gelar hasil riset dan inovasi teknologi kelautan...

68
KUMPULAN ABSTRAK GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN DAN PERIKANAN PUSAT RISET KELAUTAN BADAN RISET DAN SUMBERDAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

Upload: duongdan

Post on 02-Mar-2019

247 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

KUMPULAN ABSTRAK

GELAR HASIL RISET DAN INOVASI

TEKNOLOGI KELAUTAN DAN

PERIKANAN

PUSAT RISET KELAUTAN BADAN RISET DAN SUMBERDAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

Page 2: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

i

KATA PENGANTAR

Dalam rangka memenuhi hak masyarakat untuk berperan aktif dalam penguasaan/alih

teknologi, pemanfaatan, dan pemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka KKP

menyelenggarakan Gelar Hasil Riset dan Inovasi Teknologi Kelautan dan Perikanan

dalam bentuk seminar nasional hasil penelitian dan pengembangan pada satuan kerja

riset dan perguruan tinggi di lingkup KKP, yang mengundang pula peneliti/dosen pada

lembaga litbang dan perguruan tinggi di luar KKP.

Penyelenggaraan kegiatan Gelar Hasil Riset dan Inovasi Teknologi oleh Badan Riset dan

Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) KKP ini sebagai bentuk

akuntabilitas atas kegiatan penelitian dan pengembangan yang telah dilaksanakan untuk

mendapatkan masukan dari mitra terkait baik internal maupun eksternal KKP. Tujuannya,

menyebarluaskan informasi hasil riset dan inovasi teknologi serta kekayaan intelektual

yang dimiliki kepada pihak-pihak lain, dan mendorong kerja sama jejaring antara para

pakar, peneliti dan dosen, praktisi, pemerhati dan pengambil kebijakan untuk

meningkatkan peran riset dan inovasi teknologi dalam memberikan solusi dan akselerasi

pembangunan kelautan dan perikanan.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada para pembicara, pemakalah, peserta serta

semua pihak yang telah berkontribusi dan berparsipasi dalam penyelenggaraan kegiatan

Gelar Hasil Riset dan Inovasi Teknologi Kelautan dan Perikanan Tahun 2017. Kami juga

menyampaikan permohonan maaf apabila terdapat kekurangan selama kegiatan

berlangsung.

Semoga hasil yang diperoleh dalam kegiatan ini dapat bermanfaat, khususnya bagi

kemajuan pembangunan bidang kelautan dan perikanan, serta bangsa dan masyarakat

Indonesia.

Jakarta,

Oktober 2017

Page 3: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

ii

DAFTAR ISI

ABSTRAK SUB TEMA : PERUBAHAN IKLIM DAN KARBON BIRU

HISTORI SUHU PERMUKAAN DAN KANDUNGAN PANAS LAUT PERAIRAN INDONESIA

DALAM SATU ABAD TERAKHIR

Mutiara R. Putri dan Romanu D. Sasongko ......................................................................................... 2

APLIKASI CITRA SATELIT UNTUK MENILAI POTENSI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE

DAN TINGKAT PEMANFAATANNYA DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN DOMPU,

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Yulius, Syahrial Nur Amri, dan Sari Indriani Putri ............................................................................... 3

CORAL Sr/Ca THERMOMETRY IN NEARSHORE AND SEMI-ENCLOSED SETTINGS OF

CENTRAL INDONESIA

Camellia K. Tito, Intan S. Nurhati, Agus Setiawan and Sri Y. Cahyarini ................................................ 4

PALEOSEANOGRAFI SELAT MAKASSAR BERDASARKAN KARAKTERISTIK EKOLOGI

FORAMINIFERA PLANKTONIK

Rina Zuraida, Luli Gustiantini, Nazar Nurdin, dan Yani Permanawati .................................................. 5

DAMPAK DARI INDIAN OCEAN DIPOLE PADA ANOMALI SUHU PERMUKAAN DAN

POTENSI PEMUTIHAN KARANG DI PULAU WEH, INDONESIA

Ulung Jantama Wisha, Try Al Tanto, Nia Naelul Hasanah Ridwan, dan Ruzana Dhiauddin ................... 6

CARBON FOOTPRINT ANALYSIS ON COASTAL AND MARINE TOURISM AREA (CASE

STUDY: PANGANDARAN TOURISM REGIONS, WEST JAVA)

Roni Sewiko, Hefni Effendie, dan Etty Riani ....................................................................................... 7

GROWTH RATES ANALYSIS OF PORITES CORALS FROM NUSA PENIDA, BALI

Camellia K. Tito, Agus Setiawan, Sri Y. Cahyarini, and Muji W. Indriyawan ......................................... 8

PENYERAPAN KARBON EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN KONSERVASI DAN

REHABILITASI

Restu Nur Afi Ati dan Yusmiana Puspitaningsih Rahayu ..................................................................... 9

ANALISIS FOSIL FORAMINIFERA PADA STRATIFIKASI SEDIMEN LAUT DI SELAT

MAKASSAR SEBAGAI BIOINDIKATOR PALEO-TEMPERATUR PERMUKAAN AIR LAUT

Ghina Aghniatus Sholihah, Rina Zuraida, dan Bintang Marhaeni ...................................................... 10

KAJIAN DAMPAK EL NIÑO TAHUN 2015 TERHADAP PERAIRAN INDONESIA

Rodhi Janu Aldilla Putri dan Dita Rahmawati ................................................................................... 11

SISTEM KARBON LAUT PERAIRAN LAUT MALUKU DAN LAUT SULAWESI PADA PERIODE

MUSIM BARAT : HASIL PENGUKURAN IN SITU PADA IJEP CRUISE 2016

Iis Triyulianti, Agung Yunanto, Indra Hermawan, Novia Arinda, Aditya Chandra Raymonza, Fikrul

Islamy, Nadia Christa Magdalena, Mutiara R. Putri, dan Anwar. ....................................................... 12

Page 4: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

iii

DINAMIKA EKOSISTEM LAMUN GUGUSAN PULAU PARI DALAM KURUN WAKTU SATU

DEKADE (2007-2017)

Agustin Rustam, Restu Nur Afi Ati, dan Yusmiana Puspitaningsih Rahayu ......................................... 13

ABSTRAK SUB TEMA : PESISIR DAN KONSERVASI

CHARACTERISTICS OF MARINE LITTERS IN THE WEST COAST OF BALI

Semeidi Husrin, Ulung Jantama Wisha, Rahmadi Prasetyo, Aprizon Putra, dan Adli Attamimi ........... 15

PULAU REKLAMASI G DAN PENGARUHNYA PADA POLA SEBARAN LIMBAH AIR

HANGAT PLTU/PLTGU MUARA KARANG

Agus Setiawan ................................................................................................................................ 16

INDEKS KERENTANAN PESISIR DI PESISIR TIMUR PULAU PAGAI UTARA, MENTAWAI

Herdiana Mutmainah dan Aprizon Putra ......................................................................................... 17

STATUS PEMANFAATAN SPESIES JENIS HIU DI INDONESIA UNTUK PENGELOLAAN

KELAUTAN YANG BERKELANJUTAN

Fitrian Dwi Cahyo dan Demas Derian ............................................................................................... 18

HIDRODINAMIKA DAN KUALITAS PERAIRAN UNTUK KESESUAIAN PEMBANGUNAN

KERAMBA JARING APUNG (KJA) OFFSHORE DI PERAIRAN KEUNEUKAI, NANGGROE

ACEH DARUSSALAM

Koko Ondara, Guntur Adhi Rahmawan, Ulung Jantama Wisha dan Nia Naelul Hasanah Ridwan ........ 19

KEPERCAYAAN MASYARAKAT PESISIR SELATAN JAWA TIMUR TERHADAP LAUT

(STUDI KASUS UPACARA LARUNG SESAJI DI PUGER DAN WATU ULO, JEMBER

Akhmad Ganefo .............................................................................................................................. 20

KESESUAIAN ZONA KHUSUS PADA KAWASAN PESISIR TELUK BUNGUS KOTA PADANG

Aprizon Putra, Try Al Tanto, Gunardi Kusumah, Nia Naelul Hasanah Ridwan, dan Ilham ................... 22

PEMANFAATAN DATA KONEKTIVITAS DALAM ZONASI KAWASAN KONSERVASI

PERAIRAN TAMAN WISATA PERAIRAN (TWP) KAPOPOSANG

Zulfikar Afandy ............................................................................................................................... 23

HABITAT BENTIK PADA EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI PULAU MENJANGAN

Eghbert Elvan Ampou, I Nyoman Radiarta, Rizky Hanintyo, Nadya Christa Mahdalena, Serge

Andrefouet ..................................................................................................................................... 24

PERBANDINGAN KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DILOKASI PENYELAMAN

DAN BUKAN LOKASI PENYELAMAN DI PULAU MARATUA

Idris, Mikael Prastowo SW, dan Basuki Rahmad .............................................................................. 25

MODEL PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR SECARA TERPADU: STUDI KASUS

PENGEMBANGAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI PERAIRAN KABUPATEN LUWU DAN

KOTA PALOPO, TELUK BONE, SULAWESI SELATAN

Waluyo, Yonvitner, Etty Riani dan Taslim Arifin ............................................................................... 26

Page 5: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

iv

STRUKTUR KOMUNITAS IKAN TERUMBU DAN TERUMBU KARANG DI PERAIRAN TELUK

KILUAN, LAMPUNG.................................................................................................................................. 27

Nurhaya Afifah dan Aflaha Abdul Munib ......................................................................................... 27

ABSTRAK SUB TEMA :GEODEEP, ARKEOLOGI MARITIM, TEKNOLOGI KELAUTAN DAN

PERGARAMAN ......................................................................................................................................... 28

ANALISIS NILAI PENTING SITUS ARKEOLOGI MARITIM KELARIK DALAM DI PERAIRAN

KARANG SEMAPI NATUNA MENUJU PENGELOLAAN BERKELANJUTAN

Ira Dillenia, Rainer Arief Troa, Eko Triarso, Naniek Harkatiningsih, dan Hari Prihatno ....................... 29

APAKAH PENGANGKATAN ARTEFAK BAWAH LAUT DAPAT MERUSAK EKOSISTEM

TERUMBU KARANG?

Ofri Joha, Ira Dillenia, Rainer Arif Troa, dan Eko Triarso ................................................................... 30

KAJIAN REHABILITASI EKOSISTEM DENGAN PROGRAM SABUK PANTAI

Vivi Yovita Indriasari ....................................................................................................................... 31

KAJIAN TEKNOLOGI PEMURNI GARAM UNTUK MENGHASILKAN KUALITAS GARAM

INDUSTRI

Hariyanto Triwibowo, Ifan R. Suhelmi, Aris W. Widodo, ................................................................... 32

PENERAPAN TEKNOLOGI DAN SISTEM TEPAT GUNA UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI

GARAM ON-FARM

Rikha Bramawansto, Fajar Yudi P, dan Hariyanto Triwibowo ........................................................... 33

PEREKAMAN DATA KONDISI TERKINI SITUS KAPAL TENGGELAM PERANG DUNIA II, MS

SOPHIE RICKMERS, DI PERAIRAN PULAU WEH, NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Nia Naelul Hasanah Ridwan, Gunardi Kusumah, Ulung Jantama Wisha, Try Al Tanto, Koko Ondara,

Wisnu Arya Gumilang, Ruzanna Dhiauddin, Guntur Adhi Rahmawan, Herdiana Muthmainah, dan

Aprizon Putra ................................................................................................................................. 34

PROFIL VERTIKAL DAN HORISONTAL KANDUNGAN OKSIGEN TERLARUT DAN

FLUORESCENCE IN VIVO SEBAGAI INDIKATOR KEBERLANGSUNGAN KEHIDUPAN DI

PERAIRAN LAUT MALUKU DAN LAUT SULAWESI (IJEP 2016 CRUISE)

Iis Triyulianti, Agung Yunanto, Indra Hermawan, Novia Arinda, Aditya Chandra Raymonza, Fikrul

Islamy, dan Nadia Christa Magdalena .............................................................................................. 35

RISET TERINTEGRASI SITUS KAPAL TENGGELAM SS AQUILA DI PERAIRAN TELUK

AMBON, INDONESIA

Guntur Adhi Rahmawan, Ulung Jantama Wisha, Wisnu Arya Gemilang, Koko Ondara, Nia Naelul

Hasanah Ridwan, dan Gunardi Kusumah ......................................................................................... 36

KUALITAS GARAM HASIL PRODUKSI RAKYAT DENGAN METODE PRISMA RUMAH KACA

DI DESA SEDAYU LAWAS KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN, JAWA

TIMUR

Guntur, Farikh Assafri, M. Aris Munandar, Abdul Aziz J., dan Andi Kurniawan .................................. 37

PEMANTAUAN HIU PAUS DAN POLA PERILAKU TINGGALNYA MENGGUNAKAN METODE

AKUSTIK DI PANTAI BOTUBARANI, BONE BOLANGO, GORONTALO

R.Andry Indryasworo Sukmoputro, Urip Syarifuddin, dan Kris Handoko ........................................... 38

Page 6: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

v

PENGELOLAAN TINGGALAN ARKEOLOGI BAWAH AIR SEBAGAI DAYA TARIK WISATA

PADA DAERAH TERDEPAN INDONESIA DALAM RANGKA MENGHADAPI MEA

Dwi Kurnia Sandy ........................................................................................................................... 39

PENGEMBANGAN PROSES PRODUKSI KAPAL IKAN BERUKURAN 3 GT SAMPAI DENGAN

10 GT DENGAN MENGGUNAKAN METODA LEPAS RAKIT (KNOCKDOWN) DAN

BERKEMBANG (MODUL)

Akhmad Basuki Widodo, Viv Djannat Prasita, Nur Yanu Nugroho, dan Ali Munazid .......................... 40

ABSTRAK POSTER .................................................................................................................................. 41

KARAKTERISTIK SEDIMEN DI SELAT PAGAI, MENTAWAI

Herdiana Mutmainah ...................................................................................................................... 42

PENGUATAN PROGRAM PENYULUH PERIKANAN MELALUI METODE PERENCANAAN

PARTISIPATIF DI KAWASAN DELTA MAHAKAM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

Eko Sugiharto dan Gusti Haqiqiansyah ............................................................................................ 43

KAJIAN KONSOLIDASI LAHAN DALAM PROSES PRODUKSI GARAM RAKYAT

Rikha Bramawanto, Ifan R. Suhelmi, dan Hariyanto Triwibowo ........................................................ 44

PENGARUH KONDISI KUALITAS PERAIRAN TERHADAP PENINGKATAN POPULASI

BINTANG LAUT BERDURI (COTS) DI PERAIRAN PULAU MENJANGAN, BALI

Novia Arinda Pradisty, Eghbert Elvan Ampou, Rizki Hanintyo, I Nyoman Surana, Diah Chandra Kirana,

dan Mardatilah ............................................................................................................................... 45

ASSESSING GROUNDWATER VULNERABILITY USING GALDIT METHOD (CASE STUDY:

PADEMAWU SALT POND AREA, MADURA-INDONESIA)

Wisnu Arya Gemilang, Gunardi Kusumah, dan Ulung Jantama Wisha ............................................... 46

KAPAL (PERAHU) PENUMPANG DAN BARANG BERBAHAN LAMINASI BAMBU SEBAGAI

SARANA TRANSPORTASI LAUT DI KEPULAUAN SUMENEP

Akhmad Basuki Widodo, Viv Djannat Prasita, Nur Yanu Nugroho, dan Ali Munazid .......................... 47

KERAGAMAN HIU YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN KEDONGANAN BALI

Suko Wardono, Yudisthio Wahyudi, Dewa Gde Tri Bodhi Saputra .................................................... 48

ANALISIS KANDUNGAN PENCEMAR LOGAM BERAT (PB DAN ZN) PADA AIR, SEDIMEN

DAN SIPUT HISAP (CERITHIDEA OBTUSA) DI DESA TANJUNG PASIR KECAMATAN

TANAH MERAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR PROVINSI RIAU

Rizki Syawalia Siregar ..................................................................................................................... 49

KUANTITAS LOGAM BERAT PB DAN CU DI EKOSISTEM MANGROVE

Cut Meurah Nurul Akla ................................................................................................................... 50

POTENSI SUMBER DAYA ARKEOLOGI MARITIM DI KEPULAUAN SANGIHE, SULAWESI

UTARA

Sultan Kurnia A.B., Fuad Anshary .................................................................................................... 51

Page 7: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

vi

RANCANG BANGUN KAPAL IKAN 5 GT DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN LAMINASI

BAMBU UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN KAPAL PENANGKAP IKAN SECARA NASIONAL

Akhmad Basuki Widodo dan Nur Yanu Nugroho .............................................................................. 52

EKOSTRUKTUR IKAN TERUMBU PADA EKOSISTEM TERUMBU BUATAN (REEF BALL) DI

TELUK BENETE, SUMBAWA, NUSA TENGGARA BARAT

Aflaha Abdul Munib, Dietriech G. Bengen, Adriani Sunuddin, Muhammad Salamuddin Yusuf, dan

Nurhaya Afifah ............................................................................................................................... 53

KARAKTERISTIK HIDRO OCEANOGRAFI PERAIRAN SEKITAR PULAU PAGAI UTARA,

MENTAWAI

Herdiana Mutmainah, Dominika Wara Christiana, Laras Citra Sunaringa, Rani Santa Clara, Ilham

Tanjung, Try Altanto, Ilham Adnan, Ulung Jantama Wisha, Semeidi Husrin, Wisnu Arya Gumilang,

Aprizon Putra, Prima Sahputra, Rizki Anggoro Adi ........................................................................... 54

NATUNA KORIDOR NUSANTARA TERDEPAN: JARINGAN KEMARITIMAN GLOBAL

Naniek Harkatiningsih ................................................................................................................... 525

PERBANDINGAN KLOROFIL-A PERMUKAAN BERDASARKAN HASIL OBSERVASI INSITU

DENGAN DATA PENGINDERAAN JAUH DI LAUT SULAWESI

Nikita Pusparini dan Indra Hermawan ............................................................................................. 56

SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN RISET DAN

PENGELOLAAN POTENSI MINERAL DASAR LAUT DAN ARKEOLOGI MARITIM

Rainer Arief Troa, Haryadi Permana, Eko Triarso, Ira Dillenia, Hari Prihatno .................................. 527

DAYA DUKUNG PERAIRAN UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT

EUCHEUMA COTTONII DI KABUPATEN LUWU DAN KOTA PALOPO, TELUK BONE,

SULAWESI SELATAN

Waluyo, Yonvitner, Etty Riani dan Taslim Arifin ............................................................................... 60

Page 8: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

1

GELAR HASIL RISET DAN INOVASI

TEKNOLOGI KELAUTAN DAN PERIKANAN

25 Oktober 2017

Gedung Mina Bahari IV Lantai 15

Tempat: Ruang Tiram

SUB TEMA: PERUBAHAN IKLIM DAN KARBON BIRU

Page 9: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

2

HISTORI SUHU PERMUKAAN DAN KANDUNGAN PANAS LAUT

PERAIRAN INDONESIA DALAM SATU ABAD TERAKHIR

Mutiara R. Putri*) dan Romanu D. Sasongko

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung (ITB) Jl. Ganesha No. 10, Bandung 40132

*)Email: [email protected]

ABSTRAK

Histori kenaikan suhu permukaan laut (SPL) telah terjadi sejak revolusi industri dunia. Secara alamiah kejadian letusan gunung yang dahsyat dapat pula mempengaruhi SPL hingga suhu di kedalaman laut tertentu. Tentunya suhu air laut ini sangat mempengaruhi kandungan panas laut, yang berperan penting dalam mengatur kondisi iklim yang terjadi di bumi. Kandungan panas laut di perairan Indonesia dihitung menggunakan data temperatur bulanan berdasarkan data Met Office Hadley Observation “EN 4.1.1” yang merupakan hasil model dan asimilasi data, dengan resolusi 10 x 10 dan rentang waktu dari tahun 1901-2015. Kandungan panas laut dihitung di kedalaman 0-100 m dan total kedalaman perairan Indonesia. Kandungan panas laut di Indonesia dalam satu abad terakhir mengalami kenaikan sebesar 2x1014 J, namun sebaliknya di total kedalaman turun sebesar -2x1014 J. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi perubahan iklim dari interaksi laut udara, yang ditunjukkan pula adanya trend kenaikan SPL dalam 115 tahun. Pengaruh dari Samudra Pasifik yang masuk melalui Sistem Arus Laut Indonesia diperkirakan menjadi penggerak utama kenaikan kandungan panas laut di Indonesia. Dari indeks Pacific Decadal Oscillation (PDO) fase positif menyebabkan turunnya kandungan panas dan sebaliknya fase negatif PDO menyebabkan naiknya kandungan panas laut rata-rata. Kata Kunci: Histori SPL dan kandungan panas laut; Model Asimilasi EN 4.1.1; Sistem Arus Laut Indonesia; PDO.

Page 10: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

3

APLIKASI CITRA SATELIT UNTUK MENILAI POTENSI EKOSISTEM

HUTAN MANGROVE DAN TINGKAT PEMANFAATANNYA DI WILAYAH

PESISIR KABUPATEN DOMPU, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Yulius1*), Syahrial Nur Amri1), dan Sari Indriani Putri2)

1) Pusat Riset Kelautan, Badan Riset dan SDM Kelautan Perikanan, KKP Jl. Pasir Putih 2 Ancol Jakarta, 14430

2) Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK, IPB *)Email: [email protected]

ABSTRAK

Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Hutan mangrove mempunyai banyak fungsi lain, seperti fungsi ekologis yang dapat digunakan sebagai pelindung pantai, penahan lumpur dan penangkap sedimen yang diangkur oleh aliran air permukaan. Perairan Kabupaten Dompu Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan kawasan yang memiliki hutan mangrove yang masih alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi ekosistem mangrove di pesisir Kabupaten Dompu, NTB berdasarkan analisis citra satelit landsat 8 tahun 2014 sehingga mampu menilai potensi dan mendapatkan informasi mengenai pemanfaatan mangrove oleh masyarakat. Teknik pengumpulan data merupakan kombinasi dari interpretasi citra satelit landsat 8 dengan metode wawancara dan kuisioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat luasan mangrove sekitar 90,631 Ha dengan indeks keseragaman sebesar 0.68 berarti keseragaman sedang dan ditemukan dua spesies mangrove yaitu Rhizophora stylosa dan Rhizophora apiculata. Bentuk pemanfaatan mangrove oleh masyarakat diantara adalah sebagai penghasil kayu bakar, pelindung pantai dari hempasan ombak dan abrasi dan penghasil nener dan kepiting. Pemanfaatan mangrove untuk kayu bakar dilakukan oleh semua responden dengan jumlah kebutuhan bervariasi.

Kata Kunci: Ekosistem hutan; Mangrove; Pemanfaatan mangrove; Kabupaten Dompu; Interpretasi citra satelit.

Page 11: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

4

CORAL Sr/Ca THERMOMETRY IN NEARSHORE AND SEMI-ENCLOSED

SETTINGS OF CENTRAL INDONESIA

Camellia K. Tito1), Intan S. Nurhati2,3), Agus Setiawan1,4) and Sri Y. Cahyarini5)

1) Institute for Marine Research and Observation, Ministry of Marine Affairs and Fisheries,

Jl. Baru Perancak, Jembrana, Bali, 82251, Indonesia 2) Center for Environmental Sensing and Modeling, Singapore-MIT Alliance for Research

and Technology, 1 CREATE Way #09-03, Singapore 138602, Singapore 3) Research Center for Oceanography, Indonesian Institute of Sciences (LIPI), Jakarta,

Indonesia, Jalan Pasir Putih I, Ancol Timur, Jakarta 14430, Indonesia 4) Marine Research Center, Ministry of Marine Affairs and Fisheries, Jalan Pasir Putih II,

Ancol Timur, Jakarta 14430, Indonesia 5) Research Center for Geotechnology, Indonesian Institute of Sciences (LIPI), Jl.

Sangkuriang, Bandung, 40135, Indonesia Email: [email protected]

ABSTRACT

Coral skeletal geochemistry serves as a key source for high-resolution tropical paleoclimate information over the past centuries, complementing the scant coverage of observational data. Notably, the ratio of strontium-to-calcium (Sr/Ca) in coral skeletons has been increasingly used for reconstructing sea-surface temperature (SST). Coral Sr/Ca thermometry has shown high reliability when applied in open ocean settings. However, the need to generate paleoclimate data from climatically important region but with less ideal settings warrants an assessment on the reliability of coral Sr/Ca thermometry. An example of such setting is the Indonesian maritime continent where its inner seas are constrained by large continental masses with significant terrigenous inputs. Increased terrestrial derived strontium from the surrounding landmass may create a biased cooling artefact. The complex climate and ocean variations in the Indonesian maritime region also raises the need for independent SST and salinity reconstructions that could be provided by coral Sr/Ca when combined with the existing coral 18O records. The application of coral Sr/Ca in some places

in Indonesia hints that the coral Sr/Ca thermometry does not perform as well as in open ocean settings. However, currently there is no study that has assessed coral Sr/Ca thermometry in the maritime region. Therefore, we assess the reliability of coral Sr/Ca by studying five Porites coral colonies from three different settings in central Indonesia over the period 1982-2013 in order to compare them against satellite-based instrumental SST dataset. The coral samples represent a nearshore site in Selayar Island, two inner and two outer atoll sites in the Taka Bonerate Marine National Park. The marine park is SE Asia’s largest atoll with fairly well-mixed circulation as confirmed by our in situ SST measurements. Our coral Sr/Ca-SST correlations vary from -0.45 to -0.79 (or about 0.46-0.73°C in absolute SST difference with the gridded SST dataset). Sampling from nearshore and semi-enclosed settings reduces the ability of coral Sr/Ca in capturing SST by about 15%. However, this effect is masked by the importance of sub-sampling along clear annual banding that could improve SST-Sr/Ca relationship by about 27-49% in our cases. Taken together, our study highlights that cautions must be taken when applying coral Sr/Ca thermometry in more complex settings as well as samples with less clear banding that may be more prevalent when deriving paleoclimate records using older corals. Keywords: Coral Sr/Ca; Paleoclimate; SST; Growth rates; Indonesia.

Page 12: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

5

PALEOSEANOGRAFI SELAT MAKASSAR BERDASARKAN

KARAKTERISTIK EKOLOGI FORAMINIFERA PLANKTONIK

Rina Zuraida*), Luli Gustiantini, Nazar Nurdin, dan Yani Permanawati

Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan Jl. Junjunan 236, Bandung 40174

*)Email: [email protected]

ABSTRAK

Selat Makassar merupakan jalur masuk utama Arus Lintas Indonesia yang merupakan cabang dari sirkulasi termohalin global. Oleh karena itu, perairan ini akan terpengaruh oleh perubahan kondisi iklim maupun oseanografi yang ditransfer melalui sirkulasi termohalin global tersebut. Fluktuasi sirkulasi termohalin global selama Pleistosen dipengaruhi oleh berbagai hal yang terkait antara lain volume es di kutub dan masuknya air tawar ke Atlantik Utara. Makalah ini membahas mengenai kondisi paleoseanografi Selat Makassar selama 100.000 tahun terakhir dari contoh inti MD10-3332 yang diambil saat cruise MONOCIR tahun 2010 dengan menggunakan kapal riset Marion Dufresne. Contoh inti diambil pada lereng timur Cekungan Makassar Utara dari kedalaman 1591 m pada 01°38.88' LS dan 118°54.19' BT dengan panjang 45 m. Analisis laboratorium yang dilakukan meliputi pentarikhan AMS 14C dengan menggunakan Globigerinoides ruber, Globigerinoides sacculifer dan Globigerinoides trilobus; analisis 18O terhadap G. Ruber setiap 30 cm; dan pengamatan kumpulan foraminifera. Hasil analisis menunjukkan bahwa contoh inti MD10-3332 mencakup Marine Isotope Stage (MIS) 1 – 5 namun Holosen tidak terdeteksi karena renggangnya interval contoh yang dianalisis. Kecepatan sedimentasi rata-rata adalah 49,9 cm/kyr dengan kecepatan sedimentasi tertinggi terjadi pada saat Jaman Es Terakhir, yaitu 66,8 cm/kyr. Tingginya kecepatan sedimentasi ini diperkirakan disebabkan oleh meningkatnya erosi yang berkaitan dengan perluasan daratan sebagai akibat dari penurunan muka laut. Rasio Globigerina bulloides terhadap G. ruber menunjukkan perubahan kondisi oseanografi dari air yang cenderung hangat dan oligotrofik dari MIS 5 – 4 menjadi lebih dingin dan kaya nutrien pada MIS 3 sebelum berubah kembali menjadi lebih hangat dan oligotrofik. Kata Kunci: Paleoseanografi; Sirkulasi Termohalin Global; Contoh inti MD10-3332; Kecepatan sedimentasi.

Page 13: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

6

DAMPAK DARI INDIAN OCEAN DIPOLE PADA ANOMALI SUHU

PERMUKAAN DAN POTENSI PEMUTIHAN KARANG DI PULAU WEH,

INDONESIA

Ulung Jantama Wisha*), Try Al Tanto, Nia Naelul Hasanah Ridwan, dan Ruzana Dhiauddin

Loka Riset Sumbar Daya dan Kerentanan Pesisir, BRSDMKP, KKP Jl. Raya Padang-Painan Km. 16, Bungus, Padang, Suamtera Barat – 25245

*)Email: [email protected]

ABSTRAK

Pulau Weh merupakan salah satu pulau terluar yang menjadi wilayah penting. Perairan Pulau Weh terancam oleh suhu hangat diperairan yang disebabkan oleh kondisi dipole mode dari Indian Ocean Dipole (IOD) and dikontrol oleh beberapa lautan yatu Laut Andaman dan Selat Malaka, menghasilkan anomal suhu yang drastis and menyebabkan tingginya level kematian karang (bleaching). Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi kematian karang disebabkan oleh anomali suhu yang dibangkitkan oleh IOD. Suhu permukaan laut regional dianalisis secara spasial dan statistik dalam bentuk data deret waktu. Kami memilih metode Line Intercept Transect (LIT) untuk menilai tutupan dan kondisi karang dalam bentuk persen tutupan, indeks mortalitas, and juga dokumentasi pemutihan karang, yang dilakukan pada 3 stasiun observasi (Keunekai, Ie Meulee, dan Batee Glah). Selama 5 tahun, tren suhu meningkat sebesar ±3oC karena kondisi dipole mode sepanjang tahun. Pada tahun 2016, dipole mode menunjukkan nilai negatif yang menyebabkan suhu hangat melalui laut Andaman dan berdampak pada perairan Pulau Weh. Persen tutupan pada tiga stasiun observasi mencapai 9%, 28%, dan 13,5 % yang dikaegorikan buruk hingga sedang. Berdasarkan perhitungan indeks mortalitas, dikategorikan tinggi hingga sangat tinggi. Dampak paling berbahaya adalah kejadian bleaching yang sangat mengkhawatirkan di perairan Keunekai dan Batee Glah. Hal ini mengindikasikan bahwa karang telah terancam oleh degradasi suhu. Kata Kunci: Pemutihan karang; Indian Ocean Dipol; Suhu perairan; Pulau Weh

Page 14: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

7

CARBON FOOTPRINT ANALYSIS ON COASTAL AND MARINE TOURISM

AREA (CASE STUDY: PANGANDARAN TOURISM REGIONS, WEST

JAVA)

Roni Sewiko*), Hefni Effendie, dan Etty Riani

Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran *)Email: [email protected]

ABSTRACT

In recent decade, the carbon footprint analysis became one of the most used approaches applied at various scales as one of climate change mitigation apllication. In this study, carbon footprint analysis was applied to the coastal and marine tourism area as a representation of industrial activity which potentially emits carbon while at the same time its coastal ecosystems potentially play an mportant role as carbon sinks. Emissions potentials are calculated by gathering information about preferences of transportation mode, the averages of mileages and the type of fuel used through in depth interview with respondents then analyzed through environmental input output analysis approach, while the potential of carbon sequestration is analyzed through the gain and loss method. The results of both calculations then temporally projected by system dynamic modelling to determine the capacity of mangrove ecosystems in tolerating the carbon emissions potential of tourism in Pangandaran. The simulation results show that the emission potention in Pangandaran coastal tourism area are higher than mangrove carbon sequestration capacity. The potential of carbon emissions from tourism activities in Pangandaran Regency can reach an average of 262618 tonCO2e /year. 82.54% emition rate comes from transportation sector, 14.15% from accommodation and 3.30% from tourist activities. Potential sequestration (absorption) of carbon by mangrove ecosystem in Pangandaran tourism area under business as usual condition reached 63815 ton CO2e/ha/year from 725 ha mangroves. The emission rate based on simulation result is 3×10-2/year whereas the sequestration rate is 1.95 × 10-4/year with average carbon aggregate up to 198803 tonCO2e/year. Based on simulation rate, increasing mangrove ecosystem rehabilitation up to 203% from bussiness as usual condition is best scenario to implement the low carbon tourism management. Keywords: Carbon footprint; Climate change; Dynamic model; Mangrove; Travel and tourism

Page 15: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

8

GROWTH RATES ANALYSIS OF PORITES CORALS FROM NUSA

PENIDA, BALI

Camellia K. Tito1), Agus Setiawan1), Sri Y. Cahyarini2), and Muji W. Indriyawan1,3)

1) Institute for Marine Research and Observation, Ministry of Marine Affairs and Fisheries,

Jl. Baru Perancak, Jembrana, Bali 82251, Indonesia 2) Research Center for Geotechnology, Indonesian Institute of Sciences (LIPI), Jl.

Sangkuriang, Bandung, 40135, Indonesia 3) Marine and Coastal Resources Management, Ministry of Marine Affairs and Fisheries, Jl.

Bypass Prof. Ida Bagus Mantra, Gianyar, Bali 80581, Indonesia Email: [email protected].

ABSTRACT

The annual growth of Porites coral is represented by a pair of high- and low-density bands. Environmental changes in the ambient waters influence the pattern of these annual density bands. Five colonies of Porites corals from Nusa Penida, Bali were investigated to analyze their annual linear growth rates using coral densitometry. From the analysis it was found that the annual linear growth rates of the colonies varied between 0.8924 to 1.0012 cm/yr. The trends of the colonies growth rates also varied. Two colonies showed a decreasing trend, while the others showed an increasing trend. The annual linear growth rates of most of the colonies were not influenced by sea surface temperature (SST); only one out of five colonies had a significant correlation with SST (R = 0.66, p-value < 0.05). Keywords: Coral growth rates; Densitometry; Nusa Penida; Porites; SST

Page 16: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

9

PENYERAPAN KARBON EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN

KONSERVASI DAN REHABILITASI

Restu Nur Afi Ati*) dan Yusmiana Puspitaningsih Rahayu

Pusat Riset Kelautan, Badan Riset SDM Kelautan Perikanan, KKP Jl. Pasir Putih 2 Ancol Jakarta, 14430 *)Email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian tentang penyerapan karbon pada biomassa mangrove di kawasan konservasi dan rehabilitasi sangat diperlukan. Dengan mengetahui jumlah karbon yang mampu diserap oleh mangrove, diharapkan pemahaman manfaat ekologi hingga upaya konservasi dalam rangka mengurangi efek pemanasan global dan mitigasi perubahan iklim dapat lebih ditingkatkan. Kegiatan dilakukan pada tahun 2016 di empat lokasi yaitu Kecamatan Biduk-Biduk (Kalimantan Utara), Pulau Karimunjawa, Kabupaten Pati dan Pesisir Indramayu. Tujuan pemilihan lokasi tersebut yaitu untuk menganalisis serapan karbon yang tersimpan dalam ekosistem mangrove terlindungi dan yang mengalami rehabilitasi. Hasil menunjukkan serapan karbon pada masing-masing wilayah adalah Biduk-biduk sebesar 191,2 MgCha-1; Karimunjawa sebesar 99,5 MgCha-1; Kabupaten Pati sebesar 36,57 MgCha-1 dan Indramayu sebesar 55,8 MgCha-1. Hasil kegiatan riset ini dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan pengambilan kebijakan pengelolaan wilayah pesisir untuk mengantisipasi perubahan iklim global serta pelestarian konservasi di wilayah pesisir. Kata Kunci: Mangrove; Karbon; Konservasi; Rehabilitasi.

Page 17: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

10

ANALISIS FOSIL FORAMINIFERA PADA STRATIFIKASI SEDIMEN LAUT

DI SELAT MAKASSAR SEBAGAI BIOINDIKATOR PALEO-TEMPERATUR

PERMUKAAN AIR LAUT

Ghina Aghniatus Sholihah1*), Rina Zuraida2), dan Bintang Marhaeni1)

1)Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto

2)Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Bandung *)Email: [email protected]

ABSTRAK

Perubahan kondisi suhu permukaan air laut berlangsung dari masa lampau hingga saat ini. Informasi tentang perubahan tersebut dapat diperoleh dari fosil foraminifera yang terendapkan dalam sedimen laut. Struktur tubuh foraminifera yang sederhana, sebarannya yang luas serta kemampuannya yang tinggi dalam merespon perubahan lingkungan menjadikan foraminifera berpotensi sebagai bioindikator paleotemperatur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis foraminifera sebagai bioindikator paleotemperatur permukaaan air laut. Penelitian ini dimulai dari pengambilan sampel fosil foraminifera pada stratifikasi sedimen laut di Selat Makassar untuk selanjutnya diidentifikasi sampai tingkat spesies dan foraminifera yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan grafik terhadap kelimpahan individu dan jumlah spesies foraminifera untuk selanjutnya dianalisis sebagai bioindikator paleotemperatur. Hasil identifikasi ditemukan 60 spesies foraminifera dari sejumlah 599.759 individu, meliputi 32 spesies foraminifera bentonik dan 28 spesies foraminifera planktonik. Hasil analisis ditemukan 2 spesies foraminifera planktonik yang dapat digunakan sebagai bioindikator paleotemperatur permukaaan air laut yaitu Globigerinoides rubra dan Globigerinoides sacculifera. Berdasarkan analisis foraminifera menunjukkan bahwa suhu permukaan air laut di Selat Makassar pada masa lampau lebih tinggi dibandingkan saat ini.

Kata Kunci: Foraminifera; Bioindikator; Paleotemperatur.

Page 18: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

11

KAJIAN DAMPAK EL NIÑO TAHUN 2015 TERHADAP PERAIRAN

INDONESIA

Rodhi Janu Aldilla Putri dan Dita Rahmawati

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika *)Email: [email protected]

ABSTRAK

Fenomena El Niño pada tahun 2015 memiliki dampak yang signifikan terhadap wilayah Indonesia. Kekeringan melanda sebagian besar wilayah Indonesia dalam rentang waktu yang cukup lama. Tidak hanya di atmosfer, El Niño juga berdampak terhadap kondisi laut Indonesia. Kajian ini bertujuan untuk meneliti kondisi meteorologi-oseanografi pada saat sebelum, sesaat, dan setelah kejadian El Niño tahun 2015 di Perairan Indonesia, dengan mengkombinasikan data yang tersedia di wilayah Indonesia dan sekitarnya. Data yang digunakan adalah data model hires dari Ocean Forecast System (OFS) BMKG dengan resolusi 7 km, data model HYCOMM dengan resolusi 0,25 derajat, dan data pengamatan langsung dari buoy RAMA dan TAO milik NOAA yang tersebar di Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, pada tahun 2014 (sebelum El Niño), 2015 (saat El Niño) dan 2016 (sesudah El Niño). Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan signifikan pada suhu laut di Perairan Indonesia pada saat terjadi El Niño dan tanpa El Niño. Selain itu, kondisi arus dan gelombang di Perairan Indonesia juga menunjukkan variasi yang signifikan karena perubahan angin pasat. Kata Kunci: El Niño; Meteorologi; Oseanografi; Suhu; Gelombang.

Page 19: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

12

SISTEM KARBON LAUT PERAIRAN LAUT MALUKU DAN LAUT

SULAWESI PADA PERIODE MUSIM BARAT : HASIL PENGUKURAN IN

SITU PADA IJEP CRUISE 2016

Iis Triyulianti1,2*), Agung Yunanto1), Indra Hermawan1,2), Novia Arinda1), Aditya Chandra

Raymonza2), Fikrul Islamy1), Nadia Christa Magdalena1), Mutiara R. Putri3), dan Anwar3).

1) Balai Riset dan Observasi Laut, Perancak, Bali. 2) INDESO Project Team

3) Departemen Oseanografi, Institut Teknologi Bandung *)Email: [email protected]

ABSTRAK

Perairan laut Maluku dan Laut Sulawesi merupakan bagian dari wilayah ekosistem perairan laut Indonesia yang memiliki peranan penting dalam kegiatan perikanan. Kedua wilayah perairan tersebut menghadapi fenomena perubahan iklim yang akan berdampak pada kualitas ekosistemnya. Sistem karbonat laut berperan penting dalam pertukaran gas CO2 antara udara dan laut serta meregulasi pH perairan. Pengukuran parameter sistem karbon laut (pH, Total alkalinitas (TA), Total Karbondioksida (TCO2) dan tekanan parsial permukaan karbondioksida (pCO2)) selama kegiatan pelayaran ilmiah (cruise) Indeso Joint Experts (IJEP) pada bulan September 2016 ditujukan untuk menganalisis secara spasial variasi nilai parameter sistem karbonat pada periode musim barat. Hasil analisis dari sistem karbonat laut menunjukkan bahwa secara umum perairan Laut Maluku dan Laut Sulawesi berada dalam keadaan supersaturasi CO2 atau berperan sebagai source (pelepas) CO2 ke atmosfer dengan nilai konsentrasi tekanan parsial CO2 permukaan perairan berkisar antara 280 – 500 µatm. Distribusi spasial nilai pH lapisan permukaan yang diukur dengan sensor optic bervariasi pada kisaran nilai 8,03 – 8,15. Hasil pengukuran total alkalinitas lapisan permukaan perairan dengan menggunakan metoda titrasi diperoleh kisaran nilai antara 2300 – 2400 µmol/Kg sedangkan kisaran nilai TCO2 secara vertikal meningkat dengan nilai berkisar antara 2300 – 2500 µmol/Kg di permukaan dan 2500 – 2800 µmol/Kg di lapisan yang lebih dalam. Karakteristik sistem karbonat laut pada periode musim barat di kedua lokasi penelitian (Laut Maluku dan Laut Sulawesi) berbeda sehingga dapat dijadikan indikasi kompleksnya proses biogeokimia yang mempengaruhi sistem karbonat perairannya. Kata Kunci: Karbon laut; Laut Maluku; Laut Sulawesi; Musim Barat; Karbondioksia(CO2).

Page 20: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

13

DINAMIKA EKOSISTEM LAMUN GUGUSAN PULAU PARI DALAM

KURUN WAKTU SATU DEKADE (2007-2017)

Agustin Rustam*), Restu Nur Afi Ati, dan Yusmiana Puspitaningsih Rahayu

Pusat Riset Kelautan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

*)Email: [email protected]

ABSTRAK

Gugusan pulau Pari terletak di depan teluk Jakarta memiliki ekosistem terumbu karang, mangrove dan lamun yang dipengaruhi oleh aktivitas yang terjadi di daratan maupun di dalam Teluk Jakarta. Ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem pesisir yang memiliki produktivitas tinggi, daerah mencari makan, memijah serta mampu menyimpan dan memanfaatkan CO2. Penelitian ini mengkaji hasil penelitian yang sudah dilakukan dalam kurun waktu 2007 sampai dengan 2017 yang bertujuan menganalisis dinamika yang terjadi pada ekosistem lamun dan dampak yang terjadi. Metode penelitian yang dilakukan metode deskriptif dari data yang tersedia dan analisis model sistem dinamis. Hasil penelitian yang didapat adalah dari tujuh spesies lamun yang ditemukan tersebar merata dan memiliki prosentase tertinggi adalah jenis Thalassia hemprichii dan Enhalus acoroides. Terjadi penurunan prosentase tutupan lamun dari tahun 2007 – 2017 di pulau Pari sebesar 63,38% yang berfluktuasi pertahunnya. Penurunan kurun waktu 2007 - 2012 mencapai 82,47 %, penurunan tertinggi tahun 2011 – 2012 sebesar 59,43 %. Mengalami peningkatan sebesar 344 % dari tahun 2012 sampai 2014 dan mengalami penurunan kembali pada tahun 2017 sebesar 39 % dari tahun 2014. Berdasarkan model dinamis yang dilakukan untuk 8 tahun menunjukkan adanya fluktuasi lamun di tahun pertama kemudian menurun 22 % di tahun kedua sampai tahun ke delapan, jika dilakukan intervensi transplantasi lamun sebesar 2 % peningkatan akan terjadi di tahun ke tujuh. Terlihat adanya kecenderungan penurunan ekosistem lamun di gugusan pulau Pari, sehingga diperlukan pengelolaan yang terpadu agar ekosistem lamun tidak hilang. Kata Kunci: Dinamika; Ekosistem lamun; Pulau Pari.

Page 21: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

14

GELAR HASIL RISET DAN INOVASI

TEKNOLOGI KELAUTAN DAN PERIKANAN

25 Oktober 2017

Gedung Mina Bahari IV Lantai 15

Tempat: Ruang Gurame

SUB TEMA: PESISIR DAN KONSERVASI

Page 22: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

15

CHARACTERISTICS OF MARINE LITTERS IN THE WEST COAST OF BALI

Semeidi Husrin1,2*), Ulung Jantama Wisha2), Rahmadi Prasetyo3), Aprizon Putra2), dan Adli

Attamimi4)

1Marine Research Centre, Ministry of Marine Affairs and Fisheries, Jakarta

2Research Institute for Coastal Resource and Vulnerability, Ministry of Marine Affairs and Fisheries, Padang

3Biology Conservation Program, Dhyana Pura University, Bali 4Faculty of Fisheries and Marine Science, Padjadjaran University Bandung

*)Email: [email protected]

ABSTRACT Kuta beach in Bali is a world-famous tourist destination has been suffering from the annual marine litters (or debris) disaster. Mitigation efforts have been carried out by the local government started from educating the people as well as continuing mass cleaning campaigns for the stranded litters in the beach. The research has an objective to understand the physical processes of marine debris characteristics in the west coast of Bali including Kuta beach such as its propagation and distribution along the coastline and in the water columns during the two different seasons (West Monsoon and Transitional seasons). A hydrodynamic model was developed to investigate the transport of marine litters from their sources by considering the tide-driven surface currents and wind. Field surveys were also conducted to assess marine litter’s characteristics in the surface and in the sea beds. Hydrodynamic simulation shows that the surface current ranging from 0.05 – 1.75 m/s is capable of transporting marine surface debris from Bali Straits and other sources in the West and South of Bali to Kuta area during West Monsoon season. The collected litters during the West Monsoon season were four times larger in quantity and the accumulation of litters in the seabed and in the water column is much larger near to the coastline similar to the patterns resulted from the numerical simulation of litters propagation. Meanwhile, during Transitional season, Kuta was completely free from marine litters. Technical recommendation for the mitigation of marine litter hazards based on the present study are proposed. Results from the surveys also showed that the most effective measures for marine litters in Kuta is self-awareness of the people to keep the environment clean. Keywords: Marine litters; Pollution; Hydrodynamics; Kuta, Bali.

Page 23: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

16

PULAU REKLAMASI G DAN PENGARUHNYA PADA POLA SEBARAN LIMBAH

AIR HANGAT PLTU/PLTGU MUARA KARANG

Agus Setiawan*)

Pusat Riset Kelautan, Badan Riset dan SDM Kelautan Perikanan KKP *)Email: [email protected]

ABSTRAK

Reklamasi 17 pulau di Teluk Jakarta ternyata tidak memiliki perencanaan tata ruang yang baik. Hal ini terlihat dari maraknya isu lingkungan yang mengemuka, antara lain Pulau G yang lokasinya berdekatan dengan objek vital PLTU/PLTGU Muara Karang dan pipa bawah laut. Sebenarnya di dalam dokumen ANDAL yang telah disusun oleh pihak pengembang, isu lingkungan tersebut, khususnya dampak Pulau G pada pola sebaran limbah air hangat PLTU/PLTGU Muara Karang, telah cukup teridentifikasi dengan baik. Namun demikian solusi yang ditawarkan untuk mengatasi isu tersebut ternyata tidak cukup realistis dan berdampak pada tergganggunya akses masyarakat nelayan baik pada kanal vertikal maupun horisontal. Lebih dari itu, solusi yang ditawarkan juga berpotensi memicu terjadinya pendangkalan di sekitar muara sungai dan mengganggu sirkulasi air pendingin. Makalah ini mencoba mengkaji pola arus dan sebaran limbah air hangat sebelum dan setelah adanya Pulau G dengan menggunakan model hidrodinamika MIKE dari DHI dan mengusulkan alternatif solusi untuk mengurangi dampak Pulau G pada sirkulasi air pendingin PLTU/PLTGU Muara Karang. Kata Kunci: Reklamasi; Teluk Jakarta; Pulau G; PLTU/PLTGU Muara Karang.

Page 24: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

17

INDEKS KERENTANAN PESISIR DI PESISIR TIMUR PULAU PAGAI UTARA,

MENTAWAI

Herdiana Mutmainah*) dan Aprizon Putra

Loka Penelitian Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir, Balitbang KP, KKP Komp. PPS Bungus, Jl. Raya Padang Painan KM 16, Telp/Fax. 0751-751458. Teluk

Bungus, Sumatera Barat. Indonesia. *)Email: [email protected]

ABSTRAK

Abrasi, banjir dan Tsunami merupakan beberapa ancaman bencana alam yang harus dihadapi penduduk pesisir di pulau-pulau kecil. Hunian padat yang konvensional dan minimnya ketersediaan infrastruktur serta sistem peringatan awal terhadap bencana menambah kompleksitas permasalahan di kawasan pesisir. Resiko bahaya perlu diminimalkan dengan menganalisa faktor-faktor penyebab kerentanan pesisir. Indeks Kerentanan Pesisir adalah suatu metode yang digunakan untuk menilai kerentanan pesisir berdasarkan tinjauan aspek seperti perubahan iklim, kenaikan muka air laut dan morfologi pesisir. Pulau Pagai Utara adalah pulau kecil terluar, bagian dari Kepulauan Mentawai yang terletak di lepas pantai sebelah barat Pulau Sumatera dan merupakan daerah tertinggal. Pulau ini dikelilingi perairan Samudera Indonesia dan terletak di jalur subduksi dua lempeng tektonik aktif yang rawan gempa dan Tsunami. Tingkat abrasi yang tinggi, pantai landai berpasir halus serta berlumpur membuat pulau ini sangat rentan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kerentanan pesisir di Pulau Pagai Utara menggunakan metode Indeks Kerentanan Pesisir berbasis GIS. Penelitian menggunakan data-data primer yang didukung dengan data-data sekunder berupa peta-peta citra. Survey lapangan dilakukan pada periode April dan September 2016 dengan metode purposive sampling di pesisir timur meliputi 3 desa yang terdiri dari 12 dusun dan 22 titik lokasi pengamatan. Hasil penelitian Pesisir timur Pulau Pagai Utara memiliki 2 (dua) kategori kerentanan yaitu tinggi dan sangat tinggi. Pada sisi utara pesisir timur yaitu Desa Saumanganya dan Desa Matobe memiliki kategori kerentanan tinggi hingga sangat tinggi (IKP 3,2 - 3,5 dan 4,2) sedangkan Desa Sikakap memiliki kategori kerentanan sangat tinggi (IKP 4,2).

Kata Kunci: Indeks kerentanan pesisir; Daerah tertinggal; Pulau Pagai Utara.

Page 25: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

18

STATUS PEMANFAATAN SPESIES JENIS HIU DI INDONESIA UNTUK

PENGELOLAAN KELAUTAN YANG BERKELANJUTAN

Fitrian Dwi Cahyo1) dan Demas Derian2)

1)Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Serang, Jl. Raya Carita Km 4.5, Desa

Caringin, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, 42264. 2)Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Denpasar, Jl. By Pass Prof. Ida Bagus Mantra, Desa Pering, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali, 80581.

*)Email: [email protected]

ABSTRAK Meningkatnya kegiatan manusia semakin mengancam biodiversitas di laut sehingga tidak sedikit biota laut yang mengalami penurunan populasi, salah satunya adalah populasi jenis hiu. Jenis hiu adalah kategori seluruh spesies dalam kelas Chondrichthyes dengan karakteristik hidup K-Strategy, namun saat ini pengelolaan perikanan hiu tidak dibedakan dengan jenis ikan berkarakteristik R-Strategy. Produksi penangkapan jenis hiu di Indonesia meningkat sejak tahun 1950, bahkan tahun 1998 – 2014 Indonesia tercatat sebagai penangkap hiu terbesar di dunia. Pada tahun 2010 Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menyusun NPOA-Shark dan melakukan pendataan pendaratan jenis hiu. Penyandangan status dilindungi dan regulasi larangan ekspor yang ditetapkan pada beberapa spesies jenis hiu sebagai upaya pemerintah dalam pengelolaan jenis hiu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kuantitas pemanfaatan spesies jenis hiu di Indonesia yang dimanfaatkan dalam peredaran domestik dan ekspor serta upaya pengelolaan oleh pemerintah. Metode analisa kuantitatif data sekunder dari enam Balai/Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan yang mencakup seluruh wilayah Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 112 spesies jenis hiu tercatat didaratkan di Indonesia, 31 spesies dimanfaatkan dalam peredaran domestik, dan 30 spesies dimanfaatkan untuk ekspor. Tiga spesies terbanyak didaratkan adalah Carcharhinus brevipinna (19,48%), Carcharhinus falciformis (14,63%), dan Sphyrna lewini (11,37%). Tiga spesies terbanyak dimanfaatkan dalam peredaran domestik adalah Himantura uarnak (18,00%), Maculabatis gerrardi (15,15%), dan Rhyncoatus australiae (14,16%). Sedangkan tiga spesies terbanyak dimanfaatkan untuk ekspor adalah Prionace glauca (58,47%), Rhyncobatus australiae (7,91%), dan Carcharhinus sorrah (7,16%). Kuantitas spesies Appendiks CITES pada pendaratan jenis hiu sebesar 28,88%, pemanfaatan dalam peredaran domestik sebesar 15,64%, sedangkan pemanfaatan untuk ekspor hanya sebesar 0,19% yang terjadi sebelum Carcharhinus falciformis, Alopidae, dan Mobulidae masuk dalam Appendiks CITES pada CoP XVII. Hal ini menunjukkan bahwa spesies Appendiks CITES lebih banyak dimanfaatkan daerah lokal atau justru terjadi penumpukan stok dengan peluang dugaan penyelundupan ekspor berupa produk olahan yang tidak dapat diidentifikasi. Rhincodoon typus sebagai spesies dilindungi pernah didaratkan sebesar 0,03% di Lampulo, Jawa Tengah, dan Flores Timur namun tidak untuk dimanfaatkan. Secara keseluruhan hanya 16 spesies yang diatur pemanfaatannya dalam regulasi pemerintah dengan tingkat pemanfaatan sangat kecil dan spesies yang banyak dimanfaatkan bukan berasal dari spesies Appendiks CITES, sehingga perlu penerapan regulasi tertentu dan upaya pengelolaan yang sama terhadap spesies yang mirip dan spesies yang mendominasi volume pemanfatan dengan spesies terancam lainnya. Tidak hanya pengelolaan terhadap spesies Appendiks CITES, pencatatan pendaratan dan peredaran terhadap seluruh jenis hiu diperlukan sebagai tools dalam pengelolaan kelestarian jenis hiu. Berdasarkan hasil pemetaan status pemanfaatannya, pemerintah perlu menciptakan formulasi baru untuk ketelusuran asal penangkapan jenis hiu dan pengelolaan pemanfaatan domestik maupun ekspor. Hasil penelitian ini dapat menjadi parameter pengelolaan jenis hiu di Indonesia dan pelaporan terhadap CITES. Kata Kunci: Spesies hiu; Konservasi hiu; Pemanfaatan hiu; CITES.

Page 26: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

19

HIDRODINAMIKA DAN KUALITAS PERAIRAN UNTUK KESESUAIAN

PEMBANGUNAN KERAMBA JARING APUNG (KJA) OFFSHORE DI PERAIRAN

KEUNEUKAI, NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Koko Ondara*, Guntur Adhi Rahmawan, Ulung Jantama Wisha dan Nia Naelul Hasanah Ridwan

Loka Riset Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir Jl. Raya Padang - Painan KM. 16, Bungus, Padang, Sumatera Barat 25245

*)E-mail: [email protected]

ABSTRAK Perairan Keuneukai merupakan salah satu penghasil sumber daya perikanan di Pulau Weh, Nanggroe Aceh Darussalam. namun jumlah spesies ikan di perairan tersebut mengalami penurunan dari tahun 2008 hingga 2010. Penelitian yang dilakukan oleh Loka Riset Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir (LRSDKP) pada tahun 2017 mempunyai salah satu tujuan untuk menentukan lokasi yang tepat untuk usaha budidaya perairan Keramba Jaring Apung (KJA) lepas pantai di Perairan Keunekai. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis arus, pasang surut, batimetri, serta kualitas perairan. Kecepatan arus di permukaan berkisar antara 0-0,9 m/s. Sementara itu, kecepatan arus dekat dasar berkisar antara 0-0,74 m/s. Profil vertikal arus menunjukkan mekanisme Spiral Ekman yang berpengaruh terhadap distribusi material-mateial organik secara vertikal dan didominasi oleh arus pasang surut. Topografi Perairan Keunekai termasuk landai dengan kedalaman berkisar 0-72 meter dan terdapat perubahan kedalaman yang signifikan di sejumlah area. Hasil analisis perairan untuk parameter Dissolved Oxygent (DO), salinitas, suhu, pH, kecerahan, nitrit, Biological Oxygent Demand (BOD dan amonia menunjukkan bahwa lokasi penelitian layak dan sesuai untuk dijadikan sebagai tempat budidaya KJA. Akan tetapi, hal tersebut tidak berlaku untuk parameter nitrat. Berdasarkan hasil analisis dan verifikasi lapangan dengan pertimbangan aspek fisik dan keterjangkauan lokasi, maka Perairan Keuneukai dapat direkomendasikan untuk pengembangan budidaya keramba jaring apung. Kata kunci: Budidaya; KJA Offshore; Hidrodinamika; Keuneukai; Kualitas Perairan.

Page 27: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

20

KEPERCAYAAN MASYARAKAT PESISIR SELATAN JAWA TIMUR TERHADAP

LAUT (STUDI KASUS UPACARA LARUNG SESAJI DI PUGER DAN WATU

ULO, JEMBER

Akhmad Ganefo*)

FISIP Universitas Jember

*)Email: [email protected]

ABSTRAK Di pesisir Puger dan Watu Ulo pada setiap bulan Suro selalu diadakan Upacar Larung Sesaji. Karena diselenggarakan secara berulang-ulang dan tanpa perubahan prosesi yang berarti, maka upacara itu seakan-akan telah menjadi kewajiban yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Sehingga upacara adat menyerupai ideologi kultural, yakni kegiatan kultural yang diyakini kebenarannya dan menjadi kebutuhan hidup. Bentuk dan proses yang berlangsung dalam upacara adat berbeda-beda menurut komunitas yang menyelenggarakan, termasuk dalam hal ini sistem kepercayaan yang ada di balik upacara tersebut. Sistem kepercayaan yang melatarbelakangi upacara adat biasanya bersumber dari pengalaman-pengalaman empiris dan ritual para leluhur yang tidak selalu didasari oleh nilai-nilai agama dan adat, tetapi lebih didasarkan kepercayaan animisme. Oleh karena itu menarik untuk diteliti tentang sejarah, kepercayaan yang mendasari dan makna simbolis yang ada pada prosesi upacara maupun barang sesaji. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang aspek-aspek ritual maupun seremonial dalam upacara yang seacara langsung maupun tidak langsung dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata budaya. Penelitian yang berlokasi di Desa Puger Wetan Kecamatan Puger dan Dusun Watu Ulo Kecamatan Ambulu ini menggunakan metode wawancara mendalam kepada sejumlah informan dan observasi dalam mengumpulkan data, selanjutnya data-data dianalisis secara kualitatif. Hasil analisis peneliti terhadap sejarah desa/dusun, sejarah awal upacara, dan pandangan-pandangan warga masyarakat pesisir terhadap berbagai dimensi upacara menghasilkan kesimpulan sebagai berikut. a. Warga masyarakat pesisir di dua tempat tersebut percaya tentang adanya dunia gaib, makhluk

gaib sebagai penghuninya dan roh leluhur. b. Mereka percaya bahwa laut dan lakasi tertentu di sekitar pantai merupakan tempat-tempat

berdiam makhluk halus dan roh leluhur. Nyai Roro Kidul menetap di laut, yang acapkali menerima kunjungan makhluk halus lainnya. Mereka juga mengunjungi tempat tertentu di darat (pantai).

c. Kepercayaan masyarakat tersebut didasarkan pada cerita legenda. Di Puger ada legenda Pangeran Pangeran Puger dan Pramujoyo, di Watu Ulo ada legenda Raden Marsodo dan Prabu Arjuno Sosrobahu.

d. Akibat dari sebagian legenda, khususnya legenda Pramujoyo, raden Marsodo dan Prabu Arjuno Sosrobahu adalah kesepakatan di antara makhluk halus dan dunia manusia untuk memberikan sesajen setiap tahun sekali.

e. Pemberian sesajen setiap tahun kepada makhluk halus penghuni laut berfungsi sebagai sarana pertukaran barang dan jasa agar masing-masing pihak terpenuhi kepentingan masing-masing. Kepentingan manusia (masyarakat pesisir) adalah tidak diganggu dengan penyakit, musibah di/dari laut dan kebebasan menangkap ikan di laut (ikan tidak disembunyikan) oleh makhluk halus.

f. Berbagai jenis barang sesajen untuk Nyai Roro Kidul berupa hasil bumi (pertanian), hewan ternak, makanan olahan, mainan hasil kerajinan tangan, produk industri dan hiasan atau wewangian dari bahan bungan. Persembahan aneka ragam sesajen yang berasal dari darat maupun laut tersebut menunjukkan totalitas manusia dalam menghargai atau menghormati sesama makhluk Tuhan yang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Page 28: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

21

g. Pemberian sesajen tersebut tidak mengurangi kepercayaan masyarakat pesisir kepada Tuhan Yang Maha Esa (Allah SWT).

h. Di pesisir Puger masyarakat percaya bahwa yang mendiami laut selatan adalah Nyai Roro Kidul, sedangkan masyarakat Watu Ulo percaya laut selatan juga dikunjungi makhluk halus dari wilayah laut lainnya. Disamping itu di laut Watu Ulo juga ada roh Nabi Khidlir, Nabi Sulaiman, Nabi Nuh dan Nabi Ilyas.

a. Nyai Roro Kidul di laut selatan Puger lebih menginginkan wanita sebagai persembahan (untuk dikawinkan dengan anak laki-lakinya), sedangkan dari Watu Ulo Nyai Roro Kidul menginginkan seorang laki-laki sebagai persembahan kepadanya (mungkin untuk dikawinkan dengan anak perempuannya atau dijadikan abdi dalam keratonnya). Makhluk halus lainnya tidak diketahui secara pasti keinginannya tetapi dianggap berpotensi mengganggu masyarakat, sedangkan roh Nabi-Nabi tersebut di atas sama sekali tidak berniat meminta sesuatu, tetapi keberadaan mereka justru menguntungkan manusia.

b. Adanya kepercayaan masyarakat pesisir di Puger dan Watu Ulo berasal dari beberapa unsur yaitu unsur sejarah dan legenda, unsur sisa-sisa kepercayaan Hindu-Budha dan kepercayaan animisme.

Bedasarkan analisis dan keimpulan tersebut di atas, ada dua hal yang dapat kami sarankan terutama kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap Upacara Larung Sesaji. a. Fenomena Upacara Larung Sesaji tidak perlu dikhawatirkan sebagai proses yang dapat

mencemari kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, karena pemberian sesaji oleh masyarakat pesisir lebih berfungsi sebagai mekanisme diplomatik untuk memberi hadiah-hadiah kepada makhluk halus sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan.

b. Upacara Larung Sesaji hendaknya dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan wisata budaya maupun wisata alam, karena fenomena tersebut merupakan peristiwa budaya yang sangat unik dan menarik yang justru berlokasi di pesisr atau pantai yang indah.

Kata Kunci: Upacara Larung Sesaji; Wisata budaya; Wisata alam; Jember.

Page 29: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

22

KESESUAIAN ZONA KHUSUS PADA KAWASAN PESISIR TELUK BUNGUS

KOTA PADANG

Aprizon Putra*), Try Al Tanto, Gunardi Kusumah, Nia Naelul Hasanah Ridwan, dan Ilham

Loka Riset Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir, BRSDM KP Jl. Raya Padang–Painan Km 16 Padang, Sumatera Barat

*Email: [email protected]

ABSTRAK Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan perencanaan pada kawasan pesisir Teluk Bungus telah menimbulkan dampak pada terbatasnya ruang yang berfungsi sebagai zona pemanfaatan umum dan zona lindung. Ketidaksesuaian pemanfaatan ruang tersebut disebabkan belum dilakukan identifikasi pemanfaatan ruang secara eksisting. Dimana berpotensi memunculkan konflik antar ruang yang berbeda penggunaan. Analisis konfigurasi pemanfaatan ruang belum dilakukan meliputi sejauh mana ruang – ruang tersebut berpotensi mematikan ruang lain dan berpotensi untuk tetap berkembang sebagaimana peruntukannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian zona khusus berdasarkan PERMEN KP No. 23 Tahun 2016 pada kawasan pesisir Teluk Bungus, yaitu: di 1) Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus (PPS); 2) Pelabuhan Pertamina (Persero) Terminal Transit Teluk Kabung; dan 3) PLTU Teluk Sirih. Metode yang digunakan adalah pembobotan skoring terhadap parameter lingkungan dengan pendekatan Sistem Informasi Geografi (SIG). Hasil penelitian menunjukkan pada zona khusus pada kawasan pesisir Teluk Bungus, yaitu: 1) PPS Bungus dengan luas 26,15 ha menunjukkan kategori sangat sesuai dengan skor 90; 2) Pelabuhan Pertamina dengan luas 19,2 ha menunjukkan kategori sangat sesuai dengan skor 90; dan 3) PLTU Teluk Sirih dengan luas 46,32 ha menunjukkan kategori sesuai dengan skor 63. Kata Kunci: Kesesuaian; Zona Khusus; Kawasan Pesisir; Teluk Bungus.

Page 30: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

23

PEMANFAATAN DATA KONEKTIVITAS DALAM ZONASI KAWASAN

KONSERVASI PERAIRAN TAMAN WISATA PERAIRAN (TWP) KAPOPOSANG

Zulfikar Afandy*)

Pangkalan Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Tual *)Email: [email protected]

ABSTRAK

Pemerintah Indonesia telah mencanangkan target untuk membentuk Kawasan Konservasi Perairan (KKP) seluas 20 juta hektar pada tahun 2020 dan sampai dengan desember tahun 2016 telah terbentuk 17,9 juta hektar KKP. Namun capaian target luasan tersebut harus dibarengi dengan pengelolaan yang efektif, sehingga manfaat dari KKP betul-betul memberikan efek terhadap keberlanjutan sumber daya perikanan dan kelautan serta kesejahteraan masyarakat. Adapun desain KKP yang efektif, salah satunya mempertimbangkan faktor konektivitas dalam design zonasinya, pemilihan lokasi yang tepat sebagai zona inti akan mendukung keberhasilan fungsi zona inti, seperti spill over dan export larva ke zona lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan lokasi baru yang memiliki potensi tinggi untuk dijadikan zona inti dengan memanfaatkan data konektifitas karang di TWP Kapoposang. Penentuan lokasi yang berpotensi sebagai zona inti menggunakan aplikasi Marxan (Marine Reserve Design Using Spatially Explicit Annealing) merupakan perangkat lunak berbasis sistem informasi geografis yang digunakan untuk membantu mengambil keputusan dalam penentuan zona inti pada KKP, fitur konservasi yang digunakan berupa data sebaran dan kondisi ekosistem terumbu karang, biota yang dilindungi serta pola konektivitas karang dalam TWP Kapoposang. Hasil analisis menunjukkan bahwa, dari total area kajian (50000 ha), Hasil analisis skenario konektivitas menunjukkan luas area kajian yang terpilih sebagai prioritas zona inti sebesar 1760 ha (3.56 %), sedangkan skenario tanpa konektivitas sebesar 380 ha (0.76). Lokasi yang direkomendasikan sebagai zona inti adalah bagian tenggara pulau Kapoposang, barat laut pulau Gondongbali, pulau Pamanggangan, barat daya pulau Suranti serta di Taka Pattalibboang. Kata Kunci: Kawasan konservasi perairan; Konektivitas; Marxan; TWP Kapoposang.

Page 31: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

24

HABITAT BENTIK PADA EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI PULAU

MENJANGAN

Eghbert Elvan Ampou1*), I Nyoman Radiarta1), Rizky Hanintyo1), Nadya Christa Mahdalena1),

Serge Andrefouet2)

1)Balai Riset dan Observasi Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jl. Baru

Perancak, Negara, Jembrana, Bali 82251, Indonesia 2)UMR9220 ENTROPIE, Institut de Recherche pour le Développement, Université

de la Réunion, CNRS, B.P.A5, 98848, Noumea, New Caledonia *)Email: [email protected]

ABSTRAK

Ekosistem pesisir yang meliputi tiga bagian penting yakni mangrove, padang lamun dan terumbu karang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam proses pemetaan habitat. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemetaan habitat secara geomorfologi di Taman Nasional Bali Barat (TNBB), Bali. Pengumpulan data lapangan dilakukan pada bulan Februari, April dan Agustus 2017. Total 110 titik sampling tersebar di seluruh wilayah pesisir pulau Menjangan dengan melihat perbedaan tekstur menggunakan program ENVI v4.7 dari data citra satelit Worldview 2 tanggal, 14 Oktober 2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kawasan pesisir Pulau Menjangan Taman Nasional Bali Barat (TNBB) secara geomorfologi dibagi dalam 7 tipe habitat yakni mangrove, terumbu depan, lereng terumbu, rataan terumbu, Pecahan karang (rubble), Pasir dan Teras. Sedangkan berdasarkan hasil foto transek habitat dengan pendekatan skala medium (Medium Scale Approach) khususnya pada daerah rataan terumbu dan terumbu depan (fore reef/crest) secara umum diklasifikasikan dalam 12 jenis habitat dengan komposisi bentik dominan karang = 30% yang meliputi beberapa jenis karang keras (Scleractinia) yakni Acropora sp, Montipora sp, Porites lutea dan Porites cylindrica; Rubble & Alga (dari divisi Chlorophyta dan Phaeophyta) masing-masing dengan = 16 %; Pasir = 12%; Lamun (diantaranya Syringodium sp, Cymodocea sp dan Thalasia sp) = 11% dan sisanya adalah asosiasi karang Heliopora coerulea (non Scleractinia), karang mati dan teras. Daerah rataan terumbu kategori rugosity berada pada level 1 - 2 dan terumbu depan dengan rugosity level 3 – 4. Dengan adanya penelitian ini dapat menjadi salah satu data dukung dalam re-zonasi di Taman Nasional Bali Barat khususnya di Kawasan Pulau Menjangan dan sekitarnya. Kata Kunci: Bentik; Habitat; Terumbu karang; Klasifikasi; Taman Nasional Bali Barat.

Page 32: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

25

PERBANDINGAN KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DILOKASI

PENYELAMAN DAN BUKAN LOKASI PENYELAMAN DI PULAU MARATUA

Idris1*), Mikael Prastowo SW1), dan Basuki Rahmad2),

1)Yayasan TERANGI 2)Yayasan KEHATI

*)Email: [email protected]

ABSTRAK Terumbu karang di Indonesia termasuk yang memiliki ancaman tertinggi di dunia. Upaya-upaya konservasi membutuhan data dan informasi ilmiah yang akurat. kegiatan non ekstraktif seperti wisata bahari memberikan pengaruh terhadap kondisi terumbu karang, wisatawan yang menikmati keindahan alam bawah laut melalui diving ataupun snorkeling dapat mempengaruhi perubahan kondisi ekosistem terumbu karang. Oleh sebab itu, tersedianya data spasial proses-proses lingkungan dan gangguan antropogenik perlu dipahami dengan baik. Penelitian dilakukan dari tanggal 15 Maret hingga 19 Maret 2016. Penelitian ini dilakukan pada terumbu di sebelah barat - selatan dari Pulau Maratua disesuaikan dengan kondisi perairan. Terdapat 9 (sembilan) lokasi pengamatan yang mewakili lokasi penyelaman wisata dan lokasi yang tidak digunakan untuk penyelaman wisata. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kegiatan wisata terhadap kondisi terumbu karang di Pulau Maratua. Hasil pengamatan persen penutupan karang hidup dilokasi penyelaman rata-rata mencapai nilai 48 % (Sedang) dan pada lokasi bukan penyelaman mencapai nilai 43% ( sedang). Jenis ikan karang yang paling banyak ditemukan di lokasi pengamatan adalah jenis Pterocaesio diagramma, Caesio cuning dan Cirrhilabrus cyanopleura sedangkan Didemnum molle merupakan Tunicata yang sangat mendominasi lokasi. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa lokasi penyelaman dengan bukan lokasi penyelaman tidak berbeda nyata (analisis ANOVA singel factor, Ftabel= 1,36; F hitung= 4,28, P<0,05). Artinya bahwa kegiatan wisata bahari yang sedang terjadi di Pulau Maratua tidak berpengaruh terhadap kondisi terumbu karang. Kata Kunci: Wisata bahari; Kondisi terumbu karang; Pulau Maratua.

Page 33: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

26

MODEL PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR SECARA TERPADU: STUDI

KASUS PENGEMBANGAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI PERAIRAN

KABUPATEN LUWU DAN KOTA PALOPO, TELUK BONE, SULAWESI

SELATAN

Waluyo1*), Yonvitner2), Etty Riani2) dan Taslim Arifin3)

1)Politeknik Kelautan dan Perikanan Karawang, Kementerian Kelautan dan Perikanan

2)Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB 3)Pusat Riset Kelautan BRSDMKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan

*E-mail : [email protected]

ABSTRAK

Pendekatan model sistem dinamik dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menganalisis dan pengambilan suatu kebijakan dalam melakukan pengelolaan wilayah pesisir untuk pengembangan usaha budidaya rumput laut jenis Eucheuma cottonii secara berkelanjutan berdasarkan daya dukung (carrying capacity) perairan di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo. Hasil analisis sistem dinamik merupakan fungsi dari waktu (time domain) terhadap kegiatan budidaya rumput laut, dimana hasil yang didapat bukan suatu prediksi (peramalan) dari suatu fenomena, akan tetapi hanya mencerminkan kecenderungan (trend) dari sebuah fenomena yang mungkin terjadi. Dengan melihat trend tertentu, dapat menjadi acuan dalam mengambil beberapa alternatif tindakan untuk mengantisipasi resiko yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Berdasarkan hasil simulasi dari empat skenario pengelolaan pengembangan budidaya rumput laut Eucheuma cottonii di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo yaitu berdasarkan masukan limbah saat ini, menekan masukan limbah ke perairan sebesar 10%, 25% dan 50% menghasilkan biocapacity perairan yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil simulasi empat skenario pengelolaan untuk pengembangan budidaya rumput laut Eucheuma cottonii di Kabupaten Luwu menunjukkan bahwa pada skenario 2 dengan menekan masukan limbah sebesar 10% dari masukan limbah eksisting saat ini, serta dengan asumsi memanfaatkan seluruh ketersediaan perairan seluas 38.374,69 hektar secara terus menerus (pada skala tahun 2008-2030), maka akan menghasilkan biocapacity perairan yang paling tinggi yaitu sebesar 8.257.274,94 ton/tahun. Begitu juga dengan pengelolaan rumput laut di Kota Palopo dengan skenario 2 dengan asumsi memanfaatkan seluruh ketersediaan perairan seluas 979,82 hektar akan menghasilkan biocapacity perairan yang paling tinggi sebesar 14.306,92 ton/tahun. Kata Kunci: Budidaya rumput laut; Ecological footprint; Biocapacity; Daya dukung perairan; Mass balance nitrat.

Page 34: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

27

STRUKTUR KOMUNITAS IKAN TERUMBU DAN TERUMBU KARANG DI

PERAIRAN TELUK KILUAN, LAMPUNG

Nurhaya Afifah*) dan Aflaha Abdul Munib

Institut Pertanian Bogor *)Email: [email protected]

ABSTRAK

Terumbu karang merupakan lingkungan yang sangat produktif, baik dari segi ekologi maupun ekonomi. Ekosistem terumbu karang memiliki andil penting dalam produktivitas dan keanekaragaman jenis biota, kedua komunitas ini memiliki hubungan yang sangat erat. Data kelimpahan komunitas ikan terumbu pada suatu pulau akan sedikit banyak menjelaskan kondisi terumbu karang di pulau tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur persen tutupan dan mengidentifikasi potensi ekosistem terumbu karang. Pengambilan data dilakukan di lima titik penyelaman yaitu Utara Pulau Kiluan, Barat Pulau Kiluan, Selatan Pulau Kiluan, Utara Teluk Kiluan dan Selatan Teluk Kiluan. Pengambilan data struktur komunitas ikan karang dilakukan dengan metode sabuk transek (Belt Transect), sedangkan pengambilan data pada komunitas bentik terumbu menggunakan metode Line Intersect Transect (LIT). Kelimpahan ikan karang ditemukan sebanyak 17 Famili dengan 66 jumlah spesies di perairan Teluk Kiluan dan memiliki Indeks nilai penting (INP) yang rendah. Secara umum kondisi substrat didominasi oleh karang keras (hard coral). Nilai tutupan karang keras mencapai presentase 12%-97%. Nilai persentase tutupan tertinggi berada di bagian barat pulau, sedangkan nilai terendah di bagian selatan Teluk Kiluan. Kata Kunci: Kelimpahan ikan; Persentase penutupan; Terumbu karang.

Page 35: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

28

GELAR HASIL RISET DAN INOVASI

TEKNOLOGI KELAUTAN DAN PERIKANAN

25 Oktober 2017

Gedung Mina Bahari IV Lantai 15

Tempat: Ruang Teripang

SUB TEMA: GEODEEP, ARKEOLOGI MARITIM,

TEKNOLOGI KELAUTAN DAN PERGARAMAN

Page 36: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

29

ANALISIS NILAI PENTING SITUS ARKEOLOGI MARITIM KELARIK

DALAM DI PERAIRAN KARANG SEMAPI NATUNA MENUJU

PENGELOLAAN BERKELANJUTAN

Ira Dillenia1*), Rainer Arief Troa1), Eko Triarso1), Naniek Harkatiningsih2**),

dan Hari Prihatno1)

1) Pusat Riset Kelautan, Badan Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan RI

Kompleks Bina Samudera, Jl. Pasir Putih I Lantai 4, Ancol Timur, Jakarta 14430 *)Email: [email protected] ; [email protected]

2)Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

**)Email: [email protected]

ABSTRAK Situs arkeologi maritim Kelarik Dalam, di Perairan Karang Semapi, merupakan salah satu dari 6 sebaran titik lokasi kapal karam kuno bersejarah yang teridentifikasi tersebar di Perairan Natuna bagian utara. Saat ini situs merupakan lokasi utama survei arkeologi maritim dan BMKT terpadu oleh Pemerintah tahun 2017. Pusat Riset Kelautan telah melakukan kegiatan riset identifikasi terhadap situs arkeologi maritim Kelarik Dalam dan lingkungan perairannya sebanyak 3 kali dalam rentang waktu 2016 -2017. Perubahan kondisi situs dan kuantitas sebaran artefak yang berkurang sangat drastis dalam kurun waktu tersebut menjadi alasan utama dilakukannya riset lanjutan untuk mengetahui nilai penting situs agar segera didapatkannya model pengelolaan situs yang tepat dan berbasis pelestarian. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan pengukuran melalui penyelaman dan penggunaan peralatan survei kelautan, antara lain multiparameter, sedimen grab dan echosounder. Selanjutnya analisis nilai penting situs dilakukan dengan menggunakan metode Site Significance Assessment (SSA). Analisis SSA melalui metode scoring dan pembobotan melakukan penilaian pada 3 parameter arkeologi yaitu 1) nilai sejarah, 2) nilai keunikan/kelangkaan, 3) kuantitas sebaran situs, dan 4 parameter geodinamika perairan situs antara lain 1) morfologi dasar perairan, 2) substrat sedimen, 3) arus dan gelombang, 4) ekosistem, 5) kualitas perairan. Hasil analisis dan penilaian menunjukkan bahwa sebahagian sebaran artefak situs Kelarik Dalam memiliki scoring tinggi untuk segera dilakukan pengelolaannya melalui ekskavasi pengangkatan, dan sebahagian harus tetap di lakukan pelestariannya secara in situ, sebagai sumber daya dasar laut yang dapat dimanfaatkan menjadi Taman Arkeologi bawah laut (Marine Eco Archaeological park). Kata Kunci: Situs kelarik dalam; Arkeologi maritim; Geodinamika; Sumber daya dasar laut.

Page 37: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

30

APAKAH PENGANGKATAN ARTEFAK BAWAH LAUT DAPAT

MERUSAK EKOSISTEM TERUMBU KARANG?

Ofri Johan1), Ira Dillenia2), Rainer Arif Troa2), dan Eko Triarso2)

1)Balai Riset Budidaya Ikan Hias, Jl. Perikanan No. 13, Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat. 16436.

2)Pusat Riset Kelautan. Komplek Bina Samudera Jl. Pasir Putih II Lantai 4, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430-DKI Jakarta.

*)Email: [email protected]

ABSTRAK

Artefak bawah laut sebagai peningalan sejarah sering ditemukan berada pada kawasan ekosistem terumbu karang. Keberadaannya dapat memberikan dampak positif dibidang pariwisata, namun bagaimana dengan pengangkatan sekiranya nilai artefaknya lebih tinggi? Penelitian ini telah dlakukan di perairan Snubing, Natuna pada tanggal 7-11 September 2017. Penelitian bertujuan untuk melihat asosiasi artefak dengan ekosistem terumbu karang dan melihat dampak pengambilan artefak illegal terhadap kondisi karang disekitarnya. Penelitian menggunakan metode transek sabuk (belt transect) berukuran 1 m ke samping kiri dan kanan disepanjang 30 m dari titik pusat lokasi artefak ditemukan ke semua arah mata angin, sehingga terdapat 4 transek sepanjang 30 m ke Utara, Selatan, Barat dan Timur. Total area yang teramati seluas 240 m2. Masing-masing transek dibagi 3 sesuai jarak dari pusat artefak yaitu 0-10 m, 10-20 m dan 20-30 m. Data yang dikumpulkan adalah tutupan karang hidup, jenis karang dan kategori tutupan substrat lain. Hasil penelitian diperoleh terdapat perbedaan tutupan karang hidup antara yang dekat 0-10m (6,9%), jarak sedang 10-20m (20,3%) dan terjauh jarak 20-30m (18,5%). Lokasi terdekat tedampak oleh aktifitas pengangkatan artefak akibat sering terpapar sedimen dan kekeruhan perairan. Jarak sedang dan terjauh memiliki tutupan karang yang lebih tinggi dibandingan lokasi terdekat. Perlu pertimbangan yang bijak untuk pengangkatan artefak yang ada di kawasan ekosistem terumbu karang. Kata Kunci: Tutupan Karang Hidup; Artefak; Kekeruhan; Karang Mati.

Page 38: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

31

KAJIAN REHABILITASI EKOSISTEM DENGAN PROGRAM SABUK

PANTAI

Vivi Yovita Indriasari

Pusat Riset Kelautan, Badan Riset dan SDM Kelautan Perikanan KKP

*)Email: [email protected]

ABSTRAK

Alih fungsi lahan ke kawasan tambak lebih banyak terjadi pesisir pantai yaitu kawasan hutan bakau atau mangrove. Hilangnya kawasan mangrove sebagai penahan gelombang dan angin serta aliran air laut dan menimbulkan abrasi serta rob yang lebih cepat ke daratan. Akibatnya sebagian tambak hilang, salinitas tambak, tegalan, dan sawah meningkat,serta hilangnya sebagian pemukiman Kondisi saat ini di areal pesisir dan pertambakan telah terkikis (abrasi pantai) dan rob yang lebih dalam ke daratan. Dalam rangka pemulihan ekosistem Kementrian Kelautan dan Perikanan telah melakukan rehabilitasi Pantai Utara (Pantura) Jawa yang merupakan salah satu wilayah pusat pertumbuhan ekonomi. Berbagai aktivitas ekonomi seperti permukiman, perikanan, industri, transportasi dan perdagangan berada di Pantura Jawa, mulai dari Banten hingga Jawa Timur. Kementrian Kelautan Perikanan melalui Direktorat Jendral Pengelolaan Ruang Laut pada tahun 2015 melakukan upaya rehabilitasi Pantura Jawa melalui pembangunan pelindung pantai dalam bentuk sabuk pantai. Program sabuk pantai ini dibangun di lima kabupaten yaitu : Karawang, Subang, Indramayu, Tegal dan Kendal. Total pembangunan adalah 2,5 km. Tahun 2016 kembali dilakukan program sabuk pantai dengan total pembangunan sepanjang 10 km. Dengan lokasi Tegal, Pekalongan, Kendal dan Brebes. Sabuk pantai dengan teknologi Karung Geotekstil Memanjang (KGM) digunakan untuk melindungi pantai tipe pantai berpasir. KGM merupakan rekomendasi dari hasil dari penelitian Pusat Riset Kelautan ,Badan Peneitian dan Pengembangan Kelautan Perikanan . Penelitian ini sudah dilakukan di tahun 2007 sampai 2011. KGM adalah suatu pelindung pantai dengan menggunakan geotekstil yang diisi dengan campuran air dan pasir. Aplikasi yang dilakukan di Pantura Jawa adalah sebagai pemecah gelombang jenis tenggelam (submerged breakwater). KGM dengan system submerged breakwater ini bertujuan untuk mereduksi gelombang datang dan berfungsi sebagai penangkap sedimen sehingga lama kelamaan akan membentuk daratan baru di belakang struktur. Tulisan ini menjelaskan dan memaparkan hasil pengaplikasian KGM sebagai pelindung pantai jenis tenggelam yang sudah diaplikasikan KKP dari tahun 2015 – 2016. Pengaplikasian Karung Geotekstil Memanjang di Pantura Jawa ini terlihat cukup bagus. Secara visual, pantai menjadi lebih landai dan lebih maju dibandingkan sebelum pemasangan struktur KGM.

Kata Kunci: Sabuk pantai; Karung Geotekstil Memanjang; submerged breakwater; Pantura Jawa.

Page 39: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

32

KAJIAN TEKNOLOGI PEMURNI GARAM UNTUK MENGHASILKAN

KUALITAS GARAM INDUSTRI

Hariyanto Triwibowo*), Ifan R. Suhelmi, Aris W. Widodo,

Pusat Riset Kelautan Badan Riset dan Sumber Daya Manusia KP - KKP

Jl Pasir Putih 1 Ancol Timur Jakarta Telp : (021) 64711583, Fax : (021) 64711654 *)Email: [email protected]

ABSTRAK

Alat pengkristalan garam atau alat pengeringan garam atau Magnesium Hidroksida (MgOH) menggunakan teknologi spray driyer telah dikembangakan sejak tahun 2015 hingga sekarang oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lautdan Pesisir dan sedang dalam proses pengurusan Hak PATEN. Alat pengeringan garam dengan menggunakan spray driyer diharapkan dapat untuk mewujudkan produk garam higienis yang telah dikembangkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir sejak tahun 2014 hingga tahun 2016 yang dulu dikenal dengan nama IPTEKMAS yang telah diterapkan ke masyarakat petambak garam kususnya masyarakat pengolah garam konsumsi sejak tahun 2009 hingga tahun 2013 telah meluncurkan dua model system pengolahan garam mekanis lewat pemurnian atau pencucian yang tersebar di 18 titik lokasi penerima dari kabupaten indramayu sampai dengan pesisir utara pulau jawa dan pulau Madura. Pada Tahun 2014 dikembangkan model hiegenis untuk memenuhi standar pengolahan garam. Dalam perkembangannya perlu penyempurnaan teknologi untuk menghadapi kendala yang ada. Salah satu kendala yang muncul adalah masalah perijinan. Untuk membantu memperlancar proses perijinan, tata kelola dalam pabrik dan permesinan perlu dirancang ulang sehingga menghasilkan suatu sistem yang hiegenis. Sistem hiegenis ini diharapkan mampu memperlancar pengajuan proses perijinan dalam memasarkan garam olahan. Paket teknologi tersebut masih jauh dari siap untuk diproduksi secara masal, sehingga berdasarkan analisa teknometer perlu dilakukan Kajian Teknologi Pemurni Garam untuk menghasilkan Kualitas Garam Industri dan mempersiapkan paket teknologi tersebut dapat dimanfaatkan secara luas dan menguntungkan secara ekonomis. Kata Kunci: Kajian Teknologi Pemurni Garam; Pemurni Garam; Sistem Cuci; Industri Garam Rakyat.

Page 40: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

33

PENERAPAN TEKNOLOGI DAN SISTEM TEPAT GUNA UNTUK

PENINGKATAN PRODUKSI GARAM ON-FARM

Rikha Bramawansto*), Fajar Yudi P, dan Hariyanto Triwibowo

Pusat Riset Kelautan Badan Riset dan Sumber Daya Manusia KP - KKP

Jl Pasir Putih 1 Ancol Timur Jakarta Telp : (021) 64711583, Fax : (021) 64711654 *Email: [email protected]

ABSTRAK

Produksi garam di Indonesia sangat bergantung pada proses evaporasi oleh sinar matahari yang berlangsung selama 3,5 - 4 bulan musim kemarau. Hal tersebut yang ditenggarai mempengaruhi produktivitas tambak garam rakyat di Indonesia yang secara umum masih dibawah 100 ton/ha/musim. Di sisi yang lain kualitas juga masih menjadi kendala. Peningkatan kuantitas dapat dilakukan melalui pengoptimalan proses pengendapan NaCl pada fase-fase tertentu pada saat proses evaporasi berlangsung. Sedangkan peningkatan kualitas dapat dilakukan melalui filterisasi oleh organisme renik untuk proses metabolismenya. Perlu dilakukan penerapan metode dan teknologi pada kondisi yang sesungguhnya sehingga dapat dilihat efektifitasnya. Sejumlah penelitian untuk mempercepat evaporasi telah dilakukan. Perlu dilakukan adopsi teknologi sederhana dan tepat guna untuk mempercepat evaporasi yang sesuai dan mudah diterapkan di tambak garam rakyat. Pembuatan SOP produksi garam juga perlu dibuat untuk menjamin keeragaman kualitas hasil produksi garam dan kemudahan dalam memperkitakan kuantitas hasil produksi dalam satuan luasan hamparan tambak garam. Oleh karenanya diperlukan kajian untuk penerapan teknik dan sistem tepat guna serta mendesain dan menguji prototype parabolic through solar collector untuk pemanfaatan sinar matahari secara optimum selama musim kemarau. Kata Kunci: Garam; Produktivitas; Tambak.

Page 41: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

34

PEREKAMAN DATA KONDISI TERKINI SITUS KAPAL TENGGELAM

PERANG DUNIA II, MS SOPHIE RICKMERS, DI PERAIRAN PULAU

WEH, NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Nia Naelul Hasanah Ridwan*, Gunardi Kusumah, Ulung Jantama Wisha, Try Al Tanto,

Koko Ondara, Wisnu Arya Gumilang, Ruzanna Dhiauddin, Guntur Adhi Rahmawan,

Herdiana Muthmainah, dan Aprizon Putra

Loka Riset Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir Jalan Raya Padang-Painan km.16 Bungus Teluk Kabung, Padang

*)Email: [email protected]

ABSTRAK

Motor Ship (MS) Sophie Rickmers adalah kapal Jerman sepanjang 134 meter yang tenggelam pada awal Perang Dunia (PD) II. Berdasarkan catatan sejarah, dapat diketahui bahwa awak Sophie menenggelamkannya dengan sengaja untuk mencegah penyitaan oleh Belanda. Situs kapal karam ini berada pada kedalaman 37-65 meter di Teluk Pria Laot, Pulau Weh, Provinsi Nanggroe Aceh Darussslam. Setelah tenggelam selama 77 tahun, Sophie menjadi hunian bagi biota laut, tempat tumbuhnya terumbu karang, dan menjadi destinasi favorit bagi para Deep Divers di wilayah Indonesia bagian Barat. Makalah ini menyajikan hasil survei arkeologi laut yang dilakukan oleh Loka Riset Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir tahun 2017. Lima kali aktivitas penyelaman, videografi dan fotografi bawah air, pengukuran kualitas air, dan pengukuran kondisi oseanografi dengan Acoustic Doppler Current Profiler (ADCP) telah dilakukan untuk mengetahui dan merekam kondisi terkini situs. Survei arkeologi laut ini bertujuan untuk menyediakan data yang dapat mendukung kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan mengenai Pengembangan Sentra Terpadu Kelautan dan Perikanan di pulau-pulau terluar Indonesia. Riset mengenai Sophie juga diperlukan karena terdapat ancaman akan kelestariannya. Pada tahun 2013-2014, pemerintah daerah dan perusahaan komersial berencana untuk mengangkat Sophie dan membangun bunker minyak raksasa di Teluk Pria Laot. Isu tersebut telah menimbulkan kekhawatiran masyarakat setempat, para penyelam, dan para pecinta sejarah. Petisi penyelamatan Sophie telah ditandatangani oleh 15.043 orang pada tahun 2014. Kata Kunci: Sophie Rickmers; Situs Kapal Tenggelam PD II; Survei Arkeologi Laut; Pulau Weh.

Page 42: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

35

PROFIL VERTIKAL DAN HORISONTAL KANDUNGAN OKSIGEN

TERLARUT DAN FLUORESCENCE IN VIVO SEBAGAI INDIKATOR

KEBERLANGSUNGAN KEHIDUPAN DI PERAIRAN LAUT MALUKU

DAN LAUT SULAWESI (IJEP 2016 CRUISE)

Iis Triyulianti1,2, Agung Yunanto1, Indra Hermawan1,2, Novia Arinda1, Aditya Chandra

Raymonza2, Fikrul Islamy1, dan Nadia Christa Magdalena1

1Balai Riset dan Observasi Laut, Perancak, Bali. 2INDESO Project Team

*)Email: [email protected]

ABSTRAK Kegiatan Indeso Joint Experts Cruise (IJEP) 2016 melakukan pengukuran in situ beberapa parameter kualitas air, salah satunya oksigen terlarut serta biomass fitoplankton yang terskpresikan dari nlai in vivo fluorescence. Kedua parameter diukur untuk menganalisis komponen penting dalam siklus biogeokimia laut dengan menggunakan metode titrimetrik dan pemanfaatan sensor optik. Ekspedisi IJEP 2016 berlangsung dari tanggal 5-15 September 2016 menempuh jalur dari pelabuhan atau dermaga P2LD-LIPI Ambon hingga Pelabuhan Bitung, Sulawesi Utara dengan mengambil 19 titik stasiun pengukuran dan pengambilan sampel air di perairan Laut Maluku dan Laut Sulawesi. Hasil pengukuran in-situ kandungan oksigen terlarut dengan metode titrasi menunjukkan variasi baik secara horizontal dan vertikal yang diukur pada 7 lapisan kedalaman (10,50,60 – 150, 300, 500, 750 dan 1000 meter). Distribusi oksigen terlarut secara vertikal pada 19 stasiun penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi oksigen berkurang seiring dengan bertambahnya kedalaman dengan kisaran nilai 3,334 – 7,321 mg/L. Penurunan konsentrasi oksigen terlihat mulai lapisan permukaan hingga kedalaman di atas lapisan termoklin (50 – 400 meter). Kandungan oksigen berkurang setelah kedalaman maksimum kandungan klorofil yang terekspresikan dari nilai fluorescence in vivo dengan kisaran antara 0,4441 – 1,1376 mg/m3 pada kedalaman yang berbeda-beda. Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut dan flouresence in vivo baik secara vertikal dan horizontal ini mengindikasikan bahwa Laut Maluku dan Laut Sulawesi memiliki daya dukung ekosistem untuk menjaga keberlangsungan kehidupan didalamnya. Kata Kunci: Oksigen terlarut; Flourescence in vivo; Laut Maluku; Laut Sulawesi; Klorofil.

Page 43: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

36

RISET TERINTEGRASI SITUS KAPAL TENGGELAM SS AQUILA DI

PERAIRAN TELUK AMBON, INDONESIA

Guntur Adhi Rahmawan*), Ulung Jantama Wisha, Wisnu Arya Gemilang,

Koko Ondara, Nia Naelul Hasanah Ridwan, dan Gunardi Kusumah

Loka Riset Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir Jalan Raya Padang-Painan km.16 Bungus Teluk Kabung, Padang

*)Email: [email protected]

ABSTRAK Situs kapal tenggelam Steam Ship (SS) Aquila atau SS Duke of Sparta merupakan salah satu situs peninggalan arkeologi bawah air yang ditemukan di Teluk Ambon, Perairan Maluku, Indonesia. Saat ini, Situs SS Aquila mulai dikenal sebagai salah satu lokasi penyelaman kapal tenggelam oleh para penyelam lokal dan internasional. Akan tetapi, dikarenakan lokasi Situs SS Aquila terletak di dalam kawasan terminal Pertamina, posisinya yang berada pada jalur lalu lintas laut, serta banyaknya muara sungai yang dapat menimbulkan permasalahan sedimentasi yang dapat mengganggu kelestarian situs kapal tenggelam tersebut serta dapat menghambat aktivitas wisata bawah air, maka Loka Riset Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir memandang perlu untuk melakukan penelitian terintegrasi di situs arkeologi bawah air tersebut. untuk mengembangkan potensi wisata di Teluk Ambon. Pelaksanaan riset dilakukan dengan menggunakan pendekatan arkeologi laut yaitu kegiatan penyelaman, videografi bawah air, serta pelaksanaan survei hidro-oseanografi dan pengamatan dengan Side Scan Sonar. SS Aquila berada pada kedalaman 15-35m. Kondisi badan kapal masih cukup utuh di beberapa bagian, dan beberapa bagian kapal telah hancur dan hilang seperti crane, cerobong, dan propeller. Kondisi hidro-oseanografi di sekitar situs sangat sesuai untuk wisata selam. Berdasarkan kondisi bangkai kapal dan hidrodinamika, SS Aquila dapat dikembangkan sebagai lokasi wisata selam kapal tenggelam. Akan tetapi, sejumlah upaya untuk pengembangannya ke depan perlu dilakukan misalnya dengan mengkaji lebih lanjut tingkat kerentanannya, memberikan pemahaman tentang pentingnya situs arkeologi laut, dan memberikan pelatihan terkait wisata selam kapal tenggelam berkelanjutan kepada pelaku wisata dan masyarakat. Dukungan dari pemerintah sangat dibutuhkan dalam melestarikan dan menjaga peninggalan arkeologi laut tersebut. Kata Kunci: SS Aquila; Teluk Ambon; Situs arkeologi laut; Wisata selam kapal tenggelam.

Page 44: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

37

KUALITAS GARAM HASIL PRODUKSI RAKYAT DENGAN METODE

PRISMA RUMAH KACA DI DESA SEDAYU LAWAS KECAMATAN

BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN, JAWA TIMUR

Guntur, Farikh Assafri, M. Aris Munandar*), Abdul Aziz J., dan Andi Kurniawan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya

*)Email: [email protected]

ABSTRAK Desa Sedayulawas tergolong desa berkembang di Kabupaten Lamongan JawaTimur dan merupakan salah satu sentra produksi garam di Lamongan. Potensi tambak garam di desa Sedayulawas cukup besar dan belum tergarap dengan baik, sebagian besar masih mengguanakan teknologi tradisional dalam usaha produksinya. Selain itu, kelemahan teknologi produksi garam tradisional adalah kuantitas dan kualitas garam yang dihasilkan sangat minim, dimana kuantitas produksi tergantung iklim jika musim hujan tiba, produksi garam akan terhenti hingga musim kemarau. Maka dari itu diperlukan inovasi dalam memproduksi garam rakyat yaitu dengan Prisma Rumah Kaca. Prisma Rumah Kaca merupakan inovasi terbarukan dalam memproduksi garam rakyat dengan menggunakan rumah kaca dan plastik geomembran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi garam rakyat. Metode yang digunakan adalah deskriftif. Jenis dan sumber data menggunakan data primer. Data primer diperoleh secara langsung dengan melakukan pengamatan dan pencatatan dari hasil pertisipasi aktif, observasi, wawancara dan dokumentasi dan uji laboratorium kualitas air penggaraman dan garam hasil produksi prisma rumah kaca. Berdasarkan hasil perhitungan, kadar salinitas air penggaraman dari kolam penampungan air muda adalah 22,8 ppt, 22,9 ppt dan 24,1 ppt dengan nilai rata-rata adalah 23,3 ppt. salinitas air pada kolam penampungan air tua adalah 34,1 ppt, 39,9 ppt dan 22 ppt dengan nilai rata-rata adalah 32 ppt. Hasil uji laboratorium kualitas air didapatkan nilai rata-rata NaCl, Mg dan Ca air muda pada tambak garam adalah 115000 mg/L, 313,6mg/L dan 202,3 mg/L. Sedangkan hasil pengujian air tua menunjukkan nilai rata-rata NaCl, Mg dan Ca adalah 129333,3 mg/L, 313,6mg/L dan 214,3mg/L. Dari hasil uji laboratorium kualitas garam prisma, didapatkan kadar NaCl sebesar 87,56%, kadar Mg sebesar 2,15%, kadar Ca sebesar 3,45% dan kadar air sebesar 5,86%. Hasil tersebut dapat dikatakan bahwa kualitas garam prisma termasuk dalam kategori kualitas sedang dimana kadar NaCl garam prisma hanya 87,56%. Serta kualitas garam prisma belum memenuhi standart Nasional Indonesia (SNI 01-3556-2000) untuk garam konsumsi. Kriteria Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk garam konsumsi, yaitu kandungan NaCl minimal 94,7%. Kata Kunci: Prisma rumah kaca; Garam; NaCl.

Page 45: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

38

PEMANTAUAN HIU PAUS DAN POLA PERILAKU TINGGALNYA

MENGGUNAKAN METODE AKUSTIK DI PANTAI BOTUBARANI,

BONE BOLANGO, GORONTALO

R.Andry Indryasworo Sukmoputro *), Urip Syarifuddin, dan Kris Handoko

Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar-KKP *)Email: [email protected]

ABSTRAK

Keberadaan Hiu Paus di Pantai Botubarani, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo menjadi daya tarik wisata sejak tahun 2016. Namun, masih sangat sedikit informasi terkait jumlah populasi dan pola tingkah laku tinggalnya di lokasi tersebut. Penggunaan teknologi berbasis akustik merupakan salah satu cara untuk melakukan pemantauan secara berkesinambungan dan akurat. Pemasangan 2 (dua) unit penerima sinyal akustik (receiver accoustic) pada kedalaman 15 meter dan 10 (sepuluh) penanda pengirim sinyal akustik (transmitter accoustic tag) pada Hiu Paus dilakukan pada awal bulan Nopember 2016 dan Mei 2017. Data dari penerima sinyal akustik diketahui bahwa ada satu ekor individu Hiu Paus dalam rentang waktu 6 bulan kembali ke perairan pantai Botubarani, yaitu di bulan Maret 2017. Berdasarkan pemantauan secara langsung (visual) yang dilakukan oleh pengelola Wisata Hiu Paus Botubarani, bahwa jumlah hari kemunculan Hiu Paus selama kurun waktu Nopember 2016 hingga Mei 2017, dihasilkan data yaitu bulan November 2016 selama 17 hari, Januari 2017 selama 2 hari, Februari 2017 selama 14 hari, Maret 2017 selama 8 hari, Mei 2017 selama 28 hari. Sedangkan bulan Desember 2016 dan April 2017, Hiu Paus sama sekali tidak muncul di Botubarani. Adapun jumlah individu Hiu Paus yang telah berhasil diidentifikasi melalui Photo Identification (Photo ID) adalah sejumlah 21 individu Hiu Paus. Kata Kunci: Hiu Paus; Penanda Pengirim Sinyal Akustik; Penerima Sinyal Akustik.

Page 46: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

39

PENGELOLAAN TINGGALAN ARKEOLOGI BAWAH AIR SEBAGAI

DAYA TARIK WISATA PADA DAERAH TERDEPAN INDONESIA

DALAM RANGKA MENGHADAPI MEA

Dwi Kurnia Sandy*)

Departemen Arkeologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta *)Email: [email protected]

ABSTRAK

Laut Indonesia menyimpan banyak potensi tinggalan arkeologi bawah air yang sekitar sepuluh persennya diduga memiliki nilai komersial. Tinggalan tersebut masih sangat sedikit dimanfaatkan secara benar dan berkelanjutan. Persebaran tinggalan arkeologi bawah air banyak terdapat di jalur-jalur perdaganagan masa lalu yang didominasi Pulau Jawa dan Sumatera.. Namun wilayah terdepan Indonesia juga menyimpan potensi yang memiliki nilai komersil yang tinggi. Salah satu daerah terdepan Indonesia yang memiliki hal tersebut adalah Kabupaten Kepulauan Sangihe. Sangihe merupakan Kabupaten Kepulauan yang termasuk dalam wilayah Provinsi Sulawesi Utara dan berada dibagian utara Indonesia serta berstatus sebagai daerah terdepan. Dalam perang dunia kedua, Sangihe memiliki peran penting sebagai jalur kapal-kapal sekutu menuju Samudra Pasifik. Hal itu berimbas pada banyaknya tinggalan-tinggalan atau sisa perang pada masa itu di sekitaran perairan Sangihe. Tinggalan perang ini memiliki nilai-nilai penting bagi masyarakat lokal pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Tinggalan tersebut penting, karena menunjukkan peran nusantara dalam pertempuran perang dunia kedua. Nilai-nilai tersebut menjadi alasan mengapa tinggalan arkeologi bawah air di Sangihe patut untuk dijaga kelestariannya.Untuk itu, dibutuhkan cara-cara untuk mengelola tinggalan ini dengan baik. Secara singkat, pengelolaan tinggalan arkeologi di Kabupaten Kepulauan Sangihe disusun dengan memerhatikan beberapa poin seperti pelestarian, perlindungan, pemanfaatan dan pengembangan. Pengelolaan tersebut dijalankan dengan menjadikan tinggalan arkeologi bawah air sebagai sebuah daya tarik wisata yang dapat memberdayakan masyarakat sekitar, tidak dapat dipungkiri bahwa peran mereka tidak boleh dilupakan. Dengan diberdayakannya masyarakat, kesejahteraan mereka dapat terangkat. Hal ini sejalan dengan amanat Undang-undang No. 10 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Selain itu, pemberdayaan juga ditujukan agar masyarakat sekitar lebih siap menghadapi era MEA. Pariwisata menjadi salah satu unggulan dari penggerak perekonomian negara anggota ASEAN bahkan dunia. Tinggalan Arkeologi Bawah Air di Kabupaten Kepulauan Sangihe memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata. Maka dari itu, dalam rangka mempersiapkan diri untuk bersaing pada masyarakat ekomomi ASEAN masyarakat diharapkan dapat melakukan pengelolaan tinggalan arkeologi bawah air ini dengan baik. Tentu saja dalam hal ini masyarakat harus mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah dan bantuan dari akademisi untuk mencapai tujuan yang mulia ini. Kata kunci: Wisata; Masyarakat Ekonomi ASEAN; Masyarakat Sangihe.

Page 47: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

40

PENGEMBANGAN PROSES PRODUKSI KAPAL IKAN BERUKURAN

3 GT SAMPAI DENGAN 10 GT DENGAN MENGGUNAKAN METODA

LEPAS RAKIT (KNOCKDOWN) DAN BERKEMBANG (MODUL)

Akhmad Basuki Widodo*), Viv Djannat Prasita, Nur Yanu Nugroho,

dan Ali Munazid

Universitas Hang Tuah, Surabaya, Jawa Timur *)Email: [email protected]

ABSTRAK

Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki puluhan ribu pulau. Setidaknya terdapat 13.466 pulau yang bernaung di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, sedangkan luas daratan dan lautan memiliki perbandingan yang cukup signifikan, dari data statistik yang diperoleh setidaknya total luas daratan Indonesia mencapai 1.910.000 km2 sedangkan total luas lautan mencapai 6.279.000 km2. Dengan total keseluruhan luas laut di Indonesia dan potensi sumber daya alam yang dianugerahkan Tuhan kepada negeri ini, baik berupa hayati dan non – hayati merupakan asset besar bagi Indonesia. Kebijakan pemerintah menekan kegiatan pembalakan liar (illegal logging), semakin sulit untuk mendapat kayu sebagai bahan baku pembangunan kapal dengan harga murah dan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan. Pada proses pembangunan kapal kayu sampai dengan saat ini, masih membutuhkan bahan baku yang sangat banyak dan ukuran yang relatif besar, terutama pada galangan kapal kayu tradisional. Galangan tradisional ini dikenal boros akan bahan baku. Hal ini disebabkan oleh proses produksinya yang menjadikan boros akan bahan baku. Sebagai upaya untuk menyelesaikan permasalah transportasi perintis (antar pulau) adalah dengan menyediakan kapal yang murah dan cepat tetapi masih memenuhi persyaratan klas (BKI). Salah satu tindakan yang dapat memenuhi kriteria tersebut adalah dengan mengembangkan rancang bangun kapal kayu dengan sistem lengkap lepas terurai (complete knockdown). Rancang bangun dari sistem pembangunan kapal ini mempunyai keunggulan hemat bahan baku, proses pembangunan yang lebih cepat, tetapi mempunyai kekuatan yang lebih baik. Selain itu dalam riset ini akan di tampilkan proses pembuatan kapal dengan sistem lepas rakit, yaitu pembangunan kapal kayu dapat dilakukan dimana saja dengan komponen kapal yang sudah tersedia. Selain itu pembangunan kapal kayu dapat dibuat dalam beberapa variasi tanpa merubah bentuk dan ukuran komponen kapal kayu. Pada riset ini yangdiutamakan adalah analisa struktur kapal dan struktur sambungan pada kapal. Karena sambungan pada struktur kapal merupakan faktor utama sebagai penentu keselamatan dan daya tahan kapal terhadap tekanan ombak. Dari hasil riset diharapkan dapat ditentukan struktur dan komponen kapal yang dapat diproses secara banyak (mass product), sehingga biaya produksi akan semakin murah dan ekonomis karena menggunakan komponen kapal yang relatif kecil. Dengan sistem pembangunan ini diharapkan juga proses pembangunan kapal akan semakin cepat. Dampak lain dari keberhasilan riset ini adalah ketergantungan terhadap bahan baku kapal kayu yang selama ini semakin sulit dan mahal akan dapat diatasi. Dampak lain adalah isu lingkungan hidup baik kualitas udara maupun kualitas air akan semakin terjamin mutunya. Hal ini diakibatkan penebangan hutan yang semakin terencana, karena kebutuhan akan kayu yang semakin terencana pula. Kata Kunci: Laminasi Kayu dan/atau Bambu, FRP, Completed Knockdown, Modul.

Page 48: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

41

GELAR HASIL RISET DAN INOVASI

TEKNOLOGI KELAUTAN DAN PERIKANAN

24 - 27 Oktober 2017

Auditorium Gedung Mina Bahari III Lantai 5

ABSTRAK POSTER

Page 49: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

42

KARAKTERISTIK SEDIMEN DI SELAT PAGAI, MENTAWAI

*)Herdiana Mutmainah

Loka Penelitian Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir, Balitbang KP, KKP Komp. PPS Bungus, Jl. Raya Padang Painan KM 16, Telp/Fax. 0751-751458. Teluk

Bungus. Sumatera Barat. Indonesia. *)Email : [email protected]

ABSTRAK

Sedimen laut merupakan indikator penting dasar laut. Karakteristik sedimen laut dapat ditinjau dari ukuran butiran (grain size), jenis dan TSS. Sedimen berasal dari zat organik maupun non organik yang terbawa oleh arus laut, aliran sungai maupun proses pasang surut di daerah pesisir dan mengendap di dasar laut. Pada tingkat yang sangat tinggi, sedimen dapat menyebabkan pencemaran atau kerentanan seperti menurunnya jumlah oksigen terlarut, coral bleaching hingga meningkatnya proses eurotrifikasi. Namun di sisi lain, sedimen di pesisir kadang ditambang untuk dijadikan material atau kawasan reklamasi. Selat Pagai terletak diantara Pulau Pagai Utara dan Pagai Selatan. Selat ini memiliki potensi yang besar sehingga digunakan oleh masyarakat sekitar untuk beragam kegiatan diantaranya pelabuhan dan transportasi laut, perikanan tangkap, budidaya perikanan dan wisata bahari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik sedimen di Selat Pagai. Survey lapangan dilakukan pada periode September 2016 pada 23 titik sampel menggunakan sediment grab secara purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata substrat di perairan Selat Pagai adalah D90 berukuran 1,57 mm dengan berat jenis 2,665 gr/cm3 dan didominasi oleh pasir sebesar 66,88%. Kata Kunci: Sedimen laut, Selat Pagai, grain size.

Page 50: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

43

PENGUATAN PROGRAM PENYULUH PERIKANAN MELALUI

METODE PERENCANAAN PARTISIPATIF DI KAWASAN DELTA

MAHAKAM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

Eko Sugiharto*) dan Gusti Haqiqiansyah

Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman Samarinda Kalimantan Timur

Jl. Gn. Tabur No. 1 Kampus Gn. Kelua, Samarinda, Kalimantan Timur *)Email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi sumberdaya masyarakat dan alam, menyusun Rencana Kerja Penyuluh (RKP)berdasarkan indentifikasi yang telah dilakukan, dan melihat terget capaian dari realisasi penerapan RKP dengan berdasarkan metode Partisipatif Rural Apraisal (PRA). Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dengan lokasi yang akan diambil sebagai penelitian adalah dikawasan delta Mahakam Kecamatan Sanga-sanga Kabupaten Kutai Kartanegara dikarenakan dengan karakteristik khas lokasi penelitian yang dilewati oleh sunga Mahakam sebagai sumber utama sistem perairan dalam usaha perikanan. penelitian direncanakan berlangsung selama 7 bulan yang yaitu penyusunan perencanaan Program Penyuluh secara PRA. Pada penelitian ini dilakukan dengan kajian dan analisis yang detil dan komprehensif terhadap aspek sumberdaya alam dan lingkungan, aspek sumberdaya manusia, aspek sosial ekonomi dan aspek kelembagaan. Peningkatan pemahaman masyarakat tentang beragam potensi, permasalahan, kendala serta harapan mereka yang digali secara partisipatif melalui proses PRA, untuk dianalisis secara teknis dengan pertimbangan ekonomis dan berkelanjutan terhadap kelestarian sumberdaya alam. Perencanaan Program Kerja Penyuluh (RKP) di sekitar Delta Mahakam berdasarkan hasil riset keilmuan dan proses dari partisipasi masyarakat, yang memuat rencana teknis kegiatan atau program pengembangan terhadap penerapan inovasi-inovasi baru oleh penyuluh perikanan (difusi inovasi) sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendukung terpeliharanya ekosistem di kawasan Delta Mahakam. Kata Kunci: Penyuluh Perikanan; Rencana Kerja Penyuluh (RKP); PRA.

Page 51: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

44

KAJIAN KONSOLIDASI LAHAN DALAM PROSES PRODUKSI

GARAM RAKYAT

Rikha Bramawanto, Ifan R. Suhelmi, dan Hariyanto Triwibowo*)

Pusat Riset Kelautan Badan Riset dan Sumber Daya Manusia KP - KKP

Jl Pasir Putih 1 Ancol Timur Jakarta Telp : (021) 64711583, Fax : (021) 64711654 *Email: [email protected]

ABSTRAK

Lahan milik rakyat untuk produksi garam yang tersebar di daerah umumnya hanya seluas 0,5 - 5 Ha. Hal ini sering menjadi kendala bagi petambak dalam mengoptimalkan pemanfaatan lahannya. Kemudian muncul ide untuk menggabungkan tambak-tambak garam berukuran kecil yang berada dalam satu hamparan untuk dikelola bersama. Setidaknya terdapat tiga konsep pengelolaan lahan secara terpadu yang dapat diterapkan yaitu corporate farming, collective farming dan cooperative farming. Penelitan ini bertujuan untuk mengkaji konsep pengelolaan tambak garam rakyat secara terpadu. Pada penelitian ini dipilih dua konsep pengelolaan lahan terpadu: corporate farming dan kombinasi collective-cooperative farming. Konsep collective-cooperative farming lebih mengutamakan pemberdayaan petambak tradisonal secara bergotong royong sebagai nilai kearifan lokal dengan membentuk kelompok besar (formal/non formal) dalam mengelola tambak dan menerapkan teknologi produksi garam yang sederhana dan berbiaya rendah. Appreciative intent pada konsep corporate farming adalah pengelolaan produksi garam secara profesional dalam menghasilkan garam berkualitas tinggi untuk memenuhi kebutuhan industri. Sedangkan pada konsep collective-cooperative farming tambak garam dikelola secara bergotong royong untuk menghasilkan bahan baku garam konsumsi berkualitas. Kata Kunci: Konsolidasi lahan; Pengelolaan tambak; Garam.

Page 52: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

45

PENGARUH KONDISI KUALITAS PERAIRAN TERHADAP

PENINGKATAN POPULASI BINTANG LAUT BERDURI (COTS) DI

PERAIRAN PULAU MENJANGAN, BALI

Novia Arinda Pradisty*), Eghbert Elvan Ampou, Rizki Hanintyo, I Nyoman Surana, Diah

Chandra Kirana, dan Mardatilah

Balai Riset dan Observasi Laut, Jalan Baru Perancak, Negara, Jembrana, Bali 82251

*)Email: [email protected]

ABSTRAK Ekosistem pesisir kini sedang menghadapi ancaman besar dari perubahan iklim dan pencemar antropogenik. Pulau Menjangan terletak di dalam wilayah Taman Nasional Bali Barat, yang merupakan rumah bagi berbagai spesies biota darat dan laut yang unik. Ekowisata laut di pulau ini dikenal secara internasional untuk wisata penyelaman dan snorkeling. Ditemukan peningkatan populasi bintang laut berduri di perairan Pulau Menjangan, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan pada ekosistem terumbu karang. Dalam penelitian ini, dilakukan survei kualitas perairan sejumlah 15 parameter pada bulan Februari dan Agustus 2017 di 10 lokasi pengambilan sampel. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah suhu, oksigen terlarut, pH, salinitas, kekeruhan, alkalinitas total, padatan terlarut total, padatan tersuspensi total, nutrisi anorganik terlarut (nitrat, nitrit, amonia, silikat, ortofosfat), klorofil-a dan fitoplankton. Pengamatan populasi bintang laut berduri dilakukan dengan metode time swim. Hasil studi menunjukkan bahwa nilai kekeruhan, padatan tersuspensi total, nitrat dan ortofosfat pada sebagian lokasi pengambilan sampel melebihi baku mutu air laut untuk biota laut, yang menunjukkan terjadinya pencemaran di wilayah tersebut. Kelimpahan fitoplankton didominasi oleh Diatom dengan genus Chaetoceros sp., namun tidak dalam kondisi blooming. Salah satu indikasi dari peningkatan populasi bintang laut berduri di perairan Pulau Menjangan adalah berkaitan dengan kondisi kualitas perairan. Diharapkan hasil studi ini dapat mendorong inisiatif lebih lanjut bukan saja pihak Balai Taman Nasional Bali Barat (TNBB) namun seluruh stake holder terkait untuk melindungi ekosistem perairan dan pengembangan ekowisata di Pulau Menjangan. Kata Kunci: Bintang laut berduri; Kualitas air; Ekosistem pesisir; Pencemaran laut; Pulau Menjangan, Bali.

Page 53: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

46

ASSESSING GROUNDWATER VULNERABILITY USING GALDIT

METHOD (CASE STUDY: PADEMAWU SALT POND AREA,

MADURA-INDONESIA)

Wisnu Arya Gemilang*), Gunardi Kusumah, dan Ulung Jantama Wisha

Research Institute for Coastal Resources and Vulnerability Ministry of Marine Affairs and Fisheries of Indonesia

Jl. Raya Padang-Painan Km.16 Bungus, Padang, Sumatera Barat, INDONESIA 45245

*)Email: [email protected]

ABSTRACT

Groundwater quality pollution in the Pademawu coastal area is very alarming. The major problem is landuse overlapping between salt pond and settlement area which influences environment degradation enhancement. One of negative impacts is groundwater vulnerability in the salt pond area. The salt content enhancement affects some wells become saline around the settlement area which proves the environment degradation has occurred. This study has aim to determine the groundwater vulnerability level in Pademawu coastal area. We employed GALDIT method to assess the groundwater vulnerability level by which calculates the six GALDIT parameters such as groundwater occurrence aquifer type, hydraulic conductivity, level above mean sea level, distance from coast, impact of existing intrusion and aquifer thickness. We divided the groundwater vulnerability into 3 classes, which are high, moderate, and low vulnerability. The sensitivity analysis result shows that the distance between groundwater source and the coast (D) has reached 74 % which tremendously influences the groundwater vulnerability level. The high level of vulnerability is found in the area near the coast and salt pond which deteriorated towards north. The limitation of groundwater utilization and salt pond area in Pademawu coastal area is one of the precise ways declining the intrusion of sea water to the groundwater quality condition. Keywords: Groundwater, GALDIT, vulnerability, Madura, sensitivity

Page 54: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

47

KAPAL (PERAHU) PENUMPANG DAN BARANG BERBAHAN

LAMINASI BAMBU SEBAGAI SARANA TRANSPORTASI LAUT DI

KEPULAUAN SUMENEP

Akhmad Basuki Widodo, Viv Djannat Prasita, Nur Yanu Nugroho,

dan Ali Munazid

Universitas Hang Tuah, Surabaya, Jawa Timur *)Email : [email protected]

ABSTRAK

Kabupaten Sumenep yang berada diujung timur Pulau Madura merupakan wilayah yang unik karena terdiri wilayah daratan dengan pulau yang tersebar berjumlah 126 pulau (berdasarkan hasil sinkronisasi Luas Wilayah Kabupaten Sumenep) yang terletak di antara 113°32'54"-116°16'48" Bujur Timur dan di antara 4°55'-7°24' Lintang Selatan. Jumlah pulau berpenghuni di Kabupaten Sumenep hanya 48 pulau atau 38%, sedangkan pulau yang tidak berpenghuni sebanyak 78 pulau atau 62%. Pulau Karamian di Kecamatan Masalembu adalah pulau terluar di bagian utara yang berdekatan dengan Kalimantan Selatan dan jarak tempuhnya + 151 Mil Laut dari Pelabuhan Kalianget, sedangkan Pulau Sakala merupakan pulau terluar di bagian timur yang berdekatan dengan Pulau Sulawesi dan jarak tempuhnya dari Pelabuhan Kalianget + 165 Mil Laut. Pulau yang paling utara adalah Pulau Karamian dalam gugusan Kepulauan Masalembu dan pulau yang paling timur adalah Pulau Sakala. Oleh karena itu sarana transportasi merupakan sesuatu yang penting dalam rangka meningkatkan kinerja pembangunan dan investasi. Jika di wilayah tersebut dibangun sarana transportasi yang baik, maka investor tidak akan segan-segan menamankan modalnya untuk pengembangan potensi sumberdaya kelautan dan perikanan. Teknologi pembangunan perahu kayu yang digunakan sampai dengan saat ini, masih boros akan bahan baku, terutama galangan tradisional. Padahal, pembuat perahu kayu di Indonesia, hampir 80 % dikuasai oleh galangan perahu kayu tradisional. Sebagai upaya untuk menyelesaikan permasalahan transportasi perintis (antar pulau) adalah dengan menyediakan perahu yang murah dan cepat tetapi masih memenuhi persyaratan klas (BKI). Salah satu tindakan yang dapat memenuhi kriteria tersebut adalah dengan mengembangkan teknologi pembangunan perahu dengan teknologi bahan laminasi bambu. Teknologi dan rancang bangun dari teknologi pembangunan perahu ini mempunyai keunggulan hemat bahan baku, proses pembangunan yang lebih cepat, tetapi mempunyai kekuatan yang lebih baik. Selain itu dalam riset ini akan di tampilkan proses pembuatan perahu dengan teknologi bahan laminasi bambu, yaitu pembangunan perahu kayu dapat dilakukan dimana saja dengan komponen perahu yang sudah tersedia. Yang lebih penting lagi, pada proses perakitan perahu akan melibatkan masyarakat pesisir pantai, sehingga akan menekan perkembangan penggangguran di daerah pesisir. Pada riset ini yang diutamakan adalah analisa struktur perahu dan struktur sambungan pada perahu karena sambungan pada struktur perahu merupakan faktor utama sebagai penentu keselamatan dan daya tahan perahu terhadap tekanan ombak. Dari hasil riset diharapkan dapat ditentukan struktur dan komponen perahu yang dapat diproses secara murah dan mudah, sehingga biaya produksi akan menjadi rendah dan mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, dan proses pembangunan perahu akan semakin cepat. Dampak lain dari keberhasilan riset ini adalah ketergantungan terhadap bahan baku perahu kayu yang selama ini semakin sulit dan mahal akan dapat diatasi. Dampak lain adalah isu lingkungan hidup baik kualitas udara maupun kualitas air akan semakin terjamin mutunya. Hal ini diakibatkan penebangan hutan yang semakin terencana, karena kebutuhan akan kayu yang semakin terencana pula. Kata Kunci: Laminasi bambu; Transportasi laut; Perahu; Penumpang; Barang

Page 55: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

48

KERAGAMAN HIU YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN

KEDONGANAN BALI

Suko Wardono1), Yudisthio Wahyudi1), Dewa Gde Tri Bodhi Saputra 1,2*)

1)Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Denpasar

*)Email: [email protected]

2)Masyarakat Iktiologi Indonesia

ABSTRAK

Pada Pelabuhan Kedongan, hiu adalah tangkapan sampingan bagi mereka yang menggantungkan hidupnya pada kegiatanpenangkapan ikan, mulai dari nelayan, pengumpul, penjual dan pengolah ikan. Kurangnya informasi mengenai data tangkapan, potensi, keragaman jenis, biologi, dan tingkat eksploitasi ikan hiu di Indonesia menjadi kendala dalam menentukan dasar rasional bagi penerapan pengelolaan hiu yang berkelanjutan. Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan inventarisasi dan identifikasi data serta informasi hiu yang meliputi jenis, jumlah dan tingkat kematangan kelamin hiu. Kegiatan ini dilaksanakan dibulan Juli hingga September tahun 2016 di Pelabuhan Kedonganan - Bali. Jumlah hiu yang didaratkan adalah 280 ekor dari 14 spesies dengan jenis yang dominan dari Squalus hemipinnis dan Mustelus manazo. Dengan perbandingan jantan dan betina 59% berbanding 41%. Selain itu kematangan dari keseluruhan hiu jantan yang didaratkan dilihat dari clasper menunjukkan hiu yang tersebut dalam keadaan muda menuju dewasa. Perbandingan jumlah jantan dan betina yang ditangkap cukup signifikan dan mengindikasikan bahwa populasi ikan dilokasi tersebut sudah terpengaruh oleh adanya tekanan dari aktifitas penangkapan. Kata Kunci: Jenis hiu; Hiu; Kedonganan.

Page 56: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

49

ANALISIS KANDUNGAN PENCEMAR LOGAM BERAT (PB DAN ZN)

PADA AIR, SEDIMEN DAN SIPUT HISAP (CERITHIDEA OBTUSA) DI

DESA TANJUNG PASIR KECAMATAN TANAH MERAH KABUPATEN

INDRAGIRI HILIR PROVINSI RIAU

Rizki Syawalia Siregar

*)Email: [email protected]

ABSTRAK

Desa Tanjung Pasir merupakan tempat bermuaranya dua sungai, yaitu Sungai Nyiur dan Sungai Enok. Di sekitar mulut sungai terdapat banyak kegiatan industri dan perkapalan yang menghasilkan bahan pencemar Pb dan Zn yang masuk ke dalam perairan, terakumulasi di dalam sedimen dan juga pada daging organisme benthos seperti Cerithidea obtusa. Untuk mengetahui konsentrasi Pb dan Zn di dalam air, sedimen dan siput, penelitian telah dilakukan pada bulan Maret 2017. Ada 3 stasiun, sekitar 3 km sebelum outlet PT Sambu, di outlet PT Sambu dan 3 km dari PT Sambu. Sampling dilakukan 3 kali, sekali / 2 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi Pb dan Zn tertinggi dalam air (0,0543 ppm dan 0,1767 ppm), sedimen (1,7469 ppm dan 3,2720 ppm) dan C. obtusa (4,9085 ppm dan 8.1990 ppm) berada di stasiun II. Kata Kunci: Cerithidea obtuse; Bahan pencemar; sedimen; Desa Tanjung Pasir

Page 57: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

50

KUANTITAS LOGAM BERAT PB DAN CU DI EKOSISTEM

MANGROVE

Cut Meurah Nurul Akla’*)

Program Pascasarjana – Sekolah Tinggi Perikanan, Jakarta *)Email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kuantitas Pb dan Cu pada ekosistem mangrove dan menganalisis nilai BCF Rhizophorastylosa terhadap logam Pb dan Cu di Kuala Langsa. Penelitian ini dilakukan pada Desember 2014 – Januari 2015. Sampel diambil dengan metode purposive sampling dan dianalisis menggunakan AAS dengan metode kurva kalibrasi di BARISTAND, Banda Aceh. Hasil penelitian menunjukkan kuantitas Pb pada air di stasiun I, II, dan III adalah <0,0012 ppm, <0,0012 ppm dan 1,6090 ppm, sedangkan kuantitas Cu pada air di stasiun I, II dan III adalah <0,004 ppm, <0,004 ppm dan <0,004 ppm. Kuantitas Pb pada sedimen di stasiun I, II dan III adalah <0,0001 ppm, 109,00 ppm, dan 65,03 ppm, sedangkan kuantitas Cu pada sedimen di stasiun I, II dan III adalah 123,00 ppm, 324,00 ppm dan 58,67 ppm. Kuantitas Pb pada akar dan daun R.stylosa di stasiun I adalah <0,0001 ppm dan <0,0001 ppm, sedangkan kuantitas Cu pada akar dan daun R. stylosa di stasiun I adalah 37,030 ppm dan 13,530 ppm. Kemampuan R. stylosa dalam menyerap Pb dan Cu dianalisis dengan faktor biokonsentrasi (BCF), dimana nilai BCF menunjukkan bahwa akar dan daun R. stylosa mampu menyerap Cu dari sedimen sebanyak 0,30 kali dan 0,11 kali. Katakunci: Pb, Cu, Rhizophorastylosa, BCF, AAS.

Page 58: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

51

POTENSI SUMBER DAYA ARKEOLOGI MARITIM DI KEPULAUAN

SANGIHE, SULAWESI UTARA

Sultan Kurnia A.B.*), Fuad Anshary

*) Jurusan Arkeologi, FISIP, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

*)Email: [email protected]

ABSTRAK

Dalam kajian arkeologi maritim Indonesia selama ini, Kepulauan Sangihe yang berbatasan langsung dengan Filipina dan Samudera Pasifik sedikit luput dari perhatian para ahli. Hal tersebut ditandai dengan belum ditemukannya riwayat penelitian bertemakan arkeologi maritim di Kepulauan Sangihe. Padahal memurut beberapa sumber kawasan ini sebenarnya memiliki potensi tinggalan arkeologi maritim yang cukup besar. Catatan sejarah menunjukan bahwa sejak abad pertengahan Masehi Kepulauan Sangihe telah memainkan peranan penting sebagai jalur pelayaran Internasional di bagian utara Nusantara, seperti halnya Laut Timur Sumatera dan Selat Malaka di sebelah barat. Diketahui bahwa kapal-kapal asing dari Cina, Asia Timur dan Kawasan Pasifik berlayar di kawasan ini dalam urusan dagang lintas benua. Bahkan ekspedisi Ferdinand Magellan yang melegenda dengan misinya mencari pulau rempah (Banda) pada tahun 1520 Masehi juga tercatat melewati dan menyinggahi Kepulauan Sangihe. Selain itu, pada Perang Dunia II Kepulauan Sangihe juga menjadi medan pertempuran hebat antara pihak sekutu dan Jepang. Kawasan ini diperebutkan karena lokasinya yang strategis sebagai gerbang masuk ke Nusantara dari Samudera Pasifik dan kawasan Asia Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap potensi arkeologi maritim di Kepulauan Sangihe yang dilakukan di tiga kecamatan, yaitu Tahuna, Manganitu dan Manganitu Selatan. Metode yang digunakan adalah studi pustaka, observasi lapangan, wawancara, dan Focuss Group Discussion. Khusus untuk data di bawah laut dilakukan penyelaman langsung menggunakan peralatan SCUBA dan alat survei scan sonar. Hasilnya adalah diketahui terdapat banyak potensi kapal karam dan pesawat terbang yang tenggelam di perairan Sangihe saat Perang Dunia II. Dua buah jangkar tua berukuran 4 meter yang diduga milik kapal abad ke-18 sampai 19 Masehi. Selain itu juga ditemukan banyak kuburan tua di pulau-pulau kecil dan tidak berpenghuni yang merupakan tradisi khas masyarakat Sangihe. Terakhir ditemukan banyak pecahan keramik baik yang berada di daratan tinggi, pinggir pantai dan di bawah laut serta meriam kuno berukuran 2 meter yang identik dengan meriam khas Majapahit. Salah satu rencana yang dihasilkan dari focus group discussion bersama Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman terkait pengelolaan tinggalan arkeologi maritim di Sangihe adalah pembangunan gallery bawah air. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 25 April-10 Mei 2017 dan didikung oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, Pemerintah Daerah Kepulauan Sangihe dan Balai Arkeologi Manado. Kata Kunci: Kepulauan Sangihe; Potensi arkeologi maritim

Page 59: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

52

RANCANG BANGUN KAPAL IKAN 5 GT DENGAN MENGGUNAKAN

BAHAN LAMINASI BAMBU UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN

KAPAL PENANGKAP IKAN SECARA NASIONAL

Akhmad Basuki Widodo dan Nur Yanu Nugroho

Universitas Hang Tuah, Surabaya, Jawa Timur

*)Email: [email protected]

ABSTRAK Indonesia merupakan negara kepulauan, kurang lebih 17.000 pulau tersebar diwilayah Indonesia dan luas laut Indonesia mencapai 749.79 km2 serta panjang pantai 95.181 km. Tetapi sampai saat ini, potensi perairan laut Indonesia yang dapat di manfaatkan baru sekitar 40 persen dari potensi laut yang ada, yaitu sekitar 5 juta ton per tahun. Potensi tersebut hanya disekitar pesisir pantai saja, sehingga apabila ditambah dengan potensi laut hingga wilayah Zona Eksklusif Ekonomi (ZEE) kekayaan atau potensi laut menjadi 7 ton per tahun. Sehingga masih dibutuhkan kapal ikan sebagai mata pencaharian masyarakat disekitar pesisir pantai. Tetapi kebutuhan kapal sebagai alat penangkap ikan tersebut masih jauh dari cukup. Banyak faktor dan kendala-kendala yang menjadikan kurang terpenuhinya kebutuhan tersebut. Beberapa kendala antara lain adalah mahalnya bahan baku, yaitu kayu sebagai bahan utama pembangunan kapal kayu. Untuk mendapatkan kayu dengan dimensi (ukuran) sesuai dengan yang dibutuhkan sangat sulit. Kebijakan pemerintah menekan kegiatan pembalakan liar (illegal logging), semakin menyulitkan para pengarajin kapal untuk mendapat kayu sebagai bahan baku pembuatan kapal dengan harga murah dan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan. Proses pembangunan kapal digalangan tradisional, boros akan bahan baku. Hal ini disebabkan oleh proses produksi yang masih sangat tradisional. Sebagai upaya untuk menyelesaikan permasalah penyedian kapal untuk kebutuhan tersebut adalah dengan menyediakan kapal yang murah dan cepat dalam proses produksinya, tetapi masih memenuhi persyaratan klas (BKI). Salah satu tindakan yang dapat memenuhi kriteria tersebut adalah dengan mengembangkan rancang bangun kapal perikanan dengan bahan baku utama komposit bambu. Tujuan dari penelitian tahun ini adalah untuk mendapatkan disain dan rancang bangun kapal ikan dengan bahan utama komposit bambu. Tahap pertama adalah pembuatan disain kapal laminasi bambu atau yang disebut dengan Detail Engineering Design (DED). Kemudian dalam pelaksanaan penelitian dilakukan juga uji numerik dan uji kolam (hidrodinamika) untuk aplikasi dalam skala laboratorium dari hasil rancang bangun kapal ikan berbasis bambu laminasi dan pembuatan cetakan atau mal dari komponen kapal. Dari hasil riset dapat ditentukan struktur dan komponen kapal yang dapat diproses secara banyak (mass product), sehingga biaya produksi akan semakin murah dan ekonomis karena menggunakan komponen kapal yang relatif kecil. Dengan bahan material ini diharapkan juga proses pembangunan kapal akan semakin cepat. Kata Kunci: Sumber Daya Laut; Ilegal Logging; Hidrodinamika; DED

Page 60: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

53

EKOSTRUKTUR IKAN TERUMBU PADA EKOSISTEM TERUMBU

BUATAN (REEF BALL) DI TELUK BENETE, SUMBAWA, NUSA

TENGGARA BARAT

Aflaha Abdul Munib*), Dietriech G. Bengen, Adriani Sunuddin,

Muhammad Salamuddin Yusuf, dan Nurhaya Afifah

Institut Pertanian Bogor *)Email: [email protected]

ABSTRAK

Ikan terumbu adalah kumpulan individu ikan yang hidup dan keberadaannya erat kaitannya dengan kondisi terumbu karang. Salah satu alternatif untuk merehabilitasi terumbu karang yang rusak adalah terumbu buatan dengan metode reef ball. Penelitian ini bertujuan mengetahui struktur komunitas ikan terumbu di ekosistem terumbu buatan (reef ball) dan terumbu karang alami di Teluk Benete. Survei dilakukan pada Juni – Agustus 2016 di tiga stasiun (HA1, HA2, dan RB) menggunakan teknik underwater visual census (UVC) pada transek 2 x 30 meter. Diperoleh 110 spesies ikan terumbu dari 26 famili dan kelimpahan ikan di terumbu buatan (RB) lebih tinggi, namun biomassanya lebih rendah dibandingkan terumbu alami (HA1 dan HA2). Komposisi ikan mayor, indikator, dan target secara berturut-turut mencapai 83.59%, 5.93%, dan 10.47% dari total. Nilai indeks keanekaragaman, keseragaman, dan dominasi adalah 2.50 – 3.60, 0.69 – 0.95, dan 0.06 – 0.20 yang menunjukkan komunitas ikan terumbu tergolong stabil di seluruh stasiun pengamatan. Hasil tersebut menunjukkan keberhasilan fungsi reef ball sebagai alternatif habitat bagi ikan di Teluk Benete. Kata Kunci: Biomassa; Ikan terumbu; Kelimpahan; Teluk Benete; Terumbu buatan

Page 61: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

54

KARAKTERISTIK HIDRO OCEANOGRAFI PERAIRAN SEKITAR

PULAU PAGAI UTARA, MENTAWAI

*Herdiana Mutmainah1), Dominika Wara Christiana2), Laras Citra Sunaringa2), Rani Santa

Clara2), Ilham Tanjung1), Try Altanto1), Ilham Adnan1), Ulung Jantama Wisha1), Semeidi

Husrin1), Wisnu Arya Gumilang1), Aprizon Putra1), Prima Sahputra1), Rizki Anggoro Adi1)

1)Loka Penelitian Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir Balitbang KP, KKP Komp. PPS Bungus, Jl. Raya Padang Painan KM 16, Telp/Fax. 0751-751458.

Teluk Bungus. Sumatera Barat. Indonesia. 2)Program Studi Oseanografi, Institut Teknologi Bandung

*Email : [email protected]

ABSTRAK Laut memiliki karakteristik hidro oceanografi tertentu yang meliputi arus, gelombang dan pasang surut. Hal ini dipengaruhi oleh lokasi, angin, curah hujan dan kondisi lingkungan laut. Laut disekitar pulau-pulau kecil pada zona subduksi lempeng tektonik memiliki karakteristik tertentu yang berbeda dengan kawasan lainnya. Pulau Pagai Utara adalah pulau kecil di Kepulauan Mentawai, sebelah barat lepas pantai Pulau Sumatera yang dikelilingi Samudera Hindia dan berada pada jalur tumbukan lempeng tektonik Eurasia dan India-Australia sehingga rawan gempa dan Tsunami. Pulau Pagai Utara termasuk daerah tertinggal dan pulau terluar negara Indonesia. Pulau ini berbatasan dengan Samudera Hindia di sebelah barat, Selat Sipora di utara, Selat Mentawai di timur dan Selat Pagai di Selatan. Lokasi berperan penting dalam membentuk karakteristik hidro oceanografi di perairan sekitar Pulau Pagai Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik hidro oceanografi di perairan sekitar Pulau Pagai Utara, Mentawai. Survey menggunakan alat dilakukan pada September 2016 dengan pengukuran arus, gelombang dan pasang surut. Data-data diolah secara grafis dan simulasi model hidrodinamika 2D. Hasil penelitian menunjukkan kecepatan arus rata-rata 0,23 m/det, tinggi gelombang maksimum antara 2,06 hingga 5,63 m dengan tipe pasang surut campuran condong harian ganda (F = 0,537). Suhu

permukaan laut rata-rata 26,7C dan curah hujan maksimum 30,23 mm/hari. Kata Kunci: Arus; Gelombang; Pasang surut; Perairan Pulau Pagai Utara

Page 62: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

55

NATUNA KORIDOR NUSANTARA TERDEPAN: JARINGAN

KEMARITIMAN GLOBAL

Naniek Harkatiningsih*)

Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan *)Email: [email protected]

ABSTRAK

Kawasan Kepulauan Natuna menempati posisi batas paling utara Indonesia; seperti daerah perbatasan lainnya, Natuna masuk dalam salah satu prioritas dari program Nawacita, seperti strategi pembangunan yang dinyatakan presiden Republik Indonesia ‘membangun Indonesia dari pinggiran’dimaksudkan menjadi wilayah perbatasan sebagai beranda terdepan. Isue aktual, tentang keinginan mewujudkan wilayah Natuna sebagai beranda terdepan Indonesia, tentu menarik perhatian dipandang dari sudut sejarah dan arkeologi. Dapat dikatakan demikian , karena situasi kedudukan Natuna dalam konteks masa lalu. Abad ke -17an Natuna masuk dalam kawasan jaringan niaga yang disebut Patapahan. Namun bukti-bukti arkeologi maritim memberi hasil yang cukup signifikan dari abad sebelumnya. Gugusan Kepulauan Natuna sarat ragam peninggalan arkeologi , baik di darat maupun di perairannya; sehingga muncul anggapan kepulauan ini dimasa lalu menjadi salah satu koridor dalam pelayaran dan perniagaan global . Kini perhatian terhadap wilayah pinggiran seperti Natuna seolah-olah menemukan kembali perannya dimasa lalu. Makalah ini akan membahas hasil penelitian arkeologi yang terkait dengan jaringan kemaritiman global, keramik kuna mendapat porsi khusus dalam prembahasan ini. Kata Kunci: Natuna; bukti arkeologi maritim; jaringan kemaritiman global.

Page 63: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

56

PERBANDINGAN KLOROFIL-A PERMUKAAN BERDASARKAN

HASIL OBSERVASI INSITU DENGAN DATA PENGINDERAAN JAUH

DI LAUT SULAWESI

Nikita Pusparini1 dan Indra Hermawan2

1Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

2Pusat Riset Kelautan, Badan Riset dan Sumberdaya Manusia KP, Kementrian Kelautan dan Perikanan

Email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian mengenai sebaran klorofil-a permukaan di Laut Sulawesi telah dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan sebaran klorofil-a antara hasil observasi insitu dengan data penginderaan jauh. Data penginderaan jauh yang digunakan berupa data citra satelit dari SeaWiFS periode 1997 – 2010 dan data INDESO (klorofil-a dari nanofitoplankton dan diatom) pada waktu kejadian sebenarnya. Data insitu diambil menggunakan CTD pada tanggal 10 – 14 September 2016 di Laut Sulawesi, sebagai bagian dari kegiatan pelayaran ilmiah IJEP (INDESO Joint Expedition Program) menggunakan Kapal Riset Baruna Jaya VIII. Hasil penelitian menunjukkan bahwa citra satelit INDESO yaitu klorofil-a dari diatom lebih rendah 0,86 kali, sedangkan citra satelit klorofil-a dari nanofitoplankton lebih tinggi 2,5 kali dibandingkan hasil observasi insitu. Nilai klorofil-a rata – rata 14 tahun dari citra satelit SeaWiFS menunjukkan nilai korelasi yang tertinggi (0,73) dibandingkan citra satelit INDESO, meskipun meng-overestimate 3 kali lipat hasil observasi insitu. Kata kunci: klorofil-a, penginderaan jauh, Laut Sulawesi

ABSTRACT

The research of sea surface chlorophyll-a in the Celebes Sea has been conducted. The aim of this research is to determine the comparison of chlorophyll-a concentration from insitu observation and remote sensing data. The satellite imagery data used in this research was SeaWiFS data from 1997 – 2010 and INDESO data (chlorophyll-a of nanophytoplankton and diatoms) at actual time. Insitu data were obtained using CTD during 10-14 September 2016 in the Celebes Sea, as part of IJEP (INDESO Joint Expedition Program) cruise which conducted using Baruna Jaya VIII Research Vessel. The results showed that INDESO satellite images of chlorophyll-a of diatoms under-estimated 0,86 times, meanwhile the chlorophyll-a-satellite images of nanophytoplankton over-estimated 2,5 times the in situ observations data. The 14-year-average chlorophyll-a data from SeaWiFS satellite imagery showed the highest correlation value (0,73) comparing to INDESO satellite imagery, although it overestimated 3 times the insitu observation data. Keywords: chlorophyll-a, remote sensing, the Celebes Sea

Page 64: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

57

SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN

TANTANGAN RISET DAN PENGELOLAAN POTENSI MINERAL

DASAR LAUT DAN ARKEOLOGI MARITIM

Rainer Arief Troa1, Haryadi Permana2, Eko Triarso1, Ira Dillenia1, Hari Prihatno1

1Pusat Riset Kelautan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Kementerian Kelautan dan Perikanan RI Kompleks Bina Samudera, Jl. Pasir Putih I Lantai 4, Ancol Timur, Jakarta 14430

Email: [email protected]; [email protected]

2Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

email: [email protected]; [email protected]

Abstrak

Doktrin Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla salah satunya adalah Indonesia sebagai “bangsa yang identitasnya, kemakmurannya, dan masa depannya, sangat ditentukan oleh bagaimana kita mengelola samudera”. Hal ini menjadi suatu harapan, kebijakan yang sangat relevan karena wilayah Indonesia seluas7,9 juta Km2, dimana 5,8 juta Km2 merupakan kawasan laut termasuk ZEE, ditempati sebanyak 17.508 pulau dengan panjang garis pantai mencapai 81.000 km. Pertanyaan mendasar adalah: bagaimana kita mengelola samudera beserta isinya dengan tujuan untuk kemakmuran dan kemajuan bangsa? Apakah kita sudah mengetahui apa saja sumber daya alam (nir hayati) yang terkandung di dalamnya? Bagaimana kesiapan SDM, teknologi, kebijakan-regulasi, komitmen, konsistensi dan pendanaannya?

Apa saja kandungan sumber daya alam dasar laut Indonesia? Selain minyak dan gas bumi, serta gas metan, maka dasar laut Indonesia juga kaya akan mineral logam dasar laut. Berapa potensinya? Gaung riset dan pemahaman pembentukan mineral logam bawah laut di Indonesia telah dimulai sejak era tahun 90-an dengan diawali identifikasi kemungkinan kehadiran endapan nodul logam di kawasan laut dalam seperti di Laut Banda Utara dan Laut Banda Selatan. Sejak tahun 2000-an sampai dengan 2004 penelitian difokuskan pada endapan logam dasar dari proses hidrotermal bawah laut disekitar gunungapi bawah laut maupun pada zona sesar. Pada 2007 telah dilakukan Seminar Internasional Prospek Sumberdaya Mineral Dasar Samudera diselenggarakan pada tanggal 5-8 Maret 2007 di Manado, oleh BRKP (sekarang BRSDMKP) bekerjasama dengan sekretariat “International Seabed Authority” (ISBA) dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara. Pada 2010, KKP telah mencoba ulang mengidentifikasi potensi mineral hidrotermal bawah laut di kawasan utara Sulawesi dan berhasil merekam gambaran proses hidrotermal bawah laut. Pada 2009, DKP (sekarang KKP) telah menerbitkan Rancangan Blueprint Pengelolaan Industri dan Jasa Kelautan”. Rancangan Blueprint tersebut sangat relevan dengan kebutuhan untuk menunjang Indonesia sebagai poros Maritim. Isinya meliputi perkembangan pengelolaan, kebijakan dan pengembangan pengelolaan industri dan jasa kelautan sektor industri maritim, perhubungan laut, wisata bahari, industri garam, industri bioteknologi kelautan, energi kelautan, air laut dalam, reklamasi, mineral dasar laut dan benda berharga asal muatan kapal yang tenggelam (BMKT).

Page 65: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

58

Pengetahuan akan potensi mineral dasar laut (seabed mineral) di perairan Indonesia hingga saat ini masih dalam tahap eksplorasi awal, yaitu melakukan inventarisasi lokasi-lokasi yang secara geologi diduga mengandung mineral-mineral ekonomis penting lainnya. Secara umum mineral dasar laut dapat dikelompokan ke dalam: 1) Manganese nodules, 2) Polymetallic sulphides, 3) Metal-rich seamount crusts, 4) Hydrothermal mineral deposits. Diantara empat kelompok mineral dasar laut dalam tersebut, riset pemahaman pembentukan mineral hidrotermal dasar laut (hydrothermal mineral deposits) telah mencapai hasil yang paling maju. Penelitian awal di kawasan Gunung Komba di utara perairan P. Flores telah terindentifikasi kandungan emas (Au) sebesar 300 ppb (part per billion) dan tembaga (Cu) sebesar 100 ppm (part per million). Ke arah utara Manado, di dasar laut perairan Kepulauan Sangihe (Sulawesi Utara) juga ditemukan endapan mineral hasil proses hidrotermal dengan kandungan endapan emas sebesar 1,44 ppm dan tembaga 168,95 ppm. Selanjutnya di perairan Selat Sunda telah terindentifikasi kandungan emas sebesar 3 hingga 4 ppb. Hasil sementara keterdapatan nodul polimetalik ditemukan terbatas di kawasan Laut Banda. Beberapa kawasan lain seperti di utara P. Sabang, di Laut Sulawesi, Laut di utara Papua (Samudera Pasifik) diperkirakan memiliki potensi mineral hidrotermal atau nodul polimetalik. Hasil eksplorasi tahap awal tersebut merupakan modal awal bagi Indonesia untuk pengembangan kegiatan eksplorasi tahap lanjut mineral dasar laut yang bersifat strategis dan jangka panjang. Di dunia, kawasan yang telah diketahui potensi endapan mineral dasar laut antara lain endapan sulfida polimetalik di Punggungan Tengah Samudera Atlantik, endapan kerak CobaltRich Ferromanganese kaya kobal di gunung bawah laut di Atlantik Selatan; nodul dan sulfida polimetalik di Samudera India dan nodul polimetalik di zona sesar ClarionClipperton (Samudera Pasifik Barat).

Sumber daya dasar laut lainnya yang lebih dekat dengan permukaan dasar laut adalah “Benda Berharga Asal Muatan Kapal Yang Tenggelam (BMKT)” yang tersebar di berbagai wilayah perairan Indonesia merupakan aset negara yang sangat berharga baik ditinjau dari nilai ekonomi maupun nilai sejarah dan budaya, sehingga Pemerintah memandang perlu agar BMKT tersebut dijaga dan dikelola sebaik-baiknya untuk kepentingan bangsa dan negara. Diperkirakan ratusan hingga ribuan kapal karam BMKT tersebar luas di banyak perairan Indonesia. Hal ini sebagai konsekuensi logis karena Indonesia sejak dahulu kala merupakan kawasan lalu lintas perdagangan dan transportasi

laut dunia terutama di jalur pelintasan dan sekitar pusat-pusat perdagangan.Untuk maksud

tersebut di atas telah dikeluarkan Keppres No. 19 Tahun 2007 dengan tujuan untuk mendukung upaya pengelolaan BMKT yang transparan dan akuntabel serta pemanfaatan potensi BMKT yang seimbang antara tujuan ekonomis dan pelestarian sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan, dan kebijakan pengelolaan BMKT.

Pada saat ini sedang terjadi disharmonisasi peraturan terkait dengan BMKT. Dengan diterbitkannya UU No. 11 Tahun 2010, maka arah pengelolaan BMKT adalah untuk kepentingan konservasi, mengingat BMKT memiliki nilai sejarah dan ilmu pengetahuan yang sangat tinggi. UU tersebut mengatur BMKT sebagai benda cagar budaya tidak dapat dimiliki warga negara asing/badan hukum asing dan tidak dapat di bawa keluar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Semangat UU No. 11 Tahun 2010 ternyata tidak sinergis dengan UU No. 32 Tahun 2014 tentang Kelautan yang mengatur bahwa kegiatan pengangkatan BMKT “merupakan pemanfaatan sumber daya kelautan yang akan dikembangkan sebagai salah satu bentuk jenis industri jasa maritim”. Ketidakharmonisan juga terjadi dalam hal kelembagaan pengelolaan BMKT. Mengacu pada UU No. 27 Tahun 2007 sebagaimana diubah dengan UU No. 1 Tahun 2014 yang mengatur bahwa izin pengelolaan kegiatan pengangkatan BMKT merupakan kewenangan Menteri Kelautan dan Perikanan, sedangkan bilamana merunut pada UU No. 1 Tahun 2010 yang mengatur sebagai benda cagar budaya, maka yang berhak melakukan pengelolaan adalan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Namun demikian, Kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan yang telah mengeluarkan Permen-KP No. 28 Tahun 2015 dan Permen-KP No. 4 Tahun

Page 66: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

59

2016 tentang Penghentian Sementara (Moratorium) Perizinan Survei dan Pengangkatan BMKT adalah harus diisi dengan pembenahan di berbagai sektor terkait agar riset, survei, dan pengelolaan BMKT dapat menuju ke arah pemanfaatan sumber daya arkeologi maritim bagi kemakmuran masyarakat tanpa mengorbankan kelestariannya untuk generasi penerus bangsa.

Kata kunci: Sumber Daya Dasar Laut, mineral dasar laut, hidrotermal, BMKT, sumber daya arkeologi maritim

Page 67: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

60

DAYA DUKUNG PERAIRAN UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA

RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII DI KABUPATEN LUWU DAN

KOTA PALOPO, TELUK BONE, SULAWESI SELATAN

Waluyo1*, Yonvitner2, Etty Riani3 dan Taslim Arifin4

1. Dosen Politeknik Kelautan dan Perikanan Karawang, KKP 2. Staf Pengajar Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan_FPIK IPB 3. Staf Pengajar Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan_FPIK IPB 4. Pusat Riset Kelautan_BRSDMKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan

*E-mail : [email protected]

ABSTRACT

Waters carrying capacity in seaweed (Eucheuma cottonii) cultures should be a concern for optimum seaweed culture. Carrying capacity can determine by ecological footprint (EF) analysis, which in this research use production footprint. This research on Mei 2015 (1st transitional season) and September 2015 (2nd transitional season) in Luwu and Palopo, South Sulawesi. Map and land use analyzed with GIS (Geographic Information Systems). The results showed that the ecological footprint production (EFP)in Luwu waters is 67.88 ton/capita/year, or equivalent to 235,823.93 tons/year. Based on the analysis of the availability of water for seaweed is 59,781.79 hectares, it can produce seaweed (biocapacity) for 1,437,779.60 tons/year and the number of farmers that allows for use the waters is 21,432 capita. The ecological footprint production (EFp) in Palopo waters is 3.08 ton/capita/year, or equivalent to 4,589.99 tons/year. Water availability analysis is 1,771.41 hectares are able to produce seaweed (biocapacity) for 18,287.46 ton/year and the number of farmers that allows for use the waters is 635 farmers capita. The results comparison between biocapacity and ecological footprint, ecological status for Luwu and Palopo waters are still in sustainable use.

Keywords : seaweed cultivation, ecological footprint, biocapacity, waters carrying capacity

ABSTRACT

Budidaya rumput laut jenis Eucheuma cottonii perlu dilakukan dengan memperhatikan daya dukung perairan (waters carrying capacity) agar diketahui kapasitas optimum budidaya rumput laut pada suatu perairan. Pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan daya dukung adalah dengan analisis ecological footprint (EF), dimana pada penelitian ini adalah analisis footprint produksi. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2015 (musim peralihan 1) dan September 2015 (musim peralihan 2) di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo, Sulawesi Selatan. Pemetaan dan dan analisis kesesuaian lahan dilakukan dengan bantuan perangkat lunak Sistem Informasi Geografis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ecological footprint produksi (EFP) di perairan Kabupaten Luwu adalah 67,88 ton/kapita/tahun atau setara dengan 235.823,93 ton/tahun. Sedangkan berdasarkan analisis ketersediaan perairan untuk rumput laut adalah 59.781,79 hektar mampu memproduksi rumput laut (biocapacity) sebanyak 1.437.779,60 ton/tahun dan daya dukung (carrying capacity) jumlah pembudidaya yang memungkinkan untuk memanfaatkan lahan sebanyak 21.432 kapita. Ecological footprint produksi (EFP) di perairan Kota Palopo adalah 3,08 ton/kapita/tahun atau setara dengan 4.589,99 ton/tahun. Sedangkan berdasarkan analisis ketersediaan perairan adalah 1.771,41 hektar mampu untuk memproduksi rumput laut

Page 68: GELAR HASIL RISET DAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN …brsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · SUMBER DAYA DASAR LAUT INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGAN

61

(biocapacity) sebanyak 18.287,46 ton/tahun dan daya dukung (carrying capacity) jumlah pembudidaya sebanyak 635 kapita. Berdasarkan hasil perbandingan antara biocapacity dan ecological footprint, maka status ekologi di perairan Kabupaten Luwu dan Kota Palopo masih dalam kondisi pemanfaatan yang berkelanjutan.

Kata kunci : budidaya rumput laut, ecological footprint, biocapacity, daya dukung perairan