geologi regional smg

15
BAB III Geologi Regional Semarang 2.1 Keadaan Umum Wilayah Semarang Secara geografis, wilayah Kotamadya Semarang, Propinsi Jawa Tengah terletak pada koordinat 110º16’20’’ - 110 º 30’29’’ Bujur Timur dan 6 º 55’34’’ - 7º 07’04’’ Lintang Selatan dengan luas daerah sekitar 391,2 Km 2 . Wilayah Kotamadya Semarang sebagaimana daerah lainnya di Indonesia beriklim tropis, terdiri dari musim kemarau dan musim hujan yang silih berganti sepanjang tahun. Besar rata-rata jumlah curah hujan tahunan wilayah Semarang utara adalah 2000 - 2500 mm/tahun dan Semarang bagian selatan antara 2500 - 3000 mm/tahun. Sedangkan curah hujan rata-rata per bulan berdasarkan data dari tahun 1994 - 1998 berkisar antara 58 - 338 mm/bulan, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Oktober sampai bulan April dengan curah hujan antara 176-338 mm/bulan, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Mei sampai bulan September dengan curah hujan antara 58 - 131 mm/bulan. Temperatur udara berkisar antara 24 0 C sampai dengan 33 0 C dengan kelembaban udara rata – rata bervariasi antara 62% sampai dengan 84%. Sedangkan kecepatan angin rata –

Upload: aji-bagas-putro

Post on 02-Dec-2015

215 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

merupakan litologi penyusun daerah semarang dan sekitarnya

TRANSCRIPT

Page 1: Geologi Regional Smg

BAB III

Geologi Regional Semarang

2.1 Keadaan Umum Wilayah Semarang

Secara geografis, wilayah Kotamadya Semarang, Propinsi Jawa Tengah

terletak pada koordinat 110º16’20’’ - 110 º 30’29’’ Bujur Timur dan 6 º

55’34’’ - 7º 07’04’’ Lintang Selatan dengan luas daerah sekitar 391,2 Km2.

Wilayah Kotamadya Semarang sebagaimana daerah lainnya di Indonesia

beriklim tropis, terdiri dari musim kemarau dan musim hujan yang silih

berganti sepanjang tahun. Besar rata-rata jumlah curah hujan tahunan wilayah

Semarang utara adalah 2000 - 2500 mm/tahun dan Semarang bagian selatan

antara 2500 - 3000 mm/tahun. Sedangkan curah hujan rata-rata per

bulan berdasarkan data dari tahun 1994 - 1998 berkisar antara 58 - 338

mm/bulan, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Oktober sampai bulan

April dengan curah hujan antara 176-338 mm/bulan, sedangkan curah hujan

terendah terjadi pada bulan Mei sampai bulan September dengan curah hujan

antara 58 - 131 mm/bulan. Temperatur udara berkisar antara 240 C sampai

dengan 330 C dengan kelembaban udara rata – rata bervariasi antara 62%

sampai dengan 84%. Sedangkan kecepatan angin rata – rata adalah 5,9

Km/jam. Batas batas Kota Semarang meliputi :

v  Sebelah Utara berbatasan Laut Jawa, dengan panjang garis pantai ±

13,6 km

v  Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Semarang

v  Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Demak

v  Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kendal

Secara administrasi, Kota Semarang terdiri dari 16 Kecamatan dan 177

Kelurahan. Letak kota Semarang hampir berada di tengah – tengah bentangan

panjang kepulauan Indonesia dari arah Barat ke Timur.

Page 2: Geologi Regional Smg

2.2 Topografi Daerah Semarang

Kota Semarang memiliki ketinggian beragam, yaitu antara 0,75 – 348

m di atas permukaan laut, dengan topografi terdiri atas daerah pantai/pesisir,

dataran dan perbukitan dengan kemiringan lahan berkisar antara 0% – 45%.

2.3 Morfologi Daerah Semarang

Morfologi daerah Semarang berdasarkan pada bentuk topografi dan

kemiringan lerengnya dapat dibagi menjadi 7 (tujuh) satuan morfologi yaitu:

a.  Dataran rendah

                 Merupakan daerah dataran aluvial pantai dan sungai. daerah bagian

barat daya merupakan punggungan lereng perbukitan, bentuk lereng

umumnya datar hingga sangat landai dengan kemiringan lereng medan

antara 0 - 5% (0-3%), ketinggian tempat di bagian utara antara 0 - 25 m

dpl dan di bagian barat daya ketinggiannya antara 225 - 275 m dpl. Luas

penyebaran sekitar 164,9 km2 (42,36%) dari seluruh daerah Semarang.

Dataran rendah membentang sejajar garis pantai Laut Jawa, dengan lebar

2,5 km – 10 km, dengan   10 m di atas permukaan air laut. Daerah ini

ketinggian tempat  membentuk kawasan luapan banjir pada sisi sungai

dengan aluvial hidromorf yang berupa kerikil, pasir, lanau dan

lempung. Pertemuan dengan garis pantai, endapan aluvial membentuk

delta berupa pasir, lanau dan lempung. Akibat gelombang dan pasang surut

air laut, maka endapan tersebut menyebar ke arah Timur Laut dan Barat

Daya, dan membuat garis pantai semakin maju.

b.  Daerah Bergelombang

                 Satuan morfologi ini umumnya merupakan punggungan, kaki bukit

dan lembah sungai, mempunyai bentuk permukaan bergelombang halus

dengan kemiringan lereng medan 5 - 10% (3-9%), ketinggian tempat antara

25 - 200 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 68,09 km2. (17,36%) dari seluruh

daerah Semarang.

Page 3: Geologi Regional Smg

c.   Daerah Dataran Tinggi

            Merupakan bagian Satuan Wilayah Sungai Kali Garang yang berhulu

di Kaki Gunung Ungaran. Anak sungai berpola meranting, dan masih terus

mengikis tegak lurus kebawah kearah hulu dengan kuat, membentuk daerah

yang mempunyai derajat erosi yang tinggi dan luas.

d.  Daerah antara,

            Terletak diantara Daerah rendah dan Daerah Tinggi. Morfologi daerah

antara ini, umumnya berupa daerah perbukitan dengan kelerengan yang sedang

hingga terjal.

Ø Perbukitan Berlereng Landai

                      Satuan morfologi ini merupakan kaki dan punggungan

perbukitan, mempunyai bentuk permukaan bergelombang landai

dengan kemiringan lereng 10 - 15 % dengan ketinggian wilayah 25 -

435 m dpl. Luas penyebaran sekitar 73,31 km2 (18,84%) dari seluruh

daerah Semarang.

Ø Perbukitan Berlereng Agak Terjal

                      Satuan morfologi ini merupakan lereng dan puncak

perbukitan dengan lereng yang agak terjal, mempunyai kemiringan

lereng antara 15 - 30%, ketinggian tempat antara 25 - 445 m dpl. Luas

penyebarannya sekitar 57,91Km2 (14,8%) dari seluruh daerah

Semarang.

Ø Perbukitan Berlereng Terjal

                      Satuan morfologi ini merupakan lereng dan puncak

perbukitan dengan lereng yang terjal, mempunyai kemiringan lereng

antara 30 - 50%, ketinggian tempat antara 40 - 325 m dpl. Luas

penyebarannya sekitar 17,47 Km2 (4,47%) dari seluruh daerah

Semarang.

Ø Perbukitan Berlereng Sangat Terjal

                      Satuan morfologi ini merupakan lereng bukit dan tebing

sungai dengan lereng yang sangat terjal, mempunyai kemiringan

lereng antara 50 - 70%, ketinggian tempat antara 45 - 165 m dpl. Luas

Page 4: Geologi Regional Smg

penyebarannya sekitar 2,26 Km2 (0,58%) dari seluruh daerah

Semarang.

Ø Perbukitan Berlereng Curam

                      Satuan morfologi ini umumnya merupakan tebing sungai

dengan lereng yang curam, mempunyai kemiringan >70%, ketinggian

tempat antara 100 - 300 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 6,45

Km2(1,65%) dari seluruh daerah Semarang.

2.4 Tata Guna Lahan

Penggunaan lahan di wilayah Kotamadya Semarang terdiri dari wilayah

terbangun (Build Up Area) yang terdiri dari pemukiman, perkantoran

perdagangan dan jasa, kawasan industri, transportasi. Sedangkan wilayah tak

terbangun terdiri dari tambak, pertanian, dan kawasan perkebunan serta

konservasi.

2.5 Susunan Stratigrafi

Geologi Kota Semarang berdasarkan Peta Geologi Lembar Magelang -

Semarang (RE. Thaden, dkk; 1996), susunan stratigrafinya adalah sebagai

berikut :

1.     Aluvium

               Merupakan endapan aluvium pantai, sungai dan danau. Endapan

pantai litologinya terdiri dari lempung, lanau dan pasir dan campuran

diantaranya mencapai ketebalan 50 m atau lebih. Endapan sungai dan

danau terdiri dari kerikil, kerakal, pasir dan lanau dengan tebal 1 - 3

m. Bongkah tersusun andesit, batu lempung dan sedikit batu pasir.

2.     Batuan Gunung api Gajah Mungkur

               Batuannya berupa lava andesit, berwarna abu-abu kehitaman,

berbutir halus, holokristalin, komposisi terdiri dari felspar, hornblende

dan augit, bersifat keras dan kompak. Setempat memperlihatkan

struktur kekar berlembar (sheeting joint).

Page 5: Geologi Regional Smg

3.     Batuan Gunungapi Kaligesik (Qpk)

        BatuanGunungapi Kaligesik berupa lava basalt, berwarna abu-

abu kehitaman, halus, komposisi mineral terdiri dari felspar, olivin

dan augit, sangat keras.

4.     Formasi Jongkong

               Breksi andesit hornblende augit dan aliran lava, sebelumnya

disebut batuan gunungapi Ungaran Lama. Breksi andesit berwarna

coklat kehitaman, komponen berukuran 1 - 50 cm, menyudut -

membundar tanggung dengan masa dasar tufaan, posositas sedang,

kompak dan keras. Aliran lava berwarna abu-abu tua, berbutir halus,

setempat memperlihatkan struktur vesikuler (berongga).

5.     Formasi Damar

               Batuannya terdiri dari batu pasir tufaan, konglomerat, dan

breksi volkanik. Batu pasir tufaan berwarna kuning kecoklatan

berbutir halus - kasar, komposisi terdiri dari mineral mafik, felspar,

dan kuarsa dengan masa dasar tufaan, porositas sedang, keras.

Konglomerat berwarna kuning kecoklatan hingga kehitaman,

komponen terdiri dari andesit, basalt, batuapung, berukuran 0,5 - 5

cm, membundar tanggung hingga membundar baik, agak rapuh.

Breksi volkanik mungkin diendapkan sebagai lahar, berwarna abu-

abu kehitaman, komponen terdiri dari andesit dan basalt, berukuran 1

- 20 cm, menyudut - membundar tanggung, agak keras.

6.      Formasi Kaligetas

                 Batuannya terdiri dari breksi dan lahar dengan sisipan lava dan

tuf halus sampai kasar, setempat di bagian bawahnya ditemukan batu

lempung mengandung moluska dan batu pasir tufaan. Breksi dan

lahar berwarna coklat kehitaman, dengan komponen berupa andesit,

Page 6: Geologi Regional Smg

basalt, batuapung dengan masa dasar tufa, komponen umumnya

menyudut - menyudut tanggung, porositas sedang hingga tinggi,

breksi bersifat keras dan kompak, sedangkan lahar agak rapuh. Lava

berwarna hitam kelabu, keras dan kompak. Tufa berwarna kuning

keputihan, halus - kasar, porositas tinggi, getas. Batu lempung,

berwarna hijau, porositas rendah, agak keras dalam keadaan kering

dan mudah hancur dalam keadaan basah. Batu pasir tufaan, coklat

kekuningan, halus - sedang, porositas sedang, agak keras.

7.      Formasi Kalibeng

                 Batuannya terdiri dari napal, batupasir tufaan dan batu

gamping. Napal berwarna abu-abu kehijauan hingga kehitaman,

komposisi terdiri dari mineral lempung dan semen karbonat,

porositas rendah hingga kedap air, agak keras dalam keadaan kering

dan mudah hancur dalam keadaan basah. Pada napal ini setempat

mengandung karbon (bahan organik). Batupasir tufaan kuning

kehitaman, halus - kasar, porositas sedang, agak keras, Batu gamping

merupakan lensa dalam napal, berwarna putih kelabu, keras dan

kompak.

8.      Formasi Kerek

                 Perselingan batu lempung, napal, batu pasir tufaan, konglomerat, breksi

volkanik dan batu gamping. Batu lempung kelabu muda - tua,

gampingan, sebagian bersisipan dengan batu lanau atau batu pasir,

mengandung fosil foram, moluska dan koral-koral koloni. Lapisan

tipis konglomerat terdapat dalam batu lempung di K. Kripik dan di

dalam batupasir. Batu gamping umumnya berlapis, kristallin dan

pasiran, mempunyai ketebalan total lebih dari 400 m.

2.6 Struktur Geologi

Struktur geologi yang terdapat di daerah Semarang umumnya berupa

sesar yang terdiri dari sesar normal, sesar geser dan sesar naik. Sesar normal

Page 7: Geologi Regional Smg

relatif berarah barat - timur sebagian agak cembung ke arah utara, sesar geser

berarah utara selatan hingga barat laut - tenggara, sedangkan sesar normal

relatif berarah barat - timur. Sesar-sesar tersebut umumnya terjadi pada

batuan Formasi Kerek, Formasi Kalibening dan Formasi Damar yang

berumur kuarter dan tersier. Geseran-geseran intensif sering terlihat pada

batuan napal dan batu lempung, yang terlihat jelas pada Formasi Kalibiuk di

daerah Manyaran dan Tinjomoyo. Struktur sesar ini merupakan salah satu

penyebab daerah tersebut mempunyai jalur “lemah”, sehingga daerahnya

mudah tererosi dan terjadi gerakan tanah.

2.7 Gerakan Tanah

Dari hasil analisis kemantapan lereng diketahui bahwa tanah pelapukan

batu lempung mempunyai sudut lereng kritis paling kecil yaitu 14,85%.

pelapukan napal sudut lereng kritisnya adalah 19,5% , Pelapukan batu pasir

tufaan mempunyai sudut lereng kritis 20,8% dan pelapukan breksi sudut

lereng kritisnya 23,5%. Berdasarkan analisis di atas maka daerah Kotamadya

Semarang dapat dibagi menjadi empat zona kerentanan gerakan tanah, yaitu

Zona Kerentanan Gerakan Tanah sangat Rendah, Rendah, Menengah dan

Tinggi.

1.     Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sangat Rendah

                 Daerah ini mempunyai tingkat kerentanan sangat rendah untuk

terjadi gerakan tanah. Pada zona ini sangat jarang atau tidak pernah

terjadi gerakan tanah, baik gerakan tanah lama maupun gerakan tanah

baru, terkecuali pada daerah tidak luas di sekitar tebing sungai.

Merupakan daerah datar sampai landai dengan kemiringan lereng alam

kurang dari 15 % dan lereng tidak dibentuk oleh endapan gerakan

tanah, bahan timbunan atau lempung yang bersifat mengembang.

Lereng umumnya dibentuk oleh endapan aluvium (Qa), batu pasir

tufaan (QTd), breksi volkanik (Qpkg), dan lava andesit (Qhg). Daerah

yang termasuk zona kerentanan gerakan tanah sangat rendah sebagian

besar meliputi bagian utara Kodya Semarang, mulai dari Mangkang,

Page 8: Geologi Regional Smg

kota semarang, Gayamsari, Pedurungan, Plamongan, Gendang,

Kedungwinong, Pengkol, Kaligetas, Banyumanik, Tembalang, Kondri

dan Pesantren, dengan luas sekitar 222,8 Km2(57,15%) dari seluruh

daerah Semarang.

2.     Zona Kerentanan Gerakan Tanah Rendah

                 Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan rendah untuk terjadi

gerakan tanah. Umumnya pada zona ini jarang terjadi gerakan tanah

jika tidak mengalami gangguan pada lereng dan jika terdapat gerakan

tanah lama, lereng telah mantap kembali. Gerakan tanah berdimensi

kecil mungkin dapat terjadi, terutama pada tebing lembah (alur)

sungai.Kisaran kemiringan lereng mulai dari landai (5 - 5%) sampai

sangat terjal (50 - 70%). Tergantung pada kondisi sifat fisik dan

keteknikan batuan dan tanah pembentuk lereng. Pada lereng terjal

umumnya dibentuk oleh tanah pelapukan yang cukup tipis dan vegetasi

penutup baik cukup tipis dan vegetasi penutup baik, umumnya berupa

hutan atau perkebunan. Lereng pada umumnya dibentuk oleh breksi

volkanik (Qpkg), batu pasir tufaan (QTd), breksi andesit (Qpj) dan lava

(Qhg). Daerah yang termasuk zona ini antara lain Jludang, Salamkerep,

Wonosari, Ngaliyan, Karangjangkang, Candisari, Ketileng, Dadapan,

G. Gajahmungkur, Mangunsari, Prebalan, Ngrambe, dan Mijen dengan

luas penyebaran 77,00 km2 (19,88%) dari luas daerah Semarang.

3.     Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah

                 Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan menengah untuk

terjadi gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah

terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir

tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan. Gerakan tanah lama

dapat aktif kembali akibat curah hujan yang tinggi. Kisaran kemiringan

lereng mulai dari landai (5 - 15%) sampai sangat terjal (50 - 70%).

Tergantung pada kondisi sifat fisik dan keteknikan batuan dan tanah

Page 9: Geologi Regional Smg

sebagai material pembentuk lereng. Umumnya lereng mempunyai

vegetasi penutup kurang. Lereng pada umumnya dibentuk oleh batuan

napal (Tmk), perselingan batu lempung dan napal (Tmkl), batu pasir

tufaan (QTd), breksi volkanik (Qpkg), lava (Qhg) dan lahar (Qpk).

Penyebaran zona ini meliputi daerah sekitar Tambakaji, Bringin,

Duwet, Kedungbatu, G. Makandowo, Banteng, Sambiroto, G. Tugel,

Deli, Damplak, Kemalon, Sadeng, Kalialang, Ngemplak dan Srindingan

dengan luas sekitar 64,8 Km2 (16,76%) dari seluruh daerah Semarang.

4.     Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi

                 Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan tinggi untuk terjadi

gerakan tanah. Pada zona ini sering terjadi gerakan tanah, sedangkan

gerakan tanah lama dan gerakan tanah baru masih aktif bergerak akibat

curah hujan tinggi dan erosi yang kuat. Kisaran kemiringan lereng

mulai landai (5 - 15%) sampai curam (>70%). Tergantung pada kondisi

sifat fisik dan keteknikan batuan dan tanah. Vegetasi penutup lereng

umumnya sangat kurang. Lereng pada umumnya dibentuk oleh batuan

napal (Tmkl), perselingan batu lempung dan napal (Tmk), batu pasir

tufaan (QTd) dan breksi volkanik (Qpkg). Daerah yang termasuk zona

ini antara lain: Pucung, Jokoprono, Talunkacang, Mambankerep, G.

Krincing, Kuwasen, G. Bubak, Banaran, Asinan, Tebing Kali Garang

dan Kali Kripik bagian tengah dan selatan, Tegalklampis, G. Gombel,

Metaseh, Salakan dan Sidoro dengan luas penyebaran sekitar 23,6

km2 (6,21%) dari seluruh daerah Semarang.