general anestesi - merty

Upload: david-christian

Post on 19-Oct-2015

215 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Universitas Kristen Krida WacanaLaporan kasus

Spinal anestesi & General Anestesi

Oleh:

Merty M.Taolin (11-2011-123)

Kepaniteraan Ilmu Kedokteran AnestesiRumah Sakit Umum TarakanJakarta, Juli 2013

Laporan Kasus

1. Identitas PasienNama : Ny. RUmur : 35 tahunJenis Kelamin: PerempuanNo Register: 0137332Berat Badan : 80 kgDiagnosis prabedah : G2P1Ao dengan HDK dan Bekas SCJenis pembedahan : Sectio sesarea + SterilJenis anestesi : Spinal Anestesi + General anestesi

2. Persiapan preoperasi2.1 AnamnesisA: Tidak ada riwayat alergi obat-obatan, makanan M: Telah mendapat pengobatan ceftriaxone inj 1x 1gramP : Riwayat DM(-), Asma (-), Hipertensi (+)L : Muasa mulai 8 jam sebelum operasiE : Pasien hamil cukup bulan dengan riwayat hipertensi dan bekas operasi sectio 2.2 Pemeriksaan fisik pre-operasiAirway paten, nafas spontan, RR 12x/menit, Rhonki ( - ), Wheezing ( - ), Mallampati III, leher bebas jarak tiromental 6 cm, buka mulut >3 jari, gigi goyang (-), gigi palsu (-), akral hangat, merah, nadi 90x/menit, TD 180/100 mmhg T: 36,2 0c Pasien memenuhi kriteria ASA II (pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang) yaitu Hipertensi.Lab darah : Hb : 10,3 g/dl Ht 34,7 g/dlJenis pembedahan : Sectio Secarea + Steril (Tubektomi)

3. Laporan Anesthesi Durante OperasiJenis anestesi : Spinal Anestesi + GA IntubasiTeknik intubasi : Spinal anestesi : posisi duduk punksi L3-l4 LCS + jernih, atraucan n0 26 dan General Anestesi : oksigenasi Induksi IV, LMA #4 , cuff (+)Lama anestesi :09.00 10.25Lama operasi : 09.05 10.15

Tindakan anestesiPada awalnya pasien di rencanakan untuk anestesi spinal, Pasien di posisikan duduk, tegak kepala menunduk, pastikan semua alat kontrol tensi, EKG, saturasi dan nasal kanul dengan oksigenasi 100% 2 liter/menit sudah terpasang. kondisi pasien stabil dengan tekanan darah 180/100 dan vital sign yang lain dalam batas normal ( Nadi : 90x/menit RR: 12x/menit; Saturasi 0ksigen 100%) , setelah itu dilakukan asepsis antisepsis di daerah yang akan di punksi. Dilakukan punksi pada daerah L3-L4 , LCS + jernih , masukan perlahan-lahan intratekal obat bupivacain 15 mg dan fentanyl 25 mcg, pasien diposiskan supine kembali. 5 menit paasca pemberian obat intratekal terjadi penurunan tensi menjadi 160/ 80 mmhg akibat efek obat.Saat operasi dimulai pasien merasa kesakitan ( 10 menit) tidak nyaman sehingga dilakukan anestesi umum, pasien tetap dalam posis supine , pasien diberi oksigen 100% 2 liter dengan metode over face mask, dipastikan apakah airway pasien paten. Pasien di berikan intravena obat propofol 200 mg, pasien tampak tertidur refleks bulu mata tidak adam di lakukan intubasi dengan menggunakan LMA no 4 , ada kesulitan saat memasukan sehingga dimasukkan muscle relaxant atracurium 30mg intravenous dan diberi bantuan nafas dengan ventilasi mekanik. Dipastikan pasien dalam keadaan tidak sadar dan stabil untuk dilakukan intubasi LMA Dilakukan intubasi LMA dilakukan ventilasi dengan oksigenasi. Cuff dikembangkan lalu cek suara nafas pada semua lapang paru, lambung dengan stetoskop, dipastikan suara nafas dan dada mengembang secara simetris. ETT difiksasi agar tidak lepas dan disambungkan dengan ventilator. Maintenance dengan inhalasi oksigen 2 lpm dan sevoflurane 2 vol %. 25 menit kemudian bayi lahir, di berikan metilergometrin 0,02 mg iv dan oksitosin 20 IU drip untuk mencegah terjadi perdarahan. 10 menit sebelum operasi selesai di berikan ondancetron 4 mg dan ketorolac 30 mg untuk mencegah mual dan nyeri post operasi.Monitor tanda-tanda vital pasien, produksi urin, saturasi oksigen, tanda-tanda komplikasi (pendarahan, alergi obat, obstruksi jalan nafas, nyeri). Dilakukan ekstubasi apabila pasien mulai sadar, bernafas spontan, dan ada reflek-reflek jalan nafas atas, dan dapat menuruti perintah sederhana.

Cairan Masuk:Hes 500 mlRing As 500 ml

Cairan Keluar Perdarahan kurang lebih 300mlUrin kurang lebih 500 ml

4. Pasca bedah di ruang pulih sadarKeluhan pasien: mual (-), muntah (-), pusing (-), nyeri (+)Pemeriksaan Fisik : Kesadaran : 2 (sadar penuh)Respirasi : 2 (dapat bernafas dalam)Sirkulasi : 2 (Tekanan darah naik/turun berkisar 20%)Warna kulit: 2 (merah muda, capirally refill 5 tahun dengan balon(cuffed) A = Airway. Pipa mulut faring (orofaring) dan pipa hidung faring (nasofaring) yang digunakanuntuk menahan lidah saat pasien tidak sadar agar lidah tidak menymbat jalan napasT = Tape. Plester untuk fiksasi pipa agar tidak terdorong atau tercabutI = Introductor. Stilet atau mandrin untuk pemandu agar pipa trakea mudah dimasukkanC = Connector. Penyambung pipa dan perlatan anestesiaS = Suction. Penyedot lendir dan ludah

Klasifikasi Mallampati :Mudah sulitnya dilakukan intubasi dilihat dari klasifikasi Mallampati :

C. Ekstubasi1. Ekstubasi ditunda sampai pasien benar-benar sadar, jika:a. Intubasi kembali akan menimbulkan kesulitanb. Pasca ekstubasi ada risiko aspirasi2. Ekstubasi dikerjakan umumnya pada anestesi sudah ringan dengan catatan tak akan terjadi spasme laring3. Sebelum ekstubasi bersihkan rongga mulut laring faring dari secret dan cairan lainnya.

2.4 OBAT OBAT DALAM ANESTESI UMUMJenis obat anestesi umum diberikan dalam bentuk suntikan intravena atau inhalasi.1. Anestetik intravena Penggunaan: Untuk induksi Obat tunggal pada operasi singkat Tambahan pada obat inhalasi lemah Tambahan pada regional anestesi Sedasi Cara pemberian: Obat tunggal untuk induksi atau operasi singkat Suntikan berulang (intermiten)Obat anestetik intravena meliputi :a. BenzodiazepineSifat : hipnotik sedative, amnesia anterograd, atropine like effect, pelemas otot ringan, cepat melewati barier plasenta.Kontraindikasi : porfiria dan hamil.Dosis : Diazepam : induksi 0,2 0,6 mg/kg IV, Midazolam : induksi : 0,15 0,45 mg/kg IV.b. PropofolMerupakan salah satu anestetik intravena yang sangat penting. Propofol dapat menghasilkan anestesi kecepatan yang sama dengan pemberian barbiturat secara inutravena, dan waktu pemulihan yang lebih cepat. Dosis : 2 2,5 mg/kg IV.c. KetaminKetamin adalah suatu rapid acting nonbarbiturat general anaesthetic.Indikasi pemakaian ketamin adalah prosedur dengan pengendalian jalan napas yang sulit, prosedur diagnosis, tindakan ortopedi, pasien resiko tinggi dan asma. Dosis pemakaian ketamin untuk bolus 1- 2 mg/kgBB dan pada pemberian IM 3 10 mg/kgBB.d. Thiopentone SodiumMerupakan bubuk kuning yang bila akan digunakan dilarutkan dalam air menjadi larutan 2,5%atau 5%. Indikasi pemberian thiopental adalah induksi anestesi umum, operasi singkat, sedasi anestesi regional, dan untuk mengatasi kejang.Keuntungannya :induksi mudah, cepat, tidak ada iritasi mukosa jalan napas. Dosis 5 mg/kg IV, hamil 3 mg/kg IV.

2. Anestetik inhalasia. N2ONitrogen monoksida merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan lebih berat daripada udara.N2O biasanya tersimpan dalam bentuk cairan bertekanan tinggi dalam baja, tekanan penguapan pada suhu kamar 50 atmosfir.N2O mempunyai efek analgesic yang baik, dengan inhalasi 20% N2O dalam oksigen efeknya seperti efek 15 mg morfin. Kadar optimum untuk mendapatkan efek analgesic maksimum 35% .gas ini sering digunakan pada partus yaitu diberikan 100% N2O pada waktu kontraksi uterus sehingga rasa sakit hilang tanpa mengurangi kekuatan kontraksi dan 100% O2 pada waktu relaksasi untuk mencegah terjadinya hipoksia. Anestetik tunggal N2O digunakan secara intermiten untuk mendapatkan analgesic pada saat proses persalinan dan Pencabutan gigi. H2O digunakan secara umum untuk anestetik umum, dalam kombinasi dengan zat lainb. HalotanMerupakan cairan tidak berwarna, berbau enak, tidak mudah terbakar dan tidak mudah meledak meskipun dicampur dengan oksigen.Halotan bereaksi dengan perak, tembaga, baja, magnesium, aluminium, brom, karet dan plastic.Karet larut dalam halotan, sedangkan nikel, titanium dan polietilen tidak sehingga pemberian obat ini harus dengan alat khusus yang disebut fluotec.Efek analgesic halotan lemah tetapi relaksasi otot yang ditimbulkannya baik. Dengan kadar yang aman waktu 10 menit untuk induksi sehingga mempercepat digunakan kadar tinggi (3-4 volume %). Kadar minimal untuk anestesi adalah 0,76% volume.

c. IsofluranMerupakan eter berhalogen yang tidak mudah terbakar.Secara kimiawi mirip dengan efluran, tetapi secara farmakologi berbeda. Isofluran berbau tajam sehingga membatasi kadar obat dalam udara yang dihisap oleh penderita karena penderita menahan nafas dan batuk. Setelah pemberian medikasi preanestetik stadium induksi dapat dilalui dengan lancer dan sedikit eksitasi bila diberikan bersama N2O dan O2.isofluran merelaksasi otot sehingga baik untuk intubasi. Tendensi timbul aritmia amat kecil sebab isofluran tidak menyebabkan sensiitisasi jantung terhadap ketokolamin. Peningkatan frekuensi nadi dan takikardiadihilangkan dengan pemberian propanolol 0,2-2 mg atau dosis kecil narkotik (8-10 mg morfin atau 0,1 mg fentanil), sesudah hipoksia atau hipertemia diatasi terlebih dulu. Penurunan volume semenit dapat diatasi dengan mengatur dosis.Pada anestesi yang dalam dengan isofluran tidak terjadi perangsangan SSP seperti pada pemberian enfluran. Isofluran meningkatkan aliran darah otak pada kadar labih dari 1,1 MAC (minimal Alveolar Concentration) dan meningkatkan tekanan intracranial.

d. SevofluranObat anestesi ini merupakan turunan eter berhalogen yang paling disukai untuk induksi inhalasi. Sevofluran (ultane) merupakan halogenasi eter. Induksi dari anestesi lebih cepat dibandingkan dengan isofluran. Bau dari sevofluran tidak menyengat dan tidak merangsang jalan nafas, sehingga digemari untuk induksi anestesi inhalasi.Efek terhadap kardiovaskular cukup stabil, jarang menyebabkan aritmia. Efek terhadap sistem saraf pusat seperti isofluran dan belum ada laporan toksik terhadap hepar. Setelah pemberian dihentikan sevofluran cepat dikeluarkan oleh tubuh. Walaupun dapat dirusak oleh kapur soda (soda lime, baraline), tetapi belum ada laporan membahayakan terhadap tubuh manusia.

3. Pelumpuh OtotPelumpuh otot depolarisasiPelumpuh otot depolarisasi (nonkompetitif, leptokurare) bekerja seperti asetil kolin, tetapi di celah saraf otot tak dirusak oleh kolinesterase, sehingga berada cukup lama dicelah sinaptik, akhirnya terjadilah depolarisasi ditandai oleh fasikulasi yang disusul relakasai otot lurik. Termasuk golongan pelumpuh otot depolarisasi ialah suksinil-kolin (diasetil-kolin) dan dekametonium.

Pelumpuh otot nondepolarisasiPelumpuh otot nondepolarisasi (inhibitor kompetitif, takikurare) berikatan dengan reseptor nikotinik-kolinergik, teteapi tak menyebabkan depolarisasi, hanya menghalangi asetil-kolin yang menempatinya, sehingga asetilkolin tak dapat bekerja.Berdasarkan susunan molekul, maka pelumpuh otot nondepolarisasi digolongkan menjadi:1. Bensiliso-kuinolinum: d-tubokurarin, metokurin, atrakurium, doksakurium, mivakurium.2. Sieroid: pankuronium, vekuronium, pipekuronium, ropakuronium, rokuronium.3. Eter fenolik: gallamin4. Nortokseferin: alkuronium.

Penawar pelumpuh ototPenawar pelumpuh otot atau antikolinesterasi bekerja pada sambungan saraf-otot mencegah asetilkolin-esterase bekerja, sehingga asetilkolin dapat bekerja. Antikolinesterasi yang paling sering digunakan ialah neostigmin (prostigmin), piridostigmin, dan edrophonium. Physostigmine (eserin) hanya untuk penggunaan per-oral.Dosis neostigmin 0,04-0,08 mg/kg, piridostigmin 0,1-0,4 mg/kg, edrophonium 0,5-1 mg/kg dan fisostigmin 0,01-,0,03 mg/kg. penawar pelumpuh otot bersifat muskarinik menyebabkan hipersalivasi, berkeringat, bradikardia, kejang bronkus, hipermotilitas usus, dan pandangan kabur, sehingga pemberiannya harus disertai oleh obat vagolitik seperti atropine dosis 0,01-0,02 mg/kg atau glikopirolat 0,005-0,01 mg/kg sampai 0,2-0,3 mg pada dewasa.

4. AnalgetikAnalgesik Nonopioid Usual analgesics:Aspirin,Acetominophen NSAIDs ( Non-selective COX Inhibitors Ibuprofen,Ketoprofen,Naproxen, Diclofenac Sodium,Indomethacin,Ketorolac,Piroxicam,Mefenamic acid. NSAIDs ( Selective COX-2 Inhibitors ):Celecoxib, Parecoxib, Rofecoxib, etc.

Opioids untuk Moderate Pain Weak Opioid :Codein (biasanya digunakan sebagai antitussive, Konstipasi merupakan efek yang sering terjadi)Opioids untuk Severe Pain Morphine-Like Agonist : Morphine,Levorphanol,Codein,Hydromorphine, Methadone,Oxycodone,Fentanyl transdermal, Meperidin. Partial Agonist :Buprenorphine Mixed Agonist Antagonist :Pentazocine,Nalbuphine,Butorphanol

PETIDIN Petidin (meperidin, Demerol) adalah zat sintetik yang formulanya sangat berbeda dengan morfin, tetapi mempunyai efek klinik dan efek samping yang mendekati sama. Perbedaan dengan morfin sebagai berikut: Petidin lebih larut dalam lemak dibandingkan dengan morfin yang lebih larut dalam air Metabolisme oleh hepar lebih cepat dan menghasilkan normeperidin, asam meperidinat dan asam normeperidinat. Normeperidin ialah metabolit yang masih aktif memiliki sifat konvulsi dua kali lipat petidin, tetapi efek analgesiknya sudah berkurang 50%. Kurang dari 10% petidin bentuk asli ditemukan dalam urin. Petidin bersifat seperti atropine menyebabkan kekeringan mulut, kekaburan pandangan, dan takikardi Seperti morfin ia menyebabkan kostipasi, tetapi efek terhadap sfingter oddi lebih ringan Petidin cukup efektif untuk menghilangkan gemetaran pascabedah yang tak ada hubungannya dengan hipotermi dengan dosis 20-25 mg IV pada dewasa Lama kerja petidin lebih pendek dibandingkan morfin.Dosis petidin intramuscular 1-2mg/kgBB (morfin 10x lebih kuat) dapat diulang tiap 3-4 jam. Dosis intravena 0,2-05 mg/kgBB. Petidin subkutan tidak dianjurkan karena iritasi. Rumus bangun menyerupai lidokain, sehingga dapat digunakan untuk analgesia spinal pada pembedahan dengan dosis 1-2 mg/kgBB.

FENTANILFentanil ialah zat sintetik seperti petidin dengan kekuatan 100x lebih dari morfin. Lebih larut dalam lemak dibandingkan petidin dan menembus sawar jaringan dengan mudah. Setelah suntikan intravena ambilan dan distribusinya secara kualitatif hamper sama dengan morfin, tetapi fraksi terbesar dirusak paru ketika pertama melewatinya. Dimetabolisir oleh hati dengan N-dealkilasi dan hidroksilasi dan sisa metabolismenya dikeluarkan lewat urin.Efek depresi nafas lebih lama dibandingkan efek analgesinya. Dosis 1-3 microgram/kgBB analgesinya kira-kira hanya berlangsung 30 menit, karena itu hanya digunakan untuk anestesi pembedahan dan tidak untuk pasca bedah.Dosis besar 50-150 microgram/kgBB digunakan untuk induksi anestesia dan pemeliharaan anestesia dengan kombinasi bensodiasepin dan anestetik inhalasi dosis rendah, pada bedah jantung. Efek tak disukai ialah kekakuan otot puggung yang sebenarnya dapat dicegah dengan pelumpuh otot. Dosis besar dapat mencegah peningkatan kadar gula, katekolamin plasma, ADH, rennin, aldosteron, dan kortisol.

2.4 Mesin dan Peralatan AnestesiFungsi mesin anestesi ialah menyalurkan gas atau campuran gas anestetik yang aman ke rangkaian sirkuit anestetik yang kemudian dihisap oleh pasien dan membuang sisa campuran gas dari pasien. Rangkaian mesin anestesi sangat banyak ragamnya mulai dari yang sangat sederhana hingga yang diatur oleh computer. Mesin yang aman dan ideal ialah mesin yang memenuhi persyaratan beriku: Dapat menyalurkan gas anestetik dengan dosis yang tepat Ruang rugi (dead space) minimal Mengeluarkan CO2 dengan efisien Bertekanan rendah Kelembaban terjaga dengan baik Pengunaannya sangat mudah dan aman

Sumber O2 dan N2O dapat tersedia secara individual menjadi satu-satuan mesin anestetik atau dari sentral melalui pipa-pipa. Rumah sakit besar biasanya menyediakan N2O, O2 dan udara tekanan secara sentral untuk dialirkan ke kamar bedah sentral, kamar bedah rawat jalan, ruang obstetrik, dan lain-lainnya.

Komponen dasar mesin anestetik terdiri atas: Alat pantau tekanan gas (pressure gauge) untuk mengetahui tekanan gas pasok. Katup penurun tekanan gas (pressure reducing valve) untuk menurunkan tekanan gas pasok yang masih tinggi, sesuai karakteristik mesin anestesi. Meter aliran gas (flowmeter) dari tabung kaca untuk mengatur aliran gas tiap menitnya Penguap cairan anestetik (vaporizers) dapat tersedia satu sampai empat. Lubang keluar campuran gas (common gas outlet) biasanya berdiameter standart Kendali oksigen darurat (oxygen flush control) untuk keadaan darurat yang dapat mengalirkan oksigen murni sampai 35-37 liter/menit tanpa melalui meter aliran gas.

Berdasar sistim aliran udara pernapasan dalam rangkaian alat anestesi, anestesi dibedakan menjadi 4 sistem, yaitu : Open, semi open, closed, dan semi closed.1. Sistem open adalah sistem yang paling sederhana. Di sini tidak ada hubungan fisik secara langsung antara jalan napas penderita dengan alat anestesi. Karena itu tidak menimbulkan peningkatan tahanan respirasi. Di sini udara ekspirasi babas keluar menuju udara bebas. Kekurangan sistem ini adalah boros obat anestesi, menimbulkan polusi obat anestesi di kamar operasi, bila memakai obat yang mudah terbakar maka akan meningkatkan resiko terjadinya kebakaran di kamar operasi, hilangnya kelembaban respirasi, kedalaman anestesi tidak stabil dan tidak dapat dilakukan respirasi kendali. 2. Dalam system semi open alat anestesi dilengkapi dengan reservoir bag selain reservoir bag, ada pula yang masih ditambah dengan klep 1 arah, yang mengarahkan udara ekspirasi keluar, klep ini disebut non rebreating valve. Dalam sistem ini tingkat keborosan dan polusi kamar operasi lebih rendah dibanding system open.3. Dalam sistem semi closed, udara ekspirasi yang mengandung gas anestesi dan oksigen lebih sedikit dibanding udara inspirasi, tetapi mengandung CO2 yang lebih tinggi, dialirkan menuju tabung yang berisi sodalime, disini CO2 akan diikat oleh sodalime. Selanjutnya udara ini digabungkan dengan campuran gas anestesi dan oksigen dari sumber gas ( FGF /Fresh Gas Flow) untuk diinspirasi kembali. Kelebihan aliran gas dikeluarkan melalui klep over flow. Karena udara ekspirasi diinspirasi lagi, maka pemakaian obat anestesi dan oksigen dapat dihemat dan kurang menimbulkan polusi kamar operasi.4. Dalam system closed prinsip sama dengan semi closed, tetapi disini tidak ada udara yang keluar dari sistem anestesi menuju udara bebas. Penambahan oksigen dan gas anestesi harus diperhitungkan, agar tidak kurang sehingga menimbulkan hipoksia dan anestesi kurang adekuat, tetapi juga tidak berlebihan, karena pemberian yang berlebihan bisa berakibat tekanan makin meninggi sehingga. menimbulkan pecahnya alveoli paru. Sistem ini adalah sistem yang paling hemat obat anestesi dan tidak menimbulkan polusi. Pada system closed dan semiclosed juga disebut system rebreathing, karena udara ekspirasi diinspirasi kembali, sistem ini juga perlu sodalime untuk membersihkan CO2. Pada system open dan semi open juga disebut system nonrebreathing karena tidak ada udara ekspirasi yang diinspirasi kembali, system ini tidak perlu sodalime. Untuk menjaga agar pada system semi open tidak terjadi rebreathing, aliran campuran gas anestesi dan oksigen harus cepat, biasanya diberikan antara 2 3 kali menit volume respirasi penderita.Bila obat anestesi seluruhnya menggunakan obat intravena, maka disebut anestesi intravena total (total intravenous anesthesia/TIVA). Bila induksi dan maintenance anestesi menggunakan obat inhalasi maka disebut VIMA (Volatile Inhalation and Maintenance Anesthesia)

2.6 Skor pemulihan pasca anestesiSebelum pasien dipindahkan ke ruangan setelah dilakukan operasi terutama yang menggunakan general anestesi, maka perlu melakukan penilaian terlebih dahulu untuk menentukan apakah pasien sudah dapat dipindahkan ke ruangan atau masih perlu di observasi di ruang Recovery room (RR).A. Aldrete ScoreNilai Warna Merah muda, 2 Pucat, 1 Sianosis, 0

Pernapasan Dapat bernapas dalam dan batuk, 2 Dangkal namun pertukaran udara adekuat, 1 Apnoea atau obstruksi, 0Sirkulasi Tekanan darah menyimpang 50% dari normal, 0Kesadaran Sadar, siaga dan orientasi, 2 Bangun namun cepat kembali tertidur, 1 Tidak berespons, 0Aktivitas Seluruh ekstremitas dapat digerakkan, 2 Dua ekstremitas dapat digerakkan,1 Tidak bergerak, 0Jika jumlahnya > 8, penderita dapat dipindahkan ke ruanganB. Steward Score (anak-anak)Pergerakan Gerak bertujuan 2 Gerak tak bertujuan 1 Tidak bergerak 0Pernafasan Batuk, menangis 2 Pertahankan jalan nafas 1 Perlu bantuan 0

Kesadaran Menangis 2 Bereaksi terhadap rangsangan 1 Tidak bereaksi 0Jika jumlah > 5, penderita dapat dipindahkan ke ruangan

III. PENUTUPKesimpulanAnestesi umum adalah suatu tindakan meniadakan nyeri secara sentral, disertai hilangnya kesadaran dan bersifat reversible yang terdiri dari hipnotik, analgesia dan relaksasi. Sebelum dilakukan anestesi umum, harus dilakukan penilaian pada pasien yang mencakup beberapa hal yaitu status kesehatan pasien, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium serta menentukan klasifikasi status fisik menurut The American Society of Anaesthesiologist (ASA). Selama proses anestesi, dilakukan pemantauan keadaan umum, kesadaran, tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu dan perdarahan. Jika terdapat kesulitan selama melaksanakan anestesi umum, seperti jalan nafas dan intubasi, harus ditangani dengan benar. Praktek anestesi umum juga termasuk mengendalikan pernapasan pasien dan memantau fungsi vital tubuh pasien selama prosedur anestesi berlangsung. Anestesi umum diberikan oleh dokter yang terlatih khusus, yang disebut ahli anestesi, ataupun bisa juga dilakukan oleh perawat anestesi yang berkompeten.

DAFTAR PUSTAKA

Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi 2. Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009.

Desai AM. General Anesthesia. Edisi 29 April 2013. Diunduh dari: http://www.emedicine.medscape.com, 28 Mei 2013

Omuigui . The Anaesthesia Drugs Handbook, 2nded, Mosby year Book Inc, 1995.

Dachlan, R.,dkk. 2002. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Bagian Anestesiologi dan Terapi FK UI. Jakarta