Online bagi Hakim

g. Strategi inovasi PKH jangka menengah kedua

3. Program

a. Penyelenggaraan Pelatihan KEPPH I, II dan III

b. Penyelenggaraan Pelatihan Tematik

c. Penyelenggaraan Pelatihan Khusus

d. Penyelenggaraan Forum Yudisial

e. Pengelolaan Situs/Pelatihan Online bagi Hakim

f. Seleksi dan pengiriman hakim penerima beasiswa

g. Evaluasi jangka menengah pertama

Page 56: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

41

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

BAB VI

PENUTUP

Pelaksanaan program peningkatan kapasitas hakim

melibatkan berbagai pihak dalam lingkup Komisi Yudisial

maupun para profesional, maka diperlukan peraturan yang

dapat dijadikan pedoman/acuan untuk memastikan kesamaan

pemahaman akan visi, misi, tujuan dan sasaran yang ingin

dicapai, serta memastikan adanya keselarasan dan konsistensi

pelaksanaan dari agenda program peningkatan kapasitas hakim.

Dengan adanya peningkatan kapasitas hakim ini, diharapkan

hakim memiliki kapasitas pengetahuan hukum dan komitmen

untuk mewujudkan pelaksanaan peradilan bersih.

Page 57: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup
Page 58: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

Panduan Penyelenggaraan

Pelatihan Peningkatan Kapasitas Hakim

Page 59: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup
Page 60: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

45

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kekuasaan kehakiman yang independen, transparan,

dan akuntabel merupakan conditio sine quanon bagi suatu

negara hukum yang demokratis. Kekuasaan kehakiman

dilaksanakan melalui badan peradilan, dimana hakim

berperan sebagai aktor utama dalam menegakkan hukum

dan keadilan bagi seluruh masyarakat. Kinerja dan perilaku

hakim dalam menegakkan hukum dan keadilan sangat

mempengaruhi citra badan peradilan di masyarakat.

Kinerja hakim dapat dinilai dari pelaksanaan tugas

fungsionalnya dalam memeriksa, mengadili, dan memutus

perkara di pengadilan. Pelaksanaan tugas fungsional

tersebut akan mengasilkan putusan yang langsung dirasakan

para pihak yang berperkara. Apabila putusan hakim mampu

memberikan keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum

khususnya bagi para pihak yang berperkara, maka kinerja

hakim akan mendapatkan penilain positif. Sebaliknya,

apabila putusan hakim mengabaikan rasa keadilan

masyarakat, maka kinerja hakim akan dinilai negatif. Hakim

akan dapat menghasilkan putusan yang mencerminkan

keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum apabila hakim

mempunyai kapasitas pengetahuan hukum yang didalamnya

termasuk kapasitas menerapkan hukum (rechtstoepassing),

melakukaan penemuan hukum (rechtsvinding), dan

melakukan penciptaan hukum (rechtsschepping).

Sementara perilaku hakim dinilai berdasarkan Kode

Etik dan Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH). Penilaian

Page 61: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

46

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PENDAHULUAN

tersebut dilakukan terhadap perilaku hakim didalam

kedinasan maupun perilaku hakim diluar kedinasan.

Apabila perilaku hakim tidak sesuai atau melanggar KEPPH,

maka masyarakat tidak saja menilai negatif tetapi juga

akan melaporkan hakim yang bersangkutan kepada Badan

Pengawasan Mahkamah Agung selaku pengawas internal

dan kepada Komisi Yudisial selaku pengawas eksternal.

Hakim tidak akan melakukan pelanggaran KEPPH apabila

hakim memiliki komitmen untuk memahami, menerapkan,

dan menegakkan KEPPH dalam menjalankan profesinya.

Peningkatan kinerja dan perilaku hakim yang sesuai

dengan KEPPH menjadi kata kunci untuk meningkatkan

kepercayaan masyarakat kepada badan peradilan.

Peningkatan kinerja dilakukan dengan peningkatan

kapasitas hakim mengenai pengetahuan hukum.

Pengetahuan hukum bagi hakim meliputi penguasaan

terhadap asas-asas hukum, kaidah-kaidah hukum, dan

peraturan perundang-undangan; penguasaan terhadap

bidang-bidang hukum dalam kehidupan masyarakat; serta

penguasaan terhadap metode penerapan dan penemuan

hukum. Sementara peningkatan perilaku hakim yang sesuai

dengan KEPPH dilakukan melalui peningkatan komitmen

hakim dalam memahami, menerapkan, dan menegakkan

KEPPH. Peningkatan pengetahuan hukum berkaitan erat

dengan kinerja hakim dalam menjalankan tugas memeriksa,

mengadili, dan memutus perkara. Sedangkan peningkatan

komitmen terhadap KEPPH berkaitan erat dengan perilaku

hakim yang berintegritas, independen, impartial, jujur, dan

adil.

Mahkamah Agung sebagai badan peradilan tertinggi

Page 62: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

47

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PENDAHULUAN

secara organisatoris bertanggungjawab melakukan

pembinaan hakim yang berada pada semua lingkungan

peradilan di bawahnya. Mahkamah Agung telah melakukan

pembinaan hakim melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan

yang diselenggarakan Pusdiklat Teknis Peradilan Mahkamah

Agung. Pendidikan dan pelatihan yang telah dilaksanakan

diantaranya adalah Training of Trainers Continuing

Judicial Education (Pelatihan Hakim Berkelanjutan), Diklat

Pembekalan Program PPC Terpadu (Training of Mentor),

Program Pendidikan Pelatihan Calon Hakim (PPC Terpadu),

Pelatihan Hakim Berkelanjutan bagi hakim Tingkat Pertama

(masa kerja 1-5 tahun), dan Diklat Kekhususan atau

Sertifikasibagitenagateknisperadilan.DiklatKekhususan

meliputiSertifikasiEkonomiSyariah,SertifikasiMediator,

Sertifikasi Hakim Pengadilan Hubungan Industrial,

SertifikasiHakimPengadilanPerikanan,SertifikasiHakim

PengadilanNiaga,SertifikasiHakimdalamPerkaraKorupsi,

Pelatihan Teknis Fungsional Hakim Anak, Pelatihan Teknis

Fungsional Hukum Lingkungan, Pelatihan Hakim Ad Hoc

Tipikor, serta Diklat Terpadu Hakim dan Jaksa.

Pendidikan dan pelatihan yang dilakukan Mahkamah

Agung belum mampu menjangkau semua hakim yang

tersebar di seluruh wilayah Indonesia dikarenakan

keterbatasan anggaran dan sumber daya manusia.1 Hakim

yang telah mendapatkan kesempatan mengikuti program

pendidikan dan pelatihan sebanyak 530 hakim yang terdiri

dari Diklat PPC I Tahun 2011 sebanyak 215 peserta, Diklat

PPC II Tahun 2012 sebanyak 215 peserta, Diklat Hakim

1 Mahkamah Agung, Laporan Tahunan Mahkamah Agung Republik Indonesia Tahun 2011.

Page 63: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

48

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PENDAHULUAN

Tipikor sebanyak 120 peserta, Diklat Hakim Niaga sebanyak

40 peserta, Diklat Hakim PHI sebanyak 40 peserta, Diklat

Hakim Perikanan sebanyak 40 peserta, Diklat Hakim

Mediasi sebanyak 50 peserta, Diklat Hakim Ekonomi Syariah

sebanyak 40 peserta, Diklat Hakim Berkelanjutan (Umum)

sebanyak 160 peserta, Diklat Hakim Berkelanjutan (Agama

dan TUN) sebanyak 160 peserta.2 Jumlah hakim yang telah

mengikuti pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan

Mahakamah Agung relatif masih sedikit dibandingkan

dengan jumlah seluruh hakim pada tahun 2012 sebanyak

7.922 hakim belum termasuk hakim peradilan militer.3

Upaya peningkatan kapasitas hakim mengenai

pengetahuan hukum dan komitmen terhadap KEPPH,

tidak saja menjadi tanggung jawab Mahakmah Agung

melainkan juga menjadi tanggungjawab Komisi Yudisial

sebagaimana diamanatkan Pasal 20 UU No. 18 Tahun 2011

tentang Perubahan Atas UU No. 22 Tahun 2004 tentang

Komisi Yudisial yang menyatakan bahwa “Komisi Yudisial

mempunyai tugas mengupayakan peningkatan kapasitas

dan kesejahteraan Hakim”. Komisi Yudisial sudah

melakukan peningkatan kapasitas hakim sejak tahun 2008,

meskipun secara resmi diamanatkan pada tahun 2011.

Pelaksanaan peningkatan kapasitas hakim sebelum

tahun 2011 dilakukan melalui kegiatan lokakarya dan

pelatihan Hak Asasasi Manusia. Kegiatan lokakarya

pada tahun 2008, dilaksanakan di 9 kota dengan tema

2 Pusdikat Kumdil Mahkamah Agung, Laporan Tahunan Pusdiklat Teknis Peradilan Mahkamah Agung, Tahun 2012.

3 Komisi Yudisial, Sistem Informasi Manajemen Rekam Jejak Hakim Komisi Yudisial, Tahun 2012.

Page 64: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

49

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PENDAHULUAN

“Membangun Komitmen Bersama Dalam Mewujudkan

Hakim Yang Jujur, Kompeten, Berwibawa, dan Profesional”.

Pada tahu 2009, kegiatan lokakarya dilaksanakan di 9 kota

dengan tema yang disesuaikan dengan kebutuhan hakim di

masing-masing kota. Pada tahun 2010, kegiatan lokakarya

dilaksanakan di 6 kota dengan tema sesuai dengan kebutuhan

hakim di masing-masing kota. Pada tahun 2011, lokakarya

dilaksanakan di 4 kota yang bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan dan kapasitas hakim dalam membuat putusan,

melakukan penalaran hukum, dan aspek aksiologi atau

pengakomodasian nilai keadilan dan kemanfaatan putusan

hakim, serta peningkatan pemahaman hakim terhadap

Kode Etik dan Pedoman perilaku Hakim. Selain kegiatan

lokakarya, pada tahun 2010 dan 2011 juga diselenggarakan

pelatihan Hak Asasi Manusia (HAM) bagi hakim yang

dilaksanakan di dua kota pada setiap tahun. Pelatihan HAM

tersebut diselenggarakan Komisi Yudisial bekerjasama

dengan Norwegian Center of Human Rights (NCHR) dan

Pusat Studi hak Asasi Manusia Universitas Islam Indonesia

(Pusham UII).

Sejak mendapatkan amanat untuk meningkatkan

kapasitas hakim melalui UU No. 18 Tahun 2011, Komisi

Yudisial merancang program peningkatan kapasitas hakim

yang kemudian hasilnya dituangkan dalam Peraturan

Komisi Yudisial No. 3 Tahun 2013 tentang Grand Desain

Peningkatan Kapasitas Hakim (GDPKH).4 GDPKH

berfungsi sebagai acuan bagi Komsisi Yudisial dan pihak

lain yang terlibat dalam pelaksanaan program peningkatan

4 Komisi Yudisial, Peraturan Komisi Yudisial tentang Grand Design Peningkatan Kapasitas Hakim, Peraturan Komsiis Yudisial No. 3 Tahun 2013.

Page 65: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

50

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PENDAHULUAN

kapasitas hakim.5 Rencana aksi peningkatan kapasitas

hakim dalam GDPKH meliputi Program Pelatihan KEPPH,

Program Pelatihan Khusus, Pelatihan Tematik, Program

Penyelenggaraan Forum Yudisial, Program Penyediaan

Bacaan Hakim, Program Penyediaan Situs/Pelatihan

bagi Hakim, dan Program Pengiriman Hakim Penerima

Beasiswa. Program dalam rencana aksi tersebut diantaranya

berupa program pelatihan. Program pelatihan yang telah dilaksanakan bersamaan

dengan proses penyelesaian penysusunan GDPKH pada

tahun 2012 sampai dengan awal tahun 2013 yaitu Pelatihan

Tematik Hukum Pidana Khusus Bagi Hakim Tinggi yang

dilaksanakan di Medan yang diikuti 35 peserta, Pelatihan

Tematik Hukum Pidana Khusus Bagi Hakim Tinggi yang

dilaksanakan di Makassar yang melibatkan sebanyak 20

peserta, Pelatihan Tematik Ekonomi Syariah Bagi Hakim

Pengadilan Agama yang dilaksanakan di Bandung dengan

54 peserta, dan Pelatihan Tematik Bagi Hakim dilingkungan

Peradilan Militer yang dilaksanakan di Surabaya yang diikuti

sebanyak 28 peserta. Program pelatihan yang akan segera

dilaksanakan pada semester kedua tahun anggaran 2013

diantaranya adalah Pelatihan Tematik Sengketa TUN Bagi

Hakim dilingkungan Peradilan TUN, Pelatihan Tematik

Hukum Perdata Bagi Hakim dilingkungan Peradilan Umum,

dan Pelatihan Tematik Bagi Hakim dilingkungan Pengadilan

Tinggi.

Secara konsepsional, GDPKH mengharuskan program

pelatihan peningkatan kapasitas hakim dilaksanakan secara

5 Komisi Yudisial, Grand Design Peningkatan Kapasitas Hakim, hlm. 11.

Page 66: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

51

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PENDAHULUAN

terencana, berkelanjutan, terukur, dan komprehensif.

Terencana mengandung maksud bahwa pelatihan

peningkatan kapasitas hakim harus direncanakan secara

matang dengan memperhatikan kebutuhan penbingkatan

kapasitas hakim dan kemampuan sumber daya manusia dan

anggaran Komisi Yudisial. Berkelanjutan berarti pelaksanaan

pelatihan peningkatan kapasitas hakim dilaksanakan secara

berkesinambungan dengan model pendidikan berjenjang.

Terukur artinya bahwa pelatihan peningkatan kapasitas

hakim harus dapat diukur baik dari segi materinya,

prosesnya, produk/output-nya, maupun outcome-nya.

Komprehensif mengandung pengertian bahwa pelatihan

peningkatan kapasitas hakim harus dapat mengcover

kebutuhan peningkatan kapasitas hakim baik dari aspek

pengetahuan hukum maupun aspek komitmen terhadap

KEPPH. Pelaksanaan program pelatihan peningkatan

kapasitas hakim yang terencana, berkelanjutan, terukur,

dan komprehensif memerlukan panduan sebagai acuan bagi

pelaksana dalam mendesain, melaksanakan, menentukan

standar mutu, dan mengukur penyelenggaran pelatihan.

Untuk itu, Komisi Yudisial merasa perlu menyusun Panduan

Penyelenggaraan Pelatihan Peningkatan Kapasitas Hakim.

B. Maksud Dan Tujuan

Penyusunan panduan penyelenggaraan pelatihan

peningkatan kapasitas hakim ini dimaksudkan untuk

menjadi acuan bagi penyelenggara pelatihan peningkatan

kapasitas.

Penyusunan panduan penyelenggaraan pelatihan

peningkatan kapasitas hakim ini bertujuan untuk:

Page 67: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

52

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PENDAHULUAN

1. Memberikan panduan dalam menyelenggarakan

pelatihan peningkatan kapasitas hakim dalam

merencanakan, melaksanakan, menetapkan standar

mutu, dan melakukan monitoring dan evaluasi

pelatihan.

2. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pelatihan

peningkatan kapasitas hakim secara terencana,

berkelanjutan, terukur, dan komprehensif.

C. Sasaran

Sasaran penysunan panduan penyelenggaraan

pelatihan peningkatan kapasitas hakim ini adalah sebagai

berikut:

1. Unit kerja pada Komisi Yudisial atau pengelola

pelatihan peningkatan kapasitas hakim yang

bertanggungjawab dalam peningkatan kapasitas

hakim.

2. Tim fasilitator pelatihan peningkatan kapasitas hakim

baik yang ada dilingkungan Komisi Yudisial maupun

pihak lain yang dilibatkan menjadi fasilitator atau

pengelola latihan.

3. Peserta pelatihan sebagai penerima manfaat dari

penyelenggaraan pelatihan peningkatan kapasitas

hakim.

D. Manfaat

Manfaat penyusunan panduan penyelenggaraan

pelatihan peningkatan kapasitas hakim ini adalah sebagai

berikut:

1. Manfaat bagi penyelenggara pelatihan yaitu dapat

Page 68: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

53

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PENDAHULUAN

merencanakan, melaksanakan, menetapkan standar

mutu pelatihan, dan melakukan monitoring dan

evaluasi pelatihan sesuai dengan tujuan peningkatan

kapasitas hakim.

2. Manfaat bagi fasilitator yaitu tersedianya acuan yang

jelas dalam memfasilitasi pelatihan peningkatan

kapasitas hakim sehingga materi pelatihan dapat

disampaikan sesuai dengan tujuan peningkatan

kapasitas hakim.

3. Manfaat bagi peserta pelatihan yaitu mendapatkan

jaminan mengikuti pelatihan yang terencana dan

terukur dengan baik.

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup panduan penyelenggaraan pelatihan

peningkatan kapasitas hakim ini mencakup:

1. Perencanaan pelatihan;

2. Penyelenggaraan pelatihan;

3. Standar mutu pelatihan; dan

4. Monitoring dan evaluasi pelatihan.

F. Dasar Hukum

1. Pasal 24B Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indopnesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 Tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14

Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 3,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4958);

Page 69: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

54

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PENDAHULUAN

3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang

Komisi Yudisial (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2004 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4415) sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011

Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5250);

4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 68

Tahun 2012 tentang Sekretariat Jenderal Komisi

Yudisial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2012 Nomor 151);

5. Peraturan Komisi Yudisial Republik Indonesia Nomor

3 Tahun 2013 Tentang Grand Desidn Peningkatan

Kapasitas Hakim (Berita Negara Republik Indonesia

Tahun 2013 Nomor 383);

6. Peraturan Bersama Mahkamah Agung dan Ketua

Komisi Yudisial Republik Indonesia Nomor: 02/PB/

MA/IX/2012; Nomor: 02/PN/P.KY/09/2012 Tentang

Panduan Penegakkan Kode Etik Dan Pedoman

Perilaku Hakim;

7. Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik

Indonesia dan Ketua Komisi Yudisial Republik

Indonesia Nomor: 047/KMA/SKB/IV/2009; Nomor:

02/SKB/P.KY/IV/2009 Tentang Kode Etik dan

Pedoman Perilaku Hakim.

8. Peraturan Sekretaris Jenderal Komisi Yudisial

Republik Indonesia Nomor 04 Tahun 2012 Tentang

Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal Komisi

Yudisial Republik Indonesia;

Page 70: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

55

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PENDAHULUAN

G. Pengertian-Pengertian

Dalam Panduan Penyelenggaraan Pelatihan

Peningkatan Kapasitas Hakim ini yang dimaksud dengan:

1. Hakim adalah hakim agung dan hakim pada badan

peradilan dilingkungan peradilan umum, peradilan

agama, peradilan militer, dan peradilan tata usaha

Negara yang berada dibawah Mahkamah Agung,

termasuk hakim ad hoc dan hakim pengadilan pajak

yang mempunyai kewenangan untuk menegakkan

hukum dan keadilan.

2. Kapasitas Hakim adalah kemampuan intelektual dan

moralitas yang harus dimiliki hakim sebagai pelaksana

kekuasaan kehakiman dalam rangka menegakkan

hukum dan keadilan.

3. Peningkatan Kapasitas Hakim adalah kegiatan yang

dilakukan Komisi Yudisial untuk mengupayakan agar

hakim memiliki kemampuan intelektual dan moralitas

sehingga menjadi hakim yang bersih, jujur, dan

profesional.

4. Pelatihan adalah keseluruhan kegiatan untuk

memberi, memperoleh, meningkatkan, serta

mengembangkan kompetensi, pengetahuan, disiplin,

sikap, dan ketrampilan serta keahlian.

5. Kode Etik Profesi Hakim adalah aturan tertulis yang

harus dipedomi oleh setiap Hakim Indonesia dalam

melaksanakan tugas profesi sebagai Hakim.

6. Pedoman Tingkah Laku (Code of Conduct) Hakim

adalah penjabaran dari kode etik profesi Hakim yang

menjadi pedoman bagi Hakim Indonesia, baik dalam

menjalankan tugas profesinya untuk mewujudkan

Page 71: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

56

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PENDAHULUAN

keadilan dan kebenaran maupun dalam pergaulan

sebagai anggota masyrakat yang harus dapat

memberikan contoh dan tauladan dalam kepatuhan

dan ketaatan kepada hukum.

7. Pelatihan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim

adalah pelatihan yang menitik-beratkan pada ranah

afektif yang berkenaan dengan hasil belajar yang

berhubungan dengan sikap.

8. Pelatihan Khusus adalah pelatihan yang menitik

beratkan pada ranah psikomotorik seorang hakim

yang berkenan dengan hasil belajar ketrampilan dan

kemampuan bertindak.

9. Pelatihan Tematik adalah pelatihan yang menitik-

beratkan pada peningkatan kemampuan ranah

kognitif yang berhubungan dengan kemampuan

pengetahuan hukum dari seorang hakim yang terdiri

dari pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,

sintesa dan evaluasi.

10. Kurikulum adalah seperangkat atau sistem rencana

dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran

serta cara yang digunakan sebagai pedoman untuk

menggunakan aktivitas belajar dan mengajar.

11. Kompetensi adalah ketrampilan yang diperlukan

seseorang yang ditunjukkan oleh kemampuannya

untuk dengan konsisten memberikan tingkat kinerja

yang memadai atau tinggi dalam suatu fungsi

pekerjaanspesifik.

12. Materi ilmu pengetahuan, kebijakan, atau

keterampilan yang perlu disampaikan kepada peserta

untuk mencapai tujuan pelatihan.

Page 72: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

57

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PENDAHULUAN

13. Alokasi waktu pelatihan yaitu jumlah waktu yang

diperlukan dalam menyelesaikan suatu materi yang

proporsinya disesuaikan dengan antara materi dasar,

materi inti, dan materi penunjang.

14. Metode Pelatihan adalah cara penyajian materi

pelatihan oleh Instruktur kepada peserta pelatihan.

15. Proses pelatihan langkah-langkah kegiatan

pembelajaran yang dimulai dari pembukaan yang

dilanjutkan dengan langkah-langkah kegiatan yang

lain sampai dengan penutupan.

16. Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP)

adalah uraian dari setiap materi pembelajaran, alokasi

waktu yang dibutuhkan, tujuan pembelajaran, pokok

bahasan dan sub pokok bahasan, metode, media, alat,

dan referensi yang digunakan.

17. Beban Belajar adalah rumusan satuan waktu

yang dibutuhkan oleh peserta pelatihan dalam

mengikuti program pembelajaran melalui sistem

tata muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan

mandiri tidak terstruktur untuk mencapai standard

kompetensi lulusan serta kemampuan lainnya dengan

memperhatikan tingkat perkembangan peserta

pelatihan.

18. Fasilitator adalah orang yang berfungsi menstimulus

dinamika forum dan mengendalikan pelatihan guna

mewujudkan tujuan pelatihan;

19. Narasumber adalah orang yang berperan dalam

memberikan pengantar mengenai materi tertentu dan

memberikan sharing pengetahuan terhadap topik-

topik yang menjadi pertanyaan peserta pelatihan.

Page 73: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

58

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PENDAHULUAN

20. Standar produk/output adalah standard hasil yang

dapat diperoleh ketika proses pelatihan selesai

dilakukan.

21. Standar dampak/outcome adalah standard hasil yang

diperoleh berdasarkan efek jangka panjang dari proses

pelatihan.

22. Evaluasi Pelatihan adalah penilaian terhadap capaian

peserta pelatihan dan pelaksanaan kegiatan pelatihan.

23. Monitoring adalah aktivitas yang dilakukan

pimpinan untuk melihat dan memantau jalannya

kegiatan, melihat faktor pendukung dan penghambat

pelaksanaan kegiatan, dan mengkaji kesesuaian

pelaksanaan kegiatan dengan rencana kegiatan.

24. Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis didalam

mengumpulkan data, menganalisis, menginterpretasi

data atau informasi untuk dapat digunakan pembuat

keputusan dalam rangka menjawab permasalahan

yang muncul demi kemajuan dan penyempurnaan

kegiatan.

Page 74: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

59

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

BAB II

PERENCANAAN PELATIHAN

A. Identifikasi Kebutuhan Pelatihan

Identifikasi kebutuhan pelatihan diperlukan untuk

menyiapkan program pelatihan yang akan dilakukan.

Hasil identifikasi ini menjadi dasar dalam merencanakan

atau menyusun desain pelatihan, sehingga pelatihan

yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan peningkatan

kapasitashakim.Identifikasikebutuhanpelatihaninidapat

dilakukan melalui:

1. Pemetaan laporan masyarakat yang disampaikan

kepada Komisi Yudisial terhadap hakim yang diduga

melakukan pelanggaran KEPPH. Pemetaan laporan

masyarakat ini dapat digunakan untuk menggali data

dan informasi mengapa hakim dilaporkan kepada

Komisi Yudisial. Secara umum dari laporan masyarakat

dapat ditemukan bentuk-bentuk pelanggaran yang

masih sering dilakukan hakim yang secara garis besar

dapat dikelompokkan menjadi:

a. Pelanggaran perilaku murni,

b. Pelanggaran terhadap hukum acara, dan

c. Kurangnya pengetahuan hakim terhadap

pengetahuan hukum yang berkembang secara

dinamis.

2. Menggali dokumen pelatihan yang telah dilakukan

sebelumnya baik yang dilakukan Balitbang Diklat

Kumdil Mahkamah Agung maupun berbagai kegiatan

Komisi Yudisial yang terkait seperti lokakarya KEPPH,

peningkatan profesionalisme hakim, dan kegiatan-

Page 75: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

60

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PERENCANAAN PELATIHAN

kegiatan riset. Dari dokumen-dokumen tersebut dapat

diketahui mengenai materi pelatihan yang pernah

diberikan, hakim yang pernah terlibat dalam pelatihan,

lingkungan peradilan yang sering mendapatkan

pelatihan, dan kekurangan-kekurangan dalam

pelaksanaan pelatihan yang pernah dilakukan. Dengan

pemahaman tersebut diharapkan penyelenggaraan

pelatihan peningkatan kapasitas hakim yang akan

dilaksanakan dapat tepat guna dan tepat sasaran.

3. Menggali informasi melalui wawancara dengan

pihak-pihak terkait terutama Balitbang Diklat Kumdil

Mahkamah Agung sebagai penyelenggara pendidikan

dan latihan calon hakim dan pendidikan hakim

lanjutan, para tenaga pelatih atau pengajar, hakim

sebagai mantan peserta pendidikan dan latihan,

akdemisi, dan LSM bidang hukum, serta para hakim

sebagai calon penerima pelatihan. Hasil wawancara

mendalam terhadap berbagai informasi tersebut

sangat membantu untuk merencanakan program

pelatihan peningkatan kapasitas hakim baik dari

segi output yang akan dihasilkan maupun dari segi

kemanfaatan pelatihan bagi peserta guna menunjang

peningkatan kinerja hakim dalam menjalankan tugas

memeriksa, mengadili, dan memutus perkara.

4. Menggali informasi melalui diskusi terfokus (FGD)

yang melibatkan stakeholders terkait seperti Balitbang

Diklat Kumdil Mahkamah Agung, para tenaga

pelatih atau pengajar, hakim sebagai mantan peserta

pendidikan dan latihan, akdemisi, dan LSM bidang

hukum, serta hakim sebagai calon peserta program

Page 76: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

61

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PERENCANAAN PELATIHAN

pelatihan peningkatan kapasitas hakim. Melalui

kegiatan FGD ini dapat dirumuskan gambaran awal

mengenai metode pelatihan yang akan dilaksanakan,

kurikulum pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan

hakim, modul pelatihan sebagai bahan pegangan,

serta sarana dan prasarana pelatihan yang diperlukan.

B. Jenis Pelatihan

Jenis pelatihan yang akan dilaksanakan semestinya

disesuaikan dengan hasil identifikasi kebutuhan pelatihan

sehingga pelatihan yang akan dilaksanakan sesuai dengan

kebutuhan hakim. Secara umum analisis kebutuhan

pelatihan sudah dilakukan pada saat penyusunan Grand

Design Peningkatan Kapasitas Hakim, dimana peningkatan

kapasitas hakim yang akan dilakukan menitik-beratkan pada

dua aspek yaitu aspek kemampuan pengetahuan hukum

dan aspek komitmen terhadap KEPPH. Aspek kemampuan

pengetahuan hukum meliputi penguasaan terhadap

asas-asas hukum, kaidah-kaidah hukum, pemahaman

terhadap peraturan perundang-undangan yang relatif baru,

penguasaan terhadap bidang-bidang hukum pada sektor-

sektor kehidupan masyarakat, dan penguasaan terhadap

metode penerapan dan penemuan hukum. Sedangkan aspek

komitmen terhadap KEPPH meliputi komitmen untuk

memahami, menerapkan, dan menegakkan KEPPH.

Kedua aspek peningkatan kapasitas hakim diatas,

jika dilihat dengan pendekatan psikologi pendidikan,

maka dapat diklasifikasikan bahwa aspek kemampuan

pengetahuan hukum berkaitan erat dengan ranah kognitif

dan psikomotorik hakim, meskipun dalam tataran tertentu

Page 77: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

62

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PERENCANAAN PELATIHAN

tidak dapat dipisahkan dari ranah afektif. Sementara

aspek komitmen untuk memahami, menerapkan, dan

menegakkan KEPPH berkaitan erat dengan ranah afektif dan

psikomotorik, meskipun tidak dapat dipisahkan secara tegas

dari ranah kognitif. Dengan demikian pelatihan peningkatan

kapasitas hakim yang dilaksanakan Komisi Yudisial harus

mencakup penguatan kepribadian hakim (aspek afektif),

peningkatan ketrampilan hakim dalam memeriksa,

mengadili, dan memutus perkara (psikomotorik), dan

peningkatan pengetahuan hukum hakim (aspek kognitif).

Berdasarkan analisis kebutuhan pelatihan dan

pendekatan psikologi pendidikan diatas, Grand Design

Peningkatan Kapasitas Hakim mengklasifikasikan jenis

pelatihan menjadi tiga jenis yaitu; Pelatihan KEPPH,

Pelatihan Khsusus, dan Pelatihan Tematik.

1. Pelatihan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim

(KEPPH).

Pelatihan KEPPH merupakan pelatihan yang

menitik beratkan pada ranah afektif. Ranah afektif

adalah hasil belajar yang berhubungan dengan sikap.

Menurut Kratyhwohl ranah afektif meliputi aspek-

aspek sebagai berikut:

a. Penerimaan, yaitu kemampuan yang berhubungan

dengan kemauan untuk mengikuti fenomena

khusus atau stimulus.

b. Penanganan, yaitu kemampuan yang berkaitan

dengan partisipasi aktif dari peserta.

c. Penghargaan, yaitu kemampuan yang berkaitan

dengan penilaian/penghargaan peserta terhadap

suatu objek, gejala atau tingkah laku.

Page 78: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

63

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PERENCANAAN PELATIHAN

d. Pengorganisasian, yaitu kemampuan yang

berhubungan dengan mempersatukan nilai-

nilai yang berbeda, menyelesaikan pertentangan

antara nilai-nilai tersebut, dan mulai membangun

satu sistem nilai-nilai yang konsisten.

e. Pengkarakterisasian, yaitu kemampuan untuk

memiliki sistem nilai yang mengontrol tingkah

lakunya untuk jangka waktu yang cukup lama

untuk mengembangkan suatu ciri daya kehidupan

(Krathwohl, 1964: 40-50).

Selain itu ranah afektif juga mencakup

kemampuan mengelola perasaan dan emosi.

Berdasarkan aragumen diatas, maka Pelatihan KEPPH

ini lebih menekankan bagaimana hakim supaya lebih

bisa mengerti, memahami dan menginternalisasikan

KEPPH kedalam dirinya, sehingga dapat meningkatkan

kepekaan nurani dan kecerdasan emosional hakim.

2. Pelatihan Khusus

Pelatihan Khusus menitik-beratkan pada ranah

psikomotorik seorang hakim yang berkenaan dengan

hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak

yang menurut Simpson terdiri dari aspek-aspek

sebagai berikut:

a. Persepsi, yaitu kemampuan yang berhubungan

dengan penggunaan indra untuk memperoleh

petunjuk yang membimbing kegiatan motorik.

b. Kesiapan, yaitu kesediaan untuk mengambil jenis

aksi atau tindakan yang mencakup kesediaan

materiil,kesiapanfisik,dankemauanmemberikan

reaksi.

Page 79: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

64

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PERENCANAAN PELATIHAN

c. Respon terpimpin, yaitu langkah permulaan

dalam mempelajari keterampilan yang kompleks.

d. Mekanisme, yaitu kemampuan yang menunjukkan

bahwa respon yang dipelajari telah menjadi

kebiasaan dan gerakan-gerakan yang dapat

dilakukan dengan kepercayaan dan kemahiran.

e. Respon nyata yang kompleks, yaitu kemampuan

yang sangat terampil dari gerakan motorik yang

memerlukan gerakan yang kompleks.

f. Penyesuaian, yaitu keterampilan yang telah

berkembang dengan baik, sehingga peserta dapat

mengubah pola gerakannya untuk disesuaikan

dengan persyaratan khusus untuk situasi yang

bermasalah.

g. Organisasi, yaitu kemampuan yang berhubungan

dengan penciptaan pola-pola gerakan yang baru

untuk menyesuaikan dengan situasi dan masalah

yang khusus. (Simpson, 1971: 30-40).

Berkaitan dengan tugas hakim memeriksa,

mengadilli, dan memutus perkara maka pada pelatihan

khusus ini hakim akan dibekali dengan keterampilan

melaksanakan hukum acara yang merupakan

prosedur yang digunakan hakim dalam memeriksa,

mengadili, dan memutus perkara. Materi yang akan

disampaikan berkaitan dengan teknik membaca

berkas, teknik persidangan, teknik pemeriksaan, dan

teknik membuat putusan.

3. Pelatihan Tematik

Pelatihan tematik menitik-beratkan pada

peningkatan kemampuan ranah kognitif yang

Page 80: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

65

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PERENCANAAN PELATIHAN

berhubungan dengan kemampuan pengetahuan

hukum dari seorang hakim yang terdiri dari

pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,

sintesa dan evaluasi.

a. Pengetahuan, yaitu kemampuan untuk mengerti,

menginterpretasikan, dan menyatakan kembali

dalam bentuk lain dari materi yang dipelajari.

b. Pemahaman, yaitu kemampuan untuk menangkap

pengertian dari sesuatu.

c. Aplikasi, yaitu kemampuan untuk menggunakan apa

yang telah dipelajari dalam situasi konkret yang

baru.

d. Analisis, yaitu kemampuan untuk menguraikan

sesuatu materi kedalam bagian-bagiannya,

sehingga struktur organisasinya dapat dipahami.

e. Sintesis, yaitu kemampuan untuk menggabungkan

bagian-bagian dan untuk membentuk keseluruhan

yang baru.

f. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk

mempertimbangkan nilai suatu materi untuk

tujuan-tujuan yang telah ditentukan (Bloom,

1960: 15-30).

Dalam pelatihan tematik ini seorang hakim akan

diberi pelatihan secara bertingkat yang terdiri dari

aspek pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,

sintesis, dan evaluasi tentang permasalahan hukum

yang berkembang secara dinamis sesuai dengan

dinamika sosial masyarakat. Setelah mengikuti

pelatihan ini diharapkan pemahaman hakim terhadap

perkembangan hukum yang baru lebih bisa meningkat.

Page 81: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

66

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PERENCANAAN PELATIHAN

C. Metode Pelatihan

Metode pelatihan sangat berperan untuk mencapai

tujuan pelatihan. Pemilihan metode pelatihan harus

mempertimbangkan karakteristik calon peserta pelatihan.

Calon peserta pelatihan peningkatan kapasitas hakim adalah

hakim pada semua lingkungan peradilan yang berada di

bawah Mahkamah Agung. Secara umum karakteristik hakim

adalah sebagai berikut:

1. Hakim mempunyai pengetahuan dan pengalaman

tertentu yang masing-masing berbeda satu sama lain.

2. Hakim lebih suka diajak sharing daripada digurui.

3. Pada umumnya lebih menyukai hal-hal yang bersifat

praktis, hanya mau memperhatikan dengan baik

apabila materinya dianggap perlu bagi mereka.

4. Pada umumnya lebih suka dihargai daripada

disalahkan.

5. Biasanya membutuhkan suasana yang akrab dengan

menjalin hubungan yang erat.

6. Lebih menyukai cara belajar yang melibatkan mereka.

Sesuai dengan karakteristik hakim diatas, metode

pelatihan yang sesuai adalah metode pendidikan bagi

orang dewasa (andragogy system). Metode pendidikan

bagi orang dewasa yang diperkenalkan Malcolm Knowles

yang beranggapan bahwa orang dewasa mempunyai banyak

pengalaman yang beragam dalam hidupnya. Metode

pendidikan orang dewasa kerap dipertentangkan dengan

metode pendidikan bagi anak (paedagogy system).

Malcolm Knowles menengarahi adanya empat asumsi

pokok dalam pendekatan andragogi:

1. Konsep Diri.

Page 82: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

67

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PERENCANAAN PELATIHAN

Asumsinya bahwa kesungguhan dan kematangan

diri seseorang bergerak dari ketergantungan total

(realita pada bayi) menuju ke arah pengembangan diri

sehingga mampu mandiri dan mengarahkan dirinya

sendiri. Secara umum konsep diri pada orang dewasa

sudah mandiri sehingga orang dewasa membutuhkan

penghargaan dari orang lain sebagai manusia yang

mampu menentukan (self determination) dan

mengarahkan dirinya (self direction). Apabila orang

dewasa tidak diberi kesempatan untuk mengambil

keputusan atas dirinya sendiri, maka akan timbul

penolakan atau reaksi yang kurang menyenangkan.

2. Peran Pengalaman.

Asumsinya adalah setiap individu membutuhkan

proses untuk tumbuh dan berkembang menuju

kematangan. Setiap individu mengalami dan

mengumpulkan berbagai pengalaman hidup sebagai

sumber belajar yang kaya, dan pada saat yang

bersamaan memberikan dasar untuk belajar dan

memperoleh pengalaman baru. Dalam pelatihan

orang dewasa lebih mengembangkan teknik yang

bertumpu pada pengalaman, atau yang dikenal

dengan “experiential learning cycle” (proses belajar

berdasarkan pengalaman). Hal ini berimplikasi

terhadap pemilihan dan penggunaan metode serta

teknik pelatihan, yang lebih banyak menggunakan

diskusi kelompok, curah pendapat, kerja laboratori,

kunjungan lapangan, dan melakukan latihan-latihan.

3. Kesiapan Belajar.

Asumsinya bahwa semakin matang individu,

Page 83: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

68

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PERENCANAAN PELATIHAN

maka kesiapan belajarnya bukan ditentukan oleh

kebutuhan atau paksaan akademik, tetapi lebih banyak

dipengaruhi oleh beban tugas dan peran sosialnya.

Hal ini membawa implikasi terhadap pilihan materi

belajar dan metode yang digunakan dalam pelatihan,

yang perlu disesuaikan dengan kebutuhan peserta.

4. Orientasi Belajar.

Orientasi belajar pada orang dewasa berpusat

pada pemecahan masalah yang dihadapi (problem

centered orientation). Bagi orang dewasa, proses

belajar merupakan kebutuhan untuk memecahkan

masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-

hari, terutama berkaitan dengan tugas dan fungsinya

sebagai hakim. Hal ini menimbulkan implikasi

terhadap materi belajar yang hendaknya bersifat

praktis dan dapat segera diterapkan.

Empat asumsi dasar diatas menjadi dasar dalam

membangun suasana pembelajaran.

Suasana pelatihan yang perlu dibangun dalam proses

pelatihan dengan metode sistem andragogi adalah sebagai

berikut:

1. Partisipasi aktif yang merata dari semua peserta

Proses belajar pada orang dewasa mensyaratkan

partisipasi aktif dari semua peserta. Peserta harus

mendapat kesempatan untuk memperhatikan,

mendengarkan, berbicara, dan melakukan. Jika

terdapat peserta yang mengalami kesulitan untuk

terlibat dalam proses tersebut, adalah tugas fasilitator

untuk membantunya.

2. Suasana yang saling menghargai

Page 84: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

69

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PERENCANAAN PELATIHAN

Seseorang dapat belajar dengan lebih baik

dalam suasana yang aman, saling mempercayai dan

menghargai semua pendapat. Kegagalan membangun

kepercayaan akan menimbulkan saling kecurigaan

yang akan membuat proses belajar tidak optimal.

3. Suasana serius tapi santai

Ketegangan yang berlebihan harus bisa dihindari

dalam proses belajar. Seandainya ketegangan terjadi,

fasilitator hendaknya segera mencairkan suasana.

Suasana belajar yang serius tetapi santai, akan lebih

membuka cakrawala belajar.

D. Kurikulum Pelatihan

Kurikulum pelatihan peningkatan kapasitas hakim

secara umum meliputi:

1. Kompetensi peserta yang ingin dicapai.

Kompetensi peserta yang ingin dicapai melalui

pelatihan peningkatan kapasitas hakim dapat

dirumuskansesuaidenganhasilidentifikasikebutuhan

diasumsikan dapat menghasilkan kebutuhan-

kebutuhan peningkatan kapasitas yang diperlukan

bagi hakim untuk menjalankan tugasnya.

Kompetensi peserta yang ingin dicapai melalui

pelatihan peningkatan kapasitas hakim mencakup

kompetensi pada ranah afektif (sikap), pada ranah

psikomotorik (keterampilan), dan pada ranah kognitif

(pengetahuan). Kompetensi pelatihan. Perumusan

kompetensi yang ingin dicapai ini dapat dilakukan

melalui training need assessment (TNA) atau metode

lain yang dipilih. Perumusan kompetensi peserta

Page 85: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

70

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PERENCANAAN PELATIHAN

pelatihan peningkatan kapasitas hakim lebih banyak

dirumuskan melalui kegiatan pemetaan laporan

masyarakat yang peserta pelatihan peningkatan

kapasitas hakim disusun menurut jenis pelatihan yang

telah ditetapkan dalam Grand Design Peningkatan

Kapasitas Hakim yaitu Pelatihan KEPPH, Pelatihan

Khusus, dan Pealtihan Tematik. Kompetensi peserta

pelatihan KEPPH lebih menitik-beratkan pada aspek

afektif. Kompetensi peserta pelatihan khusus lebih

menitikberatkan pada aspek psikomotorik. Kompetensi

peserta pelatihan tematik lebih menitikberatkan pada

ranah kognitif.

Secara garis besar, kompetensi peserta pelatihan

peningkatan kapasitas hakim berdasarkan jenis

pelatihan adalah sebagai berikut:

NOJENIS

PELATIHANKOMPETENSI

1 Pelatihan KEPPH a. Memahami KEPPH.b. Menerapkan KEPPH dalam

melaksanakan tugas kedinasan dan kehidupan sehari-hari.

c. Menegakkan KEPPH dilingkungan kerjanya.

2 Pelatihan Khusus a. Memahami hukum acara.b. Menerapkan hukum acara untuk

memeriksa, mengadili, dan memutus perkara dengan memperhatikan KEPPH.

c. Menghasilkan putusan yang mencerminkan nilai-nilai keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum.

3 Pelatihan Tematik a. Mengetahui perkembangan hukum.b. Mengetahui politik hukum pembuatan

peraturan perundang-undangan yang baru.

c. Menyelesaikan sengketa/perkara dengan melakukan penafsiran dan penemuan hukum.

Page 86: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

71

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PERENCANAAN PELATIHAN

2. Tujuan pelatihan.

Tujuan instruksional dibedakan menjadi dua

yaitu:

a. Tujuan instruksional umum.

Tujuan instruksional umum adalah suatu

pernyataan mengenai yang menggambarkan

kemampuan yang harus dimiliki peserta

pelatihan setelah selesai mengikuti pelatihan.

Tujuan instruksional umum merupakan

terjemahan dari “instructional goal”, sedangkan

tujuan instruksional khusus terjemahan dari

“instructional objectives”.

b. Tujuan instruksional khusus.

Tujuan instruksional khusus merupakan

penjabaran dari tujuan instruksional umum secara

lebih specifik dan terukur. Tujuan instruksional

khusus menggambarkan perubahan tingkah laku/

kemampuan yang diharapkan dimiliki peserta

pelatihan setelah mengikuti setiap jenis dan

materi pelatihan.

Tujuan instruksional umum dan tujuan

instruksional khusus dalam pelatihan peningkatan

kapasitas hakim dirumuskan berdasarkan jenis

pelatihan.

Page 87: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

72

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PERENCANAAN PELATIHAN

NOJENIS

PELATIHAN

TUJUAN INSTRUKSIONAL

UMUM

TUJUAN INSTRUKSIONAL

KHUSUS

1 Pelatihan KEPPH

Peserta mampu memahami, menjelaskan, menerapkan butir-butir KEPPH baik dalam menjalankan tugas kedinasan maupun dalam kehidupan sehari-hari.

a. Peserta mampu memahami dan menjelaskan perkembangan etika profesi hakim yang berlaku secara universal.

b. Peserta mampu menjelaskan sejarah dan urgensi penyusunan KEPPH.

c. Peserta mampu memahami dan menjelaskan butir-butir KEPPH.

d. Peserta mampu menginternalisasikan nilai-nilai KEPPH dalam kepribadiannya.

e. Peserta mampu menerapkan nilai-nilai KEPPH dalam memeriksa, mengadili, dan memutus perkara.

f. Peserta mampu menerapkan nilai-nilai KEPPH dalam kehidupan sehari-hari.

g. Peserta mampu berperan aktif dalam upaya menjaga perilaku hakim dan menegakkan pelanggaran KEPPH.

Page 88: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

73

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PERENCANAAN PELATIHAN

NOJENIS

PELATIHAN

TUJUAN INSTRUKSIONAL

UMUM

TUJUAN INSTRUKSIONAL

KHUSUS

2 Pelatihan Khusus

Peserta mampu menjelaskan dan melaksanakan hukum acara dalam memeriksa, mengadili, dan memutus perkara dengan memperhatikan KEPPH untuk menghasilkan putusan yang mencerminkan nilai-nilai keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum.

a. Peserta mampu memahami asas-asas dan kaidah-kaidah hukum acara.

b. Peserta mampu menjelaskan hukum acara yang berlaku baik yang bersifat umum maupun hukum acara khusus.

c. Peserta mampu menerapkan hukum acara dengan baik dalam memeriksa, mengadili, dan memutus perkara.

d. Peserta mampu menganalisis penerapan hukum acara dalam memeriksa, mengadili, dan memutus perkara yang telah dilakukan.

e. Peserta mahir membuat putusan yang mencerminkan nilai-nilai keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum.

Page 89: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

74

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PERENCANAAN PELATIHAN

NOJENIS

PELATIHAN

TUJUAN INSTRUKSIONAL

UMUM

TUJUAN INSTRUKSIONAL

KHUSUS

3 Pelatihan Tematik

Peserta mampu memahami, menganalisis, dan menyelesaikan sengketa yang berkaitan dengan perkembangan hukum baru baik yang sudah diatur dalam peraturan perundang-undangan maupun yang hidup dimasyarakat dengan penafsiran dan penemuan hukum.

a. Peserta mampu mengetahui, memahami, menjelaskan, dan menganalisis perkembangan hukum yang hidup di masyarakat.

b. Peserta mampu memahami dan menjelaskan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang bidang-bidang hukum tertentu yang relatif baru.

c. Peserta mampu menyelesaikan sengketa atau menangani perkara yang terkait dengan perkembangan hukum.

d. Peserta mampu melakukan penafsiran dan penemuan hukum.

3. Peserta Pelatihan.

Penentuan peserta pelatihan sangat penting

dalam penyelenggaraan suatu pelatihan, apalagi

dalam pelatihan berjenjang. Penentuan peserta dalam

pelatihan peningkatan kapasitas hakim dilakukan

dengan menetapkan kriteria atau persyaratan

dan jumlah peserta dalam setiap jenis pelatihan.

Kriteria atau persyaratan peserta ditentukan dengan

mempertimbangkan:

a. Kesesuaian dengan tugas pokok hakim.

b. Latar belakang pendidikan atau pelatihan

yang pernah diikuti, khususnya bagi pelatihan

berjenjang.

Page 90: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

75

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PERENCANAAN PELATIHAN

c. Pengalaman bekerja sesuai dengan jenis pelatihan.

d. Kriteria khusus, misalnya keterwakilan gender,

membuat makalah, dll.

Sementara jumlah peserta pelatihan ditentukan

berdasarkan tujuan pelatihan. Apabila tujuan pelatihan

lebih menitik-beratkan pada aspek afektif dan

kognitif, maka peserta pelatihan idealnya berjumlah

30 peserta atau paling banyak 35 peserta. Apabila

tujuan pelatihan lebih menitik-beratkan pada aspek

psikmotorik (keterampilan), maka peserta pelatihan

idealnya berjumlah 15-20 peserta, atau paling banyak

25 orang.

NOJENIS

PELATIHANKRITERIA PESERTA

JUMLAH PESERTA

1 Pelatihan KEPPH

1. Hakim pada semua lingkungan peradilan.

2. Telah lulus dari PPC, telah lulus Pelatihan KEPPH I, telah lulus Pelatihan KEPPH II sesuai dengan jenjang pelatihan yang diselenggarakan.

3. Masa kerja 0-5 tahun untuk Pelatihan KEPPH I, masa kerja 5-10 tahun untuk Pelatihan KEPPH II, masa kerja 10-keatas untuk Pelatihan KEPPH III.

4. Memuat makalah yang berkaitan dengan KEPPH.

Paling banyak 35 peserta

2 Pelatihan Khusus

1. Hakim pada semua lingkungan peradilan sesuai dengan Pelatihan Khusus yang diselenggarakan.

2. Telah lulus PPC.3. Masa kerja 0-10 tahun.4. Pernah menjadi anggota majelis

hakim.

Paling banyak 25 peserta

Page 91: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

76

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PERENCANAAN PELATIHAN

NOJENIS

PELATIHANKRITERIA PESERTA

JUMLAH PESERTA

3 Pelatihan Tematik

1. Hakim pada semua lingkungan peradilan sesuai dengan tema yang diangkat.

2. Telah lulus PPC.3. Masa kerja 5-15 tahun.4. Memuat makalah yang berkaitan

dengan tema yang diangkat.

Paling banyak 35 peserta.

4. Struktur Program Pelatihan dan Rancangan Pelatihan

Struktur program pelatihan merupakan

rangkaian materi yang akan disampaikan dalam

pelatihan. Rangkaian materi pelatihan disusun dalam

bentuk matrik yang memuat:

a. Materi

Materi pelatihan dapat dikategorikan

menjadi 3 kelompok, yaitu:

1) Materi Dasar, yaitu materi yang sebaiknya

diketahui oleh peserta sebagai dasar untuk

memahami materi inti. Materi dasar pada

umumnya bersifat pengetahuan, misalnya

kebijakan atau peraturan perundang-

undangan. Penyampaian materi dasar

yang bersifat kognitif ini dilakukan dengan

metode interaktif dan eksploratif dengan

persentase waktu sebesar 15-20% dari

keseluruhan jumlah jam pembelajaran.

2) Materi inti, yaitu materi yang harus diketahui

peserta untuk mencapai kompetensi yang

harus dicapai setelah pelatihan selesai.

Penyampaian materi dilakukan dengan

berbagai alternatif metode yang mendorong

Page 92: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

77

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PERENCANAAN PELATIHAN

terjadinya eksperimentasi dan eksplorasi

oleh peserta. Presentasi materi inti sebesar

60-70% dari keseluruhan jam pembelajaran.

3) Materi penunjang, yaitu materi yang

disampaikan atau dilakukan untuk

menunjang materi inti. Materi penunjang

dalam pelatihan misalnya perkenalan,

orientasi pelatihan, dan rencana tindak

lanjut. Materi penunjang perlu dirancang

sesuai dengan tujuan pelatihan yang

disampaikan dengan berbagai metode untuk

mencairkan suasana pelatihan. Pesentase

materi penunjang sebesar 15-20% dari

keseluruhan jam pembelajaran.

b. Alokasi waktu.

Alokasi waktu menggambarkan kegiatan

pelatihan yakni:

1) Kebijakan (K)/Teori (T) sebesar 40%.

2) Penugasan (P) dan Praktik (Pr) sebesar

60%.

Pembagian alokasi waktu tersebut

disesuaikan dengan bobot materi pelatihan dan

jenis pelatihan yang dilaksanakan.

Materi dan alokasi waktu pelatihan dalam

pelatihan peningkatan kapasitas hakim berdasarkan

jenis pelatihan adalah sebagai berikut:

Page 93: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

78

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PERENCANAAN PELATIHAN

Struktur Program Pelatihan KEPPH

NO MATERIALOKASI WAKTU

T P PR JUMLAH

A Materi Dasar:1. Etika Profesi2. Etika Profesi Hakim di Dunia

22

--

--

22

JUMLAH 4

B Materi Inti:1. Sejarah Kode Etik dan Pedoman

Perilaku Hakim di Indonesia.2. Prinsip-Prinsip KEPPH.3. Pelanggaran KEPPH yang berupa

perilaku murni. 4. KEPPH yang berupa beririsan antara

perilaku murni dengan hukum acara5. KEPPH yang berkaitan dengan

hukum acara6. Penanganan Laporan Masyarakat

tentang dugaan pelanggaran KEPPH di Komisi Yudisial.

4

42

2

2

4

-

22

2

2

-

-

-2

2

2

2

4

66

6

6

6

JUMLAH 34

C Materi Penunjang:1. Perkenalan dan Orientasi Belajar2. Rencana Tindak Lanjut dan Evaluasi

Pelatihan

22

--

--

22

JUMLAH 4

JUMLAH TOLAL JAM PEMBELAJARAN

42

Page 94: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

79

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PERENCANAAN PELATIHAN

Struktur Program Pelatihan Khusus

(Contoh: Hukum Acara Pidana)

NO MATERIAlokasi Waktu

T P PR JUMLAH

A Materi Dasar:1. Asas Hukum Acara Pidana2. Peraturan Perundang-undangan dan

Kebijakan tentang Hukum Acara Pidana

22

--

--

22

JUMLAH 4

B Materi Inti:1. Proses Persidangan Perkara Pidana2. Teknik Membaca Berkas.3. Teknik Pemeriksaan Persidangan. 4. Psikologi Hakim dalam Membuat

Putusan.5. Teknik Penafsiran dan Penemuan

Hukum.6. Teknik Membuat Putusan

4242

2

2

2222

2

2

--4-

2

4

64104

6

8

JUMLAH 38

C Materi Penunjang:1. Perkenalan dan Orientasi Belajar2. Rencan Tindak Lanjut dan Evaluasi

Pelatihan

22

--

--

22

JUMLAH 4

JUMLAH TOLAL JAM PEMBELAJARAN

46

Page 95: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

80

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PERENCANAAN PELATIHAN

Struktur Program Pelatihan Tematik

(Contoh: Hukum Ekonomi Syariah)

NO MATERIALOKASI WAKTU

T P PR JUMLAH

A Materi Dasar:1. Perkembangan Ekonomi Syariah.2. Peraturan Perundang-undangan dan

Kebijakan tentang Hukum Ekonomi Syariah

22

--

--

22

JUMLAH 4

B Materi Inti:1. Hukum Perbankan Syariah.2. Hukum Asuransi Syariah. 3. Hukum Pegadaian Syariah.4. Sengketa Ekonomi Syariah.5. Proses Penyelesaian Sengketa

Ekonomi Syariah

44444

22222

---22

666810

JUMLAH 34

C Materi Penunjang:1. Perkenalan dan Orientasi Belajar2. Rencan Tindak Lanjut dan Evaluasi

Pelatihan

22

--

--

22

JUMLAH 4

JUMLAH TOLAL JAM PEMBELAJARAN

42

5. Proses Pelatihan

Proses pelatihan merupakan langkah-langkah

kegiatan pembelajaran yang dimulai dari pembukaan

yang dilanjutkan dengan langkah-langkah kegiatan

yang lain sampai dengan penutupan. Proses pelatihan

peningkatan kapasitas hakim yang terdiri dari

Pelatihan KEPPH, Pelatihan Khusus, dan Pelatihan

Tematik secara umum dapat digambarkan dalam

bentuk diagram dibawah ini.

Page 96: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

81

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PERENCANAAN PELATIHAN

6. Modul Pelatihan.

Modul pelatihan merupakan uraian terkecil

dari setiap materi pembelajaran yang disusun sesuai

dengan tujuan pelatihan yang dilengkapi dengan

langkah-langkah/aktivitas pembelajaran, bahan

bacaan/bahan ajar, petunjuk (penugasan, diskusi,

studi kasus), evaluasi. Modul pelatihan berfungsi untuk

membantu fasilitator/narasumber menyampaikan

materi pelatihan dalam proses pembelajaran

secara terperinci. Modul pelatihan memuat: uraian

singkat materi, tujuan pembelajaran umum, tujuan

pembelajaran khusus, pokok bahasan dan atau sub

PEMBUKAAN

KETERAMPILAN:Penerapan KEPPH, Membuat

Putusan, Penanganan Sengketa.METODE:

Simulasi, Studi Kasus, Dll.

PERKENALAN, ORIENTASI BELAJAR DAN KONTRAK BELAJAR

(Metode: Diskusi dan Game)

PENYAMPAIAN MATERI

PENGETAHUAN:Teori dan Kebijakan.

METODE:Ceramah, Curah Pendapat,

Diskusi.

PRAKTIK KASUS NYATA DALAM KELAS

EVALUASI

PENUTUPAN

Page 97: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

82

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PERENCANAAN PELATIHAN

pokok bahasan, aktivitas pembelajaran, bahan ajar,

referensi, dan lampiran (jika diperlukan). Kerangka

atau acuan dalam menyusun modul pelatihan Garis-

garis besar program pembelajaran (GBPP).

Contoh Garis-Garis Besar Program

Pembelajaran

NO KOMPONEN URAIAN KOMPONEN

1 Materi Psikologi Hakim

2 Tujuan Instruksional Umum

Setelah mengikuti materi ini, Peserta mampu menentukan faktor-faktor yang meringankan/memberatkan terdakwa yang menjadi pertimbangan para hakim pada saat menjatuhkan putusan dalam perkara pidana.

3 Tujuan Instruksional Khusus

Setelah materi selesai, Peserta mampu:a. Menjelaskan faktor-faktor meringankan/

memberatkan yang menjadi pertimbangan hakim pada saat menjatuhkan putusan terhadap seseorang.

b. Menerapkan faktor-faktor tersebut dalam suatu kasus.

c. Mengembangkan berbagai strategi untuk menggali faktor-faktor yang meringankan/memberatkan terdakwa.

4 Pokok BahasanSub Pokok Bahasan

Faktor-faktor yang meringankan/memberatkan dalam menjatuhkan putusan.a. Faktor yang meringankan terdakwa;b. Faktor yang memberatkan terdakwa;c. Strategi dalam melindungi terdakwa.

5 Waktu 4 JPL

6 Metode Curah pendapat, diskusi, simulasi, dan studi kasus.

7 Media Makalah, Skenario, Simulasi, Kasus.

8 Alat Bantu Kertas, alat tulis, penataan ruangan, alat persidangan.

9 Referensi KUHP, KUHAP, Buku-buku hukum acara pidana.

Page 98: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

83

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PERENCANAAN PELATIHAN

Judul Modul

(Modul Pelatihan Khusus)

Bab I. Deskripsi Singkat

Bab II. Tujuan Pembelajaran

a. Tujuan Pembelajaran Umum

b. Tujuan Pembelajaran Khusus

Bab III. Pokok Bahasan dan atau Sub Pokok

Bahasan

Bab IV. Aktivitas Pembelajaran

Bab V. Bahan Ajar

Bab VI. Referensi

Bab VII. Lampiran

Page 99: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup
Page 100: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

85

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

BAB III

PENYELENGGARAAN PELATIHAN

A. Persiapan

Persiapan pelatihan dimulai dari kegiatan penyusunan

organisasi pelaksana pelatihan sampai dengan persiapan

pembukaan pelatihan. Kegiatan pada tahap persiapan ini

dapat dikelompokkan menjadi:

1. Persiapan Administrasi

Persiapan administrasi meliputi kegiatan

pembentukan panitia pelaksana, penyiapan

administrasi keuangan, dan penyiapan berkas atau

dokumen pelatihan. Panitia pelaksana pelatihan

hakim dapat dibentuk dari internal Komisi Yudisial

dan atau melibatkan pihak Mahkamah Agung dalam

hal ini Pengadilan Tinggi. Komisi Yudisial sebagai

panitia nasional dan pihak Pengadilan Tinggi sebagai

panitia lokal. Persiapan administrasi pelatihan,

meliputi kegiatan:

a. Penyusunan kerangka acuan kegiatan.

Kerangka acuan kerja merupakan

rancangan kegiatan pelatihan sebagai dasar

pertimbangan bagi pengambil kebijakan untuk

menentukan persetujuan kegiatan pelatihan yang

akan dilakukan.

b. Pembentukkan panitia pelaksa.

Panitia pelaksana pelatihan peningkatan

kapasitas hakim terdiri dari panitia pusat dan

panita lokal. Susunan kepanitiaan tersebut

dilengkapi dengan pembagian tugas yang jelas

Page 101: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

86

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PENYELENGGRARAAN PELATIHAN

sehingga dapat menjalankan tugasnya secara

efektif dan efisien. Panitia pelaksana kegiatan

pelatihan hakim ini bertanggungjawab kepada

Komisi Yudisial.

c. Penyiapan administrasi keuangan.

Penyiapan administrasi keuangan

dan penggunaan keuangan dilakukan untuk

mendukung kelancaran pelaksanaan pelatihan

peningkatan kapasitas hakim, maka setiap akan

dilaksanakan pelatihan harus menyusun Rencana

Anggaran Belanja (RAB) terlebih dahulu.

Penyusunan administrasi keuangan meliputi:

1) Pembuatan RAB pelatihan;

2) Penyesuaian RAB dengan ketersediaan

anggaran pada POK;

3) Penyampaian RAB kepada Kepala Biro;

4) Penyampaian RAB kepada PPK;

5) Pembuatan costsheet (Lembar biaya)

pelaksanaan pelatihan;

6) Penyampaian costsheet (Lembar biaya)

pelaksanaan pelatihan kepada PPK;

7) Penyampaian costsheet (Lembar biaya)

kepadaVerifikator;

8) Penyampaian costsheet kepada Bendahara;

9) Pencairan anggaran.

d. Penyiapan berkas pelatihan.

Berkas pelatihan yang harus disiapkan

sekurang-kurangnya meliputi:

1) Pembuatan SK Sekretaris Jenderal RI

mengenai Panita Pelaksana Kegiatan

Page 102: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

87

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PENYELENGGRARAAN PELATIHAN

Pelatihan;

2) Pembuatan surat persetujuan pelaksanaan

pelatihan kepada Ketua Bidang SDM,

Penelitian dan Pengembangan Komisi

Yudisiaol, yang berisikan: tanggal, tempat,

fasilitator, narasumber, serta tema dan

materi pelatihan;

3) Pembuatan surat permohonan peserta,

kesediaan untuk membuka pelatihan,

menjadi keynote speech, narasumber,

fasilitator dan menutup acara;

4) Berkaslembarkonfirmasikehadiran;

5) Pembuatan daftar hadir peserta;

6) Pembuatan lembar evaluasi;

7) Pembuatan lembar penilaian.

2. Persiapan Teknis

Persiapan pelatihan yang tidak kalah

pentingnya adalah persiapan teknis yang meliputi

persiapan peserta pelatihan, persiapan fasilitator dan

narasumber, persiapan bahan pelatihan, persiapan

sarana dan prasarana pelatihan, serta persiapan

pembukaan.

Penyelenggara pelatihan perlu menyiapkan

peserta pelatihan yang mencakup jumlah peserta,

kualifikasi peserta, asal peserta, dan persyaratan

lainnya yang diperlukan. Secara rinci persipan peserta

pelatihan terdiri dari:

a. Penentuan kriteria, persyaratan, dan jumlah

peserta.

b. Koordinasi dengan Mahkamah Agung (Badiklat

Page 103: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

88

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PENYELENGGRARAAN PELATIHAN

Kumdil MA) untuk mengkoordinasikan peserta

pelatihan dengan lingkungan peradilan di

bawahnya.

c. Konfirmasi kepada lingkungan peradilan

mengenai penugasan peserta pelatihan.

d. Konfirmasikehadiranpeserta.

Penyelenggara pelatihan juga harus

mempersiapkan tenaga fasilitator dan narasumber.

Tenaga fasilitator harus mempunyai kualifikasi

tertentu yang mampu mengelola pelatihan dengan

baik sehingga pelatihan dapat berjalan dengan lancar

sesuai dengan tujuan pelatihan. Penyelenggara juga

harus menentukan dan memastikan narasumber yang

sesuai dengan materi yang akan disampaikan dengan

menggunakan metode yang telah ditentukan. Secara

rinci langkah dalam mempersiapkan fasilitator dan

narasumber adalah sebagai berikut:

a. Mendata calon fasilitator dan nara sumber yang

sesuai dengan materi pelatihan.

b. Menentukan fasilitator dan narasumber

yang sesuai dengan materi pelatihan, dengan

mempersipakan fasilitator dan narasumber

alternatif.

c. Konfirmasikesediaanfasilitatordannarasumber. Persiapan teknis selanjutnya adalah

mempersiapkan bahan pelatihan. Penyelenggara

bersama dengan fasilitator mengkoordinasikan bahan

pelatihan. Bahan pelatihan dapat berupa modul

pelatihan, referensi wajib yang harus disiapkan

peserta, dan bahan ajar yang disiapkan narasumber.

Page 104: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

89

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PENYELENGGRARAAN PELATIHAN

Langkah persiapan bahan pelatihan secara rinci

adalah sebagai berikut:

a. Menentukan materi pelatihan.

b. Menyiapkan modul pelatihan dan bahan pelatihan

yang lain seperti studi kasus, soal pre test, skenario

peragaan, dll.

c. Mensyaratkan kepada peserta untuk membawa

bahan bacaan yang diwajibkan sesuai dengan

materi pelatihan, misalnya peserta harus

membawa KEPPH, KUHAP, KUHAPer, dll.

d. Meminta kepada narasumber untuk menyerahkan

makalah terhitung 5 hari sebelum pelatihan

dimulai.

e. Mengkompilasikan dan menggandakan bahan

materi pelatihan.

Persiapan teknis yang tidak boleh dilupakan

adalah persiapan sarana dan prasarana pelatihan.

Persiapan sarana dan prasarana pelatihan mencakup:

tempat pelatihan, jadwal pelatihan definitif, bahan

dan peralatan praktek, alat bantu pengajaran, alat tulis

untuk pelatihan, akomodasi dan konsumsi, tempat

praktek, dan dokumentasi. Langkah persiapan sarana

dan prasarana pelatihan secara rinci adalah sebagai

berikut:

a. Peninjauan lokasi (advance) pelaksanaan

pelatihan untuk pengecekan ketersediaan kamar

dan ruangan pelaksanan pelatihan dan negosiasi

harga.

b. Memeriksa sarana dan prasarana yang tersedia.

c. Koordinasi dengan pihak terkait, seperti:

Page 105: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

90

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PENYELENGGRARAAN PELATIHAN

Pengadilan Tinggi setempat, Pemerintah Daerah

setempat, dan Pengelola tempat pelatihan.

Persiapan teknis yang terakhir adalah persiapan

pembukaan pelatihan. Pembukaan pelatihan sangat

penting untuk dipersiapkan karena akan menimbulkan

kesan pertama mengenai pelaksanaan pelatihan.

Dalam mempersiapkan pembukaan pelatihan, hal-hal

yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:

a. Memastikan kehadiran pejabat yang terlibat

dalam pembukaan pelatihan.

b. Menentukan pembagian tugas pembukaan

pelatihan. (seperti: pembawa acara, derijen,

protokoler, petugas dokumentasi, dll.).

c. Mempersiapkan ruangan pembukaan pelatihan

(podium, tempat duduk, dll.).

d. Menyiapkan perlengkapan pembukaan pelatihan

(palu, speaker, dll.).

B. Pelaksanaan

Pelaksanaan pelatihan merupakan rangkaian kegiatan

mulai dari pembukaan pelatihan yang dilanjutkan dengan

proses pembelajaran sampai dengan penutupan pelatihan.

1. Pembukaan Pelatihan

Pembukaan pelatihan merupakan serangkaian

kegiatan yang terdiri dari acara pembukaan dan

pengarahan umum atau keynote speech. Pembukaan

pelatihan pada umumnya dilakukan secara formal oleh

Ketua Komisi Yudisial, namun dalam rangkaian acara

pembukaan sebelumnya dilakukan laporan panitia,

Page 106: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

91

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PENYELENGGRARAAN PELATIHAN

sambutan-sambutan, dilanjutkan pembukaan secara

resmi oleh Komisi Yudisial. Masih dalam rangkaian

acara pembukaan, jika dipandang perlu dapat diisi

dengan ceramah umum atau keynote speech yang

disampaikan oleh pakar yang kompeten.

2. Proses Pelatihan

Proses pelatihan peningkatan kapasitas hakim

ini dilakukan didalam kelas dan dimungkinkan

diluar kelas sesuai dengan jenis pelatihan dan materi

yang disampaikan. Pelatihan dilakukan dengan

menggunakan pendekatan pendidikan untuk orang

dewasa.

Proses pelatihan diawali dengan perkenalan,

orientasi pelatihan, dilanjutkan dengan penjelasan

tata tertib pelatihan. Kegiatan kemudian dilanjutkan

dengan penyampaian materi oleh narasumber sesuai

dengan kurikulum dan modul yang telah disediakan.

Setelah semua materi pelatihan disampaikan

dilakukan evaluasi pelatihan secara bersama-sama

dengan peserta.

Selama pelatihan berlangsung perlu dibangun

suasana kondusif baik antar peserta, peserta dengan

fasilitator maupun dengan narasumber. Fasilitator

bertanggungjawab untuk membangun suasana

pelatihan yang memungkinkan para peserta dapat

secara bebas mengemukakan pendapat dan saling

tukar pengalaman.

Setiap agenda kegiatan pada proses pelaksanaan

pelatihan didokumentasikan dan diadministrasikan

untuk keperluan penilaian peserta, evaluasi kegiatan,

Page 107: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

92

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PENYELENGGRARAAN PELATIHAN

dan pertanggungjawaban pelaksanaan pelatihan

hakim.

3. Penutupan Pelatihan

Penutupan pelatihan merupakan acara formal

sebagai tanda telah berakhirnya pelatihan. Pelatihan

secara resmi ditutup oleh Komisi Yudisial. Sebelum

dilakukan penutupan secara resmi, dalam rangkaian

acara penutupan juga terdapat sambutan-sambutan

dari pejabat yang terkait dalam pelaksanaan pelatihan.

Sebelum dilakukan penutupan secara resmi, pada

umumnya diumumkan hasil penilaian terhadap

peserta pelatian atau sekurang-kurangnya tiga peserta

terbaik.

C. Pelaporan

Pelaporan pelatihan merupakan salah satu bentuk

pertanggungjawaban pelaksanaan pelatihan. Laporan

pelatihan disusun Penyelenggara Pelatihan yang memuat:

1. Laporan kegiatan

Laporan kegiatan disusun dengan sistematika:

Bab I. Pendahuluan

a. Latar Belakang

b. Tujuan

c. Keluaran/Output

d. Sistematika Laporan

Bab II. Pelaksanaan Kegiatan

a. Rancangan pelaksanaan pelatihan yang memuat:

peserta, materi pelatihan, fasilitator dan

narasumber, alokasi waktu pelatihan, dan tempat

pelatihan, serta rencana anggaran biaya.

Page 108: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

93

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PENYELENGGRARAAN PELATIHAN

b. Realisasi pelaksanaan pelatihan yang memuat:

materi pelatihan, fasilitator dan narasumber,

alokasi waktu pelatihan, aktivitas pelatihan, dan

tempat pelatihan, realisasi anggaran biaya.

c. Kepanitian.

Bab III. Evaluasi dan Penilaian

a. Materi.

b. Fasilitator.

c. Narasumber.

d. Panitia.

Bab IV. Analisis Hasil Pelatihan

a. Analisis capaian tujuan pelatihan.

b. Analisis terhadap pelaksanaan kegiatan pelatihan.

Bab V. Penutup

a. Kesimpulan

b. Saran

Lampiran-lampiran:

a. Daftar Peserta Pelatihan.

b. Absensi peserta pelatihan.

c. Sususnan Acara Pelatihan.

d. Penilaian terhadap Peserta Pelatihan.

e. Dokumentasi Kegiatan Pelatihan.

2. Laporan keuangan.

Laporan keuangan disusun dengan sistematika

sebagai berikut:

Bab I. Pendahuluan

Bab II. Rancangan Anggaran Biaya

Bab III. Realisasi Penggunaan Anggaran

Bab IV. Analisis Penggunaan Anggaran

Bab V. Penutup

Page 109: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

94

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

PENYELENGGRARAAN PELATIHAN

Lampiran (bukti-bukti penggunaan anggaran)

Page 110: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

95

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

BAB IV

STANDARD MUTU

Standard mutu pelatihan merupakan kriteria minimal

mengenai sistem pelatihan yang harus dipenuhi dalam setiap

pelaksanaan pelatihan peningkatan kapasitas hakim. Standard

mutu pelatihan berfungsi untuk menjamin dan mengendalikan

mutu pelatihan peningkatan kapasitas hakim secara tepat guna

dan tepat sasaran sehingga dapat menghasilkan hakim yang

bersih, jujur, dan profesional. Standard mutu pelatihan meliputi:

A. Standard Isi

Standard isi merupakan kriteria minimal yang

berkaitan dengan materi pelatihan yang harus disampaikan

kepada peserta pelatihan peningkatan kapasitas hakim

sesuai dengan jenis pelatihan masing-masing yang diperinci

dalam:

1. Kurikulum

a. Kurikulum disusun bersama oleh Komisi Yudisial

dan tim pakar yang mempunyai kompetensi di

bidang tertentu sesuai tema dan materi terkait;

b. Kurikulum harus memuat standar kompetensi

lulusan yang terstruktur yang mendukung

tercapainya tujuan pelatihan peningkatan

kapasitas hakim;

c. Kurikulum memuat latar belakang setiap jenis

pelatihan, kompetensi peserta setelah mengikuti

pelatihan, tujuan instruksional pelatihan, kriteria

dan persyaratan peserta, struktur program

pelatihan, proses pembelajaran, garis-garis besar

Page 111: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

96

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

STANDARD MUTU

program pembelajaran atau silabus, media dan

alat bantu pembelajaran, dan referensi yang

digunakan;

d. Penyusunan kurikulum disesuaikan dengan jenis

pelatihan peningkatan kapasitas hakim, yaitu:

1) Pelatihan KEPPH

a) Kurikulum pelatihan KEPPH disusun

berdasarkan tujuan peningkatan

kapasitas hakim yang tertuang dalam

Grand Design Peningkatan Kapasitas

Hakim yaitu meningkatkan komitmen

hakim terhadap pemahaman,

penerapan, dan penegakkan KEPPH

baik dalam pelaksanaan tugas hakim

didalam kedinasan maupun dalam

kehidupan sehari-hari diluar kedinasan;

b) Kurikulum pelatihan KEPPH disusun

berdasarkan hasil pemetaan laporan

masyarakat kepada Komisi Yudisial

terkait dugaan pelanggaran KEPPH

yang dilakukan hakim.

2) Pelatihan Khusus

a) Kurikulum pelatihan khusus disusun

berdasarkan tujuan peningkatan

kapasitas hakim yang tertuang

dalam Grand Design Peningkatan

Kapasitas Hakim yaitu meningkatkan

pengetahuan hukum para hakim pada

aspek keterampilan hakim dalam

melaksanakan tugas memeriksa,

Page 112: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

97

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

STANDARD MUTU

mengadilli dan memutus perkara;

b) Kurikulum pelatihan khusus disusun

berdasarkan inventarisasi kebutuhan

keterampilan hakim yang perlu

ditingkatkan dalam memeriksa,

mengadili dan memutus perkara yang

dihasilkan dari pemetaan laporan

masyarakat, dokumen riset yang pernah

dilakukan, atau need assessment

khusus.

3) Pelatihan Tematik

a) Kurikulum pelatihan tematik disusun

berdasarkan tujuan peningkatan

kapasitas hakim yang tertuang

dalam Grand Design Peningkatan

Kapasitas Hakim yaitu meningkatkan

pengetahuan hukum hakim pada

aspek kognitif untuk meningkatkan

pengetahuan hakim terhadap

perkembangan hukum yang hidup di

masyarakat;

b) Kurikulum pelatihan tematik

disusun berdasarkan dinamika

perkembangan hukum di masyarakat

dan permasalahan baru tentang hukum

yang perlu diperbaharui;

e. Setiap kelompok materi dilaksanakan secara

komprehensif sehingga pembelajaran masing-

masing kelompok materi mempengaruhi

pemahaman dan/atau penghayatan peserta

Page 113: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

98

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

STANDARD MUTU

pelatihan;

f. Kurikulum dijabarkan lebih lanjut dalam Modul

Pelatihan.

g. Kurikulum pelatihan peningkatan kapasitas

hakim harus ditinjau ulang dalam kurun waktu

paling lama 10 tahun untuk menyesuaikan dengan

perkembangan ilmu hukum dan kebutuhan

hakim;

2. Beban Belajar

a. Beban Belajar Pelatihan KEPPH

Pengaturan beban belajar untuk pelatihan KEPPH

terdiri dari:

1) Kegiatan tatap muka

a) Kegiatan tatap muka berupa proses

interaksi antara peserta pelatihan

dengan narasumber/fasilitator di ruang

pelatihan atau ruang kelas;

b) Metode tatap muka terdiri dari:

ceramah pemaparan materi (one way

system), diskusi dan/atau tanya jawab,

diskusi kelompok, dan studi kasus

(legal case);

c) Narasumber/fasilitator diberikan

alokasi waktu untuk memaparkan

materi paling banyak 90 menit;

d) Diskusi dan/atau tanya jawab diberikan

alokasi waktu sekurang-kurangnya 60

menit.

2) Penugasan terstruktur

a) Penugasan terstruktur disiapkan

Page 114: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

99

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

STANDARD MUTU

oleh fasilitator sebelum pelatihan

dilaksanakan;

b) Tugas dikerjakan dalam lingkup

pelatihan diluar dari kegiatan tatap

muka;

c) Alokasi waktu untuk penugasan

terstruktur disesuaikan dengan

kebutuhan pelatihan.

3) Peragaan

a) Peragaan adalah cara penyajian materi

pelatihan dengan alat peraga yang

bertujuan untuk membantu peserta

agar lebih mudah memahami materi

yang disampaikan oleh narasumber/

fasilitator;

b) Peragaan digunakan secara fleksibel

sesuai dengan materi dan metode yang

disiapkan narasumber atau fasilitator;

c) Alokasi waktu untuk peragaan

disesuaikan dengan kebutuhan.

4) Emotional Spiritual Quotient (ESQ)

a) ESQ diberikan dengan tujuan

untuk membangun kesadaran

peserta sehingga peserta mampu

menginternalisasikan nilai-nilai

KEPPH dalam kepribadiannya;

b) Alokasi waktu yang ditetapkan untuk

ESQ sekurang-kurangnya 120 menit.

5) Diskusi kelompok

a) Diskusi kelompok diberikan dengan

Page 115: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

100

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

STANDARD MUTU

tujuan: untuk mengembangkan

kemampuan peserta pelatihan

untuk berpikir kritis, saling bertukar

pengalaman, dan saling bertugar

pendapat;

b) Peserta dibagi menjadi beberapa

kelompok untuk mendiskusikan

kasus-kasus tertentu yang telah dibuat

penyelenggara;

c) Alokasi waktu untuk diskusi kelompok

sekurang-kurangnya 60 menit.

6) Pre test

a) Pre test diberikan dengan tujuan

untuk mengukur pemahaman peserta

terhadap materi sebelum pelatihan

dilaksanakan;

b) Alokasi waktu untuk pre test sekurang-

kurangnya 30 menit.

7) Post test

a) Post test diberikan dengan tujuan

untuk mengukur pemahaman

peserta terhadap materi yang telah

disampaikan;

b) Alokasi waktu untuk post test sekurang-

kurangnya 30 menit.

b. Beban belajar Pelatihan Tematik

Pengaturan beban belajar untuk pelatihan tematik

terdiri dari:

1) Kegiatan tatap muka

a) Kegiatan tatap muka berupa proses

Page 116: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

101

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

STANDARD MUTU

interaksi antara peserta pelatihan

dengan narasumber/fasilitator;

b) Kegiatan tatap muka terdiri atas

pemaparan materi, diskusi dan/atau

tanya jawab;

c) Narasumber/fasilitator diberikan

alokasi waktu untuk memaparkan

materi paling banyak 90 menit;

d) Diskusi dan/atau tanya jawab diberikan

alokasi waktu selama 60 menit.

2) Penugasan terstruktur

a) Penugasan terstruktur disiapkan

oleh fasilitator sebelum pelatihan

dilaksanakan;

b) Tugas dikerjakan dalam lingkup

pelatihan diluar dari kegiatan tatap

muka;

c) Alokasi waktu untuk penugasan

terstruktur disesuaikan dengan

kebutuhan.

3) Peragaan

Peragaan adalah cara penyajian materi

pelatihan dengan peragaan yang bertujuan

untuk membantu peserta agar lebih

memahami materi yang disampaikan oleh

narasumber;

a) Peragaan dilakukan secara fleksibel

sesuai kebutuhan dari narasumber;

b) Kegiatan peragaan dapat dilakukan

dengan memperagakan misalnya cara

Page 117: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

102

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

STANDARD MUTU

kerja dan perilaku;

c) Alokasi waktu yang ditetapkan untuk

peragaan adalah sesuai kebutuhan.

4) Diskusi kelompok

a) Peserta dibagi menjadi beberapa

kelompok untuk mendiskusikan soal

kasus-kasus tertentu yang telah dibuat

oleh Komisi Yudisial;

b) Alokasi waktu untuk diskusi kelompok

sekurang-kurangnya 60 menit.

5) Pre test

a) Pre test diberikan dengan tujuan

untuk mengukur pemahaman peserta

terhadap materi sebelum pelatihan

dilaksanakan;

b) Alokasi waktu untuk pre test sekurang-

kurangnya 30 menit.

6) Post test

a) Post test diberikan dengan tujuan

untuk mengukur pemahaman

peserta terhadap materi yang telah

disampaikan;

b) Alokasi waktu untuk post test sekurang-

kurangnya 30 menit.

c. Beban belajar Pelatihan Khusus

Pengaturan beban belajar untuk pelatihan khusus

terdiri dari:

1) Kegiatan tatap muka

a) Kegiatan tatap muka berupa proses

interaksi antara peserta pelatihan

Page 118: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

103

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

STANDARD MUTU

dengan narasumber/ fasilitator;

b) Kegiatan tatap muka terdiri atas

pemaparan materi, diskusi dan/atau

tanya jawab;

c) Narasumber/ fasilitator diberikan

alokasi waktu untuk memaparkan

materi paling banyak 90 menit;

d) Diskusi dan/atau tanya jawab diberikan

alokasi waktu sekurang-kurangnya 60

menit.

2) Penugasan terstruktur

a) Penugasan terstruktur disiapkan

oleh fasilitator sebelum pelatihan

dilaksanakan;

b) Alokasi waktu untuk penugasan

terstruktur disesuaikan dengan

kebutuhan.

3) Peragaan

a) Peragaan adalah cara penyajian materi

pelatihan dengan peragaan yang

bertujuan untuk membantu peserta

agar lebih memahami materi yang

disampaikan oleh narasumber;

b) Peragaan dilakukan secara fleksibel

sesuai kebutuhan dari narasumber/

fasilitator;

c) Alokasi waktu untuk peragaan

disesuaikan dengan kebutuhan.

4) Diskusi kelompok

a) Peserta dibagi menjadi beberapa

Page 119: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

104

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

STANDARD MUTU

kelompok untuk mendiskusikan soal

kasus-kasus tertentu yang telah dibuat

oleh Komisi Yudisial;

b) Alokasi waktu untuk diskusi kelompok

sekurang-kurangnya 60 menit.

5) Pre test

a) Pre test diberikan dengan tujuan

untuk mengukur pemahaman peserta

terhadap materi sebelum pelatihan

dilaksanakan;

b) Alokasi waktu untuk pre test adalah 30

menit.

5) Post test

a) Post test diberikan dengan tujuan

untuk mengukur pemahaman

peserta terhadap materi yang telah

disampaikan;

b) Alokasi waktu untuk post test sekurang-

kurangnya 30 menit.

2. Kalender Pelatihan

Kalender pelatihan meliputi penentuan tanggal dan

tempat pelatihan berdasarkan persetujuan Ketua

Pencegahan dan Peningkatan Kapasitas Hakim Komisi

Yudisial.

B. Standard Proses

Standar proses mencakup persiapan, pelaksanaan, penilaian,

sarana dan prasarana, serta pembiayaan.

1. Persiapan

Persiapan pelatihan meliputi persiapan administratif,

Page 120: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

105

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

STANDARD MUTU

persiapan teknis, persiapan materi, dan persiapan

tenaga pendidik.

a. Persiapan administratif

1) Pembentukan Panitia Pelaksana

Panitia pelaksana terdiri atas panitia pusat,

dan untuk mendukung kelancaran kegiatan

pelatihan dapat dibentuk panitia lokal.

a) Panitia Pusat

• Panitia Pusat adalah panitia yang

berasal dari lingkungan Sekretariat

Komisi Yudisial;

• Panitia pusat harus memiliki

kompetensi:

• dapat mengoperasikan komputer;

• mampu bekerjasama dalam tim;

• memiliki inisiatif tinggi dan

dinamis;

• kreatif;

• komunikatif.

• Susunan kepanitiaan harus

disesuaikan dengan sistem yang

berlaku dalam administrasi

kepegawaian;

• Susunan kepanitiaan dilengkapi

dengan pembagian tugas yang

jelas sehingga dapat menjalankan

tugasnyasecaraefektifdanefisien;

• Panitia pusat dibentuk sekurang-

kurangnya 40 hari kerja sebelum

pelaksanaan pelatihan.

Page 121: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

106

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

STANDARD MUTU

b) Panitia Lokal

• Panitia lokal adalah panitia

yang berasal dari pihak terkait

di tempat pelatihan tersebut

diselenggarakan;

• Panitia lokal harus memiliki

kompetensi:

• mampu bekerjasama dalam tim;

• memiliki inisiatif tinggi dan

dinamis;

• komunikatif

• Panitia lokal dapat berasal dari

lingkungan peradilan atau pihak

lainnya yang terkait dengan

pelaksanaan pelatihan;

• Susunan kepanitiaan dilengkapi

dengan pembagian tugas yang

jelas sehingga dapat menjalankan

tugasnyasecaraefektifdanefisien;

• Panitia lokal dibentuk sekurang-

kurangnya 20 hari kerja sebelum

pelaksanaan pelatihan.

2) Persiapan Berkas Administrasi Pelatihan

a) Persiapan berkas administrasi

pelatihan perlu dilakukan dengan

matang sebelum dilaksanakannya

pelatihan;

b) Panitia pelaksana pelatihan sudah

harus menyiapkan berkas administrasi

pelatihan sekurang-kurangnya,

Page 122: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

107

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

STANDARD MUTU

meliputi:

• surat permohonan peserta.

• surat permohonan narasumber.

• surat permohonan fasilitator.

• lembarkonfirmasinarasumber.

• form curriculum vitae narasumber.

• lembarkonfirmasipeserta.

• kuesioner/lembar evaluasi.

• formulir penilaian.

• daftar hadir peserta.

• dan berkas-berkas lain yang

relevan dengan kegiatan pelatihan.

3) Persiapan Administrasi Keuangan

a) Penyiapan administrasi keuangan

sangat penting untuk mendukung

kelancaran pelaksanaan pelatihan.

b) Panitia pelaksana perlu menyiapkan

administrasi keuangan sedini

mungkin paling lambat 5 hari sebelum

pelaksanaan pelatihan.

c) Penggunaan keuangan pelatihan

dilakukan dan dilaporkan secara

transparan dan akuntabel.

d) Tahapan administrasi keuangan

meliputi:

• Pembuatan RAB pelatihan;

• Penyesuaian RAB dengan

ketersediaan anggaran pada POK;

• Penyampaian RAB kepada PPK;

• Pembuatan cost sheet (lembar

Page 123: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

108

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

STANDARD MUTU

biaya) pelaksanaan pelatihan;

• Penyampaian cost sheet (lembar

biaya) pelaksanaan pelatihan

kepada PPK;

• Penyampaian cost sheet (lembar

biaya)kepadaverifikator;

• Penyampaian cost sheet kepada

bendahara;

• Pencairan anggaran.

b. Persiapan Teknis

Persiapan teknis mencakup persiapan peserta

pelatihan, persiapan fasilitator dan narasumber,

persiapan bahan pelatihan, persiapan sarana dan

prasarana pelatihan, serta persiapan pembukaan.

1) Persiapan peserta

a) Penentuan kriteria, persyaratan, dan

jumlah peserta.

b) Koordinasi dengan Mahkamah

Agung (Badiklat Kumdil MA) untuk

mengkoordinasikan peserta pelatihan

dengan lingkungan peradilan

dibawahnya.

c) Konfirmasi kepada lingkungan

peradilan mengenai penugasan peserta

pelatihan.

d) Konfirmasikehadiranpeserta.

2) Persiapan tenaga pendidik yang terdiri dari

fasilitator dan narasumber.

a) Fasilitator

• Fasilitator berasal dari tenaga ahli

Page 124: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

109

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

STANDARD MUTU

dan atau task force dilingkungan

Sekretariat Komisi Yudisial;

• Fasilitator harus sudah mengikuti

Trainer of Trainer (ToT) yang

diselenggarakan oleh Komisi

Yudisial.

b) Narasumber

• Narasumber harus memiliki

kualifikasi akademik dan

kompetensi sebagai agen

pembelajaran, serta mempunyai

pengalaman dibidang hukum;

• Narasumber berasal dari praktisi

dan/atau akademisi;

• Narasumber dari internal Komisi

Yudisial harus sudah mengikuti

Trainer of Trainer (ToT) yang

diselenggarakan oleh Komisi

Yudisial;

• Narasumber harus menyampaikan

materi yang telah disiapkan dan

merangsang diskusi peserta.

3) Persiapan bahan

a) Menentukan materi pelatihan.

b) Menyiapkan modul pelatihan dan

bahan pelatihan yang lain seperti studi

kasus, soal pre test, skenario peragaan,

dll.

c) Mensyaratkan kepada peserta untuk

membawa bahan bacaan yang

Page 125: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

110

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

STANDARD MUTU

diwajibkan sesuai dengan materi

pelatihan, misalnya peserta harus

membawa KEPPH, KUHAP, KUHAPer,

dll.

d) Meminta kepada narasumber untuk

menyerahkan makalah terhitung 5 hari

sebelum pelatihan dimulai.

e) Mengkompilasikan dan menggandakan

bahan materi pelatihan.

4) Persiapan sarana dan prasarana

a) Peninjauan lokasi (advance)

pelaksanaan pelatihan untuk

pemeriksaan ketersediaan kamar dan

ruangan pelaksanaan pelatihan dan

negosiasi harga.

b) Memriksa sarana dan prasarana yang

tersedia.

c) Koordinasi dengan pihak terkait,

seperti Pengadilan Tinggi setempat,

Pemerintah Daerah setempat, dan

Pengelola tempat pelatihan.

5) Persiapan pembukaan.

a) Memastikan kehadiran pejabat yang

terlibat dalam pembukaan pelatihan.

b) Menentukan pembagian tugas

pembukaan pelatihan, seperti pembawa

acara, derijen, protokoler, petugas

dokumentasi, dll.

c) Mempersiapkan ruangan pembukaan

pelatihan (podium, tempat duduk, dll.).

Page 126: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

111

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

STANDARD MUTU

d) Menyiapkan perlengkapan pembukaan

pelatihan (palu, speaker, dll.).

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan pelatihan sekurang-kurangnya meliputi

registrasi peserta, pembukaan, orientasi pelatihan, pre

test, pemaparan materi, diskusi/tanya jawab materi,

diskusi kelompok, pengisian kuesioner, post test dan

penutupan.

a. Registrasi Peserta

1) Registrasi Peserta dilakukan sebelum

pembukaan;

2) Registrasi dimaksudkan untuk mendata

ulang para peserta pelatihan.

b. Pembukaan

Rangkaian acara pembukaan sekurang-kurangnya

terdiri atas:

1) Sambutan Ketua Mahkamah Agung atau

yang mewakili;

2) Pembukaan secara resmi oleh Ketua atau

Wakil Ketua Komisi Yudisial atau yang

mewakili;

c. Pengantar Pelatihan/Orientasi Pelatihan

1) Pengantar pelatihan dilakukan setelah

pembukaan dan sebelum materi pelatihan

disampaikan;

2) Pengantar pelatihan sekurang-kurangnya

terdiri dari:

a) perkenalan peserta;

b) perkenalan fasilitator;

c) penjelasan proses pelatihan;

Page 127: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

112

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

STANDARD MUTU

d) pembacaan tata tertib pelatihan.

d. Pre Test

1) Pre Test dilakukan setelah pengantar

pelatihan dan sebelum materi pelatihan

disampaikan;

2) Pre Test dimaksudkan untuk mengetahui

tingkat pengetahuan dan pemahaman awal

para peserta terhadap pokok bahasan materi

yang akan disampaikan dalam pelatihan;

e. Pemaparan Materi

Setiap narasumber/trainer harus memaparkan

materi sesuai dengan pokok bahasan dan waktu

yang telah ditentukan;

f. Diskusi/Tanya Jawab Materi

Dalam setiap pemaparan materi, peserta

diberikan kesempatan untuk tanya jawab dengan

narasumber/trainer dan/atau diskusi dengan

narasumber/trainer atau peserta lainnya terkait

dengan pokok bahasan materi yang sedang

diberikan;

g. Diskusi Kelompok

1) Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok

untuk melakukan diskusi;

2) Bahan diskusi dapat berupa kasus-kasus

terkait KEPPH atau kasus lainnya yang

relevan dengan tema pelatihan;

h. Pengisian Kuesioner

1) Para peserta diwajibkan mengisi kuesioner

yang telah dibuat oleh panitia;

2) Kuesioner sekurang-kurangnya berisi

Page 128: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

113

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

STANDARD MUTU

tentang pertaanyaan-pertanyaan terkait

penilaian peserta terhadap materi,

narasumber/trainer, fasilitator, panitia

pelaksana, akomodasi, masukan/saran

peserta terkait pelatihan atau kegiatan

peningkatan kapasitas hakim;

3) Kuesioner dimaksudkan sebagai bahan

evaluasi Komisi Yudisial terhadap pelatihan.

i. Post Test

1) Setelah semua pokok bahasan materi

diberikan, peserta diwajibkan mengikuti

post test;

2) Bahan post test berasal dari materi-materi

yang telah disampaikan dalam pelatihan;

3) Post test dimaksudkan untuk mengetahui

tingkat pengetahuan dan pemahaman

peserta terhadap materi-materi yang telah

disampaikan.

j. Penutupan

1) Rangkaian acara penutupan sekurang-

kurangnya terdiri atas evaluasi pelatihan,

pengumuman hasil penilaian terhadap

peserta, dan penutupan secara resmi;

2) Evaluasi pelatihan dapat dilakukan oleh

pihak lain yang terkait;

3) Pengumuman hasil penilaian terhadap

peserta sekurang-kurangnya 3 peserta

terbaik.

4) Penutupan secara resmi oleh Ketua Bidang

Pencegahan dan Peningkatan Kapasitas

Page 129: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

114

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

STANDARD MUTU

Hakim atau yang mewakili.

3. Penilaian

a. Selama pelatihan berlangsung, peserta pelatihan

akan dinilai oleh fasilitator;

b. Komponen penilaian meliputi:

1) Pre Test;

2) Post Test;

3) Tes Praktek;

4) Penugasan;

5) Aspek Sikap (kedisiplinan dan kesungguhan

mengikuti pelatihan);

6) Aspek Pengetahuan (analisis dan kualitas

pertanyaan); dan

7) Aspek Keterampilan (keterampilan dalam

peragaan dan prakarsa selama pelatihan)

c. Setiap peserta dinyatakan lulus pelatihan setelah:

1) Menyelesaikan seluruh program pelatihan;

2) Memperoleh nilai minimal 6.

4. Sarana Prasarana

Pelaksanaan pelatihan idealnya dilakukan di pusat

pendidikan dan pelatihan (pusdiklat), namun apabila

belum tersedia pusdiklat maka pelatihan dapat

diselenggarakan di tempat dengan kriteria sebagai

berikut:

a. Memiliki sarana yang meliputi peralatan

pelatihan, media pelatihan, modul/buku dan

sumber belajar lainnya, serta perlengkapan

lain yang diperlukan untuk menunjang proses

pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan;

b. Memiliki prasarana yang meliputi ruang kelas,

Page 130: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

115

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

STANDARD MUTU

perpustakaan, sekretariat, ruang praktek sidang,

tempat berolahraga, tempat beribadah, dan ruang

lain yang diperlukan untuk menunjang proses

pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

5. Pembiayaan

a. Pembiayaan pelatihan sekurang-kurangnya

terdiri atas:

1) Biaya penyediaan bahan/materi pelatihan;

2) Akomodasi dan transportasi peserta,

narasumber/trainer, fasilitator dan panitia

serta pihak lain yang terlibat;

3) Honorarium narasumber/trainer dan

fasilitator;

4) Perlengkapan pelatihan;

5) Dokumentasi.

b. Semua biaya yang terkait dengan pelaksanaan

pelatihan dibebankan pada RKA-L/DIPA Komisi

Yudisial dan/atau pihak lain yang sah dan tidak

mengikat.

C. Standard Produk/Output

Standard Output adalah standard hasil yang dapat diperoleh

ketika proses pelatihan selesai dilakukan. Output yang

diharapkan dari masing-masing pelatihan:

1. Pelatihan KEPPH: Peserta mampu memahami,

menjelaskan, menerapkan butir-butir KEPPH baik

dalam menjalankan tugas kedinasan maupun dalam

kehidupan sehari-hari.

2. Pelatihan Khusus: Peserta mampu menjelaskan

dan melaksanakan hukum acara dalam memeriksa,

Page 131: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

116

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

STANDARD MUTU

mengadili, dan memutus perkara dengan

memperhatikan KEPPH untuk menghasilkan putusan

yang mencerminkan nilai-nilai keadilan, kemanfaatan,

dan kepastian hukum.

3. Pelatihan Tematik: Peserta mampu memahami,

menganalisis, dan menyelesaikan sengketa yang

berkaitan dengan perkembangan hukum baru baik

yang sudah diatur dalam peraturan perundang-

undangan maupun yang hidup dimasyarakat dengan

penafsiran dan penemuan hukum.

D. Standard Dampak/Outcome

Standard Outcome adalah standard hasil yang

diperoleh berdasarkan efek jangka panjang dari proses

pelatihan. Outcome yang diharapkan dari masing-masing

pelatihan adalah sebagai berikut:

1. Outcome Pelatihan KEPPH:

a. Berkurangnya pelanggaran KEPPH;

b. Meningkatnya kepercayaan masyarakat kepada

hakim.

2. Outcome Pelatihan Khusus:

a. Meningkatnya kualitas putusan hakim;

b. Meningkatnya kepercayaan masyarakat kepada

hakim.

3. Outcome Pelatihan Tematik:

Meningkatnya kepercayaan masyarakat kepada hakim.

Page 132: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

117

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

BAB V

MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Monitoring

Monitoring dilakukan untuk mengetahui kelancaran

dan perkembangan pelaksanaan program dan kegiatan

pelatihan peningkatan kapasitas hakim. Monitoring

merupakan aktivitas yang dilakukan pimpinan untuk

melihat, memantau jalannya organisasi selama kegiatan

berlangsung, melihat faktor pendukung dan penghambat

pelaksanaan kegiatan. Dalam monitoring (pemantauan)

dikumpulkan data dan dianalisis, hasil analisis

diinterpretasikan dan dimaknakan sebagai masukan bagi

pimpinan untuk mengadakan perbaikan. Beberapa pakar

manajemen mengemukakan bahwa fungsi monitoring

mempunyai nilai yang sama bobotnya dengan fungsi

perencanaan. Conor (1974) menjelaskan bahwa keberhasilan

dalam mencapai tujuan separuhnya ditentukan oleh

rencana yang telah ditetapkan dan separuhnya lagi fungsi

pengawasan atau monitoring. Pada umumnya, manajemen

menekankan terhadap pentingnya kedua fungsi ini, yaitu

perencanaan dan pengawasan (monitoring).

Monitoring pelatihan peningkatan kapasitas hakim

meliputi:

1. Monitoring Standard Isi

Monitoring Standard Isi dapat dilakukan melalui:

a. Pemantauan langsung;

adalah pemantauan yang dilakukan dengan cara

mengujungi langsung lokasi pelatihan sehingga

semua kegiatan yang sedang berlangsung atau

Page 133: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

118

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

obyek yang ada diobservasi dan dapat dilihat.

b. Laporan pelaksanaan pelatihan;

adalah suatu ikhtisar tentang hal ikhwal

pelaksanaan suatu pelatihan yang harus

disampaikan kepada pimpinan sebagai bentuk

pertanggungjawaban.

c. Kuesioner.

adalah sebuah cara atau teknik yang digunakan

petugas monitoring untuk mengumpulkan data

dengan menyebarkan sejumlah kertas yang berisi

pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab

responden. Pertanyaan yang ditulis dalam format

kuisioner disebarkan kepada responden untuk

dijawab, kemudian dikembalikan kepada petugas

monitoring

2. Monitoring Standard Proses

Monitoring Standard Proses dapat dilakukan melalui:

a. Pemantauan langsung;

adalah pemantauan yang dilakukan dengan cara

mengujungi langsung lokasi pelatihan sehingga

semua kegiatan yang sedang berlangsung atau

obyek yang ada diobservasi dan dapat dilihat.

b. Laporan pelaksanaan pelatihan;

adalah suatu ikhtisar tentang hal ikhwal

pelaksanaan suatu pelatihan yang harus

disampaikan kepada Pimpinan sebagai bentuk

pertanggungjawaban

c. Kuesioner.

adalah sebuah cara atau teknik yang digunakan

petugas monitoring untuk mengumpulkan data

Page 134: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

119

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

dengan menyebarkan sejumlah kertas yang berisi

pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab

responden. Pertanyaan yang ditulis dalam format

kuisioner disebarkan kepada responden untuk

dijawab, kemudian dikembalikan kepada petugas

monitoring.

3. Monitoring Standard Produk

Monitoring Standard Produk dapat dilakukan melalui:

a. Pre test dan post test;

Pre test diberikan dengan tujuan untuk mengukur

pemahaman peserta terhadap materi sebelum

pelatihan dilaksanakan. Sedangkan Post test

diberikan dengan tujuan untuk mengukur

pemahaman peserta terhadap materi yang telah

disampaikan

b. Kuesioner;

adalah sebuah cara atau teknik yang digunakan

petugas monitoring untuk mengumpulkan data

dengan menyebarkan sejumlah kertas yang berisi

pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab

responden. Pertanyaan yang ditulis dalam format

kuisioner disebarkan kepada peserta pelatihan

untuk dijawab, kemudian dikembalikan kepada

petugas monitoring

c. Pengamatan;

adalah proses pengambilan data dimana petugas

monitoring melihat langsung proses kegiatan

pelatihan yang sedang dilaksanakan.

d. Pemantauan;

adalah kegiatan untuk melihat apakah kegiatan

Page 135: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

120

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

yang sedang dilaksanakan sesuai dengan standard

produk atau tidak.

e. Riset.

adalah suatu proses penyelidikan secara sistematis

terhadap kegiatan pelatihan, yang ditujukan pada

penyediaan informasi, untuk menyelesaikan

masalah-masalah didalam pelatihan

4. Monitoring Standard Outcome

Monitoring Standard Outcome dapat dilakukan

melalui:

a. Pemantauan;

adalah kegiatan untuk melihat secara langsung

apakah pelatihan yang sudah dilaksanakan

memberikan perubahan positif terhadap peserta

yang telah mengikuti pelatihan dalam kurun

waktu yang panjang.

b. Wawancara;

adalah proses interaksi secara lisan dengan

menggunakan metode tanya jawab yang

mempunyai tujuan untuk mengetahui apakah

pelatihan yang sudah dilaksanakan memberikan

perubahan positif terhadap peserta yang telah

mengikuti pelatihan dalam kurun waktu yang

panjang.

c. FGD;

adalah proses menyamakan persepsi melalui

musyawarah untuk menilai apakah pelatihan

yang sudah dilaksanakan memberikan perubahan

positif terhadap peserta yang telah mengikuti

pelatihan dalam kurun waktu yang panjang.

Page 136: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

121

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

d. Kuesioner;

adalah sebuah cara atau teknik yang digunakan

petugas monitoring untuk mengumpulkan data

dengan menyebarkan sejumlah kertas yang berisi

pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab

responden untuk mengetahui apakah pelatihan

yang sudah dilaksanakan memberikan perubahan

positif terhadap peserta yang telah mengikuti

pelatihan dalam kurun waktu yang panjang.

e. Riset.

adalah adalah suatu proses penyelidikan secara

sistematis untuk menilai apakah pelatihan yang

sudah dilaksanakan memberikan perubahan

positif terhadap peserta yang telah mengikuti

pelatihan dalam kurun waktu yang panjang.

B. Evaluasi

Evaluasi pelatihan dapat dilakukan terhadap tiga hal, yaitu:

1. Evaluasi terhadap peserta.

merupakan penilaian terhadap pertumbuhan dan

kemajuan peserta dalam mencapai tujuan dan dapat

dilakukan dengan rangkaian tes awal, evaluasi

formatif, evaluasi sumatif atau tes akhir.

2. Evaluasi terhadap Narasumber dan Fasilitator

Evaluasi terhadap Narasumber dilakukan untuk

mengevaluasi penguasaan materi, sistematika

penyajian, substansi materi, penggunaan metode

dalam penyampaian materi, cara menjawab pertanyaan

dan pemberian motivasi narasumber kepada peserta

pelatihan, sedangkan evaluasi terhadap fasilitator

Page 137: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

122

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

dilakukan untuk mengevaluasi kemampuan fasilitator

dalam membangun proses belajar, memberikan

stimulus dan mengendalikan forum dan mengatur

penggunaan waktu secara optimal.

3. Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan pelatihan.

Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan pelatihan

dilakukan untuk mengevaluasi proses pelaksanaan

pelatihan didalam kelas, evaluasi terhadap

kepanitiaan, evaluasi terhadap sarana dan prasarana,

dan evaluasi terhadap fasilitator/nara sumber dalam

menyampaikan materi. Evaluasi ini dimaksudkan

untuk perbaikan penyelenggaraan pelatihan pada

waktu mendatang.

Evaluasi pelatihan peningkatan kapasitas hakim meliputi:

1. Evaluasi Standard Isi

Evaluasi Standard Isi dapat dilakukan melalui:

a. Pemantauan langsung;

adalah pemantauan yang dilakukan dengan cara

mengunjungi langsung lokasi pelatihan sehingga

semua kegiatan yang sedang berlangsung atau

obyek yang ada diobservasi dan dapat dilihat.

b. Laporan pelaksanaan pelatihan;

adalah suatu ikhtisar tentang hal ikhwal

pelaksanaan suatu pelatihan yang harus

disampaikan kepada pimpinan sebagai bentuk

pertanggungjawaban.

c. Kuesioner.

adalah sebuah cara atau teknik yang digunakan

petugas monitoring untuk mengumpulkan data

dengan menyebarkan sejumlah kertas yang berisi

Page 138: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

123

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab

responden. Pertanyaan yang ditulis dalam format

kuisioner disebarkan kepada responden untuk

dijawab, kemudian dikembalikan kepada petugas

monitoring

2. Evaluasi Standard Proses

Evaluasi Standard Proses dapat dilakukan melalui:

a. Pemantauan langsung;

adalah pemantauan yang dilakukan dengan cara

mengujungi langsung lokasi pelatihan sehingga

semua kegiatan yang sedang berlangsung atau

obyek yang ada diobservasi dan dapat dilihat.

b. Laporan pelaksanaan pelatihan;

adalah suatu ikhtisar tentang hal ikhwal

pelaksanaan suatu pelatihan yang harus

disampaikan kepada Pimpinan sebagai bentuk

pertanggungjawaban

c. Kuesioner.

adalah sebuah cara atau teknik yang digunakan

petugas monitoring untuk mengumpulkan data

dengan menyebarkan sejumlah kertas yang berisi

pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab

responden. Pertanyaan yang ditulis dalam format

kuisioner disebarkan kepada responden untuk

dijawab, kemudian dikembalikan kepada petugas

monitoring.

3. Evaluasi Standard Produk

Evaluasi Standard Produk dapat dilakukan melalui:

a. Pre test dan post test;

Pre test diberikan dengan tujuan untuk mengukur

Page 139: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

124

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

pemahaman peserta terhadap materi sebelum

pelatihan dilaksanakan. Sedangkan Post test

diberikan dengan tujuan untuk mengukur

pemahaman peserta terhadap materi yang telah

disampaikan

b. Kuesioner;

adalah sebuah cara atau teknik yang digunakan

petugas monitoring untuk mengumpulkan data

dengan menyebarkan sejumlah kertas yang berisi

pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab

responden. Pertanyaan yang ditulis dalam format

kuisioner disebarkan kepada peserta pelatihan

untuk dijawab, kemudian dikembalikan kepada

petugas monitoring

c. Pengamatan;

adalah proses pengambilan data dimana petugas

monitoring melihat langsung proses kegiatan

pelatihan yang sedang dilaksanakan.

d. Pemantauan;

adalah kegiatan untuk melihat apakah kegiatan

yang sedang dilaksanakan sesuai dengan standar

produk atau tidak.

e. Riset.

adalah suatu proses penyelidikan secara sistematis

terhadap kegiatan pelatihan, yang ditujukan pada

penyediaan informasi, untuk menyelesaikan

masalah-masalah di dalam pelatihan

4. Evaluasi Standard Outcome

Evaluasi Standard Outcome dapat dilakukan melalui:

a. Pemantauan;

Page 140: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

125

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

adalah kegiatan untuk melihat secara langsung

apakah pelatihan yang sudah dilaksanakan

memberikan perubahan positif terhadap peserta

yang telah mengikuti pelatihan dalam kurun

waktu yang panjang.

b. Wawancara;

adalah proses interaksi secara lisan dengan

menggunakan metode tanya jawab yang

mempunyai tujuan untuk mengetahui apakah

pelatihan yang sudah dilaksanakan memberikan

perubahan positif terhadap peserta yang telah

mengikuti pelatihan dalam kurun waktu yang

panjang.

c. FGD;

adalah proses menyamakan persepsi melalui

musyawarah untuk menilai apakah pelatihan

yang sudah dilaksanakan memberikan perubahan

positif terhadap peserta yang telah mengikuti

pelatihan dalam kurun waktu yang panjang.

d. Kuesioner;

adalah sebuah cara atau teknik yang digunakan

petugas monitoring untuk mengumpulkan data

dengan menyebarkan sejumlah kertas yang berisi

pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab

responden untuk mengetahui apakah pelatihan

yang sudah dilaksanakan memberikan perubahan

positif terhadap peserta yang telah mengikuti

pelatihan dalam kurun waktu yang panjang.

e. Riset.

adalah adalah suatu proses penyelidikan secara

Page 141: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

126

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

sistematis untuk menilai apakah pelatihan yang

sudah dilaksanakan memberikan perubahan

positif terhadap peserta yang telah mengikuti

pelatihan dalam kurun waktu yang panjang.

Monitoring dan evaluasi merupakan satu-kesatuan

yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dari hasil

monitoring diperoleh data dan analisis yang dapat

digunakan sebagai bahan evaluasi dan masukan bagi

pimpinan untuk mengadakan perbaikan.

C. Pelaporan

Pelaporan adalah suatu kegiatan yang dilakukan

untuk menyampaikan suatu ikhtisar tentang hal ikhwal

pelaksanaan suatu pelatihan kepada Pimpinan sebagai

bentuk pertanggungjawaban. Laporan berisi data dan

informasi tentang kondisi dan situasi, program dan kegiatan

serta pencapaian hasilnya, kendala dan masalah yang

dihadapi serta saran dan program pengembangan kedepan.

Laporan pelaksanaan pelatihan peningkatan kapasitas

hakim berisi:

1. Bab I Pendahuluan, meliputi:

a. Latar Belakang;

b. Tujuan;

c. Metode;

d. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Pelatihan;

e. Materi dan Narasumber;

f. Kepanitiaan;

g. Peserta;

h. Fasilitator;

i. Jadwal Acara.

Page 142: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup

127

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM

MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

2. Bab II Pelaksanaan Pelatihan

3. Bab III Evaluasi Pelaksanaan Pelatihan

4. Bab IV Kritik dan Saran

Page 143: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup
Page 144: GRAND DESIGN Peningkatan Kapasitas HakimBab V - Rencana Aksi 37 A. Tahun 1 (2012) 37 B. Tahun 2 (2013) 38 C. Tahun 3 (2014) 39 D. Tahun 4 (2015) 39 E. Tahun 5 (2016) 40 Bab VI - Penutup