glukoma

18
Glaukoma adalah suatu neuropati optik (kerusakan saraf mata) disebabkan oleh TIO tinggi (relatif) ditandai oleh kelainan lapang pandang dan berkurangnya serabut saraf optic. 2 Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan pembentukan humor akueus dan tahanan terhadap aliran keluarnya dari mata. Tekanan intraokular dianggap normal bila kurang dari 20 mmHg pada pemeriksaan dengan tonometer aplanasi yang dinyatakan dengan tekanan air raksa. 2 Glaukoma dibagi menjadi Glaukoma primer sudut terbuka (glaukoma kronis), Glaukoma primer sudut tertutup (sempit / akut), Glaukoma sekunder, dan glaukoma kongenital (Glaukoma pada bayi). Glaukoma akut didefenisikan sebagai peningkatan tekanan intraorbita secara mendadak dan sangat tinggi, akibat hambatan mendadak pada anyaman trabekulum. Glaukoma akut ini merupakan kedaruratan okuler sehingga harus diwaspadai, karena dapat terjadi bilateral dan dapat menyebabkan kebutaan tetapi resiko kebutaan dapat dicegah dengan diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat. 2.1 KLASIFIKASI Klasifikasi glaukoma: 1,2 A. Glaukoma primer Sudut terbuka Sudut tertutup B. Glaukoma sekunder

Upload: virissa-calista-harbaindo

Post on 13-Apr-2016

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

med

TRANSCRIPT

Page 1: Glukoma

Glaukoma adalah suatu neuropati optik (kerusakan saraf mata) disebabkan oleh TIO

tinggi (relatif) ditandai oleh kelainan lapang pandang dan berkurangnya serabut saraf optic.2

Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan pembentukan humor akueus dan tahanan

terhadap aliran keluarnya dari mata. Tekanan intraokular dianggap normal bila kurang dari 20

mmHg pada pemeriksaan dengan tonometer aplanasi yang dinyatakan dengan tekanan air raksa.2

Glaukoma dibagi menjadi Glaukoma primer sudut terbuka (glaukoma kronis), Glaukoma

primer sudut tertutup (sempit / akut), Glaukoma sekunder, dan glaukoma kongenital (Glaukoma

pada bayi).

Glaukoma akut didefenisikan sebagai peningkatan tekanan intraorbita secara mendadak

dan sangat tinggi, akibat hambatan mendadak pada anyaman trabekulum. Glaukoma akut ini

merupakan kedaruratan okuler sehingga harus diwaspadai, karena dapat terjadi bilateral dan

dapat menyebabkan kebutaan tetapi resiko kebutaan dapat dicegah dengan diagnosis dan

penatalaksanaan yang tepat.

2.1 KLASIFIKASI

Klasifikasi glaukoma:1,2

A. Glaukoma primer

Sudut terbuka

Sudut tertutup

B. Glaukoma sekunder

Sudut terbuka

Sudut tertutup

C. Glaukoma kongenital

2.2 ETIOLOGI

Penyebab glaukoma sudut terbuka tidak pasti, dimana tidak didapatkan kelainan yang

merupakan penyebab glaukoma.2,3 Glaukoma ini didapatkan pada orang yang telah memiliki

bakat bawaan glaukoma, seperti:3

a. Bakat dapat berupa gangguan fasilitas pengeluaran cairan mata atau susunan

anatomis bilik mata yang menyempit.

Page 2: Glukoma

b. Mungkin disebabkan kelainan pertumbuhan pada sudut bilik mata depan

( goniodisgenesis), berupa trabekulodisgenesis, iridodisgenesis dan korneodisgenesis

dan yang paling sering berupa trabekulodisgenesis dan goniodisgenesis.

Glaukoma sudut terbuka sering terjadi setelah usia 40 tahun, tetapi kadang terjadi pada

anak-anak. Penyakit ini cenderung diturunkan dan paling sering ditemukan pada penderita

diabetes atau miopia. Glaukoma sudut terbuka lebih sering terjadi dan biasanya penyakit ini lebih

berat jika diderita oleh orang kulit hitam.2,3,4

2.2.1 Faktor Predisposisi

Pada bilik mata depan yang dangkal akibat lensa dekat pada iris maka akan terjadi

hambatan aliran akuos humor dari bilik mata belakang ke bilik mata depan, yang dinamakan

hambatan pupil (pupillary block). Hambatan ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan di bilik

mata belakang.3,4

Pada sudut bilik mata depan yang tadinya memang sudah sempit, dorongan ini akan

menyebabkan iris menutupi jaringan trabekulum. Akibatnya akuos humor tidak dapat atau sukar

mencapai jaringan ini dan tidak dapat disalurkan keluar. Terjadilah glaukoma akut sudut tertutup.

Istilah pupillary block penting untuk diingat dan dipahami karena mendasari alasan

pengobatan dan pembedahan pada glaukoma sudut tertutup. 2

Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya hambatan pupil ini ditemukan pada

mata yang bersumbu pendek dan lensa yang secara fisiologik terus membesar karena usia, iris

yang tebal pun dianggap merupakan faktor untuk mempersempit sudut bilik depan. 4

2.2.2 Faktor Pencetus2

Peningkatan jumlah akuos humor yang mendadak di bilik mata belakang akan

mendorong iris ke depan, hingga sudut bilik mata depan yang memang sudah sempit akan

mendadak tertutup. Tidak diketahui dengan jelas apa yang menyebabkan hal tersebut.

2.2.3 Dilatasi Pupil2

Apabila pupil melebar, iris bagian tepi akan menebal; sudut bilik mata depan yang

asalnya sudah sempit akan mudah tertutup. Glaukoma akut akibat midriatik sudah lama dikenal,

bahkan ada yang mengusulkan istilah mydriatic glaucoma. Penggunaan tetes mata homatropin,

Page 3: Glukoma

atropin, dan skopolamin dapat mengakibatkan glaukoma akut. Bahkan suntika atropin untuk

kasus muntah berak atau untuk persiapan pembiusan dapat mengakibatkan glaukoma akut karena

dilatasi pupil.

2.3 EPIDEMIOLOGI

Di Indonesia, glaukoma diderita oleh 3% dari total populasi penduduk. Umumnya

penderita glaukoma telah berusia lanjut. Pada usia 50 tahun, tingkat resiko menderita

glaukoma meningkat sekitar 10 %. Hampir separuh penderita glaukoma tidak menyadari

bahwa mereka menderita penyakit tersebut.5 Glauk

oma sudut terbuka adalah

bentuk glaukoma yang tersering dijumpai, sekitar 0,4-0,7% orang berusia lebih dari 40

tahun dan 2-3% orang berusia lebih dari 70 tahun diperkirakan mengidap glaukoma sudut

terbuka.1

Istilah glaukoma sudut tertutup didasarkan atas gonioskopi. Istilah klinik ini lebih cocok

dengan keadaan yang sebenarnya terlihat oleh dokter; yaitu terkadang dapat terjadi serangan

nyeri yang mendadak (akut), mata merah sekali dan palpebra membengkak (kongestif), tekanan

bola mata meningkat (glaukoma).

Page 4: Glukoma

Glaukoma akut hanya terjadi pada mata yang sudut bilik mata depannya memang sudah

sempit dari pembawaannya. Jadi ada faktor predisposisi yang memungkinkan terjadinya

penutupan sudut bilik mata depan. 3

2.4 PATOGENESIS6

Pada glaukoma sudut tertutup, jalinan trabekular normal, sedangkan tekanan intraokuler

meningkat karena obstruksi mekanik akibat penyempitan sudut bilik mata, sehingga outflow

humor akuos terhambat saat menjangkau jalinan trabekular. Keadaan seperti ini sering terjadi

pada sudut bilik mata yang sempit (kadang-kadang disebut dengan “dangerous angle”). Penting

untuk diketahui, jika sudut bilik mata tidak sempit atau sudut terbuka luas, perifer iris tidak

kontak dengan perifer kornea, sehingga sudut bilik mata depan tidak tertutup dan glaukoma

sudut tertutup tidak akan terjadi. Ini merupakan perbedaan dasar antara glaukoma sudut terbuka

dengan glaukoma sudut tertutup. Ketika dislokasi lensa sebagai penyebab tertutupnya sudut bilik

mata maka keadaan ini dikenal dengan glaukoma sudut tertutup sekunder. Jika glaukoma sudut

tertutup tidak diketahui penyebabnya, kondisi ini dikenal dengan glaukoma sudut tertutup

primer. 6

Apabila sudut bilik mata depan tertutup secara cepat dan berat, ini dikenal dengan

glaukoma akut yang disertai dengan banyak gejala dan tanda. Apabila penutupan sudut bilik

mata depan tidak sempurna dan kadang-kadang saja terjadi, ini dikenal dengan glaukoma sudut

tertutup intermitten atau glaukoma sudut tertutup kronik, dan disertai dengan sedikit gejala.

Apabila glaukoma sudut tertutup intermitten yang tidak mempunyai gejala, ini dikenal dengan

glaukoma sudut tertutup kreeping. 7

Satu hal penting untuk diketahui bahwa tidak semua sudut bilik mata sempit akan

berkembang menjadi glaukoma akut, dapat terjadi hanya sebagian kecil saja, terutama pada mata

yang pupilnya berdilatasi sedang (3,0 - 4,5mm) yang dapat memungkinkan terjadinya blok pupil

sehingga dapat berlanjut menjadi sudut tertutup. 5

Akibat terjadinya blok pupil, maka tekanan intraocular lebih tinggi di bilik mata belakang

daripada bilik mata depan. 5 Jika blok pupil semakin berat tekanan intraokuler di bilik mata

belakang semakin bertambah, sehingga konveksivitas iris semakin bertambah juga, ini dikenal

dg iris bombe, yang membuat perifer iris kontak dengan jalinan trabekuler, dan menyebabkan

sudut bilik mata depan tertutup. Jika tekanan intraokuler meningkat secara drastic akibat sudut

Page 5: Glukoma

tertutup komplit maka akan terjadi glaukoma akut. Mekanisme lain yang dapat menyebabkan

glaukoma akut adalah: plateau iris dan letak lensa lebih ke anterior. Pada keadaan seperti ini

juga sering terjadi blok pupil. 8

2.5 GEJALA KLINIS

Gejala Pada onset yang akut didapatkan adanya nyeri yang hebat. Peningkatan tekanan

intra okular berpengaruh terhadap saraf korneal (N. Opthalmicus atau cabang pertama dari

N.trigeminus) untuk menyebabkan timbulnya nyeri yang tumpul. Dimana nyeri ini dapat

menjalar ke pelipis, kepala bagian belakang, dan rahang melalui tiga cabang dari N.trigeminus

dimana dapat menutupi asalnya yakni dari okular.

Mual dan muntah. Terjadi dikarenakan iritasi pada N.vagus dan dapat menstimulasi

gangguan pada abdomen. Gejala umum seperti nyeri kepala, mual dan muntah dapat

mendominasi dimana nantinya pasien tidak dapat menyadari adanya gejala lokal.

Ketajaman penglihatan berkurang. Pasien menyadari adanya pandangan gelap dan adanya

halo di sekeliling cahaya pada mata yang terkena. Gejala-gejala ini disebabkan karena edem dari

epitel kornea akibat dari peningkatan tekanan. 7

Gejala prodromal Pasien mengatakan adanya episode transien dari pandangan yang kabur

atau adanya halo yang berwarna disekeliling cahaya sebelum timbulnya serangan. Gejala

prodromal ini dapat tidak disadari atau dinaggap tidak penting oleh pasien pada episode yang

ringan dimana mata akan kembali normal. Identifikasi awal dari pasien risiko tinggi dengan

COA yang dangkal dan penemuan pada gonioskopi merupakan hal yang penting karena

kerusakan pada struktur dari sudut dapat terjadi lebih lanjut sebelum timbulnya gejala klinis.

Sindrom menyeluruh dari glaukoma akut tidak selalu timbul. Penurunan dari visus dapat

tidak disadari jika mata lainnya memiliki visis yang normal. Persepsi subjektif dari pasien

terhadap nyeri sangatlah bervariasi.2,3

Dasar Diagnosis6

Diagnosis ditegakan atas dasar tiga gejala dasar yakni :

Mata merah unilateral dengan injeksi konjungtiva atau silier

Pupil yang dilatasi

Bola mata keras pada palpasi

Penemuan lainnya :

Page 6: Glukoma

Kornea pudar dan berkabut dengan edem epitel

COA dangkal atau kolaps secara komplit. Hal ini jelas terlihat saat mata diiluminasi

dengan sumber cahaya yang difokuskan pada sisi lateral dan pada pemeriksaan slit lamp.

Inspeksi dari COA yang dangkal akan sulit. Permukaan dari iris secara detail akan terlihat

dan iris akan tampak pudar.

Fundus akan digelapkan oleh karena opasifikasi dari epitel kornea. Saat fundus dapat

divisualisasi karena gejala telah mereda dan kornea jernih, perubahan pada diskus optikus

akan bervariasi dari diskus optikus yang normal hingga nervus optikus yang hiperemia.

Pada kasus lebih lanjut, kongesti vena akan timbul. Arteri sentralis dari retina akan

tetlihat berdenyut pada diskus optikus sehingga darah hanya dapat masuk ke mata selama

fase sistolik dikarenakan tekanan intraokular yang tinggi.

Visus akan menurun hingga persepsi dari pergerakan tangan.

2.6 PEMERIKSAAN

a. Pemeriksaan tekanan bola mata 3,6,8

Pemeriksaan tekanan bola mata dilakukan dengan alat yang dinamakan tonometer.

Pemeriksaan tekanan yang dilakukan dengan tanometer pada bola mata dinamakan tonometri.

Tindakan ini dapat dilakukan oleh dokter umum dan dokter spesialis lainnya. Pengukuran

tekanan bola mata sebaiknya dilakukan pada setiap orang berusia di atas 20 tahun pada saat

pemeriksaan fisik medik secara umum. Dikenal beberapa alat tonometer seperti alat tonometer

Schiotz dan tonometer aplanasi Goldman.

Tonometri Schiotz

Tonometer Schiotz merupakan alat yang praktis sederhana. Pengukuran tekanan bola

mata dinilai secara tidak langsung yaitu dengan teknik melihat daya tekan alat pada kornea

karena itu dinamakan juga tonometri indentasi Schiotz. Dengan tonometer Schiotz dilakukan

indentasi penekanan terhadap kornea.

Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien ditidurkan dengan posisi horizontal dan mata

ditetesi dengan obat anestesi topikal atau pantokain 0,5%. Penderita diminta melihat lurus ke

suatu titik di langit-langit, atau penderita diminta melihat lurus ke salah satu jarinya, yang

diacungkan, di depan hidungnya. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan penderita. Dengan ibu jari

tangan kiri kelopak mata digeser ke atas tanpa menekan bola mata; jari kelingking tangan kanan

Page 7: Glukoma

yang memegang tonometer, menyuai kelopak inferior. Dengan demikian celah mata terbuka

lebar. Perlahan-lahan tonometer diletakkan di atas kornea.

Tonometer Schiotz kemudian diletakkan di atas permukaan kornea, sedang mata yang

lainnya berfiksasi pada satu titik di langit-langit kamar penderita. Jarum tonometer akan

menunjuk pada suatu angka di atas skala. Tiap angka pada skala disediakan pada tiap tonometer.

Apabila dengan beban 5,5 gram (beban standar) terbaca angka 3 atau kurang, perlu diambil

beban 7,5 atau 10 gram. Untuk tiap beban, table menyediakan kolom tersendiri.

Tonometer aplanasi

Cara mengukur tekanan intraokular yang lebih canggih dan lebih dapat dipercaya dan

cermat bias dikerjakan dengan Goldman atau dengan tonometer tentengan Draeger. Pasien duduk

di depan lampu celah. Pemeriksaan hanya memerlukan waktu beberapa detik setelah diberi

anestesi. Yang diukur adalah gaya yang diperlukan untuk mamapakan daerah kornea yang

sempit.

Setelah mata ditetesi dengan anestesi dan flouresein, prisma tonometer aplanasi di taruh

pada kornea. Mikrometer disetel untuk menaikkan tekanan pada mata sehingga gambar sepasang

setengah lingkaran yang simetris berpendar karena flouresein tersebut. Ini menunjukkan bahwa

di semua bagian kornea yang bersinggungan dengan alat ini sudah papak ( teraplanasi). Dengan

melihat melalui mikroskop lampu celah dan dengan memutar tombol, ujung dalam kedua

setengah lingkaran yang berpendar tersebut diatur agar bertemu yang menunjukkan besarnya

tekanan intraokular. Dengan ini selesailah pemeriksaan tonometer aplanasi dan hasil

pemeriksaan dapat dibaca langsung dari skala mikrometer dalam mmHg.

Tonometri Digital

Pemeriksaan ini adalah untuk menentukan tekanan bola mata dengan cepat yaitu dengan

memakai ujung jari pemeriksa tanpa memakai alat khusus (tonometer). Dengan menekan bola

mata dengan jari pemeriksa diperkirakan besarnya tekanan di dalam bola mata. Pemeriksaan

dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Penderita disuruh melihat ke bawah

Kedua telunjuk pemeriksa diletakkan pada kulit kelopak tarsus atas penderita

Jari-jari lain bersandar pada dahi penderita

Satu telunjuk mengimbangi tekanan sedang telunjuk lain menekan bola mata.

Page 8: Glukoma

Penilaian dilakukan dengan pengalaman sebelumnya yang dapat menyatakan tekanan

mata N+1, N+2, N+3 atau N-1, N-2, N-3 yang menyatakan tekanan lebih tinggi atau lebih rendah

daripada normal. Cara ini sangat baik pada kelainan mata bila tonometer tidak dapat dipakai atau

dinilai seperti pada sikatrik kornea, kornea irregular dan infeksi kornea. Cara pemeriksaan ini

memerlukan pengalaman pemeriksaan karena terdapat faktor subyektif.

b. Gonioskopi 3,6,8

Pemeriksaan gonioskopi adalah tindakan untuk melihat sudut bilik mata dengan

goniolens. Gonioskopi adalah suatu cara untuk melihat langsung keadaan patologik sudut bilik

mata, juga untuk melihat hal-hal yang terdapat pada sudut bilik mata seperti benda asing. Dengan

gonioskopi dapat ditentukan klasifikasi glaukoma penderita apakah glaukoma terbuka atau

glaukoma sudut tertutup dan malahan dapat menerangkan penyebab suatu glaukoma sekunder.

c. Oftalmoskopi 3,6

Oftalmoskopi, pemeriksaan ke dalam mata dengan memakai alat yang dinamakan

oftalmoskop. Dengan oftalmoskop dapat dilihat saraf optik di dalam mata dan akan dapat

ditentukan apakah tekanan bola mata telah mengganggu saraf optik. Saraf optik dapat dilihat

secara langsung. Warna serta bentuk dari mangok saraf optik pun dapat menggambarkan ada

atau tidak ada kerusakan akibat glaukoma yang sedang diderita.

Kelainan pada pemeriksaan oftalmoskopi dapat dilihat : 8

Kelainan papil saraf optik

- saraf optik pucat atau atrofi

- saraf optik tergaung

Kelainan serabut retina, serat yang pucat atau atrofi akan berwarna hijau

Tanda lainnya seperti perdarahan peripapilar.

d. Pemeriksaan lapang pandang 6

Penting, baik untuk menegakkan diagnosa maupun untuk meneliti perjalanan

penyakitnya, juga bagi menetukan sikap pengobatan selanjutnya. Harus selalu diteliti keadaan

lapang pandangan perifer dan juga sentral. Pada glaukoma yang masih dini, lapang pandangan

perifer belum menunjukkan kelainan, tetapi lapang pandangan sentral sudah menunjukkan

adanya bermacam-macam skotoma. Jika glaukomanya sudah lanjut, lapang pandangan perifer

Page 9: Glukoma

juga memberikan kelainan berupa penyempitan yang dimulai dari bagian nasal atas. Yang

kemudian akan bersatu dengan kelainan yang ada ditengah yang dapat menimbulkan tunnel

vision, seolah-olah melihat melalui teropong untuk kemudian menjadi buta.

e. Tes provokasi 6

Tes minum air

Penderita disuruh berpuasa, tanpa pengobatan selama 24 jam. Kemudian disuruh

minum 1 L air dalam 5 menit. Lalu tekanan intraokular diukur setiap 15 menit

selama 1,5 jam. Kenaikan tensi 8 mmHg atau lebih, dianggap mengidap glaukoma.

Pressure Congestive test

Pasang tensimeter pada ketinggian 50-60 mmHg, selama 1 menit. Kemudian ukur

tensi intraokularnya. Kenaikan 9 mmHg, atau lebih mencurigakan, sedang bila lebih

dari 11 mmHg pasti patologis.

Kombinasi tes air minum dengan pressure congestive test

Setengah jam setelah tes minum air dilakukan pressure congestive test. Kenaikan

11 mmHg mencurigakan, sedangkan kenaikan 39 mmHg atau lebih pasti patologis.

Tes steroid

Diteteskan larutan deksametason 3-4 dd g 1, selama 2 minggu. Kenaikan tensi

intraokular 8 mmHg menunjukkan glaukoma.

2.7. PENGOBATAN

Serangan akut glaukoma merupakan suatu kegawat daruratan dan pasien memerlukan

tindakan segera dari dokter spesialis mata. Penyebab dasar dari gangguan ini memerlukan

prosedur pembedahan, meskipun terapi inisial berupa konservatif. 1

Therapi Medikal4

Tujuan dari therapi konservatif adalah :

Menurunkan tekanan intraokular

Membuat kornea menjadi jernih (penting untuk pembedahan selamjutnya)

Meredakan nyeri

Page 10: Glukoma

Penurunan Tekanan Intraokular

Prinsip Therapi Medikal pada Glaukoma primer sudut tertutup7

Penurunan osmotik pada volume dari vitreous dilakukan melalui larutan hiperosmotik

sistemik (gliserin oral 1-1,5 gram/kgBB atau mannitol intravena 1-2 gram/kgBB)

Penurunan produksi humor akueus dengan carbonic anhidrase inhibitor (acetazolamide IV

250-500 gram/kgBB). Kedua langkah dilakukan pada therapi inisial untuk mengurangi

tekanan intraokular hingga dibawah 50-60 mmHg

Iris ditarik dari sudut COA dengan pemberian obat miotika topikal. Tetes mata Pilocarpine

1% diberikan setiap 15 menit dan konsentrasi ditingkatkan hingga 4%. Obat miotika bukan

pilihan utama dikarenakan otot sphincter pupillae iskemik pada tekanan 40-50 mmHdan tidak

akan berespon terhadap obat miotika. Miotika juga membuat serat zonula menjadi rilex,

dimana menyebabkan lensa berpindah ke anterior, selanjutnya akan mengkompresi COA. Hal

ini membuat therapi inisial dengan obat hiperosmotik menjadi penting untuk mengurangi

volume dari vitreous.

Therapi simptomatik dengan analgesik, antiemetik, dan sedatif dapat diberikan jika

diperlukan

Indentasi Mekanik dari Kornea2,6

Indentasi yang simpel dan berulang dari sentral kornea dengan pengait otot atau batang kaca

sekitar 15-30 detik menekan humor akueus ke perifer dari sudut COA, dimana membuka sudut.

Jika manipulasi ini berhasil untuk membuat trabekular tetap terbuka dalam beberapa menit, hal

ini memungkinkan humor akueus untuk mengalir dan mengurangi tekanan intraokular. Hal ini

meningkatkan respon terhadap pilocarpine dan membantu kornea menjadi jernih.

Tindakan Pembedahan (shunt antara COA dan COP) 4

Saat kornea jernih, penyebab dasar dari gangguan diobati dengan pembedahan yakni melalui

pembuatan shunt antara COA dan COP .

Neodymium:yttrium–aluminum–garnet laser iridotomy (nonincisional procedure)

Page 11: Glukoma

Nd:YAG laser dapat digunakan untuk menciptakan lubang pada perifer iris (iridotomy) dengan

lisis jaringan tanpa harus membuka bola mata. Operasi dapat dilakukan dengan topikal anestesi.

2.8 PROFILAKSIS5

Saat pasien mengeluhkan gejala prodromal yang jelas dan sudut dati COA tampak

konstriksi, profilaksis yang paling aman adalah dengan melakukan Nd:YAG laser iridotomy atau

peripheral iridectomy. Jika satu mata telah mengalami serangan akut, mata lainnya harus di

lakukan tindakan inisial dengan pilocarpine 1% tiap 4-6 jam untuk meminimalisir risiko

serangan glaukoma. Mata kedua nantinya dilakukan Nd:YAG laser untuk mencegah glaukoma

setelah tindakan pembedahan pada mata pertama stabil.

2.9 PROGNOSIS5

Seseorang dapat menghilangakn adanya blokade pada pupil dan tekanan intaokular yang

menurun pada serangan inisial dengan obat-obatan dan pencegahan pertmanen dengan

pembedahan. Glaukoma akut sudut tertutup yang rekuren atau glaukoma sudut tertutup yang

berlangsung lebih dari 48 jam dapat menimbulkan sinekhia perifer antara iris dan trabekula.

Kasus ini tidak dapat dilakukan Nd:YAG laser iridotomy atau iridectomy dan sudut tertutup

dapat terus berlangsung meskipun dilakukan pembedahan. Operasi filtrasi diindikasikan pada

kasus ini. Saat tekanan intaokular terkontrol dan kornea jernih, gonioskopi diindikasikan untuk

melihat bahwa sudut terbuka kembali dan untuk menyingkirkan sudut tertutup yang persisten.

Page 12: Glukoma

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan, D.G. Asbury, T. Riodan-Eva, P. Glaukoma. dalam : Oftalmologi Umum, ed.

Suyono Joko, edisi 14, Jakarta, Widya Medika, 2000, hal : 220-232

2. Yulia, glaucoma, diunduh dari http://fkuii.org/tiki-index.php?=Glaukoma2,

dipublikasikan 3 Desember 2006.

3. Ilyas Sidartha, dkk. Glaukoma. dalam: Ilmu Penyakit Mata, edisi 3, Jakarta,Balai

Penerbit FKUI, 2002, hal 212-217.

4. Anonim, Glaukoma, diunduh dari http://www.medicastore.com/images/glaucoma.

jpg&imgreful , dipublikasikan tahun 2004.

5. Anonim, Glaukoma, diunduh dari http://www.klinikmatanusantara.com /glaukoma.php ,

dipublikasikan Tahun 2006.

6. Wijaya Nana. Glaukoma. dalam : Ilmu Penyakit Mata, ed. Wijaya Nana, cet.6, Jakarta,

Abadi Tegal, 1993, hal : 219-232.

7. Anonim, Macam-Macam Penyakit, diunduh dari http://www.pfizerpeduli.com/pfizer ,

dipublikasikan Tahun 2007.

8. Ilyas, Sidarta, Glaukoma. edisi 3, Jakarta, Sagung Seto, 2007, hal 57-60, 121-139.