gender

13
DHARMA WACANA: GENDER DALAM HINDU GENDER MENURUT AGAMA HINDU OM AVIGNAM'STU NAMAH SIDDHAM OM ANO BHADRAH KRTAVO YANTU VISVATAH OM SVASTI ASTU Para pengelingsir yang terhormat, Umat sedharma yang berbahagia Sangat berbahagia rasa di hati saya, dimana pada saat ini di berikan kesempatan untuk bertutur tentang pesan dharma yang berhubungan dengan status GENDER menurut keyakinan kita di hadapan pengelingsir dan semeton sedharma. Semua ini tentu tidak lepas dari karunia Hyang Widhi Wasa (Brahman-Tuhan YME) melalui waranugrahaNya dalam bentuk Keselamatan dan Kesehatan, teristimewa anugrah Kesempatan saat ini. Semoga pesan-pesan Dharma ini akan menggema atas wara nugrahaNya. Umat sedharma yang berbahagia,

Upload: eongalau

Post on 10-Jul-2016

212 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

GFHGF

TRANSCRIPT

Page 1: Gender

DHARMA WACANA: GENDER DALAM HINDU

GENDER MENURUT AGAMA HINDU

OM AVIGNAM'STU NAMAH SIDDHAM

OM ANO BHADRAH KRTAVO YANTU VISVATAH

OM SVASTI ASTU

Para pengelingsir yang terhormat,

Umat sedharma yang berbahagia

Sangat berbahagia rasa di hati saya, dimana pada saat ini di berikan kesempatan untuk

bertutur tentang pesan dharma yang berhubungan dengan status GENDER menurut

keyakinan kita di hadapan pengelingsir dan semeton sedharma. Semua ini tentu tidak lepas

dari karunia Hyang Widhi Wasa (Brahman-Tuhan YME) melalui waranugrahaNya dalam

bentuk Keselamatan dan Kesehatan, teristimewa anugrah Kesempatan saat ini. Semoga

pesan-pesan Dharma ini akan menggema atas wara nugrahaNya.

Umat sedharma yang berbahagia,

Dalam kehidupan sosial kita dewasa ini, begitu banyak bermunculan persoalan-persoalan

yang berhubungan dengan masalah Gender. Pada pandangan dan pemahaman umum, kata

atau istilah Gender lebih di artikan sebagai persoalan kaum wanita. Pembahasan masalah

Gender, di anggap sebagai pembahasan sebuah upaya peningkatan PERAN dan HAK dari

Page 2: Gender

WANITA, dengan membuang jauh kemungkinan-kemungkinan penghentian hegemoni laki-

laki dalam bentuk pembenaran berlakunya EGOISME kaum Laki-laki. Berdasarkan

kenyataan-kenyataan kehidupan sosial seperti itulah, maka saya menyampaikan Pesan-pesan

Dharma itu dengan Judul "GENDER MENURUT AGAMA HINDU".

Bila kita berbicara tentang gender, maka secara langsung di kepala kita akan tergambar

segala sesuatu yang berhubungan dengan wanita. Secara otomatis akan demikian. Oleh

karena itu kita harus mengetahui dan memahami apa sebenarnya yang di maksud.kan dengan

istilah GENDER itu. Jadi, makna kata gender menurut Kamus Bahasa Indonesia, Gender

berarti JENIS KELAMIN. Ini berhubungan dengan manusia, dalam arti manusia di bagi dan

di bedakan menurut jenis kelaminnya. Dalam bahasa Inggris, secara khusus di sebut dengan

istilah SEX, pengertiannya juga JENIS KELAMIN. Berdasarkan pengertian tersebut, maka

Manusia menurut jenis kelaminnya di bagi dalam dua (2) kelompok, yaitu Laki-Laki dan

Wanita. Laki-laki dalam bahasa Inggris di sebut MALE dan Wanita sebagai FEMALE, yang

memiliki sifat Maskulin dan Feminim.

Dalam susastra Veda, manusia dalam bahasa Sanskrta di bagi ke dalam LAKI dan

SWANITA, juga Laki-laki di sebut Purusha dan Wanita adalah Pradhana, istilah yang lebih

dalam dan lebih halus lagi, laki-laki adalah Lingga dan Wanita sebagai Yoni. Demikian halus

dan dalamnya VEDA memaknai esensi manusia dalam eksistensinya sebagai laki-laki dan

wanita.

Umat sedharma yang berbahagia,

Di luar sana, pengertian dan pemaknaan atas status gender sebagai laki-laki dan wanita,

sungguh-sungguh menumbuhkan polemik  di berbagai lapisan masyarakat. Persoalan gender

Page 3: Gender

mengemuka sebagai perwujudan dari ketimpangan dari rasa keadilan sosial  yang berakibat

buruk. Di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia ini, setiap manusia dengan dalih

"SUARA LANGIT" , defenisi dan status gender tidaklah horisontal, tetapi menjadi vertikal.

Artinya ada perlakuan yang berbeda antara laki-laki dan wanita, di mana wanita di beri hak

dan kesempatan setelah kaum laki-laki. Ini terjadi di berbagai aspek sosial. Nah apalagi bila

di hubungkan dengan segala ketentuan ADAT TRADISI yang ada dan anuti oleh setiap

kelompok masyarakat kita. Sebut saja misalnya dalam Adat Istiadat Bali, wanita sebagai

bagian dari Gender manusia, belum mendapat haknya secara seimbang, bahkan cenderung

ada dalam posisi yang memprihatinkan. Misalnya saja dalam hal pendidikan, hak dalam

warisan, dan sebagainya. Dalam tradisi adat Bali, laki-laki sebagai Purusha di anggap

menjadi yang utama, hak meneruskan keturunan, hak penguasaan atas warisan, hak yang

lebih atas usaha pendidikan, dan sebagainya.

Lalu....di mana POSISI WANITA ???. Dalam berbagai tradisi Adat di Negara kita ini, selain

tugas "mengandung anak", "melayani suami", "melayani kebutuhan rumah tangga" dan

kewajiban lain yang berhubungan dengan tugas-tugas suami (Laki-laki), wanita berada pada

sisi yang bersebrangan dengan suami.

Umat sedharma yang berbahagia,

Tradisi dengan Hukum Adatnya telah memunculkan tatanan khusus terhadap apa yang di

masa kini di sebut sebagai Gender. Kita dalam tradisi menganut paham PATRIARKI, artinya

bahwa keturunan dari sebuah perkawinan itu merupakan penerus dari TRAH atau WANGSA

kaum lelaki. Adat tradisi telah menjadi SANGKAR BAJA yang menghalangi pandangan kita

terhadap Tugas Kewajiban dari Wanita, yang sangat Utama dan Mulia. 

Page 4: Gender

Tidakkah kita sadar, bahwa HARKAT DAN MARTABAT suatu bangsa sebenarnya sangat

di tentukan oleh WANITA???. Tidakkah kita menyadari, bahwa martabat sebuah rumah

tangga dan keluarga bergantung pada martabat dan kewibawaan wanitanya?.

Mari kita tengok apa yang di suratkan oleh Veda mengenai status gender ini. Apakah sama

dengan apa yang di akui sebagai "Suara Langit" oleh sebagian manusia di bumi, bahwa

wanita berjalan di belakang laki-laki?. Ataukah Veda memiliki "Suara Suci" yang dapat

menjadi Amertha bagi wanita...?.

Umat sedharma yang berbahagia,

Veda, sebagai Kitab Suci Agama Hindu adalah hukum standar yang menjadi rujukan utama

dalam memaknai setiap persoalan. Veda menjadi sumber dari segala sumber hukum manusia,

karena mengandung sifat Rta, yaitu hukum Brahman yang Kekal. Demikian pula yang

berhubungan mengenai Status dan Kedudukan serta tugas bagi Gender manusia. 

Di dalam masyarakat Hindu, Gender dalam arti Manusia sebagai Laki-laki dan Wanita

memiliki status yang mulia. Lihat saja penggambaran Dewa-dewa sebagai wujud kekuatan

Supra kosmis, selalu di gambarkan sebagai laki-laki. Demukian halnya Semua bentuk

kekuatan dan kemuliaan selalu di gambarkan sebagai Wanita. Keperkasaan dan Keunggulan

oleh Veda di gambarkan sebagai Laki-laki, sementara Kemuliaan, Keagungan, Kecerdasan,

Kelemah lembutan, keluhuran dan kasih sayang selalu di gambarkan sebagai wanita. Dari

surat-surat wahyu yang tetuang dalam Veda, menggambarkan bahwa Gender dalam

bentuknya yang berbeda pada dasarnya memiliki STATUS yang SETARA.

Coba kita renungi apa yang di suratkan dalam RG VEDA III.53.4.: Jayed astam maghavan

Page 5: Gender

set u yonih,  artinya : Ya Sang Hyang Indra, istri sebenarnya adalah wujud rumah itu. Dia

adalah dasar kemakmuran keluarga. Atau kita cermati apa yang di nyatakan dalam YAJUR

VEDA XIX.94.: Patni sukrtam bibharti, artinya : Istri melaksanakan upacara keagamaan, atau

di katakan: Tanpa kehadiran wanita yajna tidak sempurna. 

Umat Sedharma yang berbahagia,

Demikian mulia dan luhurnya Veda memberi penghormatan kepada Wanita, dimana dalam

hal ini sehubungan dengan tugas-tugas khusus yang di tanggung oleh wanita. Bila dalam

kehidupan sosial selama ini, wanita di anggap tidak memiliki hak suara terhadap segala

sesuatu yang menyangkut kesejahteraan serta kebahagiaan umum, tetapi Veda kemudian

mengingatkan kita, bahwa wanita memiliki kedudukan dan fungsi yang vital, yang utama. 

Dalam masyarakat Hindu, Laki-laki memiliki kebebasan memilih dan melakukan

kewajibannya di luar rumah, sesuai dengan bakat, kemampuan serta kesempatan yang dapat

di raihnya untuk memenuhi kebutuhan dan menghadirkan kesejahteraan serta kebahagiaan

bagi seluruh keluarganya. Jadi kaum laki-laki secara umum telah di terima secara layak untuk

melakukan kegiatan di luar rumah. Sementara wanita melakukan kewajiban mengatur dan

menata keluarganya dengan segala kemampuannya. Pendidikan terhadap anak, dalam hal ini

menjadi tugas khusus bagi wanita. Kesempatan wanita berkumpul sepanjang waktu dengan

bagian-bagian keluarganya, menjadikan wanita sebagai pusat pergaulan. Maka dalam hal ini,

wanita merupakan ujung tombak moralitas keluarga, karenanya kesucian wanita merupakan

kewibawaan bagi dirinya sendiri sekaligus keluarganya secara umum.

Umat sedharma yang berbahagia,

Page 6: Gender

Veda sebagai dasar hukum dalam pengaturan tatanan masyarakat mengedepankan konsep

Varna (Warna), yang membagi manusia berdasarkan bakat dan fungsi. Secara umum konsep

ini tidak membedakan pembagian itu atas dasar Gender atau jenis kelamin. Artinya secara

khusus Konsep Catur Varna tidak menyebutkan bahwa ada pembedaan dalam melaksanakan

hak dan kewajiban dalam bentuknya sebagai BAKAT dan FUNGSI bagi laki-laki dan wanita.

Keduanya memiliki kesempatan yang sama secara seimbang dalam bentuknya yang berbeda.

Ini bukan pembedaan dalam arti "DAHULU dan KEMUDIAN", tetapi penekanannya pada

pembagian fungsi manusia secara utuh. 

Demikian pula bagi mereka yang lahir dengan kepribadian ganda (bersifat Netral), umumnya

kita menyebut sebagai "Banci, Tomboy, Bencong, dan lain-lain istilah", Veda secara nyata

memberi kesempatan yang sama terhadapnya dalam interaksi sosial untuk merengkuh

kesempatannya secara luas tanpa batasan yang bersifat khusus. Dalam hal ini Veda tidak

secara spesifik mengatur hal-hal yang bersifat tidak umum seperti itu, sampai pada yang

bersangkutan menyatakan secara formal atas pilihan yang di tentukannya. Kenyataannya

begitu banyak wanita-wanita yang telah mengambil pilihan yang tidak umum, seperti yang

mendedikasikan diri mereka sebagai penyebar dan pelayan Dharma.

Umat sedharma yang berbahagia,

Bhagavan Manu dalam Manava Dharmasastra III.56 menyatakan hukum bagi manusia : Di

mana wanita di hormati, disanalah para Dewa merasa senang, tetapi dimana mereka tidak di

hormati, tidak ada upacara suci apapun yang akan berpahala". Demikian tegas Veda

menyuratkan akan keutamaan fungsi atau peran wanita dengan sifat-sifatnya yang khusus.

Page 7: Gender

Kenyataan ini memberi makna bahwa sesungguhnya status dan kedudukan dari Gender

adalah SETARA. Sebagaimana para Wipra (Brahmana ahli) menyatakan hukum (wahyu)

SETARA ini dengan kata Ardhanarisvarya yang bermakna Sesungguhnya manusia terdiri

dari setengah laki-laki dan setengah bagian lainnya di sebelah kiri adalah wanita.

Umat sedharma yang berbahagia,

Tidak cukup alasan dan referensi susastra, yang memberi makna atas Gender sebagai bentuk

pembagian manusia dalam kedudukan yang veryikal. Veda dengan mantram-mantram serta

Sloka-slokanya menyatakan dengan jelas akan kedudukan manusia dengan gendernya. Maka

pembatasan-pembatasan atas hak-hak sebagai bentuk kewajiban dari  Wanita merupakan

pengingkaran dari Dharma, di banding sebagai cara perlindungan baginya. Jadi

sesungguhnyalah Veda telah menyatakan kepada kita, bahwa manusia dalam gendernya

masing-masing, memberi kesempatan dan kedudukan yang sama kepada kita sebagai Laki-

laki dan Wanita sesuai dengan fungsinya. Artinya bahwa wanita dengan tugas-tugasnya yang

khusus, selayaknya memiliki kesempatan yang sama di berbagai aspek sosial. Haruslah

mampu kita pahami, misalnya pemberian pendidikan yang SETARA dengan Laki-laki sesuai

dharma baginya, pada dasarnya merupakan pemberian kesempatan kepada wanita untuk

memberikan pendidika moralitas yang lebih baik kepada anak-anaknya serta keluarganya.

Bila sebaliknya maka akan sangat berpengaruh pada merosotnya moralitas masyarakat secara

umum.

Umatsedharma,

Dalam Veda status manusia berdasarkan gendernya adalah setara. Laki-laki maupun wanita

Page 8: Gender

memiliki kesempatan dan kedudukan yang sama. Laki-laki memiliki kewajiban di luar

rumah, sementara wanita adalah pemimpin di dalam rumahnya. Tidak ada alasan yang legal

bagi keduanya untik saling membatasi dalam pelaksanaan dharmanya masing-masing.

Kesetaraan yang di maksudkan oleh Veda adalah KESETARAAN MUTUALISME, yang

artinya secara spesifik keduanya memiliki hak atas dan di dasarkan dharmanya. Tak ada yang

lebih utama dari salah satunya. Namunpun demikian, kesetaraan dalam hak dan kesempatan

secara sosial, bukanlah sebagai bentuk pembebasan atas hak-hak yang menjadi kewajibanya

yang bersifat khusus. Pengingkaran atas hak wanita sebagaimana di suratkan Veda, lebih

merupakan bentuk pengingkaran atas tugas-tugas mulia yang di tanggungnya, di banding

sebagai bentuk pernyataan untuk perlindungannya. Jadi, selama anak-anak manusia belum

bisa DITURUNKAN LANGSUNG DARI LANGIT, maka selama itu pula Manusia dalam

wujud Wanitanya di butuhkan. Olehnya, Laki-laki tanpa wanita adalah Bayangan di

kegelapan, sebagaimana halnya Wanita tanpa Laki-laki merupakan Sungai tanpa Air.

Umat sedharma yang berbahagia,

Demikian pesan dharma yang dapat saya sampaikan, semoga dapat menambah pemahaman

kita. Semoga Hyang Brahman -Tuhan Yang Maha Esa- melimpahkan segala wara

nugrahaNya.

OM KSAMA SAMPURNA YA NAMAH SVAHA

OM SANTIH SANTIH SANTIH OM.