gejala simtomatik unsur hara essensial pada beberapa
TRANSCRIPT
GEJALA SIMTOMATIK UNSUR HARA ESSENSIAL PADA BEBERAPA
JENIS TANAMAN
(Suatu Hasil Percobaan Laboratorium)
Oleh :
Ir. UTAMI, M.S
NIP : 195405271983032001
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Akhirnya
penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah berupa Hasil Percobaan Laboratorium
yang berjudul : Gejala Simtomatik Unsur Hara Essensial Pada Beberapa Jenis
Tanaman.
Dengan terselesaikannya percobaan laboratorium ini, penulis mengucapkan
banyak terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua fihak yang telah
membantu kelancaran selama percobaan ini berlangsung, tentunya kami tidak
sebutkan satu per satu. Juga kepada Bagian Perpustakaan Fakultas yang telah
memberikan peminjaman buku-buku, sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
Penulis berharap semoga hasil dari percobaan ini dapat dipergunakan
sebagai bahan acuan untuk perobaan lebih lanjut. Besar harapan penulis semoga
karya ilmiah ini bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Denpasar, 3 Juli 2018
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Penanaman di Air atau di Pasir ................................................................ 3
1.2 Pengelompokan Unsur Hara dan Ketersediaannya bagi Tanaman........... 4
1.3 Fungsi Fisiologis Hara Mineral bagi Tanaman ........................................ 8
BAB II BAHAN DAN METODE ........................................................................ 11
2.1 Tempat Percobaan .................................................................................. 11
2.2 Alat dan Bahan ....................................................................................... 11
2.3 Perlakuan Percobaan .............................................................................. 12
2.4 Cara Kerja ............................................................................................... 12
BAB III HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ................................. 17
3.1 Kekurangan Unsur Hara Nitrogen (N) ................................................... 17
3.2 Kekurangan Unsur Hara Fosfor (P) ........................................................ 17
3.3 Kekurangan Unsur Hara Kalium (K) .................................................... 18
3.4 Kekurangan Unsur Hara Kalsium (Ca) ................................................. 19
3.5 Kekurangan Magnesium (Mg) ............................................................... 20
3.6 Kekurangan Unsur Hara Sulfur atau Belerang (S) ................................. 21
3.7 Kekurangan Unsur Hara Tembaga (Cu) ................................................. 22
3.8 Kekurangan Unsur Hara Seng (Zn) ........................................................ 22
3.9 Kekurangan Unsur Hara Mangan (Mn) .................................................. 23
3.10 Kekurangan Unsur Hara Borium (B) ..................................................... 24
3.11 Kekurangan Unsur Hara Besi (Fe) ......................................................... 24
BAB IV KESIMPULAN ...................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 28
iv
DAFTAR TABEL
Table 1 Garam-Garam yang Dilarutkan dalam Air Murni oleh Sachs dan Knop
untuk Penanaman di Air............................................................................ 3
Table 2 Unsur Essensial bagi Sebagian Besar Tumbuhan Tingkat Tinggi dan
Konsentrasinya pada Jaringan (Berdasarkan Berat Kering) yang
Dianggap Memadai. .................................................................................. 7
Table 3 Fungsi Unsur Hara Makro dan Bentuk yang Tersedia bagi Tanaman ...... 9
Table 4 Fungsi Unsur Hara Mikro dan Bentuk Tersedia bagi Tanaman ............. 10
Table 5 Larutan Pokok (Stock) Unsur Hara sebagai Dasar Pembuatan Larutan
dalam Pelakuan. ...................................................................................... 14
Table 6 Perlakuan Defisiensi Unsur Hara dalam Sistim Larutan (Hidrofonik) ... 15
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Posisi tanaman pada media larutan unsur hara..................................... 13
1
BAB I
PENDAHULUAN
Diketahui bahwa dengan penambahan unsur melalui pemberian pupuk,
baik berupa pupuk buatan, pupuk kandang maupun pupuk hijau kedalam tanah,
akan dapat menaikkan produktivitas tanaman.Pertumbuhan tanaman dipengaruhi
oleh berbagai proses yang berada dalam tanaman seperti adanya sintesis organik
pada bagian-bagian tanaman yang mengandung klorofil atau zat hijau daun,
penyerapan unsur hara dan air yang dikerjakan oleh kegiatan tanaman.
Pertumbuhan akar akan cenderung meningkatkan penyerapan unsur hara dan air
yang akhirnya menunjang pertumbuhan bagian-bagian tanaman yang berada di atas
tanah. Jika fiksasi karbondioksida (CO2) terhalang, proses fotosintesis juga
terhalang oleh adanya gangguan selama pertumbuhan terutamanya pada fase
vegetatif akibat dari adanya kekurangan atau kelebihan unsur. Maka fungsi dan
pertumbuhan tanaman juga akan mengalami gangguan.
Baru kira-kira abad ke 19, para ahli mengetahui bahwa pertumbuhan
dan perkembangan dari tumbuh-tumbuhan dapat berlangsung dengan baik bila
tersedia unsur-unsur kimia tertentu yang disebut unsur-unsur hara esensiil.
Menurut seorang ahli fisiologi Perancis yang bernama Desaussara (dalam Suastika,
1987), mengatakan bahwa pertumbuhan tumbuhan tergantung dari penyerapan
nitrogen dan unsur-unsur tertentu oleh akar tumbuhan. Diperkirakan terdapat 60
unsur dalam jaringan tanaman, dan kira-kira ada 30 unsur telah dapat ditentukan,
namun tidak semua unsur yang terdapat dalam jaringan dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman.
2
Selanjutnya untuk mengetahui peranan unsur hara dalam tumbuhan dan
tanda defisiensinya, maka perlu dilakukan analisis tanah, analisis tumbuhan,
penelitian-penelitian di rumah kaca, pengamatan langsung di lapang dan
sebagainya. Analisis tanah dilakukan untuk mengetahui susunan kimia tanah
tempat tumbuh dari tumbuhan. Analisis tumbuhan dilakukan untuk memperkirakan
kebutuhan unsur hara pada tumbuhan, dengan cara mengukur konsentrasi unsur-
unsur yang ada dalam jaringan tumbuhan.
Analisis ini dilakukan pada berbagai tingkat pertumbuhan dari berbagai
organ , oleh karena tiap-tiap tingkat pertumbuhan mempunyai kandungan dan
komposisi unsur hara yang brbeda. Apabila hanya menentukan atas dasar gejala-
gejala fisuil saja di lapang maka masih mengandung beberapa kelemahan karena
kekurangan unsur hara yang berbeda seringkali memberikan tanda yang hampir
sama atau kekurangan unsur hara tertentu dapat menunjukkan gejala yang spesifik
atau sebaliknya. Dwijoseputro (1980) mengemukakan bahwa kekurangan unsur
nitrogen umumnya menyebabkan daun-daun berwarna kuning , namun pada
tanaman tomat dijumpai daun berwarna ungu atau kemerahan. Hal ini disebabkan
oleh terganggunya pembentukan chlorofil dan sebaliknya pembentukan antocyanin
dipacu dengan cepat.
Sebagai contoh yang lain adalah adanya gejala chlorosis. Chlorosis
mencerminkan kurangnya atau tidak adanya chlorofil dari bagian-bagian yang
biasanya berwarna hijau. Hal ini dapat disebabkan oleh kekurangan dari salah satu
unsur-unsur berikut : N, Fe, Mg, P, Ca, K, S, CO2, H2O, atau kekurangan cahaya.
Jadi suatu kekurangan dari hampir semua unsur makro dapat mengakibatkan
3
chlorosis walaupun molekul chlorofil hanya mengandung 5 macam unsur .
Adapun rumus kimia dari chlorofil adalah C55H72O5N4Mg.
1.1 Penanaman di Air atau di Pasir
Tanaman mengambil unsur-unsur dari tanah melalui akarnya, dan ini telah
dibuktikan olehSaussure(1804 dan Liebig, 1840 dalam Dwijoseputro,1980), yang
menemukan suatu fakta, bahwa banyaknya unsur-unsur yang diambil oleh suatu
tanaman itu ada pengaruh timbal balik. Unsur yang jumlahnya tersedikit dapat
menyebabkan tidak teresapnya unsur-unsur lain yang berlebih-lebihan, dan
selanjutnya pernyataan ini disebut sebagai HukumMinimum Liebig.
Terdapat metode baru yang diperkenalkan oleh Sachs (1860 dan Knop, 1865
dalam Dwijoseputro, 1980) ialah penanaman di air atau di pasir yang diberi larutan
garam-garaman tertentu. Suatu kendala yang terdapat pada penanaman di air
adalah karena kesukaran memberikan oksigen kepada akar yang dibutuhkan untuk
kebutuhan hidup sesuai dengan fungsinya. Dalam praktek hal ini dapat diatasi
dengan suatu pompa listrik kecil. Selanjutnya pada penanaman di pasir juga
terdapat kendala, yaitu sulitnya untuk membersihkan pasir dari unsur-unsur yang
tidak dikehendaki, dan dilihat dari segi ventilasinya cukup baik, karena disela-sela
butir pasir terdapat cukup udara.
Table 1 Garam-Garam yang Dilarutkan dalam Air Murni oleh Sachs dan Knop
untuk Penanaman di Air
Laturan Sachs Larutan Knop
Garam g/L Garam g/L
KNO3 0.1 Ca(NO3)2.4H2O 0.8
Ca(PO4)2 0.5 KNO3 0.2
MgSO4.7H2O 0.5 KH2PO4 0.2
CaSO4 0.5 MgSO4.7H2O 0.2
NaCl 0.25 FeSO4 sedikit sekali
FeSO4 sedikit sekali
4
Tanaman-tanaman yang diberi larutan garam-garam seperti tersebut diatas
ternyata dapat tumbuh baik. Diketahui pula bahwa disamping unsur-unsur yang
tersebut diatas masih ada beberapa unsur lain yang meskipun dalam jumlah yang
sedikit tetap merupakan suatu keharusan. Dengan tidak adanya mikro elemen itu
tanaman tak akan mengalami pertumbuhan yang optimal. Dengan menanam suatu
tanaman diberbagai kombinasi larutan pokok ini dapatlah diteliti tentang baik
buruknya pertumbuhan tanaman percobaan.
1.2 Pengelompokan Unsur Hara dan Ketersediaannya bagi Tanaman
Unsur hara tanaman ada beberapa macam, sehingga untuk memudahkan
dalam mempelajarinya para ahli di bidang nutrisi tanaman mengelompokkan
berdasarkan keesensialitasnya bagi tanaman, berdasarkan jumlah yang dibutuhkan
dan berdasarkan mobilitasnya dalam floem.
Berdasarkan keesensialannya, hara dibedakan menjadi:
a. Hara esensial yaitu hara yang harus memenuhi 4 kriteria yaitu (1) tanpa
kehadirannya tanaman tidak dapat tumbuh (tidak dapat menyelesaikan siklus
hidupnya secara penuh), (2) berperan sangat penting dalam proses fisiologis
dan tidak dapat digantikan, (3) merangsang dan mengatur aktivitas enzim, dan
(4) komponen metabolisme esensial
b. Hara benefisial yaitu hara yang berfungsi menstimulir pertumbuhan tetapi tidak
esensial atau bersifat esensial untuk spesies tertentu. Unsur hara yang termasuk
kedalam hara benefisial adalah: Cobalt (Co), Natrium/Sodium (Na), Silikon
(Si), Nikel (Ni), Selenium (Se) dan Alumunium (Al) (Marschner, 1986)
c. Hara non esensial atau hara fungsional yaitu hara yang tidak mempunyai 4
kriteria esensial seperti diatas.
5
Berdasarkan jumlah kebutuhan tanaman, hara esensial dibagi menjadi 2
kelompok yaitu hara makro adalah dibutuhkan dalam jumlah relatif banyak, yang
terdiri dari 9 unsur yaitu C, H, O, N, P, K, S, Ca dan Mg, dan hara mikro yaitu
dibutuhkan dalam jumlah relatif sedikit yang terdiri dari 7 unsur yaitu Fe, B, Mn,
Zn, Cu, Mo dan Cl . Dalam praktek pembagian ini tak banyak artinya karena sangat
tergantung jenis tanaman dan kondisi lingkungan. Berdasarkan mobilitasnya dalam
floem, hara terdiri atas hara mobil seperti K, Na, Mg, P, S, Cl dan Rb, hara
intermediate seperti Fe, Mn, Zn, Co dan Mo, dan hara immobil seperti Li, Cs, Sr,
Ba dan B.
Kecuali menurut kuantitas yang dibutuhkan tanaman, ada cara
pengelompokan lain yang menggunakan dasar berbeda yaitu seperti Mengel dan
Kirkby (1982) dalam Rai dkk (2010) mengelompokkan unsur hara tanaman
menjadi 4 kelompok menurut sifat biokimia dan fungsi fisiologi mereka yaitu
kelompok 1) terdiri dari C, H, O, N dan S. Unsur ini merupakan penyusun utama
bahan organik dalam proses enzimatik dan reaksi-reaksi oksidasi-reduksi.
Kelompok 2) terdiri dari P dan B. Unsur ini terlibat dalam reaksi transfer energi dan
esterifikasi dengan gugus-gugus alkohol di dalam tanaman. Kelompok 3) terdiri
dari K, Ca, Mg, Mn dan Cl. Unsur ini berperan dalam osmotik dan keseimbangan
ion. Juga memiliki fungsi-fungsi yang spesifik dalam konfirmasi enzim dan
katalisis. Dan kelompok 4) terdiri dari Fe, Cu, Zn dan Mo. Unsur ini hadir sebagai
chelate structural, dan memungkinkan terjadinya transportasi elektron melalui
perubahan valensi. Selain itu, unsur hara tanaman juga dapat dikelompokan
menjadi kelompok metal/logam seperti K, Ca, Mg, Fe, Zn, Mn, Cu dan Mo serta
kelompok non metal seperti N, P, S, B an Cl.
6
Menjaga dan mengontrol nutrisi tanaman merupakan salah satu aspek yang
sangat fundamental dalam pertanian modern. Pengaruh menguntungkan
penambahan hara mineral ke dalam tanah untuk memperbaiki pertumbuhan
tanaman telah dikenal dalam pertanian sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu.
Komposisi hara mineral dalam tubuh tanaman tidak dapat digunakan secara
langsung untuk menentukan apakah hara-hara tersebut merupakan hara esensial
bagi pertumbuhan tanaman.
Menurut Epstein (1972) dalam Rai dkk (2010), hara mineral dikelompokkan
sebagai hara esensiil paling tidak harus memenuhi 3 kriteria yaitu (1) tanpa
kehadiran hara tersebut maka tanaman tidak dapat menyelesaikan siklus hidupnya,
(2) fungsi hara tersebut tidak dapat digantikan oleh hara yang lain, dan (3) hara
tersebut secara langsung terlibat dalam metabolisme tanaman yaitu sebagai
komponen yang dibutuhkan dalam reaksi-reaksi enzimatis. Dengan demikian
sangatlah sulit untuk menggeneralisir apakah suatu hara mineral tertentu termasuk
esensial atau non esensial, karena hara mineral yang satu bisa bersifat esensial bagi
tanaman tertentu tetapi sebaliknya tidak esensial bagi jenis tanaman yang lain.
Untuk tanaman tingkat tinggi terdapat 13 jenis hara esensial yang terdiri atas
kelompok hara makro (N, P, K, S, Mg dan Ca) dan kelompok hara mikro (Fe, Mn,
Zn, Cu, B, Mo dan Cl). Selanjutnya Brown et al (1987) dalam Salisbury dan Ross,
1992, menyajikan daftar unsur hara esensial dan konsentrasinya dalam jaringan
yang diperlukan agar tumbuhan dapat tumbuh dengan baik (Tabel 2). Disebutkan
bahwa nilai konsentrasi tersebut menjadi pedomanyang berguna bagi para ahli
fisiologi, pengelola kebun dan petani, karena konsentrasi unsur-unsur dalam
jaringan (terutama dalam daun terpilih) lebih dapat dipercaya dari analisis tanah
7
untuk menunjukkan apakah tanaman akan tumbuh lebih baik dan/atau lebih cepat
jika unsur tertentu diberikan lebih banyak.
Table 2 Unsur Essensial bagi Sebagian Besar Tumbuhan Tingkat Tinggi dan
Konsentrasinya pada Jaringan (Berdasarkan Berat Kering) yang Dianggap
Memadai.
(Brown et al (1987) dalam Salisbury dan Ross, 1992)
Unsur
(Lambang
kimia)
Bentuk yang
tersedia bagi
tumbuhan
Bobot
atom
Konsentrasi pada
jaringan kering Jumlah atom
dibandingkan
molibdnum mg/kg (%)
Molibdenum
(Mo) MoO4
2- 95,95 0,1 0,0000
1 1
Nikel (Ni) Ni2- 58,71 ? ? ?
Tembaga
(Cu) Cu- 63,54 6 0,0006 100
Seng (Zn) Zn2- 65,38 20 0,0020 300
Mangan
(Mn) Mn2- 54,94 50 0,0050 1000
Boron (B) H3BO3 10,82 20 0,002 2000
Besi (Fe) Fe3-, Fe2- 55,85 100 0,010 2000
Klor (Cl) Cl- 35,46 100 0,010 3000
Belerang (S) SO4- 32,07 1000 0,1 30000
Fospor (P) H2PO44- 30,98 2000 0,2 60000
Magnesium
(Mg) Mg2- 24,32 2000 0,2 80000
Kalsium (Ca) Ca2+ 40,08 5000 0,5 125000
Kalium (K) K+ 39,10 10000 1,0 250000
Nitrogen (N) NO3-, NH4
+ 14,01 15000 1,5 1000000
Oksigen (O) O2, H2O 16,00 450000 45 30000000
Karbon (C) CO2 12,01 450000 45 35000000
Hidrogen (H) H2O 1,01 60000 6 60000000
Hampir 90% dari seluruh berat segar tanaman herba adalah air, dan sisanya
10% berupa bahan kering terutama terdiri atas 3 elemen yaitu karbon, hidrogen dan
oksigen. Sebagian kecil dari bahan kering tersebut, tetapi merupakan fraksi yang
penting terdiri atas elemen-elemen lain yang secara absolut dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman yaitu 13 elemen yang dikelompokkan sebagai hara essensial
bagi tanaman tingkat tinggi. Ke-13 hara essensial tersebut dibagi lagi menjadi 2
8
kelompok berdasarkan atas banyaknya jumlah yang dibutuhkan tanaman yaitu hara
makro dibutuhkan dalam jumlah yang relatif banyak, biasanya dinyatakan dalam
persen per unit bahan kering yang meliputi N, P, K, Ca, Mg dan S, dan hara mikro
dibutuhkan dalam jumlah yang relatif sedikit, biasanya dinyatakan dalam ppm (part
per million) per unit bahan kering meliputi Fe, Mn, Zn, B, Mo, Co dan Cl.
Salah satu metode untuk menentukan unsur hara yang essensial bagi tanaman
dan berapa banyaknya adalah dengan menganalisis secara kimia semua unsur yang
dikandung oleh tumbuhan sehat dan berapa banyaknya unsur itu. Salisbury dan
Ross, 1992 menyebutkan berdasarkan hasil analisis modern terhadap daun yang
paling dekat dengan tongkol jagung muda atau daun bendera yang diambil dari
daun jagung di kebun yang dipupuk dengan baik menunjukkan adanya konsentrasi
3 unsur essensial tambahan pada jagung yaitu seng, tembaga dan boron.
1.3 Fungsi Fisiologis Hara Mineral bagi Tanaman
Secara fisiologis unsur hara yang diserap oleh tanaman akan memiliki fungsi
tertentu di dalam tanaman. Tubuh tanaman mengandung 90 jenis unsur dalam
jumlah kecil, namun dari 90 unsur itu hanya 16 unsur yang diketahui bersifat
essensial. Fungsi umum hara mineral adalah:
a. Sebagai bagian dari protoplasma dan dinding sel. Beberapa unsur hara
merupakan bagian yang penting dari molekul sel (misalnya S dalam protein, P
dalam ATP, Mg dalam klorofil, Ca dalam Kalsium pektat).
b. Mempengaruhi permeabilitas membran sitoplasma. Ca dan unsur-unsur yang
bervalensi 2 atau 3 mengurangi permeabilitas sedangkan unsur-unsur yang
bervalensi 1 menambah permeabilitas.
9
c. Sebagai katalisator dalam reaksi kimia. Misal Fe, Cu dan Zn merupakan bagian
dari berbagai enzim (bagian prostetik), Fe sebagai bagian dari sitokrom, Mg,
Mn, Co dapat mempercepat atau memperlambat reaksi-reaksi enzimatik.
d. Sebagai penyangga kemasaman sel. Kation penting sebagai sistim penyangga
tumbuhan adalah K, Ca, Na dan Mg.
Table 3 Fungsi Unsur Hara Makro dan Bentuk yang Tersedia bagi Tanaman
Unsur hara Fungsi fisiologis Bentuk
tersedia
Carbon (C) Sebagai komponen dasar molekuler
karbohidrat, protein, lipid dan asam nukleik CO2
Oksigen (O)
Seperti halnya karbon, oksigen merupakan
penyusun senyawa-senyawa organik
tanaman
O2
Hidrogen (H)
Memegang fungsi sentral dalam proses
metabolisme tanaman. Penting dalam
keseimbangan ion dan sebagai unsur
pereduksi utama (reducing agent) misalnya
terlibat dalam proses reduksi nitrat menjadi
amoniak
H2O
Nitrogen (N)
Komponen penyusun banyak senyawa
organik penting di dalam tanaman (protein,
enzim, vitamin B complek, hormon, klorofil)
NH4+ dan
NO3-
Forfor (P)
Berfungsi dalam transfer energi,
metabolisme karbohidrat dan protein serta
transport karbohidrat di dalam sel daun
H2PO4- dan
HPO42-
Kalium (K)
Sebagai kofaktor dan aktifator enzim-enzim
dalam metabolisme karbohidrat dan protein,
serta membantu mengatur tekanan osmotik
dan keseimbangan ion di dalam tanaman.
K+
Kalsium (Ca)
Menyusun lamela tengah, menjaga kestabilan
integritas membran dan terlibat dalam proses
pembelahan sel.
Ca2+
Magnesium
(Mg)
Komponen penyusun klorofil, bertindak
sebagai kofaktor pada banyak reaksi
enzimatik, berfungsi mengatur pH sel
tanaman dan menjadi unsur perantara
(bridging element) pada sintesis protein.
Mg2+
Sulfur (S) Menyusun protein, terlibat dalam masalah
energi sel tanama
SO42- dan
SO2
10
Pengaruh dan peranan tiap-tiap hara mineral bersifat spesifik bagi tanaman.
Fungsi unsur hara makro dan bentuk yang tersedia bagi tanaman tertera pada Tabel
3., sedangkan fungsi unsur hara mikro dan bentuk yang tersedia bagi tanaman
tertera pada Tabel .4
Table 4 Fungsi Unsur Hara Mikro dan Bentuk Tersedia bagi Tanaman
Unsur hara Fungsi fisiologis Bentuk
tersedia
Zat besi (Fe)
Sebagai komponen penyusun enzim yang
Fe, sebagai carier, terlibat dalam proses
metabolisme seperti fiksasi N, fotosintesis
dan transfer elektron.
Fe2+ dan Fe3+
Seng (Zn)
Komponen esensial beberapa enzim seperti
dehydrogenase, proteinase, peptidase,
karbonik anhydrase, alcohol dehydrogenase,
glutamic dehydrogenase, malic
dehydrogenase
Zn2+
Mangan (Mn)
Terlibat dalam sistim penyusunan O2 dalam
proses fotosintesis dan sebagai komponen
enzim arginase dan phosphotransferase.
Mn2+
Tembaga (Cu)
Sebagai penyusun beberapa enzim
diantaranya cytochrome oxidase, ascorbic
acid oxidase dan laccase
Cu2+
Boron (B)
Fungsi spesifik dari B belum diketahui
secara pasti, tetapi diduga terlibat dalam
metabolisme karbohidrat dan mensintesis
komponen-komponen penyusun dinding sel
tanaman.
H3PO3
Molibdenum
(Mo)
Dibutuhkan dalam proses asimilasi N dalam
tanaman, sebagai komponen esensial enzim
nitrat reduktase dan nitrogenase (enzim
fiksasi N2)
MoO42-
Khlor (Cl)
Berfungsi sebagai aktifator enzim-enzim
yang menguraikan air dalam proses
fotosintesis, berfungsi dalam menjaga dan
mengatur tekanan osmosis sel tanaman yang
tumbuh pada kondisi tanah yang memiliki
salinitas tinggi.
Cl-
11
BAB II
BAHAN DAN METODE
2.1 Tempat Percobaan
Percobaan ini dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas
Udayana, mulai tanggal 2 Nopember 2017 sampai dengan 6 Januari 2018.
2.2 Alat dan Bahan
2.2.1. Alat
Alat-alat yang digunakan yaitu terdiri dari :
a. Bak/ember plastik berdiameter kira-kira 60 Cm sejumlah 12 buah
b. Pompa udara atau “air pump” untuk mengusahakan adanya aerasi larutan,
beserta kabel-kabel listrik dan selangnya.
c. Alat pengukur pH larutan.
d. Pisau /silet, kertas karbon, isolasi, kapas, penutup ember dibuat dari triplek dan
sudah dibuat lubang-lubang tanaman.
e. Beberapa jaringan plastik tempat aquades.
f. Gelas ukur dan sejumlah alat tulis.
2.2.2. Bahan
a. Bahan tanaman terdiri dari : biji kedelai, Jagung, mentimun,kacang panjang,
dan padi. Bahan tanaman ini disemaikan lebih dulu dalam media air dengan
kapas, dan setelah umur 10 hari dipindahkan dalam larutan unsur hara yang
telah dipersiapkan.
b. Aquades.
12
c. Unsur hara essensiil dalam bentuk senyawa. Unsur-unsur hara yang digunakan
terdiri dari unsur : N, P, S, Ca, Mg, K, Fe, Cu, Mn, Zn, dan B. Adapun bentuk
senyawa dari masing-masing unsur tersebut terdapat pada Tabel 5.
2.3 Perlakuan Percobaan
Perlakuan percobaan berupa larutan hara yang terdiri dari 12 perlakuan
yaitu :
a. Perlakuan terdiri dari larutan unsur hara lengkap yaitu terdiri dari seluruh unsur
hara essensiil.
b. Perlakuan terdiri dari larutan tidak lengkap yaitu larutan masing-masing
perlakuan dengan pengurangan satu unsur essensiil antara lain : -N, -P, -K, -
Ca, -Mg, -Fe, -S, -Mn, -Cu,-Zn, dan –B. Sehingga jumlah perlakuan ada 12
unsur,
2.4 Cara Kerja
a. Penyiapan alat dan bahan percobaan antara lain sebagai berikut :
Pembuatan larutan pokok (stock) dalam satuan g per liter dan larutan unsur
hara dalam satuan ml larutan pokok per liter untuk masing-masing unsur hara
sebagaimana tertera pada Tabel 5.
b. Membuat larutan perlakuan, sesuai perbandingan dan perlakuan seperti yang
tercantum pada Tabel 5.
c. Bahan tanaman yang telah disemaikan dipilih dan ditanamkan pada masing-
masing perlakuan dan masing-masing perlakuan berisi sejumlah tanaman
yang dicobakan (ada 5 jenis tanaman).
13
d. Pengamatan terhadap gejala kekurangan unsur hara pada beberapa jenis
tanaman dilakukan pada setiap hari . Hal-hal yang diamati meliputi saat
pemunculan atau penampakan gejala awal dan lanjut.
Posisi tanaman dalam bak percobaan seperti pada Gambar 1.
Gambar 1 Posisi tanaman pada media larutan unsur hara.
Keterangan:
a. Ember
b. Tanaman
c. Tripleks
d. Selang
e. Gelembung udara
f. Aerator (“air pump”)
g. Cuk listrik
h. Media larutan unsur hara.
14
Table 5 Larutan Pokok (Stock) Unsur Hara sebagai Dasar Pembuatan Larutan
dalam Pelakuan.
Solt Stock Solution
g/liter
Nutrient Solution
1 stock/liter
Nutrien
Conc.ppm
KNO3 50.5 10 195 K
70 N
KH4Cl 38.1 10 50 N
126 Cl
Ca(NO3)2.4H2O 82.9 10 143 Ca
100 N
MgSO4.7H2O 49.3 10 49 Mg
64 S
KH2PO4 13.6 10 39 K
31 P
Mg(NO3)2.H20 33.3 10 49 Mg
70 N
NaNO3 42.5 10 70N
K2SO4 33.8 10 195 K
80 S
Ca(H2Po4)2.H2O 12.5 10 20 Ca
31 P
CaSO4.2H2O 1.72 200 30 Ca
64 S
MnCl2.4H2O 0.181 10 0.5 Mn
CuCl2.2H2O 0.0263 10 0.1 Cu
ZnCl2 (95%) 0.020 10 0.1 Zn
H3BO3 0.0562 10 0.1 B
H2MoO4.H2O 0.0019 10 0.01 Mo
Fe chelate (12% Fe) 8.30 20 20 Fe
Fe SO4 20 20 Fe
15
Table 6 Perlakuan Defisiensi Unsur Hara dalam Sistim Larutan (Hidrofonik)
Stock Solution Milliliters stocks solution/5 liters nutrient solution
Complete -N -P -K -Ca -Mg -Fe
KNO3 50 - 50 - 50 50 50
KH4Cl 50 - 50 50 50 50 50
Ca(NO3)2 50 - 50 50 - 50 50
MgSO4 50 50 50 50 50 - 50
KH2PO4 50 50 - - 50 50 50
Mg(NO3)2 - - - - - - -
NaNO3 - - - 50 75 - -
K2SO4 - 50 - - - 50 -
Ca(H2Po4)2 - 50 - 50 - - -
CaSO4 - 1000 - - - - -
MnCl2
CuCl2 - - - - - - -
ZnCl2 - - - - - - -
H3BO3 - - - - - - -
H2Mo4 - - - - - - -
Fe chelate - - - - - - -
Micronutrient
mixture 50 50 50 50 50 50 50
16
Table 7 Perlakuan Defisiensi Unsur Hara dalam Sistim Larutan (Hidrofonik)
(Lanjutan)
Stock Solution Milliliters stocks solution/5 liters nutrient solution
-S -Mn -Cu -Zn -B -Mo
KNO3 50 50 50 50 50 50
KH4Cl 50 50 50 50 50 50
Ca(NO3)2 50 50 50 50 50 50
MgSO4 - 50 50 50 50 50
KH2PO4 50 50 50 50 50 50
Mg(NO3)2 50 - - - - -
NaNO3 25 - - - - -
K2SO4 - - - - - -
Ca(H2Po4)2 - - - - - -
CaSO4 - - - - - -
MnCl2
CuCl2 - - 50 50 50 50
ZnCl2 - 50 - 50 50 50
H3BO3 - 50 50 - 50 50
H2Mo4 - 50 50 50 - 50
Fe chelate - 50 50 50 50 -
Micronutrient
mixture 50 - - - - -
KNO3
17
BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Kekurangan Unsur Hara Nitrogen (N)
Hasil pengamatan pada beberapa jenis tanaman pada perlakuan kekurangan
N menunjukkan gejala sebagai berikut pada :
1. Jagung, daun bagian bawah menguning dan mengering dari pucuk ke arah
pangkal daun. Vena dan bagian-bagian ujung Nampak berwarna ungu. Daun
muda semakin lama semakin menjadi kuning pucat
2. Kedelai, helaian daun muda diantara vena menjadi kuning.
3. Kacang panjang, keseluruhan daun nampak hijau pucat keputihan.
4. Timun, terjadi penghambatan pertumbuhan , daun menjadi kuning.
5. Padi,daun-daun nampak berwarna kuning kehijauan.
Gejala umum yang terjadi akibat kekurangan N adalah pertumbuhan
tanaman terhadap (stunt) dan menjadi kuning. Gejala awal ditandai dengan daun-
daun bawah menjadi kuning atau chlorosis, namun daun-daun bagian atas tetap
hijau. Hal ini disebabkan oleh sifat unsur N yang mudah bergerak dari daun tua
atau organ lain ke bagian yang aktif seperti daun-daun muda, keadaan ini terjadi
bilamana yang dibutuhkan tanaman tidak cukup tersedia (kurang atau difisiensi)
(Tisdale et al., 1985).
3.2 Kekurangan Unsur Hara Fosfor (P)
Hasil pengamatan kekurangan unsur hara P pada beberapa jenis tanaman
seperti berikut, pada :
18
1. Jagung, daun menjadi pucat (putih kehijauan) dimulai dari arah pangkal ke
pucuk. Tulang daun menjadi putih kehijauan.
2. Kedelai, daun pucuk menjadi hijau muda. Gejala spesifik lain tidak nampak.
3. Kacang panjang, seluruh daun menjadi kekuningan dan di akar terdapat bintil
akar dalam jumlah banyak.
4. Timun, daun-daun Nampak hijau muda.
5. Padi, terjadi pewarnaan kuning dari ujung ke pangkal daun.
Menurut Dwijoseputro (1980) gejala kekurangan unsur hara fosfor (P) tidak
cepat terlihat seperti yang terjadi pada kekurangan unsur hara N. Gejala yang
Nampak biasanya pertumbuhan terhambat, daun menjadi hijau tua, kadang-kadang
terjadi pembentukan antosianin. Pada helaian dan tangkai daun Nampak bagian-
bagian yang mongering dan akhirnya daun rontok. Namun menurut Purvis dan
Carulus (1964, dalam Setyono, 1986) gejala pertama kali daun Nampak berwarna
lebih pucat disbanding dengan daun normal. Pada daun tomat bagian bawah
diawali oleh pembentukan warna violet.
3.3 Kekurangan Unsur Hara Kalium (K)
Hasil pengamatan kekurangan unsur hara kalium (K) pada beberapa jenis
tanaman menunjukkan gejala sebagai berikut, pada :
1. Jagung,bagian vena daun bawah menjadi ungu dengan bagian ujung dan tepi
berwarna merah panta. Daun-daun muda yang baru muncul sebagian besar
berwarna ungu. Pada bagian daun yang lain terjadi pengeringan ujung ke
pangkal daun dan sisi tepi kearah tulang daun.
2. Kedelai, helaian daun muda Nampak menjadi kuning diantara vena daun
Nampak hijau pucat.
19
3. Kacang panjang, gejala yang spesifik tidak tampak , hanya daun Nampak hijau
pucat.
4. Timun, daun muda Nampak hijau tua.
5. Padi, daun-daun muda menjadi etiolasi
Unsur hara kalium adalah salah satu unsur yang diperlukan dalam junlah
cukup besar. Unsur hara kalium (K) menurut Tisdale et al. (1985) berfungsi
sebagai translokasi asimilat , sintesis tepung (starch), mengaktifkan system kerja
enzim , berperan pula pada serapan N dan sintesis protein. Kekurangan unsur hara
K dapat berarti menghambat serapan hara N sehingga gejala yang nampak seperti
gejala kekurangan unsur N.
Menurut Dwijoseputro (1980) kekurangan unsur hara kalium (K) berakibat
terhambatnya proses fotosintesis dan bertambah giatnya proses respirasi pada
tanaman. Gejala yang Nampak pada kekurangan unsur hara K adalah daun menjadi
kuning, terdapat bercak-bercak kering (mati) di helaian daun atau sepanjang daun
dan pertumbuhan terhambat serta lemah. Kekuranganunsur hara K pada beberapa
tanaman budidaya berbeda yang dapat ditunjukkan oleh adanya pngeringan bagian
daun, perubahan warna, terhambatnya pertumbuhan baik daun, akar dan buah
(Anonimous, 1988)
3.4 Kekurangan Unsur Hara Kalsium (Ca)
Gejala yang Nampak akibat kekurangan unsur hara kalsium (Ca) pada
beberapa jenis tanaman , sebagai berikut, pada :
1. Jagung, ujung dan tulang daun berwarna ungu, terjadi pengeringan daun
dariujung ke pangkal daun.
2. Kedelai, daun-daun muda Nampak hijau kekuningan.
20
3. Kacang panjang, daun-daun Nampak hijau muda. Gejala spesifik tidak
Nampak.
4. Timun, helaian daun Nampak menjadi kuning.
5. Padi, daun Nampak menjadi kuning kehijauan.
Kekurangan unsur hara kalsium (Ca) menunjukkan kegagalan tunas-tunas
muda atau bagian pucuk untuk berkembang, hal ini disebabkan terjadinya
penghentian aktifitas meristimatik pada titik tumbuh (Tisdale et al.., 1985). Dipihak
lain Dwidjoseputro (1980) mengemukakan bahwa kekurangan Ca menyebabkan
desentegrasi pada ujung-ujung batang, akar, daun-daun muda menjadi tidak normal
bentuknya. Selain itu dapat menyebabkan serapan Mg meningkat sehingga terjadi
keracunan Mg.
3.5 Kekurangan Magnesium (Mg)
Gejala yang Nampak akibar kekurangan Mg pada beberapa jenis tanaman,
sebagai berikut, pada:
1. Jagung, daun muda bagian ujunga tepid an vena berwarna ungu, dari ujunga
pangkal daun. Daun tua nampak mongering kea rah pangkal daun.
2. Keledai, daun-daun muda berwarna hijau muda kekuningan dan daun tua
menjadi kuning.
3. Kecang panjang, daun muda nampak menjadi hijau kekuningan dan terdapat
bintik akar sedikit.
4. Timun, daun tumbuh kerdil, warna hijau kekuningan.
5. Padi, daun-daun pucuk hijau, sedang daun di bawah menjadi kuning.
Magnesium merupakan unur pembentuk molekul klorofil. Kekurangan
unsur Mg mengakibatkan klorosis yang dimulai dari batang bagian bawah dan
21
kerap kali diikuti dengan matinya bagian daun seluruhnya. Menguningnya daun
dimulai dari ujung kearah pangkal, tulang-tulang daun menjadi hijau
(Dwidjoseputro, 1980). Menurut Nelson dan Barber (1964, dalam Setiyono, 1986)
kekurangan Mg pada kedelai mengkibatkan daun menjadi kuning pucat diantara
venanya.
3.6 Kekurangan Unsur Hara Sulfur atau Belerang (S)
Kekurangan S pada beberapa jenis tanaman menunjukkan gelaja sebagai
berikut, pada:
1. Jagung, daun-daun tanaman menjadi klorosis yang jelas termasuk tulang daun.
2. Kedelai, daun menguning dari tepi ke arah tulang daun, gejala lebih lanjut daun
menjadi kering seluruhnya.
3. Kacang panjang, daun tidak menunjukkan gejala spesifik hanya daun tampak
pucat.
4. Timun, daun tampak hijau pucat tanpa gejala spesifik.
5. Padi, terjadi klorosis pada seluruh daun.
Kekurangan S secara nyata berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.
Gejala spesifik dari kekurangan S adalah daun-daun menjadi klorosis, pertumbuhan
terlambat (stunt). Pada tanaman kubis daun bagian bawah berwarna kemerahan
(Tisdale et al., 1985). Menurut Dwidjoseputro (1980) gejala kekurangan S hamper
serupa dengan kekurangan, yaitu daun-daun muda menjadi kuning, daun tua
menjadi pucat. Belum nampaknya gejala yang spesifik pada tanaman kacang
panjang san timun diduga fungsi unsur S dalam tubuh tanaman dapat di ganti oleh
fungsi unsur yang lain.
22
3.7 Kekurangan Unsur Hara Tembaga (Cu)
Kekurangan Cu pada beberapa jenis tanaman menunjukkan gejala, sebagai
berikut, pada:
1. Jagung, daun muda terjadi etiolasi dan daun bagian bawah terjadi etiolasi dari
arah pangkal ke pucuk (ujung), pucuk daun tampak hijau muda dan akhirnya
terjadi etiolasi pada seluruh daun.
2. Keledai, daun menjadi kuning terutama diantara venanya. Tunas pucuk yang
akan berkembang mengering.
3. Kacang panjang, daun pucuk mengalami pengeringan dan terdapat bercak-
bercak ungu. Daun-daun yang terletak di bawah menjadi kuning.
4. Timun, daun pucuk menjadi kuning diantara vena-venanya.
5. Padi, terdapat bercak-bercak kuning di helaian daun yang akhirnya mengering.
Unsur Cu mempunyai peranan dalam proses-proses oksidasi-reduksi.
Kekurangan unsur Cu mengakibatkan mengkerut dan merananya ujung-ujung daun
dan akhirnya berakibat rontoknya daun (Dwidjoseputro, 1980). Menurut Tisdate et
al. (1985) kekurangan Cu mengakibatkan daun menjadi kuning dan ukuran daun
mengecil. Gejala umum pada banayak tanaman menunjukkan daun menjadi hijau
kebiruan, klorosis, mengkriting dan menyebabkan terakumulasinya besi (Fe) pada
tanaman jagung terutama bagian buku-buku batang.
3.8 Kekurangan Unsur Hara Seng (Zn)
Gejala yang nampak akibat kekurangan Zn pada beberapa jenis tanaman,
sebagai berikut, pada:
23
1. Jagung, tulang-tulang daun menjadi ungu dari pangkal ke ujung daun. Terjadi
pengeringan daun dari ujung ke pangkal daun yang didahului oleh
menguningnya daun.
2. Kedelai, daun-daun pucuk menjadi kuning kehijauan diantara vena-venanya.
Daun tua nampak hijau tua.
3. Kacang panjang, daun-daun hanya tampak hijau pucat dan terdapat bintil akar
dalam jumlah cukup.
4. Timun, daun muda terlambat pertumbuhannya.
5. Padi, daun-daun pucuk menjadi kuning pucat.
Kekurangan Zn mengakibatkan ukuran daun mengecil dan pucuk
menumpuk (roset), pada jagung dan sorgum dikenal istilah tunas putih, untuk kapas
diistilahkan daun kecil (Tisdale et al., 1985). Menurut Dwidjoseputro (1980) terjadi
penghabatan pertumbuhan sebagai akibat kekurangan Zn.
3.9 Kekurangan Unsur Hara Mangan (Mn)
Gejala yang nampak akibat kekurangan Mn pada beberapa jenis tanaman,
sebagai berikut, pada:
1. Jagung, tulang daun dan vena daun menjadi ungu demikian pula tepi daun.
Pengeringan daun terjadi dan dimulai dari ujung ke pangkal daun.
2. Keledai, daun pucuk yang baru muncul terdapat bintik-bintik ungu dan daun
muda lainnya berwarna kuning kehijauan terutama antara vena.
3. Kacang panjang, helaian daun muda hijau kekuningan.
4. Timun, daun menjadi hijau kekuningan, tanaman tumbuh kerdil.
5. Padi, daun-daun muda menjadi etiolasi dengan bagian ujung mengering.
24
Kekurangan Mn mempunyai pengaruh yang sama seperti kekurangan Fe
atau Mg yaitu terjadinya klorosis (Dwidjoseputro, 1980). Menurut Tisdale et al.,
(1975) gejala kekurangan Mn pertama kali tampak pada daun-daun pucuk. Menurut
Nelson dan Barber (1964, dalam Setiyono, 1986) pada kedelai terjadi klorosis
diantara vena-venanya. Seluruh helai daun berwarna putih kehijauan (klorosis)
kecuali tulang daunnya.
3.10 Kekurangan Unsur Hara Borium (B)
Gejala yang teramati pada beberapa jenis tanaman karena kekurangan B,
sebagai berikut, pada:
1. Jagung, daun pucuk menjadi kuning pucat, daun-daun muda menjadi kuning
dengan ujung dan tepi menjadi merah muda.
2. Kedelai, daun-daun muda berwarna kuning pucat, pada daun muda terdapat
bercak-bercak karat.
3. Kacang panjang, daun pucuk kuning dengan tanpa bintil akar.
4. Timun, daun berwarna kuning kehijauan.
5. Padi, daun-daun pucuk pucuk mengalami etiolasi, daun muda dan tua bagian
ujungnya mengering.
Borium adalah jaringan tanaman tidak mudah bergerak, sehingga gejala
kekurangan B pertama terlihat pada daun pucuk muda dan pada jaringan akar muda.
Pada tomat terjadi bintik-bintik hitam dibagian tumbuh (Purvis dan Carulus, 1964
dalam Setiyono, 1986).
3.11 Kekurangan Unsur Hara Besi (Fe)
Gejala yang nampak akibat kekurangan Fe pada beberapa jenis tanaman,
sebagai berikut, pada:
25
1. Jagung, diantara vena daun terjadi warna kuning pucat terutama pada daun-
daun muda. Bagian ujung daun terjadi pengeringan.
2. Kedelai, daun-daun menjadi kuning pucat diantara venanya. Pada tahap awal
vena berwarna hijau dan selanjutnya menjadi kuning.
3. Kacang panjang, daun-daun hanya nampak hijau pucat.
4. Timun, belum nampak ada gejala spesifik.
5. Padi, daun-daun pucuk dan muda menjadi putih kehijauan (terjadi klorosis).
Kekurangan Fe nampak pada daun-daun muda menjadi klorosis terutama
diantara vena-venanya dan berkembang kearah tengah daun, bagian tengan daun
menjadi putih (Tisdale et al., 1985). Menurut Dwidjoseputro (1980) kekurangan Fe
segera menimbulkan klorosis, daun menjadi kuning atau pucat dengan vena tetap
hijau.
Dari hasil-hasil pengamatan gejala simtomatif kekurangan unsur-unsur hara
esensiil pada beberapa jenis tanaman menunjukkan adanay suatu kesamaan ataupun
perbedaan dengan gejala-gejala yang dikemukaan oleh Dwidjoseputro (1980),
Tisdale et al., (1985), Nelson dan Barber (1964 dalam Satijono, 1986) dan
Anonimus (1988). Gejala yang ditunjukkan dalam beberapa tinjauan bersifat umum
untuk semua jenis tanaman, hal ini memiliki kelemahan-kelemahan, yakni tidak
semua jenis tanaman memiliki kepekaan terhadap kekurangan unsur hara tertentu
sehingga tanaman yang toleran atau resisten memungkinkan kekurangan unsur
tersebut dapat diganti oleh unsur lain.
Penyerapan unsur hara tertentu dapat menyebabkan terhalangnya serapan
hara yang lain sehingga tanaman kekurangan unsur tersebut atau sebaliknya
kekurangan unsur tertentu menyebabkan memacunya serapan unsur yang lain atau
26
kekurangan unsur yang lain. Keadaan demikian menyebabkan timbulnya gejala
simtomatif keracunan dan kekurangan unsur. Hal ini dapat menimbulkan kesamaan
dan perbedaan gejala simtomatif kekurangan unsur hara tertentu.
Setijono (1986) mengemukakan bahwa kekurangan atau kelebihan unsur
hara A akan dapat menyebabkan kelebihan atau kekurangan unsur hara B. Menurut
Dwidjoseputro (1980) kekurangan unusr Ca menyebabkan penyerapan Mg secara
berlebihan sehingga tanaman menunjukkan gejala keracunan. Untuk itu dalam
analisis data gejala simtomatif kekurangan unsur hara tertentu diperlukan
kecermatan dan pengalaman serta keterampilan.
27
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan gejala simtomatif pada beberapa jenis
tanaman dalam larutan unsur hara esensiil yang dirancang dalam suatu perlakuan
kekurangan salah satu unsur tertentu, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Gejala simtomatif pada jagung, kedelai, kacang panjang, timun dan padi
menunjukkan gejala yang berbeda dalam kasus kekurangan salah satu unsur
hara tertentu.
2. Gejala kekurangan unsur tertentu pada beberapa tanaman menunjukkan gejala
yang hamper sama.
3. Gejala simtomatif kekurang unsur hara ternyata spesifik pada bagian tanaman.
4. Tanaman kacang panjang dan timun tidak menunjukkan gejala spesifik pada
perlakuan kekurangan unsur hara tertentu.
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 1988. Diagnosis dan Perbaikan Kahat Kalium pada Tanaman Utama. IPB – PATT IKI (Switz) _ IKF Amerika Utara.
Dwidjoseputro. D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta. 200p. Haryadi, M.M.S.S. 1979. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta. Hakim. N dkk. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah, Universitas Lampung, 488 p. Rai, N., I Wayan Wiraatmaja. 2010. Nutrisi Tanaman. Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian UNUD. 122 p. Setiyono, S. 1986. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Pend. Pasca Sarjana
KPK UGM – UNIBRAW. 84 p. Suastika, K. 1987. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Laboratorium Fisiologi
Tumbuhan Fakultas Pertanian Unud Denpasar. 116 p. Suseno, H. 1974. Fisiologi Tumbuhan. Metabolisme Dasar Departemen Botani
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. 274 p. Salisbury, F. B., Cleon W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Penerbit ITB
Bandung . 343 p.
Tisdale, S., W.L. Nelson, J.D. Beaton. 1985. Scil Fertility and Fertilizers. Macmilan Publ. Co. Collier Macmilan Publ. New York – London. 754 p.