general anastesi dan penggunaan lma.docx

14
$ Prosedur General Anastesi dan Penggunaan LMA HERFIKA MULYADINI (10310171) 1

Upload: herfika

Post on 26-Dec-2015

22 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

General anestesi

TRANSCRIPT

Page 1: General Anastesi dan Penggunaan LMA.docx

$

Prosedur General Anastesi dan Penggunaan LMA

HERFIKA MULYADINI (10310171)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN ILMU ANESTESI

RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT Dr.MIDIYATO SURATANI TANJUNG PINANG

UNIVERSITAS MALAHAYATI 2014

1

Page 2: General Anastesi dan Penggunaan LMA.docx

Penilaian Dan Persiapan Pra Anastesia

Penilaian prabedah

Anamsesis

a. Identias pasienb. Anamnesis khusus yang berkaitan dengan penyakit bedah yang mungkin menimbulkan

gangguan fungsi sistem organ. c. Anamnesis umum : riwayat penyakit sistemik, riwayat pemakaian obat yang telah/sedang

digunakan, riwayat operasi/anastesia terdahulu, kebiasaan buruk, riwayat alergi terhadap obat atau yang lain.

Kebiasaan merokok sebaiknya dihentikan 1-2 hari sebelumnya untuk mengurangi nikotin yang mempengaruhi sistem kardiosirkulasi, dihentikan beberapa hari untuk mengatifkan kerja silia jalan pernapasan dan 1-2 minggu untuk mengurangi produksi sputum. Kebiasaan minum alkohol harus dicurigai akan adanya penyakit hepar.

Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan/pengukuran status pasien : kesadaran, frekuensi napas, tekanan darah, nadi, suhu tubuh, berat dan tinggi badan untuk menilai status gizi/BMI.

b. Pemeriksaan fisik umum:- Psikis : gelisah, takut atau kesakitan

- Syaraf : otak, medula spinalis, dan syaraf tepi

- Respirasi

- Hemodinamik

- Penyakit darah

- Gastrointestinal

- Hepato-bilier

- Urogenital dan saluran kencing

- Metabolik dan endokrin

- Integumen.

Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan rutinDitujukan untuk pasien yang dipersiapkan untuk operasi kecil dan sedang- Pemeriksaan darah : Hb, Ht, Eritrosit, Leukosit dan hitung jenis, Masa perdarahan

dan masa pembekuan - Pemeriksaan Urin : pemeriksaan fisik, kimiawi, dan sedimen urin

2

Page 3: General Anastesi dan Penggunaan LMA.docx

Hb normal : 6 bulan - 6 tahun : 11g/100ml

6-14 tahun : 12 g/100ml

Dewasa laki-laki : 13 g/100ml

Dewasa wanita : 12 g/100ml

Wanita hamil : 11 g/100ml

b. Pemeriksaan khususDitujukan untuk pasien yang dipersiapkan untuk operasi besar dan pasien yang menderita penyakit sistemik tertentu dengan indikasi tegas. - Pemeriksaan lab lengkap : fungsi hati, fungsi ginjal, AGD, elektrolit, hematologi dan

faal hemostasis lengkap, sesuai indikasi- Pemeriksaan radiologi : foto toraks, IVP dan yang lainnya sesuai indikasi

- Evaluasi kardiologi terutama untuk pasien >50 tahun

- Pemeriksaan spirometri pada pasien PPOM

Klasifikasi Status Fisik

Klasifikasi berdasarkan The American Society of Anasthesiologists (ASA):

ASA I : pasien sehat organik, fisiologik, psikiatri, biokimia

ASA II: pasien dengan penyulit sistemik ringan atau sedang

ASA III : pasien dengan penyakit sistemik berat, sehingga aktivitas rutin terbatas tetapi tidak mengancam nyawa.

ASA IV : pasien dengan penyakit sistemik berat tak dapat melakukan aktivitas rutin dan penyakitnya merupakan ancaman kehidupannya setiap saat.

ASA V: pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa pembedahan hidupnya tidak akan lebih dari 24 jam

Pada bedah cito atau emergency biasanya dicantumkan huruf E

Masukan oral

Refleks laring mengalami penuruna selama anastesia. Regurgitasi isi lambung dan kotoran yang terdapat dalam jalan nafas merupakan resiko utama pada pasien-pasien yang menjalani anastesia. Untuk meminimalkan resiko tersebut, semua pasien yang dijadwalkan untuk operasi elektif

3

Page 4: General Anastesi dan Penggunaan LMA.docx

dengan anastesia harus dipantangkan dari masukan oral (puasa) selama beberapa periode sebelum induksi anastesia.

Dewasa : 6-8 jam Anak kecil : 4-6 jam Bayi : 3-4 jam

Makanan tak berlemak : 5 jam Minuman bening, air putih, teh manis : 3 jam Air putih untuk minum obat : 1 jam

Premedikasi

Premedikasi adalah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anastesia dengan tujuan:

1. Meredakan kecemasan dan ketakutan2. Memperlancar induksi anastesia3. Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus4. Meminimalkan jumlah obat anastetik5. Mengurangi mual-muntah pasca bedah6. Menciptakan amnesia7. Mengurangi isi cairan lambung8. Mengurangi refleks yang membahayakan

Obat pereda kecemasan biasanya diazepam peroral 10-15mg. Jika disertai nyeri karena penyakitnya diberikan opioid contohnya petidin 50mg IM. Pemberian antagonis reseptor H2 histamin untuk mengurangi cairan lambung misalnya oral simetidin 600mg atau ranitidin 150mg 1-2 jam. Untuk mengurangi mual muntah diberikan droperidol 2,5-5 mg IM dan ondansetron 2-4 mg IM

Batasan anastesia umum : suatu keadaan tidak sadar yang bersifat sementara yang diikuti oleh hilangnya rasa nyeri di seluruh tubuh akibat pemberian obat anastesia.

Komponen anastesi menurut Rees dan Gray:

1. Hipnotika : kehilangan kesadaran2. Analgatik : bebas nyeri3. Relaksasi : kelumpuhan otot rangka

Teknik anastesia umum :

1. Anatesia umum intravena2. Anastesia umum ihalasi3. Anastesi imbang

4

Page 5: General Anastesi dan Penggunaan LMA.docx

Anastesia umum intravena

Nama obat Hipnotika Analgetik RelaksasiKetamin HCl V VTiopenton VPropofol VDiazepam V (sedatif) VDeidrobenzperidol V (sedatif)Midazolam V (sedatif)Petidin V (sedatif) VMorfin V (sedatif) VFentanil / Sufentanil V V

Anastesi umum inhalasi

ObatKhasiat

Hipnotik Analgetik Relaksasi ototN2O - + -

Halotan ++ + +Enfluran ++ + +Isofluran ++ + +

Sevofluran ++ + +Desfluran ++ + +

Anastesi Imbang

Anastesi dengan menggunakan kombinasi obat-obatan baik obat anestesia intravena maupun obat anatesia inhalasi. Teknik ini dilakukan pada operasi besar dan lama.

Teknisnya :

1. Paien telah dipersiapkan sesuai dengan pedoman2. Pasang alat monitor EKG dan tekanan darah3. Siapkan alat-alat dan obat-obat resusitasi4. Siapkan mesin anastesia dengan sistem sirkuitnya dan gas anastesia yang digunakan5. Induksi pentothal atau obat hipnotik lainnya6. Berikan obat pelumpuh oto suksinil kholin IV secara cepat unttuk fasilitas intubasi7. Berikan nafas buatan 100% sampai fasikulasi hilang8. Lakukan laringoskopi dan pasang PET9. Berikan kombinasi obat inhalasi N2O + O2 dan narkotik (sbg analgetik-sedatif) ditambah

obat sedatif/hipnotik serta obat pelumpuh otot non depolarisasi secara IV

5

Page 6: General Anastesi dan Penggunaan LMA.docx

10. Dosis ulangan atau pemeliharaan , dapat diberikan secara IV intermiten atau tetes kontinyu

11. Kendalikan nafas secara manual atau mekanik dengan volume dan frekuensi napas disesuaikan kebutuhan pasien

12. Pantau tanda vital secara kontinyu dan periksa AGD apabila ada indikasi13. Apabila opersi teah selesai, hentikan aliran gas N2O, berikan O2 100% selama 2-5 menit14. Berikan penawar obat pelumpuh otot, yaitu neostigmin bersama-sama dengan atropin

sulfat kalau diperlukan, berikan antagonis narkotik15. Ekstubasi PET dilakukan bila pasien sudah bernapas spontan dan adekuat dan jalan napas

(rongga mulut, hidung, pipa endotrakea) sudah bersih.

Persiapan Pasien

Persiapan pasien di ruang perawatan

1. Persiapan psikis - Berikan penjelasan ke pasien dan atau keluarga pasien agar mengerti perihal rencana

anastesi dan pembedahan yang direncanakan sehingga dengan demikian diharapkan pasien dan atau keluarga asien dapat tenang

- Nerikan obat sedatif2. Persiapan fisik

- Hentikan kebiasaan merokok, minum minuman alkohol, obat-obatan tertentu

- Tidak memakai aksesoris

- Tidak menggunakan cat kuku atau cat bibir

- Puasa

- Pasien dimandikan pagi hari menjelang ke ruang bedah3. Membuat surat persetujuan tindakan medik4. Persiapan khusus yang bersifat kusus praanastesia

Persiapan pasien di ruang persiapan instalasi bedah sentral (IBS)

1. Evaluasi ulang status pasien dan catatan medik pasien2. Konsultasi di tempat bila diperlukan3. Ganti pakaian khusus kamar operasi4. Memberkan premedikasi5. Memasang infus

Persiapan di kamar operasi

6

Page 7: General Anastesi dan Penggunaan LMA.docx

1. Meja operasi dengan asesoris yang diperlukan2. Mesin anastesia dengan sistem aliran gasnya3. Alat-alat resusitasi, antara lain : alat bantu napas, laringoskop, pipa jalan napas, alat isap,

defibrilator, dll4. Obat-obat anastesia yang dibutuhkan5. Obat-obat resusitasi, misalnya: adrenalin, atropin, aminofilin, natrium bikarbonat6. Tiang infus, plester, dll7. Alat pantau tekanan darah, suhu tubuh, EKG dipasang8. Alat-alat pantau yang lain dipasang sesuai dengan indikasi, misalnya “pulse oxymetry”

dan “capnograf”9. Kartu catatan medik anastesia10. Selimut penghangat khusus

Laryngeal Mask Airway (LMA)

LMA atau sungkup laring adalah alat jalan napas yang berbentuk sonde terdiri dari pipa besar berlubang dengan ujung menyerupai sendok yang pinggirnya dapat dikembang-kempiskan seperti balon pada pipa trakea. Tangkai LMA dapat berupa pipa keras dai polivinil atau lembek dengan spiral untuk menjaga supaya tetap paten.

Ada 2 macam:

1. Sungkup laring standar dengan satu pipa napas2. Sungkup laring dengan dua pipa yaitu pipa napas standar dan lainnya pipa tambahan

yang ujung distalnya berhubungan dengan esofagus

7

Page 8: General Anastesi dan Penggunaan LMA.docx

LMA Standar LMA

Bagian-bagian LMA

Indikasi pemasangan LMA

1. Untuk menghasilkan jalan napas yang lancar tanpa penggunaan sungkup muka2. Untuk menghindari pengguanaan ET / melakukan intubasi endotrakeal selama ventilasi

spontan3. Pada kasus-kasus kesulitan intubasi4. Untuk memasukkan ET ke dalam trakea melalui alat intubating LMA

Kontraindikasi pemasangan LMA

1. Ketidakmampuan menggerakkan kepala atau membuka mulut lebih dari 1.5 cm, misalnya pada pasien ankylosis spondilitis, severe rheumatoid arthritis, servical spine instability, yang akan mengalami kesulitan memasukkan LMA

2. Kelainan di daerah farig (abses, hemato)3. Obstruksi jalan napas pada atau dibawah laring

8

Page 9: General Anastesi dan Penggunaan LMA.docx

4. Pasien dengan lambung penuh atau kondidi yang menyebabkan lambatnya pengosongan lambung

5. Meningkatnya resiko regurgitasi (hernia hiatus, ileus intestinal)6. Ventilasi satu paru7. Keadaan dimana daerah pebedahan akan terhalang oleh kaf dari LMA

Ukuran LMA dan peruntukannya

Ukuran Panjang LMA

Besar pasien Volume kaf Ukuran ET yang cukup ke LMA

1.0 8 Neonatus dan infant ≤ 6,5 kg

≤ 4 3,5

1.5 10 Infant 5-10 kg ≤ 7 4,02.0 11 Infant dan anak

10-20 kg≤ 10 4,5

2.5 12,5 Anak 20-30 kg ≤ 14 5,03.0 16 Anak

dandewasa muda 30-50 kg

≤ 20 6,0

4.0 16 Dewasa 50-70 kg

≤ 30 6,0

5.0 18 Dewasa > 70 kg ≤40 7,0

Cara pemasangan LMA

Pemasangan LMA dapat dilakukan dengan induksi menggunakan sevofluran atau propofol

Cara memasang LMA:

1. Kaf harus dikempeskan maksimal dan benar sebelum dipasang. Pengempesan harus bebas dari lipatan dan sisi kaf sejajar dengan sisi lingkar kaf

2. Oleskan jeli pada sisi belakang LMA sebelum dipasang. Hal ini untuk menjaga agar ujung kaf tidak menekuk pada saat kontak dengan palatum. Pemberian jeli pada sisi depan akan dapat mengakibatkan sumbatan atau aspirasi, karena itu tidak dianjurkan

9

Page 10: General Anastesi dan Penggunaan LMA.docx

3. sebelum pemasangan, posisi pasien dalam keadaan “air sniffing” dengan cara menekan kepala dari belakang menggunakan tangan yang tidak dominan. Buka mulut dengan cara menekan mandibulakebawah atau dengan jari ketiga tangan yang dominan.

4. LMA dipegang dengan ibu jari dan jari telunjuk pada perbatasan pipa dan kaf

5. Ujung LMA dimasukkan pada sisi dalam gigi atas, menyusur palatum dan dengan bantuan jari telunjuk LMA dimasukkan lebih dalam dengan menyusuri palatum

6. LMA dimasukkan sedalam-dalamnya sampai rongga hipofaring

7. Pipa LMA dipegang oleh tangan yang tidak dominan untuk mempertahankan posisi, dan jari telunjuk kita keluarkan dari mulut penderita.

8. kaf dikembangkan sesuai posisinya

9. LMA dihubungkan dengan alat pernafasan dan dilakukan nafas bantu. Bila ventilasi tidak adekuat, LMA dilepaskan dan dilakukan pemasangan kembali

10. Pasang bite-block untuk melindungi pipa LMA dari gigitan, setelah itu lakukan fiksasi

Cara Pemasangan LMA

10

Page 11: General Anastesi dan Penggunaan LMA.docx

Posisi LMA Saat Terpasang

11