glukoma
DESCRIPTION
medTRANSCRIPT
Glaukoma adalah suatu neuropati optik (kerusakan saraf mata) disebabkan oleh TIO
tinggi (relatif) ditandai oleh kelainan lapang pandang dan berkurangnya serabut saraf optic.2
Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan pembentukan humor akueus dan tahanan
terhadap aliran keluarnya dari mata. Tekanan intraokular dianggap normal bila kurang dari 20
mmHg pada pemeriksaan dengan tonometer aplanasi yang dinyatakan dengan tekanan air raksa.2
Glaukoma dibagi menjadi Glaukoma primer sudut terbuka (glaukoma kronis), Glaukoma
primer sudut tertutup (sempit / akut), Glaukoma sekunder, dan glaukoma kongenital (Glaukoma
pada bayi).
Glaukoma akut didefenisikan sebagai peningkatan tekanan intraorbita secara mendadak
dan sangat tinggi, akibat hambatan mendadak pada anyaman trabekulum. Glaukoma akut ini
merupakan kedaruratan okuler sehingga harus diwaspadai, karena dapat terjadi bilateral dan
dapat menyebabkan kebutaan tetapi resiko kebutaan dapat dicegah dengan diagnosis dan
penatalaksanaan yang tepat.
2.1 KLASIFIKASI
Klasifikasi glaukoma:1,2
A. Glaukoma primer
Sudut terbuka
Sudut tertutup
B. Glaukoma sekunder
Sudut terbuka
Sudut tertutup
C. Glaukoma kongenital
2.2 ETIOLOGI
Penyebab glaukoma sudut terbuka tidak pasti, dimana tidak didapatkan kelainan yang
merupakan penyebab glaukoma.2,3 Glaukoma ini didapatkan pada orang yang telah memiliki
bakat bawaan glaukoma, seperti:3
a. Bakat dapat berupa gangguan fasilitas pengeluaran cairan mata atau susunan
anatomis bilik mata yang menyempit.
b. Mungkin disebabkan kelainan pertumbuhan pada sudut bilik mata depan
( goniodisgenesis), berupa trabekulodisgenesis, iridodisgenesis dan korneodisgenesis
dan yang paling sering berupa trabekulodisgenesis dan goniodisgenesis.
Glaukoma sudut terbuka sering terjadi setelah usia 40 tahun, tetapi kadang terjadi pada
anak-anak. Penyakit ini cenderung diturunkan dan paling sering ditemukan pada penderita
diabetes atau miopia. Glaukoma sudut terbuka lebih sering terjadi dan biasanya penyakit ini lebih
berat jika diderita oleh orang kulit hitam.2,3,4
2.2.1 Faktor Predisposisi
Pada bilik mata depan yang dangkal akibat lensa dekat pada iris maka akan terjadi
hambatan aliran akuos humor dari bilik mata belakang ke bilik mata depan, yang dinamakan
hambatan pupil (pupillary block). Hambatan ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan di bilik
mata belakang.3,4
Pada sudut bilik mata depan yang tadinya memang sudah sempit, dorongan ini akan
menyebabkan iris menutupi jaringan trabekulum. Akibatnya akuos humor tidak dapat atau sukar
mencapai jaringan ini dan tidak dapat disalurkan keluar. Terjadilah glaukoma akut sudut tertutup.
Istilah pupillary block penting untuk diingat dan dipahami karena mendasari alasan
pengobatan dan pembedahan pada glaukoma sudut tertutup. 2
Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya hambatan pupil ini ditemukan pada
mata yang bersumbu pendek dan lensa yang secara fisiologik terus membesar karena usia, iris
yang tebal pun dianggap merupakan faktor untuk mempersempit sudut bilik depan. 4
2.2.2 Faktor Pencetus2
Peningkatan jumlah akuos humor yang mendadak di bilik mata belakang akan
mendorong iris ke depan, hingga sudut bilik mata depan yang memang sudah sempit akan
mendadak tertutup. Tidak diketahui dengan jelas apa yang menyebabkan hal tersebut.
2.2.3 Dilatasi Pupil2
Apabila pupil melebar, iris bagian tepi akan menebal; sudut bilik mata depan yang
asalnya sudah sempit akan mudah tertutup. Glaukoma akut akibat midriatik sudah lama dikenal,
bahkan ada yang mengusulkan istilah mydriatic glaucoma. Penggunaan tetes mata homatropin,
atropin, dan skopolamin dapat mengakibatkan glaukoma akut. Bahkan suntika atropin untuk
kasus muntah berak atau untuk persiapan pembiusan dapat mengakibatkan glaukoma akut karena
dilatasi pupil.
2.3 EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia, glaukoma diderita oleh 3% dari total populasi penduduk. Umumnya
penderita glaukoma telah berusia lanjut. Pada usia 50 tahun, tingkat resiko menderita
glaukoma meningkat sekitar 10 %. Hampir separuh penderita glaukoma tidak menyadari
bahwa mereka menderita penyakit tersebut.5 Glauk
oma sudut terbuka adalah
bentuk glaukoma yang tersering dijumpai, sekitar 0,4-0,7% orang berusia lebih dari 40
tahun dan 2-3% orang berusia lebih dari 70 tahun diperkirakan mengidap glaukoma sudut
terbuka.1
Istilah glaukoma sudut tertutup didasarkan atas gonioskopi. Istilah klinik ini lebih cocok
dengan keadaan yang sebenarnya terlihat oleh dokter; yaitu terkadang dapat terjadi serangan
nyeri yang mendadak (akut), mata merah sekali dan palpebra membengkak (kongestif), tekanan
bola mata meningkat (glaukoma).
Glaukoma akut hanya terjadi pada mata yang sudut bilik mata depannya memang sudah
sempit dari pembawaannya. Jadi ada faktor predisposisi yang memungkinkan terjadinya
penutupan sudut bilik mata depan. 3
2.4 PATOGENESIS6
Pada glaukoma sudut tertutup, jalinan trabekular normal, sedangkan tekanan intraokuler
meningkat karena obstruksi mekanik akibat penyempitan sudut bilik mata, sehingga outflow
humor akuos terhambat saat menjangkau jalinan trabekular. Keadaan seperti ini sering terjadi
pada sudut bilik mata yang sempit (kadang-kadang disebut dengan “dangerous angle”). Penting
untuk diketahui, jika sudut bilik mata tidak sempit atau sudut terbuka luas, perifer iris tidak
kontak dengan perifer kornea, sehingga sudut bilik mata depan tidak tertutup dan glaukoma
sudut tertutup tidak akan terjadi. Ini merupakan perbedaan dasar antara glaukoma sudut terbuka
dengan glaukoma sudut tertutup. Ketika dislokasi lensa sebagai penyebab tertutupnya sudut bilik
mata maka keadaan ini dikenal dengan glaukoma sudut tertutup sekunder. Jika glaukoma sudut
tertutup tidak diketahui penyebabnya, kondisi ini dikenal dengan glaukoma sudut tertutup
primer. 6
Apabila sudut bilik mata depan tertutup secara cepat dan berat, ini dikenal dengan
glaukoma akut yang disertai dengan banyak gejala dan tanda. Apabila penutupan sudut bilik
mata depan tidak sempurna dan kadang-kadang saja terjadi, ini dikenal dengan glaukoma sudut
tertutup intermitten atau glaukoma sudut tertutup kronik, dan disertai dengan sedikit gejala.
Apabila glaukoma sudut tertutup intermitten yang tidak mempunyai gejala, ini dikenal dengan
glaukoma sudut tertutup kreeping. 7
Satu hal penting untuk diketahui bahwa tidak semua sudut bilik mata sempit akan
berkembang menjadi glaukoma akut, dapat terjadi hanya sebagian kecil saja, terutama pada mata
yang pupilnya berdilatasi sedang (3,0 - 4,5mm) yang dapat memungkinkan terjadinya blok pupil
sehingga dapat berlanjut menjadi sudut tertutup. 5
Akibat terjadinya blok pupil, maka tekanan intraocular lebih tinggi di bilik mata belakang
daripada bilik mata depan. 5 Jika blok pupil semakin berat tekanan intraokuler di bilik mata
belakang semakin bertambah, sehingga konveksivitas iris semakin bertambah juga, ini dikenal
dg iris bombe, yang membuat perifer iris kontak dengan jalinan trabekuler, dan menyebabkan
sudut bilik mata depan tertutup. Jika tekanan intraokuler meningkat secara drastic akibat sudut
tertutup komplit maka akan terjadi glaukoma akut. Mekanisme lain yang dapat menyebabkan
glaukoma akut adalah: plateau iris dan letak lensa lebih ke anterior. Pada keadaan seperti ini
juga sering terjadi blok pupil. 8
2.5 GEJALA KLINIS
Gejala Pada onset yang akut didapatkan adanya nyeri yang hebat. Peningkatan tekanan
intra okular berpengaruh terhadap saraf korneal (N. Opthalmicus atau cabang pertama dari
N.trigeminus) untuk menyebabkan timbulnya nyeri yang tumpul. Dimana nyeri ini dapat
menjalar ke pelipis, kepala bagian belakang, dan rahang melalui tiga cabang dari N.trigeminus
dimana dapat menutupi asalnya yakni dari okular.
Mual dan muntah. Terjadi dikarenakan iritasi pada N.vagus dan dapat menstimulasi
gangguan pada abdomen. Gejala umum seperti nyeri kepala, mual dan muntah dapat
mendominasi dimana nantinya pasien tidak dapat menyadari adanya gejala lokal.
Ketajaman penglihatan berkurang. Pasien menyadari adanya pandangan gelap dan adanya
halo di sekeliling cahaya pada mata yang terkena. Gejala-gejala ini disebabkan karena edem dari
epitel kornea akibat dari peningkatan tekanan. 7
Gejala prodromal Pasien mengatakan adanya episode transien dari pandangan yang kabur
atau adanya halo yang berwarna disekeliling cahaya sebelum timbulnya serangan. Gejala
prodromal ini dapat tidak disadari atau dinaggap tidak penting oleh pasien pada episode yang
ringan dimana mata akan kembali normal. Identifikasi awal dari pasien risiko tinggi dengan
COA yang dangkal dan penemuan pada gonioskopi merupakan hal yang penting karena
kerusakan pada struktur dari sudut dapat terjadi lebih lanjut sebelum timbulnya gejala klinis.
Sindrom menyeluruh dari glaukoma akut tidak selalu timbul. Penurunan dari visus dapat
tidak disadari jika mata lainnya memiliki visis yang normal. Persepsi subjektif dari pasien
terhadap nyeri sangatlah bervariasi.2,3
Dasar Diagnosis6
Diagnosis ditegakan atas dasar tiga gejala dasar yakni :
Mata merah unilateral dengan injeksi konjungtiva atau silier
Pupil yang dilatasi
Bola mata keras pada palpasi
Penemuan lainnya :
Kornea pudar dan berkabut dengan edem epitel
COA dangkal atau kolaps secara komplit. Hal ini jelas terlihat saat mata diiluminasi
dengan sumber cahaya yang difokuskan pada sisi lateral dan pada pemeriksaan slit lamp.
Inspeksi dari COA yang dangkal akan sulit. Permukaan dari iris secara detail akan terlihat
dan iris akan tampak pudar.
Fundus akan digelapkan oleh karena opasifikasi dari epitel kornea. Saat fundus dapat
divisualisasi karena gejala telah mereda dan kornea jernih, perubahan pada diskus optikus
akan bervariasi dari diskus optikus yang normal hingga nervus optikus yang hiperemia.
Pada kasus lebih lanjut, kongesti vena akan timbul. Arteri sentralis dari retina akan
tetlihat berdenyut pada diskus optikus sehingga darah hanya dapat masuk ke mata selama
fase sistolik dikarenakan tekanan intraokular yang tinggi.
Visus akan menurun hingga persepsi dari pergerakan tangan.
2.6 PEMERIKSAAN
a. Pemeriksaan tekanan bola mata 3,6,8
Pemeriksaan tekanan bola mata dilakukan dengan alat yang dinamakan tonometer.
Pemeriksaan tekanan yang dilakukan dengan tanometer pada bola mata dinamakan tonometri.
Tindakan ini dapat dilakukan oleh dokter umum dan dokter spesialis lainnya. Pengukuran
tekanan bola mata sebaiknya dilakukan pada setiap orang berusia di atas 20 tahun pada saat
pemeriksaan fisik medik secara umum. Dikenal beberapa alat tonometer seperti alat tonometer
Schiotz dan tonometer aplanasi Goldman.
Tonometri Schiotz
Tonometer Schiotz merupakan alat yang praktis sederhana. Pengukuran tekanan bola
mata dinilai secara tidak langsung yaitu dengan teknik melihat daya tekan alat pada kornea
karena itu dinamakan juga tonometri indentasi Schiotz. Dengan tonometer Schiotz dilakukan
indentasi penekanan terhadap kornea.
Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien ditidurkan dengan posisi horizontal dan mata
ditetesi dengan obat anestesi topikal atau pantokain 0,5%. Penderita diminta melihat lurus ke
suatu titik di langit-langit, atau penderita diminta melihat lurus ke salah satu jarinya, yang
diacungkan, di depan hidungnya. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan penderita. Dengan ibu jari
tangan kiri kelopak mata digeser ke atas tanpa menekan bola mata; jari kelingking tangan kanan
yang memegang tonometer, menyuai kelopak inferior. Dengan demikian celah mata terbuka
lebar. Perlahan-lahan tonometer diletakkan di atas kornea.
Tonometer Schiotz kemudian diletakkan di atas permukaan kornea, sedang mata yang
lainnya berfiksasi pada satu titik di langit-langit kamar penderita. Jarum tonometer akan
menunjuk pada suatu angka di atas skala. Tiap angka pada skala disediakan pada tiap tonometer.
Apabila dengan beban 5,5 gram (beban standar) terbaca angka 3 atau kurang, perlu diambil
beban 7,5 atau 10 gram. Untuk tiap beban, table menyediakan kolom tersendiri.
Tonometer aplanasi
Cara mengukur tekanan intraokular yang lebih canggih dan lebih dapat dipercaya dan
cermat bias dikerjakan dengan Goldman atau dengan tonometer tentengan Draeger. Pasien duduk
di depan lampu celah. Pemeriksaan hanya memerlukan waktu beberapa detik setelah diberi
anestesi. Yang diukur adalah gaya yang diperlukan untuk mamapakan daerah kornea yang
sempit.
Setelah mata ditetesi dengan anestesi dan flouresein, prisma tonometer aplanasi di taruh
pada kornea. Mikrometer disetel untuk menaikkan tekanan pada mata sehingga gambar sepasang
setengah lingkaran yang simetris berpendar karena flouresein tersebut. Ini menunjukkan bahwa
di semua bagian kornea yang bersinggungan dengan alat ini sudah papak ( teraplanasi). Dengan
melihat melalui mikroskop lampu celah dan dengan memutar tombol, ujung dalam kedua
setengah lingkaran yang berpendar tersebut diatur agar bertemu yang menunjukkan besarnya
tekanan intraokular. Dengan ini selesailah pemeriksaan tonometer aplanasi dan hasil
pemeriksaan dapat dibaca langsung dari skala mikrometer dalam mmHg.
Tonometri Digital
Pemeriksaan ini adalah untuk menentukan tekanan bola mata dengan cepat yaitu dengan
memakai ujung jari pemeriksa tanpa memakai alat khusus (tonometer). Dengan menekan bola
mata dengan jari pemeriksa diperkirakan besarnya tekanan di dalam bola mata. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Penderita disuruh melihat ke bawah
Kedua telunjuk pemeriksa diletakkan pada kulit kelopak tarsus atas penderita
Jari-jari lain bersandar pada dahi penderita
Satu telunjuk mengimbangi tekanan sedang telunjuk lain menekan bola mata.
Penilaian dilakukan dengan pengalaman sebelumnya yang dapat menyatakan tekanan
mata N+1, N+2, N+3 atau N-1, N-2, N-3 yang menyatakan tekanan lebih tinggi atau lebih rendah
daripada normal. Cara ini sangat baik pada kelainan mata bila tonometer tidak dapat dipakai atau
dinilai seperti pada sikatrik kornea, kornea irregular dan infeksi kornea. Cara pemeriksaan ini
memerlukan pengalaman pemeriksaan karena terdapat faktor subyektif.
b. Gonioskopi 3,6,8
Pemeriksaan gonioskopi adalah tindakan untuk melihat sudut bilik mata dengan
goniolens. Gonioskopi adalah suatu cara untuk melihat langsung keadaan patologik sudut bilik
mata, juga untuk melihat hal-hal yang terdapat pada sudut bilik mata seperti benda asing. Dengan
gonioskopi dapat ditentukan klasifikasi glaukoma penderita apakah glaukoma terbuka atau
glaukoma sudut tertutup dan malahan dapat menerangkan penyebab suatu glaukoma sekunder.
c. Oftalmoskopi 3,6
Oftalmoskopi, pemeriksaan ke dalam mata dengan memakai alat yang dinamakan
oftalmoskop. Dengan oftalmoskop dapat dilihat saraf optik di dalam mata dan akan dapat
ditentukan apakah tekanan bola mata telah mengganggu saraf optik. Saraf optik dapat dilihat
secara langsung. Warna serta bentuk dari mangok saraf optik pun dapat menggambarkan ada
atau tidak ada kerusakan akibat glaukoma yang sedang diderita.
Kelainan pada pemeriksaan oftalmoskopi dapat dilihat : 8
Kelainan papil saraf optik
- saraf optik pucat atau atrofi
- saraf optik tergaung
Kelainan serabut retina, serat yang pucat atau atrofi akan berwarna hijau
Tanda lainnya seperti perdarahan peripapilar.
d. Pemeriksaan lapang pandang 6
Penting, baik untuk menegakkan diagnosa maupun untuk meneliti perjalanan
penyakitnya, juga bagi menetukan sikap pengobatan selanjutnya. Harus selalu diteliti keadaan
lapang pandangan perifer dan juga sentral. Pada glaukoma yang masih dini, lapang pandangan
perifer belum menunjukkan kelainan, tetapi lapang pandangan sentral sudah menunjukkan
adanya bermacam-macam skotoma. Jika glaukomanya sudah lanjut, lapang pandangan perifer
juga memberikan kelainan berupa penyempitan yang dimulai dari bagian nasal atas. Yang
kemudian akan bersatu dengan kelainan yang ada ditengah yang dapat menimbulkan tunnel
vision, seolah-olah melihat melalui teropong untuk kemudian menjadi buta.
e. Tes provokasi 6
Tes minum air
Penderita disuruh berpuasa, tanpa pengobatan selama 24 jam. Kemudian disuruh
minum 1 L air dalam 5 menit. Lalu tekanan intraokular diukur setiap 15 menit
selama 1,5 jam. Kenaikan tensi 8 mmHg atau lebih, dianggap mengidap glaukoma.
Pressure Congestive test
Pasang tensimeter pada ketinggian 50-60 mmHg, selama 1 menit. Kemudian ukur
tensi intraokularnya. Kenaikan 9 mmHg, atau lebih mencurigakan, sedang bila lebih
dari 11 mmHg pasti patologis.
Kombinasi tes air minum dengan pressure congestive test
Setengah jam setelah tes minum air dilakukan pressure congestive test. Kenaikan
11 mmHg mencurigakan, sedangkan kenaikan 39 mmHg atau lebih pasti patologis.
Tes steroid
Diteteskan larutan deksametason 3-4 dd g 1, selama 2 minggu. Kenaikan tensi
intraokular 8 mmHg menunjukkan glaukoma.
2.7. PENGOBATAN
Serangan akut glaukoma merupakan suatu kegawat daruratan dan pasien memerlukan
tindakan segera dari dokter spesialis mata. Penyebab dasar dari gangguan ini memerlukan
prosedur pembedahan, meskipun terapi inisial berupa konservatif. 1
Therapi Medikal4
Tujuan dari therapi konservatif adalah :
Menurunkan tekanan intraokular
Membuat kornea menjadi jernih (penting untuk pembedahan selamjutnya)
Meredakan nyeri
Penurunan Tekanan Intraokular
Prinsip Therapi Medikal pada Glaukoma primer sudut tertutup7
Penurunan osmotik pada volume dari vitreous dilakukan melalui larutan hiperosmotik
sistemik (gliserin oral 1-1,5 gram/kgBB atau mannitol intravena 1-2 gram/kgBB)
Penurunan produksi humor akueus dengan carbonic anhidrase inhibitor (acetazolamide IV
250-500 gram/kgBB). Kedua langkah dilakukan pada therapi inisial untuk mengurangi
tekanan intraokular hingga dibawah 50-60 mmHg
Iris ditarik dari sudut COA dengan pemberian obat miotika topikal. Tetes mata Pilocarpine
1% diberikan setiap 15 menit dan konsentrasi ditingkatkan hingga 4%. Obat miotika bukan
pilihan utama dikarenakan otot sphincter pupillae iskemik pada tekanan 40-50 mmHdan tidak
akan berespon terhadap obat miotika. Miotika juga membuat serat zonula menjadi rilex,
dimana menyebabkan lensa berpindah ke anterior, selanjutnya akan mengkompresi COA. Hal
ini membuat therapi inisial dengan obat hiperosmotik menjadi penting untuk mengurangi
volume dari vitreous.
Therapi simptomatik dengan analgesik, antiemetik, dan sedatif dapat diberikan jika
diperlukan
Indentasi Mekanik dari Kornea2,6
Indentasi yang simpel dan berulang dari sentral kornea dengan pengait otot atau batang kaca
sekitar 15-30 detik menekan humor akueus ke perifer dari sudut COA, dimana membuka sudut.
Jika manipulasi ini berhasil untuk membuat trabekular tetap terbuka dalam beberapa menit, hal
ini memungkinkan humor akueus untuk mengalir dan mengurangi tekanan intraokular. Hal ini
meningkatkan respon terhadap pilocarpine dan membantu kornea menjadi jernih.
Tindakan Pembedahan (shunt antara COA dan COP) 4
Saat kornea jernih, penyebab dasar dari gangguan diobati dengan pembedahan yakni melalui
pembuatan shunt antara COA dan COP .
Neodymium:yttrium–aluminum–garnet laser iridotomy (nonincisional procedure)
Nd:YAG laser dapat digunakan untuk menciptakan lubang pada perifer iris (iridotomy) dengan
lisis jaringan tanpa harus membuka bola mata. Operasi dapat dilakukan dengan topikal anestesi.
2.8 PROFILAKSIS5
Saat pasien mengeluhkan gejala prodromal yang jelas dan sudut dati COA tampak
konstriksi, profilaksis yang paling aman adalah dengan melakukan Nd:YAG laser iridotomy atau
peripheral iridectomy. Jika satu mata telah mengalami serangan akut, mata lainnya harus di
lakukan tindakan inisial dengan pilocarpine 1% tiap 4-6 jam untuk meminimalisir risiko
serangan glaukoma. Mata kedua nantinya dilakukan Nd:YAG laser untuk mencegah glaukoma
setelah tindakan pembedahan pada mata pertama stabil.
2.9 PROGNOSIS5
Seseorang dapat menghilangakn adanya blokade pada pupil dan tekanan intaokular yang
menurun pada serangan inisial dengan obat-obatan dan pencegahan pertmanen dengan
pembedahan. Glaukoma akut sudut tertutup yang rekuren atau glaukoma sudut tertutup yang
berlangsung lebih dari 48 jam dapat menimbulkan sinekhia perifer antara iris dan trabekula.
Kasus ini tidak dapat dilakukan Nd:YAG laser iridotomy atau iridectomy dan sudut tertutup
dapat terus berlangsung meskipun dilakukan pembedahan. Operasi filtrasi diindikasikan pada
kasus ini. Saat tekanan intaokular terkontrol dan kornea jernih, gonioskopi diindikasikan untuk
melihat bahwa sudut terbuka kembali dan untuk menyingkirkan sudut tertutup yang persisten.
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan, D.G. Asbury, T. Riodan-Eva, P. Glaukoma. dalam : Oftalmologi Umum, ed.
Suyono Joko, edisi 14, Jakarta, Widya Medika, 2000, hal : 220-232
2. Yulia, glaucoma, diunduh dari http://fkuii.org/tiki-index.php?=Glaukoma2,
dipublikasikan 3 Desember 2006.
3. Ilyas Sidartha, dkk. Glaukoma. dalam: Ilmu Penyakit Mata, edisi 3, Jakarta,Balai
Penerbit FKUI, 2002, hal 212-217.
4. Anonim, Glaukoma, diunduh dari http://www.medicastore.com/images/glaucoma.
jpg&imgreful , dipublikasikan tahun 2004.
5. Anonim, Glaukoma, diunduh dari http://www.klinikmatanusantara.com /glaukoma.php ,
dipublikasikan Tahun 2006.
6. Wijaya Nana. Glaukoma. dalam : Ilmu Penyakit Mata, ed. Wijaya Nana, cet.6, Jakarta,
Abadi Tegal, 1993, hal : 219-232.
7. Anonim, Macam-Macam Penyakit, diunduh dari http://www.pfizerpeduli.com/pfizer ,
dipublikasikan Tahun 2007.
8. Ilyas, Sidarta, Glaukoma. edisi 3, Jakarta, Sagung Seto, 2007, hal 57-60, 121-139.