geologi regional smg
DESCRIPTION
merupakan litologi penyusun daerah semarang dan sekitarnyaTRANSCRIPT
BAB III
Geologi Regional Semarang
2.1 Keadaan Umum Wilayah Semarang
Secara geografis, wilayah Kotamadya Semarang, Propinsi Jawa Tengah
terletak pada koordinat 110º16’20’’ - 110 º 30’29’’ Bujur Timur dan 6 º
55’34’’ - 7º 07’04’’ Lintang Selatan dengan luas daerah sekitar 391,2 Km2.
Wilayah Kotamadya Semarang sebagaimana daerah lainnya di Indonesia
beriklim tropis, terdiri dari musim kemarau dan musim hujan yang silih
berganti sepanjang tahun. Besar rata-rata jumlah curah hujan tahunan wilayah
Semarang utara adalah 2000 - 2500 mm/tahun dan Semarang bagian selatan
antara 2500 - 3000 mm/tahun. Sedangkan curah hujan rata-rata per
bulan berdasarkan data dari tahun 1994 - 1998 berkisar antara 58 - 338
mm/bulan, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Oktober sampai bulan
April dengan curah hujan antara 176-338 mm/bulan, sedangkan curah hujan
terendah terjadi pada bulan Mei sampai bulan September dengan curah hujan
antara 58 - 131 mm/bulan. Temperatur udara berkisar antara 240 C sampai
dengan 330 C dengan kelembaban udara rata – rata bervariasi antara 62%
sampai dengan 84%. Sedangkan kecepatan angin rata – rata adalah 5,9
Km/jam. Batas batas Kota Semarang meliputi :
v Sebelah Utara berbatasan Laut Jawa, dengan panjang garis pantai ±
13,6 km
v Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Semarang
v Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Demak
v Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kendal
Secara administrasi, Kota Semarang terdiri dari 16 Kecamatan dan 177
Kelurahan. Letak kota Semarang hampir berada di tengah – tengah bentangan
panjang kepulauan Indonesia dari arah Barat ke Timur.
2.2 Topografi Daerah Semarang
Kota Semarang memiliki ketinggian beragam, yaitu antara 0,75 – 348
m di atas permukaan laut, dengan topografi terdiri atas daerah pantai/pesisir,
dataran dan perbukitan dengan kemiringan lahan berkisar antara 0% – 45%.
2.3 Morfologi Daerah Semarang
Morfologi daerah Semarang berdasarkan pada bentuk topografi dan
kemiringan lerengnya dapat dibagi menjadi 7 (tujuh) satuan morfologi yaitu:
a. Dataran rendah
Merupakan daerah dataran aluvial pantai dan sungai. daerah bagian
barat daya merupakan punggungan lereng perbukitan, bentuk lereng
umumnya datar hingga sangat landai dengan kemiringan lereng medan
antara 0 - 5% (0-3%), ketinggian tempat di bagian utara antara 0 - 25 m
dpl dan di bagian barat daya ketinggiannya antara 225 - 275 m dpl. Luas
penyebaran sekitar 164,9 km2 (42,36%) dari seluruh daerah Semarang.
Dataran rendah membentang sejajar garis pantai Laut Jawa, dengan lebar
2,5 km – 10 km, dengan 10 m di atas permukaan air laut. Daerah ini
ketinggian tempat membentuk kawasan luapan banjir pada sisi sungai
dengan aluvial hidromorf yang berupa kerikil, pasir, lanau dan
lempung. Pertemuan dengan garis pantai, endapan aluvial membentuk
delta berupa pasir, lanau dan lempung. Akibat gelombang dan pasang surut
air laut, maka endapan tersebut menyebar ke arah Timur Laut dan Barat
Daya, dan membuat garis pantai semakin maju.
b. Daerah Bergelombang
Satuan morfologi ini umumnya merupakan punggungan, kaki bukit
dan lembah sungai, mempunyai bentuk permukaan bergelombang halus
dengan kemiringan lereng medan 5 - 10% (3-9%), ketinggian tempat antara
25 - 200 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 68,09 km2. (17,36%) dari seluruh
daerah Semarang.
c. Daerah Dataran Tinggi
Merupakan bagian Satuan Wilayah Sungai Kali Garang yang berhulu
di Kaki Gunung Ungaran. Anak sungai berpola meranting, dan masih terus
mengikis tegak lurus kebawah kearah hulu dengan kuat, membentuk daerah
yang mempunyai derajat erosi yang tinggi dan luas.
d. Daerah antara,
Terletak diantara Daerah rendah dan Daerah Tinggi. Morfologi daerah
antara ini, umumnya berupa daerah perbukitan dengan kelerengan yang sedang
hingga terjal.
Ø Perbukitan Berlereng Landai
Satuan morfologi ini merupakan kaki dan punggungan
perbukitan, mempunyai bentuk permukaan bergelombang landai
dengan kemiringan lereng 10 - 15 % dengan ketinggian wilayah 25 -
435 m dpl. Luas penyebaran sekitar 73,31 km2 (18,84%) dari seluruh
daerah Semarang.
Ø Perbukitan Berlereng Agak Terjal
Satuan morfologi ini merupakan lereng dan puncak
perbukitan dengan lereng yang agak terjal, mempunyai kemiringan
lereng antara 15 - 30%, ketinggian tempat antara 25 - 445 m dpl. Luas
penyebarannya sekitar 57,91Km2 (14,8%) dari seluruh daerah
Semarang.
Ø Perbukitan Berlereng Terjal
Satuan morfologi ini merupakan lereng dan puncak
perbukitan dengan lereng yang terjal, mempunyai kemiringan lereng
antara 30 - 50%, ketinggian tempat antara 40 - 325 m dpl. Luas
penyebarannya sekitar 17,47 Km2 (4,47%) dari seluruh daerah
Semarang.
Ø Perbukitan Berlereng Sangat Terjal
Satuan morfologi ini merupakan lereng bukit dan tebing
sungai dengan lereng yang sangat terjal, mempunyai kemiringan
lereng antara 50 - 70%, ketinggian tempat antara 45 - 165 m dpl. Luas
penyebarannya sekitar 2,26 Km2 (0,58%) dari seluruh daerah
Semarang.
Ø Perbukitan Berlereng Curam
Satuan morfologi ini umumnya merupakan tebing sungai
dengan lereng yang curam, mempunyai kemiringan >70%, ketinggian
tempat antara 100 - 300 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 6,45
Km2(1,65%) dari seluruh daerah Semarang.
2.4 Tata Guna Lahan
Penggunaan lahan di wilayah Kotamadya Semarang terdiri dari wilayah
terbangun (Build Up Area) yang terdiri dari pemukiman, perkantoran
perdagangan dan jasa, kawasan industri, transportasi. Sedangkan wilayah tak
terbangun terdiri dari tambak, pertanian, dan kawasan perkebunan serta
konservasi.
2.5 Susunan Stratigrafi
Geologi Kota Semarang berdasarkan Peta Geologi Lembar Magelang -
Semarang (RE. Thaden, dkk; 1996), susunan stratigrafinya adalah sebagai
berikut :
1. Aluvium
Merupakan endapan aluvium pantai, sungai dan danau. Endapan
pantai litologinya terdiri dari lempung, lanau dan pasir dan campuran
diantaranya mencapai ketebalan 50 m atau lebih. Endapan sungai dan
danau terdiri dari kerikil, kerakal, pasir dan lanau dengan tebal 1 - 3
m. Bongkah tersusun andesit, batu lempung dan sedikit batu pasir.
2. Batuan Gunung api Gajah Mungkur
Batuannya berupa lava andesit, berwarna abu-abu kehitaman,
berbutir halus, holokristalin, komposisi terdiri dari felspar, hornblende
dan augit, bersifat keras dan kompak. Setempat memperlihatkan
struktur kekar berlembar (sheeting joint).
3. Batuan Gunungapi Kaligesik (Qpk)
BatuanGunungapi Kaligesik berupa lava basalt, berwarna abu-
abu kehitaman, halus, komposisi mineral terdiri dari felspar, olivin
dan augit, sangat keras.
4. Formasi Jongkong
Breksi andesit hornblende augit dan aliran lava, sebelumnya
disebut batuan gunungapi Ungaran Lama. Breksi andesit berwarna
coklat kehitaman, komponen berukuran 1 - 50 cm, menyudut -
membundar tanggung dengan masa dasar tufaan, posositas sedang,
kompak dan keras. Aliran lava berwarna abu-abu tua, berbutir halus,
setempat memperlihatkan struktur vesikuler (berongga).
5. Formasi Damar
Batuannya terdiri dari batu pasir tufaan, konglomerat, dan
breksi volkanik. Batu pasir tufaan berwarna kuning kecoklatan
berbutir halus - kasar, komposisi terdiri dari mineral mafik, felspar,
dan kuarsa dengan masa dasar tufaan, porositas sedang, keras.
Konglomerat berwarna kuning kecoklatan hingga kehitaman,
komponen terdiri dari andesit, basalt, batuapung, berukuran 0,5 - 5
cm, membundar tanggung hingga membundar baik, agak rapuh.
Breksi volkanik mungkin diendapkan sebagai lahar, berwarna abu-
abu kehitaman, komponen terdiri dari andesit dan basalt, berukuran 1
- 20 cm, menyudut - membundar tanggung, agak keras.
6. Formasi Kaligetas
Batuannya terdiri dari breksi dan lahar dengan sisipan lava dan
tuf halus sampai kasar, setempat di bagian bawahnya ditemukan batu
lempung mengandung moluska dan batu pasir tufaan. Breksi dan
lahar berwarna coklat kehitaman, dengan komponen berupa andesit,
basalt, batuapung dengan masa dasar tufa, komponen umumnya
menyudut - menyudut tanggung, porositas sedang hingga tinggi,
breksi bersifat keras dan kompak, sedangkan lahar agak rapuh. Lava
berwarna hitam kelabu, keras dan kompak. Tufa berwarna kuning
keputihan, halus - kasar, porositas tinggi, getas. Batu lempung,
berwarna hijau, porositas rendah, agak keras dalam keadaan kering
dan mudah hancur dalam keadaan basah. Batu pasir tufaan, coklat
kekuningan, halus - sedang, porositas sedang, agak keras.
7. Formasi Kalibeng
Batuannya terdiri dari napal, batupasir tufaan dan batu
gamping. Napal berwarna abu-abu kehijauan hingga kehitaman,
komposisi terdiri dari mineral lempung dan semen karbonat,
porositas rendah hingga kedap air, agak keras dalam keadaan kering
dan mudah hancur dalam keadaan basah. Pada napal ini setempat
mengandung karbon (bahan organik). Batupasir tufaan kuning
kehitaman, halus - kasar, porositas sedang, agak keras, Batu gamping
merupakan lensa dalam napal, berwarna putih kelabu, keras dan
kompak.
8. Formasi Kerek
Perselingan batu lempung, napal, batu pasir tufaan, konglomerat, breksi
volkanik dan batu gamping. Batu lempung kelabu muda - tua,
gampingan, sebagian bersisipan dengan batu lanau atau batu pasir,
mengandung fosil foram, moluska dan koral-koral koloni. Lapisan
tipis konglomerat terdapat dalam batu lempung di K. Kripik dan di
dalam batupasir. Batu gamping umumnya berlapis, kristallin dan
pasiran, mempunyai ketebalan total lebih dari 400 m.
2.6 Struktur Geologi
Struktur geologi yang terdapat di daerah Semarang umumnya berupa
sesar yang terdiri dari sesar normal, sesar geser dan sesar naik. Sesar normal
relatif berarah barat - timur sebagian agak cembung ke arah utara, sesar geser
berarah utara selatan hingga barat laut - tenggara, sedangkan sesar normal
relatif berarah barat - timur. Sesar-sesar tersebut umumnya terjadi pada
batuan Formasi Kerek, Formasi Kalibening dan Formasi Damar yang
berumur kuarter dan tersier. Geseran-geseran intensif sering terlihat pada
batuan napal dan batu lempung, yang terlihat jelas pada Formasi Kalibiuk di
daerah Manyaran dan Tinjomoyo. Struktur sesar ini merupakan salah satu
penyebab daerah tersebut mempunyai jalur “lemah”, sehingga daerahnya
mudah tererosi dan terjadi gerakan tanah.
2.7 Gerakan Tanah
Dari hasil analisis kemantapan lereng diketahui bahwa tanah pelapukan
batu lempung mempunyai sudut lereng kritis paling kecil yaitu 14,85%.
pelapukan napal sudut lereng kritisnya adalah 19,5% , Pelapukan batu pasir
tufaan mempunyai sudut lereng kritis 20,8% dan pelapukan breksi sudut
lereng kritisnya 23,5%. Berdasarkan analisis di atas maka daerah Kotamadya
Semarang dapat dibagi menjadi empat zona kerentanan gerakan tanah, yaitu
Zona Kerentanan Gerakan Tanah sangat Rendah, Rendah, Menengah dan
Tinggi.
1. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sangat Rendah
Daerah ini mempunyai tingkat kerentanan sangat rendah untuk
terjadi gerakan tanah. Pada zona ini sangat jarang atau tidak pernah
terjadi gerakan tanah, baik gerakan tanah lama maupun gerakan tanah
baru, terkecuali pada daerah tidak luas di sekitar tebing sungai.
Merupakan daerah datar sampai landai dengan kemiringan lereng alam
kurang dari 15 % dan lereng tidak dibentuk oleh endapan gerakan
tanah, bahan timbunan atau lempung yang bersifat mengembang.
Lereng umumnya dibentuk oleh endapan aluvium (Qa), batu pasir
tufaan (QTd), breksi volkanik (Qpkg), dan lava andesit (Qhg). Daerah
yang termasuk zona kerentanan gerakan tanah sangat rendah sebagian
besar meliputi bagian utara Kodya Semarang, mulai dari Mangkang,
kota semarang, Gayamsari, Pedurungan, Plamongan, Gendang,
Kedungwinong, Pengkol, Kaligetas, Banyumanik, Tembalang, Kondri
dan Pesantren, dengan luas sekitar 222,8 Km2(57,15%) dari seluruh
daerah Semarang.
2. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Rendah
Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan rendah untuk terjadi
gerakan tanah. Umumnya pada zona ini jarang terjadi gerakan tanah
jika tidak mengalami gangguan pada lereng dan jika terdapat gerakan
tanah lama, lereng telah mantap kembali. Gerakan tanah berdimensi
kecil mungkin dapat terjadi, terutama pada tebing lembah (alur)
sungai.Kisaran kemiringan lereng mulai dari landai (5 - 5%) sampai
sangat terjal (50 - 70%). Tergantung pada kondisi sifat fisik dan
keteknikan batuan dan tanah pembentuk lereng. Pada lereng terjal
umumnya dibentuk oleh tanah pelapukan yang cukup tipis dan vegetasi
penutup baik cukup tipis dan vegetasi penutup baik, umumnya berupa
hutan atau perkebunan. Lereng pada umumnya dibentuk oleh breksi
volkanik (Qpkg), batu pasir tufaan (QTd), breksi andesit (Qpj) dan lava
(Qhg). Daerah yang termasuk zona ini antara lain Jludang, Salamkerep,
Wonosari, Ngaliyan, Karangjangkang, Candisari, Ketileng, Dadapan,
G. Gajahmungkur, Mangunsari, Prebalan, Ngrambe, dan Mijen dengan
luas penyebaran 77,00 km2 (19,88%) dari luas daerah Semarang.
3. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah
Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan menengah untuk
terjadi gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah
terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir
tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan. Gerakan tanah lama
dapat aktif kembali akibat curah hujan yang tinggi. Kisaran kemiringan
lereng mulai dari landai (5 - 15%) sampai sangat terjal (50 - 70%).
Tergantung pada kondisi sifat fisik dan keteknikan batuan dan tanah
sebagai material pembentuk lereng. Umumnya lereng mempunyai
vegetasi penutup kurang. Lereng pada umumnya dibentuk oleh batuan
napal (Tmk), perselingan batu lempung dan napal (Tmkl), batu pasir
tufaan (QTd), breksi volkanik (Qpkg), lava (Qhg) dan lahar (Qpk).
Penyebaran zona ini meliputi daerah sekitar Tambakaji, Bringin,
Duwet, Kedungbatu, G. Makandowo, Banteng, Sambiroto, G. Tugel,
Deli, Damplak, Kemalon, Sadeng, Kalialang, Ngemplak dan Srindingan
dengan luas sekitar 64,8 Km2 (16,76%) dari seluruh daerah Semarang.
4. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi
Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan tinggi untuk terjadi
gerakan tanah. Pada zona ini sering terjadi gerakan tanah, sedangkan
gerakan tanah lama dan gerakan tanah baru masih aktif bergerak akibat
curah hujan tinggi dan erosi yang kuat. Kisaran kemiringan lereng
mulai landai (5 - 15%) sampai curam (>70%). Tergantung pada kondisi
sifat fisik dan keteknikan batuan dan tanah. Vegetasi penutup lereng
umumnya sangat kurang. Lereng pada umumnya dibentuk oleh batuan
napal (Tmkl), perselingan batu lempung dan napal (Tmk), batu pasir
tufaan (QTd) dan breksi volkanik (Qpkg). Daerah yang termasuk zona
ini antara lain: Pucung, Jokoprono, Talunkacang, Mambankerep, G.
Krincing, Kuwasen, G. Bubak, Banaran, Asinan, Tebing Kali Garang
dan Kali Kripik bagian tengah dan selatan, Tegalklampis, G. Gombel,
Metaseh, Salakan dan Sidoro dengan luas penyebaran sekitar 23,6
km2 (6,21%) dari seluruh daerah Semarang.