gerakan-melek-peta.doc

16
GURU GEOGRAFI BERPARTISIPASI DALAM GERAKAN MELEK PETA Disampaikan dalam Workshop Pemanfaatan Informasi Geospasial Gerakan Nasional Melek Peta Di Universitas Sebelas Maret Surakarta 14 Maret 2013 Oleh: Partoso Hadi Staf Pengajar Prodi P. Geografi FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta Blog: www.partosohadi.staff.fkip.uns.ac.id e-mail: [email protected]. HP. 082137687755 Abstrak Data-informasi mukabumi (geospasial) secara komprehensif terekam dalam peta, sebuah dokumen visual- simbolik. Badan Informasi Geospasial (BIG) adalah lembaga yang mengemban amanah negara untuk penyelenggaraannya. Guru geografi dapat memanfaatkan data ini untuk menyiapkan peta geografi (peta tematik dan peta statistik) untuk media pembelajaran geografi di sekolah untuk setiap tema-KD. Substansi geografi yang terbentang dari litosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer, sampai antroposfer bukanlah ilmu segala macam, melainkan ilmu yang telaah substansinya senantiasa dari perspektif spasial.Disarankan pembelajaran geografi di sekolah diselenggarakan selektif atau terpilih; terpilih berdasarkan karakter region geografik untuk tematik komprehensif di tingkat pendidikan dasar; terpilih fisikal, sosial, ekonomik, kultural untuk sekolah menengah. A. MUKADIMAH Gerakan melek peta, salah sebuah mata acara hajatan ulang tahun Universitas Sebelas Maret Ke- 37 diselenggarakan oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) bekerja sama dengan Universitas Sebalas Maret Surakarta pada 14 Maret 2013. Kegiatan ini mengingatkan kita 1

Upload: ahmad-hasan

Post on 08-Nov-2015

218 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

GURU GEOGRAFI BERPARTISIPASI DALAM GERAKAN MELEK PETADisampaikan dalam

Workshop Pemanfaatan Informasi Geospasial

Gerakan Nasional Melek Peta

Di Universitas Sebelas Maret Surakarta

14 Maret 2013

Oleh:

Partoso Hadi

Staf Pengajar Prodi P. Geografi

FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta

Blog: www.partosohadi.staff.fkip.uns.ac.ide-mail: [email protected].

HP. 082137687755

Abstrak

Data-informasi mukabumi (geospasial) secara komprehensif terekam dalam peta, sebuah dokumen visual-simbolik. Badan Informasi Geospasial (BIG) adalah lembaga yang mengemban amanah negara untuk penyelenggaraannya. Guru geografi dapat memanfaatkan data ini untuk menyiapkan peta geografi (peta tematik dan peta statistik) untuk media pembelajaran geografi di sekolah untuk setiap tema-KD. Substansi geografi yang terbentang dari litosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer, sampai antroposfer bukanlah ilmu segala macam, melainkan ilmu yang telaah substansinya senantiasa dari perspektif spasial.Disarankan pembelajaran geografi di sekolah diselenggarakan selektif atau terpilih; terpilih berdasarkan karakter region geografik untuk tematik komprehensif di tingkat pendidikan dasar; terpilih fisikal, sosial, ekonomik, kultural untuk sekolah menengah.A. MUKADIMAH

Gerakan melek peta, salah sebuah mata acara hajatan ulang tahun Universitas Sebelas Maret Ke- 37 diselenggarakan oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) bekerja sama dengan Universitas Sebalas Maret Surakarta pada 14 Maret 2013. Kegiatan ini mengingatkan kita pada upaya Pemberantasan Buta Huruf (PBH) pada tahun 60-an. PBH adalah sebuah gerakan yang diawali oleh keprihatinan mendiang Presiden Soekarno atas ketunaaksaraan kawula negeri ini sebab melek aksara merupakan langkah awal membuka pintu informasi dan pengetahuan. Upaya ini, ditempuh dengan dua jalur, jalur pertama melalui pendidikan formal di sekolah, jalur kedua melalui PBH untuk orang tua yang belum sempat mengenyam pendidikan formal. Barangkali ide gerakan melek peta ini juga berangkat dari keprihatinan Kepala BIG, terhadap ketunapetaan atau buta peta masyarakat kita.Jika sosialisasi baca-tulis huruf latin dulu diselenggarakan lewat PBH terhadap orang tua yang belum pernah mengenyam sekolah formal, sosialisasi baca huruf latin pada murid sekolah formal cukup berhasil. Tetapi hari ini murid sekolah formal belum banyak menguasai baca-tulis peta, padahal seharusnya murid (dari araada- yuriidu- muuridan yang seharusnya bermakna mereka yang mempunyai cita-cita, yang mendambakan sesuatu yang lebih baik, yang berkehendak untuk maju) seharusnyalah dimengertikan baca-tulis peta, karena peta adalah dokumen ilmiah data-informasi mukabumi, data-informasi geospasial baik informasi geospasial tanah airnya, informasi geospasial tetangga, dan informasi geospasial-mukabumi kita yang hanya satu ini. B. PETA Peta adalah dokumen ilmiah, data dan informasi mukabumi yang ditampilkan secara visual-simbolik (Raisz,1948; Birch,1960; Robinson,1969). Ada peta yang menampilkan informasi hipsografi, hidrografi, bentang budaya (man made), vegetasi secara lengkap; sesuai kemampuan skalanya. Peta demikian dinamai peta umum. Peta korografi adalah contohnya. Pada skala yang lebih besar, peta topografi merupakan contoh dengan detail data yang lebih rinci. Secara umum term peta topografi digunakan seluruh dunia. Di Indonesia peta topografi dahulu dikeluarkan oleh Topografi Angkatan Darat bahkan diawali oleh Topografisch Dient di zaman kolonial, sedangkan BAKOSURTANAL mengeluarkan peta topografi dengan nama Peta Rupabumi Indonesia. Peta ini dimaksudkan sebagai peta dasar yang memberikan informasi secara khusus untuk wilayah darat (UU No. 4/2011 Ps 1: 12), disamping peta Peta Lingkungan Pantai Indonesia dan Peta Lingkungan Laut Nasional (UU No. 4/2011 Ps 1: 13-14). BAKOSURTANAL kemudian bernama Badan Informasi Geospasial disingkat BIG (UU No. 4/2011 Ps 22: 2) mengemban amanat sebagai penyelenggara Informasi Geospasial. Guru geografi dapat mengakses data Geospasial Dasar ini untuk media pembelajaran di sekolah.Sedangkan peta yang sengaja dibuat untuk menampilkan data, informasi, pesan, ide tertentu dinamakan peta khusus atau peta tematik. Ke dalam kelompok peta ini dapat disebutkan peta tanah, peta penggunaan tanah, peta kemampuan tanah, peta kesesuaian tanah, peta harga tanah, peta lereng peta bentuk lahan, peta sebaran penduduk, peta kepadatan penduduk, peta dasimetri, peta konstituen partai, peta sebaran murid sekolah dan 1001 atau 1002 peta khusus lainnya. Guru geografi seharusnya menggunakan peta-peta ini sebagai media pembelajaran di sekolah dengan membuat peta sendiri atau kompilasi dari instansi-instansi pemerintah ( UU No. 4/2011 Ps 25: 1- 4). Periksa artikel: 1. Esensi Peta, 2. Belajar Geografi Dengan Menggunakan Peta, 3. Esensi Media Pembelajaran Geospasial Dalam Pembelajaran Geografi, pada www.partosohadi.staff.fkip.uns.ac.id C. GURU GEOGRAFI DAN PETA1. Bagaimana guru geografi mengajar murid? Konon banyak keluhan tentang pembelajaran geografi di sekolah : tidak menarik perhatian peserta didik, membosankan, lebih berujung ke hafalan...kurang berbobot, lebih menambah beban...dan sebagainya dan seterusnya. Agaknya pembelajaran geografi di SMP/ MTs dan SMA/ MA belum sepenuhnya sesuai dengan filosofi atau esensi geografi sebagai ilmu spasial yang diharapkan memberikan bekal kemampuan berfikir spasial (spatial thinking skill) dan spatial intelligence kepada peserta didik.

Ikatan Geograf Indonesia (IGI) sudah sejak lama menaruh perhatian kepada pembenahan pembelajaran geografi di sekolah. Melalui dua kali sarasehan yang digagas oleh mendiang I Made Sandy dan diselenggarakan di Jakarta oleh Geografi FMIPA UI serta Semiloka di IKIP Semarang pada medio 1988 diidentifikasi akar permasalahannya ada pada kurikulum sekolah dan pada buku ajar (Semlok IGI di IKIP Semarang, April 1988).

Akar permasalahan tersebut sampai hari ini agaknya belum banyak berubah. Guru lebih membelajarkan ilmu batuan daripada geomorfologi geografi (geomorphological geography- Pidato Pengukuhan Guru Besar mendiang Prof. Drs. Kardono Darmojuwono), lebih mengajarkan ilmu tanah daripada geografi tanah, lebih mengajarkan ilmu iklim daripada klimatologi regional, lebih mengajarkan ilmu ekonomi daripada geografi ekonomi, lebih mengajarkan demografi dan studi kependudukan daripada geografi penduduk dan sebagainya dan seterusnya. Selain itu juga begitu mudah mencari kesalahan konsep dalam buku ajar yang digunakan guru dan murid.

Kesepakatan IGI (pada waktu itu) mengamanahkan bahwa pada bidang apapun ilmu geografi diamalkan termasuk dalam pembelajaran geografi di sekolah, seharusnya berangkat dari esensi geografi yang baku. Rupa-rupanya masih perlu optimalisasi pembekalan kompetensi profesional (kuliah: filsafat ilmu geografi dan cabang-cabang ilmu geografi) dan kompetensi pedagogis (kuliah: ilmu pembelajaran geografi).

2. Perspektif Spasial Geografi

Geografi bukan ilmu segala macam. Tetapi dari kajian materi-substansi yang bermacam-macam, telaahnya selalu dari perspektif spasial; menghasilkan wilayah-wilayah geografik yang mencirikan persamaan obyek, fenomena, pola, masalah, potensi, yang ada di ruang muka bumi sebagai sebentuk persamaan (sekaligus perbedaan) obyek, fenomena, pola, masalah, potensi; ruang mukabumi, dipresentasikan- ditampilkan- divisualkan dalam bentuk peta geografi. Hasil analisis spasial; deskripsi spasial, hubungan spasial, aura spasial, perbandingan spasial; juga dipresentasikan dalam bentuk peta geografi yang kerinciannya bergantung kepada skala peta. Materi pembelajaran geografi di sekolah terbentang dari litosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer, sampai antroposfer, seharusnya berbasis perspektif spasial pula. Maka pembelajaran geografi atas substansi apapun disampaikan menggunakan peta geografi yang relevan dengan substansinya itu.

Menengok pemikiran Preston E. James & CF Jones, editor American Geography Inventory and Prospect (AGIP) dan kontributor lainnya, sejak pertengahan dasawarsa limapuluhan abad lalu, tegas mengemukakan ciri spasial geografi sebagai berikut :

Today as in the past, geography is concerned with the arrangement of things on the face of the earth, and with the association of things that give character to particular places, (AGIP 1954: 4)

Almost all scholars who have thought deeply about the nature of geography agree on the essential unity of the field. Actually, there is just one kind of geography. (P.E James Richard Hartshorne J.R. Wright AGIP 1954: 15). In geography, the subject of investigation and presentation is the area differentiation of the face of the earth. Geography focuses on the similiarities and differences among areas, on the interconnections and movements between areas, and on the order found in the space at or near the earths surface. ( The Regional Concept etc. AGIP 1954: 21).

The geographic method of studying soils requires the identification of kinds of soils and the mapping of areal spread of these type. (AGIP, 1954 :383)

Fitogeografi Geographers characteristically, record on maps their observations regarding patterns of distribution, and the maps in turn, are used for the study of areal relation. (AGIP, 1954 : 429-430)

Economics geography has to do win similiarities and diferences from place to place in the ways people make living ... (AGIP,1954:214)

Marketing Geography

... in studying markets, the geographer is primarily concerned with where the markets are. He is interested in the distribution of individual consumers and in the magnitude of actual potential sales within specific areas. ... in the study of channels of distribution on marketing geographer is primarily concerned, again, within the location of these channels.

... The mapping of relevant data regarding markets and the marketing process is a contribution in it self. (AGIP, 1954: 245-251)

Transportation geography

... Transportation is a measure of the relations between areas and is therefore an essential aspect of geography ... Geography is concerned with all connections and interractions, including communication and transportation ... For geographers who view the core of geography as primarily the analysis of spasial interaction, the study of transportation and in the boarder sense, of circulation as a whole, is of crucial importance. (AGIP, 1954:311) Historical Geography. Any study of past geography or of geographical change through time is historical geography, whether the study be involved with cultural, physical, or biotic phenomena and however limited it may be in topic or area. (Andrew H. Clark Chairman on Historical Geography, AGIP 1954: 71).

Urban Geography. Geographers are concerned with the study of cities, because urban centres constitute distinctive areas. They are the face of the general patterns of settlement; they are populated to a density rarely encountered in rural areas; they are the portals through which the spatial interchange of goods and ideas connects region with region; they dominate the the patterns of eonomic life.etc. (H.M. Mayer; E.L. UI Iman; Robert E. Dickinson; Ch.D. Harris; Clyde F. Kohn; Raymond E. Murphy; Victor Roterus-AGIP-1954 :143) Agricultural Geography. Generally speaking, if an American geographer has been concerned with measures to increase the supply of wheat, he has though first of all in terms of producing wheat rather than buying it. He has then studied natural and social conditions in areas devoted to wheat production and, whit that evidence in hand, has set about discovering other areas in which there conditions prevail, or could be established, in order to determine where new supplies of wheat might be obtained. Analitical studies in agricultural geography even when dealing with one commodity, have nearly always been concern with particular areas. (AGIP1954: 260)

Dalam Pidato Pengukuhan Guru Besarnya, Sandy mengemukakan bahwa: Geografi itu adalah ilmu yang berusaha menemukan dan memahami persamaan-persamaan dan perbedaan yang ada dalam ruang mukabumi. (Sandy, 1988: 6)

Sebuah buku geografi lain yang dipublikasikan masa kini (e-book) juga nampak masih mengamini pemikiran-pemikiran geograf pertengahan abad lalu itu seperti:

Geography is the study of the distributions and interrelationships of earth phenomena. Geographers describe their discipline as a spatial science. That is, geographers are concerned with answering questions about how and why earth phenomena vary across the Earth. For instance, geographers investigate patterns of vegetation as they relate to distributions of climate, soils and topography. (http://www.uwsp.edu/geo/faculty/ritter/geog101/textbook/content.html)3. Performa guru geografi yang diharapkan

Selain kompetensi sosial dan kompetensi kepribadiannya baik, guru geografi yang ideal adalah guru geografi yang bisa mengajar geografi, artinya ia menguasai kompetensi profesionalnya. Undang-undang No. 20/2003 tentang SISDIKNAS mengamanatkan untuk melalui pendidikan, kita mengantarkan peserta didik menjadi manusia Indonesia seutuhnya, terdidik lengkap, terasah penalaran-etika-estetikanya secara baik, bermoral dan berkarakter kuat, mampu berpikir orisinil kreatif untuk menjadi Warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Penyelenggaraan pendidikan dipandang sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik (lihat pasal 3 UU No. 20/2003).

Pada workshop Program Pendidikan Profesi Guru (Program PPG) di Jakarta 5- 8 Nopember 2010 dalam kelompok mata pelajaran geografi, wacana revitalisasi aspek konten atau isi-substansi geografi menjadi rasanan beberapa peserta workshop yang saat itu menggarap penyusunan kurikulum dan sistem pembelajaran, pengembangan perangkat pembelajaran PPG, perangkat RPP dan PPL dan sebagainya. Kesadaran pentingnya aspek bahan ajar ini mengemuka antara lain karena banyak dijumpainya konsep yang keliru pada buku ajar yang ada. Jadi pembekalan substansi bidang studi pada Program Studi P. Geografi (sekolah guru geografi) adalah awal upaya penguasaan kompetensi profesional yang harus digulawentah lebih serius.

Substansi pembelajaran geografi yang tertuang dalam SK/ KD seharusnya mengacu atau menginduk kepada cabang-cabang ilmu geografi seperti pada gambar berikut:

Gambar 1. The Continuum of GeographyRitter, ME. The Physical Environment An Introduction to Physical Geography

Sumber: http://www.uwsp.edu/geo/faculty/ritter/geog101/textbook/content.htmlSubstansi geografi memang dapat overlap dengan bidang ilmu lain. Konsep- konsep di Soil Geography overlap dengan konsep-konsep di Pedology (Gambar 1), ......ada overlap konsep-konsep Botany dan Zoology dengan konsep-konsep Biogeography, ada overlap konsep- konsep Demography dengan konsep- konsep Population Geography. Yang membedakan adalah (dan ini merupakan identitas geografi) sudut pandang spasial. Geografi menelaah semua substansinya dari sudut pandang spasial. Geografi Ekonomi dan Ilmu Ekonomi memiliki kemiripan substansi, yang membedakan adalah geografi ekonomi menelaah substansi itu dari pandangan spasial (Chislom, 1970). Demikian pula geografi tumbuhan (phythogeography) dan botani, geografi transportasi dan ilmu transportasi serta menejemen transportasi (James and Jones, 1967). Pandangan spasial inilah yang mengharuskan penggunaan peta sebagai visualisasi hasil kajiannya.

Maka pembelajaran geografi menggunakan peta geografi sebagai media utama untuk sosialisasi konsep spasial, apapun bahan ajarnya (amanah SK/ KD). Tetapi di sekolah saat ini guru geografi hanya membelajarkan peta sebagai pengetahuan.4. Menyiapkan Peta Geografi di LPTKPeta Geografi bukanlah peta yang dibuat dengan skala 1 : 1.000.000 seperti yang ditulis beramai-ramai dalam buku-buku pelajaran geografi di sekolah (lihat antara lain; Drs. Aris Supriyanto dan Drs. Kusmono Hadi. 2005. GEOGRAFI Jilid 1 SMA Kelas X. PT. Piranti Darma Kalokatama. hal. 19) tetapi peta hasil kerja geografi berwujud peta tematik dan peta statistik.

Kerja Geografi adalah menarik garis atas kesamaan karakteristik objek, fenomena, potensi, masalah, pada ruang mukabumi atau model visualnya (peta atau citra) menjadi region geografik atau wilayah geografik. Harold M. Mayer mengemukakan: Although every places is unique, there are many attributes that, individualy and in combination, characterize groups of places. Geographers are concerned not only with unique characteristics of places but also with those that they have in common. In order to measure the common characteristics of places as well as their differences, it is necessary to develop classifications of places. This process, regionalization, is analogous to the taxonomic schemes in other disciplines, in which phenomena are grouped in accordance with threir relative similarities (Frazier, 1982:27).

Menggunakan Informasi Geospasial Dasar (Pasal 1: 5) yang terekam dalam peta RBI (Pasal 1: 12) calon guru geografi di LPTK (semester 2) dilatih menarik garis (proses regionalisasi) menghasilkan wilayah aliran sungai (DAS), wilayah lereng, wilayah ketinggian, wilayah konfigurasi mukabumi (morfologi), wilayah penggunaan lahan, dan sebagainya dan seterusnya. Kegiatan ini merupakan sebentuk oprasionalisasi Areal likenesses concept; Areal differences; Areal uniquenes concept; Regional concept. Analisis arragemen wilayah-wilayah geografik dalam sebuah landscape sebagai sebentuk oprasionalisasi Areal distribution concept. Analisis kaitan wilayah geografik dengan wilayah geografik yang lain sebagai sebentuk oprasionalisasi area relationship concept. Latihan yang sama dengan Informasi Geospasial Dasar citra pengeinderaan jauh dilatihkan di semester 6. Kegiatan latihan tersebut ditopang oleh SIG Lanjut (semester 5) dan SIG Terapan (semester 7). Hasil latihan ini adalah peta-peta geografi tema tunggal maupun peta geografi tema jamak (kompleks wilayah) dengan mengacu kaidah-kaidah kartografis merupakan sebentuk aplikasi Round earth on flat paper concept.

Implementasi kegiatan tersebut ada pada kegiatan menyiapkan perangkat pembelajaran geografi pada matakuliah pengajaran mikro (semester 6) seperti akses ke sumber belajar, konstruksi media pembelajaran, konstruksi evaluasi pembelajaran, menyusun bahan ajar untuk SMP dan SMA beserta kerangka konsepnya.

Sekuensi menyiapkan peta geografi untuk media pembelajaran geografi kurang lebih sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Pemetaan Tematik

Gambar 2. Skema Map Reading dan Map Making

5. Substansi Pembelajaran Geografi

Substansi pembelajaran geografi yang demikian luas, seyogyanya disampaikan kepada murid pada tiap satuan pendidikan secara selektif atau terpilih. Pada tingkat pendidikan dasar pembelajaran geografi disampaikan salam bentuk tematik komprehensif sesuai dengan lingkungan geografiknya. Misalnya lingkungan pesisir, lingkungan daratan tinggi struktural, lingkungan daratan volkanik, lingkungan fluvio-marine, lingkungan fluvio-vulkanik, lingkungan pasang surut, dan seterusnya. Pada satuan pendidikan menengah: Kelompok IPA: diajarkan materi geografi yang berinduk pada cabang-cabang Ilmu Geomorfologi Geografi. Geografi Tanah, Geografi Iklim, Geografi Tumbuhan, Geografi Hewan, Hidrogeografi, Geografi Bencana Alam Fisik, dan seterusnya.

Kelompok IPS: diajarkan materi geografi yang berinduk pada cabang-cabang Ilmu Geografi Sosial. Geografi Penduduk, Geografi Politik, Geografi Ekonomi, Geografi Transportasi, dan seterusnya.

Kelompok Budaya/Bahasa: diajarkan materi geografi yang berinduk pada cabang-cabang Ilmu Geografi Budaya/ Geografi Bahasa. Geografi Dialek, Geografi Suku, Geografi Kuliner, dan sebagainya.

Kelompok Sekolah Kejuruan Ekonomi: diajarkan materi geografi yang berinduk pada cabang-cabang Ilmu Geografi Ekonomi. Geografi Pemasaran, Geografi Transportasi, Geografi Industri, Geografi Sumberdaya, dan sebagainya.

6. Kontribusi Guru Geografi Jika dengan berbagai peta geografi guru menampilkan persamaan dan perbedaan karakteristik fisikal; berbagai sumberdaya (riil dan potensial); region geografik berbagai bencana (riil dan potensial); region geografik suku, bahasa, dialek, adat istiadat, kearifan lokal; region geografik potensi pengembangan wilayah; tanah airnya maka guru geografi berkontribusi dalam membentuk kesadaran murid perlunya keutuhan NKRI.

Pemahaman konsep spasial sebagai identitas ilmu geografi adalah kompetensi yang harus dikuasai guru geografi. Dengan demikian ia akan mampu (melalui bahan ajar yang disampaikan) membekali peserta didik (pada tingkat satuan pendidikan) kemampuan berfikir spasial.

Dengan kemampuan berfikir spasial, insan terdidik kita, memahami variasi objek, fenomena, potensi, masalah yang ada di ruang mukabumi beserta atribut, karakter dan warna wataknya. Jika ruang mukabumi tersebut adalah Ruang Mukabumi Tanah Airnya maka kebutuhan Keutuhan NKRI menjadi dirasakan mutlak. Dengan kemampuan berfikir spasial, insan terdidik kita, memahami variasi objek, fenomena, potensi, masalah yang ada di ruang mukabumi beserta atribut, karakter dan warna wataknya. Kedalamannya bergantung kepada jenjang apa ia menyelesaikan pendidikannya. Ujung dari pemahaman ini ia akan memiliki sikap dan perilaku yang dapat diharapkan mampu memperlakukan, memanfaatkan, merawat dan menjadi pemelihara mukabumi sebagai pengemban amanah wakilnya Al-Wakiil/ Sang Pemelihara. (QS. Ar- Rahman: 1- 12), membangun green mentalism.

D. SIMPULAN Pembelajaran geografi menggunakan peta sebagai media utama dalam upaya internalisasi konsep-konsep geografi oleh guru kepada murid.

Implementasi penggunaan peta sebagai media pembelajaran sepatutnya-lah memperhatikan tingkatan pendidikan murid dan hal ini menyangkut desain simbol.

Kemajuan teknologi informasi membawa pengaruh pula dalam bidang teknologi informasi geospasial ibarat rahmat (blessing) yang dapat dimanfaatkan secara langsung untuk penyiapan peta geografi, termasuk akses ke sumber informasi geospasial. Cukup merepotkan guru geografi di sekolah adalah kenyataan bahwa kurikulum dan buku ajar kurang mendukung. Dari segi kurikulum nampak bahwa beberapa indikator (turunan SK dan KD) masih di luar pagar esensi atau filosofi geografi. Hal ini kiranya perlu perhatian serius organisasi profesi geografi. Perlunya dibangun segitiga akses:

DAFTAR PUSTAKA

Birch, TW. 1960. Maps. Oxford: The Claranden Press.

Frazier, John W (ed.). 1982. Applied Geography Selected Perspectives. Englewood Cliffs, N.J. 07632: Prentice-Hall, Inc

James, Preston S. & Clarence F. Jones (ed). 1954. American Geography Inventory & Prospect. Publish for the Associations of American Geographers: Syracuse University Press

Raisz, Erwin. 1948. General Cartography. New York : McGraw-Hill Book Company.Robinson, AH. 1969. Elements of Cartography Third Edition. New York : Jhon Willy and Son inc.

Sandy, I Made. 1988. GEOGRAFI Perkembangannya di Indonesia dan Pelajaran Geografi di Sekolah Lanjutan. Pidato Pengukuhan Dalam Jabatan Guru Besar Luar Biasa Mata Pelajaran Geografi Pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. Jakarta. 30 Maret 1988

Sudihadjo, Basuki. 1980. Prinsip Dasar Pembuatan Peta Tematik. Catatan Kuliah. Puspics UGM- BAKOSURTANALUndang-undang No. 4/ 2011 tentang Informasi Geospasial (salinan)

Undang-undang No. 20/ 2003 tentang SISDIKNAS (salinan)http://www.partosohadi.staff.fkip.uns.ac.id

http://www.uwsp.edu/geo/faculty/ritter/geog101/textbook/content.htmlKurikulum

Buku Ajar

Dst...

Guru Geografi

BIG

LPTK dengan Lab. Geografi yang memadai

Ps. 23,24,25,27,31,34,35,36

Ps. 23,24,25,27,31,34,35,36

Kerjasama

7