gerakan aceh merdeka (auliya utari, mia tri utami, roby kurniawan, nabilla fitra).ppt

15

Upload: auliya-utari

Post on 09-Jul-2016

137 views

Category:

Documents


21 download

TRANSCRIPT

Page 1: GERAKAN ACEH MERDEKA (Auliya Utari, Mia Tri Utami, Roby Kurniawan, Nabilla Fitra).ppt
Page 2: GERAKAN ACEH MERDEKA (Auliya Utari, Mia Tri Utami, Roby Kurniawan, Nabilla Fitra).ppt
Page 3: GERAKAN ACEH MERDEKA (Auliya Utari, Mia Tri Utami, Roby Kurniawan, Nabilla Fitra).ppt
Page 4: GERAKAN ACEH MERDEKA (Auliya Utari, Mia Tri Utami, Roby Kurniawan, Nabilla Fitra).ppt

Rezim Sukarno jatuh

(Orde Lama)

Provinsi Aceh pada saat itu dapat diibaratkan seperti “sapi perah” kekayaan alamnya dikuras, sementara keuntungan yang didapat diambil oleh pemerintah

pusat dan yang dikembalikan pada Aceh dalam bentuk pembangunan tidak sebanding dengan

sumbangan yang telah diberikan

Pemerintahan Soeharto

(Orde Baru)

Mendirikan industri-industri strategis seperti pabrik LNG, Mobil Oil, PT. Pupuk Iskandar Muda, PT. Aceh Asean

Fertilizer, PT. Kraft Aceh, serta sejumlah industri hilir yang berorientasi ekspor, telah menghasilkan devisa atau

pemasukkan keuangan yang cukup besar. Sifat industri yang berteknologi tinggi, juga meminggirkan tenaga kerja lokal dan justru mendatangkan tenaga ahli dari luar Aceh.

Selain menimbulkan gap ekonomi yang makin besar, pembangunan industri-industri tersebut juga menimbulkan

kecemburuan social di tengah masyarakat.

Page 5: GERAKAN ACEH MERDEKA (Auliya Utari, Mia Tri Utami, Roby Kurniawan, Nabilla Fitra).ppt

Tengku Hasan M.di Tiro (disingkat Hasan

Tiro)

Ketidakpuasan terhadap situasi dan kondisi Aceh yang makin menurun secara sosial, ekonomi, dan moral, mendorong beberapa kalangan masyarakat untuk mengangkat kembali cita-cita Aceh masa lalu sebagai bangsa yang makmur, berdaulat dan islami. Diantaranya dengan

mendirikan negara Aceh berdiri sendiri lepas dari pemerintahan Indonesia.

Ploklamator Gerakan Aceh Merdeka

Legitimasi atau keabsahan sejarah

kerajaan Aceh

kondisi kehidupan social ekonomi yang sangat

timpang dan memilukan dari masyarakat Aceh

Dorongan

Page 6: GERAKAN ACEH MERDEKA (Auliya Utari, Mia Tri Utami, Roby Kurniawan, Nabilla Fitra).ppt

Operasi Penumpasan

GPK (Gerakan Pengacau

Keamanan)

GPL (Gerakan Pengacau Liar)

GBPK (Gerakan Bersenjata Pengacau

Keamanan)

DIANGGAP SEBAGAI

PEMERINTAH ORDE BARU

GERAKAN ACEH MERDEKA(GAM)

Page 7: GERAKAN ACEH MERDEKA (Auliya Utari, Mia Tri Utami, Roby Kurniawan, Nabilla Fitra).ppt
Page 8: GERAKAN ACEH MERDEKA (Auliya Utari, Mia Tri Utami, Roby Kurniawan, Nabilla Fitra).ppt
Page 9: GERAKAN ACEH MERDEKA (Auliya Utari, Mia Tri Utami, Roby Kurniawan, Nabilla Fitra).ppt
Page 10: GERAKAN ACEH MERDEKA (Auliya Utari, Mia Tri Utami, Roby Kurniawan, Nabilla Fitra).ppt
Page 11: GERAKAN ACEH MERDEKA (Auliya Utari, Mia Tri Utami, Roby Kurniawan, Nabilla Fitra).ppt

Presiden Abdurrahman Wahid membuka peluang tersebut dengan melibatkan Henry Dunant Centre (HDC) yang merupakan organisasi international non-government (NGO) sebagai

mediator dalam penyelesaian konflik Aceh

Keterlibatan HDC yang pertama kalinya memprakarsai proses negosiasi antara pemerintah Indonesia dengan GAM.

Tahun 1999

Tahun 2000Penandatanganan berbagai perjanjian antara pemerintah Indonesia. mempertemukan kedua belah pihak dalam sebuah perundingan di Jenewa, Swiss dan menghasilkan Nota Kesepahaman untuk Jeda Kemanusiaan (Joint Understanding on Humanitarian Pause for Aceh) pada tanggal 12 Mei 2000.

Tahun 2001perundingan antara pemimpin GAM dan Wakil Pemerintah RI pada tanggal 6-9 Januari 2001 yang menghasilkan Kesepahaman Sementara (Provisional Understanding). Namun kesepahaman ini tetap diabaikan oleh kedua belah pihak sehingga berbagai tindak kekerasan masih saja terus terjadi.

Page 12: GERAKAN ACEH MERDEKA (Auliya Utari, Mia Tri Utami, Roby Kurniawan, Nabilla Fitra).ppt

Perundingan pada tanggal 9-10 Mei 2002 di Swiss, yang menghasilkan Pernyataan Bersama (Perundingan pada tanggal 9-10 Mei 2002 di Swiss, yang menghasilkan Pernyataan Bersama (Joint StatementJoint Statement) ) dimana GAM bersedia menerima UU NAD sebagai langkah awal dalam penyelesaian konflik. dimana GAM bersedia menerima UU NAD sebagai langkah awal dalam penyelesaian konflik.

Kesepakatan Penghentian Permusuhan (The Cessation of Hostilities Agreement-COHA) berhasil ditandatangani pada tanggal 9 Desember 2002 di Jenewa, Swiss. Namun lagi-lagi kedua belah pihak tidak mematuhi butir-butir kesepakatan yang ada didalam COHA, sehingga menyebabkan pelaksanaan COHA dilapangan menjadi terhambat.

Tahun 2002

Tahun 2003Kedua belah pihak sepakat untuk melakukan perundingan di Tokyo pada tanggal 17-18 Mei 2003. Pertemuan yang difasilitasi pemerintah Jepang ini berakhir tanpa kesepakatan. Hal ini secara otomatis menandai berakhirnya perjanjian penghentian permusuhan atau COHA, dengan demikian pemerintah Indonesia status darurat militer di Aceh. Dengan berakhirnya COHA maka peran HDC sebagai mediator yang memfasilitasi perundingan pun telah berakhir pula.

Ketika perundingan yang difasilitasi oleh HDC mengalami kegagalan maka proses perundingan berikutnya dilanjutkan oleh Crisis Management Initiative (CMI) sebuah lembaga swadaya masyarakat internasional, bergerak dalam bidang resolusi konflik yang menjadi mediator antara Pemerintah Indonesia dan GAM. Proses mediasi yang dilanjutkan oleh CMI ini dimulai dengan mengadakan lima tahap perundingan informal diantara Pemerintah Indonesia dan GAM, sehingga pada perundingan formal dapat dicapai Memorandum of Understanding (MoU) perdamaian antara pemerintah Indonesia dan GAM yang ditandatangani pada 15 Agustus 2005.

Tahun 2005

Page 13: GERAKAN ACEH MERDEKA (Auliya Utari, Mia Tri Utami, Roby Kurniawan, Nabilla Fitra).ppt
Page 14: GERAKAN ACEH MERDEKA (Auliya Utari, Mia Tri Utami, Roby Kurniawan, Nabilla Fitra).ppt
Page 15: GERAKAN ACEH MERDEKA (Auliya Utari, Mia Tri Utami, Roby Kurniawan, Nabilla Fitra).ppt