gizi buruk

17
LAPORAN PENDAHULUAN GIZI BURUK Disusun Oleh : ALEX ADIWIJAYA 09.001 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

Upload: syamsiah-anwar

Post on 14-Aug-2015

714 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Gizi Buruk

LAPORAN PENDAHULUAN

GIZI BURUK

Disusun Oleh :

ALEX ADIWIJAYA

09.001

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN

GENGGONG – PROBOLINGGO

2013

Page 2: Gizi Buruk

GIZI BURUK( MALNUTRISI )

A. Definisi

Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat berat

akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit

dalam waktu lama. Itu ditandai dengan status gizi sangat kurus ( menurut BB

terhadap TB ) dan atau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus ,

kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor.

Gizi buruk adalah keadaan dimana asupan gizi sangat kurang dari

kebutuhan tubuh. Umumnya gizi buruk ini diderita oleh balita karena pada usia

tersebut terjadi peningkatan energy yang sangat tajam dan peningkatan kerentanan

terhadap infeksi virus/bakteri.

B. Insiden

Berdasarkan catatan Dinas Kesehatan Situbondo balita penderita Gizi

buruk yang ditangani secara medis dibulan Januari tercatat 12 penderita untuk

bulan Februari 2010 tercatat sebanyak 5 penderita, bulan Maret 6 penderita,

sedangkan untuk bulan April dan Mei tercatat 10 penderita gizi buruk yang juga

disertai penyakit penyerta lainnya seperti Tubercolosis ( TBC ) dan penyakit

Miningitis (http://ss97fm.multiply.com)

C. Etiologi

Ada 2 faktor penyebab dari gizi buruk adalah sebagai berikut :

1. Penyebab langsung. Kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang

dikonsumsi, menderita penyakit infeksi, cacat bawaan dan menderita

penyakit kanker. Anak yang mendapat makanan cukup baik tetapi sering

diserang atau demam akhirnya menderita kurang gizi.

2. Penyebab tidak langsung, ketersediaan Pangan rumah tangga, perilaku,

pelayanan kesehatan. Sedangkan faktor-faktor lain selain faktor kesehatan,

tetapi juga merupakan masalah utama gizi buruk adalah kemiskinan,

pendidikan rendah, ketersediaan pangan dan kesempatan kerja. Oleh karena

Page 3: Gizi Buruk

itu untuk mengatasi gizi buruk dibutuhkan kerjasama lintas sektor

Ketahanan pangan adalah kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan

pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik maupun

gizinya (Dinkes SU, 2006).

D. Klasifikasi

Terdapat 3 tipe gizi buruk adalah marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-

kwashiorkor. Perbedaan tipe tersebut didasarkan pada ciri-ciri atau tanda klinis

dari masing-masing tipe yang berbeda-beda, yaitu :

1. Marasmus

Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat. Gejala

yang timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak terlihat lemak dan

otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah patah dan

kemerahan, gangguan kulit, gangguan pencernaan (sering diare), pembesaran hati

dan sebagainya. Anak tampak sering rewel dan banyak menangis meskipun

setelah makan, karena masih merasa lapar.

2. Kwashiorkor

Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (suger baby),

bilamana dietnya mengandung cukup energi disamping kekurangan protein,

walaupun dibagian tubuh lainnya terutama dipantatnya terlihat adanya atrofi.

Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh

tubuh

a. Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis

b. Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut,

pada penyakit kwashiorkor yang lanjut dapat terlihat rambut kepala kusam.

c. Wajah membulat dan sembab

d. Pandangan mata anak sayu

e. Pembesaran hati, hati yang membesar dengan mudah dapat diraba dan terasa

kenyal pada rabaan permukaan yang licin dan pinggir yang tajam.

f. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah

menjadi coklat kehitaman dan terkelupas

Page 4: Gizi Buruk

3. Marasmik-Kwashiorkor

Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala klinik

kwashiorkor dan marasmus. Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung

protein dan juga energi untuk pertumbuhan yang normal. Pada penderita demikian

disamping menurunnya berat badan < 60% dari normal memperlihatkan tanda-

tanda kwashiorkor, seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit, sedangkan

kelainan biokimiawi terlihat pula (Depkes RI, 2000).

E. Patofisiologi

Terlampir

F. Manifestasi Klinis

1. Marasmus

a. Anak sangat kurus

b. Wajah seperti orang tua

c. Cengeng dan rewel

d. Rambut tipis,jarang,dan kusam

e. Kulit keriput

f. Tulang Iga tampak jelas

g. Pantat kendur

h. Perut cekung

i. Sering disertai diare kronik atau konstipasi/susah buang air,serta penyakit

kronik.

j. Tekanan darah,detak jantung dan pernafasan berkurang.

2. Kwashiokor

a. Edema umumnya diseluruh tubuh dan terutama pada kaki

b. Wajah membulat dan sembab

c. Otot-otot mengecil, lebih mengecil, lebih nyata apabila diperiksa pada posisi

berdiri dan duduk,anak berbaring terus menerus.

d. Perubahan status mental cengeng, rewel, kadang apatis

e. Anak sering menolak segala jenis makanan (Anoreksia)

f. Pembesaran hati

Page 5: Gizi Buruk

g. Rambut berwarna kusam dan mudah dicabut

h. Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas dan berubah menjadi

hitam terkelupas (crazy pavement dermatosis)

i. Pandangan mata anak nampak sayu

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah

Pada pemeriksaan darah meliputi Hb, albumin, globulin, protein total,

elektrolit serum, biakan darah.

Hasil yang didapat :

Protein total < 5,0-8,0 g/dl

Elektroforesis protein :

a. Albumin < 3.2-5.2 g/dl

b. Alfa -1 < 0,6-1,0

c. Alfa -2 < 0,6-1,0

d. Beta < 0,6-1,2

e. Gama < 0,6-1,2

Kadar kalium dalam darah:

a. Kalium plasma< 3,1-4,3 m∑q/dl

b. Kalium serum < 3,5-5,2 m∑q/dl

2. Pemeriksaan urine

Pemeriksaan urine meliputi urine lengkap dan kulture urine

3. Uji faal hati

a. Peradangan umum atau peradangan khusus di hati yang menimbulkan

kerusakan jaringan atau sel hati.

b. Adanya sumbatan saluran empedu.

4. EKG

Gambaran EKG pada pasien dengan malnutrisi ialah amplitude yang

berkurang, deviasi dari axis, interval PR dan QT yang memanjang,

gelombang T menjadi mendatar, segmen ST-T menurun, dan takikardi

ventricular.

Page 6: Gizi Buruk

5. Foto Rogten

Foto rontgen dapat membantu menentukan densitas tulang dan keadaan dari

jantung dan paru-paru, juga bisa menemukan kelainan saluran pencernaan

yang disebabkan oleh malnutrisi.

6. X Ray

Melakukan pemeriksaan X-Ray untuk memeriksa apakah ada kelainan pada

tulang dan organ tubuh lain.

H. Penatalaksanaan

Makanan / minuman dengan biologic tinggi gizi kalori / protein.

Pemberian secara bertahap dari bentuk dan jumlah mula – mula cair (seperti susu)

lunak (bubur) biasa (nasi lembek). Prinsif pemberian nutrisi

1. Porsi kecil,sering,rendah serat, rendah laktosa

2. Energy / kalori : 100 K kal / kg BB/ hari

3. Protein : 1 – 1,5 g / kg BB / hari

4. Cairan : 130 ml / kg BB / hari Ringan – sedang : 100 ml / kg BB / hari

Edema Berat

5. Tambahan MODISCO :

Susu (segala jenis susu)

Gula (gula pasir atau glukosa)

Minyak goreng atau margarine.

Obat / cegah infeksi

Antibiotic

1. Bila tampak komplikasi : Cotrymoksasol 5 ml

2. Bila anak sakit berat : Ampicillin 50 mg / kg BB IM/ IV setiap 6 jam selama

2 hari untuk melihat kemajuan / perkembangan anak

3. Timbang berat badan setiap pagi sebelum diberi makan

4. Catat kenaikan BB anak tiap minggu

I. Komplikasi

1. Hipotermi

2. Hipoglikemi.

Page 7: Gizi Buruk

3. Infeksi

4. Diare dan Dehidrasi

5. Syok

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

J. Pengkajian

a. Identitas

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan, No

Register, agama, tanggal masuk RS, dll

b. Keluhan utama

Tidak ada nafsu makan dan muntah

c. Riwayat penyakit sekarang

Gizi buruk biasanya ditemukan nafsu makan kurang kadang disertai muntah

dan tubuh terdapat kelainan kulit (crazy pavement)

d. Riwayat penyakit dahulu

Apakah ada riwayat penyakit infeksi , anemia, dan diare sebelumnya

e. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah ada keluarga yang lain menderita gizi buruk

K. Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi

Mata : agak menonjol, konjungtiva anemis, bulu mata rontok

Wajah : membulat dan sembab

Kepala : rambut mudah rontok dan kemerahan, tampak kusam, kotor

Kulit : adakah Crazy pavement dermatosis, keadaan turgor kulit

Odema

Abdomen

Marasmus : tampak cekung

Kwasiokor : tampak buncit seperti busung lapar

Page 8: Gizi Buruk

b. Perkusi

Pembesaran hati ± 1 inchi

c. Auskultasi

Peristaltic usus abnormal

L. Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

asupan yang tidak adekuat

2. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan  asupan

kalori dan protein yang tidak adekuat.

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan nutrisi,

dehidrasi

4. Kurang pengetahuan b.d kurang informasi tentang kondisi, prognosi dan

kebutuhan nutrisi

M. Intervensi Keperawatan

Dx 1 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

asupan yang tidak adekuat

Tujuan : Klien akan menunjukkan peningkatan status gizi.

Kriteria Hasil :

1. Keluarga klien dapat menjelaskan penyebab gangguan nutrisi yang dialami

klien, kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan

makanan sehat seimbang.

2. Dengan bantuan perawat, keluarga klien dapat mendemonstrasikan

pemberian diet (per sonde/per oral) sesuai program dietetic

Intervensi

1. Jelaskan kepada keluarga tentang penyebab malnutrisi, kebutuhan nutrisi

pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang,

tunjukkan contoh jenis sumber makanan ekonomis sesuai status sosial

ekonomi klien.

Page 9: Gizi Buruk

R : Meningkatkan pemahaman keluarga tentang penyebab dan kebutuhan

nutrisi untuk pemulihan klien sehingga dapat meneruskan upaya terapi

dietetik yang telah diberikan selama hospitalisasi.

2. Tunjukkan cara pemberian makanan per sonde, beri kesempatan keluarga

untuk melakukannya sendiri.

R : Meningkatkan partisipasi keluarga dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi

klien, mempertegas peran keluarga dalam upaya pemulihan status nutrisi

klien.

3. Laksanakan pemberian roborans sesuai program terapi.

R : Roborans meningkatkan nafsu makan, proses absorbsi dan memenuhi

defisit yang menyertai keadaan malnutrisi.

4. Timbang berat badan, ukur lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit setiap

pagi.

R : Menilai perkembangan masalah klien.

5. Kolaborasi dengan ahli gizi menyusun menu dan kalori.

R : Menu dan kalori dibutuhkan untuk memenuhi kekurangan nutrisi anak.

6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemasangan NGT

R : NGT dapat membantu pemenuhan nutrisi anak walaupun keadaannya

tidak memungkinkan untuk makan lewat oral.

Dx 2 : Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan  asupan

kalori dan protein yang tidak adekuat.

Tujuan : Klien akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai standar

usia.

Kriteria : Pertumbuhan fisik (ukuran antropometrik) sesuai standar usia.

Intervensi

1. Ajarkan kepada orang tua tentang standar pertumbuhan fisik dan tugas-

tugas perkembangan sesuai usia anak.

R : Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang keterlambatan

pertumbuhan dan perkembangan anak.

2. Lakukan pemberian makanan/ minuman sesuai program terapi diet

pemulihan.

Page 10: Gizi Buruk

R : Diet khusus untuk pemulihan malnutrisi diprogramkan secara bertahap

sesuai dengan kebutuhan anak dan kemampuan toleransi sistem

pencernaan.

3. Lakukan pengukuran antropo-metrik secara berkala.

R : Menilai perkembangan masalah klien.

4. Lakukan stimulasi tingkat perkembangan sesuai dengan usia klien.

R : Stimulasi diperlukan untuk mengejar keterlambatan perkembangan

anak dalam aspek motorik, bahasa dan personal/sosial.

5. Lakukan rujukan ke lembaga pendukung stimulasi pertumbuhan dan

perkembangan (Puskesmas / Posyandu)

R : Mempertahankan kesinambungan program stimulasi pertumbuhan dan

perkembangan anak dengan memberdayakan sistem pendukung yang ada.

Dx 3 : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan nutrisi,

dehidrasi

Tujuan : Integritas kulit kembali normal

Kriteria hasil :

1. Gatal hilang / berkurang

2. Kulit kembali halus, kenyal dan utuh

Intervensi

1. Anjurkan pada keluarga tentang pentingnya merubah posisi sesering

mungkin.

R : Untuk mencegah terjadinya infeksi dekubitus

2. Anjurkan keluarga lebih sering mengganti pakaian anak bila basah atau

kotor dan kulit anak tetap kering

R : Agar kulit anak tetap terjaga kebersihannya dan mencegah terjadinya

infeksi pada kulit

3. Kolaborasi dengan dokter untuk pengobatan lebih lanjut.

R : Untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien

Page 11: Gizi Buruk

DAFTAR PUSTAKA

Nelson. 2000. Ilmu kesehatan Anak,volume 2 Edisi 15. EGC. Jakarta.

Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta : Buku

Kedokteran EGC.

Fajar, Ibnu, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Moehji, Sjahmien. 1999. Ilmu Gizi. Jakarta : Bhratara.

Santoso, Soegeng, Ranti, Anne Lies. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta : Rineka

Cipta.

Alimul, Aziz.2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Edisi ke Dua. Jakarta:

Salaemba Medika.

http://ss97fm.multiply.com/journal?&page_start=1580&show_interstitial=1&u=%2Fjournal